Upload
cepi-kurniadi
View
208
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Brand Analysis Kartu Kredit BNI
Citation preview
BRAND PERFORMANCE ANALYSIS
KARTU KREDIT BNI
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
MANAJEMEN PEMASARAN STRATEGIK
Disusun Oleh:
CEPI KURNIADI
NIM 2010930093
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2012
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………… i
A. PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………. 1
B. BRAND PERFORMANCE ANALYSIS KARTU KREDIT BNI ……………….. 3
1. Financial Analysis …………………………………………………………………. . . . . 4
2. Product Life Cycle Analysis ……………………………………………………… 6
3. Product Performace Analysis ………………………………………………….. 7
C. IDENTIFIKASI MASALAH …………………..…………………..…………………..…… 12
D. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH …….…….…….…….…….…….….. 13
DAFTAR PUSTAKA ii
ii
DAFTAR PUSTAKA
Cravens, David W. dan Percy, Nigel F., 2013, Strategic Marketing, Tenth Edition, McGraw
Hill, Singapore
Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane, 2012, Marketing Management, 14th Edition, Prentice
Hall
Majalah SWA Edisi 24/2012
http://www.topbrand-award.com
http://www.markplusinsight.com
1
A. PENDAHULUAN
Salah satu artikel dalam Majalah SWA Edisi 24/2012 mengangkat judul: “Kuda
Hitam di Arena Kuda Pacu Kartu Kredit”. Artikel tersebut membahas strategi pemasaran
yang dijalankan kartu kredit BNI sehingga berhasil mencapai beberapa indikator
kesuksesan terutama dari sisi spending (sales volume) dan outstanding loan.
General Manager Divisi Bisnis Kartu Kredit BNI, Dodit Wiweko Probojakti
menjelaskan tiga strategi utama yang dijalankan hingga mampu meraih pencapaian
tersebut, yaitu: menggarap segmen premium, memilih mitra strategis, dan
mengedepankan kartu co-branding dan affinity.
Alasan BNI menggarap segmen premium yaitu karena potensi profitabilitasnya
yang tinggi. Kartu premium (platinum dan titanium) memiliki spending 3-4 kali lipat
dibanding kartu kredit reguler (classic, silver, dan gold) dan mencetak interest income
yang besar. Hingga September 2012 porsi kartu kredit premium BNI sudah mencapai
11,5%, hampir 200 ribu kartu kredit dari total kartu kredit BNI. Jadi, walaupun porsinya
hanya 11,5% dari total kartu kredit BNI, kartu premium menyumbangkan 35% dari total
spending BNI. Sisanya 65% disumbang oleh kartu silver dan gold.
Gambar 1. Kartu Kredit Platinum dan Titanium dari BNI
Sumber: http://www.bnicardcenter.co.id
Untuk menyasar segmen premium dan mengubah citra yang sudah terbentuk
sebelumnya, kartu premium BNI kemudian disosialisasikan dengan gaya hidup kalangan
premium dengan melihat customer insight. Berdasarkan customer insight itulah BNI
memilih mitra strategis dengan bekerja sama dengan merek papan atas.
2
Sedangkan pilihan untuk mengedepankan kartu co-branding dan affinity
disebabkan karena kedua jenis kartu tersebut berfungsi sebagai value differentiator,
artinya 18 bank lain tidak memiliki kartu yang sama dengan milik BNI. Kartu co-branding
BNI merupakan kartu kredit yang khusus dicetak untuk perusahaan tertentu. Sedangkan
kartu affinity BNI yaitu kartu kredit yang diterbitkan hasil kerjasama BNI dengan
lembaga nirlaba. Total kartu co-branding BNI ada 4, yaitu Kartu Kredit Chelsea, Garuda
Indonesia, LotteMart, dan Bank SumselBabel. Sedangkan total kartu affinity yang
dikeluarkan ada 26 terdiri dari kartu yang bekerja sama dengan universitas dan WWF.
Gambar 2. Contoh Kartu Kredit co-branding BNI
Sumber: http://www.google.com
Gambar 3. Contoh Kartu Kredit affinity BNI
Sumber: http://www.google.com
Untuk mengetahui seberapa baik kinerja kartu kredit BNI, diperlukan analisis
yang dalam manajemen pemasaran dikenal dengan istilah: “brand performance analysis”
atau analisis kinerja merek.
3
B. BRAND PERFORMANCE ANALYSIS KARTU KREDIT BNI
Cravens dan Piercy (2013:263) mengemukakan langkah-langkah untuk
menelusuri kinerja merek sebagai berikut:
Tetapkan sasaran kinerja merek yang ingin dicapai
Pilih metode untuk mengevaluasi kinerja merek
Identifikasi masalah yang timbul
Tentukan cara penyelesaian masalah
Tahun 2009, BNI menetapkan sasaran kinerja kartu kredit yaitu melakukan
turnaround bisnis kartu kredit dan dalam waktu tiga tahun (2009-2012) harus bisa
menjadi nomor 3 dari sisi spending dan outstanding loan.
Untuk mengevaluasi kinerja merek, dapat dilakukan beberapa metode
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 4.
Product
life cycle
analysis
Financial Product
analysis performance
analysis
Research Brand
studies positioning
maps
Standardized
information
services
Gambar 4. Metode Analisis Kinerja Portofolio Produk
Sumber: Cravens dan Piercy (2013:263)
Analyzing
Product
Portfolio
Performance
4
Pada tulisan ini akan diulas tiga analisis, yaitu financial analysis, product life
cycle analysis, dan product performance analysis dengan pertimbangan kemudahan
ketersediaan data.
1. Financial Analysis
Tabel 1 Pertumbuhan Jumlah Kartu Kredit 2009 - 2011
Penerbit Kartu
Kredit
Jumlah (juta) Nilai Transaksi (Rp triliun)
2009 2010 2011 2009 2010 2011
BNI 1,54 1,88 2,40 7,37 9,54 13,33
BCA 2,00 2,16 2,06 - - -
Bank Mandiri 1,61 1,98 2,36 - - -
Sumber : Laporan Tahunan BNI, BCA, Bank Mandiri, & CIMB Niaga dalam Majalah
SWA Edisi 24/2012
Tabel 2. Belanja Iklan Kartu Kredit 2010-2012 (dalam Rp milyar)
Penerbit Kartu
Kredit 2010 2011 2012*)
BNI 40,23 54,45 33,65
BCA 34,29 45,56 48,95
Bank Mandiri 25,83 24,89 22,93
Ket. : *) per Agustus
Sumber: Nielsen dalam Majalah SWA Edisi 24/2012
Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1, jumlah kartu kredit BNI selama
2 tahun mengalami pertumbuhan tertinggi. Pada tahun 2011, dibandingkan
dengan beberapa pesaingnya, posisi pertama penerbit kartu kredit terbanyak
diraih oleh BNI (2,40 juta kartu), disusul oleh Bank Mandiri (2,36 juta kartu), dan
BCA (2,06 juta kartu). Rata-rata kenaikan jumlah kartu yang diterbitkan BNI
selama 2009-2011 yaitu 24,87% pertahun, Bank Mandiri 23,34%, dan BCA 13,60%.
Dari sisi nilai transaksi selama tahun 2009-2011, kartu kredit BNI juga mengalami
trend kenaikan dengan rata-rata kenaikan pertahun sebesar 34,59%.
5
Pencapaian BNI tersebut ternyata diimbangi dengan biaya yang tidak
sedikit. Tabel 2 memperlihatkan jumlah belanja iklan yang dikeluarkan oleh
masing-masing bank penerbit kartu kredit selama 2010 – 2012. Pada tahun 2010
dan 2011 terlihat BNI paling banyak mengeluarkan biaya iklan dibandingkan
dengan kedua pesaingnya. Namun di tahun 2012, sampai dengan bulan Agustus
BCA menempati posisi pertama sebagai bank yang mengeluarkan belanja iklan
terbanyak.
Pencapaian finansial lain dari kartu kredit BNI ditinjau dari sisi spending
dan outstanding loans berdasarkan data Majalah SWA edisi 24/2012 yaitu:
Pertumbuhan spending (sales volume) dan outstanding loan kartu kredit BNI
mencapai tiga kali lipat diatas rata-rata industri.
Rata-rata spending growth rate kartu kredit BNI sebesar 36% jauh diatas
pertumbuhan industri yang hanya 11% - 12%
Pertumbuhan outstanding loan BNI rata-rata sekitar 29%, hampir tiga kali
lipat diatas rata-rata pertumbuhan industri yang hanya 9%-10%. Secara nilai,
pada Desember 2011 outstanding loans kartu kredit BNI sebesar 4 triliun.
Dari Januari hingga September 2012, nilai outstanding loans kartu kredit BNI
sudah mencapai Rp4,85triliun. Target hingga Desember 2012, nilainya
menjadi Rp5 triliun. Jika target tersebut tercapai, pertumbuhannya mencapai
25% atau 2,5 kali lebih besar dari rata-rata pertumbuhan industrinya.
Untuk spending, pada 2011 jumlah total spending kartu kredit BNI mencapai
Rp 13,3 triliun dalam setahun atau rata-rata per bulan Rp 1,1 triliun. Dari
Januari hingga September 2012, spending BNI sudah mencapai Rp 13,1
triliun. Hingga akhir 2012, diprediksi akan tembus Rp 18 triliun. Jika prediksi
itu benar, pertumbuhannya akan 35% tiga kali lebih besar dibanding rata-rata
industri.
6
2. Product Life Cycle Analysis
Dengan melihat trend kenaikan pada pertumbuhan kartu kredit BNI dan
angka spending serta outstanding loans kartu kredit BNI yang diperoleh pada
financial analysis, dapat diperoleh kesimpulan bahwa kartu kredit BNI masih
berada pada tahap growth, artinya kartu kredit BNI masih dapat meningkatkan
penjualan dan profitnya.
Gambar 5 Product Life Cycle
Sumber: Kotler dan Keller (2012:310)
Strategi pemasaran yang dilakukan pada tahap ini harus memperhatikan
unsur kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan
ancaman (threats) yang dihadapi oleh kartu kredit BNI. Untuk itu, analisis SWOT
perlu dilakukan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 6.
7
Gambar 6 Analisis SWOT Kartu Kredit BNI
3. Product Performance Analysis
Beberapa perusahaan konsultan pemasaran independen melakukan riset
pemasaran untuk mengetahui seberapa baik kinerja suatu merek dan produk.
Mereka membuat suatu index dan memeringkatkan produk atau merek
tersebut. Contoh index tersebut antara lain Top Brand Index (TBI), Indonesian
Consumer Satisfaction Index (ICSI), dan Indonesian Bank Loyalty Index (IBLI).
Top Brand Award (TBA)
Top Brand Award adalah sebuah penghargaan terhadap merek-merek
yang tergolong sebagai merek yang top. Kriteria top didasarkan atas survei
yang dilaksanakan oleh Frontier Consulting Group sejak tahun 2000. Beberapa
kategori produk disertakan belakangan seiring dengan adanya kemunculan
kategori produk baru ataupun alasan lainnya.
Top Brand Award diberikan kepada merek-merek di dalam kategori
produk tertentu yang memenuhi dua kriteria, yaitu:
1. Merek-merek yang memperoleh Top Brand Index (TBI) minimum sebesar
10%, dan
Kartu Kredit
BNI
Opportunities:
Munculnya kelas menengah
baru di Indonesia
Pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang relatif stabil
Perubahan konstelasi
persaingan (BCA berpisah
dengan Carrefour, Citibank
tidak boleh menerbitkan
kartu kredit selama 2 tahun)
Strengths:
Jaringan merchant yang
luas
Jumlah nasabah yang
banyak
Value differentiator berupa
kartu co-branding dan
affinity
Weakness:
Jumlah promo merchant belum
sebanyak pesaing
Threats:
Jumlah pesaing bertambah,
baik dari bank konvensional
maupun syariah
Peraturan BI: penghasilan
Rp3juta – Rp10juta hanya
boleh memiliki 2 kartu kredit
8
2. Merek-merek yang menurut hasil survei berada dalam posisi tiga teratas di
dalam kategori produknya.
Kedua kriteria ini harus dipenuhi oleh sebuah merek agar ia berhak
menyandang predikat Top Brand. Dengan adanya dua kriteria ini, maka dalam 1
kategori produk tidak menutup kemungkinan terdapat lebih dari satu merek,
maksimal 3 merek, yang meraih predikat Top Brand.
Formulasi Top Brand Index didasarkan pada 3 variabel, yaitu: mind share,
market share, dan commitment share. Variabel mind share mengindikasikan
kekuatan merek di benak konsumen untuk beberapa kategori produk. Variabel
market share menunjukkan kekuatan merek dalam pasar tertentu dalam
kerangka perilaku pembelian aktual kosumen. Variabel commitment share
mengindikasikan kekuatan merek yang mendorong konsumen untuk membeli
merek/produk di masa depan.
Untuk menentukan nilai ketiga variabel tersebut, Frontier menggunakan 3
parameter, yaitu: top of mind awareness (merek pertama yang disebutkan
konsumen ketika mereka mendengar satu kategori produk), last used (merek
terakhir yang digunakan oleh responden dalam satu siklus pembelian ulang),
dan future intention (merek yang ingin digunakan konsumen di masa depan).
Nilai masing-masing parameter untuk sebuah merek di dalam kategori
produk tertentu diperoleh dengan cara menghitung persentase frekuensi merek
tersebut relatif terhadap frekuensi keseluruhan merek.
TBI selanjutnya diperoleh dengan cara menghitung rata-rata terbobot
masing-masing parameter.
Top Brand Survey tahun 2012 dilakukan di 8 kota, yaitu : Bandung,
Jakarta, Makassar, Medan, Semarang, , Surabaya, Balikpapan, dan Pekanbaru.
Jumlah sampel random di masing-masing kota adalah 400 orang. Booster
ditambahkan untuk masing-masing kategori produk yang termasuk produk
premium dalam rangka meningkatkan incidence rate. Total responden random
yang disurvei adalah 3.250 orang, sedangkan responden booster sebesar 850
orang.
9
Kriteria responden adalah pria atau wanita yang berusia antara 15 – 65
tahun dengan tingkat SES antara SES E (pengeluaran rata-rata lebih dari Rp. 750
ribu per bulan) hingga SES A (pengeluaran rata-rata lebih dari Rp. 3.5 juta per
bulan).
Sampel diambil dengan metode multistage random sampling untuk
sampel random, sementara untuk booster diambil dengan menggunakan
metode purposive sampling. Survei dilaksanakan dengan metode face to face
personal interview. Pemenang Top Brand Award kategori kartu kredit dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Pemenang Top Brand Award kategori Kartu Kredit
Penerbit Kartu Kredit 2011 2012
BCA 30% 32,2%
Bank Mandiri 18,6% 17,7%
BNI 12,2% 10,8%
Sumber: http://www.topbrand-award.com
ICSA ( Indonesian Customer Satisfaction Award)
Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) merupakan penghargaan
tahunan yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan atas produk-produk
yang berhasil memuaskan pelanggannya. ICSA diprakarsai oleh Frontier
Consulting Group yang sejak tahun 1999 melakukan survey kepuasan
pelanggan untuk berbagai kategori produk, mulai dari makanan dan minuman,
obat-obatan, otomotif, sampai produk perbankan.
Indonesian Customer Satisfaction Survey 2012 dilakukan di 6 kota besar,
yaitu: Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan dan Makassar, dengan
jumlah sampel sebanyak 7.500 orang, terdiri dari 6.300 responden random
ditambah 1.200 responden booster. Responden booster ditambahkan untuk
masing-masing kategori produk yang termasuk produk premium dalam rangka
meningkatkan incidence rate.
10
Sampel diambil dengan metode multistage random sampling untuk
sampel random, sementara untuk booster diambil dengan menggunakan
metode purposive sampling. Survei dilaksanakan dengan metode face to face
personal interview.
Kriteria responden adalah pria atau wanita yang berusia antara 15 – 65
tahun dengan tingkat pengeluaran keluarga perbulan bervariasi dari E (kurang
dari Rp. 750 ribu) hingga A (lebih dari Rp 3,5 juta), dan komposisi jenis
kelaminnya ditentukan dengan quota 50% pria dan 50% wanita. Untuk
responden booster, kriterianya relatif sama dengan responden random, kecuali
untuk tingkat pengeluaran keluarga per bulannya dibatasi minimal SES A (lebih
dari Rp3,5 juta). Tingkat kepuasan terhadap merek yang pernah
digunakan/dikonsumsi/Total Satisfaction Score (TSS) diukur melalui 4
parameter, yaitu:
Kepuasan pelanggan terhadap kualitas produk/jasa yang biasa disebut
dengan Quality Satisfaction Score (QSS)
Kepuasan terhadap harga yang mereka bayar atau disebut dengan Value
Satisfaction Score (VSS)
Perceived Best (PB) yang merupakan keyakinan pelanggan bahwa merek
yang mereka gunakan adalah merek yang terbaik dalam hal kepuasan
konsumen
Expectation Score (ES) yang merupakan pengukuran terhadap harapan
pelanggan terhadap suatu merek akan kemampuannya dalam memberikan
kepuasan di masa mendatang.
Total Satisfaction Score (TSS) dari setiap merek diperoleh dengan
menggunakan metode weighted means (rata-rata terbobot) dari QSS, VSS, PBS,
dan ES. Besar bobot untuk setiap parameter diperoleh dengan menggunakan
11
analisa Structural Equation Modelling. Pemenang ICSA kategori kartu kredit
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pemenang ICSA Kategori Kartu Kredit
Peringkat
2012 Merek
Peringkat
2011
Brand
Share
Index
QSS VSS PBS Expectation TSS
1 BCA 1 27,4% 4,250 4,136 4,184 3,942 4,123
2 HSBC 6 3,5% 4,206 3,868 4,224 4,001 4,089
3 Mandiri 2 19,3% 4,194 4,031 4,159 3,910 4,073
4 Citibank 8 7,6% 3,984 3,810 4,068 3,831 3,931
5 BNI 3 10,2% 3,964 3,811 3,911 3,753 3,861
6 Permata √ 2,2% 3,994 3,763 4,061 3,607 3,859
7 BRI 5 5,4% 3,851 3,625 3,961 3,891 3,849
8 Mega 4 10% 3,890 3,638 3,798 3,671 3,755
Rata-rata Industri 9,3% 4.021 3,862 3,983 3,765 3,908
Sumber: Majalah SWA Edisi 24/2012
Indonesian Bank Loyalty Award (IBLA)
Indonesian Bank Loyalty Award (IBLA) adalah penghargaan yang
diprakarsai oleh MarkPlus Insight dan diberikan kepada bank di Indonesia yang
berhasil meraih loyalitas dari para pelanggannya atas produk-produk perbankan
yang ditawarkan. Survei dilaksanakan di 6 kota besar di Indonesia: Jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar. Waktu pelaksanaan survei
Oktober-November 2011.
Metode survei dilakukan dengan wawancara tatap muka secara multi
stage random sampling & purposive sampling (booster) terhadap nasabah
consumer banking (Bank Konvensional maupun Bank Syariah). Jumlah
responden keseluruhan yaitu 3.737 orang. Pemenang IBLA kategori kartu kredit
dapat dilihat pada Gambar 7.
12
Gambar 7. Pemenang IBLA Kategori Kartu Kredit
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Pada analisis kinerja merek yang telah dipaparkan sebelumnya, diperlihatkan tiga
hasil riset yaitu Top Brand Award (TBA), Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA),
dan Indonesian Bank Loyalty Award (IBLA). Ketiga penghargaan tersebut lebih
menekankan pada kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan.
Pada Top Brand Award 2012, kartu kredit BNI menempati posisi ketiga setelah
BCA dan Bank Mandiri. Data pada tabel 3 menunjukkan adanya penurunan angka index
dari 12,2% pada tahun 2011 menjadi 10,8% pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi indikasi sebagai berikut:
Menurunannya angka variabel mind share, yaitu menurunnya kekuatan merek di
benak konsumen. Dengan kata lain terjadi peningkatan jumlah responden yang
menjawab merek selain kartu kredit BNI ketika pertama kali mendengar kategori
produk kartu kredit.
13
Menurunnya angka variabel market share, yaitu menurunnya kekuatan merek dalam
pasar kartu kredit dalam kerangka perilaku pembelian aktual konsumen. Dengan
kata lain semakin bertambahnya merek kartu kredit lain selain kartu kredit BNI yang
terakhir digunakan oleh responden dalam satu siklus pembelian ulang.
Menurunnya angka variabel Commitment share, yaitu menurunnya kekuatan merek
kartu kredit BNI sehingga kurang mendorong konsumen untuk menggunakan kartu
kredit BNI di masa depan.
Pada ICSA 2012, kartu kredit BNI menempati posisi kelima setelah BCA, HSBC,
Mandiri, dan Citibank. Peringkat BNI menurun dari peringkat 3 pada tahun 2011 ke
peringkat 5 pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan adanya indikasi:
Menurunnya kepuasan pelanggan terhadap kualitas produk/jasa
Menurunnya kepuasan pelanggan terhadap harga yang mereka bayar
Menurunnya keyakinan pelanggan bahwa merek kartu kredit BNI adalah merek
terbaik yang mempu memuaskan konsumen
Menurunnya harapan pelanggan terhadap kartu kredit BNI akan kemampuannya
dalam memberikan kepuasan di masa mendatang.
Pada Indonesian Bank Loyalty Award (IBLA) 2012, posisi kartu kredit BNI tetap
pada peringkat 3 pada indeks loyalitas pelanggan, walaupun secara pencapaian indeks
pada kenyataannya mengalami penurunan dari 74,6 pada tahun 2011 ke 72,8 pada
tahun 2012. Dari ketiga survei tersebut, masalah yang dapat diidentifikasi dari kinerja
kartu kredit BNI yaitu menurunnya tingkat kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan.
D. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH
BNI hendaknya mencermati hasil survei TBA, ICSA, dan IBLA. Ketiga hasil survei
tersebut mengindikasikan perlunya BNI memperbaiki kinerja merek kartu kreditnya.
Walaupun ketiga survei tersebut hanya menekankan aspek kinerja merek dari sisi
14
kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan, seyogyanya tidak menjadikan BNI lengah
dan tidak berupaya memperbaiki kinerja merek kartu kreditnya.
Pelanggan yang puas merupakan aset paling berharga bagi perusahaan, yang
sering menjadi keunggulan bersaing bagi perusahaan. Kepuasan pelanggan merupakan
hasil akumulasi pengalaman konsumen dalam menggunakan produk atau jasa
perusahaan dan persepsi pelanggan yang dipengaruhi kegiatan pemasaran yang
dilakukan perusahaan. Kepuasan pelanggan akan menghasilkan loyalitas pelanggan.
Pelanggan yang puas akan mengulangi pembelian sehingga akan meningkatkan
penjualan dan laba perusahaan.
Manfaat mempunyai pelanggan yang setia yaitu:
Pelanggan setia tidak sensitif terhadap perubahan harga
Pelanggan setia lebih sering menggunakan produk/jasa perusahaan di masa depan
Perusahaan mampu mempromosikan produk/jasanya lebih efektif dan efisien.
Pada akhirnya, kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan akan memberikan
kontribusi yang besar terhadap kekuatan merek. Alternatif strategi yang dapat dilakukan
BNI jika dihubungkan dengan tahap product life cycle yang berada di tahap growth
(pertumbuhan), yaitu (Kotler dan Keller, 2012: 313):
Memperbaiki kualitas produk dan memperbaiki style
Menambah model baru
Memasuki segmen pasar baru
Meningkatkan cakupan distribusi dan memasuki saluran distribusi baru
Berpindah dari gaya komunikasi awareness ke gaya komunikasi loyality
Menurunkan harga untuk menarik perhatian pembeli yang sensitif terhadap harga.
Sementara itu, Cravens dan Piercy (2013:270) mengemukakan alternatif strategi
yang dapat digunakan perusahaan untuk memperbaiki kinerja produknya, yaitu dengan:
Menambah lini produk
15
Mengurangi biaya
Memperbaiki fitur, kualitas atau style produk
Mengubah strategi pemasaran
Menghapus produk tertentu
Jika dihubungkan dengan analisis SWOT, strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kinerja merek kartu kredit BNI, yaitu dengan:
Meningkatkan jumlah kartu co-branding dan kartu affinity dengan jalan bekerja
sama dengan perusahaan atau organisasi nirlaba lainnya karena kedua jenis kartu
tersebut berfungsi sebagai value differentiator yang tidak ditemukan pada kartu
kredit milik pesaing. Hal ini penting untuk memperkuat merek.
Lebih banyak dan lebih sering bekerja sama dengan merchant dengan memberikan
promo belanja untuk menarik kesetiaan pelanggan.