Upload
niko-skp
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
1/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat ii
Petunjuk TeknisPemeriksaan Biakan, Identifikasi, Dan
Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis pada Media Padat
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATANDIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN
PENYEHATAN LINGKUNGAN
2012
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
2/66
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
616.995 1Indp
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. DirektoratJenderal Bina Upaya Kesehatan
Petunjuk teknis pemeriksaan biakan, indentifikasi,dan uji kepekaan Mycobacterium tuberculosispada media padat,-- Jakarta : KementerianKesehatan RI. 20121
ISBN 978-602-235-144-3
1. Judul I. TUBERCULOSIS - DIAGNOSISII. TUBERCULOSIS - LABORATORY MANUALSIII. MICROSCOPY - LABORATORY MANUALSIV. MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat i
KATA PENGANTAR
Kekebalan Mycobacterium tuberculosis terhadap Obat Anti TB merupakan
permasalahan yang harus segera ditanggulangi di Indonesia. Laporan global ke-3
tentang surveilans resistensi OAT menunjukkan beberapa daerah di dunia menghadapi
endemi dan epidemi TB-MDR, dan di beberapa wilayah terdapat angka resistensi yang
sangat tinggi. Saat ini menurut WHO Indonesia menduduki peringkat ke delapan dari 27
negara dengan jumlah kasus MDR tertinggi.
Peran laboratorium dalam menegakkan mendiagnosis dan melakukan follow
up dengan pemeriksaan sensitifitas OAT lini pertama dan kedua sangat diperlukan,
sehingga laboratorium harus meningkatkan kemampuan pemeriksaan biakan dan DST.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan Mycobacterium tuberculosis
pada media padat.
Pemeriksaan biakan, identifikasi dan uji kepekaan Mycobacterium tuberculosis
terhadap OAT disusun untuk menjadi acuan laboratorium pemeriksa TB agar terjamin
mutunya, disamping untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pengembangan laboratorium.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Kelompok Kerja Laboratorium TB dan
semua pihak yang telah bekerja sama untuk menyusun Pedoman Pemeriksaan Biakan
dan Uji Kepekaan Mycobacterium tuberculosis dari saluran pernapasan.
Harapan kami semoga petunjuk teknis ini bermanfaat bagi semua
laboratorium khususnya laboratorium pemeriksa biakan dan uji kepekaan M.TB dalam
menjamin mutu pemeriksaannya.
Jakarta, Desember 2011
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
dr. Supriy antoro , SpP, MARS
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
3/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat vi
Bina Upaya Kesehatan tentang petunjuk teknis pemeriksaan
biakan, identifikasi dan uji kepekaan M.tuberculosis pada media
padat;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/Menkes/Per/III/ 2010
tentang Laboratorium Klinik;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/ XI/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1647/Menkes/SK/ XII/2005
tentang Pedoman Jejaring Pelayanan Laboratorium Kesehatan;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/V/ 2009
tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 831/Menkes/SK/IX/ 2009
tentang Standar Reagen Ziehl Neelsen;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 835/Menkes/SK/IX/ 2009
tentang Pedoman Keselamatan dan Keamanan Laboratorium
Mikrobiologik dan Imunologik.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat iii
KATA SAMBUTAN
Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat bertujuan untuk menemukan
sebanyak mungkin pasien TB MDR sehingga dapat pemutus rantai penularan pasien TB
MDR. WHO memperkirakan terdapat 440.000 kasus TB MDR pada tahun 2008 dengan
angka kematian sekitar 150.000. Di Indonesia, diperkirakan terdapat 6.100 pasien TB
MDR setiap tahunnya. Sesuai dengan data survei resistensi OAT yang dilaksanakan
di Jawa Tengah, diperoleh data resistensi sebesar 1,9% untuk kasus baru dan 17,1%
untuk kasus dengan pengobatan ulang.
Laboratorium TB merupakan unit terdepan dalam diagnosis dan evaluasi
penatalaksanaan pasien TB MDR. Diagnosis pasien TB MDR dilakukan melalui
pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman Mycobacterium tuberculosis. Laboratorium
yang melaksanakan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan harus mengikuti standar
internasional dan terpantau mutunya.
Saat ini terdapat banyak metode pemeriksaan biakan, identifikasi, dan uji kepekaan
Mycobacterium tuberculosis dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Pemeriksaan laboratorium yang tidak terstandarisasi menimbulkan kerugian yang besar
bagi pasien, keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Identifikasi dan Uji Kepekaan
Mycobacterium tuberculosis dengan media padat ini disusun untuk memberikan panduan
bagi laboratorium agar dapat melaksanakan pemeriksaan biakan, identifikasi dan uji
kepekaan Mycobacterium tuberculosis lini pertama sesuai standar.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Kelompok Kerja Laboratorium TB dan
semua pihak yang telah bekerja sama untuk menyusun petunjuk teknis ini. Semoga
buku ini bermanfaat bagi semua laboratorium khususnya laboratorium yang melakukan
pemeriksaan biakan dan uji kepekaan TB dalam menjamin mutu pemeriksaannya.
Jakarta, Agustus 2012
Direktur Jenderal PP dan PL
Prof Dr. Tjandra Yoga Aditama
NIP. 195509031980121001
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
4/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat iv
TIM PENYUSUN
Prof. Dr. Agus Sjahrurachman, Sp.MK, PhD - Dept. Mikrobiologi FKUI
Dra. Ning Rintiswati, MSc - Bag. Mikrobiologi FK UGM
Dr. Tintin Gartinah, Sp.PK - BLK Provinsi Jabar
Drs. Isak Solihin - BLK Provinsi Jabar
Dr. Endang Woro, Sp.PK - RS Persahabatan
Dr. Renaldi Panjaitan, Sp.MK - RS Persahabatan
Dr. Endriyana Soerjat, Sp.PK - BBLK Surabaya
Dr. Koesprijanti, Sp.PK - BBLK Surabaya
Dr. I Wayan Diantika - Subdit TB, Dit. P2ML
Dr. Irfan Ediyanto - Subdit TB, Dit. P2ML
Dr. Retno Kusuma Dewi - Subdit TB, Dit. P2ML
Dr. Sri Widyastut i - Subdit MI, Dit. BPPM
Dr. A.W. Praptiwi - Subdit MI, Dit. BPPM
Dr. Wiwi Ambarwati - Subdit MI, Dit. BPPM
Agus Susanto, SKM - Subdit MI, Dit. BPPM
Dr. Harini Janiar, Sp.PK - KNCV
Roni Candra, S.Si, M.Biomed - KNCV
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat v
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : HK.02.04/V/1808/2012.
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN B IAKAN, IDENTIFIKASI DAN
UJI KEPEKAAN MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS PADA MEDIA PADAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN,
Menimbang : a. bahwa penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular
yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan salah
satu penyebab kematian sehingga perlu dilaksanakan program
pengendalian secara berkesinambungan;
b. bahwa pelayanan laboratorium Tuberkulosis merupakan
komponen kunci pengendalian Tuberkulosis yang
diselenggarakan oleh berbagai jenis laboratorium pada berbagai
tingkat pelayanan laboratorium;
c. bahwa peran laboratorium dalam menegakkan diagnosis dan
melakukan follow up dengan pemeriksaan OAT lini pertama dan
kedua sangat diperlukan;
d. bahwa untuk menjamin mutu pelayanan laboratorium dalam
pemeriksaan biakan dan uji kepekaan Mycobacterium tb perlu
adanya acuan yang bisa segera digunakan bagi petugas teknis
laboratorium dalam melakukan pemeriksaan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, b, c dan d perlu ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
5/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat x
VI. ALUR KERJA BIAKAN, IDENTIFIKASI DAN UJI KEPEKAAN
Mycobacterium tuberculosi s ..............................................................................43
VII. PRAKTEK LABORATORIUM .............................................................................51
A. Pengambil an, Pengi rim an dan Peneri maan Spes imen .................................51
B. Pembuatan Media Lowenstein-Jensen...........................................................54
C. Biakan Mycobacterium tu berculosis ..............................................................57
D. Pembacaan Hasil Biakan .................................................................................62
E. Subkultur Isolat Mycobacterium tuberculosis ..............................................63
F. Identifikasi Mycobacterium tub erculosis .......................................................69
G. Pembuatan Media untuk Uji PNB dan Resistensi .........................................75
H. Pembuatan Suspensi Kuman untuk Uji Kepekaan........................................79
I. Uji Resistensi Mycobacterium tub erculosis Cara Proporsi ..........................81
J. Interpretasi Hasil Uji Kepekaan .......................................................................84
K. Preservasi Kuman pada Suhu -70oC ..............................................................87
L. Resusitasi Mycobacterium tub erculosis dari -70oC .....................................89
M. Pengi rim an Isolat ke Laborator ium Ruj ukan .................................................89N. Pengelolaan Lim bah.........................................................................................90
VIII. PEMANTAPAN MUTU BIAKAN DAN UJ I K EPEKAAN .....................................93
A. Tujuan Pemantap an Mutu ................................................................................93
B. Kompo nen Pemantapan Mutu L aborator ium Tuberkulosi s .........................93
IX. PENCATATAN DAN PELAPORAN .....................................................................103
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat vii
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMERIKSAAN BIAKAN,
IDENTIFIKASI DAN UJI KEPEKAAN MYCOBACTERIUM
TUBERKULOSIS PADA MEDIA PADAT.
Kedua : Petunjuk Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Diktum
Kesatu sebagaimana terlampir dalam Lampiran Keputusan ini.
Ket iga : Petunjuk Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua
agar digunakan sebagai acuan bagi petugas teknis laboratorium
yang terkait dalam melakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan
Mycobacterium tuberculosis.
Keempat : Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan Keputusan ini dilakukan
oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Direktur JendaralPengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Dinas
Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota sesuai
tugas dan fungsinya masing-masing.
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 27 September 2012
DIRJEN BINA UPAYA KESEHATAN;
SUPRIYANTORO
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
6/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat viii Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............ ............ ............. ............. ............ ............. ............ ............. ...i
KATA SAMBUTAN .......................................................................................................iii
TIM PENYUSUN ..........................................................................................................iv
KEPUTUSAN DIRJEN BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATANREPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK.02.04/V/1808/2012 ......................................v
DAFTAR ISI .................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................xii i
DAFTAR SINGKATAN ...............................................................................................xi v
I. PENDAHULUAN .......................................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................................1
B. Tujuan Petun juk Teknis ......................................................................................4
II. MANFAAT PEMERIKSAAN BIAKAN, IDENTIFIKASI DAN UJI KEPEKAA NPADA PROGRAM PENGENDALIAN TB .................................................................5
A. Biakan Mycobacterium tu berculosis ................................................................7
B. Uji kepekaan ( Drug Susceptibility Test/ DST) .................................................9
III. KARAKTERISTIK MYCOBACTERIA ....................................................................11
IV. SUMBER DAYA L ABORATORIUM .......................................................................15
A. Ruang labo rato riu m .........................................................................................15
B. Peralatan dan penjamin an kin erja alat, ter masuk k alibrasi .........................23
V. KEAMANAN KERJA UNTUK BIAKAN DAN UJ I KEPEKAAN ............................29
A. Desain Labo rato riu m........................................................................................29
B. Pedoman Umum Keamanan Laboratorium ....................................................29
C. Pedoman Khusus .............................................................................................32
D. Penanganan Limbah. .......................................................................................38
E. Penang anan Tumpahan Infeksiu s ...................................................................39
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
7/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat xiv
DAFTAR SINGKATAN
AKMS : Advokasi, Komunikasi, Mobilisasi Sosial Am : Amikasin APD : Alat Pelindung DiriBSC : Biological Safety Container BTA : Bakteri Tahan AsamCPC : Cetyl Piridium ChlorideDOTS : Directly Observed Treatment ShortcourseDST : Drug Susceptibility TestE : EthambutolEQA : External Quality AssuranceFasyankes : Fasilitas Pelayanan KesehatanGerdunas TB : Gerakan Terpadu Nasional TBHEPA : High Ef ficiency Particulate Air HIV : Human Immunodeficiency VirusISTC : International Standar for TB CareINH (H) : IsoniazidKm : KanamisinLJ : Lowenstein JensenMDR : Multiple Drugs ResistanceMGIT : Mycobacteria Growth Indicator TubeMODS : Mycroscopic Observation of Drug SusceptibilityMOTT : Mycobacterium Other Than Tuberculosis
NASBA : Nucleic Acid Sequence Based AmplificationNRA : Nitrate Reduction AssayNTM : Non Tuberculosis MycobacteriaOAT : Obat Anti TuberkulosisPCR : Polymerase Chain ReactionPME : Pemantapan Mutu EksternalPMI : Pemantapan Mutu InternalPMO : Pengawas Menelan ObatPNB : Para Nitro Benzoic AcidPPE : Personal Protective EquipmentR : RifampisinRAN : Rencana Aksi Nasional
S : StreptomisinSDA PCR : Strand Displacement AmplificationTB : TuberkulosisWHO : World Health OrganizationXDR : Extremely Drugs Resistance
Z : Pyrazinamid
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah BTA apusan, konsentrasi basil dalam spesimen dahak, dan
kemungkinan mendapatkan hasil positif................................................ 5
Tabel 2 Mycobacteria yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.......... 13
Tabel 3 Kisi-kisi hubungan antar ruang di laboratorium dan laboratorium My-
cobacterium tuberculosis………………..….......................................18
Tabel 4 Peralatan laboratorium biakan dan uji kepekaan dengan media padat
untuk beban kerja 6000 uji/tahun ……………………………...................24
Tabel 5 Alat pendukung (beban kerja 6000 uji/tahun) ………………………....... 25
Tabel 6 Bahan habis pakai untuk Biakan dan uji kepekaan Mycobacterium
tuberculosis ………………………………………….................................27
Tabel 7 Diferensiasi diantara Mycobacterium tuberculosis complex .................. 45
Tabel 8 Pendugaan Spesies Mycobacteria ……………………………………..... 46
Tabel 9 Pembuatan larutan sesuai dengan kebutuhan ……………………........ 60
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
8/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Contoh denah laboratorium sederhana untuk biakan dan uji
kepekaan Mycobacterium tuberculosis ( WHO 1998)..16
Gambar 2 Contoh lay out laboratorium pemeriksaan Mycobacterium tu-
berculosis dengan fasilitas biomolekuler…..……….…..20
Gambar 3 Tanda baku biohazard international ……………………… 30
Gambar 4 Skema wadah spesimen rujukan …………………………. 34
Gambar 5 Skema aliran udara pada BSC Kelas I I …………………. 36
Gambar 6 Alur Biakan dan Identifikasi Mycobacterium tuberculosis 43
Gambar 7 Alur Kerja Identifikasi Rutin ………………………………… 47
Gambar 8 Alur Uji Kepekaan Mycobacterium tuberculosis …………. 48
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Log Book Pembacaan Uji Kepekaan ………………………. 104
Lampiran 2 Format Pembacaan Hasil Uji Resistensi ........................... 105
Lampiran 3 Form TB.05 MDR (Permohonan Lab TB MDR) .. .. .. .. .. .. .. .. . 106
Lampiran 4 Form TB 04 MDR (Register Laboratorium TB MDR) .. .. .. .. . 107
Lampiran 5 Form TB.06 MDR (Register Suspek TB MDR) .................. 108
Lampiran 6 Rekapitulasi hasil biakan ................................................... 109
Lampiran 7 Rekapitulasi hasil uji kepekaan Mycobacterium tuberculosis ..... 110
Lampiran 8 Tabel Pemeliharaan dan Kalibrasi Alat ...................................... 111
Lampiran 9 Formulir Pemantapan Mutu Internal .......................................... 113
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
9/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 4
pemeriksaan biakan dan uji kepekaan; pengelolaan pasien TB MDR menggunakan
strategi pengobatan yang tepat dengan OAT lini kedua; jaminan ketersediaan OAT lini
kedua yang berkualitas dan tidak terputus serta pencatatan pelaporan secara baku.
Diagnosis yang akurat dan tepat waktu merupakan tulang punggung program TB.
Resistensi OAT harus didiagnosis secara tepat sebelum dapat diobati secara efektif.
penemuan kasus TB MDR dilakukan dengan pemeriksaan apusan dahak mikroskopis,
biakan dan uji kepekaan di laboratorium yang terjaga mutunya. Selain itu, dengan
meningkatnya kasus HIV/AIDS, diagnosis TB secara mikroskopik tidak memadai. Hal ini
memerlukan upaya pengembangan kemampuan laboratorium yang mampu melakukan
biakan, identifikasi, dan uji kepekaan Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT atau
Drug Sensitivity Test (DST).
Uji kepekaan Mycobacterium tuberculosis terhadap obat bermanfaat bagi klinisi dalam
mengarahkan jenis obat yang akan diberikan kepada penderita. Ini sangat penting
karena pemberian OAT yang tidak tepat, tidak hanya akan menyebabkan kegagalan
pengobatan, tetapi juga menyebabkan penularan terus berlangsung dan mempercepat
kejadian dan penyebaran TB MDR dan XDR.
Saat ini terdapat banyak metode pemeriksaan biakan, identifikasi, dan uji kepekaan
Mycobacterium tuberculosis dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Namun hasil uji kepekaan dengan cara yang tidak terstandarisasi menimbulkan kerugian
yang besar bagi pasien, keluarganya, masyarakat, dan pemerintah . Oleh karena itu
perlu disusun Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Identifikasi dan Uji Kepekaan
Mycobacterium tuberculosis yang meliputi : sumber daya manusia, fasilitas laboratorium,
bahan habis pakai, metode pemeriksaan, pemantapan mutu serta pencatatan dan
pelaporan.
B. Tujuan Petun juk Teknis
1. Pemeriksaan biakan, identifikasi dan uji kepekaan Mycobacterium tuberculosis
terhadap OAT terjamin mutunya.
2. Memudahkan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengembanganlaboratorium
3. Memudahkan pengembangan program baru berbasis data yang akurat.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 1 1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang menular, disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularan langsung terjadi melalui aerosol yang
mengandung kuman TB. Penyakit ini dapat menyerang semua kelompok umur dan
semua organ tubuh manusia, terutama paru. Gejala umum TB paru pada orang dewasa
adalah batuk yang terus-menerus dan berdahak, selama 2 - 3 minggu atau lebih. Bila
tidak diobati maka setelah lima tahun sebagian besar (50%) pasien akan meninggal.
Sejak tahun 1995 Indonesia mulai menerapkan strategi DOTS (Directly Observed
Treatment Shortcourse) untuk digunakan sebagai satu-satunya strategi pengendalian
TB di Indonesia, yang dimulai pelaksanaannya di Puskesmas sebagai ujung tombak
pelayanan kesehatan di Indonesia.
Strategi DOTS telah dibuktikan dengan berbagai uji coba lapangan dapat memberikanangka kesembuhan yang tinggi. Strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang
paling cost effective. Satu studi cost benefit yang dilakukan oleh WHO di Indonesia
menggambarkan bahwa setiap satu dolar Amerika yang digunakan untuk membiayai
program penanggulangan TB, akan menghemat sebesar 55 dolar Amerika selama 20
tahun. Agar berhasil baik, diperlukan implementasi dari lima komponen strategi DOTS,
yaitu :
1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana.
2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik.
3. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek.
4. Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan
pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).
5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan
evaluasi program TB.
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
NOMOR : HK.02.04/V/1808/2012
TANGGAL : 27 SEPTEMBER 2012
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
10/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 2
Untuk menjamin keberhasilan penanggulangan TB kelima komponen tersebut di atas
harus dilaksanakan secara bersamaan.
Kebijakan DOTS di Indonesia :
1. Penanggulangan TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan asas desentralisasi
dengan Kabupaten/Kota sebagai titik berat program yang meliputi: perencanaan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta menjamin ketersediaan sumber daya
(dana, tenaga, sarana dan prasarana).
2. Upaya penanggulangan dilaksanakan secara terintegrasi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Fasyankes) berdasar kemitraan, dengan menggunakan strategi DOTS,
peningkatan mutu pelayanan, Obat Anti TB (OAT) diberikan secara cuma-cuma,
serta mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan laboratorium TB.
3. Kebijakan lain untuk mendukung keberhasilan Program Pengendalian TB (P2TB)
adalah mempertahankan dan meningkatkan komitmen daerah, advokasi, komunikasi
dan mobilisasi sosial (AKMS) terhadap sektor terkait, dalam wujud Gerakan Terpadu
Nasional Penanggulangan TB (Gerdunas TB).
4. Diagnosis kasus terutama didasarkan atas pemeriksaan mikroskopik BTA, kecuali
untuk kasus pada anak.
5. DOTS mengasumsikan bahwa semua Mycobacterium tuberculosis yang menjadipenyebab masih peka terhadap semua OAT lini primer.
Tingginya angka default serta penggunaan obat-obat TB lini pertama dan kedua yang
tidak rasional khususnya oleh rumah sakit dan sektor swasta serta kecenderungan
peningkatan kasus HIV memberikan tantangan ke depan yang besar dalam masalah
TB-MDR. Dewasa ini kasus TB-MDR dan bahkan TB-XDR telah ditemukan di Indonesia.
Menurut perkiraan WHO secara nasional angka MDR sekitar 2-3% untuk kasus baru. Dari
data survei resistensi OAT yang dilaksanakan di Jawa Tengah, diperoleh data resistensi
sebesar 1,9% untuk kasus baru dan 17,1% untuk kasus dengan pengobatan ulang.
Penatalaksanaan kasus TB MDR (Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat)
dimulai dengan suatu uji pendahuluan di 2 wilayah pada tahun 2009, yang saat ini telah
menjadi bagian dari Program Nasional TB dengan mengambil kebijakan sebagai berikut:
1. Penanggulangan TB MDR di Indonesia dilaksanakan sesuai tatalaksana
penanggulangan TB yang berlaku saat ini dengan mengutamakan tata hubungan
sarana kesehatan rujukan dan sarana kesehatan dasar (Hospital DOTS Linkage/
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 3
HDL). Titik berat manajemen program meliputi: perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga,
sarana dan prasarana)
2. Penanggulangan TB MDR dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS
dimana setiap komponen yang ada lebih ditekankan kepada penata laksanaan TB
MDR dan disebut sebagai PMDT (Programmatic Management of Drug Resistant
TB). 3. Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen para pelaksana terhadap
program penanggulangan TB MDR
4. Penguatan PMDT dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan mutu
pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya TB XDR.
5. Tatalaksana penanggulangan TB MDR mengacu kepada strategi DOTS dan ISTC.
6. Pengembangan wilayah disesuaikan dengan rencana pengembangan PMDT yang
ada dalam Stranas TB dan RAN PMDT, secara bertahap sehingga seluruh wilayah
Indonesia dapat mempunyai akses terhadap pelayanan TB MDR yang bermutu.
7. Titik berat pelayanan pasien TB MDR adalah pada fasyankes rujukan dan jejaringnya.
8. Pembiayaan penatalaksanaan pasien TB MDR menjadi tanggung jawab Pemerintah
pusat dan daerah, melalui mekanisme yang ada.
9. Laboratorium TB merupakan unit yang terdepan dalam diagnosis dan evaluasi
penata laksanaan pasien TB MDR sehingga kemampuan dan mutu laboratorium
harus sesuai standar internasional dan selalu dipertahankan kualitasnya untuk
biakan dan uji kepekaan M. Tuberculosis. Diagnosis TB MDR harus berdasarkan
hasil pemeriksaan uji kepekaan, tidak boleh berdasarkan klinis saja
10. Pemerintah menyediakan OAT TB MDR yang berkualitas untuk pasien TB MDR.
11. Mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten dalam jumlah yang memadai
untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.
12. Meningkatkan dukungan masyarakat bagi pasien TB dan keluarga.
13. Memberikan kontribusi terhadap komitmen global.
Strategi penerapan Manajemen Terpadu TB Resisten Obat membutuhkan komitmen yang
berkesinambungan dari semua pihak; penemuan pasien TB MDR yang rasional melalui
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
11/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 8
Dengan meningkatnya kasus-kasus HIV/AIDS maka masalah NTM juga meningkat.
Diagnosis NTM pada kasus HIV/AIDS secara mikroskopis mempunyai sensitivitas
yang rendah, karena itu diperlukan pemeriksaan biakan. Pemeriksaan biakan dapat
meningkatkan sensitivitas untuk diagnosis dan sekaligus membedakan Mycobacterium
tuberculosis dan NTM.
Ada peningkatan kepekaan untuk mendeteksi BTA dengan biakan, secara mikroskopis
untuk mendapatkan 50% kesempatan BTA positif diperlukan kuman BTA dalam dahak
5000 kuman per ml jika diperiksa 300 Lapang Pandang, sementara dengan teknik biakan
yang baik hasil positif dapat terjadi walau kuman hidup berkisar antara 10-100 kuman
per ml. Pada umumnya biakan dahak akan meningkatkan penemuan kasus sekitar 20–
30 % dari jumlah keseluruhan TB Paru BTA positif. Oleh sebab itu pemeriksaan biakan
sangat bermanfaat untuk kasus pausibasiler (kasus dengan jumlah kuman sedikit)
seperti pada TB ekstra paru, TB anak dan TB pada kondisi penekanan sistem imun.
Biakan dahak merupakan suatu metode pemeriksaan yang kompleks, membutuhkan
sarana, prasarana dan peralatan yang lebih mahal serta sumber daya manusia dengan
keterampilan khusus.
Indikasi utama pemeriksaan biakan dan uji kepekaan adalah sebagai berikut :
Sesuai kriteria suspek TB MDR
1. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang gagal (Kasus kronik)
2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi
3. Pasien TB yang pernah diobati pengobatan TB Non DOTS
4. Pasien TB gagal pengobatan kategori 1
5. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi setelah pemberian
sisipan.
6. Pasien TB kambuh
7. Pasien TB yang kembali setelah lalai/default
8. Suspek TB yang kontak erat dengan pasien TB-MDR
9. ODHA dengan gejala TB/ koinfeksi TB.
Evaluasi pengobatan MDR/ XDR
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 5
II. MANFAAT PEMERIKSAAN BIAK AN, IDENTIFIKASI DAN UJI KEPEKAAN
PADA PROGRAM PENGENDALIAN TB
Pengunjung poliklinik dengan gejala saluran pernafasan merupakan kelompok prioritas
penemuan pasien, karena pasien BTA (+) yang merupakan sumber penularan, terdapat
pada kelompok tersebut. Saat ini pasien BTA positif adalah kelompok terbesar pasien
TB yang ditemukan dan dilaporkan di negara berkembang.
Dalam buku Pedoman Nasional Pengendalian TB pada tahun 2011 yang diterbitkan
Kementerian Kesehatan, diagnosis TB paru dilakukan dengan pemeriksaan 3 spesimen
dahak, salah satu di antaranya adalah dahak pagi hari, yang lain adalah dahak sewaktu
yang diambil saat pasien datang ke Fasyankes. Dahak pagi biasanya lebih sering
memberikan hasil BTA positif dibanding dengan dahak sewaktu.
Pemeriksaan dahak secara mikroskopis adalah metode pemeriksaan yang paling
sederhana, cepat, terpercaya dan paling murah untuk diagnosis pasien TB. Sekitar
70 – 80 % TB Paru BTA positif dapat terdeteksi, bila penemuan tersangka TB dilaksanakan
sesuai pedoman yang telah dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Pada negara yang
kasus Non Tuberculosis Mycobacterium (NTM) masih rendah, spesifisitas pemeriksaan
berkisar 99%.
Uraian lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah BTA dalam sediaan apus, konsentrasi basil dalam dahak, dan ke-
mungkinan mendapatkan hasil positif.
Jumlah basil ditemukan
secara mikroskopik (ZN)
Perkiraan konsentrasi
basil/ ml,dlm spesimen
Kemungkinan
hasil positif
0 dlm ≥ 100 l.p
1-2/ 300 l.p
1-9/ 100 l.p
1-9/ 10 l.p IUATLD
1-9/ l.p
≥ 10/ l.p
Kurang dari 1.000
5.000 – 10.000
~ 30.000
~ 50.000
~ 100.000
500.000
Kurang dari 10 %
50 %
80 %
90 %
96,2 %
99.95 %
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
12/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 6
Pada tahun 2011 angka keberhasilan pengobatan yang dicapai oleh program DOTS
untuk Indonesia adalah 86.7% dengan angka kesembuhan adalah 80.4% (Data :
Laporan situasi terkini perkembangan Tuberkulosis di Indonesia, Januari-Desember
2011). Sedangkan kesimpulan National TB Program Managers Meeting European
Region tahun 2000 menyatakan bahwa untuk meminimalisasi kejadian MDR (Multiple
Drug Resistant) diperlukan angka kesembuhan minimal 95%. Oleh karena itu pendataan
tentang prevalensi TB MDR dan TB XDR harus dilaksanakan secara berkesinambungan.
Multiple Drug Resistance
TB MDR (Multiple Drug Resistance) adalah suatu keadaan dimana Mycobacterium
tuberculosis telah resisten terhadap INH dan Rifampisin saja atau resisten terhadap
INH dan Rifampisin serta OAT lini pertama lainnya.
Fenomena amplifikasi dan penyebaran kasus resistensi TB atau TB MDR seluruhnya
adalah akibat perbuatan manusia. Telah dibuktikan bahwa kejadian resistensi
Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT adalah akibat mutasi alami. Amplifikasi
Mycobacterium tuberculosis yang resisten selanjutnya terjadi akibat kesalahan manusia,
seperti tersebut di bawah ini :
1. Kesalahan pengelolaan OAT.
2. Kesalahan manajemen kasus TB.
3. Kesalahan proses penyampaian OAT kepada pasien.
4. Kesalahan hasil uji DST
5. Pemakaian OAT dengan mutu rendah
Kesalahan medis yang biasa terjadi yang menyebabkan resistensi basil, adalah :
1. Pemberian pengobatan yang tidak adekuat, baik dosis, kombinasi OAT maupun
lama pengobatan. Misalnya
hanya 2-3 OAT pada tahap intensif untuk penderita BTA positif dengan kuman
yang resisten primer terhadap INH
hanya menambahkan satu jenis OAT pada kasus gagal
terus menambahkan OAT lain, pada saat pasien kambuh setelah pengobatan
dengan obat tunggal.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 7
2. Kesalahan yang biasa terjadi pada pengelolaan pengobatan TB adalah :
Manajemen kasus yang buruk (pengobatan tidak dengan pengawasan penuh
=DOT/ Directly Observed Treatment, terutama pada tahap intensif).
Pasien kesulitan mendapatkan semua OAT yang diperlukan secara adekuat.
3. Pengetahuan pasien kurang karena informasi kurang atau penjelasan yang tidak
adekuat sebelum mulai pengobatan.
Pengobatan kasus TB MDR sangat sulit, selain biayanya sangat mahal, efek samping
obat lebih besar juga angka kesembuhannya lebih rendah dibandingkan dengan hasil
pengobatan kasus bukan TB MDR. Karena itu strategi terbaik untuk mengendalikan TB
MDR adalah mencegah kejadian TB MDR dengan melaksanakan pengobatan kasus
bukan TB MDR sebaik-baiknya dan melaksanakan program pengendalian TB MDR
sesuai pedoman. Agar terlaksana dengan baik, diperlukan komitmen semua pihak dan
mobilisasi sumber daya. Perlu diingat bahwa dalam 1 tahun satu kasus TB MDR dapat
menularkan pada 6 orang lain.
Extremely Drug Resistant
TB XDR merupakan TB MDR disertai resistensi terhadap salah satu obat golongan
fluorokuinolon dan salah satu dari OAT injeksi lini kedua (kapreomisin, kanamisin
dan amikasin) Hasil berbagai kajian di luar negeri memperlihatkan bahwa terdapat
kecenderungan peningkatan insidensi TB MDR dan TB XDR. TB XDR juga sudah
dikonfirmasi keberadaannya di Indonesia. Jalan untuk menghambat laju kenaikan
masalah TB XDR dimulai dengan keharusan menjalankan program DOTS sebaik-
baiknya dan tidak dengan mudah menjalankan pengobatan dengan OAT lini kedua. Jika
akan melakukan pengobatan dengan OAT lini kedua, hendaknya konsisten mengacu
pada pedoman yang telah terbukti validitasnya.
A. Biakan Mycobacterium tu berculosis
Untuk mendiagnosis TB MDR dan TB XDR diperlukan pemeriksaan biakan, identifikasiyang kemudian dilanjutkan dengan uji kepekaan Mycobacterium tuberculosis terhadap
OAT.
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
13/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 12
Dari sudut pandang kecepatan tumbuh dan jenis pigmen, dua parameter yang mudah
diamati pada pemeriksaan biakan, Mycobacterium dapat secara sederhana dibagi atas :
1. Photochromogen dengan pigmen koloni kuning .
Kuman golongan ini koloninya akan berwarna jika inkubasi dilakukan dengan
pencahayaan. Termasuk dalam golongan ini adalah M. kansasii, M. marinum, M.
simiae, M. asiaticum.
2. Non photochromogen ( tanpa pigmen pada koloni ).
Termasuk dalam golongan ini adalah : M. tuberculosis complex, M. terrae complex,
M. gastrii, M. malmoense, M. avium complex, M. haemophilum, M. xenopi.
3. Scotochromogen ( dengan pigmen koloni jingga )
Kuman golongan ini koloninya akan berwarna jika inkubasi dilakukan dalam
keadaan gelap. Termasuk dalam golongan ini adalah : M. szulgai, M. flavesens,
M.thermoresistible, M. gordonae, M. scrofulaceum, M. xenopi
4. Rapid grower .
Diantaranya adalah M. flavescens, M. thermoresistible, M. marinum, M. fortuitum-
chelonae complex. Kebanyakan kuman dari golongan ini tidak patogen bagi
manusia
Kuman yang tidak termasuk rapid grower mempunyai waktu pembelahan puluhan jam,
karena itu koloni yang diisolasi dari spesimen biasanya mulai tampak setelah 2 (dua)
minggu. Sementara koloni kuman yang termasuk rapid grower biasanya akan tampak
dalam waktu kurang atau sampai 1 (satu) minggu.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 9
B. Uji kepekaan ( Drug Susceptibility Test/ DST)
Uji kepekaan Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT berguna untuk mengarahkan
jenis obat yang akan diberikan kepada pasien. Ini sangat penting karena pemberian OAT
yang tidak tepat, tidak hanya akan menyebabkan kegagalan pengobatan, tetapi juga
menyebabkan penularan terus berlangsung dan mempercepat kejadian dan penyebaran
TB MDR dan TB XDR.
Banyak metode untuk melakukan uji kepekaan; menggunakan media padat atau
cair, metode radiometrik atau nir radioisotop, metode seluler atau molekuler. Semua
metode mempunyai keunggulan dan kelemahan. Karena itu apapun caranya, hasil
akan mempunyai arti jika cara yang dipakai telah terstandarisasi. Di antara cara yang
terstandarisasi adalah cara proporsi pada media LJ, cara radiometric dengan alat Bactec,
cara end point inhibition pada media semi solid, cara “break point “ pada media cair
seperti MGIT, NRA ( Nitrate Reduction Assay), MODS, kalorimetrik. Hasil uji kepekaan
dengan cara yang tidak terstandarisasi menimbulkan kerugian yang besar bagi pasien,
keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Pada saat ini Kementerian Kesehatan mengambil kebijakan untuk melakukan uji
kepekaan menggunakan cara proporsi pada media LJ dan cara break point (MGIT)
dengan mempertimbangkan berbagai faktor termasuk ketersediaan sumber daya
laboratorium.
Catatan :
Uji diagnosis lain yang tersedia di pasaran sudah banyak. Diperlukan kehati-hatian yang
sangat tinggi agar uji tersebut tidak disalahgunakan untuk diagnosis. Banyak uji yang
belum terstandarisasi atau sangat selektif penggunaannya. Di antaranya adalah :
1. Uji serologi untuk mendeteksi/mengukur kadar antibodi terhadap komponen
mycobacteria. Pada tahun 2011, WHO mengeluarkan pernyataan bahwa uji serologis
yang tersedia tidak direkomendasikan untuk diagnosis paru dan ekstra paru
2. Uji serologi untuk mendeteksi antigen.
Sampai saat ini belum ada kit yang direkomedasikan oleh W.HO untuk diagnosis TB
paru dan ekstra paru.
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
14/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 10
3. Uji deteksi/pengukuran interferon gamma.
Uji ini dapat dilakukan dengan jalan mengukur kadar interferon gamma pada serum atau
plasma dan mengukur kadar interferon gamma yang dihasilkan oleh sel limfosit T yang
diisolasi dari pasien dan direaksikan dengan komponen M. tuberculosis. Sensitifitas
dan spesifisitas uji ini dalam menegakkan diagnosis TB paru dewasa juga masih lebih
rendah dibandingkan dengan pemeriksaan BTA mikroskopis SPS. Sampai saat ini uji
deteksi interferon gama tak dapat membedakan antara sakit dan infeksi TB laten.
4. Amplifikasi asam nukleat M. tuberculosis dari spesimen.
Sudah banyak cara yang dikembangkan. Misalnya dengan cara reaksi rantai
polimerasa konvensional (konventional PCR), realtime PCR, NASBA, SDA PCR, PCR
isothermal dan sebagainya. Untuk TB paru uji amplifikasi asam nukleat yang bukan
“real time“ telah dibuktikan tidak lebih sensitif dibandingkan dengan pewarnaan BTA
tiga kali. Kelebihan cara amplifikasi asam nukleat adalah kemampuannya mendeteksi
beberapa species Mycobacteria lain dengan cepat.
Pada tahun 2012, WHO merekomendasikan LPA (Line Probe Assay) untuk penapisan
kasus TB MDR. Pada tahun 2011, WHO merekomedasikan penggunaan teknologi
PCR real time yaitu GenXpert yang lebih sensitif dibandingkan dengan pemeriksaan
mikroskopik. Namun baru digunakan untuk kasus TB pada HIV dan dugaan TBMDR. Apabila dibandingkan dengan GeneXpert, LPA lebih sukar pelaksanaannya,
tetapi memiliki kelebihan dibanding GeneXpert yaitu mampu mendeteksi kekebalan
terhadap obat lini kedua.
5. Pewarnaan BTA.
Mycobacteria, Nocardia dan Rodococcus merupakan kuman tahan asam. Derajat
ketahanannya tertinggi pada mycobacteria. Dengan demikian pewarnaan BTA dengan
cara Ziehl-Neelsen ataupun auramin juga akan mendeteksi spesies mycobacteria
lain. Namun karena prevalensi infeksi oleh mycobacteria yang bukan Mycobacterium
tuberculosis (MOTT/ NTM) saat ini sangat rendah, maka hasil positif lebih mengarah
pada Mycobacterium tuberculosis. Yang perlu diwaspadai adalah BTA lingkungan
yang banyak mencemari air.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 11
III. KARAKTERISTIK MYCOBACTERIA
Mycobacteria merupakan mikroba tahan asam, serupa dengan Rhodococcus dan
Nocardia. Tingkat ketahanan Mycobacteria terhadap asam bervariasi. Mycobacteria ada
yang bersifat patogen dan ada juga yang tidak patogen. Mycobacteria tidak patogen
ditemukan di lingkungan manusia, khususnya dalam air. Mycobacteria lingkungan ini
merupakan kontaminasi yang harus diantisipasi agar tak mengacaukan hasil pemeriksaan
biakan dan uji kepekaan.
Termasuk dalam Mycobacteria yang secara medis penting adalah :
1. M. tuberculosis
2. M. bovis
3. M. africanum
4. M. microtii
5. M. ulcerans
6. M. leprae
7. M. kansasii8. M. marinum
9. M. simiae
10. M. scrofulaceum
11. M. szulgai
12. M. xenopi
13. M. gordonae
14. M. flavescens
15. M. fortuitum-chelonae complex
16. M. thermoresistible
17. M. avium-intracellulare complex
18. M. terra-triviale complex
Nomor 1 sampai 4 digolongkan sebagai M. tuberculosis complex.
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
15/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 16
dalam 30-45 menit. Resiko infeksi akan sangat dikurangi jika pengerjaan spesimen dan
isolat dilakukan dalam Bio Safety Cabinet (BSC) dikerjakan sesuai dengan baku praktek
laboratorium minimal untuk baku praktek laboratorium dengan tingkat keamanan 3
(tiga). Jika menggunakan exhaust fan, gunakan yang mempunyai kapasitas minimal
23.6 liter per detik.
Gambar 1: contoh d enah laboratorium paling sederhana untuk biakan dan uji
kepekaan Mycobacteri um tubercul osis ( WHO 1998 )
Keterangan:1. Biosafety Cabinet2. Sentrifuse3. Deep freezer -70 0C4. Wastafel5. Bak pewarnaan6. Timbangan analitik (nefelometer)7. Mikroskop8. Meja9. Inkubator 10. Meja11. Meja cuci12. Lemari Es (refrigerator)13. Analitikal Balans14. Penangas air
15. Lemari Bakar 16. Autoclave17. Heat sterilisator 18. Lemari Administrasi19. Meja Administrasi
A :Ruang administrasi, penerimaancontoh uji
B : Ruang kerja labC : Ruang Cuci dan sterilisasiD : Ruang pembuatan media
E : ExhauseL : Loket penerima bahan
AC : Air Conditioner
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 13
Tabel 2. Mycobacteria yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
Mycobacteria Habitat Organ yang umum
diserang
Mycobacterium tubercu-
losis complex
M. tuberculosis
M. bovisM. canetti
Manusia
Manusia,ternakHewan
Semua organ
Usus dan jaringan lunakKelenjar limfe
Photochromogen
M. kansasii
M. marinum
M. simiae
M. asiaticum
Air,ternak
Ikan,air
Primata
Primata
Tulang
Kulit dan jaringan lunak
Bronkopulmonal
Paru
Scotochromogen
M. scrofulaceum
M. szulgai
M. gordonae
M. flavescens M. xenopi
Tanah,air,ternak,burung
Tak jelas
Air
Air,tanah Air
Kelenjar limfe
Bronkopulmonal
Paru
ParuBronkopulmonal
Non photochromogen
M. avium-intracellulare
M. ulcerans
M. gastri
M. terrae
Tanah,air,ternak,burung
Tidak jelas
Tanah,air
Tanah,air
Paru,kel limfe,sistemik
Kulit dan jaringan lunak
Paru
Paru
Rapid grower
M. fortuitum
M. abcessus
M. chelonae M. smegmatis
Tanah,air,hewan darat dan laut
Tanah,air,hewan darat dan laut
Tanah,air,hewan darat dan lautPermukaaan lembab, flora
urogenital
Kulit, jaringan lunak, sistemik
Kulit, jaringan lunak, sistemik
Kulit, jaringan lunak, sistemikParu
M. leprae Manusia Kulit, jaringan lunak,sistemik
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
16/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 14
Dalam pedoman ini akan dijelaskan bagaimana melakukan biakan dan uji kepekaaan
untuk Mycobacterium tuberculosis complex. Walaupun demikian masih terdapat
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dijelaskan dalam pedoman ini yaitu :
1) Bagaimana membedakan Mycobacterium tuberculosis dengan anggota
Mycobacterium tuberculosis complex lainnya?
2) Apakah galur isolat Mycobacterium tuberculosis satu sama lainnya sama?
3) NTM mana yang perlu-tidak perlu dilaporkan?
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 15
IV. SUMB ER DAYA LABORATORIUM
Laboratorium TB yang melakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan harus memiliki
sumber daya laboratorium yang memungkinkan proses kegiatan praktik laboratorium
dapat berjalan lancar, berkualitas dan aman bagi pekerja serta lingkungan. Sumber
Daya Manusia disusun berdasarkan kompetensi teknis/latar belakang pendidikan dan
beban kerja
Penanggung Jawab : 1 orang Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik/ Patologi Klinik
Tenaga Teknis :
a. Mikroskopis : DIII Ahli Madya Analis Kesehatan terlatih Lab.TB
Beban kerja : 20 Sediaan/hari/teknisi
b. Media : D III Ahli Madya Analis Kesehatan terlatih Lab.TB
Jumlah tenaga disesuaikan dengan beban kerja
biakan dan uji kepekaan.
c. Biakan : D III Ahli Madya Analis Kesehatan terlatih Lab.TB
Beban kerja : 20 biakan/ hari/teknisi
d. Petugas pencatatan dan
pelaporan
: 1 orang, minimal SLTA
e. Pekarya : Minimal SLTP, 1 (satu) orang
Tugas : pencucian alat dan sterilisasi
A. Ruang labo rato riu m
Ruang laboratorium harus menjamin keamanan petugas dan orang lain di sekitarnya
dari spesimen dan isolat yang ditangani. Infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis
bersifat airborne melalui mikrodroplet, maka pengaturan aliran udara menjadi sangat
penting. Udara harus mengalir dari area bersih ke area kotor/ tercemar. Udara yang
dikeluarkan dari laboratorium ke lingkungan sebaiknya telah melalui filter bakteri dengan
arah menjauhi tempat berkumpul orang banyak, pemukiman dan lalu lalang.
Sirkulasi udara di laboratorium harus dilakukan melalui pertukaran udara minimal 6
(enam) sampai 12 (dua belas) kali per jam, dengan cara ini 99 % partikel akan dibuang
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
17/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 20
Gambar 2. Contoh lay out laboratorium pemeriksaan Mycobacterium tuberculosis
dengan fasilitas biomolekuler
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 17
Gambaran aliran udara pada laboratorium di atas adalah sebagai berikut
Keterangan Denah :
- Ruang A :
Pintu masuk ke laboratorium melalui ruang yang dapat dimanfaatkan untuk
administrasi, penyimpanan laporan, buku register, alat tulis dll. Di ruang ini terdapat
juga loket penerimaan dan penilaian spesimen secara makroskopik. Misalnyatentang data spesimen, volume, tanggal dan cara pengambilan, kondisi wadah dan
sebagainya. Ruangan ini berfungsi sebagai ruang persiapan pekerja laboratorium,
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
- Ruang B :
Ruang ini adalah tempat melakukan pemeriksaan, terdapat fasilitas pengolahan
dan inokulasi contoh uji/spesimen. Sebaiknya tempat cuci tangan di ruang ini
menggunakan kran yang dapat dibuka dengan siku atau kaki atau sensor outlet.
Pada bagian terkotor ditempatkan BSC dan sentrifus.
Pada bagian lain di ruang ini disediakan meja kerja untuk pemeriksaan mikroskopis,
pengamatan dan pencatatan hasil biakan.
- Ruang C :
Di ruang ini dilakukan sterilisasi, pencucian alat dan pembuangan limbah sementara.
APD dilepaskan dan disterilisasi di ruang ini.
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
18/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 18
- Ruang D
Ruang ini tempat menyiapkan dan membuat media, menyimpan peralatan yang
sudah steril dan reagensia.
Dengan bagan tata ruang seperti diatas diharapkan kegiatan di laboratorium biakan
dan uji kepekaan Mycobacterium tuberculosis dilaksanakan dengan mudah dan
menjamin keamanan kerja. Jika petugas laboratorium kidal, pengaturan dapat ditata
seperti bayangan kaca.
Catatan: Sejalan dengan kebutuhan akan kemanan kerja (biosafety), modifikasi
rancangan ruang laboratorium sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan
kaidah-kaidah keamanan kerja. Prinsip dasarnya dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kisi-kisi hubungan antar ruang di laboratorium dan laboratorium
Mycobacterium tuberculosis
Kategori ruang (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Penerimaan spesimen (1) HL TP TP
Ruang mikroskopi (2) HL HL DK HL DK DK
Ruang biakan (3) TP HL HL HL HL DK HL DK DK
Ruang sterilisasi (4) DK HL HL DK HL DK
Ruang media (5) TP HL HL HL DK DK
Ruang mikroskop fluore-
sen (6)
HL HL
Ruang pendingin (7) DK HL
Ruang inkubator (8)* DK HL DK
Gudang (9) DK HL DK
Penyimpanan gas (10) DK DK DK DK
Keterangan : DK : dekat
HL : hubungan langsung
TP : terpisah
*) walk in incubator
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 19
Untuk mengetahui hubungan antar ruang dengan menggunakan tabel III,adalah dengan
mencari titik temu antara kategori ruang
Misalnya :
Ruang penerimaan spesimen (1) dan ruang miroskopis (2) berhubungan secara
langsung (HL)
Ruang sterilisasi (4) dengan ruang tempat inkubator berhubungan dekat (DK)
Ruang penerimaan spesimen(1) dan ruang biakan (3) harus terpisah (TP).
Gambar dibawah merupakan contoh “ lay out “ laboratorium pemeriksaanMycobacterium
tuberculosis dengan fasilitas pemeriksaan biomolekuler dan menggunakan tata aliran
udara yang diatur secara mekanik.
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
19/66
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
20/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 22
Daya disesuaikan dengan luasan ruang. Penempatan AC harus memperhatikan posisi
teknisi saat bekerja dan tidak mengganggu tirai udara BSC.
Pintu :
Dilengkapi dengan alat yang dapat otomatis menutup pintu, dibuat dari bahan yang
mudah dibersihkan dan memudahkan evakuasi dalam keadaan darurat.
Bila ruang laboratorium TB terletak dilantai atas, maka tangga harus aman untuk dilalui
orang ( pegangan pada kedua sisi, tidak licin, ruang tangga terang dan dapat dilalui paling
sedikit oleh 2 orang secara berdampingan). Sebaiknya ruang laboratorium memiliki pintu
darurat atau ada bagian dinding yang dapat dipakai sebagai jalan keluar dalam keadaan
darurat.
Pasokan li strik
Harus tersedia 24 jam, karena itu harus dilengkapi dengan generator listrik yang dapat
berfungsi secara otomatis dengan daya yang mencukupi untuk alat-alat yang harus
selalu operasional (deep freezer, incubator, refrigerator)
Pasokan Air
Harus tersedia dengan kualitas baik dan kuantitas yang cukup.
Bak cuci tangan
Diletakkan di dekat pintu, dilengkapi dengan kran yang dibuka/tutup dengan siku atau
kaki atau sensored outlet
Bak cuci alat
Bak ini harus cukup besar dan dalam untuk menampung alat-alat yang sedang dicuci
(panjang 1m, lebar 75cm, dalam 50 cm) ,dibuat dari bahan yang kuat agar tidak mudah
bocor (porselin, stainles), permukaan rata dan mudah dibersihkan.
Bak pewarnaan
Bak ini khusus dipakai untuk proses pewarnaan sediaan BTA. Kedalaman bak sedemikian
rupa sehingga mencegah percikan air keluar ( 30-50 cm)
Dibuat dari bahan yang tidak mudah bocor, kuat dan mudah dibersihkan dengan
permukaaan yang rata tanpa sambungan dan tidak bersudut.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 23
Shower dan eye wash
Alat ini harus ditempatkan di ruang kerja laboratorium TB, digunakan untuk melakukan
netralisasi bila terjadi kecelakaan kerja berupa percikan larutan asam atau basa kuat
dan bahan infeksius. Karena biasanya dalam laboratorium tidak digunakan asam atau
basa kuat dalam jumlah banyak, shower tidak merupakan keharusan
Meja kerja
Dibuat permanen dari beton, tinggi 75 cm dari lantai, permukaan rata, tidak mempunyai
sambungan, sebaiknya dilapisi epoksi.
Kursi
Rangka terbuat dari bahan logam yang tidak mudah berkarat dan dudukan dari bahan
yang mudah dibersihkan dan tidak menyerap cairan (plastik/kulit), bersifat ergonomik
Lemari penyimpan bahan media dan reagensia :
Dibuat dari logam yang tidak mudah berkarat dan kaca.
Catatan :
Bangunan dan peralatan laboratorium harus dirancang berdasarkan “ hazard riskassesment “. Risiko lebih besar saat melakukan uji kepekaan dibandingkan melakukan
biakan, risiko akan bertambah besar bila melakukan biakan dan uji kepekaan TB MDR,
pemeliharaan sarana tidak sesuai, dan beban kerja tinggi. Karena itu WHO menganjurkan
biakan dan uji kepekaan Mycobacterium tuberculosis dilakukan dalam laboratorium
dengan standard keamanan BSL 3 dan dilakukan dengan baku praktek laboratorium
tingkat 3. Karena mahalnya biaya pembuatan dan pemeliharaan laboratorium BSL 3.
Di Indonesia laboratorium yang mengisolasi TB khususnya TB MDR sebaiknya bukan
laboratorium sederhana tetapi sesuai kategori BSL 2 plus dan dikerjakan dengan baku
praktek laboratorium BSL 3.
B. Peralatan dan penjaminan kinerja alat, termasuk kalibrasi
Peralatan yang penting untuk laboratorium biakan yang menggunakan media padat
dengan beban kerja 6000 uji per tahun tertera dalam tabel 4.
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
21/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 28
Peruntukan Nama Volume/batch
Gliserol 30 ml
Telur yang sudah homogen dan
disaring
1000 ml
Final pH 6.2
Uji kepekaan a. Rifampicin 40 mg/L
b. Isoniazid 0,2 mg/L
c. Ethambutol 2 mg/L
d. Streptomycin sulphate 4 mg/L
e. Dimetil formamide (sesuai konsentrasi
rifampicin)
f. Aquades
Identifikasi
•Larutan PNB a. PNB 0,1 g
b. Dimetil formamide 3 ml
•Uji Niacin dengan
paper strip
a. Aquades 2 ml
b. 1 Paper strip/tabung
Pengawet dahak 10 mg CPC + 20 gr NaCl dalam
1000ml aquades
ana, bila pekat 2 x volume
dahakDekontaminasi NaOH 4%(1N) Ana atau 2x volume dahak
Aquadest atau
Homogenisasi Tween 80,0,1% 2 tetes/isolat
(1 ml Tween 80 + 99 ml aquades)
Penyimpanan koloni
pada -700C
Skim milk bubuk dalam PBS 100 mg dalam 1 L
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 25
No Alat Spesifikasi/penggunaan Jumlah
17 Dessicator Untuk menyimpan bahan higroskopis 2
18 Dry sterilizer Suhu mencapai 200oC. Tidak mutlak ada 1
19 Timbangan analitik
(nefelometer)
Kepekaan mencapai minimal 0,1 mg (4
desimal)
1
20 Magnetic stirrer Untuk mempermudah pelarutan 2
21 Blender stainless steel Untuk homogenisasi telur, volume 1,8 L 1
Tabel 5. Alat pendukung (beban kerja 6000 uji/tahun)
No A lat Spesifikasi/penggunaan Jumlah
1 Kertas aluminium Yang kuat ( heavy duty ) 8 gulung
2 Label/spidol Untuk identitas pot dahak 7000/ sc
3 Kertas indikator otoklaf 12 gulung
4 Botol bertutup ulir 50, 100 ml @ 10
5 Mangkok gerusan dan
mortir
30 x 50 cm 4
6 Wadah pipet (stainless
steel)
Tempat sterilisasi pipet 5
7 Tabung sentrifus Tutup ulir bukan logam, 15 ml dan 50 ml @ 7000
8 Kapas Absorben 2 kg
9 Rak botol biakan Kapasitas 50 botol 10
11 Rak tabung Kapasitas 48 tabung, polipropilen atau
metal
5
12 Wadah limbah Tahan tusuk, tidak mudah bocor, bertutup 2
13 Nampan limbah polipropilen 3
14 Corong Gelas, 45-60 mm dan 90-125 mm garis
tengahnya
@ 2
15 Kertas saring Diameter 15 mm, Whatman no 4, no1. @ 4 kotak
16 Desinfektan Lisol 5% atau hipoklorit 5% 40 l
18 Labu erlenmeyer 250 dan 500 ml @ 2
19 Sarung tangan Sekali pakai 400
20 Kaca pembesar 1
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
22/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 26
No A lat Spesifikasi/penggunaan Jumlah
21 Ose disposable bahan plastik 7000
22 Buku register 2-4
23 Formulir permintaan
pemeriksaan
7000
24 Formulir laporan 7000
25 Kertas lensa Untuk membersihkan lensa mikroskop S e c u k u pnya
26 Masker N95 400
27 Botol Mc Cartney 14 atau 28 ml,bertutup minimal 3 ulir 9000
28 Gelas ukur 25,100,250 dan 1000 ml @ 2
29 Gelas objek 7000
30 Baju lab 2 per orang
per tahun
31 Kertas tissue 2 gulung
32 Pipet Pasteur Disposable, 1 dan 2,5 cc @7000
34 Volume Pipet 1ml , 5 ml, 10 ml @ 5
37 Rak untuk inspisasi Stainless steel kemiringan 30o 10
36 Botol reagensia Kapasitas 50-1000 ml @ 25
37 Pippet bulb @ 5
38 Gunting Stainless steel, 25 cm 4
39 Rak gelas objek Plastik, kapasita 25 slide 4
40 Kotak sediaan 20
41 Spatula Stainless steel 4
42 Pot dahak Bening, diameter minimal 4 cm, bertutup
ulir, volume 50 ml
6000
43 Botol reagen Gelas berwarna gelap 3
44 Rak pewarnaan 2
45 Keranjang Stainless steel, diameter sesuai otoklaf 2
46 Batang pengaduk Gelas, panjang 20-30 cm 5
47 Tabung reaksi Gelas, 16 x 152 mm 200
48 Tutup tabung Alumunium, Cap O 600
49 Termometer oC (uji suhu inkubator, refrigerator) 2 t iap alat
50 Stopwatch 0-60 menit 2
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 27
No A lat Spesifikasi/penggunaan Jumlah
51 Glass beads Diameter 1,5 – 3 mm S e c u k u p
nya
52 Kain kasa Penyaring telur 1 roll
53 Mikropipet
Tabel 6. Bahan habis pakai untu k Biakan dan uji kepekaan Mycobacterium tuber-
culosis
Peruntukan Nama Volume/batch
Media Lowenstein
Jensen
a. Potasium dihidrogen fosfat 2,4 gram
b. Magnesium sulfat heptahidrat 0,24 gram
c. t riMgdisitrat 14-hidrat 0,6 gram
d. L asparagin 3,6 gram
e. Potato meal 30 gram
f. Malachite green 2% 20 ml
g. Aquades 600 ml
h. Gliserol 12 ml
i. Telur yang sudah homogen dandisaring
1000 ml
Modified Ogawa 3%
(untuk kultur)
Kalium dihydrogen phosphate 2g
Magnesium citrate (KH2PO4) 0.1g
Natrium glutamate 0.5g
Glycerol 4ml
Distilled water 100ml
Homogenised whole eggs 200ml
2% Malachite green solution 4ml
Final pH 6.4
Acidified Ogawa 3%
(untuk kultur)
Mono Kalium dihidrogen fosfat
(KH2
PO4
)
15 gram
Natrium glutamat 5 gram
Malachite green 2% 30 ml
Aquades 500 ml
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
23/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 32
8. Petugas harus mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan selanjutnya
dengan alkohol 70% atau antiseptik untuk kulit lainnya, setiap masuk ke laboratorium,
selesai menangani bahan tercemar, dan setelah bekerja. Untuk mengeringkan
tangan dilarang memakai handuk, pakailah pengering sekali pakai.
9. Petugas harus menanggalkan baju laboratorium saat akan meninggalkan ruang
laboratorium.
10. Pekerjaan yang beresiko menimbulkan aerosol seperti membuka wadah, mengocok,
menggerus, waktu membuat sediaan apus, dan memipet bahan tercemar harus
dilakukan dalam BSC dengan blower dinyalakan
11. Pemusingan dilakukan dengan alat biocontained centrifuge yang tidak memungkinkan
aerosol keluar dari alat. Lakukan sentrifugasi dalam fixed angle rotor (sudut rotor
tidak berubah pada saat dilakukan pemusingan). Dilarang menggunakan rem mesin
sentrifus, biarkan berhenti sendiri.
12. Penggunaan semprit dan jarum harus dibatasi. Hanya semprit dengan jarum yang
dapat ”dikunci”/ berulir yang boleh dipakai. Jarum dilarang dibengkokan, dilepas
dari sempritnya ataupun ditutup ulang. Semprit dan jarum yang telah dipakai harus
diletakkan pada wadah tahan tusukan dan disterilisasi dengan otoklaf atau insinerator.
Sebelum disterilkan, jarum dapat direndam dalam desinfektan selama 24 jam.13. Sebelum memakai alat, selalu perhatikan dan ikuti petunjuk pemakaian alat tersebut.
14. Jangan membuka langsung wadah yang baru saja dikocok atau disentrifugasi,
biarkan dahulu selama minimal 10 menit.
C. Pedoman Khusus
Kesalahan petugas, teknik kerja yang tidak benar dan penggunaan alat yang salah
akan menyebabkan kecelakaan kerja infeksi akibat kerja. Teknik-teknik kerja yang perlu
diperhatikan untuk menghindari atau mengurangi masalah yang timbul akibat kerja pada
pelaksanaan kultur dan DST-TB :
1. Alat pelindung diri / Personal Protective equipment (PPE)
Baju laboratorium harus dipakai setiap saat bekerja di laboratorium. Baju
laboratorium harus menutup seluruh permukaan depan mulai leher sampai
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 29
V. KEAMANAN KERJA UNTUK BIAKA N DAN UJI KEPEKAAN
A. Desain Labo rato riu m
Kegiatan Laboratorium untuk biakan dan uji kepekaan Mycobacterium tuberculosis
harus mengikuti standar keamanan yang ada. Menurut pedoman WHO, terdapat
beberapa ketentuan pada kemanan tingkat 3, yakni:
1. Sebelum masuk ruang laboratorium, sebaiknya terdapat dua ruang pemisah,
yaitu vestibulum (ruang bersih, tempat alat pelindung diri bersih dikenakan) dan
anteroom (ruang bersih, tempat alat pelindung diri dilepaskan).
2. Pintu ruang antara dapat menutup otomatik dan interrlocking, sehingga hanya
satu pintu yang terbuka pada suatu saat.
3. Permukaan dinding, lantai dan atap harus kedap air dan mudah dibersihkan.
4. Ruang laboratorium harus tahan desinfektan. Pipa udara harus tahan terhadap
dekontaminasi dengan gas.
5. Jendela selalu ditutup, terbuat dari kaca dan kedap udara.
6. Didekat pintu keluar ruang laboratorium disediakan tempat cuci tangan yang
dilengkapi dengan pengaturan otomatis tanpa menggunakan tangan.Sistem ventilasi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mengalir ke dalam ruang
lain dalam gedung. Sebaiknya digunakan filter high ef ficiency particulate air
(HEPA), sehingga udara setelah bersih dapat dialirkan kembali di dalam ruang
laboratorium. Bila udara dari laboratorium (selain dari BSC) akan dialirkan kearah
luar gedung harus tidak mengenai bagian lain dalam gedung dan terpisah
dari udara masuk. Ventilasi dan air-conditioning (AC) dapat dipasang dengan
menjaga agar tekanan udara negatif tetap ada di laboratorium. Sistim pengaliran
udara dalam laboratorium tidak boleh mengganggu tirai aliran udara BSC
7. Semua filter HEPA harus dipasang dengan memungkinkan bagi dekontaminasi
menggunakan gas dan mudah di cek.8. Biological Safety Cabinet (BSC) sebaiknya tidak ditempatkan di tempat untuk lalu
lalang petugas laboratorium dan tidak menghadap ke pintu dan sistem ventilasi.
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
24/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 30
B. Pedoman Umum Keamanan Laboratorium
Laboratorium harus memiliki peraturan dan pedoman keselamatan kerja yang
komprehensif. Keselamatan kerja di laboratorium merupakan tanggung jawab
semua anggota baik supervisor maupun pekerja laboratorium. Perlu dibentuk komite
keselamatan kerja yang bertanggungjawab mengembangkan kebijakan institusional
tentang keselamatan kerja, melakukan penilaian terhadap resiko kerja dan memastikan
pedoman praktek kerja di laboratorium dilaksanakan oleh setiap pekerja laboratoium.
Laboratorium biakan dan uji kepekaan harus ditandai sebagai lokasi yang infeksius
dan harus terpasang lambing biohazard untuk membatasi akses ke laboratorium.
Tanda baku biohazard international yang ditempel pada Laboratorium yang menangani
mikroorganisme beresiko klas 2 atau diatasnya, menyebutkan tingkat keamanan,
penanggung jawab, alamat yang harus dihubungi bila terjadi kedaruratan.
Gambar 3. Tanda baku biohazard international
Seperti telah disebutkan diatas, penularan TB terjadi melalui inhalasi partikel infektif.
Bahaya terjadinya partikel infektif terutama terjadi saat pengumpulan dahak, pencampuran
larutan lain dan dahak/biakan, homogenisasi, penggunaan sengkelit, pemipetan serta
sentrifugasi.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 31
Prosedur kerja merupakan unsur terpenting dalam keamanan di laboratorium. Tim
keamanan kerja harus dibentuk untuk mengelola keamanan kerja di laboratorium.
Ketentuan di bawah ini harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap petugas:
1. Akses laboratorium : tanda pada gambar 1 diatas harus dipasang pada pintu masuk.
Laboratoriun TB hanya boleh dimasuki oleh petugas yang telah terlatih dalam hal
prosedur penanganan mikroorganisme patogen. Orang dan petugas yang tak terkait,
tidak diperkenankan masuk ke dalam ruang laboratorium. Petugas kebersihan dan
teknisi alat atau orang lain dengan alasan kuat hanya diperkenankan masuk setelah
mendapat penjelasan, mematuhi penjelasan dari petugas laboratorium dan izin dari
penanggung jawab laboratorium.
2. Dilarang memakai perhiasan pada tangan selama bekerja. Gunakan sarung tangan
jika menangani dahak dan bahan tercemar.
3. Pekerjaan harus mengikuti prosedur tetap (Protap/ SOP) yang ada dan dikerjakan
hati-hati.
4. Semua permukaan tempat kerja harus didesinfeksi tiap selesai bekerja dan segera
setelah terjadi tumpahan kecil . Desinfeksi permukaan kerja segera setelah pekerjaan
selesai dengan handuk/kertas yang telah dibasahi oleh larutan 5 % senyawa fenol
(lysol, kresol, karbol) atau 70% etanol atau larutan natrium hipoklorit 1 : 100 - 200
(natrium hipoklorit terdapat pada larutan pemutih pakaian. Untuk membuat larutan 1
: 100 - 200 yang benar, perhatikan konsentrasi natrium hipoklorit pada label pemutih
tersebut). Lantai laboratorium secara berkala (tiap hari segera setelah selesai
bekerja) harus dipel dengan desinfektan.
5. Semua limbah infeksius dan bahan lain yang tercemar harus di otoklaf atau
insenerasi/ karbonisasi sebelum dibuang. Jika proses ini oleh suatu sebab menjadi
tertunda maka bahan-bahan limbah tersebut harus dikemas dalam container yang
kedap bocor. Semua limbah infeksius dibuang sesuai dengan Protap. Barang dan
bahan (berpotensi) tercemar yang tidak dipakai lagi harus segera disterilisasi dengan
otoklaf, pemanasan kering atau insenerator/ carbonizer . Pencucian barang boleh
dilakukan setelah dilakukan sterilisasi.
6. Dilarang memakai kosmetik di dalam laboratorium. Demikian juga dengan menyimpanmakanan dan minuman dalam lemari es di laboratorium.
7. Ruang laboratorium harus selalu bersih, rapi dan bebas dari bahaya fisik (misalnya :
sengatan listrik, tergelincir, dsb).
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
25/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 36
5. Penggunaan BSC kelas II
Dianjurkan menggunakan BSC yang dasarnya tak berpori dan alasnya terbuat
dari stainless steel
Digunakan untuk melakukan tindakan pada bahan (tersangka) tercemar, seperti
saat membuka wadah bahan, membuat sediaan mikroskopis, melakukan
sentrifugasi (jika alatnya tidak bio-contained), melakukan pengocokan/
pengguncangan, melakukan inokulasi bahan pada media, dsb.
Prosedur tetap pemakaian BSC harus tertulis dan tersedia di laboratorium sertamudah dibaca oleh tiap pekerja. Harap selalu diperhatikan bahwa BSC tidak
dirancang untuk melindungi pekerja dari tumpahan yang luas, pecahan atau
tehnik laboratorium yang buruk.
BSC yang rusak jangan dipakai.
Skema aliran udara pada BSC klas 2 menjamin agar udara dari ruangan (kotor)
masuk ke arah bawah di dalam kabinet, sebagian akan dimasukkan kembali
kedalam ruang kabinet setelah difiltrasi, sebagian yang lain dilepas keatas setelah
melalui filter. Kabinet ini melindungi petugas dan spesimen dari kontaminasi.
Gambar 5. Skema aliran udara pada BSC klas 2
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 33
melewati lutut, tanpa kerah dan tidak menggunakan tali yang panjang sebagai
pengikat. Panjang lengan harus mencapai pergelangan tangan dan pada bagian
pergelangan tangannya, digunakan karet. Baju laboratorium harus ditanggalkan
saat keluar laboratorium dan dimasukkan dalam kantong tertutup atau direndam
dalam desinfektan sebelum disterilkan dan selanjutnya dicuci.
Sarung tangan harus dipakai saat bekerja di laboratorium. Setelah selesai
setiap tindakan, sarung tangan dilepas secara aseptik. Ganti sarung tangan jika
terkontaminasi, sobek atau jika diperlukan. Gunakan 2 pasang sarung tangan
jika perlu misalnya dalam penanganan tumpahan. Sarung tangan yg sudah
dipakai tidak boleh dicuci dan digunakan lagi. Buang sarung tangan bersama
limbah laboratorium lain. Selanjutnya cuci tangan sesuai protokol yang tepat.
Dianjurkan pula memakai masker. Masker harus mempunyai kemampuan
menyaring 95% partikel dengan ukuran 1-5 mikrometer. Ukuran masker
disesuaikan dengan hasil “fit test“. Masker yang tidak “fit“ tidak ada gunanya.
Tidak boleh mengenakan alas kaki terbuka di laboratorium
Kacamata pelindung, pelindung muka atau alat pengaman lain hanya dipakai jika
perlu untuk melindungi mata dan wajah dari percikan pada saat terjadi tumpahan.
Semua alat pelindung diri tidak boleh dipakai di luar laboratorium .
2. Penanganan dan Pengiriman Spesimen
Pengumpulan spesimen, pengiriman dan penanganan spesimen yang tidak benar
merupakan risiko penularan infeksi.
Wadah Spesimen
Sebaiknya dari plastik dengan tutup ulir rapat dan tahan pecah atau bocor,
ukuran sesuai anjuran agar contoh uji tidak tumpah.
Diberi label dengan benar sebelum digunakan
Pengiriman spesimen ke laboratorium lain
Wadah spesimen yang tertutup rapat ditempatkan di wadah kedua untuk mengantisipasi
pecah atau bocor. Sebagai wadah kedua dapat digunakan kotak kardus, atau plastik
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
26/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 34
tahan pecah dan bocor yang besarnya tepat dengan wadah pertama sehingga dapat
tetap tegak dan tidak bergoyang, dilengkapi dengan kertas yang dapat menyerap
tumpahan yang berasal dari wadah spesimen. Ditutup rapat dan diseal. Wadah kedua
harus dapat di-dekontaminasi. Selanjutnya wadah kedua dimasukan dalam wadah ketiga
yang terbuat dari karton dengan tanda seperti dalam gambar. Antara wadah kedua dan
wadah ketiga harus mempunyai jarak. Bila pengiriman menempuh waktu yang lama dan
dikhawatirkan terjadi kekurangan daya hidup kuman maka tambahkan dry ice dalam
wadah ketiga dan tempatkan kemasan sedemikian rupa sehingga proses penguapan
tidak terganggu. Informasikan pemakaian dry ice pada kurir.
Gambar 4. Skema wadah spesimen rujukan
Penerimaan Spesimen
Laboratorium rujukan harus memiliki ruang khusus penerimaan spesimen.
Membuka kemasan spesimen
Harus dilakukan di dalam BSC
Spesimen dibuka diatas kertas yang dibasahi desinfektan
Tersedia pula larutan disinfektan untuk menangani tumpahan
3. Pengg unaan pipet Pada saat memipet selalu gunakan alat bantu pipet (pipet aid), dilarang
menggunakan mulut.
Semua pipet harus diberi sumbat kapas di ujungnya untuk mengurangi
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 35
kontaminasi pada alat bantu pipet. Sumbat kapas (stopper ) harus cukup padat
dan kapas tidak keluar dari ujung pipet
Sebaiknya dipakai pipet berskala agar pemipetan tak perlu sampai habis benar
(ujung pipet biasanya lebih kecil dan ada kecenderungan penekanan kuat
agar semua cairan keluar sehingga resiko terjadinya droplet lebih besar). Saat
mengeluarkan cairan dari pipet, sentuhkan ujung pipet pada permukaan dalam
wadah dan alirkan perlahan-lahan.
Jangan meniupkan udara di atas bahan yang akan dipipet.
Rendam pipet dalam wadah berisi desinfektan segera setelah selesai tindakan.
Biarkan semalam (minimal 12 jam) sebelum disterilkan.
Sediakan kapas dibasahi desinfektan di dekat tempat kerja agar jika terjadi
tumpahan dapat segera didesinfeksi.
Untuk bahan tercemar, dilarang mengganti fungsi pipet dengan semprit karena
resiko aerosolisasi lebih besar.
Jika memakai mikropipetor, gagang mikropipetor tidak boleh menyentuh atau
menempel bagian dalam dan mulut dari wadah tercemar. Hanya “tip” yang boleh
masuk ke dalam wadah tercemar
Pemipetan bahan infeksius dilakukan dalam BSC
4. Penggu naan sengkeli t/ ose/ loop
Bahaya penggunaan sengkelit adalah aerosolisasi
Lingkaran sengkelit hendaknya penuh, lingkaran yang tidak penuh lebih berisiko
menggores media/gelas dan menimbulkan percikan. Makin panjang gagang
sengkelit, makin besar potensinya menimbulkan aerosol. Upayakan hanya
bagian lingkarannya yang menyentuh bahan yang (berpotensi ) tercemar bahan
infeksius.
Dianjurkan menggunakan sengkelit sekali pakai sehingga mencegah terjadinya
aerosol.
Untuk mencegah terjadinya droplet, sengkelit yang telah dipakai, dimasukkan
ke dalam botol berisi pasir-lysol, dibersihkan dengan jalan memutarnya di dalam
pasir dan tidak langsung pada pembakar Bunsen. Dapat juga dicelupkan pada
pasir-alkohol sebelum dibakar dengan pembakar bunsen. Lakukan desinfeksisetiap selesai melakukan tindakan.
Inokulasi bahan atau pembuatan sediaan dengan sengkelit hendaknya dilakukan
dalam BSC. Lakukan dengan hati-hati.
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
27/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 40
Komposisi “Kit tumpahan biologi”
Laboratorium penelitian biomedis dan mikrobiologi harus menyediakan “kit tumpahan
biologis”. Kit tumpahan adalah alat keamanan penting untuk kerja laboratorium dengan
agen mikrobiologi yang termasuk dalam BSL 2 atau diatasnya. Alat dan bahan berikut
harus ada dalam kit tumpahan:
1. Desinfektan (periksa tanggal kadaluwarsa setiap tahunnya)
2. Forsep, sapu dan serok autoclavable, atau alat mekanik lain untuk menanganibenda tajam.
3. Kertas tissue atau bahan penyerap lainnya
4. Kantong Biohazard untuk membuang tumpahan yang terkontaminasi
5. Tempat sampah benda tajam yang kosong
6. Sarung tangan
7. Pelindung wajah (kacamata dan masker atau pelindung wajah)
8. Sepatu boots kedap air
Pedoman Umum pada Insid en tumpahan
1. Hindari menghirup material yang terkandung di udara dan segera tinggalkan
ruangan. Beritahu yang lain untuk meninggalkan ruangan
2. Tutup pintu dan pasang tanda bahaya
3. Lepas pakaian yang terkointaminasi, balik bagian yang terkontaminasi ke dalam
dan masukkan ke kantong biohazard.
4. Cuci semua bagian kulit yang terpapar dengan sabun dan air.
5. Informasikan pada supervisor dan tim keamanan kerja
Pembersihan tumpahan
1. Biarkan aerosol hilang/ mengendap selama setidaknya 30 menit sebelum masuk
kembali laboratorium. Persiapkan alat untuk pembersihan (spill kit)
2. Kenakan alat pelindung diri (baju lab, pelindung wajah, sarung tangan lapis ganda
dan sepatu boot). Buat demarkasi wilayah tumpahan dengan kertas tissue. Tutupi
daerah yang menuju pintu keluar lab. Tutup tumpahan dengan kertas tissue yangmengandung disinfektan dan tuangkan desinfektan hati-hati ditempat tumpahan.
Gunakan desinfektan yang lebih tinggi konsentrasinya karena anak diencerkan oleh
tumpahan tersebut. Biarkan kontak selama 20 menit.
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 37
Pembukaan panel kaca kabinet saat bekerja sesuai dengan petunjuk pemakaian.
Nyalakan exhaust fan sebelum bekerja sesuai dengan petunjuk pemakaian
sampai dengan 5 menit setelah pekerjaan selesai.
Gunakan lampu UV sesuai petunjuk.
jangan menggunakan pembakar Bunsen dalam kabinet karena mempermudah
kerusakan filter. Pakailah mikro-incenerator atau ose sekali pakai.
Batasi jumlah bahan dan alat dalam kabinet sesedikit mungkin dan letakkan di
belakang daerah kerja. Bahan dan pengendali alat yang digunakan harus terlihat
melalui panel kaca. Bahan dan alat tidak boleh menghalangi aliran udara BSC
Lakukan pekerjaan di bagian tengah. Pisahkan barang bersih dengan kegiatan
yang dapat menghasilkan aerosol minimal 12 cm. Pisahkan peletakkan bahan
dalam tiga urutan, bersih ( misalnya larutan pengencer steril), tempat pengerjaan,
kotor (misalnya tempat pembuangan tip mikropipet).
Jangan biarkan botol dan tabung berisi bahan infektif terbuka. Segera tutup
kembali setelah dibuka.
Letakkan wadah berisi desinfektan dalam BSC untuk menampung limbah
kegiatan atau wadah limbah lain yang dapat diotoklaf.
Hindari berkali-kali memasukkan dan mengeluarkan tangan. Hindari seminimal
mungkin gerakan tangan menyamping dan berputar.
Dilarang lalu lalang di muka kabinet bila sedang tak bekerja.
Setelah selesai bekerja, kabinet dikosongkan, didesinfeksi, dan UV dinyalakan
selama 2 jam atau sesuai dengan petunjuk produsen lampu.
Fan kabinet harus dihidupkan 5 menit sebelum bekerja dan setelah pekerjaan di
kabinet selesai
Kalibrasi BSC dilakukan secara berkala minimal 1x per tahun.
6. Penggunaan lemari pendin gin.
Lakukan defrosting secara teratur.
Semua wadah harus diberi label yang jelas mencakup antara lain tanggal
pembuatan dan kadaluwarsa, nama bahan, nama penyimpan. Wadah berisidahak harus tertutup rapat, berdiri tegak.
Dilarang menyimpan makanan, minuman, kosmetika serta barang lain yang tak
berkaitan dengan pekerjaan laboratorium.
8/17/2019 Booklet JUKNIS Biakan OK.pdf
28/66
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 38
Jangan menyimpan cairan yang mudah terbakar.
Jika ada percikan/tumpahan bahan tercemar, keluarkan barang yang pecah
dengan memakai sarung tangan karet. Selanjutnya desinfeksi bagian dalam
lemari pendingin
Jangan mengisi wadah penuh jika akan dibekukan.
D. Penanganan Limb ah.
1. Limbah infektif dan tidak infektif, baik padat maupun cair harus dikumpulkan padatempat terpisah dalam wadah yang tidak bocor. Wadah untuk limbah tajam harus
kuat terhadap tusukan.
2. Wadah spesimen dan tutupnya, kaca sediaan yang sudah tak terpakai dan
limbah padat lain harus direndam dalam larutan lysol 5% atau desinfektan lain
yang cocok untuk desinfeksi Mycobacterium tuberculosis selama minimal 12
jam.
3. Limbah cair bekas pewarnaan ditampung dalam wadah yang mengandung lysol
sebelum dibuang ke saluran limbah. Limbah zat pewarna hanya dibuang ke
saluran air kotor yang tak akan mencemari badan air/ sungai untuk konsumsi.
Informasi lebih lanjut dapat ditanyakan kepada Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) daerah masing-masing.
4. Untuk membersihkan tumpahan dahak , petugas harus memakai sarung tangan
ganda dan sepatu kedap air, selanjutnya tutupi dahak dan wadah yang pecah
tersebut dengan kain atau kertas. Tuang larutan lysol 5% atau desinfektan lain
yang sesuai untuk Mycobacterium tuberculosis sampai membasahi semua
kertas/kain dan biarkan selama 2 jam dalam keadaan basah. Lepas sarung
tangan terluar dan kumpulkan bersama wadah yang pecah, kertas/kain yang
dipakai tempatkan dalam wadah tertutup dan sterilkan. Pakai sarung tangan
lapis kedua baru, selanjutnya pel lantai dengan desinfektan. Sepatu baru dilepas
setelah alasnya diinjakkan pada kain yang dibasahi desinfektan. Jika percikan
terjadi dalam BSC, jangan matikan blower -nya. Biarkan tetap menyala agar filter
HEPA dapat membantu mengurangi cemaran dan tindakan desinfeksi dilakukan
seperti di atas. Untuk BSC yang tutup dasarnya berpori, lakukan desinfeksi untuk
tutup berpori dan setelah tutup diangkat, lakukan untuk permukaan dibawah tutup
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Biakan, Idenfikasi dan Uji Kepekaan Mycobacterium
tuberculosis dengan Media Padat 39
5. Insenerasi merupakan cara mengolah limbah sebelum atau setelah diotoklaf.
Insenerasi idealnya dilakukan pada alat dengan dua ruang bakar, di mana
pada ruang bakar pertama suhu mencapai 8000C dan pada ruang bakar kedua
mencapai 10000C. Waktu retensi gas dalam ruang bakar kedua minimal 0,5 detik.
Insenerator yang hanya memiliki satu ruang bakar kurang efektif untuk menangani
bahan infektif. Jika memakai carbonizer pakailah sesuai petunjuk pemakaian.
6. Untuk sterilisasi dengan otoklaf dibutuhkan suhu 1210C dengan tekanan udara
1,5 sampai 2 atmosfer selama minimal 20 menit (perhitungan waktu dimulai saat