View
385
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
1/153
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
2/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
i
Buku Seri Etnograf Kesehatan Ibu dan Anak 2012
Etnik Bali
Banjar Banda Desa Saba
Keamatan Blabatu
Kabupaten Gianar, Prvinsi Bali
Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatandan Pemberdayaan Masyarakat
Badan Penelian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2012
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
3/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 2012ii
Buku Seri Etnograf Kesehatan Ibu dan Anak 2012
Etnik Bali
Banjar Banda Desa Saba Keamatan Blabatu
Kabupaten Gianar, Prvinsi Bali
Penulis :
1. Riswa
2. Septa Agung Kurniawan
3. I Wayan Gede Lamopia
4. Ni Wayan Emik Setyawa
5. A.A. Anom Kumbara
6. Made Asri Budisuari
Editor :
1. A.A. Anom kumbara
2. Made Asri Budisuari
Disain sampul : Agung Dwi Laksn
Seng dan layut isi : Sutp (Kanisius)
Indah Sri Utami (Kanisius)
Erni Seywa (Kanisius)
ISBN : 978-602-235-224-2
Katalg :
No. Publikasi :
Ukuran Buku : 155 x 235
Diterbitkan oleh :
Badan Penelian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI
Dicetak oleh : Percetakan Kanisius
Isi diluar tanggungjawab Percetakan
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
4/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
iii
Buku seri ini merupakan satu dari dua belas buku hasil kegiatan Riset Etngra
Kesehatan ibu dan Anak tahun 2012 di 12 etnik.
Pelaksanaan riset dilakukan leh m sesuai Surat Keputusan Kepala Badan
Penelian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indnesia Nmr HK.03.05/2/1376/2012, tanggal 21 Februari 2012, dengansusunan m sebagai berikut:
Ketua Pengarah : Kepala Badan Penelian dan Pengembangan Kese-
hatan Kemkes RI
Penanggung Jawab : Kepala Pusat Humanira, Kebijakan Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat
Wakil Penanggung Jawab : Dr. dr. Lestari Handayani, MMed (PH)
Ketua Pelaksana : dr. Tri Juni Angkasawa, MS
Sekretariat : dr. Trisa Wahyuni Putri, MKes
Anggta Mardiyah SE, MM
Drie Subianto, SE
Mabaroch, SSos
Ketua Tim Pembina : Prof. Dr. Herman Sudiman, SKM, MKes
Anggta : Prf. A.A.Ngr. Anm Kumbara, MA
Prf. Dr. dr. Rika Subarnia, SKM
Dr. drg. Niniek Lely Prawi, MKes
Sugeng Rahant, MPH, MPHMKetua m teknis : Drs. Sea Pranata, MSi
Anggta Mh. Sety Pramn, SSi, MSi
Drs. Nurcahyo Tri Arianto, MHum
Drs. FX Sri Sadew, MSi
Koordinator wilayah
1. Aeh, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah : Dra. Rahmalina S Prasdj,
MScPH
2. Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Grntal : dr. Bey Rshermiae,
MSPH, PhD3. Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua : Agung Dwi Laksn, SKM,
MKes
4. Daerah Ismewa Ygjakarta, Jawa Timur, Bali : Drs. Kasndihardj
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
5/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 2012iv
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
6/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
v
KATA PENGANTAR
Mengapa Riset Etngra Kesehatan Ibu dan Anak 2012 perlu dila-
kukan ?
Penyelesaian masalah dan situasi status kesehatan masyarakat di
Indnesia saat ini masih dilandasi dengan pendekatan lgika dan rasinal,
sehingga masalah kesehatan menjadi semakin kmplek. Disaat pendekatan
rasinal yang sudah mentok dalam menangani masalah kesehatan, ma-
ka dirasa perlu dan penng untuk mengangkat kearifan lkal menjadi
salah satu cara untuk menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat.
Untuk itulah maka dilakukan Riset Etngra sebagai salah satu alternaf
mengungkap fakta untuk membantu penyelesaian masalah kesehatan
berbasis budaya kearifan lkal. Kegiatan ini menjadi salah satu fungsi dari
Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Dengan mempertemukan pandangan rasinal dan indigenous
knowledge (kaum humanis) diharapkan akan menimbulkan kreatas dan
invasi untuk mengembangkan ara-ara pemeahan masalah kesehatan
masyarakat dengan kearifan lkal masing-masing daerah. Dengan demi-
kian akan menimbulkan rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa
kebersamaan (sense of togetherness) dalam menyelesaikan masalah dan
meningkatkan status kesehatan di Indnesia.
Tulisan dalam buku seri ini merupakan bagian dari 12 buku seri
hasil Riset Etngra Kesehatan Ibu dan Anak 2012 yang dilaksanakan
di berbagai prvinsi di Indnesia. Buku seri ini sangat penng guna
menyingkap kembali dan menggali nilai-nilai yang sudah termbun agar
dapat diuji dan dimanfaatkan bagi peningkatan kesehatan ibu dan anak
dengan memperhakan kearifan lkal.
Sentuhan budaya dalam upaya kesehatan dak banyak dilakukan.
Dengan terbitnya buku hasil penelian Riset Etngra ini akan menambah
pustaka budaya kesehatan di Indnesia. Kami menguapkan terima kasih
kepada seluruh infrman, parsipan dan penulis yang berkntribusi dalam
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
7/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 2012vi
penyelesaian buku seri ini. Kami juga menguapkan terima kasih kepada
Kepala Badan Penelian dan Pengembangan Kesehatan-Kementerian
Kesehatan RI yang telah memberikan kesempatan pada Pusat Humanira
untuk melaksanakan Riset Etngra Kesehatan Ibu dan Anak 2012,
sehingga dapat tersusun beberapa buku seri dari hasil riset ini.
Surabaya, Desember 2012
Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan
Masyarakat
Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI
Drg. Agus Suprapt, M.Kes
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
8/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
vii
SAMBUTANKepala Badan Litbang Keseatan
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT kami panjatkan, karena hanya denganrahmat dan karuniaNya Buku Seri Etngra Kesehatan Ibu dan Anak 2012
ini dapat diselesaikan. Buku seri merupakan hasil paparan dari penelian
etngra Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang merupakan langkah knk-
rit untuk memberikan gambaran unsur budaya terkait KIA yang berbasis
ilmiah.
Prgram Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) menjadi priritas utama
Prgram pembangunan Kesehatan Masyarakat Indnesia. Penyelesaian
masalah KIA belum menunjukkan hasil sesuai harapan yaitu mencapai
target MDGs berupa penurunan Angka Kemaan Ibu (AKI) menjadi
102/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kemaan Bayi (AKB) 23/1000
kelahiran hidup pada tahun 2015. Upaya medis sudah banyak dilakukan,
sedangkan sisi nn medis diketahui juga berperan ukup kuat terhadap
status Kesehatan Ibu dan Anak. Faktr nn medis dak terlepas dari
faktr-faktr ssial budaya dan lingkungan dimana mereka berada.
Melalui penelian etngra ini, diharapkan mampu menguak sisi
budaya yang selama ini terabaikan. Budaya memiliki kekhasan tertentu,
sehingga pemanfaatan hasil penelian ini memerlukan kejelian pelak-
sana atau pengambil keputusan prgram kesehatan agar dapat berdaya
guna sesuai dengan etnik yang dipelajari. Kekhasan masing-masing etnik
merupakan gambaran keragaman budaya di Indnesia dengan berbagai
permasalahan KIA yang juga spesik dan perlu penanganan spesik pula.
Harapan saya, buku ini dapat dimanfaatkan berbagai pihak untuk mema-
hami budaya setempat dan selanjutnya dimanfaatkan untuk mengurai
dan memecahkan permasalahan KIA pada etnik tertentu.
Uapan terimakasih khususnya kepada m peneli dan seluruh pihak
terkait merupakan hal yang sudah selayaknya. Kerja keras dan erdas,
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
9/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 2012viii
tanpa kenal lelah, merupakan buk integritasnya sebagai peneli Badan
Litbangkes.
Akhir kata, bagi m peneli, selamat berkarya untuk kemajuan ilmu
pengetahuan dan keejahteraan masyarakat. Semga buku ini bermanfaat
bagi seluruh masyarakat Indnesia.
Wabillahitauk wal hidayah, wassalamualaikum wr. wb.
Jakarta, Desember 2012
Kepala Badan Penelian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI
DR. dr. Trihono, MSc.
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
10/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
ix
DAfTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................. v
SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG KESEHATAN ............................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Penngnya Penelian Ini Dilakukan .................................................................. 4
1.3 Manfaat Penelian ................................................................................................................. 5
1.4 Tinjauan Pustaka ....................................................................................................................... 6
1.5 Metde Penelian .................................................................................................................. 8
BAB II GAMBARAN DAERAH PENELITIAN:
PoTRET ETNIS BALI DARI JENDELA BANJAR BANDA .................. 11
2.1 Sejarah Banjar Banda .......................................................................................................... 11
2.2 Gegra dan Kependudukan ..................................................................................... 18
2.3 Sistem Religi .................................................................................................................................... 29
2.4 organisasi Ssial dan Kemasyarakatan ......................................................... 46
2.5 Sistem Pengetahuan ............................................................................................................. 532.6 Bahasa .................................................................................................................................................. 57
2.7 Sitem Kesenian............................................................................................................................. 59
2.8. Mata Pencaharian ................................................................................................................... 65
2.9 Teknlgi dan Peralatan .................................................................................................. 70
BAB III KESEHATAN IBU DAN ANAK .......................................................................................... 73
3.1 Kosep Sehat-Sakit Etnik Bali ........................................................................................ 73
3.2 Klasikasi dan Jenis Penyakit yang Dikenal ............................................ 75
3.3 Baliandan Keahliannya .................................................................................................... 78
3.4 Permasalahan Ssial di Bidang Kesehatan ............................................... 82
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
11/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 2012x
3.5 Gambaran Kondisi KIA ....................................................................................................... 85
3.6 Menyusui dan Masa Balita ........................................................................................... 105
BAB IV KEPERcAYAAN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN
IBU DAN ANAK ................................................................................................................................. 115
4.1 Health Seeking Behaviour ............................................................................................. 115
4.2 Peran Puskesmas dalam Peningkatan Kesehatan
Ibu Dan Anak ................................................................................................................................ 118
BAB V PoTENSI DAN KENDALA BUDAYA DALAM
PEMBANGUNAN KESEHATAN IBU DAN ANAK ...................................... 127
BAB VI PENUTUP .............................................................................................................................................. 133
6.1 Simpulan ............................................................................................................................................. 133
6.2 Saran ........................................................................................................................................................ 134
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................................. 137
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
12/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
xi
DAfTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Patung bayi Keb Iwa .............................................................................................. 13
Gambar 2.2 Patung Keb Iwa saat dewasa ...................................................................... 13
Gambar 2.3 Peta Bali, Kabupaten Gianyar merupkan
lkasi penelian ............................................................................................................. 19Gambar 2.4 Batas wilayah penelian ...................................................................................... 20
Gambar 2.5 Pancuran air di Banjar Banda ....................................................................... 21
Gambar 2.6 Pancuran di Pura Musen .................................................................................... 21
Gambar 2.7 Serang penduduk Banjar Banda sedang
membuang sampah ................................................................................................... 22
Gambar 2.8 Lubang galian sampah di belakang rumah.................................... 22
Gambar 2.9 Tempat pembuangan sampah penduduk
Banjar Banda ...................................................................................................................... 23Gambar 2.11 Parit di Banjar Banda................................................................................................ 29
Gambar 2.12 Sawah di Banjar Banda .......................................................................................... 25
Gambar 2.13 Ladang penduduk Banjar Banda. .............................................................. 25
Gambar 2.14 Lidah buaya, komoditas yang dibudidayakan
penduduk Banjar Banda....................................................................................... 25
Gambar 2.15 Pla bangunan rumah tradisinal Bali............................................... 28
Gambar 2.16 Kuil keluarga (merajan) ......................................................................................... 28
Gambar 2.17 Tempat yang diperaya untuk memhnkeselamatan balita ...................................................................................................... 41
Gambar 2.18 Pura Musen di Banjar Belangsinga, Desa Saba ........................ 42
Gambar 2.19 Batu besar di Sungai Petanu diyakini memiliki
kekuatan gaib/keramat......................................................................................... 44
Gambar 2.20 Skema rganisasi ssial Desa Saba
Di Bali dikenal dua pengeran desa, yaitu: ................................. 47
Gambar 2.21 Vila di Desa Saba ........................................................................................................... 66
Gambar 2.22 Tanaman komoditas penduduk Banjar Banda.......................... 66Gambar 2.23 Pekerja mengangkut batu ................................................................................. 68
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
13/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 2012xii
Gambar 2.24 Tumpukan batu padas ............................................................................................ 68
Gambar 2.25 Ibu yang sudah berusia ........................................................................................ 69
Gambar 2.26 Cananglanjut sedang membuat canang........................................ 69
Gambar 2.27 Penjual babi sedang ................................................................................................. 70
Gambar 2.28 Hasil home industrymenimbang babi berupa
pia kaang hijau .............................................................................................................. 70
Gambar 2.29 dan Gambar 2.30 Lesung, alat untuk membuat jamu .. 71
Gambar 3.1 Upaara inisiasi (nutug kelih) pada remaja................................... 87
Gambar 3.2 Ibu hamil selesai mandi di pantai............................................................. 96
Gambar 3.3 Ibu hamil selesai mandi di pantai ditemani suaminya ... 96
Gambar 3.4 Tempat menanam ari-ari bayi yang baru lahir ........................ 100
Gambar 3.5 Gelang hitam pada bayi ...................................................................................... 102
Gambar 3.6 Bbk berupa beras yang ditumbuk dibalurkan
di atas kepala bayi....................................................................................................... 102
Gambar 3.7 dan gambar 3.8 Upaara tutug kambuhan. ................................. 105
Gambar 3.9 Daun sage, bahan untuk membuat jamu guna
melancarkan air susu ibu. .................................................................................. 107
Gambar 3.10 dan 3.11 Kegiatan psyandu yang dikrdinasi
oleh kelian Banjar Banda.................................................................................... 109
Gambar 3.12 Pengbatan tradisinal u dengan menggunakan
beras kenur (meboreh) ....................................................................................... 110
Gambar 3.13 Banten/sesaji untuk upacara natab nelubulanin ................. 111
Gambar 3.14 Salah satu prosesi upacara natab nelubulanin
untuk memanggil atur sanak (empat saudara) .................... 111
Gambar 3.15 Rangkaian prsesi upaara natab nelubulanin ...................... 112
Gambar 3.16 Prsesi ptng rambut bayi............................................................................ 113
Gambar 4.1 Kegiatan psyandu di Banjar Banda.v ................................................. 124
Gambar 4.2 Serang balita hendak dimbang di posyandu
di Banjar Banda. ............................................................................................................. 125
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
14/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
xiii
DAfTAR TABEL
Tabel 4.1 Mdel Alternaf Perilaku Kesehatan
Fred L. Duun (1976) ................................................................................................................ 128
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
15/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 2012xiv
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
16/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
1
BAB I
PENDAhULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kemaan Ibu (AKI) dan Angka Kemaan Bayi (AKB) di Indnesia
masih ukup nggi dibandingkan negara ASEAN lainnya. Survei Demgra
dan Kesehatan Indnesia (SDKI) 2007 memberikan data bahwa AKI 228
per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup. Ber-
dasar kesepakatan glbal MDGs (Millenium Development Goals) tahun
2000 diharapkan tahun 2015 terjadi penurunan AKI menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup.
Berbagai upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)dilakukan untuk mengatasi
perbedaan yang sangat besar antara AKI dan AKB di negara maju dan
di negara berkembang seper Indnesia. Upaya KIA dilakukan untuk
menyelamatkan perempuan agar kehamilan dan persalinan dapat dilalui
dengan sehat, aman, dan dihasilkan bayi yang sehat.
Data Susenas 2007 menunjukkan bahwa hanya sekitar 35% penduduk
sakit yang menari pertlngan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Tampak-
nya ukup banyak penduduk yang dak memanfaatkan fasilitas kesehatan,
terbuk 55,4% persalinan terjadi di fasilitas kesehatan dan 43,2% mela-
hirkan di rumah. Dari jumlah ibu yang melahirkan di rumah, 51,9% di-tlng leh bidan dan masih ada 40,2% yang ditlng dukun bersalin
(Riskesdas 2010). Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa setahun
sebelum survei, 82,2% persalinan ditlng leh tenaga kesehatan, namun
masih ada kesenjangan antara pedesaan (72,5%) dan perktaan (91,4%).
Masih ngginya pemanfaatan dukun bersalin serta keinginan masyarakat
untuk melahirkan di rumah, terkait dengan faktr-faktr ssial budaya.
Masalah kesehatan ibu dan anak dak terlepas dari faktr-faktr
sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat tempat mereka berada.Disadari atau dak, faktr-faktr keperayaan dan pengetahuan tradisinal
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
17/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 20122
seper knsepsi-knsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab
akibat antara makanan dan kndisi sehat-sakit, dan kebiasaan, sering kali
membawa dampak psif atau negaf terhadap kesehatan ibu dan anak.
Salah satu sebab mendasar masih ngginya kemaan ibu dan anak adalah
budaya, selain faktr-faktr yang lain seper kndisi gegra, penyebaran
penduduk, atau kondisi sosial ekonomi.
Pla dasar kesehatan masyarakat dak terlepas dari masalah ssial
budaya. Renana strategi Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 ten-
tang prgram Gizi dan KIA menyebutkan indikatr terapainya sasaran
hasil tahun 2014, yaitu persentase pertlngan persalinan leh tenaga
kesehatan terlah sebesar 90% dan kunjungan nenatal pertama (KN1)
sebesar 90% serta persentase balita yang dimbang berat badannya
(jumlah balita dimbang/balita seluruhnya atau D/S) sebesar 85%
(Kemenkes, 2010).
Luaran yang diharapkan adalah meningkatnya kualitas pelayanan
ibu dan anak serta pelayanan reproduksi. Untuk mencapai hal tersebut
bukanlah hal mudah. Strategi pembangunan kesehatan seper yang ter-
tuang dalam Renana Pengembangan Jangka Panjang Bidang Kesehat-
an tahun 2005-2025 antara lain menyebutkan tentang pemberdayaan
masyarakat. Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan semakin
penng. Masalah kesehatan perlu diatasi leh masyarakat sendiri dan
pemerintah. Keberhasilan pembangunan kesehatan dan penyelenggara-
an berbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan ptensi
spesik daerah, termasuk di dalamnya ssial dan budaya setempat. Pem-
berdayaan masyarakat berbasis masyarakat, arnya pembangunan ke-
sehatan berbasis pada tata nilai perrangan, keluarga, dan masyarakat
sesuai dengan keragaman ssial budaya, kebutuhan permasalahan, serta
ptensi masyarakat (mdal ssial) (Depkes RI, 2009, SKN).
Indnesia yang terdiri dari ribuan pulau besar dan keil yang di huni
ratusan suku bangsa dengan berbagai ragam budaya telah memberikan
suatu kekhasan tersendiri. Perilaku masyarakat, khususnya ma syarakat
tradisional, tercermin dari perilaku mereka memanfaatkan kekayaan in-
telektual masyarakat lkal berupa pengetahuan tradisinal mereka dan
keanekaragaman haya di lingkungannya. Prakk budaya terkait kesehat-
an tersebut, sebagian diklaim leh rang-rang sebagai pengetahuan
modern, menjadi salah satu penyebab buruknya status kesehatan
masyarakat setempat. Sebagai nth, dalam budaya sei, yaitu bayi yang
baru lahir ditempatkan di dalam rumah yang dibawahnya diberi pengasa-
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
18/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
3
pan telah menyebabkan ngginya angka kesakitan gangguan pernapasan
pada bayi baru lahir. Beberapa kelmpk masyarakat di Jawa masih mem-
punyai kebiasaan memberikan makanan pisang dilumat dengan nasi untuk
diberikan kepada bayi usia dini (kurang 4 bulan) sehingga bayi mempunyai
risik terganggu saluran penernaannya.
Kekayaan budaya Indnesia dari berbagai suku bangsa yang tersebar
di seluruh Indonesia telah mewarnai upaya kesehatan. Upaya kesehatan
bisa berupa pelayanan konvensional maupun tradisional dan komple-
menter yang berupa kegiatan prevenf, prmf, kuraf, dan rehabilitaf.
Upaya kesehatan diselenggarakan guna menjamin terapainya derajat
kesehatan masyarakat senggi-ngginya. Dalam hal pelayanan kesehatan
melipu pula pelayanan kesehatan berbasis masyarakat. Di dalamnya ter-
masuk pengbatan dan ara-ara tradisinal yang terjamin keamanan dan
khasiatnya.
Masalah KIA di Indnesia yang terkait dengan ssial budaya menjadi
permasalahan penng yang perlu dikaji seara lebih mendalam dan spesik
sesuai dengan latar belakang daerah dan budaya etnis bersangkutan.
Wujud budaya dapat berupa suatu ide, gagasan, nilai, nrma, peraturan,
dan lain sebagainya yang sering diislahkan sebagai adat isadat. Wujud
budaya yang lain berupa sistem ssial, yaitu akvitas serta ndakan
berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud budaya bisa pula berupa
bentuk benda atau hal-hal yang dapat dilihat, diraba, dan dift, yaitu hasil
sik dari akvitas, perbuatan dan karya seper alat sunat, alat penumbuk
jamu, dan lain sebagainya. Wujud budaya tersebut mereeksikan budaya
dan identas ssial masyarakatnya. Pengembangan atau invasi dengan
melibatkan ssial budaya lkal yang bermanfaat bagi upaya KIA sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tersebut
melalui suatu intervensi yang dapat diterima leh masyarakat pelakunya.
Mempersiapkan generasi penerus yang tangguh demi kesejahteraan
bangsa Indnesia adalah tanggung jawab bersama, maka harus diprio-
ritaskan pemeliharaan kesehatan sejak dalam kandungan sampai remaja.
Permasalahan KIA sering kali merupakan masalah kesehatan yang lkal
spesik terkait dengan ssial budaya setempat. Hal ini perlu digali guna
mengetahui permasalahan mendasar sehingga dapat segera dilakukan
perbaikan dan pemberdayaan budaya yang akan berdampak psif bagi
kesehatan. Dengan demikian, kekayaan budaya Indnesia yang baik dapat
terus dikembangkan, dilestarikan, dan dimanfaatkan seara lkal, bahkan
bila memungkinkan seara nasinal.
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
19/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 20124
Pla dasar kesehatan masyarakat dak terlepas dari masalah ssial,
budaya, maupun lingkungan setempat. orientasi budaya menggambarkan
sikap, pandangan, dan persepsi mengenai masalah kehidupan, termasuk
kesehatan yang dapat memberikan dampak psif maupun negaf ter-
hadap status kesehatan masyarakat seara umum. Pemahaman tentang
budaya masyarakat terkait masalah kesehatan sangat penng untuk
diperhakan sebagai faktr penentu menuju keberhasilan prgram-
prgram kesehatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup individu
maupun masyarakat.
Gambaran tersebut dapat dimanfaatkan para petugas kesehatan
untuk mengetahui, mempelajari, dan memahami apa yang berlaku di
masyarakat. Berdasar budaya yang sudah terpantau tersebut, prgram
kesehatan dapat diranang untuk meningkatkan status kesehatan ibu
dan anak sesuai dengan permasalahan lkal spesik. Dalam prses ini
pendekatan budaya merupakan salah satu ara yang penng dan dak
bisa diabaikan.
Dalam hubungan dengan IPKM sebagai salah satu indikatr keber-
hasilan pelayanan kesehatan di Bali, Kabupaten Gianyar merupakan
salah satu kabupaten yang dinilai berhasil menapai Indeks Pelayanan
Kesehatan Masyarakat (IPKM) yang nggi. Atas dasar itu maka Kabupaten
Gianyar dipilih sebagai salah satu lkasi penelian entgra budaya KIA di
Indonesia.
Dari uraian di atas, maka tujuan penelian ini adalah sebagai ber-
ikut:
1. Mendapat gambaran hlisk aspek sejarah, gegra, dan ssial
budaya masyarakat yang terkait dengan kesehatan ibu dan
anak di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Kabupaten
Gianyar.
2. Mendapat gambaran ngkat keperayaan masyarakat setempat
terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak di Kabupaten
Gianyar.
3. Mendapat gambaran tentang ptensi dan kendala yang diha-
dapi masyarakat dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak di
Kabupaten Gianyar.
1.2 Penngnya Penelian Ini Dilakukan
Semakin disadari bahwa budaya dak bisa diabaikan pengaruhnya
terhadap status kesehatan masyarakat. Karena itu, riset tentang budaya
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
20/153
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
21/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 20126
hatan RI, Pemerintah Daerah/Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Dinas Kese-
hatan Daerah. Sementara itu, sebagai pembekalan pengetahuan sangat
bermanfaat bagi instusi pendidikan terutama, perguruan nggi dan
lembaga pendidikan tenaga kesehatan lainnya. Dengan demikian, hasil
penelian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik seara teres maupun
praks.
1.3.1 Manfaat Teores
Penelian ini mempunyai manfaat teres sebagai berikut.
1. Dapat menambah wawasan dan memberi mvasi untuk me-
nindaklanju kajian ilmiah tentang etngra kesehatan ibu dan
anak.
2. Dapat memperkaya khazanah pengetahuan tentang budaya
kesehatan di Indonesia pada umumnya dan KIA khusunya pada
masyarakat Bali.
1.3.2 Manfaat Praks
Penelian ini mempunyai manfaat praks sebagai berikut.
1. Sebagai salah satu bahan infrmasi yang dapat dirujuk leh
akademisi dan praksi kesehatan, khususnya tentang KIA, da-
lam melaksanakan Tupoksinya.
2. Diperlehnya data-data engra yang mendalam mengenai
kesehatan ibu dan anak di masyarakat Bali pada umumnya dan
Banjar Banda pada khususnya.
3. Hasil penelian ini diharapkan dapat dipakai sebagai rujukan
para penentu kebijakan tentang prgram kesehatan ibu dan
anak (KIA) di Indnesia maupun suatu daerah yang spesik.
1.4 Tinjauan Pustaka
Kesehatan merupakan bagian integral dari kebudayaan. Manusia
mampu melakukan akvitas kebudayaan jika dalam keadaan sehat, se-
hingga dapat dipahami bahwa kesehatan merupakan elemen penng
bagi kebudayaan. Begitu pula sebaliknya, kebudayaan juga bisa menjadi
pedoman masyarakat dalam memahami kesehatan. Untuk itu, memahami
masalah kesehatan yang ada di masyarakat melalui kebudayaan sangat
penng dilakukan karena masalah kesehatan dak pernah lepas dari
situasi dan kndisi masyarakat dan budayanya (Ahimsa, 2005:16). Sebagai
nth, dalam penelian Hambatan Budaya dalam Interaksi Bidan-Ibu
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
22/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
7
Hamil: Studi Ketaatan untuk Meningkatkan Suplemen dan Status Besi
di Puskesmas Banyuurip, Kabupaten Purwrej, Jawa Tengah yang di-
lakukan leh Emiliana Mariyah dan Mhammad Hakimi (2005:105),
Emiliana dan Hakimi (2005:132) menyimpulkan bahwa masih kuat sistem
keperayaan dan prakk pantangan yang dilakukan ibu hamil berkaitan
dengan demensi budaya setempat. Pada saat hamil, seara medis ibu dan
bayi memerlukan makanan yang bergizi dan zat besi lebih banyak, namun
dalam prakknya, yang terjadi justru ibu-ibu melakukan hal sebaliknya.
Ibu menghindari, bahkan mengurangi, jumlah dan jenis makanan tertentu
yang mengandung gizi nggi, serta mengabaikan zat besi yang sangat
dibutuhkan selama kehamilan, karena berbagai alasan yang berkaitan
dengan keperayaan dan nilai budaya setempat. Selain faktr budaya,
tersedianya pelayanan kesehatan medis, keterjangkauan seara eknmi
dan jarak, mutu pelayanan kesehatan, serta persepsi dan ngkat keparahan
penyakit juga berpengaruh kuat terhadap pemilihan pelayanan kesehatan
yang tersedia.
Menurut kerangka H.L Blum (1969), derajat kesehatan dapat dipe-
ngaruhi leh empat faktr yang saling berhubungan, yaitu faktr pem-
bawaan/keturunan, lingkungan sik dan ssial budaya, ngkah laku, dan
pelayanan kesehatan (Rekmn dan Seady,1984). Dari keempat faktr
tersebut, faktr lingkungan sik dan ssial budaya, dan ngkah laku
menjadi faktr yang dminan.
Berdasarkan penjelasan sekilas mengenai penelian dan knsepsi
tersebut dapat dipahami bahwa kesehatan mempunyai krelasi yang
sangat erat dengan kebudayaan. Untuk itu, perlu ada pemahaman se-
ara hlisk mengenai budaya masyarakat yang berkaitan dengan peri-
laku kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak (KIA). Mengup
pandangan Heddy Shri Ahimsa-Putra (2005:16), bahwa dalam pandangan
para ilmuwan sosial budaya, masalah kesehatan dalam suatu masyarakat
sangat erat kaitannya dengan fasilitas kesehatan, sarana transprtasi dan
kmunikasi yang ada dalam suatu masyarakat, keperayaan, jenis mata
penaharian serta lingkungan sik tempat masyarakat tersebut berada.
Dilihat dari perspekf ini masalah kesehatan dak lagi dapat dipahami
dan diatasi hanya dengan memusatkan perhaan pada kesehatan tubuh.
Kesehatan tubuh adalah hasil dari proses interaksi antara unsur-unsur
internal tubuh dengan unsur eksternalnya. Jika para dkter aap kali lebih
banyak memperhakan unsur-unsur internal atau melihatnya seara ek,
maka para ilmuwan ssial budaya lebih memperhakan unsur-unsur
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
23/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 20128
eksternal atau seara emik. Dengan demikian, dalam rangka memahami
seara hlisk budaya kesehatan ibu dan anak (KIA), maka knsepsi
budaya ek dan emik akan dijadikan sebagai landasan analisis.
1.5 Metode Penelian
1.5.1 Lokasi Penelian
Penelian ini dilaksanakan di Kabupaten Gianyar, yang lebih ter-
fkus pada etnis Bali yang bermukim di wilayah Banjar Banda, Desa
Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Diplihnya
Kabupaten Gianyar dan Banjar Banda sebagai seng penelian didasarkan
atas permbangan bahwa Kabupaten Gianyar merupakan satu kabupaten
yang menapai IPKM ternggi di Bali.
1.5.2 Jenis Penelian, Sumber data, dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis penelian ini adalah kualitaf sehingga penelian ini meng-
gunakan dua sumber data, yaitu sumber data primer dan sumber data
skunder. Data primer adalah data atau infrmasi yang di perleh seara
langsung dari sumber-sumber utama, yakni para infrman dan hasil
bservasi langsung peneli terhadap berbagai periswa, kejadian, dan
perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak (KIA).Sementara data sekunder adalah data atau infrmasi yang diperleh
seara dak langsung melalui telaah atau kajian terhadap dkumen-
dkumen yang terkait dengan KIA.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelian ini, yaitu
bservasi parsipasi, wawanara mendalam, dan analisis dkumen serta
kepustakaan terkait. observasi parsipasi yang dilakukan adalah peneli
ikut terlibat dalam berbagai kegiatan yang dilakukan masyarakat, baik yang
berkaitan langsung dengan KIA maupun dak berkaitan langsung denganKIA, seper kegiatan ssial dan keagamaan. Hal ini memungkinkan untuk
dilakukan karena peneli nggal bersama masyarakat di wilayah penelian
selama hampir ga bulan penuh. Namun, perlu dikemukakan di sini bahwa
selama berlangsungnya pengamatan, seara bersamaan juga dilakukan
wawanara berkenaan dengan sesuatu yang dilihat dan didengar terkait
masalah yang dikaji guna memperleh pengetahuan dan pemahaman
yang lebih dalam dan kmprehensif. Aspek-aspek yang dierma dalam
pengamatan adalah (1) keadaan/situasi di tempat kegiatan kelmpk yangditeli; (2) rang-rang yang ikut serta dalam situasi tersebut, termasuk
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
24/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
9
jenis kelamin, usia, prfesi, tempat asal, dan lain-lain; (3) kegiatan yang
dilakukan rang dalam situasi tersebut; (4) benda-benda atau alat yang
digunakan; (5) perbuatan, yaitu ndakan para pelaku dan ekspresi wajah
sebagai erminan perasaan dan emsi mereka.
Teknik wawanara mendalam digunakan dalam penelian ini ter-
utama untuk menggali infrmasi mengenai pengalaman individu yang
biasanya disebut sebagai metde penggunaan data pengalaman individu
(individual life history) atau dkumen manusia (human document) (Ken-
tjaraningrat, 1989:158). Dalam hal ini peneli mengajukan pertanyaan-
pertanyaan seara bebas dan leluasa, namun tetap dipandu dengan
pedman terhadap pkk-pkk masalah yang ingin dipahami. Dengan
ara ini wawanara dapat berlangsung luwes, bisa lebih terbuka sehingga
diperleh infrmasi yang lebih kaya, pembiaraan dak terlampau frmal
dan lebih mudah mengalihkan satu tpik ke tpik yang lain sehingga sua-
sana wawanara dak membsankan, baik bagi peneli maupun bagi in-
forman.
Teknik analisis dkumen dilakukan dengan menganalisis berbagai
dkumen yang ada dan terkait dengan permasalah KIA di lkasi penelian.
Di samping menggunakan dkumen terkait, analisis penelian ini juga
menggunakan dukungan buku kepustakaan terkait.
1.1.3 Teknik Analisis Data
Dalam penelian ini teknik analisis yang digunakan adalah deskripf
interpretaf dengan berdasarkan pada perspekf atau knsepsi seara
emik dan ek. Prses analisis seara emik dan ek dilakukan seara
berganan dalam satu rentang situasi waktu, tempat, dan aktr. Seara
knkret mekanismenya bahwa seap infrmasi penng yang diperleh
dari infrman langsung dianalisis untuk membuat hiptesis-hiptesis keil
yang kemudian digunakan untuk membuat pertanyaan berikutnya. Dengan
demikian, teknik analisis dan wawanara tersebut mengau kepada apa
yang leh Taylr dan Bgdan (1984:128) disebut dengan islah go hand-
in-hand. Data yang dikumpulkan dalam penelian ini sebagian besar
berwujud data kualitaf. Data ini kemudian dianalisis dengan mengiku
prsedur analisis data kualitaf sebagaimana dikemukakan leh Miles
dan Huberman (1992) dan Hikmat (2000), yaitu reduksi data, menyajikan
data, menafsirkan data, dan menarik simpulan. Proses reduksi data meli-
pu berbagai kegiatan, yakni penyeleksian, pemfkusan, simplikasi,
pengkdean, pengglngan, pembuatan pla, ft dkumentasi untuk
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
25/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 201210
situasi atau kndisi yang memiliki makna subjekf, kupan wawanara
yang memiliki makna subjekf, dan atatan reekf. Penyajian data dan
penafsiran berkaitan dengan penyusunan teks naraf dalam kesatuan
bentuk, keteraturan, pla-pla, penjelasan, kngurasi, alur sebab akibat,
dan prpsisi, sedangkan penarikan simpulan atau verikasi antara lain
menakup hal-hal yang hakiki, yakni makna subjekf, temuan knsepsi,
dan prses universal. Kesemuanya ini dak terlepas dari masalah yang
ditelaah. Kegiatan pengumpulan data, reduksi data, penarikan simpulan
dan penyajian data, merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dan
berlangsung seara siklik ulang-alik sampai mendapatkan hasil penelian
akhir, yakni etngra yang bersifat hlisk dan sarat makna dalam knteks
pemberian jawaban terhadap masalah yang dikaji dalam penelian ini.
Jadi, dengan memadukan dua teknik pengumpulan data dan analisis
tersebut diharapkan hasil penelian ini dapat menggambarkan kedalaman,
dan keluasan aspek-aspek yang dikaji dapat diwujudkan.
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
26/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
11
BAB II
GAMBARAN DAERAh PENELITIAN:PoTRET ETNIS BALI DARI JENDELA
BANJAR BANDA
2.1 Sejara Banjar Banda
Pada zaman kerajaan tersebutlah sebuah hutan yang diberi nama I
Rengked, tempat itu dihuni leh 18 rang dan pada saat itu yang menjadi
pemimpinnya adalah I Rengked. Sebenarnya, hutan Rengked merupakan
wilayah kekuasaan Kerajaan Blahbatuh, namun hutan itu dikuasai oleh
Kerajaan Sukawa. Raja Sukawa pada saat itu adalah Dewa Agung Anom
Kalang yang merupakan Putra Dewa Agung Jambe.Karena hutan Rengked merupakan jajahan Sukawa, maka I Gus
Ngurah Jelank yang menjadi raja di Kerajaan Blahbatuh merasa keewa
karena daerah kekuasaannya dikuasai leh Raja Sukawa. Berkali-kali Raja
Blahbatuh bersama prajuritnya menyerang Raja Sukawa untuk merebut
kekuasaannya kembali, tetapi serangan Raja Blahbatuh selalu menemui
kegagalan. Saat itu kedudukan Raja Sukawa sangat kuat.
Melihat kedudukan Raja Sukawa yang sangat kuat, maka Raja Blah-
batuh memerintahkan I Gus Ngurah Padang dari Bna untuk menyerangKerajaan Sukawa. I Gus Ngurah Padang merupakan putra I Gus Gede
Angkatan. I Gus Ngurah Padang bersama-sama I Rengked bersatu melawan
Raja Sukawa, dan pada akhirnya Raja Sukawa dapat dikalahkan. Maka,
Raja Sukawa menyerah dan hutan Rengked kembali menjadi wilayah
Kerajaan Blahbatuh. Hak I Dewa Anm Kalang berupa keris dikuasai leh
I Gus Gede Padang, dan keris yang didapatnya itu lalu diberi nama Keris
Pusaka Rengked, karena pusaka itu didapat pada waktu merebut hutan
Rengked. Keris pusaka tersebut masih disimpan di Puri Blahbatuh sampaisekarang. Raja Blahbatuh pada saat itu merasa gembira atas kemenangan
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
27/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 201212
yang diperleh I Gus Gede Padang dan I Rengked beserta pengikutnya.
Pada saat itulah nama hutan Rengked diubah namanya menjadi Th Jiwa,
sebab tempat itu direbut dengan pertaruhan jiwa.
Setelah keadaan ukup aman dan dak mungkin terjadi pertumpahan
darah lagi antara Blahbatuh dan Sukawa, seluruh raja di Bali berkunjung
ke Th Jiwa untuk menyaksikan upaara kemenangan Raja Blahbatuh
terhadap Raja Sukawa. Jumlah penghuni hutan Rengked pada saat itu
hanya 18 rang dan dianggap sedikit sekali. Maka, I Gus Gede Padang
berusaha memperbanyak jumlah penghuni Th Jiwa dengan ara menghu-
bungi seluruh raja di seluruh Bali. Barangsiapa pada masa itu dianggap
bersalah dan dikenai hukuman ma, maka rang tersebut diminta dan
dibawa ke Th Jiwa untuk memperbanyak penghuni/penduduk Th Jiwa.
oleh sebab itu, penduduk Th Jiwa menjadi semakin banyak. orang-rang
yang bersalah bertemu di Th Jiwa dan akhirnya tempat pertemuan itu
diberi nama Pesaban. Lama-kelamaan Pesaban berubah nama menjadi
Saba. Karena ada ikatan histris seper itu, maka para Agung (keluarga
kerajaan) sampai sekarang masih datang ke Saba untuk membiarakan
suatu masalah yang dihadapi, di samping untuk menyaksikan kemajuan
kesenian yang ada di Desa Saba. Salah satu kesenian yang sangat me-
nnjl adalah Legng Kratn Saba di samping kemajuan seni Tabuh Ging
Pinda yang telah mendapat Predikat Juara di Tingkat Prvinsi (Prl
Pembangunan Desa Saba, 2004-2005).
Berdasarkan dngeng masyarakat Saba yang termasuk wilayah Kera-
jaan Blahbatuh, Saba memiliki tkh yang terkenal di seluruh Nusantara,
yaitu Pah Keb Iwa. Keb Iwa merupakan salah satu ikn Gianyar. Keb
Iwa dianggap sebagai pahlawan pada masa itu karena dulu selama Keb
Iwa masih hidup, upaya penaklukan Bali leh Majapahit dak pernah
berhasil. Berikut dngeng tersebut.
2.1.1 Legenda Keb Iwa
Knn menurut yang empunya erita, di Desa Bedehe Tabanan per-
nah hidup sepasang suami istri. Mereka rukun dan mempunyai kekayaan
yang melimpah ruah. Sayang mereka belum dikaruniai anak leh Ida Sang
Hyang Widi Wasa atau Allah Yang Mahakuasa.
Keadaan ini membuat mereka sangat risau karena mereka telah
menjadi suami istri selama beberapa tahun lamanya. orang yang tanpa
keturunan, menurut rang Bali, sia-sialah hidupnya. oleh karena itu,
pada suatu hari yang baik menurut hitungan pasaran, suami istri itu
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
28/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
13
bersama-sama pergi ke pura Desa Bedehe untuk memhn kepada Yang
Mahakuasa agar mereka dikaruniai serang putra. Bila permhnan itu
terkabul, mereka berjanji akan mengusahakan agar putranya itu menjadi
hamba Allah yang baik.
Beberapa bulan berlalu, mulailah tampak tanda-tanda bahwa sang
istri mulai mengandung. Betapa girangnya mereka berdua. Setelah genap
masa kandungannya, lahirlah serang bayi laki-laki bertubuh besar yang
diberi nama Kebo Iwa. Bayi laki-laki ini diceritakan dan diyakini masyarakat
memiliki kesakan dan kepintaran dalam asiktektur khas Bali. Bahkan,
sistem irigasi dalam akvitas pertanian yang terkenal dengan islah subak
diyakini masyarakat diciptakan oleh Kebo Iwa. Atas kehebatan Kebo Iwa
dan sebagai bentuk penghrmatan masyarakat Gianyar terhadap Keb
Iwa, maka dibuatlah satu patung Keb Iwa yang dibangun di salah satu
persimpangan jalan menuju bjek wisata Ubud , tepatnya di wilayah Desa
Sakah. Bentuk patung Keb Iwa keka masih bayi dan setelah dewasa
seara lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.1 dan 2.2 sebagai berikut.
Gambar 2.1 Patung bayi Keb Iwa. Gambar 2.2 Patung Keb Iwa saat dewasa.
Menurut mits setempat, bayi itu sangat luar biasa ngkah lakunya.
Keka lahir, ia sudah dapat makan ketupat. Makannya pun bukan main
banyaknya. Seap hari makanannya bertambah sebuah ketupat lagi.
Pertumbuhan bayi itu pun amat pesat. Untuk sekali makan ia dapatmenghabiskan satu bakul besar (kukusan) nasi. Demikianlah seterusnya,
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
29/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 201214
jumlah makanannya makin bertambah sehingga setelah dewasa makannya
pun sudah dak dapat dibatasi lagi. Karena tubuhnya sangat nggi besar,
anak itu diberi nama Keb Iwa yang berar Paman Kerbau .Karena
makannya amat berlebihan, lama-kelamaan habislah harta kekayaan
rang tuanya sehingga rang tua Keb Iwa dak sanggup lagi memberi
makan anaknya. Mereka terpaksa minta bantuan desa. Sejak itu Kebo Iwa
menjadi tanggungan desa. Segala keperluannya ditanggung dan dijamin
leh desa. Untuk tempat nggal Keb Iwa, desa membuatkan sebuah
rumah yang sangat panjang, membujur dari mur ke barat. Panjang balai-
balainya saja membentang sampai melewa Sungai Yeh Empas, sekitar
300 meter. Kami dak sanggup memasakkan makanan Keb Iwa, keluh
penduduk desa. Terlalu banyak yang harus kami masak. Lalu, bagaimana
aranya? tanya yang lain. Suruh saja Keb Iwa masak sendiri, jawab
setengah yang lain. Begitu juga bagus. Sejak saat itu penduduk desa
hanya menyediakan bahan mentahnya. Kebo Iwa memasak sendiri. Un-
tuk keperluan memasak dibangunlah sebuah dapur raksasa di batu
karang yang terletak di Pantai Ska, Selemadeg, Tabanan. Jika hendak
mandi, Keb Iwa pergi ke Sungai Yeh Leh atau ke Danau Beratan. Karena
jangkauan kakinya lebar, ia dapat menempuh perjalanan dari rumahnya di
Bedehe ke tempat pemandian dalam sekejap saja. Kalau Kebo Iwa haus, ia
hanya menusukkan jari telunjuknya ke dalam tanah dan munculla sebuah
sumur keil yang mengeluarkan air. Karena kesakan atau keismewaan
Keb Iwa ini, beberapa waktu lamanya Gajah Mada dari Majapahit dak
mampu menundukkan Pulau Bali. Keb Iwa selalu dapat menangkal
seap serangan tentara Majapahit. Akhirnya Pah Gajah Mada mendapat
siasat. Keb Iwa diajak berdamai. Ia mendapat kehrmatan diundang ke
Majapahit. Karena Keb Iwa sangat terkenal akan kepandaiannya membuat
sumur, sedangkan Majapahit waktu itu kekurangan air minum, Majapahit
mengajukan permintaan agar Keb Iwa bersedia menggali beberapa su-
mur. Karena Keb Iwa serang yang pls, tanpa uriga sedikit pun ia
memenuhi permintaan itu. Walaupun sangat tergesa-gesa berangkat ke
Jawa Timur, Keb Iwa masih sempat menelungkupkan periuknya. Seba
di Majapahit, Keb Iwa segera menggali beberapa sumur. Pekerjaan ini
ukup sukar sebab untuk menapai air, ia harus menggali dalam sekali.
Keka ia sedang asyik bekerja di dasar lubang sumur yang sangat dalam,
ba-ba Pah Gajah Mada menimbuninya dengan kapur sehingga Keb
Iwa sesak napas dan akhirnya meninggal di dalam sumur yang digalinya
sendiri dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Dengan manya pah-
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
30/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
15
lawan Bali ini, dengan sangat mudah Pulau Bali dapat ditaklukkan leh
Majapahit. Periuk Keb Iwa akhirnya menjadi batu dan ditumbuhi alang-
alang. Dapurnya mengalami kerusakan akibat dilanda mbak laut. Demi-
kian hikayat singkat tentang manusia serbabesar. Bukan saja besar tubuh
dan tenaganya, melainkan juga besar jiwanya (James Danandjaja, 1992).
Figur Keb Iwa inilah yang dijadikan ssk pahlawan dan ikn perju-
angan masyarakat Gianyar. Keb Iwa digambarkan sebagai rang yang
tulus dan lugu, namun menjunjung nggi nilai mralitas berdasarkan
ajaran agama Hindu.
Dari erita tersebut tampak bahwa antara Bali dan Jawa memiliki
sejarah panjang yang saling ingin mendminasi. Dampak plis dari
sejarah tersebut membuat Bali mengambil sikap ha-ha terhadap Jawa
dan budaya luar. Dalam dkumen mngra Desa Saba dak disebutkan
sejarah terbentuknya Banjar Banda yang merupakan bagian wilayah
Blahbatuh, Desa Saba. Menurut keterangan Pak Kelian (Ketua Dusun),
yang paling paham tentang sejarah dusun adalah I Wayan GY yang juga
menjabat sebagai Ketua Kertasaba (Ketua Adat). Meskipun termasuk
rang baru di Dusun Banda, Pak GY dahulunya nggal di Blahbatuh dan
mempelajari sastra Bali, termasuk Kitab Babad Blahbatuh. Karena Dusun
Banda termasuk wilayah Kerajaan Blahbatuh, maka sejarah dusun ini juga
dipelajari leh Pak GY seper yang dieritakan berikut ini:
Banda ini masuk wilayah Blahbatuh, maka menurut Babad
Blahbatuh, tempat ini dulu namanya Sumepe. Sumepe adalah
tempat buangan orang-orang zaman Kerajaan Blahbatuh.
Orang-orang buangan di sini beraneka ragam karena berbeda
soroh [klan]. Arnya banyak sesorohan [klan] yang terbuang di
sini. Maka karena banyak sesorohan yang dibuang di sini maka
disebut mengande-ande, maka dengan adanya pembuangan
itu disebut Bande. Lambat laun dinamai Banda. Banda itu bisa
diarkan dalam Bahasa Bali, yaitu bande. Kata banda memiliki
ar orang yang terikat (terpenjara) oleh suatu kerajaan disebut
bande. Bande itu sama dengan tali. Babad ini ditulis pada
abad ke-11. Penguasa yang menciptakan pembuangan ini di
daerah Blahbatuh bernama Sri Karang Buncing. Blahbatuh
beberapa periode masa kekuasaan yang masing-masing
memilki pengikut yang sea, Daerah Raja Blahbatuh ada ga
periode penguasa. Yang pertama Sri Karang Buncing, yang
kedua Tjocorda Pembayun, yang kega adalah Gus Ngurah
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
31/153
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
32/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
17
Sungai Petanu, sedangkan Sukawa menginginkan Saba karena dekat
dengan wilayahnya. Dalam ritual untuk pembuangan Banten dan sisa
bekas upaara memang sebaiknya dibuang ke sungai. Namun, karena
pada saat itu hutan dan akses jalan menuju Sungai Petanu sangat sulit,
maka tempat untuk pembuangan bekas upaara ada sebelah mur Pura
Puseh yang menyalurkan air dari anak sungai, dengan ls bahwa anak
sungai ini nannya juga sampai di Ssungai Petanu dan akhirnya sampai ke
laut [Wawanara dengan I Wayan GY].
Dahulu banyak warga banjar mandi di Sungai Petanu dan juga di
panuran di samping Pura Puseh. Namun, setelah PAM masuk sekitar
tahun 1992, warga lebih memilih menggunakan air PAM, meskipun masih
ada warga yang mandi di tempat pemandian umum tersebut dan di sungai
walau dak sebanyak dulu.
Menurut penuturan salah serang infrman yang juga serang t-
koh masyarakat, Pak Wayan, dahulu wanita Bali terbiasa mengangkut air
di kepalanya dari mata air ke rumah atau membawa banten dari rumah ke
pura, namun sekarang istrinya saja sudah dak bisa. Adanya pura-pura dan
sanggah di dusun ini juga dak bisa lepas dari masuknya para soroh [klan],
baik yang merupakan rang buangan pada zaman Kerajaan Blahbatuh mau-
pun pendatang yang masuk dusun tersebut. Soroh-soroh yang ada di dusun
ini adalah Soroh Pasek Kelagi, Soroh Pasek Bendeso, Soroh Pasek Kayu selem,
Soroh Pande Besi, Soroh Pande Bratan, Soroh Tubuane, Soroh Pasek Pulosa-
ri, Soroh Meranggi, Soroh Pasek Manikan, dan Soroh Pasek Dangke.
Para soroh2 ini memelihara empat Pura Kahyangan yang menjadi
tanggung jawab bersama atau tanggung jawab Banjar Banda. Pura
tersebut, yaitu Pura Puseh, Pura Dalem, Pura Desa, dan Pura Tumpek.
Sementara pura-pura yang lain menjadi tanggung jawab soroh masing-
masing, seper Pura Budha cemeng, Pura Tegeuh, Pura Tanrh, Pura
Tambun, Pura Pasek, dan Pura Ulun carik Banda. Biasanya ada ga prfesi
yang punya pura tersendiri, yaitu nelayan, pedagang, dan petani. Karena
Dusun Banda terletak di daerah pertanian, maka hanya ada satu pura
petani di dusun itu, namanya Pura Ulen Sui, sedangkan pura nelayan di
Desa Saba terletak di tepi Pantai Saba, namanya Pura Sekeluih Suunkidul.
Masuknya perusahaan ksmek ke Bnbiu atau dusun tetangga pada
tahun 2002 juga berpengaruh terhadap pla tanam pertanian di dusun
ini. Jika dulu mayritas masyarakat Banda menanam padi, maka setelah
2 Soroh: garis keturunan.
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
33/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 201218
ada pabrik ksmek, sekitar ga tahun terakhir ini beberapa petani mulai
menanam tanaman aloeverra [lidah buaya] sebagai bahan ksmek. Pada
awalnya perusahaan hanya mengntrak beberapa lahan, namun akhirnya
juga menerima atau membeli aloeverra yang ditanam leh penduduk di
luar area kntrak dengan harga Rp1.500,00 per kilgram.
Di Banjar Banda ada vila yang menurut penduduk desa, pemilik
vila sering membantu kegiatan ritual pura di Banjar Banda. Pemilik vila
dan pabrik ksmek adalah rang yang sama, yaitu rang Belanda, yang
menurut masyarakat di bajar itu, adalah rang terkaya keempat di Be-
landa, namun untuk pengellaannya diperayakan kepada salah serang
penduduk Banda yang berprfesi sebagai plisi.
Masuknya perusahaan ini membawa perubahan dalam pola pemu-
kiman dan pemilihan tanaman di lahan baik sawah maupun pekarangan.
Tidak hanya itu, ibu-ibu yang berprfesi sebagai pegawai, baik di perusa-
haan itu maupun di perusahaan di luar Banda, membawa perubahan pola
pengaturan dan perawatan anak seper yang dieritakan salah serang
informan penjual lawar sapi di dekat balai banjar. Ibu ini hanya berjualan
pada malam hari, padahal dulu ia juga berjualan buka pada siang hari. Hal
ini disebabkan karena anak perempuannya sudah mempunyai anak dan
dipkan kepadanya (neneknya) karena ibu si anak tersebut bekerja dan
baru pulang ke rumah pukul 17.00. Maka, neneknya baru bisa menyelesai-
kan pekrjaannya setelah ibu si anak pulang.
2.2 Geogra dan Kependudukan
Seara gegras Banjar Banda masuk wilayah Desa Saba yang terletak
di sebelah selatan Desa Blahbatuh, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten
Gianyar. Kabupaten Gianyar adalah salah satu dari 8 kabupaten yang ada
di prvinsi Bali, yang terletak di bagian tengah dan selatan Pulau Bali
seper tampak dalam lingkaran merah pada peta 2.3 berikut.
Untuk menapai Banjar Banda dapat ditempuh dari utara Jalan
Raya Blahbatuh, sedangkan dari mur taut dapat ditempuh melalui
Banjar Dinas Perangsada. Sementara, dari arah mur dapat ditempuh
melalui Desa Pering dengan jalan raya sepanjang 2,1 km. Perjalanan ke
Banjar Banda juga dapat ditempuh melalui Banjar Dinas Gelumpang,
Desa Sukawa yang berjarak 1,5 km. Sejak pembangunan jalan by pass
Kusamba [Jalan Prf. Dr. Ida Bagus Mantra] Banjar Banda dapat ditempuh
dalam waktu relaf singkat dari arah Bandara Ngurah Rai melewa jalan
by pass Ngurah Rai dan Jalan Prf. Ida Bagus Mantra. Pembangunan jalan
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
34/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
19
ini dapat menguntungkan perkembangan pariwisata dan pereknmian
Banjar Banda. Banjar Banda merupakan desa pantai yang mempunyai
luas wilayah 600,60 Ha yang membentang dari utara ke selatan dengan
kenggian 0-500 m di atas permukaan air laut. Dengan kndisi ggra
seper ini, maka pengembangan wisata serta industri penunjang pariwisata
akan memberikan kntribusi yang besar terhadap pembangunan desa.
Banjar Banda memiliki batas-batas wilayah seper tampak dalam peta
Banjar Banda, yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Banjar Belang-singa, di sebelah mur dengan Desa Pering, di sebelah selatan dengan
Banjar Saba, dan sebelah Barat dengan Keamatan Sukawa. Adapun
batas wilayah penelian tampak pada gambar 2.4 berikut.
Dinjau dari sisi klimatlgis, Banjar Banda mempunyai iklim yang
dak berbeda dengan wilayah lain di Bali, yakni beriklim trpis dengan
dua musim, yaitu musim penghujan dan kemarau. Musim penghujan
biasanya terjadi pada bulan oktber-April, sedangkan musim kemarau
terjadi pada bulan April-oktber. Namun, musim tersebut daklah mutlakterjadi pada bulan-bulan tersebut karena hal ini sangat dipengaruhi leh
Gambar 2.3 Peta Bali, Kabupaten Gianyar merupkan lkasi penelian.
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
35/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 201220
letak gegras maupun keadaan uaa setempat sehingga sering terjadi
musim kemarau yang lebih panjang daripada musim penghujan. Keadaan
seper ini sangat merugikan para petani mengingat di Banjar Banda sektr
pertanian menjadi sumber utama pendapatan keluarga selain budidaya
udang. Pertanian menjadi sektr utama karena tanah pertanian di Banjar
Banda seluas 65 hektar dan terdiri atas 210 anggta subak.3
curah hujan tahunan di Banjar Banda tergantung pada musim dan
keadaan tpgras Desa Saba yang membentang dari utara ke selatan.
curah hujan yang mengguyur Banjar Banda sangat membantu petani
menjaga kesuburan tanah pertanian.
Dilihat dari segi administraf dan kewilayahan, Banjar Banda terletak
membujur dari utara ke selatan dan terdiri atas satu Banjar Dinas Banda dan
satu Desa Pakraman Banda, melipu banjarpenyarikan yang membawahi
3 Subak adalah sistem pengairan di Bali.
Gambar 2.4 Batas wilayah penelian.
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
36/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
21
Tempekan I dan Tempekan II. Tempekan I adalah kelmpk rumah yang
berada di sebelah utara Balai Banjar Banda, sedangkan Tempekan II adalah
kelmpk rumah yang ada di sebelah selatan Balai Banjar.
Banjar Banda dahulu adalah hutan. Banjar Banda ini diapit oleh dua
sungai, yaitu Sungai Petanu dan Sungai Subak Saba. Namun, seiring de-
ngan perkembangan penduduk, sekarang ini hutan sudah dak ada lagi di
wilayah ini karena sudah menjadi pemukiman penduduk. Dulu penduduk
mengambil air di sumber air yang ada di sepanjang Sungai Petanu, sebagian
lagi mengambil air di panuran di dekat Pura Puseh, seper tampak pada
gambar 2. 5 dan 2.6 berikut.
Menurut erita salah serang ibu, keka ia masih keil dulu, air di
panuran itu untuk minum dan masak, juga untuk mandi dan menui.
Tetapi, keka PAM masuk, sekarang semua rang menggunakan PAM,
mungkin karena lebih praks. Namun, rang harus membayar seap
bulan dan untuk membayarnya kadang dak ukup sehingga rang harus
bekerja keras. Kadang, meskipun sudah bekerja keras, hasilnya belum
tentu ukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga kadang
untuk biaya renvasi rumah atau membangun rumah, rang harus pinjam
di bank dan mencicil sedikit demi sedikit.
Gambar 2.5 Pancuran air di Banjar Banda dan Gambar 2.6 Pancuran di Pura Musen
Dkumen Tim Peneli Gianyar, 2012.
Gambar di sebelah kiri adalah panuran yang ada di bawah Pura
Puseh Banda, sedangkan gambar di sebelah kanan adalah panuran air
di Pura Musen di tepi Sungai Petanu yang berada di wilayah Banjar Blang-singa. Banyak penduduk mengambil air dii Pura Musen meskipun harus
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
37/153
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
38/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
23
bakar. Tetapi, berbeda dengan sampah plask, sebab sampah jenis ini sulit
diurai leh tanah dan mengurangi kesuburan tanah sehingga banyak rang
membuangnya ke sungai hingga menyebabkan parit penuh dengan sampah-
sampah plask seper dalam gambar 2.9 dan gambar 2.10 berikut.
Gambar 2.9 Tempat pembuangan sampah 2.10 Parit penuh dengan sampah.
penduduk Banjar Banda.
Suatu hari kami mengbrl dengan salah serang infrman yang
sebelah rumahnya digunakan leh beberapa penduduk untuk membuang
sampah. Dia bererita bahwa pada tahun 2013 Desa Saba akan menge-
luarkan uang Rp175 juta untuk membeli truk sampah. Hal ini sudah
direnanakan, tetapi masih perlu mematangkan manajemen pengellaan-
nya. Perlu direncanakan berapa biaya untuk sopir, perawatan mobil, dan
sebagainya. Warga di banajar ini hanya paham ara mengella sampah.
Mereka hanya membakarnya, belum paham tentang pengmpsan dan
daur ulang sampah plask. Dulu sebelum gas elpiji masuk, para warga ter-
biasa menggunakan kayu bakar, jadi sisa-sisa upaara seper daun kelapa
dan bunga akan dikeringkan, lalu dimanfaatkan sebagai bahan bakar un-
tuk memasak sehingga yang tersisa hanya abu untuk menui piring ataupemupukan lahan. Namun, sekarang semua rang sudah menggunakan
gas sehingga mereka membuang sisa perlengkapan upaara mereka.
Pernah terjadi kasus tersumbatnya saluran irigasi di sebelah mur
Balai Banjar, karena banyaknya sampah. orang membuang sampah keluar
dari rumahnya dan menganggap masalahnya sudah selesai, padahal
rang-rang di hulu inilah yang menjadi penyebab penumpukan sampah
di hilir. Jalan keluar permasalahan ini adalah perlu adanya aturan adat yang
menguatkan mereka agar mau membuang sampah di halaman rumahmasing-masing, dan jika warga membuang sampah keluar dari halaman
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
39/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 201224
rumah akan dikenakan sanksi adat. Hal ini akan menguatkan penerapan
pengaturan sampah di Banjar Banda.
Air sungai di Banjar Banda dibagi menjadi ga kategri, yaitu air
sungai untuk mengairi sawah, air sungai yang disalurkan ke selkan ping-
gir jalan, dan air sungai besar seper di Sungai Petanu. Air sungai untuk
mengairi sawah diatur leh subak, sedangkan air yang mengalir lewat se-
lokan di tepi jalan dimanfaatkan oleh beberapa penduduk untuk mencuci
pakaian dan menui sepeda mtr. Air ini juga dipakai untuk mengairi
klam-klam ikan yang ada di tempat pemaningan di Jalan Saba. Air Su-
ngai Petanu digunakan warga untuk mandi dan melabuh ktran sekala,
misalnya keka warga mengadakan ritual ptng rambut di Pura Musen,
rambut sebagai simbl ktran akan dihanyutkan ke Sungai Petanu supaya
ktran yang ada pada anak tersebut hanyut terbawa aliran air sungai.
Ada pantangan untuk mereka yang ingin mengambil atau menggu-
nakan mata air, yaitu wanita yang sedang menstruasi dak bleh meng-
ambil air di Pura Musen, juga ke mata air yang lain. Wanita yang sedang
menstruasi dianggap ktr karena mengeluarkan sesuatu dari dalam
tubuhnya. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh manusia dianggap ktr.
orang juga dak bleh kening di tempat sui karena air kening adalah
sesuatu yang dianggap ktr, jadi harus dibuang pada tempatnya.
Banjir yang terjadi akibat saluran air yang tersumbat sampah menye-
babkan warga bersepakat untuk dak membuang sampah sembarangan.
Hal ini sudah direalisasikan dalam renana desa yang akan membeli dan
mengella truk sampah agar kndisi sungai dan mata air dak teremar.
Gambaran kndisi parit yang ada di Banjar Beda yang kndisinya relaf
masih baik tampak pada gambar berikut.
Sistem pertanian di Banjar Banda ada ga jenis, yaitu sistem pertanian
sawah yang diatur leh sistem subak dan ada pengurusnya, sistem
pertanian ladang yang ditanamai tanaman lidah buaya, kaang tanah, dan
singkng. Sistem pertanian di halaman rumah sendiri, biasanya ditanami
sayuran dan buah-buhan untuk dikonsumsi sendiri.
Sistem pembagian air untuk mengairi sawah penduduk diatur leh
subak dengan membuat saluran besar maupun keil. Saluran air besar
adalah milik bersama, sedangkan aliran keil untuk sawah milik pribadi.
Lahan pertanian yang dak mendapatkan air (ladang) biasanya diman-
faatkan warga untuk menanam tanaman tertentu. Ladang di Banjar Banda
umumnya ditanami lidah buaya untuk memenuhi kebutuhan perusahaan
yang memprduksi lidah buaya menjadi bahan ksmek dan pupuk. Se-
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
40/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
25
lain lidah buata, ladang penduduk juga ditanami pisang dan singkng se-
per tampak dalam gambar berikut.
Menurut keterangan Klian Subak, lahan di Banjar Banda yang dapat
digunakan untuk persawahan masih luas, namun warga hanya meman-
faatkannya pada saat musim tanam padi, yaitu pada musim penghujan.
Pada musim kemarau biasanya disewakan kepada rang luar. Ada yang
disewa untuk ditanami meln dan ada yang disewa untuk kandang ayam.
Pembagian musim tanam leh petani juga dibagi dua, yaitu tanaman
musim basah (padi) dan tanaman musim kering (palawija).
Gambar 2.11 Parit di Banjar Banda. Gambar 2.12 sawah di Banjar Banda.
Gambar 2.13 Ladang penduduk Banjar Banda. 2.14 Lidah buaya, kmditas yang
dibudidayakan penduduk Banjar Banda.
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
41/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 201226
2.2.1 Kependudukan
Dalam buku Gianyar dalam Angka 2010 disebutkan bahwa jumlah
penduduk Kabupaten Gianyar pada tahun 2010 adalah laki-laki berjumlah
237.493 jiwa dan perempuan berjumlah 232.284 jiwa sehingga jumlahseluruh penduduk Gianyar adalah 469.777 jiwa. Untuk Kecamatan
Blahbatuh, pada tahun 2010 jumlah penduduk laki-laki 33.245 jiwa dan
perempuan 32.630 jiwa. Jumlah seluruh penduduk Keamatan Blahbatuh
65.875 jiwa.
Perkawinan di Banda merupakan periswa penng yang sarat akan
makna dan adat isadat. Para rang tua mempunyai nilai ideal yang me-
reka harapkan dari anaknya. Seper mislanya keluarga pendeta meng-
inginkan aln menantunya juga berasal dari keluarga Brahmana. Begitujuga anggta soroh atau klan Pande, mereka menginginkan anaknya me-
nikah dengan keluarga satu soroh. Pernikahan satu soroh dianggap ideal
di daerah ini.
Menurut keterangan Pak GY, dalam ritual perkawinan, perlengkapan
banten pkk yang digunakan di desa-desa di Bali umumnya sama.
Yang membedakan hanya tambahan nilai seni yang ada pada masing-
masing desa, tetapi banten pokoknya sama. Namun, dalam kenyataan di
masyarakat saat ini, nilai perkawinan yang ideal dak selamanya seper
itu. Menurut erita anak-anak muda yang masih duduk di bangku SMA,
mereka kadang sudah dak melihat soroh lagi. Asalkan mereka inta,
mereka mau menikah dengan laki-laki yang dipilihnya meskipun berbeda
soroh. Seper nth, beberapa warga menikah dengan rang Jawa,
bahkan bergan agama menjadi Islam. Keka mereka kumpul untuk
mengiku aara keluarga besar, hal itu dak menjadi masalah. Dalam aar
tersebut, mereka yang Muslim dak makan babi.
2.2.2 Interaksi dan Kntrl Ssial dalam Masarakat Banda
Meskipun rumah rang Bali selalu dikelilingi tembk yang nggi,
namun ada islah menarik yang diuapkan Pak Gus keka kami
sedang membiarakan bangunan di rumah Pak GY, orang Bali itu mes-
kipun tembknya nggi, tetapi tetangga tahu apa yang ada di dapur
tetangganya. Ada banyak tempat untuk berinteraksi. Ruang publik yang
ada seper balai banjar danplangkan di warung-warung memungkinkan
warga berinteraksi dan berdemkrasi. Pertemuan mereka dalam aara-
aara atau upaara seper otonan, odalan, dan upacara lainnya menjadi
ajang untuk bertemu dan saling bertukar infrmasi.
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
42/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
27
Karena sudah diatur oleh banjar, maka pengurus banjar membuat
aturan yang disepaka bersama leh para anggta banjar, yaitu awig-
awig desa adat. Awig-awig wajib dituru leh anggta banjar dan jika
ada yang melanggar akan dikenakan sanksi leh masyarakat. Mereka yang
mengawal awig-awig ini adalah Pak Kelian dan Pecalang.
2.2.3. Pla Tempat Tinggal
Dinjau dari aspek arsitektur tradisinal Bali, pla tempat nggal
penduduk Bali umumnya terbagi menjadi dua berdasarkan karakterisk
tpgra wilayah, yakni dataran nggi (daerah pegunungan) dan dataran
rendah. Arsitektur tradisinal Bali untuk daerah dataran nggi pada
umumnya berupa bangunan keil-keil dan tertutup untuk menyesuaikan
dengan keadaan lingkungannya yang enderung dingin. Dinding relaf
pendek untuk mengurangi sirkulasi udara yang terlalu dingin. Satu ba-
ngunan bisa digunakan untuk berbagai akvitas, baik akvitas sehari-
hari seper dur dan memasak, maupun untuk upaara pada hari-hari
tertentu. Luas dan bentuk pekarangan relaf sempit dan dak beraturan
yang disesuaikan dengan tpgra tempat nggalnya.
Untuk daerah dataran rendah, pekarangannya relaf luas dan datar
sehingga bisa menampung beberapa massa dengan pla kmunikaf.
Umumnya berdinding terbuka dan masing-masing mempunyai fungsi
tersendiri. Seper bale daja untuk ruang dur dan menerima tamu penng,
bale dauh untuk ruang dur dan menerima tamu dari kalangan biasa, bale
dangin untuk upacara, dapur untuk memasak,jineng untuk lumbung padi,
dan tempat sui untuk pemujaan. Untuk keluarga raja dan Brahmana,
pekarangannya dibagi menjadi ga bagian, yaitu jaba sisi (pekarangan
depan), jaba tengah (pekarangan tengah) dan jero (pekarangan untuk
tempat nggal). Bahan bangungan juga menerminkan status ssial
pemiliknya. Masyarakat biasa menggunakanpopolan (spei yang terbuat
dari lumpur tanah liat) untuk dinding bangunan, sedangkan glngan raja
dan Brahmana menggunakan tumpukan bata.
Untuk tempat sui/tempat pemujaan, baik milik satu keluarga
maupun milik suatu kumpulan kekerabatan, mereka menggunakan ba-
han sesuai kemampuan eknmi masing-masing. Untuk bahan atap,
mereka yang mampu akan menggunakan ijuk, sedangkan bagi mereka
yang eknminya kurang mampu akan menggunakan alang-alang atau
genteng. Pla pemukiman dan bangunan kuil tersebut tampak dalam
gambar berikut.
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
43/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 201228
Gambar 2.15 Pla bangunan rumah tradisinal Bali. Gambar 2.16 Kuil keluarga (merajan5)
Dalam prses pembangunan rumah, masyarakat Bali mengawalinya
dengan pengukuran luas areal bangunan yang disebut dengan nyikut
karang. Dilanjutkan dengan caru pengeruak karang, yaitu ritual persem-
bahan kurban dan mhn izin untuk membangun. Setelah izin didapat
barulah dilakukan peletakan batu pertama yang disebut nasarin. Ini
bertujuan untuk mhn kekuatan kepada ibu perwi agar kelak bangunan
menjadi kuat dan kkh. Untuk pekerjanya, termasuk ahli bangunannya,
dilakukan upacaraprayascita, yaitu upaara untuk memhn bimbingan
dan keselamatan dalam bekerja. Jika semua ritual sudah dilaksanakan,
barulah pembangunan dimulai. Setelah bangunan berdiri, sebelum digu-
nakan, dilakukan upaara syukuran yang disebut melaspas danpengurip.
Ini bertujuan membersihkan bangunan dari energi-energi negaf dan
menghidupkan aura bangunan tersebut.
Masyarakat Bali selalu mengawali dan mengakhiri suatu pemba-
ngunan dengan upaara atau ritual. Semua ritual tersebut pada innya
bertujuan memberi kharisma pada bangunan yang akan dibangun dan
untuk menjaga keselarasan hubungan manusia dengan Peniptanya,manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Dalam
perkembangannya, arsitektur tradisinal Bali mengalami perubahan dan
pergeseran fungsi yang berpengaruh pada bentuk, struktur, knstruksi,
bahan, dan erminan ssial pemiliknya. Sebagai nth, wanlan, yang
dulunya dipakai untuk balai pertemuan dan kegiatan adat, kini mengalami
perkembangan fungsi, yaitu sebagai tempat pendidikan Taman Kanak-
kanak, tempat usaha, arena lahraga, dan lain-lain. Kemajuan pariwisata
5 Tempat sui keluarga.
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
44/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
29
juga berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat Bali sehingga
sekarang sulit dibedakan mana puri dan rumah masyarakat biasa karena
masyarakat biasa yang eknminya mapan akan membangun tempat
nggal layaknya sebuah puri. Begitu juga puri yang dulunya merupakan
tempat nggal raja dan keluarganya, yang penjagaannya sangat ketat dan
penuh aturan, sekarang ada yang difungsikan sebagai tempat kunjungan
wisatawan. Bahkan, kini Justru keluarga puri keluar untuk menari tempat
nggal yang baru.
Pesatnya perkembangan teknlgi dak bisa dimungkiri juga berpe-
ngaruh pada arsitektur tradisinal Bali. Arsitektur tradisinal yang didasari
tradisi juga akan selalu mengalami perkembangan dan selalu mengiku
perkembangan zaman. (Shintaningrum KP, ST.) [Sumber: hp://aryaka.
wordpress.com/arsitektur/]
Kntur tanah Desa Saba menurun mendeka Pantai Saba, maka
Banjar Banda di Desa Saba memiliki kontur pantai atau dataran rendah.
Pura Puseh berada di dataran nggi, sejajar dengan Pura Desa dan Pura
Dalem yang terletak di dataran yang lebih rendah. Satu desa pakraman
harus memiliki kahyangan ga ini. Untuk pla pemukiman, para warga
mengiku asta kosala kosali.
Seper dituturkan salah satu infrman, rumah rang Bali selalu
dikelilingi tembk yang terbuat dari batu bata atau batak. Dapur dan
bagian rumah lain harus dipisah. Di Bali tanah yang dipakai untuk rumah
sudah ada ukuran-ukuran tertentu, meskipun tertutup rapat, tembok
itu dak berhubungan. Dapur dan kamar dur harus terpisah. Karena di
Bali ada pajak atas bangunan, maka semua dihitung dan diatur. Merajan
dak dikenai pajak, tetapi kamar dur dikenai pajak. Untuk sanggah tugu
yang dibuat, harus/wajib ada sebanyak ga buah, yang lainnya tambahan
sesuai keyakinan rang. Sebenarnya dulu hanya ada satu, tetapi karena
ada banyak sekte Hindu di Bali, maka dibangunlah pura samuan ga untuk
menyatukan sekte-sekte tersebut. Itu terjadi sebelum zaman Majapahit.
Kala itu umat Hindu hanya membangunpadmasana dan kemudian kemu-
lan (tempat pemujaan) yang merupakan penyatuan Budha dan Hindu leh
raja yang bernama Raja Jayanihng sesuai lontarAjijayasunu. Upacaranya
bermana Lihong yang sekarang menjadi Legng di Bali.
2.3 Sistem Religi
Sistem kepercayaan atau religi yang dianut leh masyarakat Banjar
Banda sebagian besar berdasarkan ajaran agama Hindu, seper halnya
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
45/153
Buku sEri Etnografi kEsEhatan
Ibu dan Anak 201230
kepercayaan yang dianut leh rang Bali pada umumnya. oleh sebab itu,
dasar sistem kepercayaan yang melandasi kehidupan masyarakat Banjar
Banda bersumber pada ajaran agama Hindu. Dasar pkk kepercayaan ini
lebih dikenal dengan ajaran Panca Sradha/lima keyakinan dalam agama
Hindu, yaitu (1) percaya dengan adanya Tuhan Yang Mahaesa (Ida Sang
Hyang Widhi Wasa) sebagai pencipta kehidupan di dunia ini, (2) percaya
dengan adanya atma/rh-rh yang menjiwai atau memberikan kehidupan
bagi makhluk hidup di dunia ini, (3) percaya dengan adanya hukum karma
phala, yaitu seap perbuatan yang dilakukan leh makhluk hidup akan
mendapatkan hasil yang sempal sesuai dengan perbuatannya, (4) percaya
dengan adanya reinkarnasi, yaitu seap makhluk hidup yang meninggal
akan terlahir kembali untuk menebus dsa-dsa semasa hidupnya, dan (5)
percaya dengan adanya moksha, yaitu kebebasan yang abadi (terbebas dari
kelahiran berulang-ulang). Ajaran Hindu yang berkembang di Bali maupun
di Banjar Banda adalah ajaran Ciwa-Sidhanta, yaitu ajaran yang menekan-
kan pada pemujaan lingga6 dengan tkhnya Tri Mur, yaitu Dewa Brahma
sebagai dewa pencipta alam beserta isinya, Dewa Wisnu sebagai dewa pe-
melihara alam beserta isinya, dan Dewa Siwa sebagai dewa pelebur.
Selanjutnya, ada konsepsi Tri Purusa, yaitu Parama Siwa, Sada Siwa,
dan Siwa. Konsepsi Tri Purusa ini merupakan manifestasi Tuhan Yang
Maha Esa sebagai penguasa alam atas, alam tengah, dan alam bawah. Hal
tersebut dilukiskan sebagai Parama-Siwa (penguasa alam atas atau alam
para dewa), Sada-Siwa (penguasa alam tengah atau alam tempat nggal
manusia) ,dan Siwa (penguasa alam bawah atau alam bagi makhluk-
makhluk alus yang dak terlihat). Kemudian, Tuhan sebagai penguasa
arah laut (kelod/selatan), tengah (madya), dan arah gunung (kaja/utara)
disebut Tri Mur, yaitu Brahma (arah laut/kelod/selatan), Siwa (tengah/
madya), dan Wisnu (arah gunung/kaja/utara). Ajaran Siwa-Sidhantadi Bali
yang ada sampai saat ini dibawa dan dikembangkan leh Mpu Kuturan
dan Dang Hyang Nirarta. Mpu Kuturanmembawa dan mengembangkan
konsepsi pemujaan pada Tri Mur dengan mendirikan pura Kahyangan
Tiga (Pura Teritrial), yaitu Pura Puseh (pemujaan kepada Dewa Wisnu),
Bale-Agung/Pura Desa (pemujaan kepada Dewa Brahma), dan Pura
Dalem (pemujaan kepada Dewa Siwa). Sementara Dang Hyang Nirarta
mengembangkan knsepsi Tri-Purusa, bangunan Padmasana, ajaran
Panca-Yadnya, dan sebagainya.
6 Simbol kemakmuran.
7/23/2019 Buku Seri Etnografi Kesehatan Ibu dan Anak 2012; Etnik Bali, Banjar Banda, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
46/153
Etnik Bali, Banjar Banda, dEsa, saBa, kEcamatan BlahBatu
Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali
31
Secara kultural kehidupan masyarakat Bali pada umumnya, dan Banjar
Banda pada khususnya, bersifat religius dengan seringnya melakukan
yadnya, yaitu krban sui yang bersifat tulus iklas. Yadnya Dalam ajaran
Agama Hindu ada lima jenis krban yang harus dilaksanakan leh manusia,
yang disebut dengan Panca Yadnya, yaitu (1) Dewa Yadnya, (2) Rsi Yadnya,
(3) Manusia Yadnya, (4) Pitra Yadnya, dan (5) Bhuta Yadnya.
Panca Yadnya yaitu krban sui yang dipersembahkan kepada Ida
Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan) berupa hasil alam. Umat memujaan
para dewa karena para dewalah yang meniptakan, mempengaruhi,
dan mengatur gerak kehidupan di dunia ini. Sementara Rsi Yadnya, yaitu
krban sui yang dipersembahkan ke hadapan para rsi/rang sui yang
telah memberi tuntunan hidup berupa pengetahuan untuk menuju
kebahagiaan lahir ban di dunia dan akhirat.Manusia Yadnya yaitu krban sui yang dipersembahkan ke hadapan
manusia, dari sejak dalam kandungan sampai akhir hidupnya. Dalam fase-
fase perkembangan kehidupan manusia ada berbagai upaara penyuian
diri yang harus dilaksanakan agar manusia selamat dari bahaya yang
menganam kehidupannya. Tingkatan upaara ini seara keseluruhan
dapat dibedakan menjadi beberapa prsesi, yaitu bayi dalam kandungan
(upaara pagedong-gedongan atau 7 bulan kandungan), dilanjutkan