Upload
warung-jersey
View
32
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DAFTAR ISI
Bab I PENDAHULUAN
Bab II METODE BUDIDAYA
1. Pembenihan
1.1 Persiapan kolam
1.2 Pemeliharaan induk
1.3 Seleksi induk
1.4 Pemijahan
2. Pembesaran
2.1 Pembesaran pada kolam tanah
2.2 Pembesaran pada karamba jaring apung
2.3 Pemeliharaan dan pengelolaan
3. Panen
BAB I
PENDAHULUAN
Perikanan Budidaya di Indonesia merupakan salah satu komponen yang penting di sektor
perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya dalam menunjang persediaan pangan nasional,
penciptaan pendapatan dan lapangan kerja serta mendatangkan penerimaan negara dari ekspor.
Perikanan budidaya juga berperan dalam mengurangi beban sumber daya laut. Di samping itu
perikanan budidaya dianggap sebagai sektor penting untuk mendukung perkembangan ekonomi
pedesaan.
Besarnya kontribusi perikanan budidaya dan penangkapan ikan air tawar terhadap total
produksi ikan nasional sebesar 29,1%. Total produksi perikanan budidaya meningkat 20,14% per
tahun dari 1.076.750 ton pada tahun 2001 menjadi 2.163.674 ton di tahun 2005. Peningkatan ini
merupakan dampak dari inovasi teknologi, pertambahan areal dan ketersediaan benih ikan yang
berkualitas. Pada tahun 2005, total produksi nasional dari budidaya ikan sebesar 2,16 juta ton
(Made L. Nurjana).
Menurut Made L. Nurjana (2006), perikanan budidaya air tawar dimulai sejak jaman
penjajahan Belanda dengan penebaran benih ikan karper/ikan mas (Cyprinus carpio) di kolam
halaman rumah di Jawa Barat, pada pertengahan abad 19. Praktek perikanan budidaya ini
kemudian menyebar ke bagian lain Pulau Jawa, pada awal abad 20. Namun demikian baru pada
akhir 1970 an terjadi peningkatan produksi yang luar biasa dari budidaya ikan air tawar. Adanya
pengenalan teknologi baru dalam perikanan memberikan kontribusi pada ketersediaan benih
yang dihasilkan dan perkembangan pakan ikan. Spesies yang umum dibudidayakan adalah ikan
karper/ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niloticus) dan gurami (Osphronemus
goramy).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan spesies yang berasal dari kawasan Sungai
Nil dan danau-danau sekitarnya di Afrika. Bentuk tubuh memanjang, pipi kesamping dan warna
putih kehitaman. Jenis ini merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak dibudidayakan
setelah Ikan Mas (Cyrprinus Carpio) dan telah dibudidayakan di lebih dari 85 negara. Saat ini,
ikan ini telah tersebar ke Negara beriklim tropis dan subtropics, sedangkan pada wilayah
beriklim dingi tidak dapat hidup dengan baik.
Nila disukai oleh kalangan karena mudah dipelihara, dapat dikonsumsi oleh segala
lapisan serta rasa daging yang enak dan tebal. Tekstur daging Ikan Nila memiliki ciri tidak ada
duri kecil dalam dagingnya. Apabila dipelihara di tambak akan lebih kenyal, dan rasanya lebih
gurih, serta tidak berbau lumpur. Oleh karena itu, Ikan Nila layak untuk digunakan sebagai
bahan baku dalam industry fillet dan bentuk-bentuk olahan lain. Ekspor Nila dari Indonesia
umumnya dalam bentuk frozen fille (600 g) dan surimi. Bibit Nila didatangkan ke Indonesia
secara resmi oleh Balai Peneliti perikanan Air Tawar (Balitkanwar) dari Taiwan pada tahun
1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini kemudian disebarluaskan kepada
petani di seluruh Indonesia.
Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur
Jenderal Perikanan. Pada tahun 1980-1990, Nila Merah diintrodusir masuk dari Taiwan dan
Filipina oleh Perusahaan Aquafarm. Pada tahun 1994, Balitkanwar kembali mengintroduksi Nila
GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) strai G3 dari Filipina dan Nila Citralada dari
Thailand. Secara genetic Nila GIFT telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan
produktivitas yang lebih tinggi dibandinggkan dengan jenis ikan Nila lain. Tahun 2000, salah
satu perusahaan swasta nasional, CP Prima mengintrodusir Nila Merah NIFI dan Nila GET dan
Filipina tahun 2001.
Pada tahun 2002, BBAT Jambi memasukan Nila JICA dari Jepang dan Nila Merah
Citralada dari Thailand. Nila dapat memanfaatkan plankton dan perifiton, serta dapat mencerna
Blue Green Algae. Nila umumnya matang kelamin mulai umur 5-6 bulan. Ukuran matang
kelamin berkisar 30-350 g. Rasio betina : jantan berkisat antara (2-5) : 1, keberhasilan pemijahan
berkisar 20-30% per minggu dengan jumlah telur antara 1-4 butir/gram induk. Kelulushidupan
(Survival Rate-SR) dari telur menjadi benih (ukuran < 5 gram) dapat mencapai 70-90%. SR
fingerling menjadi ikan konsumsi berkisar 500-600 g dapat mencapai 70-98%. Nila menpunyai
pertumbuhan cepat, rataan pertumbuhan harian (Average Daily Growth-ADG) dapat mencapai
4,1 gram/hari. Nila mempunyai sifat omnivora (pemakan nabati maupun hewani), sehingga
usaha budidayanya sangat efisien dengan biaya pakan yang rendah. Nilai Food Convertion Ratio
(FCR) cukup baik, berkisar 0.8-1.6. Artinya, 1 kilogram Nila konsumsi dihasilkan dari 0.8-1.6
KG pakan, sebagai berbandingan nilai efisiensi pakan atau konversi pakan (FCR), ikan Nila yang
dibudidayakan di tambak atau keramba jarring apung adalah 0.5-1.0; sedangkan ikan Mas sekitar
2.2-2.8.
Pertumbuhan Ikan Nila jantan dan betina dalam satu populasi kan selalu jauh berbeda,
karena Nila jantan 40% lebih cepat dari pada Nila betina. Nila betina, jika sudah mencapai
ukuran 200 g pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan
pesat. Hal ini akan menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi. Beberapa waktu lalu,
telah ditemukan teknologi proses jantanisasi; yaitu membuat populasi ikan jantan dan betina
maskulin melalui sexreversal; dengan cara pemberian hormone 17 Alpa methyltestosteron
selama perkembangan larva sampai umur 17 hari. Saat ini teknologi sex reversal telah
berkembang melalui hibridisasi antarjenis tertentu untuk dapat menghasilkan induk jantan super
dengan kromosom YY; sehingga jika dikawinkan dengan betina kromosom XX akan
menghasilkan anakan jantan XY.
Pembenihan ikan Nila dapat dilakukan secara missal di perkolaman secara terkontrol
dalam bak-bak beton. Pemijahan secara missal ternyata lebih efisien, karena biaya yang
dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hamper sama.
Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di Keramba Jaring Apung (KJA), kolam, kolam air deras,
perairan umun baik sungai, danau maupun waduk dan tambak. Budidaya Nila secara monokultur
di kolam rata-rata produksinya adalah 25.000 kg/ha/panen, di keramba jaring apung 1.000
kg/unit/panen (200.000 kg/ha/penen), dan ditambak sebanyak 15.000 kg/ha/panen. Budidaya
Ikan Nila di tambak, pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan di kolam atau di jaring apung.
Nila ukuran 5- 8 cm yang dibudidayakan di tambak selama 2.5 bulan dapat mencapai 200 g.
sedangkan di kolam untuk mencapai ukuran yang sama diperlukan waktu 4 bulan.
Nila merupakan jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara luas di Indonesia.
Teknologi budidayanya sudah di kuasai dengan tingkat produksi yang cukup tinggi. Jenis ikan
Nila yang telah berkembang di masyarakat adalah Nila Hitam dan Nila Merah. Dalam rangka
perbaikan genetik, jenis yang telah berhasil dikembangkan adalah Nila GESIT, Nila JICA, Nila
LARASTI, Nila BEST, Nila NIRWANA, Nila JATIMBULAN. Peluang pasar Ikan Nila cukup
besar baik di pasar lokal maupun ekspor. Kebutuhan pasar dalam negeri untuk ikan nila
umumnya berukuran dibawah 500 gram/ekor, dengan harga berkisar antara Rp.
11.000-15.000/kg untuk wilayah Jawa dan Sumatera , sedangkan untuk wilayah timur Indonesia
mencapai Rp. 20.000-30.000/kg. kebutuhan pasar ekspor umumnya dalam bentuk fillet dengan
harga berkisar Rp. 30.000-40.000/kg dengan Negara tujuan ekspor yaitu Amerika Serikat, Eropa,
Timur Tengah, dan Hongkong. Untuk mendapatkan 1 kg fillet Nila, dibutuhkan 3 ekor ikan nila
segar.
Oleh karena itu upaya pengembangan usaha budidaya Nila masih terbuka untuk
dikembangkan dalam berbagai skala usaha. Makanan yang diperoleh larva tidak lah banyak
karena dengan bukamnya yang kecil, otomastis pakannya pun harus lebih kecil. Hewan asing
juga dapat menghambat kelangsungan hidup larva. Dengan ukurang yang kecil, larva dapat
dengan mudah dimakan oleh ikan yang lebih besar, bahkan oleh sejenisnya sendiri. Hal ini
terjadi karena ketika cadangan makanan yang terdapat dalam tubuhnya ataupun pakan alami
tidak dapat mencukupi mereka, mereka akan bersifat kanibal, yaitu memakan sejenis (Effendi
2004).
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak
tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan
oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air
disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan
hijau kecokelatan. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat
kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut
piring secchi (secchi disc). Kecerahan air yang baik untuk di kolam ataupun tambak adalah
antara 20-35 cm dari permukaan. Berdasarkan debit air untuk kolam air tenang yaitu 8-15
liter/detik/ha. Sehingga tercipta kondisi perairan tenang dan bersih, Hal ini karena ikan nila tidak
dapat berkembang biak dengan baik di air arus yang terlalu deras (Sugiarto 1988).
Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan
keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8. Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 0C. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil (Sugiarto 1988).
BAB II
TINAJAUN PUSTAKA
1. PEMBENIHAN
1.1 PERSIAPAN KOLAM
Persiapan kolam untuk kegiatan pemijahan ikan nila antara lain peneplokan/perapihan
pematang agar pematang tidak bocor, meratakan dasar kolam dengan kemiringan mengarah ke
kemalir, membersihkan bak kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan paralon, pemasangan
saringan di pitu pemasukan serta pengisian kolam dengan air.
Jenis kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan nila yaitu kolam tanah dengan jenis
tanah bertekstur liat atau liat berpasir. Kedalaman kolam sebaiknya berkisar antara 0,5-1 m.
Kedalaman ini berperan dalam menentukan tingkat kesuburan kolam dimana kedalaman kolam
berpengaruh pada masuknya sinar matahari yang berperan pada proses fotosintesis tumbuhan
dalam air, sehingga menyebabkan tersedianya makanan alami bagi ikan di dalam kolam. Pada
kolam sebaiknya memiliki saluran pemasukan dan pengeluaran air. agar mudah mengatur
sirkulasi air di kolam.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum dilakukan pengisian air pada kolam :
Kolam dikeringkan dan dijemur selama 4-7 hari atau sampai tanah dasar kolam retak-
retak. Hal ini berguna untuk membasmi hama dan bibit-bibit penyakit.
Pemberian kapur ( dolomit ) pada kolam dengan dosis 10-25 gr/m2. Tujuannya adalah
untuk membasmi bibit-bibit penyakit yang masih terdapat di dasar kolam dan
meningkatkan pH air.
Pemupukan kolam. Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang maupun pupuk buatan
( bisa digantikan TON ). Hal ini perlu karena sifat ikan nila yang menyukai pakan
plankton. Pupuk kandang paling baik diberikan pada awal persiapan kolam dengan dosis
250 gr/m3. Setelah kolam diisi air selanjutnya diberikan pupuk anorganik berupa urea
dan TSP dengan dosis masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2.
Pengisian air kolam. Sumber air dapat berasal dari sungai, danau, mata air atau air
sumur. Untuk pengisian pertama, kolam diisi air hingga ketinggian 5-10 cm dan
dibiarkan selama 3-4 hari. Hal ini berguna untuk tumbuhnya makanan alami di kolam.
Selanjutnya di kolam diisi penuh dan dilanjutkan dengan pemupukan menggunakan
pupuk anorganik (kimia)
Keterangan :
A. Panjang kolam
B. Lebar kolam
C. Dasar kolam
D. Kemalir
E. Kobakan
F. Outlet kolam
G. Outlet kobakan
H. Inlet kolam
Gambar 1. Penampang Kolam Pemijahan Ikan Nila
1.2 PEMELIHARAAN INDUK
Pemberian pakan adalah 3% dari bobot biomas untuk lima hari pertama pemijahan dan 2
– 2,5% untuk lima hari berikutnya sampai panen larva. Penurunan dosis pemberian pakan ini
disesuaikan dengan kondisi bahwa sebagian induk betina sedang mengerami telur dan larva.
Pakan yang diberikan harus cukup mengandung protein (28 – 30 %).
Selama pemijahan debit air diatur dalam dua tahap, yakni 5 hari pertama lebih besar dan
5 hari kedua lebih kecil. Debit air dalam 5 hari pertama adalah dalam rangka meningkatkan
kandungan oksigen dalam air, memacu nafsu makan induk disamping mengganti air yang
menguap. Dengan demikian air yang mengalir ke kolam terlimpas ke luar kolam melalui saluran
pengeluaran. Sedangkan untuk 5 hari kedua debit air hanya dimaksudkan untuk mengganti air
yang terbuang melalui penguapan sedemikian rupa tanpa melimpaskan air ke kolam. Hal ini
untuk menghindari hanyutnya larva juga menghindari limpasnya pakan alami yang terdapat di
kolam pemijahan, sebagai makanan awal bagi larva.
Ciri induk yang baik memiliki organ tubuh yang lengkap tanpa ada cacat sedikit pun.
Induk-induk yang dipilih berukuran 100 gram ke atas. Dalam pemilihan induk jantan dan betina
ini diperlukan kecermatan sebaik mungkin.
Ciri induk betina: Memiliki tiga lubang urogenital yaitu, lubang anus, lubang genital
papilla sebagai keluarnya telur, lubang ketiga lubang urin.Ciri induk jantan: Memiliki dua lubang
urogenital, lubang pertama anus dan lubang kedua sebagai keluarnya urin dan sperma, lubang
kedua berbentuk agak menonjol dan meruncing.
Induk jantan ikan nila bisa dikatakan matang jika sudah berumur 4-5 bulan dengan berat
120-180 gram, dengan ciri fisik seluruh tubuhnya berwarna hitam kecuali warna putih pada
bagian dagu dan merah cerah pada ujung sirip punggung.
Sedangkan induk betina memiliki ciri fisik berwarna keabu-abuan, dan pada individu
yang lebih besar, biasanya muncul sedikit warna merah pada ujung sirip ekor. Dan induk betina
yang matang pada bagian perutnya membesar (tempat telur), agak lembek, dan lubang saluran
telur merah dan membengkak.
Pakan induk Nila adalah pakan buatan dapat berupa pellet dengan kadar protein 28-35%
dengan kendungan lemeak tidak lebih dan 3%. Pada pemeliharaan induk, pembentukan telur
pada ikan memerlukan bahan protein yang cukup di dalam pakannya sehinga perlu pula
ditambahkan vitamin E dan C yang berasal dan taoge dan daun-daunan/sayuran yang diris-iris.
Banyaknya pelat sebagai pakan induk kira-kira 3% berat biomassa par hari. Agar
diketahui berat bio massa, maka diambil sempel 10 ekor ikan, ditimbang, dan dirata ratakan
beratnya. Berat rata-rata yang diperoleh dikalikan dengan jumlah seluruh ikan di kolam. Sebagai
contoh, berat rata-rata ikan 220 gram, jumlah ikan 90 ekor maka barat biomassa 220 x 90 =
19.800 garam. Jumlah ransum per han 3% x 19.800 gram = 594 gram. Rensum ini diberikan 2-3
kali sehari. Bahan pakan yang banyak mengandung lemak separti bungkil kacang dan bungkil
kelapa tidak baik untuk induk ikan, terlebih jika barang tersebut sudah barbau tengik. Dedak
halus dan bekatul boleh diberikan sebagai pakan. Bahan pakan seperti itu juga berfungsi untuk
menambah kesuburan kolam.
1.3 SELEKSI INDUK
Untuk menghasilkan benih yang baik dipilih induk yang benar-benar matang gonad.
Matang gonad pada ikan Nila Betina adalah kondisi ikan yang sudah siap untuk dikawinkan
(dipijahkan) yang ditandai oleh diameter telur yang sudah mencapai ukuran 2,5 mm – 3,1 mm.
pada ikan jantan, ditandai oleh sperma yang berwarna putih dan kental.
Cara menentukan kematangan gonad ikan jantan dilakukan dengan mengurut perut ikan
ke arah anus. Ikan jantan yang telah matang kelamin akan mengeluarkan cairan kental berwarna
bening dan di sekitar perut sampai kepala bagian bawah berwarna merah.
Cara menentukan kematangan gonad ikan betina dilakukan dengan meraba bagian perut
dan pengamatan bagian anus. Ikan betina yang telah matang gonad ditunjukkan dengan telur
berwarna kuning kehijauan, bagian perut melebar, lunak kalau diraba, bagian anus menonjol dan
kemerahan. Pengambilan telur secara kanulasi.
Induk Jantan Induk Betina
Gambar 2 . Perbedaan induk betina dan induk jantan kelamin
Adapun kriteria induk yang siap dipijahkan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi Induk Nila
Kriteria SatuanJenis kelamin
Jantan Betina
Umur Bulan 6 – 8 6 – 8
Panjang total cm 16 – 25 14 – 20
Bobot tubuh gr 400 – 600 300 – 450
Fekunditas Butir / ekor - 1000 – 2000
Diameter telur mm - 2,5 – 3,1
1.4 PEMIJAHAN
Pemijahan dilakukan secara alami. Jumlah induk dalam satu populasi pemijahan secara
masal disebut satu paket. Satu paket induk berjumlah 400 ekor yang terdiri dari 100 ekor jantan
dan 300 ekor betina. Dengan induk sejumlah ini diharapkan dapat menghambat laju silang dalam
dan memungkinkan keturunannya dapat dijadikan induk kembali setelah melalui kegiatan
seleksi.
Penebaran induk dilakukan pada pagi hari saat suhu udara dan air masih rendah. Padat
tebar induk adalah 1 ekor/m2, sehingga satu paket induk sebanyak 400 ekor memerlukan lahan
untuk pemijahan seluas 400 m2.
Satu periode pemijahan berlangsung selama 10 hari untuk dapat dilakukan pemanenan
larva. Proses pemijahan sendiri dapat berlangsung selama delapan periode pemijahan dengan
delapan kali pemanenan larva, tanpa harus mengangkat induk. Setelah akhir periode, induk
diangkat dari kolam pemijahan dan dipelihara secara terpisah antara jantan dan betina untuk
pematangan gonadselama 15 hari. Selanjutnya paket induk tersebut dimasukkan kembali ke
dalam kolam pemijahan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Selanjutnya paket induk tersebut dimasukkan kembali kedalam kolam pemijahan yang
telah dipersiapkan sebelumnya.
Ikan nila dapat dipijahkan secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon), semi
buatan (dengan pemberian rangsangan hormon dengan proses ovulasi secara alamiah),
dan buatan (dengan pemberian rangsangan hormon dengan proses ovulasi dan
pembuahan dilakukan secara butan).
Rangsangan agar induk dapat memijah dapat dilakukan dengan cara manipulasi
lingkungan seperti pengeringan kolam, pengaliran air baru dan pemberian lumpur pada
dasar kolam atau dengan cara hormonal/teknik hipofisasi.
Setelah induk ikan betina memijah maka di dalam kolam yang telah disterilisai, induk-
induk ikan tersebut diberi kejutan agar segera mengeluarkan telur yang dierami di dalam
mulutnya ke media wadah.
Telur ditetaskan ditempatkan dalam media wadah dan induk dikembalikan kedalam
kolam pemijahan.
Persiapan produksi larva dilakukan dengan mengeringkan dasar kolam selama kurang
lebih 3 hari. Lubang-lubang pada pematang kolam ditimbun dengan tanah. Pengapuran
diperlukan untuk memperbaiki dan pH tanah dan mematikan bibit penyakit maupun hama ikan.
Pemupukan dilakukan untuk menyediakan makanan alami ikan bagi benih yang baru menetas.
Selanjutnya, kolam diairi hingga air mencapai ketinggian 50-70 cm. Proses produksi larva
dilakukan dengan pemeliharaan induk. Proses pemijahan alami pada suhu air berkisar 25-30
derajat celcius , keaseman (pH) 6.5-7.5, dan ketinggian air 0.6-1m. pemasukan induk ikan ke
dalam kolam dilakukan pada padi dan sore hari karena suhu tidak tinggi, dan untuk menjaga agar
induk tidak stress, induk dimasukkan satu persatu. Induk jantan akan mulai menggali sarang
induk jantan segera memburu induk betina pelepas telur oleh induk betina, yang dengan cepat
dibuahi oleh induk jantan dengan cara menyemprotkan spermanya. Selesai pemijahan, induk
betina menghisap telur-telur yang telah dibuahi untuk dierami di dalam mulutnya. Induk jantan
akan meninggalkan induk betina, membuat sarang dan kawin lagi. Anakan yang telah keluar dari
mulut induk segera dipanen dan dipisahkan tersendiri pada bak pemeliharaan larva. Panen benih
sudak boleh dilakukan dengan menggunakan serokan/waring dan ditampung dalam
ember/baskom untuk dipindahkan ke kolam pendederan. Penangkapan sebaiknya dilakukan pada
pagi hari di saat benih biasanya berkumpul di permukaan air. Bila matahari makin tinggi dan
suhu air meningkat biasanya benih akan berada di bagian dasar kolam mencari tempat yang
sejuk.Penangkapan biasanya beberapa kali dan membutuhkan waktu 2 jam. Masamasa kritis
berkisar 10 hari, karena benih sangat rentan mengalami kematian, sehingga pemeliharaan harus
dilakukan secara hati-hati. Kualitas air media pemeliharaan anakan diatur pada suhu 25 – 30 0C,
keasaman (pH) 6,5 – 7,5 ketinggian air media 0,6 – 1 m dalam kolam pemeliharaan dengan
kapasitas luasan berkisar 500 m2. Padat tebar larva berkisar 150 ekor per m2 dengan waktu
pemeliharaan 10 hari. Ukuran panen 1 – 3 cm dengan bobot 1 gram.
Pemeliharaan benih dilakukan pada suhu 30 – 32 0C, keasaman (pH) 6,5 – 7,5 ketinggian
air media 20 – 30 cm dalam wadah pemeliharaan dengan kapasitas 500 m2. Ukuran benih tebar 1
– 3 cm, bobot 1 gram dengan padat tebar larva 50 – 75 ekor per m2. Waktu pemeliharaan 20 hari
dengan ukuran panen 3 – 5 cm dan bobot 2,5 gram.
Pendederan dilakukan pada suhu 30 – 32 0C, keasaman (pH) 6,5 – 7,5 ketinggian air
media 20 – 50 cm dalam wadah pemeliharaan dengan kapasitas 500 m2.Ukuran benih tebar 3 – 5
cm dengan bobot 2,5 gram. Padat tebar larva 50 ekor per m2.
Waktu pemeliharaan 30 hari, dengan ukuran panen 5 – 8 cm dan bobot 5 gr. Kedalaman
perairan kolam untuk pendederan nila di kolam tanah adalah 50 – 70 cm. Pakan benih berupa
pakan buatan dengan kadar protein berkisar 30% . Persiapan kolam pendederan dilakukan
dengan jalan mengeringkan kolam, pengapuran dan pemupukan dengan pupuk kandang ataupun
pupuk buatan. Pupuk kandang diberikan sebagai pupuk dasar dengan dosis 1 kg/m2. Nila sangat
menyukai pakan alami berupa plankton, sehingga tujuan pemupukan susulan agar plankton dapat
bertahan hidup dengan baik. Pupuk yang digunakan harus mengandung unsur fosfor dan nitrogen
maka dianjurkan untuk menggunakan pupuk DSP (Double Superphosphat) atau TSP (Triple
Superphospat) dan urea.
Untuk kolam seluas 200 m2 dosis pupuk yang diperlukan 2 kg DSP atau TSP dan 2 kg
urea. Pupuk diberikan setelah kolam terisi air. Pupuk buatan dimasukkan ke dalam kantong-
kantong kecil yang diberi lubang kecil, kemudian diikatkan pada sebatang bilah bambu dan
ditancapkan pada dasar kolam. Dengan demikian, pupuk tersebut akan menggantung, terendam
air dan akan larut sedikit demi sedikit. Cara pemupukan seperti ini dilakukan untuk menghindari
terikatnya unsur-unsur kimia dari pupuk terutama fosfat oleh kompleks humus dalam lumpur.
2. Pembesaran
2.1 Pembesaran Pada kolam Tanah
Usaha pembesaran Nila dapat dilakukan pada dataran rendah sampai agak tinggi sampai
dengan 500 m dari permukaan laut (dpl). Sumber air tersedia sepanjang tahun dengan kualitas air
tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kedalaman air minimal 5 meter dari dasar jarring pada saat surut terendah, kekuatan arus 20 – 40
cm/detik. Persyaratan kualitas air untuk pembesaran ikan nila adalah pH air antara 6,5 – 8,6,
suhu air berkisar antara 25 – 30 0C. Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/l,kadar garam air 0 – 28 ppt,
dan Ammoniak (NH3) kurang dari 0,02 ppm.Persyaratan lokasi pemeliharaan pada kolam atau
tambak sebagai berikut :
a) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lembung, tidak
berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor
sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam;
b) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3 – 5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi;
c) Kualitas air untuk pemeliharaan Ikan Nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak
Tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Air yang kaya
plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak
mengandung Diatomae. Tingkat kecerahan air dapat diukur dengan alat yang disebut
piring secchi (secchi disc). Pada kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20
– 30 cm;
d) Debit air untuk kolam air tenang 8 – 15 liter/detik; Setidaknya, dua minggu sebelum
dipergunakan kolam harus dipersiapkan dengan baik. Dasar kolam dikeringkan, dijemur
beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan, dicangkul dan diratakan. Tanggul dan pintu
air diperbaiki jangan sampai terjadi kebocoran, saluran air diperbaiki agar pasokan air
menjadi lancar. Saringan dipasang pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah
dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas hama. Untuk itu, dapat
digunakan kapur tohor sebanyak 100 – 300 kg/ha atau kapur pertanian dengan dosis 500
– 1.000 kg/ha. Setelah itu, pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam,
dengan dosis 1 – 2 ton/ha. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di depan pintu air
pemasukan, agar bila air dimasukkan, maka dapat tersebar secara merata. Setelah
semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5 – 10 cm dan dibiarkan 2 – 3 hari agar
terjadi mineralisasi tanah dasar kolam. Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman 75 –
100 cm. Kolam siap untuk ditebari bibit ikan hasil pendederan jika fitoplankton telah
terlihat tumbuh dengan baik.
Fitoplankton yang tumbuh dengan baik ditandai dengan perubahan warna air kolam
menjadi kuning kehijauan. Jika diperhatikan, pada dasar kolam juga mulai banyak terdapat
organisme renik yang berupa kutu air, jentik-jentik serangga, cacing, anak-anak siput dan
sebagainya. Selama pemeliharaan ikan, ketinggian air kolam diatur sedalam 75 – 100 cm.
Pemupukan susulan harus dilakukan 2 minggu sekali, yaitu pada saat makanan alami sudah
mulai habis.
Pupuk susulan menggunakan pupuk organik sebanyak 500 kg/ha. Pupuk itu dibagi
menjadi empat dan masing-masing dimasukkan ke dalam karung, dua buah di kiri dan dua buah
di sisi kanan aliran air masuk. Dapat pula ditambahkan bebrapa karung kecil yang diletakkan di
sudut-sudut kolam. Urea dan TSP masing-masing sebanyak 30 kg/ha diletakkan di dalam
kantong plastik yang diberi lubang-lubang kecil agar pupuk dapat larut sedikit demi sedikit.
Kantong pupuk tersebut digantungkan sebatang bambu yang dipancangkan di dasar kolam, posisi
terendam tetapi tidak sampai ke dasar kolam.
Pada sistem pemeliharaan intensif atau teknologi maju, pemeliharaan dapat dilakukan di
kolam atau tambak air payau dan pengairan yang baik. Pergantian air dapat dilakukan sesring
mungkin sesuai dengan tingkat kepadatan ikan. Volume air yang diganti setiap hari sebanyak
20% atau bahkan lebih. Pada usaha intensif, benih Nila yang dipelihara harus tunggal kelamin,
dan jantan saja. Pakan yang diberikan juga harus bermutu, dengan ransum hariannya 30% dan
berat biomassa ikan per hari. Makanan sebaiknya berrupa pelet yang berkadar protein berkisar
30%, dengan kadar lemak 6 – 8%.
Pemberian pakan sebaiknya dilakukan oleh teknisnya sendiri dapat diamati nafsu makan
ikan-ikan itu. Pakan yang diberikan kiranya dapat habis dalam waktu 5 menit. Jika pakan tidak
habis dalam waktu 5 menit berarti ikan mendapat gangguan, seperti serangan penyakit,
perubahan kualitas air, udara panas, terlalu sering diberikan pakan.
2.2 Pembesaran Pada Karamba Jaring Apung (KJA)
Wadah untuk pembesaran di Karamba Jaring Apung (KJA) umumnya berukuran 4x4x3
m3. Spesifikasi KJA sebagai berikut :
Pelampung: bahan styrofoam atau drum, bentuk silindris, jumlah pelampung minimal 8
buah/jaring;
Tali jangkar: bahan polyetiline (PE), panjang 1,5 kali kedalaman perairan, jumlah 5
utas/jaring, diameter 0.75 inci;
Jangkar: bahan besi/blok beton/batu, bentuk segi empat, berat minimal 40 kg/buah,
jumlah 5 buah/jaring;
Jaring: bahan polyetiline (PE 210 D/12), ukuran mata jaring 1 inci, warna hijau, ukuran
jaring (7x7x2,5 m3).
Luas peruntukan areal pemasangan jaring maksimal 10% dari luas potensi perairan atau
1% dari luas perairan waktu surut terendah dan jumlah luas jaring maksimal 10% dari
luas areal peruntukan pemasangan jaring.
Sebagai upaya sterilisasi, sebelum ditebar, benih direndam dalam larutan Kalium
Pemanganat konsentrasi 4 – 5 ppm selama kurang lebih 15 – 30 menit. Adaptasi suhu dilakukan
agar suhu dilakukan agar suhu pada kemasan ikan sama suhu di KJA dengan cara merendam
wadah kemasan benih ke KJA selama 1 (satu) jam. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada
pagi hari agar ikan tidak mengalami stres atau kematian akibat perbedaan suhu tersebut. Benih
yang ditebar berukuran 5 – 8 cm, berat 30 – 50 gram dengan padat tebar 50 – 70 ekor/m3. Pakan
digunakan untuk pembesaran ikan nila adalah lambit, pembersih jaring, pengukur kualitas air
(termometer, sechsi disk, kertas lakmus), peralatan lapangan (timbangan, hapa, waring, ember,
alat panen, dll), dan sampan.
Lama pemeliharaan adalah 4 bulan dengan tingkat kelangsungan hidup/Survival Rate
9SR0 80%. Pakan yang diberikan berupa pelet apung dengan dosis 3 – 4% dari bobot total ikan.
Frekuensi pemberiannya, 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore dengan rasio konversi pakan
(FCR) 1,3. Panen dapat dilakukan berdasarkan permintaan pasar, namun umumnya ukuran panen
pada kisaran 500 gram/ekor.
Panen dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi resiko kematian ikan.
Penanganan panen dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar. Hal yang
perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup dan segar antara
lain:
1) Pengangkutan menggunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 0C;
2) Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari:
3) Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
2.3 Pemeliharaan dan Pengelolaan
a) Pengelolaan Air
Pengelolaan air bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang optimal bagi ikan nila
agar tetap bisa hidup dan tumbuh maksimal
Prinsip pengelolaan air adalah memasukkan bahan yang bermanfaat (terutama O2 ) dan
mengatur kebutuhan ke dalam sistem produksi dan membuang bahan yang tidak bermanfaat
bahkan membahayakan (seperti feses, NH3, NO2, CO2) ke luar sistem produksi
Monitoring kualitas air secara rutin : Oksigen, suhu, pH, salinitas kecerahan dan warna
air.Pengelolaan air meliputi : aerasi, pergantian air, pemupukan, pengaturan ketinggian air 4 – 8
ekor/m2.
b) Pengendalian Hama dan Penyakit
Pemberantasan hama secara mekanis, dan kimiawi Pencegahan seperti penyiapan lahan
sebelum pemeliharaan secara seksama, penggunaan saringan di inlet, pemasangan pagar
pengaman dan peningkatan intensitas pengamatan secara langsung di tambak Penyakit pada ikan
disebabkan oleh serangan mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan virus
Dalam kondisi fisiologis yang prima, keberadaan mikroorganisme tersebut di tubuh dan
media hidup ikan tidak menyebabkan penyakit. Dalam kondisi stress, ikan dengan mudah dapat
diserang sehingga menimbulkan gejala sakit
Cara pengobatan ikan sakit : perendaman, oral (melalui makanan), penyuntikan dan oles
Antibiotik : oksitetrasiklin, teramisin, furazolidon, formalin, malasit hijau, metilen biru,
dsb.Penanganan penyakit yang paling baik adalah pencegahan yakni menghilangkan/mengurangi
keberadaan stresor dalam tambak
c) Pengelolaan Pakan
Dalam usaha pembesaran ikan diharuskan tumbuh hingga mencapai ukuran pasar .Untuk
mencapai ukuran pasar, ikan harus makan tidak sekedar untuk mempertahankan kondisi tubuh,
tetapi juga untuk menumbuhan jaringan otot atau daging.
Pengelolaan pakan meliputi : jenis pakan, jumlah pakan (feeding rate), ukuran pakan,
frekuensi dan waktu pemberian pakan, jadwal pemberian pakan dan FCR
Selama masa pemeliharan ikan nila diberi pakan 3 – 5 % per hari dari total berat
tubuhnya dengan kandungan protein minimal 25 %.
3. PANEN
Dalam pemanenan ikan ada 2 tahap yang perlu diperhatikan,yaitu :
Penjebakan
Penjebakan adalah proses pengambilan ikan sebelum proses pembedahan,dengan tujuan
mengurangi resiko kematian ikan pada saat proses pembedahan ikan ( pengeringan kolam ikan )
Jadi pada proses pembedahan kolam ikan yang tersisa di kolam tinggal sedikit atau hanya
sisanya saja.Proses penjebakan ikan menggunakan waring penjebakan,,pasang waring
penjebakan 3 – 4 hari sebelum penjebakan ini dimaksudkan supaya ikan ngumpul saat proses
pengangkatan jebakan dan hasil pengangkatan jebakan bisa maksimal dan sisa ikan dikolam
tinggal sedikit.
Penyimpanan ikan
Pada proses ini,penyimpanan ikan bertujuan untuk mengurangi resiko ikan supaya tidak
stres pada proses pengemasan/pengepakan ikan dan memberok ikan ( memberok ikan yaitu
membiarkan ikan membuang kotoran supaya dalam proses pengemasan ikan dalam balon ikan
tidak mengeluarkan kotoran,sehingga tidak terjadi proses pembusukan (amoniak tidak timbul).
Dan apabila telah telah disimpan selama satu hari ikan siap untuk di pak atau dikemas
dalam balon ( satu hari penyimpanan adalah cara paling bagus untuk ikan )