2
Dewan Redaksi: Penerbit: Yayasan Amal Saleh. Pe- nanggung Jawab: Direktur Eksekutif YAS. Pimpinan Umum: Direktur LP&D. Anggota Dewan Redaksi: Yan Andika, Mulyadi, Al-Kausar, Alfajri, Er- na, Widia L, Dwi Ulfa, Agung. Alamat Redaksi: Jln Perkutut No.6, Air Tawar Barat, Padang. Assalaálaikum,,,, LP&D menerima tulisan berupa artikel, cergam, cerpen islami, resensi buku, maupun saran serta kritik dari santri semua maupun alumni YAS. Kirimkan tulisan Antum langsung me- lalui direktur LP&D atau anggota LP&D berupa hardcopy maupun softcopy #LP&D BULETIN Edisi : 6/TH. XXVIII/ Februari 2014 Sauak Aia Mandikan Diri. Mangabek Padi Jo Daunnyo. Iduik Surang Basampik-Sampik. Iduik Basamo Balapang-Lapang. WASPADA, BENTUK-BENTUK SEKULARISME Sekularisme di Indonesia ibarat gurita yang kaki-kakinya menjerat erat semua sisi kehidupan. Hampir tidak ada satu pun sendi kehidupan yang terlepas dari jeratan sekularisme, mulai dari sisi-sisi kehidupan pribadi sampai kehidupan ber- masyarakat dan bernegara, semua terwarnai oleh ajaran seku- ler. Berikut beberapa contoh dari kenyataan sekulerisme di Indonesia: 1. Tidak Perduli Dengan Urusan Duniawi Orang-orang beragama yang tidak mau memberi sedekah un- tuk pembangunan jalan raya atau rumah sakit (sebagai fasili- tas umum) karena dianggap hal itu merupakan urusan negara, bukan urusan agama, sehingga mereka hanya mau bersedekah untuk hal-hal yang berbau agama seperti pembangunan mas- jid, pembangunan pondok pesantren dan hal-hal yang berbau agama lainnya termasuk ritual keagamaan lainnya. Selain itu, orang yang tidak peduli dengan ilmu ekonomi atau tidak mau menganalisis perkembangan ekonomi umatnya karena diang- gap masalah duniawi, hal tersebut sebenarnya merupakan bentuk sekulerisme dikalangan umat beragama sendiri. Baca Waspada, Bentuk-Bentuk Sekularisme…………. Hal 3 ISLAM VERSUS SEKULARISME Sekularisme atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan harus berdiri terpisah dariagama atau kepercayaan. Menurut para pendukungnya, sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebeba- san dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak meng-anak-emas-kan sebuah agama tertentu. (Wikipedia) Sekularisme juga merujuk kepada anggapan bahwa aktivitas dan penentuan manusia, terutamanya yang politis, harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret dan fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan. (Wikipedia) Barry Kosmin dari Institut Pengkajian sekularisme di dalam Masyarakat dan Budaya membagi sekularisme mutakhir menjadi dua jenis, hard secularism dan soft secularism. Menurutnya, "hard secularism menganggap pernyataan keaga- maan tidak mempunyai legitimasi secara epistemologi dan tid- ak dijamin baik oleh agama dan pengalaman." Namun, dalam pandangan soft secularism, pencapaian kebenaran mutlak ada- lah mustahil dan oleh karena itu, toleransi dan skeptisisme ha- rus menjadi prinsip dan nilai yang dijunjung dalam diskusi an- tara ilmu pengetahuan dan agama.(Wikipedia) Dengan kata lain, hs bermaksud menyingkirkan sama sekali kehadiran agama dalam kehidupan sedangkan ss masih memberikan ruang bagi kehadiran agama, hanya saja menuntut keraguan setiap penganut agama terhadap seluruh agama, ter- masuk agamanya sendiri. Berdasarkan ide-ide di atas, berarti ideologi sekularisme meru- pakan faham yang pada akhirnya menuntut setiap orang untuk menghilangkan keyakinannya akan adanya kebenaran mutlak. Sebab, jangankan hard secularism, bahkan soft secularism saja berpandangan bahwa pencapaian kebenaran mutlak adalah mustahil”. Jika perhatikan kondisi masyarakat dunia modern de- wasa ini, kian hari kita temukan semakin banyaknya orang yang kian skeptis (ragu) terhadap keyakinan dan agamanya sebagai sumber kebenaran mutlak. Jika hal ini terjadi di ka- langan selain kaum muslimin sungguh kita dapat memaklumin- ya. Sebab sumber ajaran mereka atau kitab suci mereka telah mengalami banyak distorsi (penyimpangan) disebabkan peru- bahan isinya oleh para pemuka agama mereka sendiri seiring dengan berlalunya masa yang panjang sejak awal mula diajar- kan oleh Nabi atau pembawa ajaran pertama agama mereka masing-masing. Ini tidak saja menimpa berbagai ajaran agama- agama ardhi (bumi), tetapi juga dialami oleh penganut agama samawi (langit), dalam hal ini agama yahudi dan nasrani. Kitab Taurat dan Injil yang ditemukan sekarang jelas telah mengalami perubahan atau lebih tepatnya penyimpangan disebabkan ulah tangan-tangan para Rabbi dan Rahib (pendeta/ pastor) kaum yahudi dan nasrani. Baca Islam Versus Sekularisme…..……….……. Hal 2 MUNCULNYA SEKULER INLANDER (SEKULER KAMPUNGAN) Sekuler Inlander adalah orang-orang bermental in- lander (kampungan) yang jadi sekuler karena ikut-ikutan. Indonesia, karena pernah dijajah, juga banyak diisi oleh kaum Sekuler Inlander ini. Bicara soal Sekuler Inlander, Sumanto Al Qurtuby (tokoh Islam liberal). Baca tulisannya yang berjudul Agama, Seks, dan Moral. “Benar, bagi orang sekuler, pelacuran itu sah -sah saja. Tapi siapa yang membandingkan pelacur dengan dosen? Bahkan orang sekuler yang menganggap zina itu boleh pun tak sudi membuat perbandingan demikian”. Di negeri- negeri sekuler, meski pelacuran itu legal, tetap saja profesi dosen jauh lebih terhormat. Inilah kebenaran absolutyang diam-diam diyakini di negeri-negeri sekuler Barat. Tapi Seku- ler Inlander lebih berlebihan gayanya. Demi membela apa yang hendak mereka bela, digunakanlah logika-logika menye- satkan. Baca Munculnya Sekular Inlander (Sekuler Kampungan)... Hal 3

buletin-6-

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buletin ke 6 Yayasan Amal Saleh

Citation preview

Page 1: buletin-6-

Dewan Redaksi:

Penerbit: Yayasan

Amal Saleh. Pe-

nanggung Jawab: Direktur

Eksekutif YAS. Pimpinan

Umum: Direktur LP&D. Anggota

Dewan Redaksi: Yan Andika,

Mulyadi, Al-Kausar, Alfajri, Er-

na, Widia L, Dwi Ulfa, Agung.

Alamat Redaksi: Jln Perkutut

No.6, Air Tawar Barat, Padang.

Assalaálaikum,,,,

LP&D menerima tulisan berupa

artikel, cergam, cerpen islami, resensi

buku, maupun saran serta kritik dari

santri semua maupun alumni YAS.

Kirimkan tulisan Antum langsung me-

lalui direktur LP&D atau anggota

LP&D berupa hardcopy maupun

softcopy #LP&D

BULETIN

Edisi : 6/TH. XXVIII/ Februari 2014

Sauak Aia Mandikan Diri. Mangabek Padi Jo

Daunnyo. Iduik Surang Basampik-Sampik.

Iduik Basamo Balapang-Lapang.

WASPADA, BENTUK-BENTUK SEKULARISME

Sekularisme di Indonesia ibarat gurita yang kaki-kakinya

menjerat erat semua sisi kehidupan. Hampir tidak ada satu

pun sendi kehidupan yang terlepas dari jeratan sekularisme,

mulai dari sisi-sisi kehidupan pribadi sampai kehidupan ber-

masyarakat dan bernegara, semua terwarnai oleh ajaran seku-

ler. Berikut beberapa contoh dari kenyataan sekulerisme di

Indonesia:

1. Tidak Perduli Dengan Urusan Duniawi

Orang-orang beragama yang tidak mau memberi sedekah un-tuk pembangunan jalan raya atau rumah sakit (sebagai fasili-

tas umum) karena dianggap hal itu merupakan urusan negara, bukan urusan agama, sehingga mereka hanya mau bersedekah

untuk hal-hal yang berbau agama seperti pembangunan mas-jid, pembangunan pondok pesantren dan hal-hal yang berbau

agama lainnya termasuk ritual keagamaan lainnya. Selain itu, orang yang tidak peduli dengan ilmu ekonomi atau tidak mau menganalisis perkembangan ekonomi umatnya karena diang-

gap masalah duniawi, hal tersebut sebenarnya merupakan bentuk sekulerisme dikalangan umat beragama sendiri.

Baca Waspada, Bentuk-Bentuk Sekularisme…………. Hal 3

ISLAM VERSUS SEKULARISME

Sekularisme atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini

secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan

bahwa sebuah institusi atau badan harus berdiri terpisah

dariagama atau kepercayaan. Menurut para pendukungnya,

sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebeba-

san dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah

rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak

meng-anak-emas-kan sebuah agama tertentu. (Wikipedia)

Sekularisme juga merujuk kepada anggapan bahwa aktivitas

dan penentuan manusia, terutamanya yang politis, harus

didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret dan

fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan.

(Wikipedia)

Barry Kosmin dari Institut Pengkajian sekularisme di

dalam Masyarakat dan Budaya membagi sekularisme mutakhir

menjadi dua jenis, hard secularism dan soft secularism.

Menurutnya, "hard secularism menganggap pernyataan keaga-

maan tidak mempunyai legitimasi secara epistemologi dan tid-

ak dijamin baik oleh agama dan pengalaman." Namun, dalam

pandangan soft secularism, “pencapaian kebenaran mutlak ada-

lah mustahil dan oleh karena itu, toleransi dan skeptisisme ha-

rus menjadi prinsip dan nilai yang dijunjung dalam diskusi an-

tara ilmu pengetahuan dan agama.” (Wikipedia)

Dengan kata lain, hs bermaksud menyingkirkan sama

sekali kehadiran agama dalam kehidupan sedangkan ss masih

memberikan ruang bagi kehadiran agama, hanya saja menuntut

keraguan setiap penganut agama terhadap seluruh agama, ter-

masuk agamanya sendiri.

Berdasarkan ide-ide di atas, berarti ideologi sekularisme meru-

pakan faham yang pada akhirnya “menuntut setiap orang untuk

menghilangkan keyakinannya akan adanya kebenaran mutlak”.

Sebab, jangankan hard secularism, bahkan soft secularism saja

berpandangan bahwa “pencapaian kebenaran mutlak adalah

mustahil”.

Jika perhatikan kondisi masyarakat dunia modern de-

wasa ini, kian hari kita temukan semakin banyaknya orang

yang kian skeptis (ragu) terhadap keyakinan dan agamanya

sebagai sumber kebenaran mutlak. Jika hal ini terjadi di ka-

langan selain kaum muslimin sungguh kita dapat memaklumin-

ya. Sebab sumber ajaran mereka atau kitab suci mereka telah

mengalami banyak distorsi (penyimpangan) disebabkan peru-

bahan isinya oleh para pemuka agama mereka sendiri seiring

dengan berlalunya masa yang panjang sejak awal mula diajar-

kan oleh Nabi atau pembawa ajaran pertama agama mereka

masing-masing. Ini tidak saja menimpa berbagai ajaran agama-

agama ardhi (bumi), tetapi juga dialami oleh penganut agama

samawi (langit), dalam hal ini agama yahudi dan nasrani.

Kitab Taurat dan Injil yang ditemukan sekarang jelas telah

mengalami perubahan atau lebih tepatnya penyimpangan

disebabkan ulah tangan-tangan para Rabbi dan Rahib (pendeta/

pastor) kaum yahudi dan nasrani.

Baca Islam Versus Sekularisme…..……….……. Hal 2

MUNCULNYA SEKULER INLANDER (SEKULER

KAMPUNGAN)

Sekuler Inlander adalah orang-orang bermental in-

lander (kampungan) yang jadi sekuler karena ikut-ikutan.

Indonesia, karena pernah dijajah, juga banyak diisi oleh kaum

Sekuler Inlander ini.

Bicara soal Sekuler Inlander, Sumanto Al Qurtuby

(tokoh Islam liberal). Baca tulisannya yang berjudul Agama,

Seks, dan Moral. “Benar, bagi orang sekuler, pelacuran itu sah

-sah saja. Tapi siapa yang membandingkan pelacur dengan

dosen? Bahkan orang sekuler yang menganggap zina itu boleh

pun tak sudi membuat perbandingan demikian”. Di negeri-

negeri sekuler, meski pelacuran itu legal, tetap saja profesi

dosen jauh lebih terhormat. Inilah ‘kebenaran absolut’ yang

diam-diam diyakini di negeri-negeri sekuler Barat. Tapi Seku-

ler Inlander lebih berlebihan gayanya. Demi membela apa

yang hendak mereka bela, digunakanlah logika-logika menye-

satkan.

Baca Munculnya Sekular Inlander (Sekuler Kampungan)... Hal 3

Page 2: buletin-6-

Sekali lagi, kita tentu dapat memaklumi bilamana

faham sekularisme dengan mudah dapat diterapkan di berbagai

kalangan masyarakat non-muslim atau kaum kafir. Sebab

mereka sendiri telah kehilangan kepercayaan terhadap

kebenaran mutlak yang dikandung di dalam ajaran agama

mereka yang realitasnya telah mengalami penyimpangan

tersebut. Namun yang mengherankan ialah ditemukannya

kenyataan bahwa di kalangan masyarakat berpenduduk

mayoritas muslimpun dewasa ini faham sekularisme —baik

sadar ataupun tidak, baik diakui ataupun tidak— telah diterima

dan diterapkan. Mengapa? Karena tidak sedikit muslim yang

‘termakan’ dengan gagasan bahwa sesungguhnya tidak ada

kebenaran mutlak. Yang ada hanyalah ‘kebenaran relatif’

berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing. Dan jika

demikian keadaannya, berarti mereka yang termakan faham ini

sama saja mengakui bahwa sikap skeptisisme (selalu

meragukan) perlu dikembangkan.

Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan

menuju pemisahan antara agama dan pemerintahan. Hal ini

dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara

pemerintahan dan agama negara, menggantikan hukum

keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan

pembedaan yang (menurut mereka-penulis) tidak adil dengan

dasar agama. Hal ini dikatakan menunjang demokrasi dengan

melindungi hak-hak kalangan beragama minoritas. (Wikipedia)

Berarti ada tiga hal yang ingin dicapai oleh sebuah negara

sekuler:

Pertama, pemisahan antara agama dan pemerintahan.

Kedua, menggantikan hukum keagamaan

Ketiga, menunjang demokrasi dengan melindungi hak-hak

kalangan beragama minoritas.

Maka sungguh berbahaya ideologi sekularisme ini

bagi eksistensi iman di dalam dada kaum muslimin. Bahkan

sangat mungkin seorang yang mengaku muslim menjadi

terjangkiti virus MTS (murtad tanpa sadar) bilamana ia

menerima ajaran sekularisme. Dan bagi seorang mukmin yang

faham dan yakin sepenuhnya akan kebenaran agama Allah

SWT adalah suatu perkara yang tidak mungkin jika dirinya

diharuskan meragukan kebenaran mutlak yang terkandung di

dalam ajaran agama Allah SWT tersebut. Sebab dia yakin

bahwa justeru jaminan perlindungan hak-hak kalangan

beragama minoritas (baca: kaum non-muslim) adalah justeru

ketika diberlakukannya dan dijunjung tingginya ajaran Yang

Maha Mulia Allah SWT yakni ajaran Al-Islam. Sebab Allah

SWT diyakini oleh seorang muslim-mukmin merupakan Dzat

satu-satunya yang Maha Adil dan Maha Bijaksana. Pastilah

ajaranNya menjamin perlakuan adil kepada semua manusia di

bawah naungan hukum syariatNya. Sebab Dialah Pencipta

mereka semua, Pemberi rezeki dan Penguasa alam raya.

Bagaimana mungkin makhluk yang bersifat amat

bodoh dan amat zalim —kata Allah— kemudian kita yakini

sanggup memproduk ideologi atau aturan hidup yang

menjamin perlindungan hak-hak manusia tersebut? Bagaimana

mungkin makhluk yang amat bodoh dan amat zalim —menurut

Allah— kemudian diyakini sanggup merumuskan perangkat

hukum dan per-undang-undangan yang menjamin rasa keadilan

seluruh jenis manusia yang beraneka ragam tersebut? Sungguh

benarlah Allah SWT ketika menegaskan bahwa pilihan hanya

dua dalam hal pemberlakuan hukum di tengah masyarakat:

hukum Allah SWT atau hukum jahiliyah (hukum yang

sarat kejahilan/kebodohan). Hukum Allah SWT merupakan

hukum yang bersumber dari langit berupa wahyu Ilahi. Hukum

yang bersumber dari Allah SWT Dzat Yang Maha Tahu lagi

Maha Adil. Sedangkan hukum jahiliyah merupakan hukum

produk manusia, makhluk yang amat bodoh dan amat zalim!

“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan

(hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi

orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah [5] : 50)

Sekularisme ingin memastikan penggantian hukum

keagamaan (baca: hukum Allah SWT (dengan hukum sipil

(baca: hukum produk manusia). Berarti ideologi asing ini ingin

memastikan bahwa masyarakat meninggalkan hukum yang

bersumber dari langit —yakni hukum Allah SWT dan

menerima hukum produk manusia alias hukum jahiliyah.

Masyarakat ingin diarahkan untuk percaya bahwa produk

bikinan manusia lebih unggul, lebih baik bahkan lebih benar

daripada produk Allah SWT .Wa na’udzubillaahi min

dzaalika!

Selanjutnya, dikatakan bahwa sekularisme menunjang

demokrasi dengan melindungi hak-hak kalangan beragama

minoritas. Apa pesan yang ingin disampaikan di sini? Para

pengusung ideologi sekularisme ingin meyakinkan masyarakat

modern bahwa hanya demokrasi-lah satu-satunya alat untuk

menjamin dan melindungi hak-hak kalangan beragama

minoritas (baca: kaum non-muslim). Itu berarti bahwa para

pengusung ideologi sekularisme ingin meyakinkan masyarakat

dunia bahwa demokrasi —yang merupakan produk manusia—

adalah jauh lebih unggul, lebih baik bahkan lebih benar

daripada ajaran Dzat Yang Maha Tahu dan Maha Adil-

Bijaksana Allah SWT yakni Al-Islam.

Memangnya selama ribuan tahun semenjak berdirinya

pranata sosial-politik pertama ummat Islam di Madinah di

bawah pimpinan langsung Nabi Muhammad SAW hak-hak

kaum non-muslim tidak terjamin? Subhaanallah! Bahkan

semenjak masa Nabi Muhammad SAW hingga runtuhnya

Khilafah Islam yang terakhir di tahun 1924 (kurang lebih 14

abad!) ummat Islam sudah sangat piawai di dalam menjamin

hak-hak kaum non-muslim yang hidup di bawah naungan

pranata sosial-politik Islam. Dan banyak bukti sejarah menjadi

saksi bagaimana kaum non-muslim alias kaum kafir dzimmi

merasakan jaminan kebebasan beribadah dan beragama di

tengah masyarakat muslim.

Sudah tiba masanya bagi ummat Islam untuk

menyadari bahwa sekularisme dan segenap sistem

pendukungnya merupakan alat fihak barat non-muslim alias

kaum kuffar untuk menjauhkan ummat Islam dari penerapan

keseluruhan agama mereka —yaitu Islam— dalam segenap

aspek kehidupannya di dunia. Bahkan ia merupakan alat

mereka untuk menjauhkan ummat Islam dari penghambaan

secara total kepada Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan

Penguasa alam raya, yaitu Allah SWT .Sungguh, bila keadaan

ini tidak disadari, diubah dan dibenahi, niscaya apa yang Nabi

Muhammad SAW peringatkan lima belas abad yang lalu

justeru semakin terbukti di zaman kita sekarang ini. Selama ini

sudah berjalan, tetapi jika dibiarkan maka perjalanannya akan

kian pasti. Yaitu pasti memasuki lubang biawak!

Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh, kalian benar-benar akan

mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal

demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya

mereka masuk ke dalam lubang biawak pun kalian pasti akan

mengikuti mereka." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah,

apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab,

"Siapa lagi kalau bukan mereka." (HR. Muslim No. 4822)

Sambungan Islam Versus Sekularisme……………. Hal 1

Misalkan saja hukum qishas dalam Islam dianggap sangat ke-

jam, tidak memenuhi nilai-nilai Islam dan penuh dengan pem-

balasan. Ini tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusian, maka

hukum Islam dianggap salah karena menyalahi hak seorang

manusia. Tidak ada prisip moral diajarkan melainkan sebuah

kejahatan. Hukuman syariah Islam yang dijalankan oleh

Provinsi NAD dimana pemerintah provinsinya memberlakukan

hukum cambuk dirasa tidak manusiawi oleh pengamat HAM di

Ibu kota.

3. Kondisi Ekonomi

Kapitalisme sebagai sistem ekonomi juga merupakan anak kan-

dung dari sekularisme. Prinsip-prinsip yang diajarkannya sep-

erti kebebasan individu, persaingan bebas, mekanisme pasar,

dan sebagainya ternyata telah menghancurkan dunia. Kalaupun

ada yang untung, itu hanya dinikmati oleh mereka yang kuat.

Sedangkan mayoritas manusia yang lemah, harus rela men-

derita dalam kemiskinan, keterbelakangan, dan penderitaan

akibat kapitalisme. Hal tersebut dapat kita lihat dengan jelas

bahwa kehidupan ekonomi di indonesia lebih condong kepada

ekonomi kapitalis dimana pemilik modal lah yang dapat men-

guasai pasar.

4. Pendidikan

Kurikulum pendidikan di Indonesia pun sudah sangat jelas

memisahkan antara ilmu agama (pendidikan agama) dan ilmu

umum (pendidikan sains), banyak tenaga pengajar (guru) ilmu

umum yang tidak memperkenankan muridnya mengkait-

kaitkan sains dengan ajaran agama, hal tersebut terbukti dari

tidak diperbolehkannya menulis suatu artikel ilmiah yang ber-

sumber (berreferensi) dari kitab suci agama.

5. Media Massa

Siapa saja yang mengamati media massa Indonesia akan

dengan mudah menyimpulkan bahwa ia berada dalam

genggman sekularisme. Itu ditandai oleh kebebasan yang tanpa

batas dalam menyatakan pendapat. Dengan dalih kebebasan

berekspresi atau menyatakan pendapat, semua pemikir-pemikir

sesat seperti JIL, kaum sekuler dan lain-lainnya bebas berbicara

apa saja. Dan lebih parah lagi, sebagian besar yang disesatkan

oleh media massa tersebut adalah umat Islam. Tidak jarang kita

dapati di koran-koran nasional kita, tulisan tentang kecaman

terhadap penerapan syari’at Islam, dukungan terhadap porno-

grafi dan porno aksi, pengolok-olokan terhadap sebagian

hukum Islam dan sebagainya.

6. Memelintir Ayat-ayat Al-Quran

Banyak ayat AlQuran yang dinilai sempit oleh banyak pemikir

liberal. Seperti ayat Al-Quran yang mengatur tentang perkawi-

nan seperti pada QS An-Nisaa : 4 disalah artikan sebagai petun-

juk untuk melakukan poligami. Padahal ayat tersebut merupa-

kan salah satu bukti bahwa islam memuliakan wanita. Bahwa

jika seseorang tidak dapat berperilaku adil pada wanita yang

akan dinikahinya disarankan untuk hanya menikai satu wanita.

Kemudian islam sudah dengan jelas memisahkan antara peran

wanita dan pria terutama ketika sudah berumah tangga, namun

hal tersebut ditentang oleh kaum feminisme yang menganggap

agama mendiskriminasi kaum wanita sehingga ajaran agama

dinilai tidak adil dan harus dipisahkan dengan kehidupan

duniawi.

7. Hubungan antara Laki-laki dan Perempuan

Hubungan antara laki-laki dan perempuan sebelum menikah

(pacaran) saat ini sudah merupakan hal yang biasa dan lumrah

dilakukan. Bahkan mereka hampir menganggap hal itu wajib

dilakukan, karena untuk melihat apakah comfortable atau tid-

ak pasangannya. Menurut mereka benartidak perduli akan aja-

ran agama dan memisahkannya dengan kehidupan “gaul” anak

muda jaman sekarang yang menganggap pacaran dan

melakukan hubungan seks bebas merupakan suatu hal yang

wajar dilakukan. Menurut mereka campur tangan ajaran agama

hanya menghalangi mereka untuk mendapatkan pasangan

hidup yang comfortable dan juga menghalangi mereka untuk

mendapatkan kesengangan dimasa mudanya.

Sambungan Waspada, Bentuk-Bentuk Sekularisme………. Hal 1

Contoh kasus. Perilaku salah satu pejabat publik kita

yaitu menteri Susi yang perokok, mempunyai tato, tidak lulus

SMA, berpakaian berantakan dan tidak berjilbab. Karena sejak

awal kasus Bu Susi ini tidak membicarakan jilbab. Tidak ada

yang mengkritisi Bu Susi karena tidak berjilbab. Memang di

Indonesia belum semua berjilbab, dan masyarakat sudah pada

maklum. Yang dikritisi adalah merokok di depan publik, tapi

isunya dibelokkan sedemikian rupa menjadi ke jilbab.

Kemudian, digunakanlah imej Muslimah berjilbab yang ku-

rang baik, yaitu Ratu Atut yang sedang terjerat kasus korupsi.

Ini logika sesat. Membela pencuri ayam dengan mengatakan

bahwa di kampung sebelah ada yang mencuri kambing.

Kemudian diambil ‘sepotong imej’ untuk merusak citra. Da-

lam hal ini, yang dirusak adalah citra muslimah berjilbab.

Jilbab dihadapkan dengan rokok dan tato, dan hanya dengan

satu sampel. Itu kata kuncinya: SAMPEL! Sama saja dengan

yang bilang “lebih baik gak berjilbab tapi menjaga kehormatan

daripada berjilbab tapi diam-diam bejat.” Kombinasi pertama:

merokok, bertato, pekerja keras. Kombinasi kedua: berjilbab,

tidak merokok, tidak bertato, tapi diduga korupsi. Padahal

masih banyak kombinasi yang lain. Apa koruptor yang mero-

kok nggak ada? Apakah koruptor perempuan itu lebih banyak

yang berjilbab atau tidak? Statistik nggak bisa cuma

menggunakan satu sampel.

Coba lihat kenyataan di lapangan. Orang Indonesia

sudah tidak lagi terbiasa bicara santun. Di Twitter, ada ke-

lompok-kelompok yang suka mencaci-maki, bahkan kalau

sudah mentok debat ujung-ujungnya mengirimkan gambar-

gambar porno. Di sekolah-sekolah, generasi muda sudah jadi

korban bullying. Kekerasan fisik dan verbal ada dimana-mana.

Oke, korupsi itu masalah besar, tapi kekerasan fisik dan verbal

juga sudah menjadi masalah besar di Indonesia. Jadi, kalau ada

yang bilang pejabat tidak apa-apa memaki-maki asal gak

korupsi, itu artinya dia gak peduli negeri ini rusak. Orang-

orang Sekuler Inlander ini berusaha begitu keras untuk jadi

sekuler sehingga mereka melampaui batas sekularisme itu

sendiri. Lebih parahnya lagi ada yang mengaku muslim taat

tapi malah memiliki paham sekular kampungan yang mem-

bandingkan sesuatu dengan dalil membenarkan perbuatannya.

Seperti contoh, percuma ngaji 1 juz perhari tapi kalau gak

dipahami, percuma puasa sunnah kalau sholat subuhnya saja

telat. Hal tersebut malah akan mematahkan semangat sesama

muslim dan akan menimbulkan perpecahan.

Sambungan Munculnya Sekular Inlander (Sekuler Kampungan) …………………………………………………………..………. Hal 1