Upload
mulyadi-syafar
View
10
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Buletin ke 6 Yayasan Amal Saleh
Citation preview
Dewan Redaksi:
Penerbit: Yayasan
Amal Saleh. Pe-
nanggung Jawab: Direktur
Eksekutif YAS. Pimpinan
Umum: Direktur LP&D. Anggota
Dewan Redaksi: Yan Andika,
Mulyadi, Al-Kausar, Alfajri, Er-
na, Widia L, Dwi Ulfa, Agung.
Alamat Redaksi: Jln Perkutut
No.6, Air Tawar Barat, Padang.
Assalaálaikum,,,,
LP&D menerima tulisan berupa
artikel, cergam, cerpen islami, resensi
buku, maupun saran serta kritik dari
santri semua maupun alumni YAS.
Kirimkan tulisan Antum langsung me-
lalui direktur LP&D atau anggota
LP&D berupa hardcopy maupun
softcopy #LP&D
BULETIN
Edisi : 6/TH. XXVIII/ Februari 2014
Sauak Aia Mandikan Diri. Mangabek Padi Jo
Daunnyo. Iduik Surang Basampik-Sampik.
Iduik Basamo Balapang-Lapang.
WASPADA, BENTUK-BENTUK SEKULARISME
Sekularisme di Indonesia ibarat gurita yang kaki-kakinya
menjerat erat semua sisi kehidupan. Hampir tidak ada satu
pun sendi kehidupan yang terlepas dari jeratan sekularisme,
mulai dari sisi-sisi kehidupan pribadi sampai kehidupan ber-
masyarakat dan bernegara, semua terwarnai oleh ajaran seku-
ler. Berikut beberapa contoh dari kenyataan sekulerisme di
Indonesia:
1. Tidak Perduli Dengan Urusan Duniawi
Orang-orang beragama yang tidak mau memberi sedekah un-tuk pembangunan jalan raya atau rumah sakit (sebagai fasili-
tas umum) karena dianggap hal itu merupakan urusan negara, bukan urusan agama, sehingga mereka hanya mau bersedekah
untuk hal-hal yang berbau agama seperti pembangunan mas-jid, pembangunan pondok pesantren dan hal-hal yang berbau
agama lainnya termasuk ritual keagamaan lainnya. Selain itu, orang yang tidak peduli dengan ilmu ekonomi atau tidak mau menganalisis perkembangan ekonomi umatnya karena diang-
gap masalah duniawi, hal tersebut sebenarnya merupakan bentuk sekulerisme dikalangan umat beragama sendiri.
Baca Waspada, Bentuk-Bentuk Sekularisme…………. Hal 3
ISLAM VERSUS SEKULARISME
Sekularisme atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini
secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan
bahwa sebuah institusi atau badan harus berdiri terpisah
dariagama atau kepercayaan. Menurut para pendukungnya,
sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebeba-
san dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah
rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak
meng-anak-emas-kan sebuah agama tertentu. (Wikipedia)
Sekularisme juga merujuk kepada anggapan bahwa aktivitas
dan penentuan manusia, terutamanya yang politis, harus
didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret dan
fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan.
(Wikipedia)
Barry Kosmin dari Institut Pengkajian sekularisme di
dalam Masyarakat dan Budaya membagi sekularisme mutakhir
menjadi dua jenis, hard secularism dan soft secularism.
Menurutnya, "hard secularism menganggap pernyataan keaga-
maan tidak mempunyai legitimasi secara epistemologi dan tid-
ak dijamin baik oleh agama dan pengalaman." Namun, dalam
pandangan soft secularism, “pencapaian kebenaran mutlak ada-
lah mustahil dan oleh karena itu, toleransi dan skeptisisme ha-
rus menjadi prinsip dan nilai yang dijunjung dalam diskusi an-
tara ilmu pengetahuan dan agama.” (Wikipedia)
Dengan kata lain, hs bermaksud menyingkirkan sama
sekali kehadiran agama dalam kehidupan sedangkan ss masih
memberikan ruang bagi kehadiran agama, hanya saja menuntut
keraguan setiap penganut agama terhadap seluruh agama, ter-
masuk agamanya sendiri.
Berdasarkan ide-ide di atas, berarti ideologi sekularisme meru-
pakan faham yang pada akhirnya “menuntut setiap orang untuk
menghilangkan keyakinannya akan adanya kebenaran mutlak”.
Sebab, jangankan hard secularism, bahkan soft secularism saja
berpandangan bahwa “pencapaian kebenaran mutlak adalah
mustahil”.
Jika perhatikan kondisi masyarakat dunia modern de-
wasa ini, kian hari kita temukan semakin banyaknya orang
yang kian skeptis (ragu) terhadap keyakinan dan agamanya
sebagai sumber kebenaran mutlak. Jika hal ini terjadi di ka-
langan selain kaum muslimin sungguh kita dapat memaklumin-
ya. Sebab sumber ajaran mereka atau kitab suci mereka telah
mengalami banyak distorsi (penyimpangan) disebabkan peru-
bahan isinya oleh para pemuka agama mereka sendiri seiring
dengan berlalunya masa yang panjang sejak awal mula diajar-
kan oleh Nabi atau pembawa ajaran pertama agama mereka
masing-masing. Ini tidak saja menimpa berbagai ajaran agama-
agama ardhi (bumi), tetapi juga dialami oleh penganut agama
samawi (langit), dalam hal ini agama yahudi dan nasrani.
Kitab Taurat dan Injil yang ditemukan sekarang jelas telah
mengalami perubahan atau lebih tepatnya penyimpangan
disebabkan ulah tangan-tangan para Rabbi dan Rahib (pendeta/
pastor) kaum yahudi dan nasrani.
Baca Islam Versus Sekularisme…..……….……. Hal 2
MUNCULNYA SEKULER INLANDER (SEKULER
KAMPUNGAN)
Sekuler Inlander adalah orang-orang bermental in-
lander (kampungan) yang jadi sekuler karena ikut-ikutan.
Indonesia, karena pernah dijajah, juga banyak diisi oleh kaum
Sekuler Inlander ini.
Bicara soal Sekuler Inlander, Sumanto Al Qurtuby
(tokoh Islam liberal). Baca tulisannya yang berjudul Agama,
Seks, dan Moral. “Benar, bagi orang sekuler, pelacuran itu sah
-sah saja. Tapi siapa yang membandingkan pelacur dengan
dosen? Bahkan orang sekuler yang menganggap zina itu boleh
pun tak sudi membuat perbandingan demikian”. Di negeri-
negeri sekuler, meski pelacuran itu legal, tetap saja profesi
dosen jauh lebih terhormat. Inilah ‘kebenaran absolut’ yang
diam-diam diyakini di negeri-negeri sekuler Barat. Tapi Seku-
ler Inlander lebih berlebihan gayanya. Demi membela apa
yang hendak mereka bela, digunakanlah logika-logika menye-
satkan.
Baca Munculnya Sekular Inlander (Sekuler Kampungan)... Hal 3
Sekali lagi, kita tentu dapat memaklumi bilamana
faham sekularisme dengan mudah dapat diterapkan di berbagai
kalangan masyarakat non-muslim atau kaum kafir. Sebab
mereka sendiri telah kehilangan kepercayaan terhadap
kebenaran mutlak yang dikandung di dalam ajaran agama
mereka yang realitasnya telah mengalami penyimpangan
tersebut. Namun yang mengherankan ialah ditemukannya
kenyataan bahwa di kalangan masyarakat berpenduduk
mayoritas muslimpun dewasa ini faham sekularisme —baik
sadar ataupun tidak, baik diakui ataupun tidak— telah diterima
dan diterapkan. Mengapa? Karena tidak sedikit muslim yang
‘termakan’ dengan gagasan bahwa sesungguhnya tidak ada
kebenaran mutlak. Yang ada hanyalah ‘kebenaran relatif’
berdasarkan agama dan keyakinan masing-masing. Dan jika
demikian keadaannya, berarti mereka yang termakan faham ini
sama saja mengakui bahwa sikap skeptisisme (selalu
meragukan) perlu dikembangkan.
Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan
menuju pemisahan antara agama dan pemerintahan. Hal ini
dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara
pemerintahan dan agama negara, menggantikan hukum
keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan
pembedaan yang (menurut mereka-penulis) tidak adil dengan
dasar agama. Hal ini dikatakan menunjang demokrasi dengan
melindungi hak-hak kalangan beragama minoritas. (Wikipedia)
Berarti ada tiga hal yang ingin dicapai oleh sebuah negara
sekuler:
Pertama, pemisahan antara agama dan pemerintahan.
Kedua, menggantikan hukum keagamaan
Ketiga, menunjang demokrasi dengan melindungi hak-hak
kalangan beragama minoritas.
Maka sungguh berbahaya ideologi sekularisme ini
bagi eksistensi iman di dalam dada kaum muslimin. Bahkan
sangat mungkin seorang yang mengaku muslim menjadi
terjangkiti virus MTS (murtad tanpa sadar) bilamana ia
menerima ajaran sekularisme. Dan bagi seorang mukmin yang
faham dan yakin sepenuhnya akan kebenaran agama Allah
SWT adalah suatu perkara yang tidak mungkin jika dirinya
diharuskan meragukan kebenaran mutlak yang terkandung di
dalam ajaran agama Allah SWT tersebut. Sebab dia yakin
bahwa justeru jaminan perlindungan hak-hak kalangan
beragama minoritas (baca: kaum non-muslim) adalah justeru
ketika diberlakukannya dan dijunjung tingginya ajaran Yang
Maha Mulia Allah SWT yakni ajaran Al-Islam. Sebab Allah
SWT diyakini oleh seorang muslim-mukmin merupakan Dzat
satu-satunya yang Maha Adil dan Maha Bijaksana. Pastilah
ajaranNya menjamin perlakuan adil kepada semua manusia di
bawah naungan hukum syariatNya. Sebab Dialah Pencipta
mereka semua, Pemberi rezeki dan Penguasa alam raya.
Bagaimana mungkin makhluk yang bersifat amat
bodoh dan amat zalim —kata Allah— kemudian kita yakini
sanggup memproduk ideologi atau aturan hidup yang
menjamin perlindungan hak-hak manusia tersebut? Bagaimana
mungkin makhluk yang amat bodoh dan amat zalim —menurut
Allah— kemudian diyakini sanggup merumuskan perangkat
hukum dan per-undang-undangan yang menjamin rasa keadilan
seluruh jenis manusia yang beraneka ragam tersebut? Sungguh
benarlah Allah SWT ketika menegaskan bahwa pilihan hanya
dua dalam hal pemberlakuan hukum di tengah masyarakat:
hukum Allah SWT atau hukum jahiliyah (hukum yang
sarat kejahilan/kebodohan). Hukum Allah SWT merupakan
hukum yang bersumber dari langit berupa wahyu Ilahi. Hukum
yang bersumber dari Allah SWT Dzat Yang Maha Tahu lagi
Maha Adil. Sedangkan hukum jahiliyah merupakan hukum
produk manusia, makhluk yang amat bodoh dan amat zalim!
“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan
(hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi
orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah [5] : 50)
Sekularisme ingin memastikan penggantian hukum
keagamaan (baca: hukum Allah SWT (dengan hukum sipil
(baca: hukum produk manusia). Berarti ideologi asing ini ingin
memastikan bahwa masyarakat meninggalkan hukum yang
bersumber dari langit —yakni hukum Allah SWT dan
menerima hukum produk manusia alias hukum jahiliyah.
Masyarakat ingin diarahkan untuk percaya bahwa produk
bikinan manusia lebih unggul, lebih baik bahkan lebih benar
daripada produk Allah SWT .Wa na’udzubillaahi min
dzaalika!
Selanjutnya, dikatakan bahwa sekularisme menunjang
demokrasi dengan melindungi hak-hak kalangan beragama
minoritas. Apa pesan yang ingin disampaikan di sini? Para
pengusung ideologi sekularisme ingin meyakinkan masyarakat
modern bahwa hanya demokrasi-lah satu-satunya alat untuk
menjamin dan melindungi hak-hak kalangan beragama
minoritas (baca: kaum non-muslim). Itu berarti bahwa para
pengusung ideologi sekularisme ingin meyakinkan masyarakat
dunia bahwa demokrasi —yang merupakan produk manusia—
adalah jauh lebih unggul, lebih baik bahkan lebih benar
daripada ajaran Dzat Yang Maha Tahu dan Maha Adil-
Bijaksana Allah SWT yakni Al-Islam.
Memangnya selama ribuan tahun semenjak berdirinya
pranata sosial-politik pertama ummat Islam di Madinah di
bawah pimpinan langsung Nabi Muhammad SAW hak-hak
kaum non-muslim tidak terjamin? Subhaanallah! Bahkan
semenjak masa Nabi Muhammad SAW hingga runtuhnya
Khilafah Islam yang terakhir di tahun 1924 (kurang lebih 14
abad!) ummat Islam sudah sangat piawai di dalam menjamin
hak-hak kaum non-muslim yang hidup di bawah naungan
pranata sosial-politik Islam. Dan banyak bukti sejarah menjadi
saksi bagaimana kaum non-muslim alias kaum kafir dzimmi
merasakan jaminan kebebasan beribadah dan beragama di
tengah masyarakat muslim.
Sudah tiba masanya bagi ummat Islam untuk
menyadari bahwa sekularisme dan segenap sistem
pendukungnya merupakan alat fihak barat non-muslim alias
kaum kuffar untuk menjauhkan ummat Islam dari penerapan
keseluruhan agama mereka —yaitu Islam— dalam segenap
aspek kehidupannya di dunia. Bahkan ia merupakan alat
mereka untuk menjauhkan ummat Islam dari penghambaan
secara total kepada Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan
Penguasa alam raya, yaitu Allah SWT .Sungguh, bila keadaan
ini tidak disadari, diubah dan dibenahi, niscaya apa yang Nabi
Muhammad SAW peringatkan lima belas abad yang lalu
justeru semakin terbukti di zaman kita sekarang ini. Selama ini
sudah berjalan, tetapi jika dibiarkan maka perjalanannya akan
kian pasti. Yaitu pasti memasuki lubang biawak!
Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh, kalian benar-benar akan
mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal
demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya
mereka masuk ke dalam lubang biawak pun kalian pasti akan
mengikuti mereka." Kami bertanya, "Wahai Rasulullah,
apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab,
"Siapa lagi kalau bukan mereka." (HR. Muslim No. 4822)
Sambungan Islam Versus Sekularisme……………. Hal 1
Misalkan saja hukum qishas dalam Islam dianggap sangat ke-
jam, tidak memenuhi nilai-nilai Islam dan penuh dengan pem-
balasan. Ini tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusian, maka
hukum Islam dianggap salah karena menyalahi hak seorang
manusia. Tidak ada prisip moral diajarkan melainkan sebuah
kejahatan. Hukuman syariah Islam yang dijalankan oleh
Provinsi NAD dimana pemerintah provinsinya memberlakukan
hukum cambuk dirasa tidak manusiawi oleh pengamat HAM di
Ibu kota.
3. Kondisi Ekonomi
Kapitalisme sebagai sistem ekonomi juga merupakan anak kan-
dung dari sekularisme. Prinsip-prinsip yang diajarkannya sep-
erti kebebasan individu, persaingan bebas, mekanisme pasar,
dan sebagainya ternyata telah menghancurkan dunia. Kalaupun
ada yang untung, itu hanya dinikmati oleh mereka yang kuat.
Sedangkan mayoritas manusia yang lemah, harus rela men-
derita dalam kemiskinan, keterbelakangan, dan penderitaan
akibat kapitalisme. Hal tersebut dapat kita lihat dengan jelas
bahwa kehidupan ekonomi di indonesia lebih condong kepada
ekonomi kapitalis dimana pemilik modal lah yang dapat men-
guasai pasar.
4. Pendidikan
Kurikulum pendidikan di Indonesia pun sudah sangat jelas
memisahkan antara ilmu agama (pendidikan agama) dan ilmu
umum (pendidikan sains), banyak tenaga pengajar (guru) ilmu
umum yang tidak memperkenankan muridnya mengkait-
kaitkan sains dengan ajaran agama, hal tersebut terbukti dari
tidak diperbolehkannya menulis suatu artikel ilmiah yang ber-
sumber (berreferensi) dari kitab suci agama.
5. Media Massa
Siapa saja yang mengamati media massa Indonesia akan
dengan mudah menyimpulkan bahwa ia berada dalam
genggman sekularisme. Itu ditandai oleh kebebasan yang tanpa
batas dalam menyatakan pendapat. Dengan dalih kebebasan
berekspresi atau menyatakan pendapat, semua pemikir-pemikir
sesat seperti JIL, kaum sekuler dan lain-lainnya bebas berbicara
apa saja. Dan lebih parah lagi, sebagian besar yang disesatkan
oleh media massa tersebut adalah umat Islam. Tidak jarang kita
dapati di koran-koran nasional kita, tulisan tentang kecaman
terhadap penerapan syari’at Islam, dukungan terhadap porno-
grafi dan porno aksi, pengolok-olokan terhadap sebagian
hukum Islam dan sebagainya.
6. Memelintir Ayat-ayat Al-Quran
Banyak ayat AlQuran yang dinilai sempit oleh banyak pemikir
liberal. Seperti ayat Al-Quran yang mengatur tentang perkawi-
nan seperti pada QS An-Nisaa : 4 disalah artikan sebagai petun-
juk untuk melakukan poligami. Padahal ayat tersebut merupa-
kan salah satu bukti bahwa islam memuliakan wanita. Bahwa
jika seseorang tidak dapat berperilaku adil pada wanita yang
akan dinikahinya disarankan untuk hanya menikai satu wanita.
Kemudian islam sudah dengan jelas memisahkan antara peran
wanita dan pria terutama ketika sudah berumah tangga, namun
hal tersebut ditentang oleh kaum feminisme yang menganggap
agama mendiskriminasi kaum wanita sehingga ajaran agama
dinilai tidak adil dan harus dipisahkan dengan kehidupan
duniawi.
7. Hubungan antara Laki-laki dan Perempuan
Hubungan antara laki-laki dan perempuan sebelum menikah
(pacaran) saat ini sudah merupakan hal yang biasa dan lumrah
dilakukan. Bahkan mereka hampir menganggap hal itu wajib
dilakukan, karena untuk melihat apakah comfortable atau tid-
ak pasangannya. Menurut mereka benartidak perduli akan aja-
ran agama dan memisahkannya dengan kehidupan “gaul” anak
muda jaman sekarang yang menganggap pacaran dan
melakukan hubungan seks bebas merupakan suatu hal yang
wajar dilakukan. Menurut mereka campur tangan ajaran agama
hanya menghalangi mereka untuk mendapatkan pasangan
hidup yang comfortable dan juga menghalangi mereka untuk
mendapatkan kesengangan dimasa mudanya.
Sambungan Waspada, Bentuk-Bentuk Sekularisme………. Hal 1
Contoh kasus. Perilaku salah satu pejabat publik kita
yaitu menteri Susi yang perokok, mempunyai tato, tidak lulus
SMA, berpakaian berantakan dan tidak berjilbab. Karena sejak
awal kasus Bu Susi ini tidak membicarakan jilbab. Tidak ada
yang mengkritisi Bu Susi karena tidak berjilbab. Memang di
Indonesia belum semua berjilbab, dan masyarakat sudah pada
maklum. Yang dikritisi adalah merokok di depan publik, tapi
isunya dibelokkan sedemikian rupa menjadi ke jilbab.
Kemudian, digunakanlah imej Muslimah berjilbab yang ku-
rang baik, yaitu Ratu Atut yang sedang terjerat kasus korupsi.
Ini logika sesat. Membela pencuri ayam dengan mengatakan
bahwa di kampung sebelah ada yang mencuri kambing.
Kemudian diambil ‘sepotong imej’ untuk merusak citra. Da-
lam hal ini, yang dirusak adalah citra muslimah berjilbab.
Jilbab dihadapkan dengan rokok dan tato, dan hanya dengan
satu sampel. Itu kata kuncinya: SAMPEL! Sama saja dengan
yang bilang “lebih baik gak berjilbab tapi menjaga kehormatan
daripada berjilbab tapi diam-diam bejat.” Kombinasi pertama:
merokok, bertato, pekerja keras. Kombinasi kedua: berjilbab,
tidak merokok, tidak bertato, tapi diduga korupsi. Padahal
masih banyak kombinasi yang lain. Apa koruptor yang mero-
kok nggak ada? Apakah koruptor perempuan itu lebih banyak
yang berjilbab atau tidak? Statistik nggak bisa cuma
menggunakan satu sampel.
Coba lihat kenyataan di lapangan. Orang Indonesia
sudah tidak lagi terbiasa bicara santun. Di Twitter, ada ke-
lompok-kelompok yang suka mencaci-maki, bahkan kalau
sudah mentok debat ujung-ujungnya mengirimkan gambar-
gambar porno. Di sekolah-sekolah, generasi muda sudah jadi
korban bullying. Kekerasan fisik dan verbal ada dimana-mana.
Oke, korupsi itu masalah besar, tapi kekerasan fisik dan verbal
juga sudah menjadi masalah besar di Indonesia. Jadi, kalau ada
yang bilang pejabat tidak apa-apa memaki-maki asal gak
korupsi, itu artinya dia gak peduli negeri ini rusak. Orang-
orang Sekuler Inlander ini berusaha begitu keras untuk jadi
sekuler sehingga mereka melampaui batas sekularisme itu
sendiri. Lebih parahnya lagi ada yang mengaku muslim taat
tapi malah memiliki paham sekular kampungan yang mem-
bandingkan sesuatu dengan dalil membenarkan perbuatannya.
Seperti contoh, percuma ngaji 1 juz perhari tapi kalau gak
dipahami, percuma puasa sunnah kalau sholat subuhnya saja
telat. Hal tersebut malah akan mematahkan semangat sesama
muslim dan akan menimbulkan perpecahan.
Sambungan Munculnya Sekular Inlander (Sekuler Kampungan) …………………………………………………………..………. Hal 1