34
TINJAUAN PUSTAKA Menndefinisikan bahwa “sociology is the study of human social life, groups and socities” (sosiologi merupakan studi/ilmu yang mempelajari tentang kehidupan sosial manusia, kelompok dan masyarakat) (Giddens 2004). Roucek dan Waren menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dan kelompok-kelompok (Soekanto, 2003). Ouburn dan Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial (Soekanto, 2003). Doorn dan Lammers menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil (Soekanto, 2003). Soemarjan dan Soemardi menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu masyarakat yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial (Soekanto, 2003). Sosiologi mepelajari perilaku masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnnya. Kelompok tersebut mencakup: keluarga, suku, komunitas, pemerintah, organisasi soaial, kelompok ekonomi, kelompok politik, dan lain sebagainya. Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal-susul pertumbuhannya serta menganalisis pengaruh kegiatankelompok terhadap para anggotanya. Pengertian Sosiologi Pedesaan dan Sosiologi Pertanian Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang struktur

bsosped.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

yes

Citation preview

Page 1: bsosped.docx

TINJAUAN PUSTAKA

Menndefinisikan bahwa “sociology is the study of human social life,

groups and socities” (sosiologi merupakan studi/ilmu yang mempelajari tentang

kehidupan sosial manusia, kelompok dan masyarakat) (Giddens 2004).

Roucek dan Waren menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia dan kelompok-kelompok (Soekanto, 2003).

Ouburn dan Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial (Soekanto, 2003).

Doorn dan Lammers menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil (Soekanto,

2003).

Soemarjan dan Soemardi menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu masyarakat yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan

sosial (Soekanto, 2003).

Sosiologi mepelajari perilaku masyarakat dan perilaku sosial manusia dengan meneliti kelompok yang dibangunnnya. Kelompok tersebut mencakup: keluarga, suku, komunitas, pemerintah, organisasi soaial, kelompok ekonomi, kelompok politik, dan lain sebagainya. Sosiologi mempelajari perilaku dan interaksi kelompok, menelusuri asal-susul pertumbuhannya serta menganalisis pengaruh kegiatankelompok terhadap para anggotanya. Pengertian Sosiologi Pedesaan dan Sosiologi Pertanian Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang struktur sosial dan proses- proses sosial termasuk didalamnya perubahan sosial dalam perkembangannya melahirkan berbagai teori sosiologi dan berbagai cabang sosiologi. Obyek kajian yang berbeda

selanjutnya menjadi cabang baru seperti sosiologi industri, sosiologi politik, sosiologi

agama dan cabang sosiologi lainnya. Perkembangan ini juga termasuk sosiologi pedesaan

dan sosiologi pertanian sebagai cabang sosiologi yang khusus mengkaji masalah tentang

masyarakat pedesaan dan dinamikanya (Priyotamtomo 2001).

Page 2: bsosped.docx

Mendeskripsikan bahwa sosiologi pedesaan merupakan suatu studi yang melukiskan hubungan manusia di dalam dan atar kelompok yang ada di lingkungan pedesaan. Pengertian “pedesaan” mencakup wilayah yang disebut “rural” dibedakan dengan “urban”. Secara lengkap pedesaan diartikan sebagai kawasan tempat tinggal dan kerja yang secara jelas dapat dipisahkan dari kawasan yang lain yang disebut“kota”.Masyarakat pedesaan sering disebut sebagai “rural community” sedang masyarakat perkotaan disebut sebagai “urban community”. Pembedaan tersebut didasari oleh perbedaan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya. (Priyotamtomo 2001).

Menyatakan bahwa perbedaan masyarakat pedesaan dan perkotaan dapat dilihat antara lain dari kehidupan kegamaan, individualime, pembagian kerja, macam pekerjaan, jalan pikiran, jalan kehidupan, serta perubahan-perubahan sosial lainnya. Sosiologi pedesaan adalah sosiologi yang tentang struktur dan proses-proses sosial yang terjadi di pedesaan. Bidang kajian ini menekankan pada masyarakat pedesaan dan segala dinamikanya yang antara lain mencakup struktur sosial, proses sosial, mata pencaharian, pola perilaku, serta berbagai transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi (Yulianti dan Purnomo 2003).

Sosiologi Pertanian (Agricultural Sociology) sering disamakan dengan Sosiologi Pedesaan (Rural Sociology). Tetapi ini hanya berlaku jika penduduk desa terutama hidup dari pertanian saja. Semakin sedikit kehidupan penduduk di desa ditandai oleh kegiatan pertanian, semakin pantas sosiologi pertanian dipisahkan dari sosiologi pedesaan. Dengan mempertimbangkan kasus-kasus di pedesaan Indonesia yang umumnya sektor pertanian masih relatif dominan baik sebagai sektor primer maupun sekunder, maka nampaknya dalam praktek agak sulit untuk membedakan secara tegas pokok bahasan dan agenda kajian tentang sosiologi pedesaan dan pertanian. Tumpang tindih dan saling terkait antara kedua pendekatan bidang sosiologi tersebut akan sangat mungkin terjadi di pedesaan Indonesia. Tidak hanya di pedesaan Indonesia, sebagian besar masyarakat pedesaan di negara-negara berkembang masih memiliki ketergantungan pada sektor pertanian, (Menurut Planck 1993).

Pertanian memang masih merupakan karakteristik pokok dari umumnya desa-desa di dunia. Dilihat dari eksistensinya, desa merupakan fenomena yang muncul dengan mulai dikenalnya cocok tanam di dunia ini. Dengan mengingat pentingnya faktor pertanian bagi keberadaan desa, maka dapat dipahami bahwa kebanyakan batasan sosiologi pedesaan masih selalu berkisar pada aspek pertanian. Dalam pembahasan selanjutnya, bahan ajar ini menggunakan dua disiplin ilmu itu (Sosiologi Pertanian dan Sosiologi Pedesaan) sebagai pendekatan. Pertimbangan utamanya adalah mengingat kemajemukan masyarakat pedesaan Indonesia. Dilihat dari ingkat perkembangannya, masih terdapat sejumlah masyarakat desa kita yang masih terbelakang, sehingga masih tepat untuk dianalisis lewat kerangka Sosiologi Pedesaan. Di lain pihak telah terdapat sejumlah desa yang telah maju sehingga lebih tepat untuk dijelaskan lewat kerangka Sosiologi Pertanian. Ruang Lingkup Sosiologi Pertanian Obyek sosiologi pedesaan adalah seluruh penduduk di pedesaan yang terus- menerus atau sementara tinggal di sana, sedangkan obyek sosiologi pertanian adalah keseluruhan penduduk yang bertani tanpa memperhatikan jenis tempat tinggalnya. Sosiologi pedesaan lebih menggunakan pendekatan lokasi dalam hal ini “pemukiman” (Raharjo 1999).

Page 3: bsosped.docx

Sosiologi pertanian adalah sosiologi ekonomi seperti halnya sosiologi industri, yang membahas fenomena sosial dalam bidang ekonomi pertanian. Sosiologi memusatkan hampir semua perhatiannya pada petani dan permasalahan hidup petani. Tema utama sosiologi pertanian adalah undang-undang pertanian, organisasi sosial pertanian (struktur pertanian), usaha pertanian, bentuk organisasi pertanian, dan masalah sosial pertanian. Sebuah aspek yang sangat penting

adalah posisi sosial petani dalam masyarakat. Situasi kehidupan manusia yang tergantung pada pertanian ditentukan terutama oleh hubungan mereka dengan tanah (tata tanah), oleh hubungan pekerjaan mereka satu dengan lainnya (tata kerja), dan oleh sistim ekonomi dan masyarakat yang ada diatas mereka (tata kekuasaan). Keseluruhan tata sosial ini disebut sebagai hukum agraria yang dalam arti sempit dimaknai sebagai hukum pertanahan (land tenure). Kegunaan Mempelajari Sosiologi Pertanian Dengan mempelajari sosiologi pertanian kita bisa mengumpulkan secara sistimatis atau secara bermakna tentang keterangan-keterangan mengenai masyarakat pedesaan dan masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan menelaah hubungan- hubungannya. Sosiologi pertanian membantu dalam mengambil lukisan seteliti-telitinya tentang tingkah laku, sikap, perasaan, motif dan kegiatan-kegiatan petani yang umumnya hidup dalam lingkungan pedesaan. Hasil telaah tersebut dapat digunakan untuk meperbaiki kehidupan masyarakat pedesaan dan pertanian pada khususnya . Penduduk desa mencari penjelasan mengenaiproses sosial di pedesaan dan menuntut pembaharuan untuk masa depan. Petani mengharapkan sosiologi pertanian dalam usahanya menemukan suatu kesadaran baru. Praktek dari politik pertanian menuntut dari sosiologi pertanian antara lain tempat kegiatan terbaik untuk langkah-langkah yang telah direncanakan dan menunjukan dampak sosial yang akan timbul dari yang direncanakan. Sosiologi pertanian harus memberikan data mengenai struktur pedesaan, mengenai kecenderungan perkembangan sosial, mengenai penyakit dalam masyarakat dan keadaan darurat, mengenai harapan dan tuntutan sosial mereka dalam perencanaan tata ruang. Sumbangan sosiologi pertanian dalam politik kemasyarakatan memang masih terbatas. Namun mereka dapat membantu pengambilan keputusan-keputusan yang dibuat dengan cara:

• Menjelaskan definisi, obyek dan indikator sosial

• Menjelaskan hubungan sesama manusia dan perilakunya

• Meneliti aturan, fungsi kelompok/organisasi sosial

• Menemukan tenaga pendorong, mekanisme dan proses perubahan sosial dan

lain sebagainya (Planck 1993).

Page 4: bsosped.docx

DAFTAR PUSTAKA

Giddens, Antony, 2004, Sociology,

Planck, Ulrich, 1993, Sosiolologi Pertanian, Yayasan Obor Indonesia Jakarta

Priyotamtomo, Wiryono, 2001, Bahan Kuliah Sosiologi Pedesaan, Fakultas Pertanian

UGM (tidak diterbitkan)

Rahardjo, 1999, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Edisi Pertama, Gadjah

Mada University Press

Soekanto, Soerjono, 2003, Sosiologi Suatu Pengantar, Grafindo

Persada

Yuliati, Y dan Purnomo, M, 2003, Sosiologi Pedesaan, Lappera Pustaka Utama

Page 5: bsosped.docx

Tinjauan Pustaka

October 19, 2011 · Filed under Uncategorized

Pengertian Desa

Menurut Paul H. Landis dalam Sosiologi Pedesaan, pedesaan merupakan daerah dimana pusat perhatian/kepentingan adalah pertanian dalam arti yang luas. Ndraha (1984) merumuskan pengertian desa adalah sebutan umum bagi satuan-satuan ketatanegaraan terendah yang langsung di bawah kecamatan, yang pemerintahannya merupakan satuan organisasi pemerintahan terendah pula. Sedangkan dalam Geogerafi Kota dan Desa (1987:44), desa adalah permukiman manusia yang terletak diluar kota dan penduduknya berpangupajiwa agraris.

Istilah desa dalam Undang-undag No.5 Tahun 1979, yang dimaksud dengan desa ialah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat, termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Karakteristik Desa

Karakteristik Wilayah Pedesaan

Karakteristik Masyarakat Pedesaan

Karakteristik Ekonomi Pedesaan

Unsur-unsur Desa

Daerah

Penduduk

Tata kehidupan

Page 6: bsosped.docx

Ciri-ciri Desa

Desa memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan perkotaan. Ciri-ciri desa menurut Wisadirana (2004) antara lain:

Tepi desa ada pintu dari kayu yang merupakan pintu gerbang untuk masuk desa

Tepi desa biasanya dikelilingi dengan tanaman bambu

Terdapat balai desa

Kehidupan yang tenang dan damai serta keakraban diantara penduduknya

Dipimpin oleh seorang kepala desa

Masyarakat sebagian besar hidup dari tanah pertanian dan pemeliharaan ternak.

Tipologi Desa

Menurut Dirjen PMD Departemen Dalam Negeri (1972) dalam Sosiologi Pedesaan, tipologi desa yang dilihat dari perkembangan masyarakat, yaitu

Desa Tradisional (Pra Desa)

Desa Swadaya

Desa Swakarya (Desa Peralihan)

Desa Swasembada

Desa Pancasila

Tipologi desa selanjutnya dikemukakan oleh Everett. M. Rogers dan Rabel. J. Burdge dalam Sosiologi Pedesaan, yaitu

The Scattered Farmstead Community

Page 7: bsosped.docx

The Cluster Village

Pola Pengelompokkan Desa

Pola pengelompokkan desa menurut Daldjoeni (1987) dalam Geografi Kota dan Desa adalah sebagai berikut:

Desa menyusur sepanjang pantai

Desa terpusat

Desa linier dataran rendah

Desa mengelilingi fasilitas

Pola Pemukiman Desa

Dalam Sosiologi Pedesaan, Landis (1948) mengemukakan empat pola permukiman desa yaitu:

Farm Village Type

Nebulous Farm Village Type

Arranged Isolated Farm Type

Pure Isolated Farm Type

Desa Perbatasan

Dalam Undang Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang penataan ruang bahwa kawasan perbatasan ‐merupakan salah satu kawasan tertentu, yaitu kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis yang penataan ruang diprioritaskan. Fungsi kawasan yang terwujud kawasan tertentu meliputi tempat pengembangan kegiatan yang strategis yang ditentukan dengan kriteria sebagai berikut :

Page 8: bsosped.docx

kegiatan dalam suatu bidang tertentu mempunyai dampak terhadap kegiatan berbagai bidang lainnya;

kegiatan bidang yang bersangkutan secara umum mempunyai pengaruh yang besar terhadap upaya pengembangan tata ruang di wilayah sekitarnya dan merupakan faktor pendorong bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Desa perbatasan berdasarkan wilayah geografisnya berbatasan dengan desa tetangga, dengan penduduk yang bermukim diwilayah tersebut disatukan melalui hubungan sosial ekonomi, dan sosial budaya dengan cakupan wilayah administratif tertentu setelah ada kesepakatan antardesa yang berbatasan. Secara administratif, letak kawasan kawasan tersebut berada pada wilayah ‐Kabupaten/Kota dalam suatu Propinsi.

Kajian Usaha tani

Menurut Hernanto (1991) dalam Pengantar Ilmu Pertanian, usaha tani diartikan sebagai kesatuan organisasi antara kerja, modal, dan pengelolaan yang ditunjukkan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian. Usaha tani menurut Mosher (1965: 12) , adalah himpunan sumber-sumber alam yang terdapat di permukaan bumi tempat pertanian diselenggarakan oleh petani tertentu. Kegiatan produksi di dalam setiap usaha tani merupakan suatu kegiatan usaha, sedangkan biaya dan penerimaan merupakan aspek-aspek penting.

Pembinaan Usaha Tani

Menurut Soeharjo (1993) dalam Pengantar Ilmu Pertanian, ada empat hal yang perlu diperhatikan untuk pembinaan usaha tani:

Organisasi usaha tani yang difokuskan pada pengelolaan unsur-unsur produksi dan tujuan usaha

Pola pemilikan tanah usaha tani

Kerja usaha tani yang difokuskan pada distribusi kerja dan pengangguran dalam usaha tani

Modal usaha tani yang difokuskan pada proporsi dan sumber modal petani.

Jenis Usaha Tani

Page 9: bsosped.docx

Jenis-jenis usaha tani (Soetrino, 2006) meliputi :

Sawah

Kebun

Hutan

Peternakan

Dan sebagainya

Struktur, Corak dan Bentuk Usaha Tani

Struktur usaha tani menunjukkan bagaimana suatu komoditi diusahakan. Cara pengusahaan dapat dilakukan secara khusus (1 lokasi), tidak khusus (berganti-ganti lahan atau varietas tanaman) dan campuran (2 jenis atau lebih varietas tanaman, misal tumpangsari dan tumpang gilir). Ada pula yang disebut dengan “Mix Farming” yaitu manakala pilihannya antara dua komoditi yang berbeda polanya, misalnya hortikultura dan sapi perah.

Corak usahatani berdasarkan tingkatan hasil pengelolaan usaha tani yang ditentukan oleh berbagai ukuran/kriteria, antara lain :

Nilai umum, sikap dan motivasi

Tujuan produksi

Pengambilan keputusan

Tingkat teknologi

Derajat komersialisasi dari produksi usahatani

Derajat komersialisasi dari input usahatani

Proporsi penggunaan faktor produksi dan tingkat keuntungan

Pendayagunaan lembaga pelayanan pertanian setempat

Tersedianya sumber yang sudah digunakan dalam usahatani

Tingkat dan keadaan sumbangan pertanian dalam keseluruhan tingkat ekonomi

Sedangkan untuk bentuk usaha tani di bedakan atas penguasaan faktor produksi oleh petani, yaitu :

Page 10: bsosped.docx

Perorangan

Faktor produksi dimiliki atau dikuasai oleh seseorang, maka hasilnya

juga akan ditentukan oleh seseorang

Kooperatif

Faktor produksi dimiliki secara bersama, maka hasilnya digunakan dibagi berdasar kontribusi dari pencurahan faktor yang lain.

Analisis Usaha Tani

Analisis usaha tani meliputi analisis terhadap biaya produksi, keuntungan usaha, penghasilan netto.

P = E + R

Biaya produksi (P)

E = biaya eksploitasi (E = a+b+c, a : biaya bibit/pupuk yang berasal dari luar, b : upah buruh/ pekerja, c: upah keluarga petani)

R = bunga (R = e+f+g, e : bunga dari harta petani, f : bunga dari modal luar, g : bunga ekstra dari modal luar)

d = B – P

Keuntungan usaha (d)

B = penghasilan kotor atau bruto

Page 11: bsosped.docx

P = biaya produksi

Penghasilan netto (N)

N = B – E

B = penghasilan kotor atau bruto

E = biaya eksploitasi (E = a+b+c, a : biaya bibit/pupuk yang berasal dari luar, b : upah buruh/ pekerja, c: upah keluarga petani)

Rencana Spasial Desa

Perencanaan fisik desa dan lebih luas lagi adalah penataan ruang perdesaan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kondisi kehidupan sosial ekonomi dan sosial budaya wilayah perdesaan yang serasi, seimbang dan berkelanjutan. Hal ini ditekankan dalam UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, (pasal 10, ayat 2) bahwa:

Mencapai tata ruang kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan yang optimal, serasi

Meningkatkan fungsi kawasan perdesaan dan fungsi kawasan perkotaan secara serasi, selaras dan seimbang antara perkembangan lingkungan dengan tata kehidupan masyarakat.

Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kemakmuran rakyat dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan alam, lingkungan buatan dan lingkungan sosial.

Sesuai dengan jenjang wawasan perwilayahannya maka di dalam perenccanaan tata ruang perdesaan seyogyanya mencakup 3 jenjang lingkup perencanaan tata ruang yaitu:

1. Rencana Umum Tata Ruang Perdesaan (RUTR Desa)

Page 12: bsosped.docx

2. Rencana Detail Tata Ruang Desa (RDTR Desa)

3. Rencana Tata Letak Desa (RTL Desa)

Page 13: bsosped.docx

SOSIOLOGI PEDESAAN (Laporan Hasil Praktek Lapang)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebelum membahas mengenai struktur sosial masyarakat desa, perlu dibahas terlebih dahulu definisinya. Merton (1964) menyatakan bahwa ciri dasar dari suatu struktur sosial adalah status yang tidak hanya melibatkan satu peran, melainkan sejumlah peran yang saling terkait. Merton memperkenalkan konsep perangkat peran (role set). Social inequality merupakan konsep dasar yang menyusun pembagian suatu struktur sosial menjadi beberapa bagian atau lapisan yang saling berkait. Konsep ini memberikan gambaran bahwa dalam suatu struktur sosial ada ketidaksamaan posisi sosial antar individu di dalamnya. Terdapat tiga dimensi dimana suatu masyarakat terbagi dalam suatu susunan atau stratifikasi, yaitu kelas, status dan kekuasaan. Konsep kelas, status dan kekuasaan merupakan pandangan yang disampaikan oleh Max Weber .

Kelas dalam pandangan Weber merupakan sekelompok orang yang menempati kedudukan yang sama dalam proses produksi, distribusi maupun perdagangan. Pandangan Weber melengkapi pandangan Marx yang menyatakan kelas hanya didasarkan pada penguasaan modal, namun juga meliputi kesempatan dalam meraih keuntungan dalam pasar komoditas dan tenaga kerja. Keduanya menyatakan kelas sebagai kedudukan seseorang dalam hierarkhi ekonomi. Sedangkan status oleh Weber lebih ditekankan pada gaya hidup atau pola konsumsi. Namun demikian status juga dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti ras, usia dan agama (Beteille, 1970).

Dalam struktur masyarakat desa terdapat aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek ekonomi, social dan politik. Dari aspek ekonomi dan sosial terdapat kelompok sosial yang memiliki perbedaan mendasar. Perbedaan tersebut terdapat pada akses terhadap faktor produksi utama dalam pertanian, yaitu tanah. Kelompok sosial yang terbentuk di desa adalah kelompok buruh tani dan kelompok petani bebas. Selain akses terhadap tanah terdapat pula prinsip peran yang membagi masyarakat desa menjadi dua kelompok sosial tersebut. Prinsip tersebut adalah salah satu kelompok memiliki peran sebagai “pengabdi” sedangkan kelompok lainnya sebagai “penguasa”.

Perbedaan akses serta prinsip peran kelompok sosial yang ada di desa membawa berbagai implikasi dalam kehidupan sosial. Kedua kelompok sosial yang hidup bersama dalam satu tatanan masyarakat saling berinteraksi satu sama lain. Perbedaan satus sosial antara dua kelompok sosial tersebut membawa dampak pada peran masing-masing kelompok dalam kehidupan sosial dan ekonomi.

Dari aspek politik yaitu menyangkut kelembagaan desa. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat ditingkatkan statusnya menjadi kelurahan. Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa (yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan Badan Permusyawarahan desa (BPD) dan masih ada lembaga-lembaga dibawahnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari hasil Praktek Lapang Terpadu di Desa Pattapang, Kecamatan Tinggi Moncong (Malino), ditemukan masih banyak petani memiliki lahan pertanian yang sangat sempit, bahkan ada yang hanya merupakan petani penggarap. Untuk itu perlu diamati :

Page 14: bsosped.docx

1)      Bagaimana status petani berdasarkan kepemilikin lahan pertanian ?

2)      Apa saja kegiatan ekonominya ?

3)      Bagaimana status dan kedudukan sosial, serta peranannya dalam masyarakat ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan

1.3.1 Tujuan

Untuk melakukan pengamatan tentang kehidupan masyarakat petani, kegiatan usaha tani, dan lingkungan yang mempengaruhinya.

1.3.2 Mamfaat

Mamfaatnya adalah sebagai pembanding dari materi yang didapatkan di bangku kuliah dengan realita yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat.

BAB II TINJAUN PUSTAKA

2.1   Buruh Tani

Struktur sosial masyarakat desa pada masa lalu terbagi berdasarkan luas kepemilikan lahan menjadi dua golongan besar yaitu buruh tani dan pemilik tanah. Buruh tani mempunyai kedudukan sosial yang paling bawah dengan aktivitas ekonomi yang terbatas pada pengerahan tenaga buruh upahan kepada kaum pemilik tanah. Beberapa diantaranya mencoba untuk melakukan kegiatan ekonomi lainnya namun masih terbatas pada jenis perdagangan kecil.

Berbeda dengan kaum tuan tanah yang mempunyai kegiatan ekonomi lebih bervariatif dan skala yang jauh lebih besar. Perbedaan akses serta prinsip peran kelompok sosial yang ada di desa membawa berbagai implikasi dalam kehidupan sosial. Kedua kelompok sosial yang hidup bersama dalam satu tatanan masyarakat saling berinteraksi satu sama lain. Perbedaan status sosial antara dua kelompok sosial tersebut membawa dampak pada peran masing-masing kelompok dalam kehidupan sosial dan ekonomi.

Buruh tani memperoleh penghasilan dari upah bekerja pada tanah pertanian milik orang lain atau petani penyewa tanah. Sebagian besar buruh tani bekerja lepas dengan upah harian, hanya sebagian kecil yang bekerja untuk jangka satu tahun atau lebih. Selain dari upah sebagai pekerja, buruh tani juga melakukan kegiatan dagang kecil-kecilan. Ada juga diantaranya yang menanami lahan hutan dengan perjanjian tertentu.

Keberadaan buruh tani dapat diidentifikasi dari jumlah penduduk yang tidak memiliki tanah pertanian. Keterbatasan informasi menyebabkan kepemilikan tanah dijadikan sebagai dasar penentuan status sebagai buruh tani. Namun perlu ditekankan bahwa ciri terpenting dari buruh tani bukan pada kepemilikan tanah tetapi pada sikapnya yang menyerahkan diri kepada orang lain, dalam hal ini pemilik tanah. Kompensasi yang diberikan bagi buruh tani yang tinggal diatas tanah milik orang lain bukan berupa uang, namun berupa peran dirinya sebagai “abdi”.

Buruh tani dibedakan menjadi dua subkelompok. Subkelompok pertama adalah mereka yang sama sekali tidak memiliki tanah pertanian atau hanya memiliki tanah pekarangan saja, untuk selanjutnya disebut buruh tani. Sedangkan subkelompok kedua adalah mereka yang memiliki tanah pertanian dengan luasan yang sempit yakni kurang dari 2,5 Ha. Subkelompok ini disebut dengan petani tidak tetap (part time farmers).

2.2   Petani Bebas

Selain buruh tani juga dikenal jenis petani yang lain, yaitu petani bebas. Petani bebas dibedakan menjadi sua subkelompok yaitu petani bebas kecil dan tuan tanah besar. Dasar pembagian kelompok petani bebas ini adalah luas kepemilikan tanah. Mereka yang memiliki tanah

Page 15: bsosped.docx

antara 2,5 hingga 12 acre digolongkan dalam petani bebas kecil. Sedangkan mereka yang memiliki tanah lebih dari 12 acre termasuk dalam tuan tanah besar.

Secara ekonomi kelompok petani bebas kecil tidak melakukan pekerjaan untuk mencari upah, sebaliknya mereka mempekerjakan buruh tani. Biasanya petani bebas kecil juga turut bekerja bersama-sama dengan buruh tani sekaligus mengawasi pekerjaan mereka. Selain mengerjakan tanah pertanian miliki mereka sendiri, terkadang mereka juga mengerjakan tanah pertanian milik tuan tanah besar dengan cara bagi hasil. Jenis tanah yang mereka kerjakan adalah tanah sawah, berbeda dengan buruh tani yang mengerjakan tanah tegalan.

Kedudukan sosial antara tuan tanah besar dan petani bebas kecil hanya terdapat sedikit perbedaan. Petani bebas kecil merupakan cerminan sejumlah kecil masyarakat desa yang berhasil membebaskan diri dan meraih kekuasaan ekonomi yang lebih besar. Anggota kelompok petani bebas kecil yang terkadang memiliki hubungan saudara jauh dengan tuan tanah besar mampu memainkan peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Mereka menempati posisi yang baik untuk mendapatkan pengakuan dan rasa hormat dari penduduk lain. Posisi yang strategis tersebut merupakan wujud perjuangan mereka dalam mempertahankan status sosial sehingga tidak turun ke lapisan buruh tani.

Jumlah tuan tanah besar di desa jumlahnya paling kecil. Tanah pertanian yang mereka kuasai sebagian besar adalah tanah subur yang produktif. Kelompok ini terdiri dari sejumlah kecil keluarga yang terikat dengan perkawinan. Lima keluarga tuan tanah besar lainnya adalah bangsawan. Penguasaan modal yang besar serta hubungan yang harmonis dengan tengkulak menyebabkan posisi secara ekonomi tuan tanah besar sangat baik. Beberapa tuan tanah besar memiliki tanah pertanian di luar desa.

Petani bebas sedikit banyak telah menggunakan teknik-teknik pertanian modern. Pandangan mereka telah terbentang luas melewati batas desa. Tuan tanah besar memiliki hubungan pribadi dengan pemerintah. Berbagai informasi tentang desa sedikit banyak terhimpun dari kalangan tuan tanah besar. Informasi yang terkadang sangat jauh dari kenyataan yang sebenarnya. Pemimpin desa biasanya dari kelompok petani bebas ini demikian pula orang-orang yang bekerja keras untuk gerakan koperasi desa.

Secara ekonomi, dalam menjalankan usaha pertanian, tuan tanah besar menjalankan fungsi sebagai pengelola. Mereka jarang sekali mengerjakan pekerjaan kasar sendiri. Komoditas yang diusahakan adalah komoditas yang menjanjikan keuntungan besar walupun dengan modal yang besar. Beberapa tuan tanah besar berhasil merubah tegalan menjadi kebun buah-buahan yang terawat dengan baik. Setelah panen, tuan tanah besar menyerahkan pengelolaan tanah pertaniannya kepada buruh tani dengan cara maro. Tanah sawah yang mereka miliki disewakan atas dasar bagi hasil. Hasil sewa tersebut mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan makan sedangkan keuntungan dari usahatani kentang dan kubis mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan kemewahan, seperti membangun rumah. Mereka juga menanamkan modal pada usaha dagang dan pengangkutan.

BAB III METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu

Praktek lapang dilaksanakan di tiga tempat yaitu :

1)      Tempat pembenihan udang dan bandeng “Benur Kita” di Kupa Barru.

2)      Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) di Kelurahan Pattapang Kecamatan Tinggimoncong (Malino) Kab. Gowa.

3)      Ternak sapi perah di Sinjai Barat Kab. Sinjai.

Page 16: bsosped.docx

Waktu pelaksanaa hari Jumat tanggal 4 Desember 2009 sampai dengan Minggu tanggal 6 Desember 2009.

3.1   Metode Pelaksanaan Praktek Lapang Terpadu

Dalam melakukan praktek lapang terpadu metode yang digunakan adalah:

 Survei

Panitia melakukan survei pada tempat-tempat yang akan digunakan untuk praktek.

 wawancara dan Diskusi

Melakukan wawancara dan diskusi dengan pembimbing lapang, kelompok P4S, petani dan masyarakat untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang ada di lapangan dan masalah-masalah yang timbul serta penyelelesaiannya.

 Pengamatan

Langsung mengamati objek yang akan teliti sesuai dengan questioner yang disiapkan oleh masing-masing dosen pembimbing mata kuliah praktek.

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK

4.1 Letak Geografis

Kelurahan Pattapang, kecamatan Tinggimoncong(Malino), berada pada wilayah administrasi Pemerintahan Kabupaten Gowa dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kanreapia

Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Malino

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tonasa

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Buluttana/Gunung Bawakaraeng

4.2   Penggunaan Lahan

Kelurahan Pattapang berada pada topografi berbukit dengan kemiringan rata-rata 25-35˚, karakteristik tanahnya Lempung Berpasir (Sandy Loam) serta terletak pada ketinggian ±1500 meter diatas permukaan laut.

Hampir seluruh wilayah Kelurahan Pattapang merupakan lahan kering, yang digunakan untuk kebun hortikultura. Adapun luas lahan yang digunakan untuk kebun hortikultura dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Table 1: luas lahan Kelurahan Pattapang yang digunakan untuk kebun hortikultura

No.Nama

Kelompok Tani

Luas Lahan(Ha)

Komoditi Unggulan

1

2

3

Veteran

Tunas Muda

PIEN Bola

30

13

25

Kentang, wortel, tomat, strawberi, bwng daun

Kentang, kubis, tomat

Tomat, markisa

Kentang, kubis, tomat

Page 17: bsosped.docx

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

Siri’napacce

Kampung Baru

Kalibong

Alam Segar

Buluballea

Ta’ca’la

Kayu Putiah

Bina Mandiri

Wanita Tani Beringin

Wanita Tani Strawberi

Wanita Tani Kenanga

Wanita Tani Mawar

Wanita Tani Mwr Merah

Wanita Tani Safana

Wanita Tani Anugrah

Pattiro-tiroang

Turikale

Usagung Bawakaraeng

Mutiara Tani

Makmur Tani

Wira Jaya

Lembanna

Dale Ta’bua

Maddakko

Pemuda Veteran

Lemo-Lemo

Pattapang

30

53

31

26

60

31

26

30

20

15

10

12

6

16

20

23

43

23

25

25

30

30

20

30

15

34

32

Kentang, kubis, tomat

Kentang, kubis, tomat

Kentang, kubis, tomat

Kentang, kubis, tomat

Kentang, kubis, tomat

Kentang, kubis, tomat

Kentang, kubis, tomat

Kentang, kubis, tomat, tnm hias

Kentang, kubis, tomat, tnm hias

Kentang, kubis, tomat, tnm hias

Kentang, kubis, tomat, tnm hias

Kentang, kubis, tomat, tnm hias

Kentang, kubis, tomat, tnm hias

Kentang, kubis, tanaman hias

Kentang, kubis, tomat

Kentang, kubis, tomat

Kentang, kubis, tomat

Kentang, kubis, tomat

Kentang, kubis, tomat

Kentang, kubis, tomat

Kentang, kubis, tomat

Kentang, wortel. markisa

Tomat

Kentang, wortel, tomat

Kentang, tomat, markisa kopi

Kentang, wortel, tomat

Jumlah 676

Sumber : Gapoktan Gema Baru Kelurahan Pattapang 2009

4.3   Iklim

Berdasarkan klasifikasi iklim menurut koppen yang didasarkan atas suhu dan rata-rata curah hujan bulanan dan tahunan, maka Kelurahan Pattapang termasuk dalam iklim tipe A (iklim hujan tropis) yang ditandai dengan rata-rata suhu bulanan lebih dari 15ºC sampai dengan 20ºC, dengan rata-rata hujan sebesar 2.800 sampai dengan 3.000 mml/tahun.

Page 18: bsosped.docx

4.4   Keadaan Penduduk

Berdasarkan data yang diperoleh maka jumlah penduduk dan sarana umum yang ada di Kelurahan Pattapang dapat dilihat pada table berikut ini :

Table 2 : Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Keterangan

Laki-laki 1.306 880 KKPerempuan 1.411

Jumlah 2.717 880 KK

Table 3 : Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Keterangan

SD 2.173

SLTP 272

SMU 136

S1 136

Jumlah 2.717

Table 4 : Jumlah sarana umum

No. Sarana Jumlah Keterangan

Kantor Kelurahan

SD

SLTP

Puskesmas Pembantu

Puskesmas Kecamatan

Mesjid

Jumlah 10

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2   Status Kepemilikan Lahan

Sesuai dengan penjelasan pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA bahwa, struktur sosial masyarakat desa pada masa lalu terbagi berdasarkan luas kepemilikan lahan menjadi dua golongan besar yaitu buruh tani dan petani bebas.

Buruh tani dibedakan menjadi dua subkelompok. Subkelompok pertama adalah mereka yang sama sekali tidak memiliki tanah pertanian atau hanya memiliki tanah pekarangan saja, untuk

Page 19: bsosped.docx

selanjutnya disebut buruh tani. Sedangkan subkelompok kedua adalah mereka yang memiliki tanah pertanian dengan luasan yang sempit yakni kurang dari 2,5 Ha. Subkelompok ini disebut dengan petani tidak tetap (part time farmers).

Selain buruh tani juga dikenal jenis petani yang lain, yaitu petani bebas. Petani bebas dibedakan menjadi sua subkelompok yaitu petani bebas kecil dan tuan tanah besar. Dasar pembagian kelompok petani bebas ini adalah luas kepemilikan tanah. Mereka yang memiliki tanah antara 2,5 hingga 12 hektar digolongkan dalam petani bebas kecil. Sedangkan mereka yang memiliki tanah lebih dari 12 hektar termasuk dalam tuan tanah besar.

Menurut M. Ali (responden) ; ada beberapa hal yang menyebabkan penyempitan kepemilikan lahan, antara lain :

a.         Pertambahan jumlah penduduk

Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan berkurangnya luas kepemilikian lahan pertanian, misalkan dalam satu keluarga ada lima orang maka secara otomatis lahan keluarga tersebut akan dibagi menjadi lima bagian. Selain itu pertambahan jumlah penduduk juga menyebabkan banyak lahan-lahan produktif dijadikan pemukiman (lahan pekerangan).

b.        Keadaan topografi

Keadaan topografi yang berbukit-bukit, menyebabkan banyak lahan yang tidak produktif untuk dijadikan lahan pertanian. Misalnya lahan yang memiliki kemiringin di atas 40°, serta lahan-lahan yang susah dijangkau karena medan yang berat.

c.         Pengaruh ekonomi.

Karena desakan ekonomi banyak juga petani yang terpaksa menjual sebagian lahan pertaniannya kepada orang lain.

Dari hasil wawancara anggota Kelompok III pada sejumlah petani (responden) saat melaksanakan Praktek Lapang Terpadu di Kelurahan Pattapang Kecamatan Tinggimoncong (Malino), maka data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1)      Buruh tani : 25%

2)      Petani tidak tetap : 50%

3)      Petani bebas kecil : 25%

4)      Tuan tanah besar : 0%

Berdasarkan hasil persentase data tersebut diatas, maka kami dari kelompok III sepakat untuk memfokuskan pembahasan pada petani tidak tetap, yaitu petani yang memiliki tanah pertanian dengan luasan kurang dari 2,5 hektar.

4.3   Petani Tidak Tetap

Petani tidak tetap merupakan suatu status yang diberikan kepada para petani yang mempunyai lahan sendiri dengan luasan yang sempit, yaitu kurang dari 2,5 Hektar. Status inilah yang paling banyak dijumpai saat melakukan praktek lapang terpadu di Kelurahan Pattapang Kecamatan Tinggimoncong (Malino). Rata-rata kepemilikian lahan pertanian di Kelurahan ini antara 0,5 Ha sampai dengan 2,5 Ha, dan mereka sendiri yang menggarap lahannya tersebut.

Pada umumnya petani mengusahakan perkebunan hortikultura dengan komoditi unggulan: kentang, kubis, tomat dan wortel. Disamping komoditi unggulan juga diusahakan beberapa komoditi lain seperti : bawang daun, strawberry, kopi dan markisa

Dalam melakukan kegiatan ekonominya, petani tidak tetap ini menggarap sendiri lahan pertaniannya, dibantu oleh anggota keluarganya yaitu istri dan anaknya. Untuk menambah

Page 20: bsosped.docx

penghasilanya terkadang mereka juga menggarap sebagaian lahan milik tuan tanah. Penghasil rata-rata perbulan dari hasil usaha tani antara Rp. 500.000, - sampai dengan Rp. 1.500.000.-, besarnya penghasilan perbulan sangat dipengaruhi oleh luas lahan yang diolah, harga saat penjualan serta produktivitas permusim.

Permasalah yang sering ditemui petani kecil yang ada di Kelurahan Pattapang dalam pengelolaan usaha tani adalah :

a.         Kekurangan modal

Petani di kelurahan ini masih kesulitan mendapatkan modal yang akan digunakan untuk membiayai usaha taninya, terutama untuk menyuplai sarana produksi seperti benih unggul, pupuk, obat-obatan (pestisida), serta alat-alat pertanian (mekanisasi).

Sarana produksi yang bermutu sangat berpengaruh pada peningkatan produksi, namun karena keterbatasan dana mereka hanya menggunakan sarana ala kadarnya sehingga produksinya pun tidak maksimal.

Hasil dari penjualan tidak dapat digunakan sepenuhnya untuk kegiatan pertanian, karena sebagian digunakan untuk membiayai kebutuhan keluarga termasuk pendidikan anak-anaknya. Untuk itulah ia sangat membutuhkan pinjaman dana yang pengembaliannya bisa diansur.

b.        Penerapan teknologi

Dari hasil pendataan menunjukkan tingkat pendidikan petani tidak tetap masih sangat rendah, karena itulah mereka kurang mampu mengadopsi teknologi di bidang pertanian yang berkembang pesat. Penerapan teknologi yang masih lemah seperti teknik budidaya, pemilihan varietas, pengendalian hama dan penyakit

c.         Pemasaran

System pemasaran di tempat ini adalah: petani → pedangang pengumpul → pedagang antar kota → pasar → konsumen. Panjangnya rantai pemasaran ini membuat petani tidak bisa mendapatkan harga yang bagus. Kendala lain adalah ketika panen melimpah maka harga barang tersebut juga turun.

5.3   Kegiatan Ekonomi

Petani tidak tetap di Kelurahan Pattapang, melakukan kegiatan usaha tani di atas lahan pertaniannya sendiri dengan luasan antara 0,5 hektar sampai dengan 2,5 hektar. Sedangkan mereka yang ingin memperoleh penghasilan tambahan, juga menggarap sebagaian lahan milik tuan tanah dengan system bagi hasil. Kegiatan pertanian yang diusahakan adalah perkebunan hortikultura dengan komoditi unggulan : kentang, wortel, tomat dan kubis. Disamping itu juga diusahakan komoditi : daun bawang, strawberry dan markisa.

Hasil pertanian yang diperoleh umumnya dijual ke pedagang pengumpul, karena mereka tidak punya waktu yang banyak untuk melakukan penjualan langsung ke konsumen. Sebagaian besar waktu dari petani ini dihabiskan di lahan pertaniannya. Semua anggota keluarga turut membantu mengolah lahan pertanian, termasuk ibu-ibu rumah tangga juga bergabung setelah menyiapkan makanan.

5.4   Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial merupakan pembedaan anggota masyarakat berdasarkan status (Susanto, 1993). Definisi yang lebih spesifik mengenai stratifikasi sosial antara lain dikemukakan oleh Sorokin (1959) dalam Soekanto (1990) bahwa pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya kelas tinggi dan kelas rendah. Sedangkan dasar dan inti lapisan masyarakat itu adalah tidak adanya

Page 21: bsosped.docx

keseimbangan atau ketidaksamaan dalam pembagian hak, kewajiban, tanggung jawab, nilai-nilai sosial, dan pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat.

Diferensiasi dan ketidaksamaan sosial mempunyai potensi untuk menimbulkan stratifikasi sosial dalam masyarakat. Diferensiasi sosial merupakan pengelompokan masyarakat secara horizontal berdasarkan pada ciri-ciri tertentu. Berbeda dengan ketidaksamaan sosial yang lebih menekankan pada kemampuan untuk mengakses sumberdaya, diferensiasi lebih menekankan pada kedudukan dan peranan.Stratifikasi sosial dapat terjadi sejalan dengan proses pertumbuhan atau dibentuk secara sengaja dibuat untuk mencapai tujuan bersama. Seperti apa yang dikemukakan Karl Marx yaitu karena adanya pembagian kerja dalam masyarakat, konflik sosial, dan hak kepemilikan.

5.4.1 Unsur-Unsur Lapisan Masyarakat

Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat menurut Soekanto (1990) adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan (status) diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestise-nya, dan hak-hak serta kewajibannya.

Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan, yaitu :

1) Ascribed-status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Pada umumnya ascribed status dijumpai pada masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup, misalnya masyarakat feodal (bangsawan, kasta)

2) Achieved-status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu. Kadang-kadang dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu Assigned status yang merupakan kedudukan yang diberikan. Assigned status sering memiliki hubungan erat dengan achieved stastus.

Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan. (Calhoun dalam Soekanto, 1990) adalah sebagai berikut:

1) Ukuran kekayaan, barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya : rumah, kerbau, sawah, dan tanah.

2) Ukuran kekuasaan, barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar menempati lapisan atas. Contoh: Pak Kades, Pak Carik, Tokoh masyarakat (Tomas).

3) Ukuran kehormatan, orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada maysarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.

4) Ukuran pengetahuan, pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Barang siapa yang berilmu maka dianggap sebagai orang pintar.

Berdasarkan pada pembagian golongan masyarakat kedalam suatu lapisan maka dapat disimpulkan bahwa golongan petani kecil, yaitu buruh tani dan petani tidak tetap yang ada di Kelurahan Pattapang berada pada kelas sosial bawah. Hal ini dapat dilihat pada ukuran kekayaan, dimana buruh tani dan petani tidak tetap tidak memiliki kekayaan yang cukup misalnya pada kepimilikan lahan yang rata-rata hanya 0.5 ha sampai dengan 2.5 ha saja, bahkan banyak yang hanya sebagai petani penggarap.

5.4.2          Diferensiasi dan Ketidaksamaan Sosial

Page 22: bsosped.docx

Diferensiasi dan ketidaksamaan sosial merupakan hal pokok yang pasti ada ketika kita membahas stratifikasi sosial. Ketika ada pembedaan dan ketidaksamaan dalam masyarakat, pandangan Marxist menyatakan tentunya menyebabkan masyarakat tersebut menjadi berkelas-kelas/bertingkat-tingkat, sehingga muncul pelapisan-pelapisan dalam masyarakat. Ada yang berada pada golongan atas, menengah dan bawah, yang mempunyai kemampuan untuk mengakses “sumber daya” berbeda-beda, dimana kelas lapisan atas lebih mendominasi daripada kelas menengah atau bahkan kelas bawah. Ada kecenderungan golongan bawah untuk berusaha naik menggantikan kedudukan golongan atas dan golongan atas juga berusaha mempertahankan posisinya bahkan lebih meningkatkan lagi, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi lapisan golongan atas untuk turun menjadi golongan menengah bahkan golongan bawah dengan beberapa faktor yang dapat menyebabkan semua ini terjadi.

Adapun yang kami temukan di Kelurahan Pattapang, diferensiasi dan ketidaksamaan sosial mengacu pada:

1) Pengetahuan (tingkat pendidikan)

2) Jenis Kelamin (alamiah).

3) Umur (alamiah).

4) Kekayaan.

5) Kedekatan wilayah tempat tinggal dengan elit lokal.

5.4.2.1    Diferensiasi Sosial

Penjelasan lebih lanjut mengenai diferensiasi sosial yang kami temukan di Kelurahan Pattapang adalah sebagai berikut:

1) Jenis Kelamin: di Kelurahan Pattapang laki-laki dipandang lebih bisa untuk menjadi pemimpin dibandingkan perempuan, karena menurut pandangan mereka kaum pria mempunyai figur yang lebih kuat untuk bisa dijadikan seorang pemimpin dalam membimbing kaum wanita dan anak-anak di kesehariannya, juga selain itu masyarakat Kelurahan Pattapang berusaha untuk menerapkan apa yang terkandung dalam ajaran Islam, bahwa kaum pria lebih kuat dibandingkan kaum wanita. Contohnya bisa menjadi imam masjid sedangkan perempuan yang dipimpin atau dengan kata lain jadi makmumnya.

2) Umur: di Kelurahan Pattang orang yang lebih tua akan lebih dihormati oleh masyarakat setempat karena mereka menggolongkan orang yang dianggap lebih tua itu kepada kaum sesepuh yang patut untuk banyak didengarkan nasihat-nasihat dari mereka. Contohnya dalam kerja bakti orang tua yang mengatur pekerjaan anak mudanya.

3) Pengetahuan: orang yang tingkat pendidikannya tinggi dijadikan pemimpin atau ketua diberbagai organisasi masyarakat. Contohnya Arifuddin, SP diangkat sebagai ketua P4S sekaligus sebagai ketua Gapoktan.

4) Kekayaan: kepemilikan seseorang terhadap sumber daya yang berkaitan dengan hal kekayaan yang dimiliki oleh beberapa orang di kampung tersebut, dapat membantu warga setempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, sehingga pada kenyataannya warga tidak begitu kesulitan dalam mencukupi kebutuhannya baik primer maupun yang sekunder. Contohnya banyak warga yang membeli kebutuhan hidupnya di warung-warung terdekat.

5) Kedekatan wilayah: orang-orang yang tinggal dekat dengan kepala RT dan tokoh masyarakat lainnya dapat membantu dalam penyebaran informasi tentang suatu hal, sehingga informasi tersebut dapat mencapai tujuan yaitu kepada penduduk yang lain dengan lebih cepat tersebar secara merata.

5.4.2.2    Ketidaksamaan Sosial

Ketidaksamaan sosial yang terdapat di Kampung Cikadongdong antara lain:

Page 23: bsosped.docx

1) Jenis kelamin: karena laki-laki lebih sering shalat di masjid dibandingkan perempuan maka laki-laki lebih cepat menerima informasi-informasi penting yang disampaikan di masjid, baik disampaikan secara langsung (dari mimbar masjid) oleh kyai maupun dari interaksinya dengan orang lain ketika berada di lingkungan masjid.

2) Umur: orang yang lebih tua umumnya akan mendapat pengetahuan lebih cepat dari anak muda karena mereka biasa menganggap suatu hal yang baru lebih serius daripada anak muda yang masih menganggap hal seperti itu sebagai hal yang kurang begitu penting bagi mereka dengan tidak memikirkan apa dampak yang akan terjadi bagi mereka.

3) Pengetahuan: orang yang memiliki pengetahuan lebih mudah memahami dan menerapkan teknologi sehingga kerapkali dipanggil dalam penyeselaian suatu masalah.

4) Kekayaan: orang yang memiliki modal untuk berwirausaha atau harta akan lebih mudah mengakses sumber daya dibandingkan orang yang tidak memiliki apa-apa karena intensitas mereka yang lebih banyak untuk bertemu dengan orang-orang yang berada di lapisan manapun.

5) Kedekatan wilayah: orang yang bertempat tinggal dekat ketua RT atau tokoh masyarakat akan lebih cepat memperoleh informasi daripada yang tinggal lebih jauh dan bisa turut berperan sebagai penyebar informasi yang ada kepada masyarakat yang lainnya.

5.4.3          Peranan (Role)

Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Peranan melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat.

Kedudukan sosial dan peranan sosial mempunyai hubungan yang erat. Kedudukan sosial lebih mengarah kepada jabatan, sedangkan peranan sosial lebih mengarah kepada tugas-tugas yang harus dijalankan oleh pemegang kedudukan sosial.

Berdasarkan data yang diperoleh, di Kelurahan Pattapang terdapat dua organisasi petani yang besar dan aktif. Organisasi tersebut adalah Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) dan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Gema Baru.

BAB VI PENUTUP

6.1   Kesimpulan

Berdasarkan luas kepemilikian lahan pertanian, maka petani dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu: Buruh tani, dibagi menjadi dua sub kelompok :

1). Buruh tani, yaitu petani yang sama sekali tidak memiliki tanah pertanian atau hanya memiliki tanah pekarangan saja.

2). Petani tidak tetap, yaitu mereka yang memiliki tanah pertanian dengan luasan sempit yakni kurang dari 2,5 Ha.

Petani bebas, dibagi menjadi dua subkelompok :

1). Petani bebas kecil, yaitu mereka yang memiliki tanah pertanian antara 2,5 hektar hingga 12 hektar.

2). Tuan tanah besar, yaitu mereka yang memiliki tanah pertanian lebih dari 12 hektar.

Ditinjau dari ukuran kekayaan maka petani kecil (buruh tani dan petani tidak tetap) yang berada di Kelurahan Pattapang barada pada kelas social paling bawah, karena tidak memiliki tanah

Page 24: bsosped.docx

pertanian yang cukup. Sedangkan dari segi pendidikan mereka juga berada pada tingkat pendidikan paling rendah, yaitu umumnya berpendidikan sekolah dasar (SD) saja.

Diferensiasi dan ketidaksamaan sosial mempunyai potensi untuk menimbulkan stratifikasi sosial dalam masyarakat. Diferensiasi sosial merupakan pengelompokan masyarakat secara horizontal berdasarkan pada ciri-ciri tertentu. Berbeda dengan ketidaksamaan sosial yang lebih menekankan pada kemampuan untuk mengakses sumberdaya, diferensiasi lebih menekankan pada kedudukan dan peranan. Stratifikasi sosial dapat terjadi sejalan dengan proses pertumbuhan atau dibentuk secara sengaja dibuat untuk mencapai tujuan bersama. Seperti apa yang dikemukakan Karl Marx yaitu karena adanya pembagian kerja dalam masyarakat, konflik sosial, dan hak kepemilikan.Adapun yang kami temukan di Kelurahan Pattapang, diferensiasi dan ketidaksamaan sosial mengacu pada:

1) Pengetahuan (tingkat pendidikan)

2) Jenis Kelamin (alamiah).

3) Umur (alamiah).

4) Kekayaan.

5) Kedekatan wilayah tempat tinggal dengan elit lokal.

6.2   Saran

Penentuan tempat praktek sebaiknya mempertimbangkan jarak atau waktu tempuh ke tempat praktek, agar praktek lapang bias efektif. Misalkan praktek yang dilaksanakan di Malino, dari tiga hari yang disapkan panitia ternyata hanya satu hari digunakan untuk praktek sedangkan dua hari dihabiskan diperjalan, sementara mata kuliah yang dipraktekkan terlalu banyak.

Pembuatan laporan praktek sebaiknya tidak dalam bentuk kelompok, agar setiap mahasiswa mampu mengolah data yang diperoleh dilapangan. Selain bila dibuat dalam bentuk kelompok ada kecenderungan mahasiswa tidak serius saat melakukan pendataan karena mengandalkan kerja kelompok.

Sebaiknya di Kelurahan Pattapang dibentuk semacam bank pertanian yang mampu menyediakan modal bagi petani agar bisa membiaya kegiatan usaha taninya, seperti pengadaan sarana produksi serta alat transportasi agar bisa menjual langsung hasil panennya.

DAFTAR PUSTAKA

1.       Rahardjo,Drs,M.Sc.2004.Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian.Gadjah Mada University Press.Yokyakarta

2.       Yosep L.dkk.2007.Laporan Praktek Lapang Sosiologi Pedesaan.Fakultas Pertanian Peternakan dan Perikanan UMPAR.Pare-pare.

Page 25: bsosped.docx

kehidupan penduduk di desa ditandai oleh kegiatan pertanian, semakin pantassosiologi pertanian dipisahkan dari sosiologi pedesaan.Sehingga sosiologi pertanian merupakan ilmu yang mempelajari tentangpertanian sebagai mate pencarian masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupmasyarakat itu sendiri.

2.2

RUANG LINGKUP SOSIOLOGI PERTANIAN

Lingkup sosiologi pertanian adalah keseluruhan penduduk yang bertani tanpamemperhatikan jenis tempat tinggalnya. Sosiologi pedesaan lebih menggunakan

pendekatan lokasi dalam hal ini “pemukiman”. S

osiologi pertanian juga melingkupundang-undang pertanian, organisasi sosial pertanian usaha pertanian, bentuk organisasi pertanian, dan masalah sosial pertanian. Sebuah aspek yang sangat pentingadalah posisi sosial petani dalam masyarakat.Situasi kehidupan manusia yang tergantung pada pertanian ditentukanterutama oleh hubungan mereka dengan tanah , oleh hubungan pekerjaan mereka satudengan lainnya (tata kerja),, dan oleh sistem ekonomi dan masyarakat yang ada diatasmereka (tata kekuasaan).

2.3

PEDEKATAN dalam MEMAHAMI SOSIOLOGI PERTANIAN

Hubungan Sosiologi Pedesaan dan Ilmu Pertanian

Kegiatan usaha pertanian yang sebagian dikembangkan dengan mendasarkanpada perkembangan ilmu-ilmu pertanian modern untuk kasus sebagian besar berlokasidi daerah pedesaan. Usaha pertanian yang dikembangkan di daerah perkotaan yangumumnya dikembangkan dengan cara dan pengelolaan yang lebih modern, namunmengingat masyarakat pertanian sebagai besar merupakan warga pedesaan makaketerkaitan ilmu pertanian dengan sosiologi pedesaan amatlah dekat. Berdasarkanpeninjauan :

Peninjauan dari Obyek Material

Dilihat dari obyek material ilmu, maka obyek material ilmu pertanian tercakup

dalam obyek material sosiologi pedesaan karena masyarakat pertanian khususnyakegiatan usaha taninya ada di dalam lingkungan/kawasan masyarakat pedesaan.

Peninjauan dari Pengembangan Analisis

Ilmu pertanian khususnya bidang sosial ekonomi pertanian banyak menggunakanhasil analisis sosiologi pedesaan dan pertanian untuk menjelaskan gejala-gejala ataukejadian-kejadian berkaitan

Page 26: bsosped.docx

dengan perilaku masyarakat pertanian sehubungandiperkenalkannya hal-hal baru/inovasi di bidang usaha pertanian.Sebaliknya sosiologi pedesaan dan pertanian banyak mendapatkan sumbanganpemikiran dari ilmu pertanian ketika perilaku masyarakat pertanian harus dibahas darisegi relasinya dengan alam (kondisi geografis, iklim, tanaman dan lain sebagainya).

BAB IIIKESIMPULAN

Sosiologi berperan penting dalam kehidupan masyarakat. Dalam sosiologi terdapatsosiologi pedesaan dan sosiologi pertanian,serta hampir disamakan, tetapi ini hanya berlaku jika penduduk desa terutama hidup dari pertanian saja. Semakin sedikit kehidupan penduduk di desa ditandai oleh kegiatan pertanian, semakin pantas sosiologi pertanian dipisahkan darisosiologi pedesaan. Ruang lingkup sosiologi pertanian mencangkup keseluruhan penduduk yang bertani tanpa memperhatikan jenis tempat tinggalnya. Pada intinya, sosiologi pertaniansangat penting karena pertanian menyediakan kebutuhan dasar dalam melangsungkan hidup