4
Di era sekarang ini, Pusat Studi Kriminologi Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta menemukan 26,35 persen dari 846 peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah di mana 50 persen di antaranya menyebabkan kehamilan. Di Kabupaten Kulon Progo sendiri berdasarkan hasil penelitian Yayasan Usamah Tahun 2005 menunjukkan bahwa 48 dari 557 remaja (8,8%) yang pernah dan masih pacaran mengaku pernah melakukan hubungan seksual saat pacaran, sebanyak 61 remaja (11,2%) saling meraba tubuh pacar dan 92 remaja lainnya (16,9%) melakukan aktivitas peluk cium saat pacaran. Kemudian berdasarkan laporan dari Kantor Depag Kulon Progo dari jumlah pernikahan sepanjang tahun 2006 sebanyak 3.938 kali terdapat pernikahan dalam keadaan hamil sebanyak 390 atau 9,9% dari total perkawinan yang terjadi. Kondisi terakhir, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo yang merujuk pada laporan dari Puskesmas, sepanjang tahun 2011 diketahui sekitar 11,78% calon pengantin baru yang melakukan pp test sudah dalam keadaan hamil. Ditingkat nasional, yang sangat mengejutkan, sebagaimana direlease oleh bkkbn online, sekarang ini tiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini, sangatlah memprihatinkan. Menurut Prof. Dr. Dadang Hawari, psikiater, pengaruh gaya hidup barat sebagai penyebab utama para remaja mengabaikan nilai- nilai moral. Mereka menganggap seks bebas sebagai sesuatu yang

BKKBN

Embed Size (px)

Citation preview

Di era sekarang ini, Pusat Studi Kriminologi Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta menemukan 26,35 persen dari 846 peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah di mana 50 persen di antaranya menyebabkan kehamilan. Di Kabupaten Kulon Progo sendiri berdasarkan hasil penelitian Yayasan Usamah Tahun 2005 menunjukkan bahwa 48 dari 557 remaja (8,8%) yang pernah dan masih pacaran mengaku pernah melakukan hubungan seksual saat pacaran, sebanyak 61 remaja (11,2%) saling meraba tubuh pacar dan 92 remaja lainnya (16,9%) melakukan aktivitas peluk cium saat pacaran. Kemudian berdasarkan laporan dari Kantor Depag Kulon Progo dari jumlah pernikahan sepanjang tahun 2006 sebanyak 3.938 kali terdapat pernikahan dalam keadaan hamil sebanyak 390 atau 9,9% dari total perkawinan yang terjadi. Kondisi terakhir, berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo yang merujuk pada laporan dari Puskesmas, sepanjang tahun 2011 diketahui sekitar 11,78% calon pengantin baru yang melakukan pp test sudah dalam keadaan hamil. Ditingkat nasional, yang sangat mengejutkan, sebagaimana direlease oleh bkkbn online, sekarang ini tiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini, sangatlah memprihatinkan.Menurut Prof. Dr. Dadang Hawari, psikiater, pengaruh gaya hidup barat sebagai penyebab utama para remaja mengabaikan nilai-nilai moral. Mereka menganggap seks bebas sebagai sesuatu yang wajar. Padahal agama melarang keras seks bebas. Menurut Prof. Dadang, namanya saja perzinahan, mendekatinya saja tidak boleh, apalagi melakukannya. Ini membuktikan, remaja sekarang ini sangat rentan terkena pengaruh dampak buruk informasi seks yang tidak mendidik dan tidak sesuai kaidah agama. Menurut hasil penelitian Puslit Ekologi Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan, Depkes RI pada tahun 1990 terhadap siswa siswi di Jakarta dan Yogyakarta menyebutkan bahwa factor utama yang mempengaruhi remaja untuk melakukan senggama adalah: membaca buku porno dan menonton film biru (54,39% di Jakarta dan 49,2% di Yogyakarta).Motivasi utama melakukan senggama adalah suka sama suka (76% di Jakarta dan 75,6% di Yogyakarta), Kebutuhan biologik 14 18% dan merasa kurang taat pada nilai agama antara 20 26%. Permasalahan di atas hanyalah sekedar contoh dari sejumlah masalah yang dihadapi oleh anak remaja kita. Karena bila diteliti lebih jauh, tidak sedikit dari remaja kita yang terlibat perilaku negatif lainnya seperti minum-minuman keras, merokok, mencuri, menipu, berkelahi dan tindak kekerasan lainnya serta penyalahgunaan obat-obatan terlarang/narkoba. Hal yang terakhir, dampaknya sangat berbahaya bagi masa depan bangsa dan remaja itu sendiri. Sementara Soetjiningsih (2004) membagi permasalahan remaja menjadi tujuh kategori, yaitu: (1) terganggunya nutrisi, (2) penggunaan obat terlarang, (3) terganggunya kesehatan jiwa, (4) masalah kesehatan gigi, (5) penyakit yang terkait dengan lingkungan bersih, (6) gangguan kesehatan karena hubungan seks, dan (7) trauma fisik dan psikis karena sebagai korban kekerasan.Apapun klasifikasi, bentuk dan jenisnya, permasalahan remaja harus ditangani seriusserta dicarikan solusi upaya pencegahannya. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari dampakyang semakin meluas yang dapat mengancam ketahanan keluarga, masyarakat, bangsa dannegara mengingat remaja adalah generasi penerus di masa depan. Untuk itu diperlukan formulasipenanganan dan upaya pencegahan masalah remaja secara tepat dan berkesinambungan, agarpersoalannya tidak semakin akut. Di sini keluarga sebagai tempat bernaung dan berlindung bagiseluruh anggota keluarga termasuk anak remaja, memiliki peran dan kedudukan yang strategisdalam ikut serta menangani persoalan yang dihadapi para remaja, paling tidak untukmeminimalisir dampak negatif yang ditimbulkannya.Dengan mengetahui karakteristik tumbuh kembang remaja diharapkan para orangtuadapat memahami apa yang terjadi pada anak remajanya sehingga dapat memberikan polapengasuhan dan pembinaan serta pelayanan yang tepat bagi anak remajanya. Dengan polapembinaan, pengasuhan dan pelayanan yang tepat tentu akan memberikan pengaruh positif padaanak remaja dalam rangka menemukan dirinya sendiri, membentuk identitas diri sertamembangun dirinya menjadi remaja yang sehat, cerdas, trampil, berkepribadian, berbudi pekertiluhur serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sejak diberlakukannya Undang-undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga telah memberikan perhatian lebih pada anak dan remaja. Bukan saja pada karakteristik tumbuh kembangnya, tetapi juga pada upaya pemecahan masalah dan pengasuhan serta pembinaan melalui mediasi orangtua atau anggota keluarga lainnya (bibi, paman, kakek, nenek, dan sebagainya yang tinggal satu rumah dengan anak remaja).