20
Standar Nasional Indonesia SNI ASTM C803:2012 Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi (ASTM C803/C803 M-03, IDT) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional ” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

Standar Nasional Indonesia

SNI ASTM C803:2012

Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi

(ASTM C803/C803 M-03, IDT)

ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 2: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

© BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: [email protected] www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 3: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

SNI ASTM C803:2012

i © BSN 2012

Daftar isi Daftar isi ..................................................................................................................................... i

Prakata ..................................................................................................................................... ii

Pendahuluan............................................................................................................................ iii

1 Ruang lingkup ............................................................................................................................................ 1

2 Acuan normatif .......................................................................................................................................... 1

3 Terminologi ................................................................................................................................................. 1

4 Ringkasan metode uji .............................................................................................................................. 1

5 Arti dan kegunaan .................................................................................................................................... 1

6 Peralatan ..................................................................................................................................................... 2

7 Resiko-resiko bahaya .............................................................................................................................. 4

8 Penentuan titik uji ..................................................................................................................................... 4

9 Prosedur pengujian .................................................................................................................................. 6

10 Pelaporan .................................................................................................................................................... 7

11 Ketelitian dan penyimpangan................................................................................................................ 8

12 Kata kunci ................................................................................................................................................... 8

Lampiran A (normatif) Istilah dan definisi ................................................................................ 9

Lampiran B (normatif) Gambar probe dan pin ....................................................................... 10

Lampiran C (informatif) Contoh formulir pengujian ketahanan penetrasi beton dengan probe......................................................................................................................... 11

Lampiran D (informatif) Contoh formulir pengujian ketahanan penetrasi beton dengan pin . 12

Gambar B.1 – Probe .............................................................................................................. 10

Gambar B.2 - Pin ................................................................................................................... 10

Tabel 1 - Ketelitian a untuk uji ketahanan dengan probe ........................................................ 5

Tabel 2 - Ketelitian a untuk uji ketahanan dengan pin ............................................................ 6

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 4: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

SNI ASTM C803:2012

ii © BSN 2012

Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi merupakan hasil adopsi dari ASTM C 803/C 803 M-03, Standar Test Method for Penetration Resistance of Hardened Concrete, dengan penambahan Istilah dan definisi, gambar probe dan pin serta contoh formulir pengujian. Standar ini dipersiapkan oleh Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis Rekayasa Jalan dan Jembatan 91-01-S2 melalui Gugus Kerja Jembatan dan Bangunan Pelengkap Jalan. Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional dan dibahas dalam rapat konsensus yang diselenggarakan tanggal 18 Maret 2010 di Bandung oleh Subpanitia Teknis, yang melibatkan para narasumber, pakar dan lembaga terkait.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 5: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

SNI ASTM C803:2012

iii © BSN 2012

Pendahuluan

Metode uji ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi pelaksana, teknisi laboratorium atau produsen dalam melakukan pengujian ketahanan beton keras terhadap penetrasi sehingga dapat mengetahui keseragaman dan kekuatan beton. Secara garis besar metode uji ini mencakup cara memeriksa keseragaman beton dan memperkirakan kekuatan beton dengan menggunakan probe baja atau pin baja. Metode uji ini menggunakan pistol beton yang memberikan sejumlah energi yang terukur kepada probe baja atau pin. Ketahanan penetrasi beton ditentukan dengan cara mengukur panjang probe yang masuk ke dalam beton atau dengan cara mengukur kedalaman lubang yang terbentuk akibat penetrasi pin ke dalam beton.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 6: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 7: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

SNI ASTM C803:2012

1 dari 12 © BSN 2012

Metode uji ketahanan beton keras terhadap penetrasi 1 Ruang lingkup 1.1 Metode uji ini meliputi cara pengujian ketahanan beton keras terhadap penetrasi dengan menggunakan probe atau pin baja. 1.2 Satuan yang digunakan dalam standar ini adalah SI atau satuan lain di pandang sebagai standar yang terpisah. Satuan yang dinyatakan dalam tiap sistem mungkin tidak tepat secara ekivalen, sehingga setiap sistem harus digunakan secara terpisah. Kombinasi satuan dari dua sistem ini dapat menghasilkan ketidaksesuaian dengan standar. 1.3 Standar ini tidak mencantumkan semua yang berkaitan dengan keselamatan kerja, bila ada, menjadi tanggung jawab pengguna standar ini untuk menentukan keselamatan dan kesehatan serta menentukan aplikasi batasan-batasan regulasi/ketentuan sebelum digunakan. Untuk pernyataan yang lebih spesifik mengenai resiko bahaya, lihat butir 7. 2 Acuan normatif 2.1 Standar ASTM C 670, Practice for Preparing Precision and Bias Statements for Test Methods For Construction Materials (SNI 03-6865-2002, Tata Cara Pelaksanaan Program Uji Antar Laboratorium untuk Penentuan Presisi Metode Uji Bahan Konstruksi).

C 125, Terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates. 2.2 Standar ANSI A 10.3, Safety Requirements for Powder Actuated Fastening System. 3 Terminologi 3.1 Definsi – Definisi yang digunakan pada metode uji ini mengacu pada ASTM C 125. 4 Ringkasan metode uji 4.1 Metode uji ini menggunakan pistol beton yang memberikan sejumlah energi yang terukur kepada probe baja atau pin baja. Ketahanan penetrasi beton ditentukan dengan cara mengukur panjang probe yang masuk ke dalam beton atau dengan cara mengukur kedalaman lubang yang terbentuk akibat penetrasi pin ke dalam beton. 5 Arti dan kegunaan 5.1 Metode uji ini dapat diterapkan untuk memeriksa keseragaman beton dan menentukan lokasi-lokasi yang kualitasnya kurang baik atau lokasi-lokasi kerusakan pada struktur beton. 5.2 Metode uji ini dapat digunakan untuk memperkirakan kekuatan beton terpasang, yang diberikan oleh hubungan antara tahanan penetrasi dan kekuatan beton. Hubungan tersebut harus ditetapkan sebelumnya melalui pengujian dengan peralatan yang ditentukan (lihat juga

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 8: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

SNI ASTM C803:2012

2 dari 12 © BSN 2012

9.1.5), menggunakan material beton dan proporsi campuran yang serupa dengan beton terpasang. Gunakan prosedur dan metode statistik pada ACI 228 IR untuk membuat dan menggunakan hubungan antara tahanan penetrasi dan kekuatan beton. CATATAN 1 - Karena hasil penetrasi dapat dipengaruhi oleh tekstur permukaan bekisting (bahan kayu atau bahan baja), uji korelasi harus dilakukan pada benda uji dengan permukaan bekisting yang sama dengan yang digunakan selama masa konstruksi. Informasi tambahan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil uji penetrasi dan ringkasan penelitian sebelumnya telah tersedia dalam beberapa referensi. 5.3 Probe baja ditembakkan menggunakan pistol beton berkekuatan tinggi (mesiu), sehingga probe dapat menembus beberapa partikel agregat. Ketahanan penetrasi probe dipengaruhi oleh kekuatan beton dan kekuatan agregat kasar. Pin-pin baja ukurannya lebih kecil dari probe dan ditembakkan dengan pistol beton berenergi rendah (pegas). Pin digunakan hanya untuk penetrasi fraksi mortar, oleh karena itu suatu pengujian harus diabaikan bila pin mengenai partikel agregat kasar. 5.4 Metode uji ini menimbulkan kerusakan pada bagian permukaan beton, yang memerlukan perbaikan kembali, umumnya bersifat arsitektural. 6 Peralatan 6.1 Uji ketahanan penetrasi dengan probe 6.1.1 Pistol beton (driver unit ) - Pistol beton harus mampu menembakkan probe ke dalam beton dengan sejumlah energi yang dapat dikontrol secara akurat sehingga probe akan tertanam. Pistol beton harus dilengkapi dengan pengaman untuk mencegah terjadinya tembakan pada saat alat tidak berada pada posisi yang tepat di atas permukaan beton. CATATAN 2 - Pistol beton dengan mesiu sesuai dengan standar ANSI A10.3 telah berhasil digunakan dengan baik. 6.1.1.1 Untuk energi pembebanan yang ditetapkan, variasi kecepatan probe standar ditembakan oleh pistol beton standar tidak boleh memiliki koefisien variasi lebih besar dari 3 % untuk setiap 10 pengujian yang dilakukan dengan metode balistik yang dapat diterima. CATATAN 3 - Suatu chronograph penghitung konvensional dan layar balistik yang sesuai dapat digunakan untuk mengukur kecepatan pada 2 m (6,5 ft) dari ujung pistol beton. 6.1.2 Probe - Probe harus terbuat dari batang baja paduan (alloy) keras yang dilapisi galvanis untuk melindungi dari korosi, dengan ujung berbentuk kerucut tumpul yang dapat dimasukkan ke dalam pistol beton dan dapat ditembakkan ke dalam permukaan beton sehingga dapat tertanam dalam beton dengan baik dan panjang bagian terluarnya dapat diukur. Kekerasan harus diantara Rockwell 44 HRC dan 48 HRC. Ujung probe harus berulir untuk mengakomodasi perlengkapan yang dirancang untuk memudahkan pengukuran dan penarikan. CATATAN 4 - Jika probe akan dikeluarkan dari beton,suatu alat yang dilengkapi mur yang dapat disekrupkan pada ujung (belakang) probe menggunakan kunci inggris dan pelat pemberi celah (spacers) yang dapat diselipkan diatas probe yang dibaut kembali, akan membantu dalam melepaskan probe. 6.1.2.1 Panjang probe harus seragam dengan rentang variasi ± 0,5 %.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 9: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

SNI ASTM C803:2012

3 dari 12 © BSN 2012

6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur kedalaman atau alat ukur lainnya dan peralatan yang berhubungan dengan pengukuran tersebut, harus digunakan untuk mengukur panjang probe yang tidak tertanam sampai 0,5 mm (0,025 inci) terdekat. 6.1.3.2 Peralatan ukur harus dilengkapi dengan pelat dasar acuan atau alat-alat lain yang dapat diletakkan di atas permukaan beton dalam tiga titik jarak yang sama sekurang-kurangnya 50 mm (2 inci) dari probe yang akan diukur. CATATAN 5 - Untuk menahan pelat dasar acuan pada permukaan beton saat dilakukan pengukuran pada arah horizontal atau dibagian bawah permukaan beton, dapat digunakan sebuah pelat penahan yang mempunyai pegas dan mur yang dapat disekrupkan pada ujung probe. CATATAN 6 - Penutup probe yang dapat disekrupkan ke ujung probe dapat digunakan untuk memudahkan pengukuran panjang probe yang tidak tertanam dan untuk menggantikan ketebalan pelat dasar. 6.1.4 Alat pengarah - Suatu alat yang ditempatkan pada permukaan beton dan digunakan untuk mengarahkan dan memandu probe dan pistol beton pada saat ditembakkan. CATATAN 7 - Alat pengarah dapat berupa alat pengarah tunggal atau alat pengarah segitiga dengan lubang pada tiga sudutnya yang memungkinkan penembakan tiga probe dalam pola segitiga sesuai dengan 7.1.1.

6.2 Uji ketahanan dengan pin 6.2.1 Pistol beton (unit driver) - Pistol beton harus mampu menembakkan pin ke dalam dengan jumlah energi yang dapat dikontrol dengan teliti. Pin ditembakkan ke dalam beton, sehingga menghasilkan sebuah lubang yang kedalaman penetrasinya dapat diukur. CATATAN 8 - Pistol pegas dengan kekakuan pegas 49,7 kN/m (284 lb/inci) telah berhasil digunakan untuk beton yang mempunyai rentang kekuatan antara 3 MPa sampai dengan 28 MPa (450 psi sampai dengan 4 000 psi). 6.2.2 Pistol pegas memerlukan verifikasi berkala terhadap jumlah energi yang disalurkan kepada pin. Perbaikan diperlukan apabila ada alasan untuk mempertanyakan ketepatan pengoperasiannya. CATATAN 9 - Jumlah energi yang disalurkan pada pin dapat diverifikasi menggunakan balok kalibrasi yang disediakan oleh pabrik. Pin ditembakkan ke dalam balok menggunakan pistol pegas, dan diukur kedalamannya yang kemudian dibandingkan dengan spesifikasi dari pabrik. Jika kedalaman tidak memenuhi spesifikasi pabrik, pistol harus diperbaiki. 6.2.3 Pin - Pin harus terbuat dari batang bor baja paduan keras, dengan perlakuan panas yang sesuai dengan kekerasan Rockwell 62 HRC sampai 66 HRC, dengan satu ujung yang runcing dan ujung lainnya tumpul. Ukuran pin harus seragam dengan toleransi ± 2,0 %. Masing-masing pin harus digunakan hanya sekali dan kemudian dibuang. CATATAN 10 - Pin dengan panjang sekitar 30 mm (1,2 inci), diameter 3,6 mm (0,14 inci) dengan ujung yang dibubut dengan sudut 22,50 terhadap sumbu longitudinal, telah berhasil digunakan dengan menggunakan pistol beton seperti yang diuraikan pada Catatan 8.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 10: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

SNI ASTM C803:2012

4 dari 12 © BSN 2012

6.2.4 Peralatan pengukur 6.2.4.1 Sebuah pengukur kedalaman dengan pelat acuan hanya digunakan untuk mengukur kedalaman penetrasi ujung pin ke dalam beton sampai 0,025 mm (0,001 inci) terdekat. 6.2.4.2 Batang pengukur kedalaman harus mempunyai diameter dan sudut ujung yang lebih kecil daripada ukuran pin. 6.2.4.3 Peralatan uji dilengkapi dengan sebuah penyemprot udara untuk membersihkan debu pada lubang kecil yang dihasilkan oleh pin sebelum mengukur kedalaman penetrasi. 7 Resiko-resiko bahaya 7.1 Uji ketahanan dengan probe 7.1.1 Hati-hati dalam mengoperasikan pistol beton untuk mencegah hal-hal yang tidak diharapkan atau akibat ketidaktepatan posisi probe. 7.1.2 Gunakan kacamata pelindung, pelindung telinga, dan peralatan pelindung lainnya yang sesuai ketika menembakkan probe ke dalam beton. 7.1.3 Jika menggunakan mesiu, harus sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam ANSI A10.3. 7.1.4 Jika ada baja tulangan atau logam lain yang tertanam dalam beton dan diduga memiliki kedalaman yang lebih kecil daripada perkiraan kedalaman penetrasi probe, pilihlah posisi pengujian sehingga probe tidak akan menumbuk atau mengenai logam tesebut. CATATAN 11 - Posisi tulangan dapat diketahui dengan meggunakan detektor logam. Ikuti instruksi pabrik untuk pengoperasian yang tepat. 7.2 Uji ketahanan dengan pin 7.2.1 Hati-hati dalam mengoperasikan pistol pegas untuk mencegah kecelakaan dari penembakan pin yang tidak disengaja. 7.2.2 Pengguna harus memakai kacamata pelindung dan peralatan pelindung lainnya yang sesuai pada saat melakukan pengujian. 8 Penentuan titik uji 8.1 Uji ketahanan dengan probe 8.1.1 Beton yang diuji harus mencapai tingkat ketahanan penetrasi yang cukup sehingga probe tidak masuk lebih dari setengah kali ketebalan beton, dan dapat tertanam dengan kuat. Jarak penempatan probe tidak boleh kurang dari 175 mm (7 inci) dari lokasi probe yang lainnya, juga tidak boleh kurang dari 100 mm (4 inci) dari tepi permukaan beton. 8.1.2 Satu pengujian minimum dilakukan tiga kali penembakan probe pada satu titik lokasi. Jika rentang nilai dari tiga pengukuran penetrasi dari probe melebihi nilai yang terdapat pada kolom ke tiga Tabel 1, lakukanlah pengukuran ke empat dan abaikan pengukuran dengan nilai deviasi yang paling besar dari rata-rata. Jika nilai tiga pengukuran terakhir tetap tidak

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 11: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

SNI ASTM C803:2012

5 dari 12 © BSN 2012

memenuhi batasan pada Tabel 1, pilih lokasi uji yang berbeda dan lakukan lagi tiga pengukuran yang baru. CATATAN 12 - Jumlah pengujian yang diambil bergantung pada tujuan penggunaan hasil, merujuk pada ACI 228.IR sebagai acuan. 8.2 Uji ketahanan dengan pin 8.2.1 Beton yang diuji harus mempunyai tingkat ketahanan penetrasi yang cukup sehingga pin tidak masuk lebih dalam daripada panjang pin keseluruhan di luar permukaan beton ketika ditembakkan. CATATAN 13 - Untuk pistol pegas seperti yang diuraikan pada Catatan 8, panjang bagian yang terluar (yang tidak masuk) adalah 7,6 mm (0,30 inci). 8.2.2 Penetrasi pin harus diletakkan tidak kurang dari 50 mm (2 inci) atau lebih dari 150 mm (6 inci) dari penetrasi pin lainnya, atau tidak lebih dari 50 mm (2 inci) dari tepi permukaan beton. 8.2.3 Rata-rata kedalaman penetrasi yang diukur dari enam pin yang ditembakkan ke dalam beton dalam satu lokasi uji harus dinyatakan sebagai satu pengujian (lihat Catatan 12). 8.2.4 Abaikan pembacaan jika penetrasi pin mengenai agregat kasar atau rongga udara, dan lakukan pengujian yang baru. Jika hasil atau cakupan dari enam pengukuran penetrasi pin melebihi nilai yang tercantum pada kolom ke tiga Tabel 2, lakukan pengukuran ke tujuh dan buang nilai pengukuran yang nilai deviasinya paling besar dari rata-rata. Jika enam pengukuran terakhir tetap tidak sesuai dengan batasan yang terdapat pada Tabel 2, pilih lokasi pengujian yang berbeda dan lakukan enam pengukuran yang baru.

Tabel 1 - Ketelitian a untuk uji ketahanan dengan probe

Ukuran agregrat

maksimum

1s (Batas b

pengujian tunggal) mm [inci]

Rentang maksimum dari tiga pengukuran

tunggal C mm [inci]

d2s (Batas perbedaan maksimum antara

dua pengujian (masing-masing uji dihitung berdasarkan dari rata-rata

tiga pengukuran) d ) mm [inci]

1 2 3 4 No. 4 (mortar) 2,0 [0,08] 6,6 [0,26] 3,3 [0,13] 25 mm [1 inci] 2,5 [0,10] 8,4 [0,33] 4,1 [0,16] 50 mm [2 inci] 3,6 [0,14] 11,7 [0,46] 5,6 [0,22]

a nilai-nilai tersebut menggambarkan indeks ketelitian seperti yang diuraikan dalam ASTM C 670. b nilai-nilai tersebut adalah deviasi standar untuk operator tunggal untuk pengujian terhadap beton yang mempunyai ukuran agregat maksimum seperti yang terlihat pada kolom 1. c nilai-nilai tersebut adalah rentang maksimum yang diizinkan untuk kelompok dari tiga pengukuran tunggal yang dibuat bersamaan, baik menggunakan alat pengukuran tunggal atau dengan menggunakan alat pengukuran segi tiga. d suatu perbedaan yang lebih besar dari nilai-nilai yang diberikan mengindikasikan probabilitas tertinggi bahwa itu adalah perbedaan secara statistik didalam beton dalam dua area yang diwakili oleh dua kelompok dalam masing-masing tiga pengukuran.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 12: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

SNI ASTM C803:2012

6 dari 12 © BSN 2012

Tabel 2 - Ketelitian a untuk uji ketahanan dengan pin

Material

1s (Batas b

pengujian tunggal) mm [inci]

Rentang maksimum dari

enam pengukuran tunggal C mm [inci]

d2s (Batas perbedaan maksimum antara

dua pengujian (masing-masing uji dihitung berdasarkan dari rata-rata

enam pengukuran) d ) mm [inci]

1 2 3 4 Beton

3 MPa - 28 MPa

0.4 [0.016] 1.6 [0.064] 0.5 [0.018]

[450 psi - 4000 psi]

a nilai-nilai tersebut menggambarkan indeks ketelitian seperti yang diuraikan dalam praktek C 670. b nilai-nilai tersebut adalah nilai standar deviasi dari operator tunggal untuk pengujian dalam beton seperti yang terlihat pada kolom 1. c nilai-nilai ini adalah rentang maksimum yang diizinkan untuk kelompok dari masing-masing enam pengukuran yang dibuat pada diameter 300 mm [12 inci]. d suatu perbedaan dari nilai-nilai yang lebih besar mengindikasikan kemungkinan tertinggi bahwa itu adalah perbedaan arti statistik didalam beton dalam dua area yang diwakili oleh dua kelompok dalam masing-masing tiga pengukuran. 9 Prosedur pengujian 9.1 Uji ketahanan dengan probe 9.1.1 Ratakan permukaan beton yang kasar yang akan diuji dengan area yang lebih luas sehingga cukup untuk menempatkan alat dan pelat dasar di atas permukaan beton. 9.1.2 Tempatkan alat pengarah pada permukaan beton yang akan diuji. Masukkan sebuah probe ke dalam pistol beton, posisikan pistol beton dengan bantuan alat pengarah posisi dan tembakkan probe ke dalam beton. Ikuti petunjuk keselamatan dalam penggunaan peralatan. 9.1.3 Pindahkan alat pengarah posisi dan ketuk ujung terluar probe menggunakan palu kecil untuk memastikan bahwa probe tidak lepas dan untuk memastikan bahwa probe sudah tertanam dengan kuat, buang probe yang tidak tertanam dengan kuat. 9.1.4 Tempatkan pelat acuan di atas probe dan pastikan posisi tersebut tetap tertahan pada permukaan beton tanpa bergeser atau berpindah. Jika permukaan beton disekitar permukaan probe terkelupas, pecahan-pecahan beton tersebut harus dibersihkan agar pelat acuan dapat menempel dengan rata. Jika diperlukan, pasang penahan pelat dan penutup probe dengan tepat, lalu ukur jarak dari pelat dasar acuan ke ujung probe, atau permukaan atas tutup probe, sampai 0,5 mm (0,025 inci) terdekat. (Lakukan verifikasi terhadap pemenuhan persyaratan 8.1.2). Jika kemiringan probe lebih dari 10 derajat terhadap tegak lurus permukaan beton, abaikan probe tersebut dan tembakan probe yang lain. Hitung panjang rata-rata probe yang tidak tertanam. CATATAN 14 - peralatan mekanis dan elektronis tersedia untuk memudahkan penentuan panjang rata-rata probe yang tidak tertanam. 9.1.5 Apabila pengujian akan dilakukan pada beton yang mempunyai kerapatan sekitar 2 000 kg/m3 atau kurang, dan pada semua beton dengan kuat tekan lebih kecil dari 17 MPa (2 500 psi), kurangi jumlah energi yang disalurkan ke probe oleh pistol beton atau gunakan

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 13: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

SNI ASTM C803:2012

7 dari 12 © BSN 2012

probe dengan ukuran diameter yang lebih besar atau lakukan kedua-duanya. Kurangi energi yang disalurkan dengan menempatkan probe lebih jauh di bawah selongsong sesuai yang dianjurkan oleh pabrik. Jangan gunakan pengaturan kekuatan rendah jika probe tidak tertanam dengan baik pada beton. Hubungan kekuatan yang terpisah harus dibuat untuk ukuran probe dan tingkat energi yang berbeda. CATATAN 15 - Probe dengan panjang keseluruhan 79,4 mm (3,125 inci) dan diameter 7,9 mm (0,312 inci), dengan pengurangan diameter ujung penetrasi sampai 6,4 mm (0,250 inci) untuk panjang perkiraan 14,3 mm (0,562 inci).Telah diuji dengan hasil yang memuaskan untuk pengujian beton yang mempunyai kerapatan 2 000 kg/m3 (125 lb/ft3) atau lebih besar. Probe dengan diameter 7,9 mm (0,312 inci) dan panjang 79,4 mm (3,125 inci) harus digunakan untuk pengujian penetrasi pada beton yang mempunyai kerapatan lebih kecil dari 2 000 kg/m3 (125 lb/ft3). 9.2 Uji ketahanan dengan pin 9.2.1 Haluskan permukaan beton yang mempunyai tekstur yang kasar, lunak, atau mengandung mortar yang terkelupas sampai rata dengan menggunakan batu perata yang memiliki tekstur butiran medium silikon karbida atau bahan lain yang sejenis. Lokasi pengukuran yang diratakan untuk setiap pengukuran penetrasi pin harus mempunyai luas paling tidak sama dengan luas daerah tumpuan alat. Lokasi pengukuran dianggap rata jika tidak terdapat celah diantara permukaan dan sebuah pin yang ditempatkan di sebelah sisi permukaan. 9.2.2 Masukkan pin baru ke dalam pistol beton dengan pegas. 9.2.3 Berikan beban atau gaya pada pegas dengan cara menekan pegas sampai pelatuknya tertarik. 9.2.4 Tempatkan pistol beton dengan kuat tegak lurus terhadap permukaan beton yang akan diuji, tarik pelatuknya untuk melepaskan pegas dan menembakkan pin ke dalam permukaan beton, lepaskan pistol beton termasuk pinnya. 9.2.5 Bersihkan lubang pin yang terbentuk dengan menggunakan alat penyemprot udara. 9.2.6 Masukkan alat pengukur kedalaman ke dalam lubang pin dan ukur kedalaman penetrasi sampai ketelitian 0,02 mm (0,001 inci) terdekat. 10 Pelaporan 10.1 Untuk pengujian dengan probe atau pin laporkan informasi berikut ini: 10.1.1 Identifikasi lokasi pengujian pada konstruksi beton dan tipe elemen beton yang diuji. 10.1.2 Keterangan mengenai campuran beton termasuk tipe agregat kasarnya. 10.1.3 Keterangan penyelesaian permukaan dan jika diperlukan cara-cara persiapan permukaan yang dilakukan sebelum pengujian. 10.1.4 Perkiraan lokasi pengujian. 10.1.5 Tanggal serta waktu pengujian. 10.2 Untuk pengujian dengan probe laporkan informasi berikut ini: 10.2.1 Nomor identifikasi pistol dan tingkat energi yang digunakan pada saat pengujian.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 14: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

SNI ASTM C803:2012

8 dari 12 © BSN 2012

10.2.2 Dimensi probe. 10.2.3 Perkiraan ketebalan contoh uji. 10.2.4 Panjang probe yang terekspos dan rata-rata panjang probe terekspos untuk setiap lokasi uji, dan. 10.2.5 Keterangan mengenai kondisi yang tidak biasa, termasuk hasil uji yang ditolak untuk menganalisis data. 10.3 Untuk pengujian dengan pin laporkan informasi berikut ini: 10.3.1 Nomor identifikasi pistol dan tingkat energi yang digunakan pada saat pengujian. 10.3.2 Perkiraan ketebalan contoh uji. 10.3.3 Kedalaman penentrasi pin dan rata-rata kedalaman penetrasi untuk setiap lokasi uji, dan. 10.3.4 Keterangan mengenai kondisi yang tidak biasa, termasuk hasil uji yang ditolak untuk menganalisis data. 11 Ketelitian dan penyimpangan 11.1 Ketelitian – Data yang digunakan untuk membuat suatu pernyataan ketelitian dibuat menggunakan peralatan dan ditentukan dalam satuan inch-pound. Indeks ketelitian yang diberikan dalam Tabel 1 dan Tabel 2 adalah konversi-konversi nilai inch-pound yang dituliskan dalam tanda kurung. 11.2 Uji ketahanan menggunakan probe 11.2.1 Indeks ketelitian yang diberikan dalam Tabel 1 dipergunakan untuk pengukuran-pengukuran yang dihasilkan oleh seorang operator tunggal dengan menggunakan peralatan yang sama pada contoh uji beton yang sama, yaitu beton yang dibuat dengan bahan-bahan, prosedur, peralatan, dan kondisi perawatan yang sama. 11.3 Uji ketahanan menggunakan pin 11.3.1 Ketelitian dari contoh uji tunggal, operator tunggal, pistol pegas yang sama pada saat yang sama adalah 0,4 mm [0,016 inci] (1s) seperti yang ditetapkan dalam C 670. 11.3.2 Indeks ketelitian yang diberikan dalam Tabel 2 dipergunakan untuk pengukuran-pengukuran yang dihasilkan oleh seorang operator tunggal dengan menggunakan peralatan yang sama pada contoh uji beton yang sama, yaitu beton yang dibuat dengan bahan-bahan, prosedur, peralatan, dan kondisi perawatan yang sama. 11.4 Penyimpangan – Metode uji ini tidak memberikan penyimpangan karena ketahanan penetrasi telah didefinisikan dalam metode uji ini. 12 Kata kunci Kekuatan beton; keseragaman beton; kekuatan di tempat; pengujian di tempat; ketahanan penetrasi.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 15: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

SNI ASTM C803:2012

9 dari 12 © BSN 2012

Lampiran A (normatif)

Istilah dan definisi A.1 agregat material yang berbentuk butiran, seperti pasir, kerikil, batu pecah dan terak besi hasil pembakaran suhu tinggi, berdasarkan ukurannya agregat terbagi menjadi dua yaitu agregat halus dan agregat kasar A.2 beton material komposit yang mengandung media pengikat dimana di dalamnya terdapat partikel – partikel atau fragmen – fragmen agregat. Dalam beton semen hidrolis, pengikat terbentuk dari campuran antara semen dengan air (dengan atau tanpa bahan tambah) A.3 beton keras beton dengan umur di atas 28 hari, dan telah mencapai kekuatan tekan yang direncanakan. A.4 penetrasi masuknya probe atau pin yang ditembakkan ke dalam beton melalui suatu energi yang terukur sesuai dengan penggunaannya. A.5 pistol beton pistol yang digunakan untuk memasukkan probe pada beton. A.6 pistol pegas pistol yang menggunakan pegas untuk memasukkan pin pada beton.

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 16: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

SNI ASTM C803:2012

10 dari 12 © BSN 2012

Lampiran B (normatif)

Gambar probe dan pin

Gambar B.1 – Probe

Keterangan :

A adalah panjang keseluruhan probe; B adalah panjang ujung probe dengan diameter yang lebih kecil; C adalah diameter ujung probe yang masuk ke dalam permukaan beton; D adalah diameter probe

Gambar B.2 - Pin

Keterangan :

E adalah panjang keseluruhan pin; F adalah ujung pin yang dibubut dengan sudut 22,5º sejajar arah longitudinal; G adalah diameter pin

(E)

(F)

(G)

[ 1.2 inci]

30 mm

Ø 3,6 mm [ 0.140 inci]22,5° mm

(A)

(B)

(C) (D)

79,4 mm

14,3 mm

Ø 7,9 mm

[ 3.125 inci]

[ 0.312 inci]

[ 0.562 inci]

[ 0.250 inci] Ø 6,4 mm

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 17: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

SNI ASTM C803:2012

11 dari 12 © BSN 2012

Lampiran C (informatif)

Contoh isian formulir Pengujian ketahanan beton keras terhadap penetrasi dengan probe

Tanggal pengujian : 12 Januari 2009 Lokasi pengujian : Bandung Jumlah titik pengujian : 3 titik Tebal selimut beton : 50 mm Panjang probe : 79,4 mm Diuji oleh : Budi Subrata Diperiksa oleh : Setyo Hardono, ST,MT

No. Elemen yang diuji

Hasil pengukuran Panjang probe terluar

(mm)

Hasil pengukuran Rata-rata

(mm) Probe 1 Probe 2 Probe 3

1 Gelagar 40 40,5 40,2 40,23 2 Gelagar 40,3 40,4 40 40,23 3 Gelagar 41 40,1 40,4 40,50

Keterangan :

Diperiksa oleh penyelia

Diuji oleh teknisi

Tanggal : 12 Januari 2009 Tanggal : 12 Januari 2009

(Setyo Hardono, ST, MT)

(Budi Subrata, ST)

B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N P U S A T P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G AN J A L A N D A N J E M B A T A N B A L A I J E M B A T A N D A N B A N G U N A N P E L E N G K A P J A L A N Jalan A.H Nasution No.264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) 7811884 Fax. (022) 7811884 Bandung 40294 e-mail:[email protected]

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 18: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

SNI ASTM C803:2012

12 dari 12 © BSN 2012

Lampiran D (informatif)

Contoh isian formulir Pengujian ketahanan beton keras terhadap penetrasi dengan pin

Tanggal pengujian : 12 Januari 2009 Lokasi pengujian : Bandung Jumlah titik pengujian : 3 titik Tebal selimut beton : 50 mm Panjang pin : 30 mm Diuji oleh : Budi Subrata Diperiksa oleh : Setyo Hardono, ST,MT

No. Elemen yang diuji Hasil pengukuran Kedalaman penetrasi pin

(mm)

Hasil pengukuran Rata-rata

(mm) Pin 1 Pin 2 Pin 3

1 Pelat beton 18,32 18,65 19,12 18,70 2 Pelat beton 18,00 18,33 18,14 18,16 3 Pelat beton 18,62 18,81 18,18 18,54

Keterangan :

Diperiksa oleh penyelia

Diuji oleh teknisi

Tanggal : 12 Januari 2009 Tanggal : 12 Januari 2009

(Setyo Hardono, ST, MT)

(Budi Subrata, ST)

B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N P U S A T P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G AN J A L A N D A N J E M B A T A N B A L A I J E M B A T A N D A N B A N G U N A N P E L E N G K A P J A L A N Jalan A.H Nasution No.264 Kotak Pos 2 Ujungberung Telp. (022) 7811884 Fax. (022) 7811884 Bandung 40294 e-mail:[email protected]

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 19: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

 

© BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “

Page 20: BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Baha1-01-S2 Rekayasa Jalan ...nspkjembatan.pu.go.id/public/uploads/... · 6.1.3 Peralatan pengukur 6.1.3.1 Peralatan ukur seperti jangka sorong, pengukur

BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3,4,7,10 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270

Telp: 021- 574 7043; Faks: 021- 5747045; e-mail : [email protected]

© BSN 2012

” Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil pada Subpanitia Teknis 91-01-S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan “