Upload
razi-maulana
View
23
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
BUKU PANDUAN SKILLS LAB
TA : 2007/2008
LIFE CYCLE
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
Alamat : Darussalam – Banda Aceh Telepon : 0651-7552365
BUKU PANDUAN SKILLS LAB
TA : 2007/2008
LIFE CYCLE
LABORATORIUM KETERAMPILAN MEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
Alamat : Darussalam – Banda Aceh Telepon : 0651-7552365
Copyright@2008 Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Dicetak di Darussalam
Pertama kali dicetak : September 2007 Desain oleh : Tim Skills Lab
Desain Sampul Oleh : Dewi Malahayati, SH Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Semua Hak Cipta terpelihara
Penerbitan ini dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta dan harus ada izin oleh penerbit sebelum memperbanyak,
disimpan, atau disebarluaskan dalam bentuk elektronik, fotocopy dan rekaman atau bentuk lainnya.
Copyright@2008 Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Dicetak di Darussalam
Pertama kali dicetak : September 2007 Desain oleh : Tim Skills Lab
Desain Sampul Oleh : Dewi Malahayati, SH Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala Semua Hak Cipta terpelihara
Penerbitan ini dilindungi oleh Undang-undang Hak Cipta dan harus ada izin oleh penerbit sebelum memperbanyak,
disimpan, atau disebarluaskan dalam bentuk elektronik, fotocopy dan rekaman atau bentuk lainnya.
PENANGGUNG JAWAB
dr. Syahrul, SpS Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUZA
dr. Rezania Razali Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUZA Ns. Sri Wahyuni, S. Kep Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUZA
KATA PENGANTAR
Keterampilan yang akan dilatihkan pada semester III
TIM PENYUSUN BUKU
PENANGGUNG JAWAB
dr. Syahrul, SpS Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUZA
dr. Rezania Razali Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUZA Ns. Sri Wahyuni, S. Kep Laboratorium Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUZA
KATA PENGANTAR
Keterampilan yang akan dilatihkan pada semester III
TIM PENYUSUN BUKU
(Pemeriksaan Sistem Organ I) pada laboratorium keterampilan medik mencakup : Pemeriksaan Fisik Paru ( Lung Examination ), Spirometri, Plain Foto – X Ray (Thorax ), Heart Examination, Electrocardiography, Rumple Leed Test, Vena Punksi, Anamnesis system, Abdominal Examination dan Feses Examination. Adapun keterampilan yang akan dilatihkan dalam buku ini meliputi : Pemeriksaan Fisik Paru ( Lung Examination ), Spirometri dan Plain Foto – X Ray (Thorax ). Keterampilan Pemeriksaan Fisik Paru suatu keterampilan dasar pada pemeriksaan fisik paru menyangkut Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi. Keterampilan Spirometri untuk menilai fungsi paru dengan menggunakan alat Spirometri. Keterampilan Plain foto –X Ray suatu keterampilan dalam membaca foto rontgen toraks normal.
Kami berharap buku panduan ini dapat mempermudah mahasiswa dalam melatih keterampilan pada keterampilan medik. Kami sangat menghargai kepada semua konstributor dalam membantu penulisan buku panduan ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli-ahli dalam memberikan saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.
Banda Aceh, 2 September 2007
Tim Skills Lab
BENANG MERAH KLINIS
Pak Warno dalam seminggu ini mengeluhkan rasa sesak ketika bernapas, batuk dan sering nyeri dada. Saat ini ia berkeinginan untuk berobat. Anda seorang dokter, prosedur tindakan apa yang harus anda lakukan untuk membantu
(Pemeriksaan Sistem Organ I) pada laboratorium keterampilan medik mencakup : Pemeriksaan Fisik Paru ( Lung Examination ), Spirometri, Plain Foto – X Ray (Thorax ), Heart Examination, Electrocardiography, Rumple Leed Test, Vena Punksi, Anamnesis system, Abdominal Examination dan Feses Examination. Adapun keterampilan yang akan dilatihkan dalam buku ini meliputi : Pemeriksaan Fisik Paru ( Lung Examination ), Spirometri dan Plain Foto – X Ray (Thorax ). Keterampilan Pemeriksaan Fisik Paru suatu keterampilan dasar pada pemeriksaan fisik paru menyangkut Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi. Keterampilan Spirometri untuk menilai fungsi paru dengan menggunakan alat Spirometri. Keterampilan Plain foto –X Ray suatu keterampilan dalam membaca foto rontgen toraks normal.
Kami berharap buku panduan ini dapat mempermudah mahasiswa dalam melatih keterampilan pada keterampilan medik. Kami sangat menghargai kepada semua konstributor dalam membantu penulisan buku panduan ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli-ahli dalam memberikan saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.
Banda Aceh, 2 September 2007
Tim Skills Lab
BENANG MERAH KLINIS
Pak Warno dalam seminggu ini mengeluhkan rasa sesak ketika bernapas, batuk dan sering nyeri dada. Saat ini ia berkeinginan untuk berobat. Anda seorang dokter, prosedur tindakan apa yang harus anda lakukan untuk membantu
menegakkan diagnosa ?
PEMERIKSAAN PAYUDARA (BREAST EXAM)
Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan teknik pemeriksaan payudara (Breast Exam) secara sistematis dan benar. A. INSPEKSI Anamnesa harus dilanjutkan dengan inspeksi visual. Untuk menghindari kecanggungan dan kesalahpahaman, pemeriksa harus memberitahu pasien bahwa inspeksi akan dilakukan dan menjelaskan apa-apa saja yang dinilai selama pemeriksaan. Pasien
menegakkan diagnosa ?
PEMERIKSAAN PAYUDARA (BREAST EXAM)
Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan teknik pemeriksaan payudara (Breast Exam) secara sistematis dan benar. A. INSPEKSI Anamnesa harus dilanjutkan dengan inspeksi visual. Untuk menghindari kecanggungan dan kesalahpahaman, pemeriksa harus memberitahu pasien bahwa inspeksi akan dilakukan dan menjelaskan apa-apa saja yang dinilai selama pemeriksaan. Pasien
harus duduk dengan kedua tangan menekan pinggang dengan kuat, untuk mengkontraksikan otot pektoralis mayor sehingga bila ada asimetri akan terlihat dengan jelas. Walaupun posisi-posisi lain (tangan di belakang/atas kepala atau tangan di sisi tubuh) dapat mempermudah identifikasi asimetri, namun hasilnya tidak lebih baik daripada posisi yang pertama disebut di atas dan memakan lebih banyak waktu. Payudara harus diinspeksi dari semua sisi dan harus:
Diperiksa asimetri pada bentuk dan kontur (termasuk perubahan yang tak kentara)
Diperiksa perubahan kulit, berupa eritema, retraksi atau cekungan, dan perubahan putting susu. Tanda-tanda fisik yang berhubungan kanker payudara disingkat BREAST, yaitu Breast mass, Retraction, Edema, Axillary mass, Scaly nipple (putting bersisik), and Tender breast(nyeri).
Teknik Inspeksi Payudara Melakukan Inspeksi payudara (pasien dalam posisi duduk dan meminta pasien untuk membuka pakaiannya)
Pemeriksaan dilakukan dari arah depan dan samping lakukan penilaian terhadap ukuran, simetris atau tidak, bentuk, kulit sekitarnya, jaringan parut serta puting dan areola apakah terdapat perubahan kulit yang dapat berupa eritema, retraksi, perubahan puting susu maupun discharge.
Pasien mengangkat tangan dan meletakkan diatas kepala lakukan penilaian terhadap ukuran, simetris atau tidak, bentuk, kulit sekitarnya, jaringan parut serta puting dan areola apakah terdapat perubahan kulit yang dapat berupa eritema, retraksi, perubahan puting susu maupun discharge.
Pasien meletakkan tangan setinggi pinggang dengan siku ditarik kearah belakang lakukan penilaian terhadap ukuran, simetris atau tidak, bentuk, kulit sekitarnya, jaringan parut serta puting dan areola apakah terdapat perubahan kulit yang dapat berupa eritema, retraksi, perubahan puting susu maupun discharge.
Pasien dalam posisi bersandar dan mengulurkan tangan ke depan lakukan penilaian terhadap ukuran, simetris atau tidak, bentuk, kulit sekitarnya, jaringan parut serta puting dan areola apakah terdapat perubahan kulit yang dapat berupa eritema,
harus duduk dengan kedua tangan menekan pinggang dengan kuat, untuk mengkontraksikan otot pektoralis mayor sehingga bila ada asimetri akan terlihat dengan jelas. Walaupun posisi-posisi lain (tangan di belakang/atas kepala atau tangan di sisi tubuh) dapat mempermudah identifikasi asimetri, namun hasilnya tidak lebih baik daripada posisi yang pertama disebut di atas dan memakan lebih banyak waktu. Payudara harus diinspeksi dari semua sisi dan harus:
Diperiksa asimetri pada bentuk dan kontur (termasuk perubahan yang tak kentara)
Diperiksa perubahan kulit, berupa eritema, retraksi atau cekungan, dan perubahan putting susu. Tanda-tanda fisik yang berhubungan kanker payudara disingkat BREAST, yaitu Breast mass, Retraction, Edema, Axillary mass, Scaly nipple (putting bersisik), and Tender breast(nyeri).
Teknik Inspeksi Payudara Melakukan Inspeksi payudara (pasien dalam posisi duduk dan meminta pasien untuk membuka pakaiannya)
Pemeriksaan dilakukan dari arah depan dan samping lakukan penilaian terhadap ukuran, simetris atau tidak, bentuk, kulit sekitarnya, jaringan parut serta puting dan areola apakah terdapat perubahan kulit yang dapat berupa eritema, retraksi, perubahan puting susu maupun discharge.
Pasien mengangkat tangan dan meletakkan diatas kepala lakukan penilaian terhadap ukuran, simetris atau tidak, bentuk, kulit sekitarnya, jaringan parut serta puting dan areola apakah terdapat perubahan kulit yang dapat berupa eritema, retraksi, perubahan puting susu maupun discharge.
Pasien meletakkan tangan setinggi pinggang dengan siku ditarik kearah belakang lakukan penilaian terhadap ukuran, simetris atau tidak, bentuk, kulit sekitarnya, jaringan parut serta puting dan areola apakah terdapat perubahan kulit yang dapat berupa eritema, retraksi, perubahan puting susu maupun discharge.
Pasien dalam posisi bersandar dan mengulurkan tangan ke depan lakukan penilaian terhadap ukuran, simetris atau tidak, bentuk, kulit sekitarnya, jaringan parut serta puting dan areola apakah terdapat perubahan kulit yang dapat berupa eritema,
retraksi, perubahan puting susu maupun discharge. Temuan pada inspeksi dapat dibandingkan dengan data-data di masa lalu. Inspeksi memakan waktu yang paling singkat dari seluruh pemeriksaan. B. PALPASI Setelah diinspeksi, setiap payudara dipalpasi beserta nodus limfe di sekitarnya. Untuk menghindari kecanggungan dan kesalahpahaman, pemeriksa harus memberitahu pasien bahwa palpasi akan dilakukan dan menjelaskan apa-apa saja yang dinilai selama pemeriksaan. Palpasi memberi kesempatan untuk diskusi tentang variasi normal dari karakteristik payudara dan pentingnya seorang wanita untuk terbiasa dengan karakteristik payudaranya. Ketelitian sangat penting; seluruh jaringan payudara harus diperiksa beserta nodus limfe di sekitarnya. Palpasi yang benar mencakup lima karakteristik kunci:
1. Posisi: pasien harus duduk untuk palpasi limfonodus aksi-lar, supraklavikular, dan infraklavikular. Pasien harus berbar-ing untuk palpasi payudara, dengan tangan ipsilateral di atas kepala untuk membuat payudara lebih datar di atas dinding dada sehingga mengurangi ketebalan jaringannya. Jika cara ini tidak berhasil pada jaringan payudara yang rata, harus dil-akukan sentralisasi payudara dengan meletakkan bantal kecil di bawah bahu/punggung bawah pada sisi payudara yang di-periksa. Jaringan yang diperiksa harus setipis mungkin di atas dinding dada. Pemeriksa harus bisa melihat seluruh daerah yang diperiksa.
2. Perimeter: setiap jar ingan payudara terbentang dengan bentuk pentagon (berlawanan dengan persepsi tradisional bah-wa payudara berbentuk kerucut). Pemeriksa harus menggunakan tanda-tanda berikut sebagai patokan area: mengarah ke bawah dari garis mid-aksiler, melintasi bukit payudara pada iga ke-5 atau 6, ke atas sisi lateral sternum, melintasi clavicula, dan kembali ke mid-aksilla.
3. Pola: keseluruhan jar ingan payudara harus dipalpasi dengan pola “bidang vertikal”. (sebuah analisis yang sistematik menunjukkan kelebihan pola bidang vertikal dibandingkan pola lingkaran konsentris dan pola jari-jari radial dalam hal ketelitian dan cakupan). Palpasi harus dimulai dari aksila. Jika telah dilakukan mastektomi, maka dinding dada,
retraksi, perubahan puting susu maupun discharge. Temuan pada inspeksi dapat dibandingkan dengan data-data di masa lalu. Inspeksi memakan waktu yang paling singkat dari seluruh pemeriksaan. B. PALPASI Setelah diinspeksi, setiap payudara dipalpasi beserta nodus limfe di sekitarnya. Untuk menghindari kecanggungan dan kesalahpahaman, pemeriksa harus memberitahu pasien bahwa palpasi akan dilakukan dan menjelaskan apa-apa saja yang dinilai selama pemeriksaan. Palpasi memberi kesempatan untuk diskusi tentang variasi normal dari karakteristik payudara dan pentingnya seorang wanita untuk terbiasa dengan karakteristik payudaranya. Ketelitian sangat penting; seluruh jaringan payudara harus diperiksa beserta nodus limfe di sekitarnya. Palpasi yang benar mencakup lima karakteristik kunci:
1. Posisi: pasien harus duduk untuk palpasi limfonodus aksi-lar, supraklavikular, dan infraklavikular. Pasien harus berbar-ing untuk palpasi payudara, dengan tangan ipsilateral di atas kepala untuk membuat payudara lebih datar di atas dinding dada sehingga mengurangi ketebalan jaringannya. Jika cara ini tidak berhasil pada jaringan payudara yang rata, harus dil-akukan sentralisasi payudara dengan meletakkan bantal kecil di bawah bahu/punggung bawah pada sisi payudara yang di-periksa. Jaringan yang diperiksa harus setipis mungkin di atas dinding dada. Pemeriksa harus bisa melihat seluruh daerah yang diperiksa.
2. Perimeter: setiap jar ingan payudara terbentang dengan bentuk pentagon (berlawanan dengan persepsi tradisional bah-wa payudara berbentuk kerucut). Pemeriksa harus menggunakan tanda-tanda berikut sebagai patokan area: mengarah ke bawah dari garis mid-aksiler, melintasi bukit payudara pada iga ke-5 atau 6, ke atas sisi lateral sternum, melintasi clavicula, dan kembali ke mid-aksilla.
3. Pola: keseluruhan jar ingan payudara harus dipalpasi dengan pola “bidang vertikal”. (sebuah analisis yang sistematik menunjukkan kelebihan pola bidang vertikal dibandingkan pola lingkaran konsentris dan pola jari-jari radial dalam hal ketelitian dan cakupan). Palpasi harus dimulai dari aksila. Jika telah dilakukan mastektomi, maka dinding dada,
kulit, dan insisi harus diperiksa. 4. Palpasi: pemer iksa harus menggunakan ujung tiga jar i
tengah untuk memeriksa setiap payudara. Palpasi dengan gerakan sirkular seukuran uang receh. Jaringan dekat putting harus dipalpasi, jangan diremas untuk menghindari keluarnya cairan dan ketidaknyamanan. Hanya keluarnya cairan spontan yang harus dievaluasi lebih lanjut. Jaringan payudara di kuadran atas-luar dan di bawah areola dan putting harus diperiksa seksama, karena merupakan tempat tersering timbulnya kanker.
5. Penekanan: ada tiga tipe penekanan: r ingan, sedang, dan kuat, sesuai jaringan subkutan, medium dan dalam pada dinding dada. Sesuaikan palpasi dengan bentuk, ukuran, dan konsistensi jaringan, dan sesuaikan penekanan dengan faktor-faktor lain seperti ukuran payudara ataupun ada-tidaknya implan payudara. Implan yang benar dipasang di belakang jaringan payudara, maka teknik pemeriksaannya sama seperti pada payudara tanpa implan.
Teknik Palpasi Payudara a. pasien dalam posisi duduk
Melakukan palpasi bimanual, meletakkan satu tangan dipayudara bagian atas dan tangan yang lain memegang dari arah bawah payudara, nilai konsistensi, nodul, massa, dan kekenyalannya. Lakukan pada kedua payudara.
b. pasien dalam posisi berbaring
Meminta pasien untuk berbaring diatas tempat tidur, bahu diganjal dengan bantal, tangan kanan diletakkan dibelakang kepala (untuk pemeriksaan payudara kanan), pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien.
Melakukan palpasi payudara kanan dengan menggunakan ujung tiga jari tengah bagian palmar dengan gerakan memutar, nilai konsistensinya, elastisitas, kekenyalan, nodul ataupun massa.
Melakukan palpasi nipple dan areola, nilai : elastisitas, discharge, retraksi, pendataran, dan apakah terdapat edema.
kulit, dan insisi harus diperiksa. 4. Palpasi: pemer iksa harus menggunakan ujung tiga jar i
tengah untuk memeriksa setiap payudara. Palpasi dengan gerakan sirkular seukuran uang receh. Jaringan dekat putting harus dipalpasi, jangan diremas untuk menghindari keluarnya cairan dan ketidaknyamanan. Hanya keluarnya cairan spontan yang harus dievaluasi lebih lanjut. Jaringan payudara di kuadran atas-luar dan di bawah areola dan putting harus diperiksa seksama, karena merupakan tempat tersering timbulnya kanker.
5. Penekanan: ada tiga tipe penekanan: r ingan, sedang, dan kuat, sesuai jaringan subkutan, medium dan dalam pada dinding dada. Sesuaikan palpasi dengan bentuk, ukuran, dan konsistensi jaringan, dan sesuaikan penekanan dengan faktor-faktor lain seperti ukuran payudara ataupun ada-tidaknya implan payudara. Implan yang benar dipasang di belakang jaringan payudara, maka teknik pemeriksaannya sama seperti pada payudara tanpa implan.
Teknik Palpasi Payudara a. pasien dalam posisi duduk
Melakukan palpasi bimanual, meletakkan satu tangan dipayudara bagian atas dan tangan yang lain memegang dari arah bawah payudara, nilai konsistensi, nodul, massa, dan kekenyalannya. Lakukan pada kedua payudara.
b. pasien dalam posisi berbaring
Meminta pasien untuk berbaring diatas tempat tidur, bahu diganjal dengan bantal, tangan kanan diletakkan dibelakang kepala (untuk pemeriksaan payudara kanan), pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien.
Melakukan palpasi payudara kanan dengan menggunakan ujung tiga jari tengah bagian palmar dengan gerakan memutar, nilai konsistensinya, elastisitas, kekenyalan, nodul ataupun massa.
Melakukan palpasi nipple dan areola, nilai : elastisitas, discharge, retraksi, pendataran, dan apakah terdapat edema.
Pemeriksaan dilakukan pada payudara kiri dengan cara yang sama.
Teknik Palpasi Kelenjar Limfe
Pasien dalam posisi duduk
Melakukan palpasi kelenjar limfe leher bilateral, nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
Melakukan palpasi kelenjar limfe axilla, letakkan lengan ipsilateral pasien diatas bahu pemeriksa. Dengan jari tangan yang berlawanan raihlah sejauh mungkin puncak dari axilla dan palpasi dari atas sampai kebawah, daerah anterior sepanjang M.pectoralis dan daerah posterior sepanjang M.Latissimus (sehingga membentuk segitiga dengan puncaknya bagian atas axilla). Beberapa nodul kecil (<1 cm) dapat teraba terutama pada pasien yang kurus, nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
Melakukan palpasi kelenjar limfe infraklavikular, nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
Melakukan palpasi kelenjar limfe supraklavikular, (pemeriksa berdiri dibelakang pasien) nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
Lamanya pemeriksaan tidak ditentukan untuk beberapa alasan. Pertama, ketelitian lebih penting daripada efisiensi waktu. Sebagai tambahan, variasi faktor-faktor seperti ukuran payudara, keempukan, kekenyalan, berat badan, dan faktor-faktor resiko dapat mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan. Penafsiran dan Pelaporan: Laporan harus berisi ringkasan riwayat pasien dan deskripsi atas penafsiran hasil pemeriksaan, apakah normal atau tidak. Jika abnormal, harus dicantumkan temuan-temuan pada inspeksi dan palpasi, termasuk perubahan pada kulit dan putting, ada/tidaknya cairan putting, ada/tidaknya massa atau asimetri, dan ada/tidaknya limfonodus yang teraba. Tanggung jawab utama untuk implementasi pada klinisi dan organsisasi pelayanan kesehatan. . Fungsi utama pemeriksaan klinis payudara adalah untuk mengidentifikasi abnormalitas yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut; pemeriksaan klinis saja tidak cukup untuk
Pemeriksaan dilakukan pada payudara kiri dengan cara yang sama.
Teknik Palpasi Kelenjar Limfe
Pasien dalam posisi duduk
Melakukan palpasi kelenjar limfe leher bilateral, nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
Melakukan palpasi kelenjar limfe axilla, letakkan lengan ipsilateral pasien diatas bahu pemeriksa. Dengan jari tangan yang berlawanan raihlah sejauh mungkin puncak dari axilla dan palpasi dari atas sampai kebawah, daerah anterior sepanjang M.pectoralis dan daerah posterior sepanjang M.Latissimus (sehingga membentuk segitiga dengan puncaknya bagian atas axilla). Beberapa nodul kecil (<1 cm) dapat teraba terutama pada pasien yang kurus, nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
Melakukan palpasi kelenjar limfe infraklavikular, nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
Melakukan palpasi kelenjar limfe supraklavikular, (pemeriksa berdiri dibelakang pasien) nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
Lamanya pemeriksaan tidak ditentukan untuk beberapa alasan. Pertama, ketelitian lebih penting daripada efisiensi waktu. Sebagai tambahan, variasi faktor-faktor seperti ukuran payudara, keempukan, kekenyalan, berat badan, dan faktor-faktor resiko dapat mempengaruhi waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan. Penafsiran dan Pelaporan: Laporan harus berisi ringkasan riwayat pasien dan deskripsi atas penafsiran hasil pemeriksaan, apakah normal atau tidak. Jika abnormal, harus dicantumkan temuan-temuan pada inspeksi dan palpasi, termasuk perubahan pada kulit dan putting, ada/tidaknya cairan putting, ada/tidaknya massa atau asimetri, dan ada/tidaknya limfonodus yang teraba. Tanggung jawab utama untuk implementasi pada klinisi dan organsisasi pelayanan kesehatan. . Fungsi utama pemeriksaan klinis payudara adalah untuk mengidentifikasi abnormalitas yang membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut; pemeriksaan klinis saja tidak cukup untuk
membedakan kelainan jinak atau ganas. Penafsiran hasil pemeriksaan klinis cukup rumit. Variasi karakteristik pasien dapat mempengaruhi penafsiran, yaitu usia, paritas, kepadatan jaringan dan nodularitas, status menopause, fase siklus haid, dan riwayat penyakit. Sebagai contoh, keluarnya cairan bercampur darah dari putting susu adalah normal selama trimester terakhir kehamilan dan tiga bulan pertama menyusui, namun pada wanita yang tidak hamil atau tidak menyusui lain ceritanya. Demikian pula eritema kulit atau limfedema pada wanita yang mendapat radioterapi tidak membutuhkan follow up serius, namun pada wanita yang lain maka lain pula ceritanya. Tantangan yang serius ada pada temuan nodularitas dan kekenyalan payudara, yang bervariasi menurut individu atau bahkan menurut waktu pada satu indvidu. Sebagai contoh, peningkatan nodularitas bisa jadi normal selama fase luteal dari siklus haid, namun pada saat lain bisa berarti patologis yang harus difollow up serius. Interpretasi Interpretasi mencakup tiga unsur: identifikasi karakteristik payudara dan limfonodus yang dapat dilihat dan dipalpasi; penggunaan istilah yang tepat untuk masing-masing karakteristik; dan pemilihan follow-up yang tepat untuk setiap temuan. Unsur-unsur interpretasi dan pelaporan yang dijelaskan berikut adalah kerangka kerja umum, yang menjelaskan temuan inspeksi dan palpasi, dan melaporkannya dalam bentuk rekomendasi untuk follow-up. Interpretasi dan pelaporan tidak selamanya mudah dilakukan, sebagai contoh pada wanita dengan payudara yang sangat noduler. Peranan pemeriksaan klinis ini adalah untuk identifikasi temuan yang dapat dilihat atau diraba; jinak atau ganasnya hanya dapat ditentukan dengan evaluasi lebih lanjut. Secara umum, hasil pemeriksaan dapat dilaporkan dalam dua cara:
Normal/negatif: tidak ada abnormalitas pada temuan in-speksi dan palpasi.
Abnormal: perbedaan hasil pemer iksaan antara payudara kiri dan kanan dapat menjadi dasar rekomendasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pelaporan Pelaporan harus mencakup deskripsi dari setiap temuan dengan bahasa yang tepat, jelas dan spesifik. Positif atau negatifnya inter-pretasi dari setiap temuan menentukan langkah-langkah lebih
membedakan kelainan jinak atau ganas. Penafsiran hasil pemeriksaan klinis cukup rumit. Variasi karakteristik pasien dapat mempengaruhi penafsiran, yaitu usia, paritas, kepadatan jaringan dan nodularitas, status menopause, fase siklus haid, dan riwayat penyakit. Sebagai contoh, keluarnya cairan bercampur darah dari putting susu adalah normal selama trimester terakhir kehamilan dan tiga bulan pertama menyusui, namun pada wanita yang tidak hamil atau tidak menyusui lain ceritanya. Demikian pula eritema kulit atau limfedema pada wanita yang mendapat radioterapi tidak membutuhkan follow up serius, namun pada wanita yang lain maka lain pula ceritanya. Tantangan yang serius ada pada temuan nodularitas dan kekenyalan payudara, yang bervariasi menurut individu atau bahkan menurut waktu pada satu indvidu. Sebagai contoh, peningkatan nodularitas bisa jadi normal selama fase luteal dari siklus haid, namun pada saat lain bisa berarti patologis yang harus difollow up serius. Interpretasi Interpretasi mencakup tiga unsur: identifikasi karakteristik payudara dan limfonodus yang dapat dilihat dan dipalpasi; penggunaan istilah yang tepat untuk masing-masing karakteristik; dan pemilihan follow-up yang tepat untuk setiap temuan. Unsur-unsur interpretasi dan pelaporan yang dijelaskan berikut adalah kerangka kerja umum, yang menjelaskan temuan inspeksi dan palpasi, dan melaporkannya dalam bentuk rekomendasi untuk follow-up. Interpretasi dan pelaporan tidak selamanya mudah dilakukan, sebagai contoh pada wanita dengan payudara yang sangat noduler. Peranan pemeriksaan klinis ini adalah untuk identifikasi temuan yang dapat dilihat atau diraba; jinak atau ganasnya hanya dapat ditentukan dengan evaluasi lebih lanjut. Secara umum, hasil pemeriksaan dapat dilaporkan dalam dua cara:
Normal/negatif: tidak ada abnormalitas pada temuan in-speksi dan palpasi.
Abnormal: perbedaan hasil pemer iksaan antara payudara kiri dan kanan dapat menjadi dasar rekomendasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pelaporan Pelaporan harus mencakup deskripsi dari setiap temuan dengan bahasa yang tepat, jelas dan spesifik. Positif atau negatifnya inter-pretasi dari setiap temuan menentukan langkah-langkah lebih
lanjut. Pelaporan harus disusun menurut urutan pemeriksaan. Sebagai contoh dapat dilihat sebagai berikut. Hasil Pemeriksaan Normal/Negatif
Riwayat klinis – jelaskan:
Screening yang telah dilakukan.
Perubahan pada payudara.
Ada-tidaknya resiko kanker payudara.
Faktor hormonal pada saat pemeriksaan (cth: siklus haid, kehamilan, menyusui, kontrasepsi hormonal, dan terapi hormonal).
Inspeksi payudara – jelaskan:
Simetris-tidaknya bentuk payudara dan ada-tidaknya perubahan putting dan areola.
Jaringan parut. Palpasi payudara – jelaskan:
Nodularitas: Nodularitas normal bukanlah kondisi fibrokistik. Keempukan payudara siklik yang normal
bukanlah kondisi patologis.
Simetri.
Keempukan (fokal vs general dan konstan vs inter-mitten).
Palpasi limfonodus – jelaskan:
Nodus infra dan supraklavikular.
Nodus aksilar. Follow-up. Temuan Abnormal :
Riwayat klinis – jelaskan :
Screening yang telah dilakukan.
Perubahan pada payudara.
Ada-tidaknya resiko kanker payudara.
lanjut. Pelaporan harus disusun menurut urutan pemeriksaan. Sebagai contoh dapat dilihat sebagai berikut. Hasil Pemeriksaan Normal/Negatif
Riwayat klinis – jelaskan:
Screening yang telah dilakukan.
Perubahan pada payudara.
Ada-tidaknya resiko kanker payudara.
Faktor hormonal pada saat pemeriksaan (cth: siklus haid, kehamilan, menyusui, kontrasepsi hormonal, dan terapi hormonal).
Inspeksi payudara – jelaskan:
Simetris-tidaknya bentuk payudara dan ada-tidaknya perubahan putting dan areola.
Jaringan parut. Palpasi payudara – jelaskan:
Nodularitas: Nodularitas normal bukanlah kondisi fibrokistik. Keempukan payudara siklik yang normal
bukanlah kondisi patologis.
Simetri.
Keempukan (fokal vs general dan konstan vs inter-mitten).
Palpasi limfonodus – jelaskan:
Nodus infra dan supraklavikular.
Nodus aksilar. Follow-up. Temuan Abnormal :
Riwayat klinis – jelaskan :
Screening yang telah dilakukan.
Perubahan pada payudara.
Ada-tidaknya resiko kanker payudara.
Faktor hormonal pada saat pemeriksaan (cth: silus haid, kehamilan, menyusui, kontrasepsi hormonal, dan terapi hormonal).
Inspeksi – jelaskan:
Kontur (retraksi kulit, cekungan). .
Warna (eritema).
Tekstur (penebalan kulit atau limfedema).
Sisik atau retraksi pada putting.
Inversi putting (usia atau onset pada usia dewasa).
Lokasi temuan abnormal atau massa menurut arah jarum jam dan pada sisi mana.
Ukuran abnormalitas. . Palpasi payudara – jelaskan (untuk setiap temuan abnor-
mal):
Massa tiga dimensi atau penebalan dua dimensi.
Niple Lokasi tiga dimensional (subkutan, medium,
dekat dinding dada, menurut arah jarum jam). Ukuran. Bentuk (bundar, bujur, irreguler, lobular, atau
penojolan dari massa sentral). Mobilitas (mobil, terfiksir pada kulit atau
dinding dada). Konsistensi (lunak, sama seperti jaringan
sekitarnya, keras). Tekstur eksternal (lembut, irreguler, benjolan di
permukaan luar massa).
Niple discharge. Spontaneous. Warna. Jumlah duktus yang terlibat. Sisi sebelah mana.
Follow up
Faktor hormonal pada saat pemeriksaan (cth: silus haid, kehamilan, menyusui, kontrasepsi hormonal, dan terapi hormonal).
Inspeksi – jelaskan:
Kontur (retraksi kulit, cekungan). .
Warna (eritema).
Tekstur (penebalan kulit atau limfedema).
Sisik atau retraksi pada putting.
Inversi putting (usia atau onset pada usia dewasa).
Lokasi temuan abnormal atau massa menurut arah jarum jam dan pada sisi mana.
Ukuran abnormalitas. . Palpasi payudara – jelaskan (untuk setiap temuan abnor-
mal):
Massa tiga dimensi atau penebalan dua dimensi.
Niple Lokasi tiga dimensional (subkutan, medium,
dekat dinding dada, menurut arah jarum jam). Ukuran. Bentuk (bundar, bujur, irreguler, lobular, atau
penojolan dari massa sentral). Mobilitas (mobil, terfiksir pada kulit atau
dinding dada). Konsistensi (lunak, sama seperti jaringan
sekitarnya, keras). Tekstur eksternal (lembut, irreguler, benjolan di
permukaan luar massa).
Niple discharge. Spontaneous. Warna. Jumlah duktus yang terlibat. Sisi sebelah mana.
Follow up
Harus ada follow-up standar yang menghasilkan pe-nanganan yang kontinyu sehingga didapat hasil yang beresolusi tinggi. Follow up adalah komponen final sekaligus penting dilakukan pada pemeriksaan klinis payudara; setiap temuan membutuhkan follow up yang berbeda-beda.
CHECKLIST BREAST EXAM Keterangan :
0 = tidak dilakukan 1 = dilakukan tetapi kurang sempurna 2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan : Skor total ...../36 x 100% = %
MANUVER LEOPOLD Tujuan belajar :
Mahasiswa mampu melakukan teknik palpasi bimanual “Leopold Manuver“ pada wanita hamil secara sistematis dan benar.
Seperti pada pemeriksaan media pada umumnya, pemeriksaan ob-stetrik terdiri atas :
1. Anamnesis
2. Inspeksi
3. Palpasi
4. Auskultasi
Harus ada follow-up standar yang menghasilkan pe-nanganan yang kontinyu sehingga didapat hasil yang beresolusi tinggi. Follow up adalah komponen final sekaligus penting dilakukan pada pemeriksaan klinis payudara; setiap temuan membutuhkan follow up yang berbeda-beda.
CHECKLIST BREAST EXAM Keterangan :
0 = tidak dilakukan 1 = dilakukan tetapi kurang sempurna 2 = dilakukan dengan sempurna
Cakupan penguasaan keterampilan : Skor total ...../36 x 100% = %
MANUVER LEOPOLD Tujuan belajar :
Mahasiswa mampu melakukan teknik palpasi bimanual “Leopold Manuver“ pada wanita hamil secara sistematis dan benar.
Seperti pada pemeriksaan media pada umumnya, pemeriksaan ob-stetrik terdiri atas :
1. Anamnesis
2. Inspeksi
3. Palpasi
4. Auskultasi
5. Pemeriksaan dalam Pemeriksaan tambahan : laboratorium, rontgenologis, USG, amni-oskopi, fetal monitoring dengan kardiotokografi (CTG). 1 ANAMNESIS GPA ( Gravida, Para, Abortus
1 Gravida : adalah jumlah kehamilan, termasuk mola, kehamilan ektopik, abortus.
2 Para : jumlah anak yang dilahirkan dengan berat lebih dari 500 gram
3 Abortus : pengeluaran hasil konsepsi yang kurang dari 500 gram
4 Jadi pada saat melakukan anamnesis, kepada pasien perlu ditanyakan berapa kali hamil, pernah melahirkan janin aterm atau belum, dan berapa kali abortus. 5 Dari sini kita akan melihat riwayat obstetriknya, baik atau tidak. Penderita yang pernah melahirkan janin cukup bulan, spontan dan anak hidup setidak-tidaknya mencerminkan bahwa panggulnya baik. Dalam hal ini dikatakan bahwa ibu tersebut mempunyai riwayat obstetri yang baik. 6 Penderita dengan riwayat forseps, apalagi janin yang lahir terus mati, kita harus berhati-hati. Mungkin ada sesuatu tentang panggulnya. Apabila dengan anamnesis diketahui bahwa ibu pernah mengalami operasi karena jalan lahir yang sempit, maka dalam hal ini tindakannya sudah jelas yaitu re-seksio sesaria atas indikasi panggul yang sempit atau DKP. 7 Penderita dengan riwayat abortus yang berulang, juga harus ditangani secara sangat hati-hati (tidak berarti yang tidak demikian dokter boleh seenaknya), karena yang dikandungnya adalah anak yang sangat berharga. 8
Umur kehamilan Kapan berhenti haid. Dalam obstetri, umur kehamilan ditentukan berdasarkan HPM (hari pertama menstruasi terakhir), sedang pada embriologi umur janin dihitung berdasarkan umur konsepsi. Dengan diketahui HPM, maka selain umur kehamilan dapat ditentukan pula HPL (hari perkiraan lahir). Rumus Naegel, adalah : HPL = hari +7, bulan –3 dan tahun +1 Berdasarkan umur kehamilan, maka dikenal :
Abortus : keluarnya hasil konsepsi dengan umur 0-20
No
Aspek yang dinilai
Nilai
0 1 2
1 Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan stres sebelum melakukan pemeriksaan payudara :
a Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan.
b Memberitahukan kemungkinan adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang timbul selama pemeriksaan dilakukan.
2 Pemeriksaan dalam posisi duduk (meminta pasien untuk membuka pakaiannya).
a Melakukan Inspeksi payudara, lakukan penilaian terhadap ukuran, simetris atau tidak, bentuk, kulit sekitarnya, jaringan parut serta puting dan areola apakah terdapat perubahan kulit yang dapat berupa eritema, retraksi, perubahan puting susu maupun discharge.
Pemeriksaan dilakukan dari arah depan dan samping
Pasien mengangkat tangan dan meletakkan diatas kepala
Pasien meletakkan tangan setinggi pinggang dengan siku ditarik kearah belakang
Pasien dalam posisi bersandar dan mengulurkan tangan ke depan
b Melakukan Palpasi Payudara
Melakukan palpasi bimanual pada jaringan payudara, puting dan areola dengan menggunakan ujung ketiga jari tengah bagian volar/palmar : nilai konsistensi, nodul, massa, dan kekenyalannya.
c Melakukan palpasi kelenjar limfe
Melakukan palpasi kelenjar limfe leher bilateral, nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
Melakukan palpasi kelenjar limfe axilla, nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
Melakukan palpasi kelenjar limfe infraklavikular, nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
5. Pemeriksaan dalam Pemeriksaan tambahan : laboratorium, rontgenologis, USG, amni-oskopi, fetal monitoring dengan kardiotokografi (CTG). 1 ANAMNESIS GPA ( Gravida, Para, Abortus
1 Gravida : adalah jumlah kehamilan, termasuk mola, kehamilan ektopik, abortus.
2 Para : jumlah anak yang dilahirkan dengan berat lebih dari 500 gram
3 Abortus : pengeluaran hasil konsepsi yang kurang dari 500 gram
4 Jadi pada saat melakukan anamnesis, kepada pasien perlu ditanyakan berapa kali hamil, pernah melahirkan janin aterm atau belum, dan berapa kali abortus. 5 Dari sini kita akan melihat riwayat obstetriknya, baik atau tidak. Penderita yang pernah melahirkan janin cukup bulan, spontan dan anak hidup setidak-tidaknya mencerminkan bahwa panggulnya baik. Dalam hal ini dikatakan bahwa ibu tersebut mempunyai riwayat obstetri yang baik. 6 Penderita dengan riwayat forseps, apalagi janin yang lahir terus mati, kita harus berhati-hati. Mungkin ada sesuatu tentang panggulnya. Apabila dengan anamnesis diketahui bahwa ibu pernah mengalami operasi karena jalan lahir yang sempit, maka dalam hal ini tindakannya sudah jelas yaitu re-seksio sesaria atas indikasi panggul yang sempit atau DKP. 7 Penderita dengan riwayat abortus yang berulang, juga harus ditangani secara sangat hati-hati (tidak berarti yang tidak demikian dokter boleh seenaknya), karena yang dikandungnya adalah anak yang sangat berharga. 8
Umur kehamilan Kapan berhenti haid. Dalam obstetri, umur kehamilan ditentukan berdasarkan HPM (hari pertama menstruasi terakhir), sedang pada embriologi umur janin dihitung berdasarkan umur konsepsi. Dengan diketahui HPM, maka selain umur kehamilan dapat ditentukan pula HPL (hari perkiraan lahir). Rumus Naegel, adalah : HPL = hari +7, bulan –3 dan tahun +1 Berdasarkan umur kehamilan, maka dikenal :
Abortus : keluarnya hasil konsepsi dengan umur 0-20
No
Aspek yang dinilai
Nilai
0 1 2
1 Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan stres sebelum melakukan pemeriksaan payudara :
a Memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan.
b Memberitahukan kemungkinan adanya rasa sakit atau tidak nyaman yang timbul selama pemeriksaan dilakukan.
2 Pemeriksaan dalam posisi duduk (meminta pasien untuk membuka pakaiannya).
a Melakukan Inspeksi payudara, lakukan penilaian terhadap ukuran, simetris atau tidak, bentuk, kulit sekitarnya, jaringan parut serta puting dan areola apakah terdapat perubahan kulit yang dapat berupa eritema, retraksi, perubahan puting susu maupun discharge.
Pemeriksaan dilakukan dari arah depan dan samping
Pasien mengangkat tangan dan meletakkan diatas kepala
Pasien meletakkan tangan setinggi pinggang dengan siku ditarik kearah belakang
Pasien dalam posisi bersandar dan mengulurkan tangan ke depan
b Melakukan Palpasi Payudara
Melakukan palpasi bimanual pada jaringan payudara, puting dan areola dengan menggunakan ujung ketiga jari tengah bagian volar/palmar : nilai konsistensi, nodul, massa, dan kekenyalannya.
c Melakukan palpasi kelenjar limfe
Melakukan palpasi kelenjar limfe leher bilateral, nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
Melakukan palpasi kelenjar limfe axilla, nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
Melakukan palpasi kelenjar limfe infraklavikular, nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
minggu
Partus imaturus : partus yang terjadi pada 21-27 minggu
Partus prematurus : partus yang terjadi pada 28-37 minggu
Partus maturus : partus yang terjadi pada 38-42 minggu Partus postmaturus : partus yang terjadi pada lebih dari 42 minggu
1 Hamil aterm menunjukkan umur kehamilan 38-42 minggu, sedang kurang dari 38 minggu dapat disebut persalinan preterm, dan lebih dari 42 minggu sebagai posterm. 2 Bila umur kehamilan tidak diketahui, maka jenis persalinan ditentukan berdasarkan berat badan. 3 Kurang dari 500 gram : abortus 4 500-999 gram : partus immaturus 5 1000-2499 gram : partus prematurus 6 2500 gram lebih : partus maturus 7 konsep ini juga tidak lagi tepat, karena janin dengan BB < 2500 gram belum tentu prematur, tetapi hanya BBLR ( Bayi Berat Lahir Rendah).
Melakukan palpasi kelenjar limfe supraklavikular, (pemeriksa berdiri dibelakang pasien) nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
4 Pemeriksaan dalam posisi berbaring
a Meminta pasien untuk berbaring diatas tempat tidur, bahu diganjal dengan bantal, tangan kanan diletakkan dibelakang kepala (untuk pemeriksaan payudara kanan), pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien.
b Melakukan Inspeksi payudara, lakukan penilaian terhadap ukuran, simetris atau tidak, bentuk, kulit sekitarnya, jaringan parut serta puting dan areola apakah terdapat perubahan kulit yang dapat berupa eritema, retraksi, perubahan puting susu maupun discharge.
c Melakukan palpasi payudara kanan dengan menggunakan ujung tiga jari tengah dengan gerakan sirkular, nilai konsistensinya, elastisitas, kekenyalan, nodul ataupun massa.
d Melakukan palpasi nipple dan areola, nilai : elastisitas, discharge, retraksi, pendataran, dan apakah terdapat edema.
e Pemeriksaan dilakukan pada payudara kiri dengan cara yang sama.
6 Memberikan informasi hasil pemeriksaan dan follow up lebih lanjut.
minggu
Partus imaturus : partus yang terjadi pada 21-27 minggu
Partus prematurus : partus yang terjadi pada 28-37 minggu
Partus maturus : partus yang terjadi pada 38-42 minggu Partus postmaturus : partus yang terjadi pada lebih dari 42 minggu
1 Hamil aterm menunjukkan umur kehamilan 38-42 minggu, sedang kurang dari 38 minggu dapat disebut persalinan preterm, dan lebih dari 42 minggu sebagai posterm. 2 Bila umur kehamilan tidak diketahui, maka jenis persalinan ditentukan berdasarkan berat badan. 3 Kurang dari 500 gram : abortus 4 500-999 gram : partus immaturus 5 1000-2499 gram : partus prematurus 6 2500 gram lebih : partus maturus 7 konsep ini juga tidak lagi tepat, karena janin dengan BB < 2500 gram belum tentu prematur, tetapi hanya BBLR ( Bayi Berat Lahir Rendah).
Melakukan palpasi kelenjar limfe supraklavikular, (pemeriksa berdiri dibelakang pasien) nilai apakah terdapat pembesaran, kekenyalannya dll.
4 Pemeriksaan dalam posisi berbaring
a Meminta pasien untuk berbaring diatas tempat tidur, bahu diganjal dengan bantal, tangan kanan diletakkan dibelakang kepala (untuk pemeriksaan payudara kanan), pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien.
b Melakukan Inspeksi payudara, lakukan penilaian terhadap ukuran, simetris atau tidak, bentuk, kulit sekitarnya, jaringan parut serta puting dan areola apakah terdapat perubahan kulit yang dapat berupa eritema, retraksi, perubahan puting susu maupun discharge.
c Melakukan palpasi payudara kanan dengan menggunakan ujung tiga jari tengah dengan gerakan sirkular, nilai konsistensinya, elastisitas, kekenyalan, nodul ataupun massa.
d Melakukan palpasi nipple dan areola, nilai : elastisitas, discharge, retraksi, pendataran, dan apakah terdapat edema.
e Pemeriksaan dilakukan pada payudara kiri dengan cara yang sama.
6 Memberikan informasi hasil pemeriksaan dan follow up lebih lanjut.
8 Umur ibu
1 Kurun reproduksi sehat adalah antara umur 20-35 tahun. Ini berarti bahwa umur ibu diluar batas tersebut merupakan kehamilan dengan resiko tinggi (KRT). 2 Kurang dari 20 tahun : panggul belum sempurna 3 Labih dari 35 tahun : ada kecenderungan mengalami perdarahan post partum.
4 Paritas
1 Paritas yang ideal adalah 2-3, dengan jarak persalinan 3-4 tahun. Bila G lebih dari 5 dan umur ibu lebih dari 35 tahun, ini disebut ”grande multipara”, yang memerlukan perhatian khusus.
2 Riwayat persalinan yang dulu
Bertujuan untuk mengetahui :
Apakah panggul ibu pernah dilewati janin ukuran normal atau belum
Apakah anak yang dilahirkan dalam keadaan baik atau tidak
Pada seorang primigravida, perlu ditanyakan berapa tahun kawin, ini menentukan apakah fertilitasnya baik atau tidak.
Pada presentasi bokong, perlu ditanyakan apakah persalinan yang sebelumnya jega presentasi bokong.
dll
Penyakit-penyakit yang pernah dialami
Diabetes Mellitus, penyakit jantung, asma, penyakit ginjal, dll Apakah pernah operasi alat kandungan, dll. Kehamilan sekarang
Bertujuan untuk mengetahui :
Bagaimana antenatal care (ANC) nya, teratur atau tidak, pada siapa.
Obat-obat yang dikonsumsi
Apakah pernah sakit bengkak, apakah pernah menderita tekanan darah tinggi, kejang-kejang, dll.
Apakah pernah mengeluarkan darah pada saat hamil 7/8 bulan
8 Umur ibu
1 Kurun reproduksi sehat adalah antara umur 20-35 tahun. Ini berarti bahwa umur ibu diluar batas tersebut merupakan kehamilan dengan resiko tinggi (KRT). 2 Kurang dari 20 tahun : panggul belum sempurna 3 Labih dari 35 tahun : ada kecenderungan mengalami perdarahan post partum.
4 Paritas
1 Paritas yang ideal adalah 2-3, dengan jarak persalinan 3-4 tahun. Bila G lebih dari 5 dan umur ibu lebih dari 35 tahun, ini disebut ”grande multipara”, yang memerlukan perhatian khusus.
2 Riwayat persalinan yang dulu
Bertujuan untuk mengetahui :
Apakah panggul ibu pernah dilewati janin ukuran normal atau belum
Apakah anak yang dilahirkan dalam keadaan baik atau tidak
Pada seorang primigravida, perlu ditanyakan berapa tahun kawin, ini menentukan apakah fertilitasnya baik atau tidak.
Pada presentasi bokong, perlu ditanyakan apakah persalinan yang sebelumnya jega presentasi bokong.
dll
Penyakit-penyakit yang pernah dialami
Diabetes Mellitus, penyakit jantung, asma, penyakit ginjal, dll Apakah pernah operasi alat kandungan, dll. Kehamilan sekarang
Bertujuan untuk mengetahui :
Bagaimana antenatal care (ANC) nya, teratur atau tidak, pada siapa.
Obat-obat yang dikonsumsi
Apakah pernah sakit bengkak, apakah pernah menderita tekanan darah tinggi, kejang-kejang, dll.
Apakah pernah mengeluarkan darah pada saat hamil 7/8 bulan
Apakah ada saudara kembar,dll. Tanda-tanda persalinan
Sejak kapan mulai terasa kontraksi, teratur atau belum, sejak jam berapa
Apakah sudah keluar lendir darah, atau malah darah
Apakah sudah mengeluarkan air ketuban, bila sudah sejak kapan Apakah sebelum datang sudah mendapat pertolongan, misalnya apakah sudah disuruh mengejan oleh dukun. INSPEKSI Yang dicari adalah tanda-tanda persalinan, keadaan umum ibu dan keadaan janin.
Keadaan umum ibu : baik, tampak menderita, tampak kesakitan, tampak gelisah,dsb.
Kesadaran : baik, koma, dll
Anemis atau tidak
Apakah muka dan ekstremitas tampak edema.
Perut : membuncit, memanjang atau melintang, berapa besar ?
Konfigurasi uterus : apakah terlihat gambaran cincin Bandl Vulva : tenang, tampak lendir darah, darah, air ketuban, edema atau telah tampak bagian janin yang menumbung. 1 PALPASI 2 3 Sebelum melakukan palpasi, ada 10 pertanyaan yang harus sudah terfikirkan, yaitu :
1. Berapa tinggi fundus uteri.
2. Bagaimana letak janin : memanjang, melintang atau oblik.
3. Bagaimana presentasinya.
4. Dimana bagian punggung dan dimana bagian kecilnya.
5. Apa yang ada di fundus.
6. Dimana tonjolan kepala.
7. Apakah engagement sudah terjadi.
Apakah ada saudara kembar,dll. Tanda-tanda persalinan
Sejak kapan mulai terasa kontraksi, teratur atau belum, sejak jam berapa
Apakah sudah keluar lendir darah, atau malah darah
Apakah sudah mengeluarkan air ketuban, bila sudah sejak kapan Apakah sebelum datang sudah mendapat pertolongan, misalnya apakah sudah disuruh mengejan oleh dukun. INSPEKSI Yang dicari adalah tanda-tanda persalinan, keadaan umum ibu dan keadaan janin.
Keadaan umum ibu : baik, tampak menderita, tampak kesakitan, tampak gelisah,dsb.
Kesadaran : baik, koma, dll
Anemis atau tidak
Apakah muka dan ekstremitas tampak edema.
Perut : membuncit, memanjang atau melintang, berapa besar ?
Konfigurasi uterus : apakah terlihat gambaran cincin Bandl Vulva : tenang, tampak lendir darah, darah, air ketuban, edema atau telah tampak bagian janin yang menumbung. 1 PALPASI 2 3 Sebelum melakukan palpasi, ada 10 pertanyaan yang harus sudah terfikirkan, yaitu :
1. Berapa tinggi fundus uteri.
2. Bagaimana letak janin : memanjang, melintang atau oblik.
3. Bagaimana presentasinya.
4. Dimana bagian punggung dan dimana bagian kecilnya.
5. Apa yang ada di fundus.
6. Dimana tonjolan kepala.
7. Apakah engagement sudah terjadi.
8. Berapa taksiran berat janin (TBJ), apakah janin satu atau ganda.
9. Bagaimana kualitas his. Apakah ada tanda-tanda patologis.
Wanita hamil yang akan diperiksa disuruh berbaring telentang dengan bahu dan kepala sedikit lebih tinggi (memakai bantal), dan pemeriksa berada disebelah kanan pasien (atau disebelah kiri untuk pemeriksa yang kidal).
Setelah pasien yang akan diperiksa berbaring telentang, diperhatikan apakah uterus berkontraksi atau tidak. Jika berkontraksi harus ditunggu terlebih dahulu. Dinding perut juga harus lemas, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti. Untuk itu, tungkai dapat ditekuk pada pangkal paha dan lutut. Suhu tangan pemeriksa hendaknya disesuaikan dengan suhu tubuh pasien, dengan maksud supaya dinding perut pasien tidak tiba-tiba menjadi kontraksi. Maka, sebelum melakukan palpasi, kedua telapak tangan dapat digosokkan terlebih dahulu baru kemudian pemeriksaan dilakukan. Palpasi dilakukan secara sistematik berdasarkan perasat Leopold. Perasat Leopold mer upakan teknik palpasi bimanual yang dibagi dalam 4 tahapan teknik pemeriksaan, yaitu : 1 Leopold I
2 pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil 3 dengan menggunakan kedua tangan, menentukan
tinggi fundus uteri (jarak fundus ke prosessus xiphoideus atau pengukuran dengan centimeter jarak dari pinggir atas simphisis ke fundus uteri )
4 melakukan palpasi secara gentle dengan menggunakan jari-jari kedua tangan untuk menentukan bagian mana dari janin yang terletak pada fundus.
5 Note : bokong akan terasa sebagai bagian yang besar dan lunak, sedangkan kepala akan teraba sebagai bagian yang keras, bulat dan lebih mudah untuk digerakkan.
6 Leopold II 7 pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil 8 dengan menggunakan kedua tangan, telapak
tangan diletakkan pada sisi kiri-kanan abdomen dengan memberikan sedikit penekanan.
9 menentukan letak bagian besar (punggung) dan
8. Berapa taksiran berat janin (TBJ), apakah janin satu atau ganda.
9. Bagaimana kualitas his. Apakah ada tanda-tanda patologis.
Wanita hamil yang akan diperiksa disuruh berbaring telentang dengan bahu dan kepala sedikit lebih tinggi (memakai bantal), dan pemeriksa berada disebelah kanan pasien (atau disebelah kiri untuk pemeriksa yang kidal).
Setelah pasien yang akan diperiksa berbaring telentang, diperhatikan apakah uterus berkontraksi atau tidak. Jika berkontraksi harus ditunggu terlebih dahulu. Dinding perut juga harus lemas, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti. Untuk itu, tungkai dapat ditekuk pada pangkal paha dan lutut. Suhu tangan pemeriksa hendaknya disesuaikan dengan suhu tubuh pasien, dengan maksud supaya dinding perut pasien tidak tiba-tiba menjadi kontraksi. Maka, sebelum melakukan palpasi, kedua telapak tangan dapat digosokkan terlebih dahulu baru kemudian pemeriksaan dilakukan. Palpasi dilakukan secara sistematik berdasarkan perasat Leopold. Perasat Leopold mer upakan teknik palpasi bimanual yang dibagi dalam 4 tahapan teknik pemeriksaan, yaitu : 1 Leopold I
2 pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil 3 dengan menggunakan kedua tangan, menentukan
tinggi fundus uteri (jarak fundus ke prosessus xiphoideus atau pengukuran dengan centimeter jarak dari pinggir atas simphisis ke fundus uteri )
4 melakukan palpasi secara gentle dengan menggunakan jari-jari kedua tangan untuk menentukan bagian mana dari janin yang terletak pada fundus.
5 Note : bokong akan terasa sebagai bagian yang besar dan lunak, sedangkan kepala akan teraba sebagai bagian yang keras, bulat dan lebih mudah untuk digerakkan.
6 Leopold II 7 pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil 8 dengan menggunakan kedua tangan, telapak
tangan diletakkan pada sisi kiri-kanan abdomen dengan memberikan sedikit penekanan.
9 menentukan letak bagian besar (punggung) dan
bagian-bagian kecil janin 10 pada letak lintang, tentukan dimana letak kepala
janin. 11 Note : pada satu sisi akan teraba bagian yang agak keras dan besar yang merupakan punggung janin, dan disisi lain akan teraba beberapa bagian kecil yang lebih mobile yang merupakan ekstremitas dari janin. 12 Wanita hamil dengan dinding abdomen yang tipis bahkan bagian-bagian janin tersebut dapat diidentifikasi.
13 Leopold III 14 pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil 15 dengan menggunakan ibu jari tangan kanan dan
jari-jari tangan lainnya untuk menentukan bagian terbawah janin dengan cara meraba didaerah abdomen bagian bawah / tepat diatas simphisis pubis, sedangkan tangan kiri melakukan fiksasi pada bagian fundus uteri.
16 Leopold IV 17 pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil 18 dengan menggunakan 3 jari dari kedua tangan
maka selain dapat ditentukan bagian terbawah janin juga untuk menentukan seberapa jauh bagian tersebut telah memasuki pintu atas panggul.
19 20 Bila kepala dalam sikap fleksi, maka tonjolan kepala adalah dahi yang berada di pihak bagian-bagian kecil, sedang dalam sikap defleksi maka tonjolan kepala adalah oksiput yang berada dipihak punggung. Dengan menggunakan ujung ketiga jari kedua tangan, pemeriksa melakukan tekanan yang dalam searah dengan aksis punggung. Tangan yang tertahan menunjukkan adanya tonjolan kepala, sedangkan tangan yang lain akan dengan mudah masuk lebih jauh ke dalam panggul. 21 Bila kepala belum masuk ke dalam panggul, kepala denganmudah dapat digerakkan kekanan dan kekiri dan teraba ballotement. Kedua jari tangan dapat berada di antara kepala dan simphisis. Bila hanya sebagian kecil kepala dapat teraba dan kepala fixed, maka ia sudah engaged.. 22
23 AUSKULTASI
bagian-bagian kecil janin 10 pada letak lintang, tentukan dimana letak kepala
janin. 11 Note : pada satu sisi akan teraba bagian yang agak keras dan besar yang merupakan punggung janin, dan disisi lain akan teraba beberapa bagian kecil yang lebih mobile yang merupakan ekstremitas dari janin. 12 Wanita hamil dengan dinding abdomen yang tipis bahkan bagian-bagian janin tersebut dapat diidentifikasi.
13 Leopold III 14 pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil 15 dengan menggunakan ibu jari tangan kanan dan
jari-jari tangan lainnya untuk menentukan bagian terbawah janin dengan cara meraba didaerah abdomen bagian bawah / tepat diatas simphisis pubis, sedangkan tangan kiri melakukan fiksasi pada bagian fundus uteri.
16 Leopold IV 17 pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil 18 dengan menggunakan 3 jari dari kedua tangan
maka selain dapat ditentukan bagian terbawah janin juga untuk menentukan seberapa jauh bagian tersebut telah memasuki pintu atas panggul.
19 20 Bila kepala dalam sikap fleksi, maka tonjolan kepala adalah dahi yang berada di pihak bagian-bagian kecil, sedang dalam sikap defleksi maka tonjolan kepala adalah oksiput yang berada dipihak punggung. Dengan menggunakan ujung ketiga jari kedua tangan, pemeriksa melakukan tekanan yang dalam searah dengan aksis punggung. Tangan yang tertahan menunjukkan adanya tonjolan kepala, sedangkan tangan yang lain akan dengan mudah masuk lebih jauh ke dalam panggul. 21 Bila kepala belum masuk ke dalam panggul, kepala denganmudah dapat digerakkan kekanan dan kekiri dan teraba ballotement. Kedua jari tangan dapat berada di antara kepala dan simphisis. Bila hanya sebagian kecil kepala dapat teraba dan kepala fixed, maka ia sudah engaged.. 22
23 AUSKULTASI
24 25 Auskultasi denyut jantung janin (DJJ) dikerjakan setiap 15 menit pada kala I dan tiap 3-5 menit pada kala II. Ada beberapa alat yang dapat digunakan, yaitu : stetoskop biaural, stetoskop monoral (Laennec), fetal heart detector (Doppler) atau dengan mencatat terus-menerus dengan CTG. 26 Dengan mendengarkan DJJ ada 2 hal penting yang didapat, yaitu :
1. Keadaan umum janin dalam kandungan Presentasi dan posisi 1 PEMERIKSAAN DALAM (PD) 2 3 Dalam obstetri dikenal 2 pendekatan, yaitu PD lewat rektum dan PD lewat vagina. PD lewat vagina lebih mudah karena kurang memberikan rasa sakit, dan lebih akurat, sehingga dewasa ini orang lebih menyukai PD vaginal. Dalam praktek lebih dikenal dengan toucher vaginal (baca:tusje). 4 5 Pada prinsipnya ada 4 hal yang harus dinilai, yaitu :
1. Keadaan serviks
2. Keadaan janin
3. Keadaan pelvis Hubungan feto pelvis. Serviks Apakah mencucu, mendatar, tebal, tipis, kaku, lunak, tertutup atau terbuka, bila terbuka berapa cm pembukaannya, adakah jaringan parut, bagaimana selaput ketuban (tebal, tipis, apakah sudah pecah). Pembukaan 10 cm adalah pembukaan lengkap. Keadaan janin
Apa presentasinya : kepala, bokong, atau bahu, jika presentasi kepala ditentukan dimana ubun-ubun kecil, sutura sagitalis, ubun-ubun besar, berapa jauh kepala sudah turun, jika kepala masih diatas panggul perkirakan apakah kepala bisa lewat.
Ada kaput suksedaneum atau tidak
Berapa jauh turunnya bagian terendah
Letak sutura sagitalis : anteroposterior, oblik atau transverse
24 25 Auskultasi denyut jantung janin (DJJ) dikerjakan setiap 15 menit pada kala I dan tiap 3-5 menit pada kala II. Ada beberapa alat yang dapat digunakan, yaitu : stetoskop biaural, stetoskop monoral (Laennec), fetal heart detector (Doppler) atau dengan mencatat terus-menerus dengan CTG. 26 Dengan mendengarkan DJJ ada 2 hal penting yang didapat, yaitu :
1. Keadaan umum janin dalam kandungan Presentasi dan posisi 1 PEMERIKSAAN DALAM (PD) 2 3 Dalam obstetri dikenal 2 pendekatan, yaitu PD lewat rektum dan PD lewat vagina. PD lewat vagina lebih mudah karena kurang memberikan rasa sakit, dan lebih akurat, sehingga dewasa ini orang lebih menyukai PD vaginal. Dalam praktek lebih dikenal dengan toucher vaginal (baca:tusje). 4 5 Pada prinsipnya ada 4 hal yang harus dinilai, yaitu :
1. Keadaan serviks
2. Keadaan janin
3. Keadaan pelvis Hubungan feto pelvis. Serviks Apakah mencucu, mendatar, tebal, tipis, kaku, lunak, tertutup atau terbuka, bila terbuka berapa cm pembukaannya, adakah jaringan parut, bagaimana selaput ketuban (tebal, tipis, apakah sudah pecah). Pembukaan 10 cm adalah pembukaan lengkap. Keadaan janin
Apa presentasinya : kepala, bokong, atau bahu, jika presentasi kepala ditentukan dimana ubun-ubun kecil, sutura sagitalis, ubun-ubun besar, berapa jauh kepala sudah turun, jika kepala masih diatas panggul perkirakan apakah kepala bisa lewat.
Ada kaput suksedaneum atau tidak
Berapa jauh turunnya bagian terendah
Letak sutura sagitalis : anteroposterior, oblik atau transverse
Ada sinklitisme atau tidak
Kepala fleksi atau defleksi
Bila kepala ekstensi, tentukan presentasinya apakah puncak kepala, dahi atau muka.
Apakah ada presentasi majemuk Apakah ada prolaps tali pusat, dll. Keadaan pelvis
Apakah promontorium teraba? Bila ya, berapa konjugata diagonalis
Berapa bagian linea terminalis dapat teraba, simetris atau tidak
Spina ischiadika menonjol atau tidak
Incisura ischiadika : dalam/landai
Sakrum : panjang dan datar, atau pendek dan konkaf, bagaimana inklinasinya
Apakah ada tonjolan tulang yang mencuat kedalam rongga panggul
Simphisis pubis : berapa derajat arkusnya, permukaan dalam rata atau tidak
Os koksigis mobile atau tidak
Distansia intertuberosum berapa cm Bagaimana dengan jaringan lunak perineum : relaks-elastis atau keras-kaku. Hubungan (keseimbangan) janin-panggul
Kepala engaged atau belum
Bila belum apakah kepala dapat masuk bila didorong dari fundus dan suprapubik
Apakah bagian terendah menonjol diatas simphisis Dll. Pemeriksaan yang lain adalah laboratorium darah dan urin rutin sebagai skrining. Pemeriksaan yang lebih canggih memerlukan indikasi tertentu, dan sudah diluar jangkauan partus normal.
Ada sinklitisme atau tidak
Kepala fleksi atau defleksi
Bila kepala ekstensi, tentukan presentasinya apakah puncak kepala, dahi atau muka.
Apakah ada presentasi majemuk Apakah ada prolaps tali pusat, dll. Keadaan pelvis
Apakah promontorium teraba? Bila ya, berapa konjugata diagonalis
Berapa bagian linea terminalis dapat teraba, simetris atau tidak
Spina ischiadika menonjol atau tidak
Incisura ischiadika : dalam/landai
Sakrum : panjang dan datar, atau pendek dan konkaf, bagaimana inklinasinya
Apakah ada tonjolan tulang yang mencuat kedalam rongga panggul
Simphisis pubis : berapa derajat arkusnya, permukaan dalam rata atau tidak
Os koksigis mobile atau tidak
Distansia intertuberosum berapa cm Bagaimana dengan jaringan lunak perineum : relaks-elastis atau keras-kaku. Hubungan (keseimbangan) janin-panggul
Kepala engaged atau belum
Bila belum apakah kepala dapat masuk bila didorong dari fundus dan suprapubik
Apakah bagian terendah menonjol diatas simphisis Dll. Pemeriksaan yang lain adalah laboratorium darah dan urin rutin sebagai skrining. Pemeriksaan yang lebih canggih memerlukan indikasi tertentu, dan sudah diluar jangkauan partus normal.
PERSALINAN NORMAL ( NORMAL DELIVERY ) Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pertolongan proses persalinan normal secara sistematis dan benar. Ada 3 faktor yang menentukan prognosis persalinan, yaitu :
1. Jalan lahir (passage) 2. Janin (passenger) Kekuatan (power) DIAGNOSIS Diagnosis persalinan meliputi hal-hal sebagai berikut :
Diagnosis dan konfirmasi saat persalinan
Diagnosis tahap dan fase dalam persalinan
Penilaian masuk dan turunnya kepala di rongga panggul
PERSALINAN NORMAL ( NORMAL DELIVERY ) Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pertolongan proses persalinan normal secara sistematis dan benar. Ada 3 faktor yang menentukan prognosis persalinan, yaitu :
1. Jalan lahir (passage) 2. Janin (passenger) Kekuatan (power) DIAGNOSIS Diagnosis persalinan meliputi hal-hal sebagai berikut :
Diagnosis dan konfirmasi saat persalinan
Diagnosis tahap dan fase dalam persalinan
Penilaian masuk dan turunnya kepala di rongga panggul
Identifikasi presentasi dan posisi janin Diagnosis dan Konfirmasi Saat Persalinan Curigai atau antisipasi adanya persalinan jika wanita tersebut menunjukkan tanda atau gejala sebagai berikut :
nyeri abdomen yang bersifat intermitten setelah kehamilan 22 minggu
nyeri disertai lendir darah adanya pengeluaran air dari vagina atau keluarnya air
secara tiba-tiba pastikan keadaan inpartu jika :
serviks terasa melunak – adanya pemendekan dan pendataran seviks secara progresif selama persalinan.
dilatasi serviks – peningkatan diameter pembukaan serviks yang diukur dalam sentimeter (cm)
Diagnosis Kala dan Fase Persalinan
Kala III persalinan dimulai dengan lahirnya bayi dan berakhir dengan pengeluaran plasenta.
Gejala dan Tanda Kala
Serviks belum berdilatasi Persalinan palsu / belum in partu
Serviks berdilatasi kurang dari 4 cm I Laten
Serviks berdilatasi 4-9 cm
kecepatan pembukaan 1 cm atau lebih per jam
penurunan kepala dimulai
I Aktif
Serviks membuka lengkap (10 cm)
penurunan kepala berlanjut
belum ada keinginan untuk meneran
II Awal (nonekspulsif)
Serviks membuka lengkap (10 cm)
bagian terbawah telah mencapai dasar panggul
ibu meneran
II Akhir (ekspulsif)
Identifikasi presentasi dan posisi janin Diagnosis dan Konfirmasi Saat Persalinan Curigai atau antisipasi adanya persalinan jika wanita tersebut menunjukkan tanda atau gejala sebagai berikut :
nyeri abdomen yang bersifat intermitten setelah kehamilan 22 minggu
nyeri disertai lendir darah adanya pengeluaran air dari vagina atau keluarnya air
secara tiba-tiba pastikan keadaan inpartu jika :
serviks terasa melunak – adanya pemendekan dan pendataran seviks secara progresif selama persalinan.
dilatasi serviks – peningkatan diameter pembukaan serviks yang diukur dalam sentimeter (cm)
Diagnosis Kala dan Fase Persalinan
Kala III persalinan dimulai dengan lahirnya bayi dan berakhir dengan pengeluaran plasenta.
Gejala dan Tanda Kala
Serviks belum berdilatasi Persalinan palsu / belum in partu
Serviks berdilatasi kurang dari 4 cm I Laten
Serviks berdilatasi 4-9 cm
kecepatan pembukaan 1 cm atau lebih per jam
penurunan kepala dimulai
I Aktif
Serviks membuka lengkap (10 cm)
penurunan kepala berlanjut
belum ada keinginan untuk meneran
II Awal (nonekspulsif)
Serviks membuka lengkap (10 cm)
bagian terbawah telah mencapai dasar panggul
ibu meneran
II Akhir (ekspulsif)
KALA I Diagnosis Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Penanganan Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan :
berilah dukungan dan yakinkan dirinya berikan informasi mengenai proses dan kemajuan
persalinannya dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih
sensitif terhadap perasaannya Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat diberikan :
lakukan perubahan posisi posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu
ingin ditempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring kekiri
sarankan ia untuk berjalan ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya)
untuk memijat atau menggosok punggungnya atau membasuh mukanya diantara kontraksi
ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan kesanggupannya
ajarkan kepadanya teknik bernapas : ibu diminta untuk menarik napas panjang, menahan napasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi.
Jika diperlukan, berikan petidin 1 mg/KgBB (tetapi jangan melebihi 100 mg) IM atau IV secara perlahan atau morfin 0,1 mg/KgBB IM, atau tramadol 50 mg per oral atau 100 mg suppositoria atau metamizol 500 mg per oral.
Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan
KALA I Diagnosis Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Penanganan Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan :
berilah dukungan dan yakinkan dirinya berikan informasi mengenai proses dan kemajuan
persalinannya dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih
sensitif terhadap perasaannya Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat diberikan :
lakukan perubahan posisi posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu
ingin ditempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring kekiri
sarankan ia untuk berjalan ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya)
untuk memijat atau menggosok punggungnya atau membasuh mukanya diantara kontraksi
ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan kesanggupannya
ajarkan kepadanya teknik bernapas : ibu diminta untuk menarik napas panjang, menahan napasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi.
Jika diperlukan, berikan petidin 1 mg/KgBB (tetapi jangan melebihi 100 mg) IM atau IV secara perlahan atau morfin 0,1 mg/KgBB IM, atau tramadol 50 mg per oral atau 100 mg suppositoria atau metamizol 500 mg per oral.
Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan
orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien / ibu.
Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air kecil / besar Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara :
gunakan kipas angin atau AC didalam kamar menggunakan kipas biasa menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin KALA II I. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua 1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan vagina Perineum tampak menonjol
Vulva dan sfingter ani membuka II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan 2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia -> tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set 3. Pakai celemek plastik 4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering 5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan
orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien / ibu.
Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air kecil / besar Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara :
gunakan kipas angin atau AC didalam kamar menggunakan kipas biasa menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin KALA II I. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua 1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan vagina Perineum tampak menonjol
Vulva dan sfingter ani membuka II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan 2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia -> tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set 3. Pakai celemek plastik 4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering 5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan
untuk periksa dalam 6. Masukkan oksitosin ke dalam yabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik) III. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik 7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% -> langkah #9) 8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi 9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terballik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan 10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 -160x/ menit)
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran 11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menentukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan smua temuan yang ada
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk periksa dalam 6. Masukkan oksitosin ke dalam yabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril, pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik) III. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik 7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% -> langkah #9) 8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi 9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terballik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan 10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 -160x/ menit)
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran 11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menentukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya
Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan smua temuan yang ada
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar 12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman) 13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran:
Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif Dukung dan beri semangat pada saat meneran da perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang untuk waktu yang lama)
Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi Anurkan keluarga memberikan dukungan dan semangat untuk
ibu Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida) 14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi 15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm 16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu 17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan 18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi Lahirnya Kepala 19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar 12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman) 13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran:
Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif Dukung dan beri semangat pada saat meneran da perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang untuk waktu yang lama)
Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi Anurkan keluarga memberikan dukungan dan semangat untuk
ibu Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida) 14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi 15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm 16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu 17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan 18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi Lahirnya Kepala 19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal 20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut 21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. Lahirnya Badan dan Tungkai 23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas 24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokokng, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya) VII. Penanganan Bayi Baru Lahir 25. Lakukan penilaian (selintas):
Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan? Apakah bayi bergerak dengan aktif? Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan tubuh bayi Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut
dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal 20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut 21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. Lahirnya Badan dan Tungkai 23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas 24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokokng, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya) VII. Penanganan Bayi Baru Lahir 25. Lakukan penilaian (selintas):
Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan? Apakah bayi bergerak dengan aktif? Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
26. Keringkan tubuh bayi Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut
ibu 27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal) 28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik 29. Dalam waktu 1 menit pertama setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 20 unit IM (intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin) 30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama 31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu 33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi VIII. Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga 34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva 35. Letakkan satu tangan pada kain di atas perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat 36. Setelah uterus berkontraksi, tegankan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kembali kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
ibu 27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal) 28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik 29. Dalam waktu 1 menit pertama setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 20 unit IM (intramuskular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin) 30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama 31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu 33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi VIII. Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga 34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva 35. Letakkan satu tangan pada kain di atas perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat 36. Setelah uterus berkontraksi, tegankan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kembali kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
Jika uterus tidak ssegera berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi pada putting susu
Mengeluarkan plasenta 37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
Beri dosis ulangan oksitosin 10 menit IM Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih
penuh Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus 39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telpak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase
IX. Menilai Perdarahan 40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
Jika uterus tidak ssegera berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi pada putting susu
Mengeluarkan plasenta 37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
Beri dosis ulangan oksitosin 10 menit IM Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih
penuh Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus 39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telpak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase
IX. Menilai Perdarahan 40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus 41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan X. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan 42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam 43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 1-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral. 45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral.
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewktu-waktu bisa disusukan
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
XI. Evaluasi 46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per vaginam
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri 47. Anjurkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi 48. Evaluasi dan estimasi jumlah kelainan darah
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus 41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan X. Melakukan Prosedur Pasca Persalinan 42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam 43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 1-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg IM di paha kiri anterolateral. 45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral.
Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewktu-waktu bisa disusukan
Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu
XI. Evaluasi 46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per vaginam
2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri 47. Anjurkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi 48. Evaluasi dan estimasi jumlah kelainan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan
Melakukan tindakan yang sesuai untuk teman yang tidak normal
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi berbafas dengan baik (40-60 kali/ menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5) XII. Kebersihan dan Keamanan 51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi 52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai 53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan ibu untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya 55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan kklorin 0,5% 56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit 57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir XII. Dokumentasi 58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan
Melakukan tindakan yang sesuai untuk teman yang tidak normal
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi berbafas dengan baik (40-60 kali/ menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5) XII. Kebersihan dan Keamanan 51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi 52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai 53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan ibu untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya 55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan kklorin 0,5% 56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit 57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir XII. Dokumentasi 58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV