Upload
dana-chan
View
297
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Budaya Indonesia
Tari tradisional, bagian dari budaya daerah yang menyusun kebudayaan nasional Indonesia
Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.
Kebudayaan nasional
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
“Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bagi Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199
”Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggal ikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”
Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan bangsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.
Wujud kebudayaan daerah di Indonesia
Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.
Rumah adat
Rumah gadang, rumah adat sumatera barat
Aceh: Rumoh Aceh Sumatera Barat: Rumah Gadang Sumatera Selatan: Rumah Limas Jawa: Joglo Papua: Honai Sulawesi Selatan: Tongkonang (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa
(Makassar Gowa) Sulawesi Tenggara: Istana buton Sulawesi Utara: Rumah Panggung Kalimantan Barat: Rumah Betang Nusa Tenggara Timur: Lopo Maluku: Balieu (dari bahasa Portugis)
Tarian
Tarian Pakarena di pulau Selayar di masa Hindia Belanda
Jawa: Bedaya, Kuda Lumping, Reog Bali: Kecak, Barong/ Barongan, Pendet Maluku: Cakalele, Orlapei, Katreji Aceh: Saman, Seudati Minangkabau: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Randai, Tari Lilin Betawi: Yapong Sunda: Jaipong, Tari Topeng
Tari jaipong, Tarian daerah Jawa Barat
Timor NTT: Likurai, Bidu, Tebe, Bonet, Pado'a, Rokatenda, Caci Batak Toba & Suku Simalungun: Tortor Sulawesi Selatan: Tari Pakkarena, Tarian Anging Mamiri, Tari Padduppa, Tari 4 Etnis Sulawesi Tengah: Dero Gorontalo : Tari Saronde , Tari Elengge ,Tari Dana-Dana ,Tari Polopalo ,Tari Pore-
Pore Pesisir Sibolga/Tapteng: Tari Sapu Tangan , Tari Adok , Tari Anak , Tari Pahlawan ,
Tari Lagu Duo , Tari Perak , Tari Payung Riau: Persembahan, Zapin, Rentak Bulian, Serampang Dua Belas Lampung: Bedana, Sembah, Tayuhan, Sigegh, Labu Kayu Irian Jaya: ( Musyoh, Selamat Datang ) Nias: Famaena
Lagu
Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung, Keroncong Kemayoran, Surilang, Terang Bulan
Maluku: Rasa Sayang-sayange, Ayo Mama, Buka Pintu, Burung Tantina, Goro-Gorone, Huhatee, Kole-Kole, Mande-Mande, Ole Sioh, O Ulate, Sarinande, Tanase
Melayu: Tanjung Katung Aceh: Bungong Jeumpa, Lembah Alas, Piso Surit Kalimantan Selatan: Ampar-Ampar Pisang, Paris Barantai, Saputangan Bapuncu
Ampat
Nusa Tenggara Timur: Anak Kambing Saya, Oras Loro Malirin, Sonbilo, Tebe Onana, Ofalangga, Do Hawu, Bolelebo, Lewo Ro Piring Sina, Bengu Re Le Kaju, Aku Retang, Gaila Ruma Radha, Desaku, Flobamora, Potong Bebek Angsa
Sulawesi Selatan: Angin Mamiri, Pakarena, Sulawesi Parasanganta, Ma Rencong Sumatera Utara: Anju Ahu, Bungo Bangso, Cikala Le Pongpong, Bungo Bangso,
Butet, Dago Inang Sarge, Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, Nasonang Dohita Nadua, Rambadia, Sengko-Sengko, Siboga Tacinto, Sinanggar Tulo, Sing Sing So, Tapian Nauli
Papua/Irian Barat: Apuse, Yamko Rambe Yamko Sumatera Barat: Ayam Den Lapeh, Barek Solok, Dayung Palinggam, Kambanglah
Bungo, Kampuang Nan Jauh Di Mato, Ka Parak Tingga, Malam Baiko, Kampuang nan Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang, Rang Talu
Jambi: Batanghari, Soleram Jawa Barat: Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Karatagan Pahlawan, Manuk
Dadali, Panon Hideung, Peuyeum Bandung, Pileuleuyan, Tokecang Kalimantan Barat: Cik-Cik Periuk Sumatera Selatan: Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Gending Sriwijaya, Kabile-bile, Tari
Tanggai Banten: Dayung Sampan Sulawesi Utara: Esa Mokan, O Ina Ni Keke, Si Patokaan, Sitara Tillo Jawa Tengah: Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul Pacul, Ilir-ilir, Jamuran, Bapak
Pucung, Yen Ing Tawang Ono Lintang, Stasiun Balapan Nusa Tenggara Barat: Helele U Ala De Teang, Moree, Orlen-Orlen, Pai Mura Rame,
Tebe Onana, Tutu Koda Kalimantan Timur: Indung-Indung Jambi: Injit-Injit Semut, Pinang Muda, Selendang Mayang Kalimantan Tengah: Kalayar Jawa Timur: Keraban Sape, Tanduk Majeng Bengkulu: Lalan Belek Bali: Mejangeran, Ratu Anom Sulawesi Tenggara: Peia Tawa-Tawa Yogyakarta: Pitik Tukung, Sinom, Suwe Ora Jamu, Te Kate Dipanah Sulawesi Tengah: Tondok Kadadingku, Tope Gugu Sulawesi Barat: Bulu Londong, Malluya, Io-Io, Ma'pararuk Gorontalo: Hulondalo li Pu'u , Bulalo Lo Limutu , Wanu Mamo Leleyangi
Musik
Jakarta: Keroncong Tugu. Maluku: Melayu: Hadrah, Makyong, Ronggeng Minangkabau: Aceh: Makassar: Gandrang Bulo, Sinrilik Pesisir Sibolga/Tapteng: Sikambang
Alat musik
Gamelan
Jawa: Gamelan, Kendang Jawa. Nusa Tenggara Timur: Sasando, Gong dan Tambur, Juk Dawan, Gitar Lio. Gendang Bali Gendang Simalungun Gendang Melayu Gandang Tabuik Sasando Talempong Tifa Saluang Rebana Bende Kenong Keroncong Serunai Jidor Suling Lembang Suling Sunda Dermenan Saron Kecapi Bonang Angklung Calung Kulintang Gong Kemada Gong Lambus Rebab Tanggetong Gondang Batak Kecapi Kesok-Kesok
Gambar
Jawa: Wayang.
Tortor: Batak
Patung
Jawa: Patung Buto, patung Budha. Bali: Garuda. Irian Jaya: Asmat.
Pakaian
Jawa: Batik. Sumatra Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong. Sumatra Utara, Sibolga: Anak Daro & Marapule. Sumatra Barat/ Melayu: Sumatra SelatanSongket Lampung: Tapis Sasiringan Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur Bugis - MakassarBaju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu Papua Timur : Manawou Papua Barat : Ewer NTT:
Suara
Jawa: Sinden. Sumatra: Tukang cerita. Talibun: (Sibolga, Sumatera Utara) Gorontalo: (Dikili)
Sastra/tulisan
Jawa: Babad Tanah Jawa, karya-karya Ronggowarsito. Bali: karya tulis di atas Lontar. Sumatra bagian timur (Melayu): Hang Tuah Sulawesi Selatan Naskah Tua Lontara Timor Ai Babelen, Ai Kanoik
Makanan
Timor: Jagung Bose, Daging Se'i, Ubi Tumis. Sumatera bagian Barat: Sate Padang Sumatera bagian Selatan: Pempek Palembang Jogjakarta: Gado-Gado Gorontalo: Binde Biluhuta
Kebudayaan Modern Khas Indonesia
Musik Dangdut: Elvie Sukaesih, Rhoma Irama.
Film Indonesia: "Daun di Atas Bantal" (1998) yang mendapat penghargaan Film terbaik di "Asia Pacific Film Festival" di Taipei.
Sastra: Pujangga Baru.
Daftar danau di IndonesiaBerikut ini adalah daftar danau di Indonesia:
Danau Letak provinsi
Danau Airhitam Sumatera Selatan
Danau Aneuklaot Aceh
Danau Anggi Giji Papua
Danau Anggi Gita Papua
Danau Bambenan Kalimantan Tengah
Danau Bangkau Kalimantan Selatan
Danau Batu Bali
Danau Batu Jai Nusa Tenggara Barat
Danau Bekuan Kalimantan Barat
Danau Belida Kalimantan Barat
Danau Biru Papua
Danau Bitin Kalimantan Selatan
Danau Beratan Bali
Danau Buyan Bali
Danau Cembulu Kalimantan Tengah
Danau Danau Sulawesi Utara
Danau Dendam Tak Sudah Bengkulu
Danau Diatas Sumatera Barat
Danau Dibawah Sumatera Barat
Danau Dipacampat Jambi
Danau Emas Bengkulu
Danau Ganting Kalimantan Tengah
Danau Gatel Kalimantan Tengah
Danau Genali Kalimantan Barat
Danau Jembawan Sumatera Selatan
Danau Jempang Kalimantan Timur
Danau Jepara Lampung
Danau Kalimutu Telaga Tiga Warna Nusa Tenggara Timur
Danau Kawah Ijen Jawa Timur
Danau Kawah Kelut Jawa Timur
Danau Kenamfui Kalimantan Tengah
Danau Kerinci Sumatera Barat
Danau Laut Realoih Aceh
Danau Laut Tawar Aceh
Danau Limboto Gorontalo
Danau Limut Kalimantan Tengah
Danau Lindu Sulawesi Tengah
Danau Linouw Sulawesi Utara
Danau Lubuk Deling Sumatera Selatan
Danau Mahalona Sulawesi Selatan
Danau Maninjau Sumatera Barat
Danau Matana Sulawesi Selatan
Danau Matur Kalimantan Tengah
Danau Melintang Kalimantan Timur
Danau Mepara Kaflmantan Tengah
Danau Moat Sulawesi Utara
Danau Pacai Jawa Timur
Danau Pangkalan Jawa Barat
Danau Paninai Papua
Danau Poso Sulawesi Tengah
Danau Ranau batas provinsi Lampung dan Sumatera Selatan
Danau Rawa Dano Jawa Barat
Danau Rawa Kelindingan Jawa Timur
Danau Rawa Pening Jawa Tengah
Danau Raya Kalimantan Tengah
Danau Rombebai Papua
Danau Segara Anak NTB
Danau Semayang Kalimantan Timur
Danau Sembuluh Kalimantan Tengah
Danau Sentani Papua
Danau Sentarum Kalimantan Barat
Danau Sidenreng Sulawesi Selatan
Danau Singkarak Sumatera Barat
Danau Sipin Jambi
Danau Situ Bagendit Jawa Barat
Danau Situ Cileunca Jawa Barat
Danau Situ Langkung Jawa Barat
Danau Situ Lengkong Jawa Barat
Danau Situ Sipanunjang Jawa Barat
Danau Tage Papua
Danau Tambara Nusa Tenggara Barat
Danau Tamblingan Bali
Danau Tang Kalimantan Barat
Danau Telaga Menjer Jawa Tengah
Danau Telaga Patenggang Jawa Barat
Danau Telaga Sarangan Jawa Timur
Danau Teloko Sumatera Selatan
Danau Tempe Sulawesi Selatan
Danau Terusan Kalimantan Tengah
Danau Tes Bengkulu
Danau Tete Kalimantan Tengah
Danau Ti Bi Papua
Danau Toba Sumatera Utara
Danau Tondano Sulawesi Utara
Danau Tonjidat Papua
Danau Wanayasa Jawa Barat
Danau Towuti Sulawesi Selatan
Danau Yamur Papua
Danau Yawasi Papua
Danau Ranu Pakis Jawa Timur
Danau Ranu Klakah Jawa Timur
Danau Ranu Bedali Jawa Timur
Danau Ranu Gumbolo Jawa Timur
Topik Indonesia Sejarah Nusantara
Prasejarah · Kerajaan Hindu-Buddha · Kerajaan Islam · Era Portugis · Era VOC · Era Belanda · Era Jepang · Era Kemerdekaan
Sejarah Indonesia
Sejarah nama Indonesia · Proklamasi · Masa transisi · Era Orde Lama (Dekrit Presiden · Demokrasi Terpimpin · Gerakan 30 September) · Era Orde Baru (Supersemar · Integrasi Timor Timur · Gerakan 1998) · Era reformasi
Geografi Bendungan & Waduk · Danau · Fauna · Flora · Gunung · Gunung berapi · Pegunungan · Pulau · Selat · Sungai · Taman nasional · Terumbu karang ·
Titik-titik garis pangkal
Politik dan pemerintahan
Pemerintah · Presiden · Kementerian · MPR · DPR · DPD · MA · MK · BPK · Perwakilan di luar negeri · Kepolisian · Militer · Lembaga pemerintahan · Administratif · Provinsi · Kabupaten/Kota · Hubungan luar negeri · Hukum · Undang-Undang · Pemilu · Partai politik · Kewarganegaraan Indonesia
Ekonomi Perusahaan · Pariwisata · Transportasi · Pasar modal · Bank · BUMN · BEI
Demografi Suku · Bahasa · Agama · Nama Indonesia
BudayaArsitektur · Seni · Film · Masakan · Tari · Mitologi · Pendidikan · Sastra · Media · Musik · Hari penting · Olahraga · Busana daerah · Lagu
Simbol Sang Saka Merah Putih · Garuda Pancasila · Ibu Pertiwi
LainnyaBandar udara · Tokoh · Telekomunikasi · Bunga · Tanda kehormatan · Kode telepon · Pembangkit listrik · Televisi nasional · Telev
Suku BetawiBetawiJumlah populasi3 juta (sensus 2000)Kawasan dengan jumlah penduduk yang signifikanJakarta: 2.3 jutaBahasaBetawi, IndonesiaAgamaIslam dan Kristen (minoritas)Kelompok etnis terdekatBanten, Jawa, Sunda, Melayu
Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antar etnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa.
Istilah Betawi
Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan Melayunya. Kata Betawi sebenarnya berasal dari kata "Batavia," yaitu nama kuno Jakarta yang diberikan oleh Belanda.
Sejarah
Diawali oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam Kerajaan Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran. Selain orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa, dari berbagai pulau Indonesia Timur, dari Malaka di semenanjung Malaya, bahkan dari Tiongkok serta Gujarat di India.
Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab, MA memperkirakan, etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis sejarawan Australia, Lance Castle. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi.
Rumah Bugis di bagian utara Jl. Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun 1690. Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah Kota. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moor, orang Jawa dan Sunda, orang Sulawesi Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon dan Banda, dan orang Melayu.
Suku Betawi
Pada tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak 778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu.
Antropolog Universitas Indonesia lainnya, Prof Dr Parsudi Suparlan menyatakan, kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, atau orang Rawabelong.
Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin, tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Baru pada waktu itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni golongan orang Betawi.
Ada juga yang berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup masyarakat campuran dalam benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda tapi juga mencakup penduduk di luar benteng tersebut yang disebut masyarakat proto Betawi. Penduduk lokal di luar benteng Batavia tersebut sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.
Selain itu, perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan Sunda) dengan bangsa Portugis pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong.
Setelah kemerdekaan
Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), Jakarta dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi dalam arti apapun juga tinggal sebagai minoritas. Pada tahun 1961, 'suku' Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Walaupun sebetulnya, ’suku’ Betawi tidaklah pernah tergusur atau digusur dari Jakarta, karena proses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsung dan melalui proses panjang itu pulalah ’suku’ Betawi hadir di bumi Nusantara.
Seni dan kebudayaan
Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.
Suku Betawi sebagai penduduk asli Jakarta agak tersingkirkan oleh penduduk pendatang. Mereka keluar dari Jakarta dan pindah ke wilayah-wilayah yang ada di provinsi Jawa Barat dan provinsi Banten. Budaya Betawi pun tersingkirkan oleh budaya lain baik dari Indonesia maupun budaya barat. Untuk melestarikan budaya Betawi, didirikanlah cagar budaya di Situ Babakan.
Bahasa
Sifat campur-aduk dalam dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.
Ada juga yang berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar Batavia juga dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah, Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.
Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan dari Batavia). Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik[1] yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.
Musik
Dalam bidang kesenian, misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab, Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab, dan Tanjidor yang berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong.
Tari
Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. contohnya tari japong, Cokek dan lain-lain.Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tiongkok, seperti tari Jaipong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.
Cerita rakyat
Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen atau si jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal "keras". Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman kolonial. creita lainnya ialah Mirah dari Marunda, Murtado Macan Kemayoran, Juragan Boing dan yang lainnya.
Senjata tradisional
Senjata khas Jakarta adalah bendo atau golok yang bersarungkan terbuat dari kayu.
Kepercayaan
Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.
Profesi
Di Jakarta, orang Betawi sebelum era pembangunan orde baru, terbagi atas beberapa profesi menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Semisal di kampung Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan lain-lain). Dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan
pendidik semisal K.H. Djunaedi, K.H. Suit, dll. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.
Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran di mana tanah tidak sesubur Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai disana semisal Ji'ih teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda dulu, meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustadz, dan profesi pedagang eceran juga kerap dilakoni.
Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena saat itu Ganefonya Bung Karno menyebabkan warga Betawi eksodus ke Tebet dan sekitarnya untuk "terpaksa" memuluskan pembuatan kompleks olahraga Gelora Bung Karno yang kita kenal sekarang ini. Karena asal-muasal bentukan etnis mereka adalah multikultur (orang Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi masing-masing kaum disesuaikan pada cara pandang bentukan etnis dan bauran etnis dasar masing-masing.
Perilaku dan sifat
Asumsi kebanyakan orang tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil. Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi Bowo yang menjadi Gubernur Jakarta saat ini .
Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta.
Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat Betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri (baca : Jakarta). Namun tetap ada optimisme dari masyarakat Betawi generasi mendatang yang justru akan menopang modernisasi tersebut.
Tokoh Betawi
Benyamin Sueb, seniman Betawi legendaris.
Muhammad Husni Thamrin - pahlawan nasional Ismail Marzuki - pahlawan nasional, seniman Ridwan Saidi - budayawan, politisi Bokir - seniman lenong Nasir - seniman lenong Benyamin Sueb - artis Nazar Ali - artis Mandra - artis Omaswati - artis Mastur - artis Mat Solar - artis Fauzi Bowo - Gubernur DKI Jakarta (2007 - 2012) K.H. Noerali - pahlawan nasional, ulama SM Ardan - sastrawan Mahbub Djunaidi - sastrawan Firman Muntaco - sastrawan K.H. Abdullah Syafe'i - ulama K.H. Abdul Rasyid Abdullah Syafe'i - ulama Tutty Alawiyah A.S. - mubalighat, tokoh pendidik, mantan menteri K.H. Zainuddin M.Z. - ulama Deddy Mizwar - aktor, sutradara, tokoh perfilman Nawi Ismail - sutradara, tokoh perfilman Hasan Wirayuda - mantan menteri luar negeri Ichsanuddin Noorsy - pengamat sosial-ekonomi, mantan anggota DPR/MPR Helmy Adam - sutradara Zen Hae - sastrawan, Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta Zaidin Wahab - pengarang, wartawan Surya Saputra - aktor, penyanyi Abdullah Ali - mantan Dirut BCA Alya Rohali - artis, mantan Putri Indonesia Abdul Chaer - pakar linguistik, dosen UNJ J.J. Rizal - sejarawan, penulis, pelaku penerbitan Wahidin Halim - Walikota Tangerang Ussy Sulistyowati - artis Urip Arfan - aktor, penyanyi Akrie Patrio - komedian Yahya Andy Saputra - pengarang Balyanur Marga Dewa - pengarang [[Bundari A.M.] - arsitek, penulis Suryadharma Ali - Menteri Agama
Chairil Gibran Ramadhan - sastrawan Warta Kusuma - mantan pesepak bola nasional Mohammad Robby - pesepak bola nasional Suryani Motik - tokoh IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) Edy Marzuki Nalapraya - mantan Wagub DKI, tokoh IPSI (Ikatan Pencak Silat
Indonesia) [[Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH. - guru besar Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah— Provinsi —
Lambang
Peta lokasi Sulawesi Tengah
Negara IndonesiaHari jadi 13 April 1964 (hari jadi)Dasar hukum UU No. 13/1964
Ibu kota Palu
Koordinat3º 30' LS - 1º 50' LU119º 0' - 124º 20' BT
Pemerintahan
- GubernurMayjen TNI (Purn). H. Bandjela Paliudju
- Wakil Gubernur
H. Achmad Yahya, S.E., M.B.A.
- Sekretaris Daerah
Drs. Rais Lamangkona, MT
Luas - Total 68.089,83 km2
Populasi (2010)[1]
- Total 2.633.420 - Kepadatan 38,7/km²Demografi - Suku bangsa Kaili (20%), Bugis (14%)
- AgamaIslam (76.6%), Protestan (17.3%), Katolik (3.2%), Hindu (2.7%), Budha (0.16%)
- BahasaBahasa Indonesia, Pamona, Mori, Kaili dan lain-lain
Zona waktu WITAKabupaten 9Kota 1Kecamatan 79Desa/kelurahan 1.423
Lagu daerahTananggu Kaili, Tondok Kadadingku, Rano Poso, Wita Mori
Situs web www.sulteng.go.id
Sulawesi Tengah adalah sebuah provinsi di Indonesia yang beribukotakan Palu.
Sejarah
Wilayah provinsi Sulawesi Tengah sebelum jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda merupakan sebuah Pemerintahan Kerajaan yang terdiri atas 15 kerajaan di bawah kepemimpinan para raja yang selanjutnya dalam sejarah Sulawesi Tengah dikenal dengan julukan Tujuh Kerajaan di Timur dan Delapan Kerajaan di Barat.
Semenjak tahun 1905, wilayah Sulawesi Tengah seluruhnya jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda, dari Tujuh Kerajaan di Timur dan Delapan Kerajaan di Barat, kemudian oleh Pemerintah Hindia Belanda dijadikan Landschap-landschap atau Pusat-pusat Pemerintahan Hindia Belanda yang meliputi, antara lain:
1. Poso Lage di Poso2. Lore di Wianga
3. Tojo di Ampana4. Pulau Una-una di Una-una5. Bungku di Bungku6. Mori di Kolonodale7. Banggai di Luwuk8. Parigi di Parigi9. Moutong di Tinombo10. Tawaeli di Tawaeli11. Banawa di Donggala12. Palu di Palu13. Sigi/Dolo di Biromaru14. Kulawi di Kulawi15. Tolitoli di Tolitoli
Dalam perkembangannya, ketika Pemerintahan Hindia Belanda jatuh dan sudah tidak berkuasa lagi di Sulawesi Tengah serta seluruh Indonesia, Pemerintah Pusat kemudian membagi wilayah Sulawesi Tengah menjadi 3 (tiga) bagian, yakni:
1. Sulawesi Tengah bagian Barat, meliputi wilayah Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Pembagian wilayah ini didasarkan pada Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi.
2. Sulawesi Tengah bagian Tengah (Teluk Tomini), masuk Wilayah Karesidenan Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1919, seluruh Wilayah Sulawesi Tengah masuk Wilayah Karesidenen Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1940, Sulawesi Tengah dibagi menjadi 2 Afdeeling yaitu Afdeeling Donggala yang meliputi Tujuh Onder Afdeeling dan Lima Belas Swapraja.
3. Sulawesi Tengah bagian Timur (Teluk Tolo) masuk Wilayah Karesedenan Sulawesi Timur Bau-bau.
Tahun 1964 dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1964 terbentuklah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah yang meliputi empat kabupaten yaitu Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan Kabupaten Buol Tolitoli. Selanjutnya Pemerintah Pusat menetapkan Propinsi Sulawesi Tengah sebagai Provinsi yang otonom berdiri sendiri yang ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan selanjutnya tanggal pembentukan tersebut diperingati sebagai Hari Lahirnya Provinsi Sulawesi Tengah.
Dengan perkembangan Sistem Pemerintahan dan tutunan Masyarakat dalam era Reformasi yang menginginkan adanya pemekaran Wilayah menjadi Kabupaten, maka Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan melalui Undang-undang Nomor 11 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol, Morowali dan Banggai Kepulauan. Kemudian melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2002 oleh Pemerintah Pusat terbentuk lagi 2 Kabupaten baru di Provinsi Sulawesi Tengah yakni Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Tojo Una-Una. Kini berdasarkan pemekaran wilayah kabupaten, provinsi ini terbagi menjadi 10 daerah, yaitu 9 kabupaten dan 1 kota.
Sulawesi Tengah juga memiliki beberapa sungai, diantaranya sungai Lariang yang terkenal sebagai arena arung jeram, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Juga terdapat danau yang menjadi obyek wisata terkenal yakni Danau Poso dan Danau Lindu.
Sulawesi Tengah memiliki beberapa kawasan konservasi seperti suaka alam, suaka margasatwa dan hutan lindung yang memiliki keunikan flora dan fauna yang sekaligus menjadi obyek penelitian bagi para ilmuwan dan naturalis.
Ibukota Sulawesi Tengah adalah Palu. Kota ini terletak di Teluk Palu dan terbagi dua oleh Sungai Palu yang membujur dari Lembah Palu dan bermuara di laut.
Pemerintahan
Kabupaten dan Kota
No. Kabupaten/Kota Ibu kota1 Kabupaten Banggai Luwuk2 Kabupaten Banggai Kepulauan Banggai3 Kabupaten Buol Buol4 Kabupaten Donggala Donggala5 Kabupaten Morowali Bungku6 Kabupaten Parigi Moutong Parigi7 Kabupaten Poso Poso8 Kabupaten Tojo Una-Una Ampana9 Kabupaten Toli-Toli Toli-Toli10 Kabupaten Sigi Sigi Biromaru11 Kota Palu -
Daftar gubernur
No. Foto Nama Dari Sampai Keterangan
1.Anwar Gelar Datuk Madjo Basa Nan Kuning
13 April 1964 13 April 1968
2. Kol. Mohammad Yasin 13 April 1968 April 1973
3.Brigjen Albertus Maruli Tambunan
April 197328 September 1978
4. Brigjen Moenafri, SH28 September 1978
22 Oktober 1979
5.Kol. R. H. Eddy Djadjang Djajaatmadja
22 Oktober 1979
22 Oktober 1980
6. Mayjen H. Eddy SabaraNovember 1980
Februari 1981Pejabat Gubernur
7. Drs. H. Ghalib Lasahido19 Desember 1981
Februari 1986
8. Abdul Aziz Lamadjido, SH Februari 198616 Februari 1996
9.Mayjen TNI (Purn). H. Bandjela Paliudju
16 Februari 1996
20 Februari 2001
periode pertama
10.Prof. (Em) Drs. H. Aminuddin Ponulele, M.S.
20 Februari 2001
2006
11. Gumyadi 200624 Maret 2006
Penjabat Gubernur
12.Mayjen TNI (Purn). H. Bandjela Paliudju
24 Maret 2006
sekarang periode kedua
Perwakilan di Jakarta
Anggota DPR dari Provinsi Sulawesi Tengah
1. Syarifuddin Sudding, SH. MH. dari Partai Hati Nurani Rakyat2. Ir. H. Rendy Lamadjido dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan3. Akbar Zulfakar Sipanawa dari Partai Keadilan Sejahtera4. Murad U. Nasir dari Partai Golongan Karya5. Muhidin M. Said, SE. MBA. dari Partai Golongan Karya6. Verna Gladies Merry Inkiriwang dari Partai Demokrat
Anggota DPD dari Provinsi Sulawesi Tengah
Nurmawati Dewi Bantilan, SE. H. Sudarto, SH. Ahmad Syaifullah Malonda, SH. Shaleh Muhammad Aljufri, MA.
Demografi
Penduduk asli Sulawesi Tengah terdiri atas 15 kelompok etnis atau suku, yaitu:
1. Etnis Kaili berdiam di kabupaten Donggala dan kota Palu2. Etnis Kulawi berdiam di kabupaten Donggala3. Etnis Lore berdiam di kabupaten Poso4. Etnis Pamona berdiam di kabupaten Poso5. Etnis Mori berdiam di kabupaten Morowali6. Etnis Bungku berdiam di kabupaten Morowali7. Etnis Saluan atau Loinang berdiam di kabupaten Banggai8. Etnis Balantak berdiam di kabupaten Banggai9. Etnis Mamasa berdiam di kabupaten Banggai10. Etnis Taa berdiam di kabupaten Banggai11. Etnis Bare'e berdiam di kabupaten Touna12. Etnis Banggai berdiam di Banggai Kepulauan13. Etnis Buol mendiami kabupaten Buol14. Etnis Tolitoli berdiam di kabupaten Tolitoli15. Etnis Tomini mendiami kabupaten Parigi Moutong16. Etnis Dampal berdiam di Dampal, kabupaten Tolitoli17. Etnis Dondo berdiam di Dondo, kabupaten Tolitoli18. Etnis Pendau berdiam di kabupaten Tolitoli19. Etnis Dampelas berdiam di kabupaten Donggala
Disamping 13 kelompok etnis, ada beberapa suku hidup di daerah pegunungan seperti suku Da'a di Donggala, suku Wana di Morowali, suku Seasea dan Suku Ta' di Banggai dan suku Daya di Buol Tolitoli. Meskipun masyarakat Sulawesi Tengah memiliki sekitar 22 bahasa yang saling berbeda antara suku yang satu dengan yang lainnya, namun masyarakat dapat berkomunikasi satu sama lain menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa pengantar sehari-hari.
Selain penduduk asli, Sulawesi Tengah dihuni pula oleh transmigran seperti dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Suku pendatang yang juga banyak mendiami wilayah Sulawesi Tengah adalah Bugis, Makasar dan Toraja serta etnis lainnya di Indonesia sejak awal abad ke 19 dan sudah membaur. Jumlah penduduk di daerah ini sekitar 2.128.000 jiwa yang mayoritas beragama Islam, lainnya Kristen, Hindu dan Budha. Tingkat toleransi beragama sangat tinggi dan semangat gotong-royong yang kuat merupakan bagian dari kehidupan masyarakat.
Pertanian merupakan sumber utama mata pencaharian penduduk dengan padi sebagai tanaman utama. Kopi, kelapa, kakao dan cengkeh merupakan tanaman perdagangan unggulan daerah ini dan hasil hutan berupa rotan, beberapa macam kayu seperti agatis, ebony dan meranti yang merupakan andalan Sulawesi Tengah.
Masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan diketuai oleh ketua adat disamping pimpinan pemerintahan seperti Kepala Desa. Ketua adat menetapkan hukum adat dan denda berupa kerbau bagi yang melanggar. Umumnya masyarakat yang jujur dan ramah sering mengadakan upacara untuk menyambut para tamu seperti persembahan ayam putih, beras, telur serta tuak yang difermentasikan dan disimpan dalam bambu.
Budaya
Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama.
Karena banyak kelompok etnis mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara etnis tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Mereka yang tinggal di pantai bagian barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian timur pulau Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado, terlihat dari dialek daerah Luwuk dan sebaran suku Gorontalo di kecamatan Bualemo yang cukup dominan.
Ada juga pengaruh dari Sumatera Barat seperti nampak dalam dekorasi upacara perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain warisan zaman Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Donggala Kodi, Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang merupakan teknik spesial yang bermotif Bali, India dan Jepang masih dapat ditemukan.
Sementara masyarakat pegunungan memiliki budaya tersendiri yang banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Meski demikian, tradisi, adat, model pakaian dan arsitektur rumah berbeda dengan Toraja, seperti contohnya ialah mereka menggunakan kulit beringin sebagai pakaian penghangat badan. Rumah tradisional Sulawesi Tengah terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang dan hanya memiliki satu ruang besar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan Tambi merupakan rumah tempat tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung padi yang disebut Gampiri.
Buya atau sarung seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan keraba semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa. Baju banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut. Daster atau sarung sutra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip di pinggang melengkapi pakaian adat.
Kesenian
Musik dan tarian di Sulawesi Tengah bervariasi antara daerah yang satu dengan lainnya. Musik tradisional memiliki instrumen seperti suling, gong dan gendang. Alat musik ini lebih berfungsi sebagai hiburan dan bukan sebagai bagian ritual keagamaan. Di wilayah beretnis Kaili sekitar pantai barat - waino - musik tradisional - ditampilkan ketika ada upacara kematian. Kesenian ini telah dikembangkan dalam bentuk yang lebih populer bagi para pemuda sebagai sarana mencari pasangan di suatu keramaian. Banyak tarian yang berasal dari kepercayaan keagamaan dan ditampilkan ketika festival.
Tari masyarakat yang terkenal adalah Dero yang berasal dari masyarakat Pamona, kabupaten Poso dan kemudian diikuti masyarakat Kulawi, kabupaten Donggala. Tarian dero khusus ditampilkan ketika musim panen, upacara penyambutan tamu, syukuran dan hari-hari besar tertentu. Dero adalah salah satu tarian dimana laki-laki dan perempuan berpegangan tangan dan membentuk lingkaran. Tarian ini bukan warisan leluhur tetapi merupakan kebiasaan selama pendudukan jepang di Indonesia ketika Perang Dunia II.
Agama
Penduduk Sulawesi Tengah sebagian besar memeluk agama Islam. Tercatat 72.36% penduduknya memeluk agama Islam, 24.51% memeluk agama Kristen dan 3.13% memeluk agama Hindu serta Budha. Islam disebarkan di Sulawesi Tengah oleh Datuk Karamah, seorang ulama dari Sumatera Barat dan diteruskan oleh Al Alimul Allamah Al-Habib As Sayyed Idrus bin Salim Al Djufri, seorang guru pada sekolah Alkhairaat dan juga diusulkan sebagai Pahlawan nasional. Salah seorang cucunya yang bernama Salim Assegaf Al Jufri menduduki jabatan sebagai Menteri Sosial saat ini.
Agama Kristen pertama kali disebarkan di kabupaten Poso dan bagian selatan Donggala oleh missioner Belanda, A.C Cruyt dan Adrian.
lklim
Garis khatulistiwa yang melintasi semenanjung bagian utara di Sulawesi Tengah membuat iklim daerah ini tropis. Akan tetapi berbeda dengan Jawa dan Bali serta sebagian pulau Sumatera, musim hujan di Sulawesi Tengah antara bulan April dan September sedangkan musim kemarau antara Oktober hingga Maret. Rata-rata curah hujan berkisar antara 800 sampai 3.000 milimeter per tahun yang termasuk curah hujan terendah di Indonesia.
Temperatur berkisar antara 25 sampai 31° Celsius untuk dataran dan pantai dengan tingkat kelembaban antara 71 sampai 76%. Di daerah pegunungan suhu dapat mencapai 16 sampai 22' Celsius.
Flora dan Fauna
Sulawesi merupakan zona perbatasan unik di wilayah Asia Oceania, dimana flora dan faunanya berbeda jauh dengan flora dan fauna Asia yang terbentang di Asia dengan batas Kalimantan, juga berbeda dengan flora dan fauna Oceania yang berada di Australia hingga Papua dan Pulau Timor. Garis maya yang membatasi zona ini disebut Wallace Line, sementara kekhasan flora dan faunanya disebut Wallacea, karena teori ini dikemukakan oleh Wallace seorang peneliti Inggris yang turut menemukan teori evolusi bersama Darwin. Sulawesi memiliki flora dan fauna tersendiri. Binatang khas pulau ini adalah anoa yang mirip kerbau, babirusa yang berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, tersier, monyet tonkena Sulawesi, kuskus marsupial Sulawesi yang berwarna-warni yang merupakan varitas binatang berkantung serta burung maleo yang bertelur pada pasir yang panas.
Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh kayu agatis yang berbeda dengan Sunda Besar yang didominasi oleh pinang-pinangan (spesies rhododenron). Variasi flora dan fauna merupakan obyek penelitian dan pengkajian ilmiah. Untuk melindungi flora dan fauna, telah ditetapkan taman nasional dan suaka alam seperti Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam Morowali, Cagar Alam Tanjung Api dan terakhir adalah Suaka Margasatwa di Bangkiriang.
Senjata Tradisional
Senjata tradisional masyarakat Sulawesi Tengah adalah Parang (Guma).