23
1 SAMBUTAN DIREKTUR Puisi bukan segalanya, namun segalanya bisa berawal dari sana! Puji syukur, selalu tercurahkan kepada Tuhan yang memberikan segala nikmat kepada kita, sehingga Lomba Baca Puisi Tingkat Nasional yang diselenggarakan Forum Muda Cendekia (Formaci) Jawa Tengah berjalan sebagaimana mestinya. Semua nikmat, termasuk nikmat berpuisi adalah anugerah dari Tuhan yang tak bisa dibeli dengan recehan. Agenda lomba ini merupakan momentum penting untuk menjaga spirit pemuda dan masyarakat untuk mengenang dan menjalankan amanat pahlawan lewat ruh berpuisi. Penyelenggara, Forum Muda Cendekia (Formaci) Jateng mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu agenda nasional ini. Puisi merupakan suatu katarsis dalam menyemai jiwa kepahlawanan. Ia bagai cahaya mercusuar yang selalu menggeliatkan harapan. Dengan digelarnya lomba baca puisi ini, diharapkan akan lahir generasi cerdas, bermoral dan bermartabat di hadapan Tuhan dan manusia. Jika ada ide bergerak melebihi kecepatan cahaya, itulah revolusi. Jika ada puisi melaju melebihi roda waktu, itulah wujud revolusi. Semua usaha, ikhtiar dan gerakan revolusioner ini tak sekadar ritual, liturgi dan sakramen. Mengapa? Lomba baca ini merupakan salah satu gerakan revolusioner menjalankan amanat pahlawan. Semoga itu hadir dari lomba puisi tingkat nasional ini. Amin. Semarang, 1 September 2014 Hamidulloh Ibda Direktur Utama Formaci Jateng

BUKU PANDUAN PUISI TERBARU.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    SAMBUTAN DIREKTUR

    Puisi bukan segalanya, namun segalanya bisa berawal dari sana!

    Puji syukur, selalu tercurahkan kepada Tuhan yang memberikan

    segala nikmat kepada kita, sehingga Lomba Baca Puisi Tingkat

    Nasional yang diselenggarakan Forum Muda Cendekia (Formaci) Jawa

    Tengah berjalan sebagaimana mestinya. Semua nikmat, termasuk

    nikmat berpuisi adalah anugerah dari Tuhan yang tak bisa dibeli

    dengan recehan.

    Agenda lomba ini merupakan momentum penting untuk menjaga spirit pemuda dan

    masyarakat untuk mengenang dan menjalankan amanat pahlawan lewat ruh berpuisi.

    Penyelenggara, Forum Muda Cendekia (Formaci) Jateng mengucapkan banyak terima

    kasih kepada semua pihak yang membantu agenda nasional ini.

    Puisi merupakan suatu katarsis dalam menyemai jiwa kepahlawanan. Ia bagai cahaya

    mercusuar yang selalu menggeliatkan harapan. Dengan digelarnya lomba baca puisi ini,

    diharapkan akan lahir generasi cerdas, bermoral dan bermartabat di hadapan Tuhan

    dan manusia.

    Jika ada ide bergerak melebihi kecepatan cahaya, itulah revolusi. Jika ada puisi melaju

    melebihi roda waktu, itulah wujud revolusi. Semua usaha, ikhtiar dan gerakan

    revolusioner ini tak sekadar ritual, liturgi dan sakramen. Mengapa? Lomba baca ini

    merupakan salah satu gerakan revolusioner menjalankan amanat pahlawan. Semoga itu

    hadir dari lomba puisi tingkat nasional ini. Amin.

    Semarang, 1 September 2014

    Hamidulloh Ibda Direktur Utama Formaci Jateng

  • 2

    SAMBUTAN PANITIA

    Tidak ada yang puitis, kecuali mengenang jasa pahlawan.

    Salam sejahtera tercurahkan kepada kita semua.

    Sesuatu akan menjadi indah, jika dilakukan dengan spirit

    kepahlawanan. Demikian juga dalam Lomba Baca Puisi Nasional oleh

    Forum Muda Cendekia Jawa Tengah ini, semua akan indah jika

    dilakukan dengan menjalankan ruh pahlawan.

    Indonesia akan besar, jika rakyatnya masih mengenang,

    menjalankan, dan menghargai jasa-jasa pahlawan. Mereka merebut kemerdekaan

    dengan perjuangan berdarah-darah melawan penjajah. Akankah kita hanya diam tanpa

    kata? Tentu tidak.

    Lomba Baca Puisi Tingkat Nasional ini merupakan salah satu gerakan melawan

    penjajahan dalam bentuk apa saja. Kita sering lupa, bahwa bangsa yang besar adalah

    yang mengangungkan budaya dan sastranya.

    Kami panitia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, yang membantu

    terlaksananya Lomba Baca Puisi Nasional ini. Semoga langkah dan gerak kita selalu

    dalam lindungan Tuhan. Amin.

    Semarang, 1 September 2014

    M Kholil Syaroni Ketua Panitia Lomba Baca Puisi Nasional Formaci Jawa Tengah

  • 3

    PEDOMAN PELAKSANAAN

    LOMBA BACA PUISI TINGKAT NASIONAL FORUM MUDA CENDEKIA (FORMACI) JAWA TENGAH

    A. PEDOMAN UMUM

    1. Lomba Baca Puisi Tingkat Nasional ini bertajuk Mengenang Perjuangan

    Pahlawan melalui Seni. Kegiatan ini merupakan agenda besar yang digawangi

    Forum Muda Cendekia (Formaci) Jawa Tengah atas kerjasama beberapa instansi,

    lembaga dan semua kalangan yang berminat di dunia sastra.

    2. Lomba ini bertujuan memberikan apresiasi bagi para pahlawan melalui seni puisi,

    memberikan ruang bagi masyarakat untuk berkompetisi secara positif,

    menghayati perjuangan pahlawan melalui puisi dan mengembangkan bakat dan

    minat masyarakat dalam bidang seni.

    3. Lomba terbuka untuk umum, pelajar, mahasiswa, penyair, sastrawan, dan

    masyarakay yang berusia 15 tahun ke atas (tak terbatas).

    4. Pemenang lomba adalah Juara I, II dan III. Juara I mendapatkan uang sebesar

    Rp. 25.000.000, sertifikat dan piala, Juara II mendapatkan RP. 15.000.000,

    sertifikat dan piala, Juara III sebesar Rp. 10.000.000, sertifikat dan piala.

    5. Pajak hadiah ditanggung pemenang.

    B. PEDOMAN PESERTA

    1. Peserta harus mematuhi semua peraturan dari panitia.

    2. Peserta adalah mereka yang mendaftarkan diri serta memenuhi syarat dan

    berusia di atas 15 tahun ke atas.

    3. Peserta harus datang minimal 15 menit sebelum lomba dimulai.

    4. Peserta maju lomba dan dipanggil sesuai nomor urut dari panitia.

    5. Apabila saat lomba, peserta dipanggil 3X berturut-turut tidak ada, maka otomatis

    ia gugur.

    6. Peserta membacakan 1 puisi yang ada dalam buku pedoman ini. Puisi bebas

    dan memilih salah satu yang sudah disediakan dalam buku, baik dalam babak

    penyisihan maupun final.

    7. Suara peserta saat membaca puisi harus jelas agar didengar semua audiens.

    8. Peserta dilarang membuat gaduh, kerusuhan dan mengganggu acara lomba.

  • 4

    C. PEDOMAN DEWAN JURI

    1. Juri datang di tempat lomba selambat-lambatnya 10 menit sebelum acara

    dimulai.

    2. Selama lomba sedang berlangsung, juri dilarang meninggalkan lokasi lomba

    (kecuali keperluan ke kamar mandi).

    3. Selama lomba, juri dilarang mengadakan percakapan dengan siapa pun.

    4. Selama masa penilaian, Dewan Juri diberikan waktu istirahat.

    5. Juri berhak menghentikan atau mengulang peserta yang sedang pada gilirannya

    apabila terganggu, lewat penyelenggara.

    6. Dewan Juri menentukan Jura I, II dan III saja berdasarkan penilaian objektif dan

    kualitas peserta.

    7. Dewan Juri bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

    penyelanggara.

    D. PEDOMAN PELAKSANA

    1. Pelaksana bertugas dan bertanggung jawab atas terselenggaranya kegiatan

    lomba dari awal sampai akhir.

    2. Pelaksana tidak bisa ikut campur hasil lomba yang sudah ditentukan Dewan Juri.

    3. Pelaksana berhak menghentikan acara, jika terjadi sesuatu yang merugikan juri,

    peserta dan pelaksana sendiri.

    4. Pelaksana bertugas dan bertanggung jawab lomba kepada penyelanggara.

    E. PENDAFTARAN

    1. Pendaftaran dibuka 1 September 2014 hingga 1 November 2014, pukul 23.59

    Wib.

    2. Peserta wajib membayar uang pendaftaran sebesar Rp. 125.000 ke nomor

    rekening BCA: 0990221600 a.n Naelu Rizqi.

    3. Setelah transfer uang, peserta wajib mengirim struk (discand dalam bentuk file)

    dan dikirimkan ke email: [email protected] paling lambat tanggal 1

    November 2014 pukul 23.59 Wib beserta biodata pribadi.

    4. Keterangan Lebih Lanjut Hubungi Tajus Syarofi (085 290 404 481), Hamidulloh

    Ibda (085 6267 4799), M Kholil Syaroni (082 226 184 385) atau Naelu

    (081803990999).

    F. TECHNICAL MEETING

    1. Hari/tanggal: Jumat, 7 November 2014, pukul 15.00 WIB-selesai

    2. Tempat : Taman KB (depan SMA Negeri 1 Semarang).

    3. Pengambilan Nomor Urut Peserta.

  • 5

    DAFTAR ISI

    SAMBUTAN DIREKTUR - 1 SAMBUTAN PANITIA - 2 PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA PUISI 3-4 DAFTAR ISI -5 REFORMASI TERUS MELAJU - 7 Ahmad Mustofa Bisri INDONESIA, AKU MASIH TETAP MENCINTAIMU - 8 Ahmadun Yosi Herfanda KAULAH DEDAUNAN ITU - 9 Oleh Asrizal Nur KARAWANG BEKASI 10 Chairil Anwar AL HADID -11 Fatin Hamama SEPERTI BELANDA - 12 Fikar W. Eda DI ANTARA KANAL - 13 Goenawan Mohamad TANAH ARI MATA - 14 Sutardji Colsum Bahri REFLEKSI SEORANG PEJUANG TUA -15 Taufik Ismail SATU MIMPI SATU BARISAN -16 Wijil Tukul SAJAK PEPERANGAN ABIMANYU -18 W.S Rendra

    BIODATA PENYAIR 19-23

  • 6

  • 7

    REFORMASI TERUS MELAJU Oleh Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) Api terus melalap kota dan hutan bayi-bayi terus dikabarkan dibuang sembarangan demam berdarah terus meminta korban aktivis-aktivis terus dikabarkan hilang perusahaan-perusahaan besar terus dibingungkan utang menteri-menteri terus bernegosiasi dengan para pemilik piutang bank-bank terus deg-degan petinggi-petinggi negeri terus berusaha meyakinkan negara-negara donor terus mempertimbangkan bantuan ibu-ibu rumah tangga terus mengeluhkan harga bahan-bahan toko-toko yang pintunya tak pro reformasi terus jadi sasaran penjarahan korupsi, kolusi dan nepotisme terus menjadi pembicaraan pengamat terus mengkritik dan mempertanyakan pakar-pakar terus berteori mahasiswa terus berdemonstrasi ABRI terus berjaga-jaga politisi-politisi terus memasang kuda-kuda ulama dan umara terus beristighatsah dan berdoa modal dan moral terus terkikis sembako dan kepercayaan terus menipis harga-harga terus naik rupiah yang dicintai terus melemah orsospol-orsospol terus bengong wakil-wakil rakyat terus tampak bloon padahal pak harto sudah lengser keprabon reformasi terus melaju Rembang 1998

  • 8

    INDONESIA, AKU MASIH TETAP MENCINTAIMU

    Oleh Ahmadun Yosi Herfanda

    Indonesia, aku masih tetap mencintaimu

    Sungguh, cintaku suci dan murni padamu

    Ingin selalu kukecup keningmu

    Seperti kukecup kening istriku

    Tapi mengapa air matamu

    Masih menetes-netes juga

    Dan rintihmu pilu kurasa?

    Burung-burung bernyanyi menghiburmu

    Pesawat-pesawat menderu membangkitkanmu

    Tapi mengapa masih juga terdengar tangismu?

    Apakah kau tangisi hutan-hutan

    Yang tiap hari digunduli pemegang hapeha?

    Apakah kau tangisi hutang-hutang negara

    Yang terus menumpuk jadi beban bangsa?

    Apakah kau tangisi nasib rakyatmu

    Yang makin tergencet kenaikan harga?

    Atau kau sekadar merasa kecewa

    Karena rupiahmu terus dilindas dolar amerika

    Dan IMF, rentenir kelas dunia itu,

    Terus menjerat dan mengendalikan langkahmu?

    Ah, apapun yang terjadi padamu

    Indonesia, aku tetap mencintaimu

    Ingin selalu kucium jemari tanganmu

    Seperti kucium jemari tangan ibuku

    Sungguh, aku tetap mencintaimu

    Karena itulah, ketika orang-orang

    Ramai-ramai membeli dolar amerika

    Tetap kubiarkan tabunganku dalam rupiah

    Sebab sudah tak tersisa lagi saldonya!

    Jakarta, 1997/2008

  • 9

    KAULAH DEDAUNAN ITU (kepada pejuang kebudayaan) Oleh Asrizal Nur Kau memahami bahasa daun pemberi teduh pada rerumputan sarang burung riang ketika gugur tercipta kehidupan baru geliat jiwa yang teduh mengepakkan sayap usia diwaktu bergerak pada setiap kepak peluh cipta berteriak anak kebudayaan berlindung di sayap yang emas merpati waktu antarkan impian jadi nafas kau sangat paham dengan bahasa daun hakekat dedaunan adalah kau tatkala rindang memberikan naungan pada kesenian hingga jadi rebung kebudayaan berbunga dan menjelma bambu peradaban bila gugur kau tak pernah mati nafas yang dulu pernah kau titipkan pada embun telah menumbuhkan pohonan hidup baru kelak berdaun bercabang rindang meneduhkan zaman kering jadi payungmu menuju kampung abadi

    Depok, Maret 2012

  • 10

    KARAWANG BEKASI Oleh Chairil Anwar Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi tidak bisa teriak Merdeka dan angkat senjata lagi. Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan mendegap hati ? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. Kenang, kenanglah kami. Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa, Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno menjaga Bung Hatta menjaga Bung Sjahrir Kami sekarang mayat Berikan kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

    Chairil Anwar (1948)

  • 11

    AL HADID Oleh Fatin Hamama Ketika sepotong besi jadi tombak Besi tak pernah tahu Untuk apa dia dijadikan tombak Ketika sepotong besi jadi pisau Pisau tak pernah tahu Untuk apa dia jadi pisau Ketika sepotong besi jadi peniti Peniti tidak pernah tahu Untuk apa dia jadi peniti Kecuali suatu hari tombak Dijadikan alat pembunuh Dan bersarang di jantung kiri Tombak mengeluh Aku tak ingin seperti ini Demikian pisau Ketika menemukan dirinya Di leher sebagai penebas Pisau mengaduh Aku tak bercita-cita jadi begini Ketika besi-besi yang menjadi senjata berubah fungsi diam-diam peniti menyukuri aku menjadi penyemat baju seorang sufi, setiap hari aku dibawa rukuk sujud dan menyukuri nikmat Tuhan yang diberi aku tidak ingin patah biar berkarat aku bergini. Jakarta, Desember 2000

  • 12

    SEPERTI BELANDA

    Oleh Fikar W. Eda

    Seperti Belanda

    mereka atur siasat

    membuat kami takluk

    bertekuk lutut

    seperti Belanda

    mereka rebut hati kami

    dengan cahaya janji

    sambil mengutip kitab suci

    seperti Belanda

    mereka suguhi kami anggur

    hingga kami mendengkur

    lalu dengan leluasa

    mengeruk perut kami

    gas alam, minyak, emas, hutan,

    sampai akar rumput bumi

    seperti Belanda

    mereka pun menghunus sangkur

    dengan senapan siap tempur

    rumah-rumah digempur

    masjid, meunasah

    dibuat hancur

    melebihi Belanda

    mereka perkosa istri-istri kami

    mereka tebas leher putra putri kami

    mereka bunuh harapan dan cita-cita kami

    melebihi Belanda

    itulah Jakarta!

    Jakarta, 1999

  • 13

    DI ANTARA KANAL Oleh Goenawan Mohamad

    Jarimu menandai sebuah percakapan

    yang tak hendak kita rekam

    di hitam sotong dan gelas sauvognon blanc

    yang akan ditinggalkan.

    Di kiri kita kanal menyusup

    dari laut. Di jalan para kelasi

    malam seakan-akan biru.

    Meskipun esok lazuardi, katamu.

    Aku dengar. Kita kenal

    kegaduhan di aspal ini.

    Kita tahu banyak hal.

    Kita tahu apa yang sebentar.

    Seseorang pernah mengatakan

    kita telah disandingkan

    sejak penghuni pertama ghetto Yahudi

    membangun kedai.

    Tapi kau tahu aku akan melepasmu di sudut itu,

    tiap malam selesai, dan aku tahu kau akan pergi.

    Kota ini, katamu, adalah jam

    yang digantikan matahari.

    2012

  • 14

    TANAH AIR MATA Oleh Sutardji Calzoum Bachri

    Tanah airmata tanah tumpah dukaku

    mata air airmata kami

    airmata tanah air kami

    di sinilah kami berdiri

    menyanyikan airmata kami

    di balik gembur subur tanahmu

    kami simpan perih kami

    di balik etalase megah gedung-gedungmu

    kami coba sembunyikan derita kami

    kami coba simpan nestapa

    kami coba kuburkan duka lara

    tapi perih tak bisa sembunyi

    ia merebak kemana-mana

    bumi memang tak sebatas pandang

    dan udara luas menunggu

    namun kalian takkan bisa menyingkir

    ke manapun melangkah

    kalian pijak airmata kami

    ke manapun terbang

    kalian kan hinggap di air mata kami

    ke manapun berlayar

    kalian arungi airmata kami

    kalian sudah terkepung

    takkan bisa mengelak

    takkan bisa ke mana pergi

    menyerahlah pada kedalaman air mata

    (1991)

  • 15

    REFLEKSI SEORANG PEJUANG TUA Oleh Taufik Ismail Tentara rakyat telah melucuti Kebatilan Setelah mereka menyimak deru sejarah Dalam regu perkasa mulailah melangkah Karena perjuangan pada hari-hari ini Adalah perjuangan dari kalbu yang murni Belum pernah kesatuan terasa begini eratnya Kecuali dua puluh tahun yang lalu Mahasiswa telah meninggalkan ruang-kuliahnya Pelajar muda berlarian ke jalan-jalan raya Mereka kembali menyeru-nyeru Nama kau, Kemerdekaan Seperti dua puluh tahun yang lalu Spiral sejarah telah mengantarkan kita Pada titik ini Tak ada seorang pun tiran Sanggup di tengah jalan mengangkat tangan Dan berseru: Berhenti! Tidak ada. Dan kalau pun ada Tidak bisa Karena perjuangan pada hari-hari ini Adalah perjuangan dimulai dari sunyi Belum pernah kesatuan terasa begini eratnya Kecuali duapuluh tahun yang lalu. 1966

  • 16

    SATU MIMPI SATU BARISAN Oleh Wijil Tukul Di Lembang ada kawan Sofyan jualan bakso kini karena dipecat perusahaan karena mogok karena ingin perbaikan karena upah ya karena upah Di Ciroyom ada kawan Sodiyah si lakinya terbaring di amben kontrakan buruh pabrik teh terbaring pucet dihantam tipes ya dihantam tipes juga ada neni kawan bariah bekas buruh pabrik kaos kaki kini jadi buruh di perusahaan lagi dia dipecat ya dia dipecat kesalahannya : karena menolak diperlakukan sewenang-wenang Di Cimahi ada kawan Udin buruh sablon kemarin kami datang dia bilang umpama dironsen pasti nampak isi dadaku ini pasti rusak karena amoniak ya amoniak Di Cigugur ada kawan Siti punya cerita harus lembur sampai pagi pulang lunglai lemes ngantuk letih membungkuk 24 jam ya 24 jam Di Majalaya ada kawan Eman buruh pabrik handuk dulu kini luntang-lantung cari kerjaan bini hamin tiga bulan kesalahan : karena tak sudi terus diperah seperti sapi Di mana-mana ada Sofyan ada Sodiyah ada Bariyah tak bisa dibungkam kodim tak bisa dibungkam popor senapan di mana-mana ada neni ada Udin ada Siti

  • 17

    di mana-mana ada Eman di Bandung - Solo - Jakarta - Tangerang Tak bisa dibungkam kodim tak bisa dibungkam popor senapan satu mimpi satu barisan Bandung, 21 Mei 1992

  • 18

    SAJAK PEPERANGAN ABIMANYU Oleh W.S Rendra

    Ketika maut mencegatnya di delapan penjuru Sang ksatria berdiri dengan mata bercahaya Hatinya damai, di dalam dadanya yang bedah dan berdarah, karena ia telah lunas menjalani kewjiban dan kewajarannya

    Setelah ia wafat apakah petani-petani akan tetap menderita, dan para wanita kampung tetap membanjiri rumah pelacuran di kota? Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup Tetapi bukan itu yang terlintas di kepalanya ketika ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka Saat itu ia mendengar nyanyian angin dan air yang turun dari gunung

    Perjuangan adalah satu pelaksanaan cita dan rasa Perjuangan adalah pelunasan kesimpulan penghayatan Di saat badan berlumur darah, jiwa duduk di atas teratai

    Ketika ibu-ibu meratap dan mengurap rambut mereka dengan debu, roh ksatria bersetubuh dengan cakrawala untuk menanam benih agar nanti terlahir para pembela rakyat tertindas - dari zaman ke zaman Jakarta, 2 September 1977

  • 19

    BIODATA PENYAIR

    AHMAD MUSTOFA BISRI Ahmad Mustofa Bisri merupakan ulama multitalenta. KH Ahmad Mustofa Bisri juga akrab dipanggil Gus Mus. Beliau lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944, kini umur 70 tahun. Ia adalah pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang dan menjadi Rais Syuriah PBNU. Ia adalah salah seorang pendeklarasi Partai Kebangkitan Bangsa dan sekaligus perancang logo PKB yang digunakan hingga kini.

    Ia juga seorang penyair dan penulis kolom yang sangat dikenal di kalangan sastrawan. Disamping budayawan, dia juga dikenal sebagai penyair. Karya-karyanya yang telah diterbitkan, antara lain, Dasar-dasar Islam (terjemahan, Penerbit Abdillah Putra Kendal, 1401 H), Ensklopedi Ijma' (terjemahan bersama KH. M.A. Sahal Mahfudh, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987), Nyamuk-Nyamuk Perkasa dan Awas, Manusia (gubahan cerita anak-anak, Gaya Favorit Press Jakarta, 1979), Kimiya-us Sa'aadah (terjemahan bahasa Jawa, Assegaf Surabaya), Syair Asmaul Husna (bahasa Jawa, Penerbit Al-Huda Temanggung), Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991,1994), Tadarus, Antalogi Puisi (Prima Pustaka Yogya, 1993), Mutiara-mutiara Benjol (Lembaga Studi Filsafat Islam Yogya, 1994), Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humor dan PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995), Pahlawan dan Tikus (kumpulan pusisi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996), Mahakiai Hasyim Asy'ari (terjemahan, Kurnia Kalam Semesta Yogya, 1996), Metode Tasawuf Al-Ghazali (tejemahan dan komentar, Pelita Dunia Surabaya, 1996), Saleh Ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II, September 1995), Pesan Islam Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997), Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa Jawa, Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997). dan juga Fikih Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, bersama Penerbit Al-Miftah, Surabaya, Juli 1997).

    AHMADUN YOSI HERFANDA Ahmadun Yosi Herfanda lahir di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, 17 Januari 1958. Ia adalah seorang penulis puisi, cerpen, dan esei dari Indonesia. Ahmadun dikenal sebagai sastrawan Indonesia dan jurnalis yang banyak menulis esei sastra dan sajak sufistik. Namun, penyair Indonesia dari generasi 1980-an ini juga banyak menulis sajak-sajak sosial-religius. Sementara, cerpen-cerpennya bergaya karikatural dengan tema-tema kritik sosial. Ia juga banyak menulis esei sastra. Sejak menjadi mahasiswa, Ahmadun telah aktif sebagai editor dan jurnalis. Dimulai dari Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (1983-1999), lalu di Harian Yogya Post (1999-1992), Majalah Sarinah (bersama Korrie Layun Rampan, 1992-1993), dan terakhir di Harian Republika Jakarta (1993-2010). Di Republika ia lebih banyak dipercaya sebagai Redaktur Sastra, namun sempat juga menjadi Koordinator Desk Opini dan Budaya, serta Asisten Redaktur Pelaksana.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Rembanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengahhttp://id.wikipedia.org/wiki/10_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/1944http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pondok_Pesantren_Raudlatuh_Tholibin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Rembanghttp://id.wikipedia.org/wiki/PBNUhttp://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Kebangkitan_Bangsahttp://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Kebangkitan_Bangsahttp://id.wikipedia.org/wiki/Logohttp://id.wikipedia.org/wiki/Kaliwungu,_Kendalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kendalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengahhttp://id.wikipedia.org/wiki/17_Januarihttp://id.wikipedia.org/wiki/17_Januarihttp://id.wikipedia.org/wiki/1958http://id.wikipedia.org/wiki/Puisihttp://id.wikipedia.org/wiki/Cerpenhttp://id.wikipedia.org/wiki/Eseihttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sastrawan_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Esei_sastra&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Esei_sastra&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sajak_sufistik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penyair_Indonesia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kedaulatan_Rakyathttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Yogya_Post&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sarinahhttp://id.wikipedia.org/wiki/Republikahttp://id.wikipedia.org/wiki/Republika

  • 20

    ASRIZAL NUR Asrizal Nur, lahir di Pekanbaru, Riau, 16 November 1969. Beliau dikenal sebagai deklamator yang handal. Tahun 2009, mementaskan puisi-puisinya dengan spektakuler dan kolosal di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Di Depok, ia mendirikan Rumah Seni Asnur. Ia juga menjadi Ketua Yayasan Panggung Melayu. CHAIRIL ANWAR Chairil Anwar (lahir di Medan, Sumatera Utara, 26 Juli 1922 meninggal di Jakarta, 28 April 1949 pada umur 26 tahun), dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia. Selama hidupnya, Chairil telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi; kebanyakan tidak dipublikasikan hingga kematiannya. Puisi terakhir Chairil berjudul Cemara Menderai Sampai Jauh, ditulis pada tahun 1949, sedangkan karyanya yang paling terkenal berjudul Aku dan Krawang Bekasi. Semua tulisannya baik yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak, dikompilasi dalam tiga buku yang diterbitkan oleh Pustaka Rakyat. Kompilasi pertama berjudul Deru Campur Debu (1949), kemudian disusul oleh Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin). FATIN HAMAMA Fatin Hamama lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 15 November 1967. Ia merupakan penyair perempuan yang kerapkali menulis puisi-puisi relijius. Mulai menyair sejak di bangku kelas III SD. 'Ketika duduk di bangku SD sampai Aliyah, ia berkali-kali memenangkan lomba cipta dan baca puisi. Ia kemudian menjadi anak binaan sastrawan Leon Agusta. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir (1987-1995), ia kembali ke Indonesia. Di tanah air ia aktif mengikuti forum-forum sastra, termasuk menjadi pengurus Komunitas Sastra Indonesia (KSI). Forum sastra yang pernah di hadirinya antara lain Pertemuan Sastrawan Nusantara, Malaysia (1999), Dialog Utara VIII di Thailand (1999) dan Debat Sastra Akhir Abad di LKBN Antara (1999). Beberapakali kali ia tampil pada pembacaan puisi di tanah air maupun luar negeri. Di tanah air, ia pernah tampil bersama sejumlah penyair tanah air dalam sejumlah acara pembacaan puisi, sedangkan di luar negeri, ia pernah tampil pada Festival penyair se-Dunia di Seoul, (Korea Selatan, 1997), Sydney (Australia) dan Kuala Lumpur (Malaysia). Karya-karyanya pernah dimuat di sejumlah media cetak antara lain, Semangat, Haluan dan Singgalang. Ia juga meluncurkan buku kumpulan puisinya yang berjudul Papyrus, yang merupakan ungkapan kecintaannya kepada Mesir sebagai ummud dunya (Ibu Dunia). Baginya puisi adalah ungkapan hati sebagai sarana mengekspresikan kedekatan pada Tuhan. Kegemarannya membaca sajak, ibu dari dua anak yang kerap wara-wiri ke

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Utarahttp://id.wikipedia.org/wiki/26_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/1922http://id.wikipedia.org/wiki/Jakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/28_Aprilhttp://id.wikipedia.org/wiki/1949http://id.wikipedia.org/wiki/Aku_%28puisi%29http://id.wikipedia.org/wiki/Penyairhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Asrul_Sanihttp://id.wikipedia.org/wiki/Rivai_Apinhttp://id.wikipedia.org/wiki/H.B._Jassinhttp://id.wikipedia.org/wiki/H.B._Jassinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Angkatan_%2745http://id.wikipedia.org/wiki/1949http://id.wikipedia.org/wiki/Aku_%28puisi%29http://id.wikipedia.org/wiki/Krawang_Bekasi_%28puisi%29http://id.wikipedia.org/wiki/Bukuhttp://id.wikipedia.org/wiki/Deru_Campur_Debuhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kerikil_Tajam_Yang_Terampas_dan_Yang_Putus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tiga_Menguak_Takdir&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Asrul_Sanihttp://id.wikipedia.org/wiki/Rivai_Apin

  • 21

    luar negeri karena mengikuti suami yang seorang berkarier sebagai diplomat ini, juga disalurkan lewat kegiatan menjadi dubber film-film India untuk beberapa stasiun TV swasta, serta drama radio Butir-butir Pasir di Laut. FIKAR W. EDA Fikar W. Eda Lahir di Takengon 1966. Alumni Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (Unsyiah, Banda Aceh, dan Program Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Menggeluti sastra dan teater. Tampil dalam berbagai kegiatan baca puisi di sejumlah kota di Indonesia dan Malaysia, seperti Jakarta, Jogjakarta, Solo, Surabaya, Bandung, Kuala Lumpur dalam Pengucapan Puisi Dunia Ke-9 2002, Banda Aceh dan lain-lain. Menghadiri Forum Puisi Indonesia '87 di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Refleksi Peringatan 50 Tahun Indonesia Merdeka di Solo, Pertemuan Penyair Sumatera di Lampung, Medan, Batam dan sebagainya. Bersama grup musikalisasi puisi Deavies Sanggar Matahari, menggelar acara Tour Salam Damai di sejumlah kota terpenting Indonesia dalam rangka Kampanye Hak Asasi Manusia Aceh. Menyusun antologi sastra Aceh Mendesah Dalam Nafasku bersama Lian Sahar dan Abdul Wachid BS (Kasuha, 1999), dan buku Aceh Menggugat (Pustaka Sinar Harapan, 1999) bersama S Sastya Dharma. Menulis buku FORBES dan Jejak Lahirnya Undang Undang Pemerintahan Aceh (Forbes, 2008), SABANG, Menyusur Jejak Pelabuhan Bebas (BPKS, 2008). GOENAWAN MOHAMAD Goenawan Mohamad nama aslinya adalah Goenawan Soesatyo Mohamad. Ia lahir di Batang, Jawa Tengah pada tanggal 29 Juli 1941. Kini Ia berumur 72 tahun. Ia adalah seorang sastrawan Indonesia terkemuka. Ia juga salah seorang pendiri Majalah Tempo. Ia merupakan adik Kartono Mohamad, seorang dokter yang menjabat sebagai ketua IDI. Goenawan Mohamad adalah seorang intelektual yang punya wawasan yang begitu luas, mulai pemain sepak bola, politik, ekonomi, seni dan budaya, dunia perfilman, dan musik. Pandangannya sangat liberal dan terbuka. SUTARDJI CALZOUM BACHRI Pujangga hebat ini ini lahir di Rengat, Indragiri Hulu pada 24 Juni 1941. Tahun 2014 ini ia berumur 73 tahun. Ia merupakan pujangga Indonesia terkemuka. Setelah lulus SMA Sutardji Calzoum Bachri melanjutkan studinya ke Fakultas Sosial Politik Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada mulanya Sutardji Calzoum Bachri mulai menulis dalam surat kabar dan mingguan di Bandung, kemudian sajak-sajaknyai dimuat dalam majalah Horison dan Budaya Jaya serta ruang kebudayaan Sinar Harapan dan Berita Buana. Dari sajak-sajaknya itu Sutardji memperlihatkan dirinya sebagai pembaharu perpuisian Indonesia. Terutama karena konsepsinya tentang kata yang hendak dibebaskan dari kungkungan pengertian dan dikembalikannya pada fungsi kata seperti dalam mantra.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Takengonhttp://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Syiah_Kualahttp://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Syiah_Kualahttp://id.wikipedia.org/wiki/Institut_Kesenian_Jakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Batanghttp://id.wikipedia.org/wiki/29_Julihttp://id.wikipedia.org/wiki/1941http://id.wikipedia.org/wiki/Sastrawanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Majalah_Tempohttp://id.wikipedia.org/wiki/Adikhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kartono_Mohamad&action=edit&redlink=1

  • 22

    Pada musim panas 1974, Sutardji Calzoum Bachri mengikuti Poetry Reading International di Rotterdam. Kemudian ia mengikuti seminar International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat dari Oktober 1974 sampai April 1975. Sutardji juga memperkenalkan cara baru yang unik dan memikat dalam pembacaan puisi di Indonesia. Sejumlah sajaknya telah diterjemahkan Harry Aveling ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam antologi Arjuna in Meditation (Calcutta, India), Writing from the World (Amerika Serikat), Westerly Review (Australia) dan dalam dua antologi berbahasa Belanda: Dichters in Rotterdam (Rotterdamse Kunststichting, 1975) dan Ik wil nog duizend jaar leven, negen moderne Indonesische dichters (1979). Pada tahun 1979, Sutardji dianugerah hadiah South East Asia Writer Awards atas prestasinya dalam sastra di Bangkok, Thailand. TAUFIK ISMAIL Taufik Ismail dilahirkan di Bukittinggi, 25 Juni 1935 dan dibesarkan di Pekalongan, ia tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan yang suka membaca. Ia telah bercita-cita menjadi sastrawan sejak masih SMA. Dengan pilihan sendiri, ia menjadi dokter hewan dan ahli peternakan karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi cita-cita kesusastraannya. Ia tamat FKHP-UI Bogor pada 1963 tapi gagal punya usaha ternak. Semasa kuliah aktif sebagai Ketua Senat Mahasiswa FKHP-UI (1960-1961) dan WaKa Dewan Mahasiswa UI (1961-1962). Di Bogor pernah jadi guru di SKP Pamekar dan SMA Regina Pacis, juga mengajar di IPB. Karena menandatangani Manifesto Kebudayaan, gagal melanjutkan studi manajemen peternakan di Florida (1964) dan dipecat sebagai dosen di Institut Pertanian Bogor. Ia menulis di berbagai media, jadi wartawan, salah seorang pendiri Horison (1966), ikut mendirikan DKJ dan jadi pimpinannya, Pj. Direktur TIM, Rektor LPKJ dan Manajer Hubungan Luar Unilever. Penerima beasiswa AFS International Scholarship, sejak 1958 aktif di AFS Indonesia, menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Bina Antarbudaya, penyelenggara pertukaran pelajar antarbangsa yang selama 41 tahun (sejak 1957) telah mengirim 1700 siswa ke 15 negara dan menerima 1600 siswa asing di sini. Taufiq terpilih menjadi anggota Board of Trustees AFSIS di New York, 1974-1976. WIDJI THUKUL Widji Thukul, yang bernama asli Widji Widodo. Ia lahir di kampung Sorogenen, Solo, 26 Agustus 1963) adalah seorang sastrawan dan aktivis Indonesia. da tiga sajak Thukul yang populer dan menjadi sajak wajib dalam aksi-aksi massa, yaitu Peringatan, Sajak Suara, dan Bunga dan Tembok (ketiganya ada dalam antologi "Mencari Tanah Lapang" yang diterbitkan oleh Manus Amici, Belanda, pada 1994. Tapi, sesungguhnya antologi tersebut diterbitkan oleh kerjasama KITLV dan penerbit Hasta Mitra, Jakarta. Nama penerbit fiktif Manus Amici digunakan untuk menghindar dari pelarangan pemerintah Orde Baru. Dua kumpulan puisinya : Puisi Pelo dan Darman dan lain-lain diterbitkan Taman Budaya Surakarta.

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sorogenen&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Solohttp://id.wikipedia.org/wiki/26_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/1963http://id.wikipedia.org/wiki/KITLVhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hasta_Mitrahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Puisi_Pelo&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Darman&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Taman_Budaya&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Surakarta

  • 23

    W.S RENDRA W.S Rendra nama aslinya adalah Willibrordus Surendra Broto Rendra. Ia lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 November 1935 dan meninggal di Depok, Jawa Barat, 6 Agustus 2009 pada umur 73 tahun. Ia adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967. Ketika kelompok teaternya kocar-kacir karena tekanan politik, kemudian ia mendirikan Bengkel Teater Rendra di Depok, pada bulan Oktober 1985. Semenjak masa kuliah ia sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah. Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang, dan India. Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995).

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengahhttp://id.wikipedia.org/wiki/7_Novemberhttp://id.wikipedia.org/wiki/1935http://id.wikipedia.org/wiki/Depokhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barathttp://id.wikipedia.org/wiki/6_Agustushttp://id.wikipedia.org/wiki/2009http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bengkel_Teater&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Yogyakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/1967http://id.wikipedia.org/wiki/Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Belandahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jermanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Jepanghttp://id.wikipedia.org/wiki/Indiahttp://id.wikipedia.org/wiki/New_Delhihttp://id.wikipedia.org/wiki/Berlinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Melbournehttp://id.wikipedia.org/wiki/Bhopalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kuala_Lumpur