Upload
djarum-mareta-saputri
View
28
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Blok 13 LapTut 4 Gangguan Perilaku Anak Dx ADHD
Citation preview
Skenario 4 “Gangguan Perilaku Anak” Senin, 10 Oktober 2011
Seorang ibu mempunyai anak berusia 3 tahun belum bisa bicara satu kata
pun, bila dipanggil tidak menyahut atau memalingkan muka. Tidak ada kontak
mata. Terkesan acuh tak acuh. Namun, bila ada suara yang tidak nyaman ia selalu
menutup telinga sambil berteriak-teriak. Sering menyendiri dan tidak mampu
bergaul dengan teman sebayanya maupun orang dewasa. Perilakunya tidak bisa
diam, seperti tidak punya rasa lelah. Pertumbuhan badan dan fisik tidak ada
kelainan. Anak ini mempunyai riwayat kejang sewaktu bayi. Berat badan waktu
lahir 1800gr. Ibu ini bingung apakah anaknya nomal atau tidak.
STEP 1
Kejang :manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten dapat
berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik,
sensorik, dan atau otonom yang disebabka oelh lepasnya muatan
listrik yang berlebihan di neuron otak .
STEP 2
1. Anak laki-laki 3 th belum bisa bicara 1 katapun bila dipanggil tidak
menyahut atau memalingkan muka. Tidak ada kontak mata kesan acuh tak
acuh, namun bila ada suara keras dia menutuo telinga dqan berteriak-teriak.
Sering menyendiri dan tidak mampu bergaul dengan teman sebaya atau
orang dewasa. Perilakunya tidak bisa diam seperti tidak kenal lelah.
2. Pertumbuhan badan dan fisik tidak ada kelainan
3. Riwayat kejang sewaktu bayi, berat badan waktu lahir 1800 gram
STEP 3
1. Pada dasarnya pada kasus ini berhubungan dengan tumbuh kembang anak dan hal
ini dipengaruhi oleh :
a. Periode prakonsepsi
b. Periode kehamilan
c. Periode persalinan
d. Periode pacanatal
Pertumbuhan dan perkembangan :
a. Pertumbuhan fisik ↑ TB, ↑ BB, ↑ lingkat kepala
b. Perkembangan motorik hubungan dengan gerakan
c. Perkembangan kognitif memori, pemikiran kritis, kreatifitas, bahasa
d. Perkembangan psikososial pemahaman diri, perkembangan hubungan
dengan keluarga, perkembangan hubungan dengan teman sebaya.
Pada kasus kasus anak laki-laki 3 tahun belum bisa bicara 1 katapun dan
dipanggil tidak menyahut atau memalingkan muka, disini terjadi adanya
gangguan kognitif terutama bahasa.
Kemampuan bicara pada bayi :
a. Periode bicara 0-10 bulan
b. Periode memberi nama 10-18 bulan
c. Periode menggabungkan kata 18-24 bulan
Gangguan berbicara pada anak dapat disebabkan oleh :
a. Lingkungan sosial anak
b. Sistem masukan atau input : pendengaran, penglihatan dan integritas
taktil kinestetik pada anak
c. Sistem pusat bicara dan bahasa : kelainan pada SSP dimana
mempengaruhi pemahaman, intepretasi, formulasi dan perenanaan
bahasa
d. Sistem produksi : faring, laring, hidung, struktur mulut dan mekanisme
neuromuskuler
Anak tidak ada ‘kontak mata’. Umumnya merupakan kolerasi dari gangguan
bicara. Hal ini dapat diketahui dengan ciri-ciri:
a. Usia 6 bln : anak tidak mampu memalingkan mata serta kepala
terhadap suara yang datang dari belakang atau samping
b. Usia 10 bln: anak tidak memberi reaksi terhadap panggilan namanya
sendiri
c. Usia 15 bln : tidak mengerti dan memberi reaksi kata-kata jangan, dada,
dsb
d. Usia 18 bln : tidak dapat menyebut 10 kata tunggal
e. Usia 21 bln : tidak memberi reaksi terhadap perintah (misal : duduk,
kemari, berdiri)
f. Usia 24 bln : tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh, belum mampu
mengetengahkan ungkapan yang terdiri dari 2 buah kata
g. > 24 bln : hanya memiliki perbendaharaan kata yang sangat sedikit/
tidak punya kata-kata huruf z pada frase
h. Usia 30 bln : ucapan tidak dapat dimengerti oleh anggota keluaga
i. Usia 36 bln : belum dapat menggunakan kata-kata sederhana, tidak bisa
bertanya dengan menggunakan kalimat tanya sederhana, ucapan tidak
dimengerti oleh orang diluar keluarga
Terkesan acuh tak acuh terjadi kolerasi yang sama dengan kasus yang pertama.
Bila ada suara keras menutup telinga sambil berteriak-teriak, hubungannya
dengan sensorik khususnya sensorik pendengaran, diamana gejala-gejalanya
berupa :
a. Mudah teralih perhatiannya ke suara tertentu yang bagi orang lain dapat
diabaikan
b. Takut mendengar suara air
c. Menjerit atau menangis berlebih ketika mendengar suara yang tiba-tiba
d. Sering berbicara dengan suara keras saat mendengar suara yang dia
tidak sukai
Sering menyendiri dan tidak mampu bergaul dengan teman sebaya atau
orang dewasa, di sini berhubungan dengan gangguan perkembangan psikososial.
Dimana pada dasarnya kebutuhan anak mencakup :
a. Kebutuhan fisik biomedik (ASUH) : gizi, perawatan kesehatan
dasar, pemukiman layak, higiene sanitasi, sandang, kesegaran jasmani,
rekreasi
b. Kebutuhn emosi/kasih sayang (ASIH) : adanya hubungan erat,
mesra selaras antara ibu dan anak, menjamin tumbuh kembang, selaras
baik fisik, mental, psikososial
c. Kebutuhan stimulasi mental (ASAH) : mengembangkan
perkembangan mental psikososial, kecerdasan, ketrampilan,
kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral, etika,
produktivitas, dsb
2. Pertumbuhan badan dan keadaan fisik tidak ada kelainan. Kelainan tumbuh
kembang anak, bisa disebabkan oleh beberapa hal :
a. Retardasi mental
- Kemampuan intelektual dibawah rata-rata dan disertai dengan ↓
perilaku adaptasi dan manifestasinya selama masa perkembangan
- Biasanya terlihat pada umur > 3 tahun
- Penyebab : prenatal (anoxia, infeksi ibu), natal (anoxia, prematur,
lahir dengan vakum), postnatal (anoxia, trauma kepala, kurang gizi)
b. Autis
- Gangguan tumbuh kembang anak pada masa kanak-kanak dengan
karakteristik :
Kurang / tidak ada respon terhadap orang lain
Penurunan dalam kounikasi atau bicara
Gangguan bicara sperti ekolali
Melakukan sesuatu tanpa tujuan
- Dimana mulai terlihat pada anak umur < 3 tahun
- Penyebab : gangguan SSP, faktor genetik, metabolik, biokimia
c. ADHD
- intelegensi rata-rata atau dibawah rata-rata yang punya tingkat
perkembangan tidak sesuai pada area atensi dengan adanya
impulsive dan hiperaktif
- Penyebab : kerusakan SSP selama atau sebelum kehamilan, faktor
genetik
- Hiperaktif : berkurangnya penyaringan stimulais eksternal
d. Gangguan kongenital
- malformasi anggota tubuh yang terjadi selama proses kehamilan
- Penyebab : faktor genetik dan metabolisme
e. Cerebral palsy
- kelainan anggota gerak karena gangguan otak / cidera otak. Yang
statnya tidak progresuif sehingga berdampak pada sistem motorik
anak
3. Dari beberapa kelainan tumbuh kembang diatas dan juga berdasarkan anamnesis
yang diperoleh kemungkinan anak ini menderita autisme dimana hubungan
antara autisme dan kejang (riwayat kejang waktu bayi) :
Autisme : gangguan perkembangan yang ditandai dengan kelemahan
perkembangan dalam komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Salah satu
penyebab autis adalah gangguan SSP. Kejang ↓ suplai O2 otak kejang
berulang dan lama apnea ↑ kebutuhan O2 dan energi hipoksemi,
hiperkapnia, asidosis laktat kerusakan neuron pada otak.
Hubungan autisme dengan BBLR, BBLR belum tentu menjadi anak autisme,
pada autisme kemungkinan perbedan asupan gizi pada ibu hamil. Gangguan
nutrisi menyebabkan peredaran darah dari ibu ke janin turun, sehingga kebutuhan
glukosa/ oksigen d otak tidak terpenuhi dengan baik. Bayi dengan BBLR
mengalami gangguan metabolisme yaitu hipoglikemia dan hipoksia sehingga
dapat menyebabkan rusaknya otak saat perkembangan .
STEP 4
Anak 3th
STEP 5
1. Autisme
2. Perbedaan dengan diferential diagnosis (ADHD)
STEP 6
BELAJAR MANDIRI
Pmx Fisik
Anamnesis:belum bisa bicara satu kata pun,bila dipanggil tidak menyahut atau memalingkan mukaTidak ada kontak mata. Terkesan acuh tak acuh.ada suara yang tidak nyaman ia selalu menutup telinga sambil berteriak-teriak.Sering menyendiri dan tidak mampu bergaul dengan teman sebayanya maupun orang dewasaPerilakunya tidak bisa diam, seperti tidak punya rasa lelah.Punya riwayat kejng waktu bayiBBLR 1800gr
DD:AUTIMEADHD
Pmx Penunjang
Dx:AUTISME
STEP 7 Kamis, 13 Oktober 2011
AUTISME
I. Definisi
Gangguan perkembangan pervasive pada anak yang ditandai dengan
adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, perilaku,
komunikasi dan interaksi sosial.
II. Etiologi
1. Psikodinamika dan keluarga : ortu bersikap dingin pada anak
2. Faktor neurologic dan biologic : adanya komplikasi pada perinatal
3. Faktor genetic : 2 – 4% saudara kandung anak autistic
4. Faktor imunologi : inkompabilitas imunologi
5. Faktor perinatal :
Riwayat perdarahan setelah trisemester I
Mekonium dalam cairan amnion
Penggunaan obat – obat oleh ibu selama masa kehamilan
Kondisi hipoksia selama persalinan
6. Faktor neuroanatomik :
Kenaikan volume pada lobus occipital, parietal, dan temporal
↓ jumlah sel purkinye gangguan perhatian, gangguan sensori
7. Faktor biokimia : kadar serotonin plasma meningkat, Peningkatan
homovanilic acid (metabolit dopamin) dalam CSS
8. Faktor Lingkungan : Keracunan logam berat (Hg,Pb,As,Al,Cd)
9. Teori opioid
10. Mikroorganisme pathogen dalam saluran cerna : jamur, bakteri, virus
III. Faktor Risiko Autisme
a. PERIODE KEHAMILAN
Segala sesuatu gangguan atau penyakit pada ibu tentunya sangat
berpengaruh gangguan pada otak mempengaruhi perkembangan
dan perilaku anak.
Beberapa keadaan ibu dan bayi dalam kandungan yang harus lebih
diwaspadai dapat berkembang jadi autisme adalah :
Infeksi selama persalinan terutama infeksi virus
Peradarahan selama kehamilan
Perdarahan selama kehamilan ( placenta previa, abruptio placentae,
vasa previa, circumvallate placenta, and rupture of the marginal
sinus) gangguan transportasi oksigen dan nutrisi ke bayi
gangguan pada otak janin.
Perdarahan awal kehamilan, berhubungan dengan kelahiran
prematur dan bayi lahir berat rendah.
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan, eg: Thaliodomide
Merokok saat kehamilan
Stres saat kehamilan
Adanya Fetal Atopi atau Maternal Atopi
Kondisi alergi pada janin e.c. masuknya bahan penyebab alergi
melalui ibu. Menurut pengamatan, hal ini dapat dilihat adanya
Gerakan bayi gerakan refluks oesefagial (hiccupps/cegukan) yang
berlebihan sejak dalam kandungan terutama terjadi malam hari.
Infeksi saluran kencing, Panas tinggi dan Depresi
Ditemukan kejadian infeksi saluran kencing, panas tinggi dan
depresi pada ibu tampak jumlahnya bermakna pada kelompok ibu
dengan anak autism.
b. PERIODE PERSALINAN
Gangguan persalinan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya autism
adalah :
Pemotongan tali pusat terlalu cepat
Asfiksia pada bayi (nilai APGAR SCORE rendah < 6
Komplikasi selama persalinan
Lamanya persalinan
letak presentasi bayi saat lahir
Berat lahir rendah ( < 2500 gram)
c. PERIODE USIA BAYI
Kondisi atau gangguan yang beresiko untuk terjadinya autisme adalah:
Prematuritas
Alergi makanan
Kegagalan kenaikan berat badan
Kelainan bawaan : kelainan jantung, genetik, dan metabolik.
Gangguan pencernaan : sering muntah, kolik, sulit BAB.
Gangguan neurologi/saraf : trauma kepala, kejang, otot atipikal,
kelemahan otot.
IV. Patofisiologi
Otak manusia dalam perkembangannya mengalami proses yang disebut
filogenetik (otak mulai dari bentuk primitif hingga menjadi organisasi
yang amat kompleks, bentuk otak manusia menjadi lengkap terdiri dari
batang otak, otak kecil dan dua belahan otak besar) dan ontogenetik
( yaitu suatu perkembangan otak terutama pada dua belahan otak besar
yang dimana pada akhir perkembangan menjadi belahan otak kiri dan
kanan), suatu perkembangan dari satu sel primitif sampai otak menjadi
matang (matured brain). Maturitas otak ditandai dengan terbentuknya
spesialisasi dalam fungsi. Pada dasarnya otak anak autisme pada
beberapa tempat mengalami gangguan diantaranya lobus frontalis, lobus
temporalis, hipokampus, amigdala, dan serebelum.
Amigdala
- Di anterior dari kornu inferius ventrikuli lateralis dan di
sebelah dalam dari unkus di dalam lobus temporalis.
- Amigdala mempunyai hubungan dengan mekanisme batang
otak yang mengendalikan atau mengontrol agresifitas dan
emosional
- Pada autisme pertumbuhan sel neuron di amigdala sangat padat
dan kecil-kecil ↓ fungsi otak kurang dapat
mengendalikan emosinya, agresif, sering menunjukan rasa
takut yang tidak lazim atau menyenangi sesuatu yang
berlebihan.
Hipokampus
- Di dalam dinding medial kornu inferius ventrikuli lateralis
lobus temporalis.
- Lesi atau rangsangan pada hipokampus gejala perubahan
dalam tingkah laku yang aneh dan diulang-ulang.
- Hipokampus berkaitan dengan daya ingat dan belajar, sehingga
gangguan pada hipokmpus kesulitan dalam menyerap dan
menyimpan informasi baru.
Serebelum
- Terletak di fosa kranialis posterior
- Bertanggung jawab untuk gerakan
- Pada anak autisme jumlah sel Purkinye berkurang, yaitu sel
yang mempunyai kandungan serotonin tinggi. Akibat
keseimbangan antara neurotransmiter serotonin dan dopamin
terganggu menyebabkan kacaunya lalu lalang impuls di otak.
Serotonin
Seotonin di tubuh manusia dibuat dengan cara hidroksilisasi
dan dekarboksilisasi asam amino esensial triptofan,
konsentrasi tertinggi di dalam trombosit serta di
gastrointestinal. Pada susunan saraf pusat serotonin banyak
ditemukan di raphe dorsalis, fungsi serotonin antara lain :
- Sosial behaviour
- Agresifitas
- Pola tidur
- Regualsi afektif
Pada anak autisme kadar serotonin dalam darah ↑
↑transpor serotonin dalam trombosit dan penurunan
ikatan reseptor serotonin 5-HT2.
Peningkatan serotonin 5-HT (serotonin) dalam whole
blood (hiperserotonemia) mengindikasikan adanya
penimbunan 5HT yang toksik.
Lobus frontalis
- Meluas dari ujung frontal yang berakhir pada sulkus sentralis
dan di sisi samping fisura lateralis.
- Lobus frontalis berperan sebagai perencanaan suatu tindakan.
Lobus temporalis
- Di bawah fisura lateralis serebri (sylvii) dan berjalan ke
belakang sampai fisura parietooksipitalis.
- Lobus parietalis berfungsi sebagai pusat pendengaran, bicara
dan daya ingat demikian pada lobus temporalis anak utisme
terdapat kelainan sehingga anak terlambat bicara.
V. Klasifkasi autis
a) Menurut Dirjenyan Medik 1995
Autis ringan
Respon terhadap stimulus sensoris ringan (reaksi segera jika
diberikan rangsangan ringan)
Autis sedang
Respon terhadap stimulus sensoris kuat (reaksi segera jika diberikan
rangsangan secara kuat)
Autis berat
Respon (-) walaupun sudah diberi rangsang yang sangat kuat
b) Menutrut PDD (pervasive developmental disorder)
Autism disorder
Kekurangan interaksi sosial, komunikasi, kegiatan bermain
dengan memaki imajinasi/ daya khayal
Tanda jelas sebelum umur 3 tahun
Termasuk perilaku dan cara berfikir yang ciri khas/ sterotipik
Asperger’s disorder
Kesulitan dengan berinteraksi sosial serata kegiatan yang
dianggap penting/ interest yang sangat terbatas
Tidak ada keterlibatan bahasa secara signifikan
Kecerdasan bahasa/lebih
PPD-NOS
Disebut juga autism atipikal
Diagnosa dipakai pada anak yang tidak mematuhi semua kriteria
diagnosa PDD
Tetap ada kekurangan yang berat, berlarut (pervasive) pada
perilaku tertentu
Rett’s dissorder
Gangguan makin memburuk/progresif hanya ditemukan pada
anak perempuan
Perkembangan permulaannya normal, kemudian kehilangan
kemampuan yang diraih
Kehilangan kemampuan memakai tangan secara bertujuan
diganti gerakan berulang-ulang
Mualai usia 1-4 tahun
Disintegritas dissorder
perkembangan normal sebelum 2 tahun/ lebih
kemudian kehilangan kemampuan yang diperoleh.
VI. Manifestasi klinis
1. Komunikasi
Perkembangan bahasa sangat lambat/tidak ada sama sekali
Penggunaan kata-kata yang tidak sesuai
Komunikasi lebih sering gesture daripada kata-kata
Tidak ada kontak mata
2. Interaksi sosial
Lebih sering menyendiri
Minat kecil untuk berteman
Respon kurang
3. Gangguan sensorik
Sensitifitas indera (penglihatan, pendengaran, peraba, pencium dan
perasa)
4. Gangguan perilaku
Stereotipik, agresi, melukai diri, perhatian pendek, insomnia,
masalah makanan
5. Gangguan lain
Retardasi mental, epilepsi, dll
VII. Diagnosis
Kriterian diagnosis Autisme berdasarkan DSM-IV
A. Total 6 ciri dari poin (1), (2), dan (3), dengan paling sedikit 2 ciri dari
poin (1), dan 1 ciri dari masing-masing poin (2) dan (3).
(1). Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial, sedikitnya 2 ciri berikut
ini:
(a). Gangguan dalam penggunaan perilaku non-verbal seperti kontak
mata, ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerakan dalam berinteraksi
sosial.
(b). Kegagalan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai
dengan tingkat perkembangan.
(c). Kurangnya spontanitas dalam membagi kesenangan, minat, dan
prestasi dengan orang lain
(d). Kurangnya kemampuan dalam hubungan sosial-emosional.
(2). Gangguan kualitatif dalam komunikasi, sedikitnya 1 ciri berikut ini:
(a). Perkembangan bahasa yang terlambat atau tidak berkembang sama
sekali tanpa disertai adanya usaha untuk berkomunikasi dalam cara
lain, seperti gerakan atau mimik wajah.
(b). Pada individu autisme yang mampu berbicara, ditandai dengan
ketidakmampuan berinisiatif memulai ataupun mempertahankan
percakapan
(c). Penggunaan bahasa yang diulang-ulang dan aneh
(d). Kurangnya kemampuan bermain spontan atau imitasi sosial yang
sesuai dengan tingkat perkembangannya
(3). Pola perilaku, minat, dan aktifitas yang terbatas dan diulang-ulang,
sedikitnya 1 ciri berikut ini:
(a). Keasyikan anak dalam satu atau lebih pola minat yang terbatas,
khas, dan abnormal.
(b). Adanya kegiatan rutin atau ritual yang tidak dapat berubah
(c). Gerakan motorik yang khas dan diulang-ulang.
(d). Keasyikan yang terus-menerus akan suatu bagian atau objek
B. Penundaan atau abnormalitas dalam fungsi-fungsi di bawah ini, yang
sudah muncul sebelum usia 3 tahun
(1). Interaksi sosial
(2). Bahasa, Yang digunakan untuk komunikasi sosial
(3). Bermain simbolik atau imajinatif.
C. Gangguan-gangguan yang muncul tidak termasuk dalam gangguan
Rett’s Disorder atau Childhood Disintegrative Disorder
VIII. Penatalaksanaan Autisme
1. Terapi Perilaku
Terapi perilaku yang dikenal adalah Applied Behavioral Analysis.
Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada
pemberianreinforcement positif setiap kali anak berespons benar
sesuai instruksi yang diberikan. Terapi ini dapat meningkatkan IQ
dan fungsi adaptasinya lebih tinggi dibanding kelompok anak yang
tidak memperoleh terapiintensif.
2. Terapi Biomedik
Terapi biomedik merupakan penanganan melalui perbaikan
metabolisme tubuh serta pemberian obat-obatan, vitamin dan obat
yang dianjurkan adalah vitamin B6, risperidon, dll. Terapi biomedik tidak
menggantikan terapi terapi yang telah ada. Terapi biomedik melengkapi terapi
yang telah ada dengan memperbaiki dari dalam.
3. Terapi Integrasi Sensori
Integrasi sensoris berarti kemampuan untuk mengolah dan mengartikan seluruh
rangsang sensoris yang diterima dari tubuh maupun lingkungan, dan kemudian
menghasilkan respons yang terarah.
4. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan
motorik halus. Dalam hal initerapi okupasi sangat penting untuk
melatih mempergunakan otot - otot halusnya dengan benar.
5. Psikoterapi
Psikoterapi merupakan terapi khusus bagi anak autisme yang melibatkan peran
aktif dari orang tua. Psikoterapi menggunakan teknik bermain kreatif verbal dan
non verbal yang memungkinkan orang tua lebih mendekatkan diri dan lebih
mengenal lagi berbagai kondisi anak secara mendetail guna membantu proses
penyembuhan.
6. Terapi Diet
- Diet bebas ikan
Jenis ikan yang dapat diberikan hanya : ikan salmon, ikan tuna,
ikan makarel / tenggiri.
- Diet bebas gula
Gula yang tidak diberikan Gula pengganti Gula murni Gula
pasir, syrup, minuman yang berkarbonasi dan jus buah dalam
kemasan.
Gula buatan Gula dari saccharine, aspartame seperti
Tropicana slim dan equal. Gula stevia, gula gyserin, dan gula
jagung (gula sarbitol) dengan penggunaan secara bergantian
- Diet bebas jamur
Bertujuan untuk mencegah infeksi jamur dalam usus. Sesuai
dengan namanya, semua jenis makanan yang diolah dengan
proses fermentasi tidak diberikan. Jenis makanan tersebut
seperti : Kecap, Tauco, Keju, Kue yang dibuat dengan
menggunakan backingsoda, makanan yang sudah lama
disimpan atau buah-buahan yang dikeringkan.
- Diet bebas GFCF (Gluten free – Casein free)
Diet ini adalah diet dengan menghindarkan semua produk yang
mengandung gluten dan casein. Makanan bebas glutein,
misalnya: beras ketan, biscuit, mie, roti, dan segala jenis
makanan lain yang mengandung tepung terigu, makanan yang
mengandung tepung beras, tepung larut atau tepung tapioca.
Bebas Casein, seperti: keju, mozzarella, butter, permen susu,
es krim, yoghurt, dll.
- Diet bebas zat aditif
Jangan memberikan makanan dengan zat aditif atau makanan yang
mengandung campuran bahan-bahan kimia.
- Diet bebas salisilat
Terdapat pada jeruk dan tomat
- Suplemen makanan
Suplemen yang dibutuhkan makanan seperti :
Kalsium (calcium citrate), Magnesium (magnesium
glycinate), Zinc, Selenium
Vit A, Vit B kompleks, Vit B6 dosis tinggi atau dalam
bentuk jadi P5P, Vitamin C dosis tinggi (bentuk esters)
dan vitamin E
Multimineral yang tidak mengandung copper dan
manganese
asam lemak esensial yang mengandung omega 3 & 6
dan asam amino
kolostrum dan enzim probiotik
methylsulfonylmethane dan ubiquinone
yeast control, biotin, taurin, dan reduced L-glutathione
IX. Edukasi
Tahapan penting yang di persiapkan orang tua untuk kondisi anak autis :
Pengenalan anak, dimana untuk memahami potensi positif dan
kelemahan yang dimiliki anak baik reaksi emosional, pola regulasi,
rutinitas kegiatan, pola perilaku atau pola interaksi.
Keterbukaan dalam mempersiapkan pola dan dukungan anak
terkait oleh pihak praktisi ahli.
Mempersiapkan program bersama pihak terkait yang memiliki
pemahaman dalam pelaksanaan program terpadu
Yang terpenting adalah hubungan yang dikoordinasi kasih sayang
dan penerimaan tulus dari orang tua.
X. Prognosis
Modal awal dan hasil terakhir tergantung kualitas gejala autisme, antara
lain :
Intensitas penanganan dini
Tingkat intelegensi anak
Kemampuan komunikasi, sosoial dan perilaku
Pola asuh keluarga, sekolah, masyarakat dalam membantu anak
tersebut
Perbedaan
Autism Adhd
a.Triad Keterlambatan interaksi sosial a. Triad; Defisit perhatianGangguan komunikasi timbal balik HiperaktifPola perilaku berulang ImpulsifTimbul < 3 th Timbul < 7 th
b.Faktor risiko Riwayat keluarga autis b. Faktor risiko; Riwayat keluarga adhdFragile syndrome BblrKelainan kromosom Ibu perokok saat hamil
Traumatik brain injuryc.Keterlambatan/tdk dpt
bicara c. Tidak bisa berkonsentrasid.Gangguan komunikasi
verbal d. Selalu aktif (bergerak)
e.Stereotipie. Kurang peduli dengan
sosialf. Tidak mengikuti instruksig. Lupa kegiatan sehari-harih. Labil, irritable
Daftar Pustaka
1. Budhiman, M. P. (2002). L a n g k a h Awal M e n a n g g u la n g i Au t i s m e d e n g a n
Memper b a i k i M e t a b o lisme Tu b u h.. Jakarta: Penerbit Majalah Nirmala.
2. Danuatmaja, B. (2004). M e n u Autis. Jakarta: Pustaka Pembangunan
Swadaya Nusantara.
3. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Prose-Proses Penyakit.
Ed: 6. Jakarta: EGC
4. Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke-12.
Jakarta: Dian Rakyat.
5. Soemarno. 1992 . Gangguan Autisme: Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran.,
Universitas Gadjah Mada.
6. Lumbantobing,S.M. 2001. Anak Dengan Mental Terbelakang. Balai Penerbit
Fakultas kedokteran Indonesia