54
Buletin Diseminora Volume 11 Tahun 2015 i i

Buletin Diseminora i - jabar.litbang.pertanian.go.idjabar.litbang.pertanian.go.id/images/stories/Diseminora/Diseminora... · Kelompok Sapi Perah Sukamenak 28 Pangalengan Kabupaten

  • Upload
    dinhdan

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 ii

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1111 TTaahhuunn 22001155 iiii

Pelindung dan Pengarah: Dr. Liferdi, SP, Msi. Plt. Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat

Redaktur Pelaksana: Ketua : Nana Sutrisna Sekretaris : Nadimin Anggota :

- Oswald Marbun - Anna Sinaga - Sukmaya - Titiek Maryati

Layout/Desain Cover: - Bambang Unggul PS

Alamat Redaksi BPTP Jawa Barat, Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung, 40391 Telepon : (022) 2786238, 2787163 Faximile : (022) 2789846 E-mail : [email protected] Website : http//jabar.litbang.pertanian.go.id

Keterangan Cover Depan: Profil P4S Wira Tani Desa Tegal Sawah Kecamatan Karawang Timur Kabupaten. Karawang

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 ii

SSaallaamm DDiisseemmiinnoorraa,,

Edisi Buletin Diseminora kali ini akan mengajak para pembaca untuk sejenak mengetahui beberapa rubrik

antara lain: Rubrik Fokus tentang Biogas Sebagai Energi Alternatif Masyarakat, Rubrik Profil diantaranya mengenai

Profil P4S Wira Tani Desa Tegal Sawah Kecamatan Karawang Timur Kabupaten Karawang.

Selain itu Edisi ke 12 ini juga mengangkat tema “Lahan Kelompok Terpadu Sebagai Tempat Usaha Bersama

Pada Kelompok Sapi Perah Sukamenak 28 Pangalengan Kabupaten Bandung” dan “Teknologi Salibu, Tanam Padi Sekali Panen Lebih dari Tiga Kali”, Rubrik Peluang Usaha tentang Penangkaran Benih Padi dan tentang Stabilitas

Pendapatan Keluarga Tani dengan Penerapaan Teknologi Jajar Legowo 2:1 Berkelanjutan

Redaksi berharap Buletin Diseminora Edisi ke 12 ini dapat menambah wawasan tentang informasi teknologi untuk

dapat diwujudkan di lapangan.

SSeellaammaatt MMeemmbbaaccaa..

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 iiii

FFookkuuss 1. Biogas Sebagai Energi Alternatif Masyarakat ............. ........................... 1 2. Efisiensi Penggunaan Mesin Tanam JARWO 2:1 (Rice Transplanter)

(Study kasus di Desa Cicadas, Kecamatan Binong, Kabupaten Subang) ................................................................................................... 3

PPrrooffiill 1. Profil P4S Wira Tani Desa Tegal Sawah Kecamatan Karawang Timur

Kabupaten Karawang.............................................................................. 6 2. Peranan Ketua Kelompok Penangkar Benih Desa Jatitengah,

Majalengka ............................................................................................. 10

PPeerrlluu AAnnddaa TTaahhuu 1. Lahan Kelompok Terpadu Sebagai Tempat Usaha Bersama Pada

Kelompok Sapi Perah Sukamenak 28 Pangalengan Kabupaten Bandung ................................................................................................... 13

2. Teknologi Salibu, Tanam Padi Sekali Panen Lebih dari Tiga Kali ....... 14 3. Peningkatan Komunikasi, Koordinasi dan Diseminasi Inovasi

Pertanian di Kabupaten Karawang TA. 2016 ................................... 21 4. Status Pengelolaan Sumber Daya Genetik di Jawa Barat .............. 25 5. Manfaat Asam Humus (Humic Acid) Bagi Tanaman Padi di Lahan

Sawah Sub Optimal Pasang Surut ....................................................... 31

PPeelluuaanngg UUssaahhaa 1. Melirik Peluang Usaha Penangkaran Benih Padi ................................ 34 2. Stabilitas Pendapatan Keluarga Tani dengan Penerapaan

Teknologi Jajar Legowo 2:1 Berkelanjutan ........................................ 38

SSeeppuuttaarr KKiittaa

1. Komposter Mini Membuat Kompos Dari Limbah Dapur........................ 46

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 11

BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF MASYARAKAT

Oleh: Sumarno Tedy dan Meksy D.

Biogas merupakan salah satu jenis energi alternatif yang terbilang baru, dan masih dikembangkan bagi kebutuhan pemenuhan energi dunia, termasuk salah satunya adalah Indonesia. Bogas sendiri diklaim memiiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan jenis energi lainnya yang berbentuk gas, seperti LNG, LPG, dan CNG. Wajar saja biogas masih asing di telinga masyarakat Indonesia, karena kebanyakan masyarakat Indonesia belum ‘peka’ terhadap energi alternatif selain bahan bakar minyak.

Beberapa manfaat Biogas diantaranya :

1. Dapat mensubstitusi penggunaan gas LPG, hal ini dapat saja dilakukan karena gas metana yang terkandung di dalam biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar seperti halnya yang terdapat di dalam gas LPG.

2. Lingkungan menjadi lebih bersih dan indah, hal ini terjadi karena memanfaatkan limbah dan kotoran ternak untuk dijadikan bahan pembuat biogas.

3. Menghemat biaya operasional rumah tangga, dengan mengganti bahan bakar minyak dan gas yang relatif lebih mahal dengan penggunaan biogas.

4. Limbah digester dari biogas dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, baik yang berupa cair maupun padat bagi pertanian.

5. Berkonstribusi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, karena berkurangnya pemakaian bahan bakar minyak dan kayu.

6. Bahan bakar biogas ini dapat menghasilkan listrik sekitar 6000 watt per jamnya dengan menggunakan sekitar 1 meter kubik biogas.

7. Mengurangi asap dan kadar karbon dioksida di udara.

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 22

Itulah beberapa manfaat penting dari biogas, untuk itu Pemda Kabupaten Bandung dan Pemprop Jawa Barat terus melakukan pengembangan energy alternative salah satunya dengan pengadaan instalasi biogas. Pengadaan tersebut diberikan sebagai stimulan kepada masyarakat. Kegiatan pengembangan biogas salah satunya dilakukan di Desa Pangelangan Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Tepatnya di kelompok Ternak sapi perah Sukamenak 28 yang merupakan salah satu binaan BPTP Jawa Barat. Pada akhir tahun 2015 Dinas Energi Sumberdaya Mineral (ESDM) Kabupaten Bandung memberikan bantuan instalasi sebanyak 21 unit yang diserahterimakan oleh Kadis Dinas Energi Sumberdaya Mineral (ESDM) kepada peternak sapi perah yang dihadiri oleh PT Biru sebagai pelaksana pembangunan instalasi biogas di kelompok Sukamenak 28, dan aparat desa.

Penerima bantuan sebagian besar merespon positif adanya bantuan instalasi biogas, karena menghemat biaya pengeluaran untuk pembelian gas melon. Manfaat yang diperoleh mereka yang biasanya membeli 4 tabung gas melon ukuran 3 kg sekarang dengan adanya biogas hanya membeli 1 tabung gas melon/ bulan. Pencemaran lingkungan akibat limbah kotoran ternak sapi juga menurun. Salah satu komplain penerima bantuan antara lain adanya bau kotoran sapi yang dikeluarkan pertama kali membuka gas biogas, tetapi lama kelamaan bau tersebut hilang dan tidak ada bau sama sekali.

Pembangunan unit instalasi Biogas dan serah terima simbolik bantuan biogas

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 33

EFISIENSI PENGGUNAAN MESIN TANAM JARWO 2:1 (Rice Transplanter)

(Study kasus di Desa Cicadas, Kecamatan Binong, Kabupaten Subang)

Oleh : Bambang Sunandar dan Ikin Sadikin)

Pembangunan pertanian tidak dapat dilepaskan dari perkembangan teknologi alat dan mesin pertanian, inovasi teknologi alat tanam berupa Rice Transplanter berpotensi dapat mempercepat waktu tanam dan mengatasi kekurangan tenaga kerja tanam. Dengan kata lain, penggunaan alat Rice Transplanter bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, produktivitas, kualitas hasil dan mengurangi beban kerja petani. Namun setiap wilayah di Jawa Barat memiliki tipologi dan karakteristik daerah yang berbeda-beda maka penerapan teknologi Rice Transplanter secara spesifik lokasi menjadi penting untuk diketahui.

Untuk mengetahui keragaan efisiensi perubahan implementasi teknologi tanam Jarwo 2:1 cara manual dan cara mekanis (Rice Transplanter), BPTP melakukan kajian terhadap penggunaan Rice Transplanter. Hasil kajian dianalisis dengan menggunakan metode akunting usaha tani, RC rasio atau marjin efisien (MCTR) dan analisis efisiensi kelayakan implementasi dari kinerja tanam padi dengan memakai mesin tanam Rice Transplanter (Indo Jarwo milik Kelompok Tani “Gadis”) di Desa Cicadas, Kecamatan Binong, Kabupaten Subang pada MT 2015/2016.

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 44

Tabel Efisiensi Biaya Tanam Legowo 2:1 Mesin Rice Transplanter (Indo Jarwo) dibandingkan dengan cara manual.

No Uraian Cara Manual Tansplanter

Fisik+) Biaya (Rp) Fisik Biaya (Rp) 1. Membuat persemaian 15.69 518.207 1.96 0 2. Kebutuhan benih 25 225.000 240 *) 960.000 3. Pengolahan tanah 9.81 1.680.672 9.81 1.680.672 4. Tanam : 910.364 600.000 - Manual 27.46 910,364 0 0 - Mesin transplanter 0 0 1 #) 500.000 5. Ongkos angkut mesin ke lokasi 0 0 1 50.000 6. Ongkos membersihkan mesin 0 0 1 50.000 Total Biaya 78 3.334.244 345 3.240.672 Efi_RC 1.0289 MCTR -0.0289 R/M penanaman (%) 97,194

Berdasarkan hasil analisis efisiensi perbandingan antara kinerja tanam padi cara manual dengan kinerja tanam padi memakai mesin tanam Rice Transplanter, dapat diketahui, bahwa, tingkat efisiensi kinerja tanam padi dari kedua model teknologi tersebut mencapai nilai efisiensi -0.0289 dengan nilai rasio komparatif 1,0289. Kedua nilai indikator efisiensi tersebut menunjukan bahwa, kinerja kegiatan kerja tanam cara mekanis dengan memakai mesin tanam Rice Transplanter (Indo Jarwo) di lokasi kajian ternyata lebih efisien dari pada kinerja kegiatan kerja tanam cara manual, sebagaimana ditunjukkan oleh titik marjin efisien (MCTR) yang mencapai angka lebih besar dari satu (1,029), dan nilai rasio antara biaya penanaman padi (pengolahan lahan, persemaian sampai tanam/tandur) cara mekanis-Rice Transplanter dengan cara manual (R/M) yang mencapai lebih kecil dari satu (97,19 %). Dalam arti lain biaya tanam dan atau biaya penaman padi dengan menggunakan mesin tanam Rice Transplanter lebih murah 2,89 % dari pada biaya tanam dengan sistim manual. Biaya penaman padi dengan menggunakan mesin tanam Rice Transplanter hanya memerlukan biaya sekitar 97,19 persen dari pada biaya penanaman padi dengan cara konvensional. Total biaya penaman padi dengan menggunakan cara tanam tenaga

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 55

konvensional mencapai sekitar Rp.3,334 juta/ha; sedangkan total biaya penaman padi dengan menggunakan cara tanam tenaga mekanis Rice Transplanter hanya mencapai sekitar Rp.3,24 juta/ha.

Secara teknis, finansial dan ekonomi, dengan menggunakan mesin tanam Rice Transplanter dalam teknik tanam jajar legowo pada padi sawah, memang efisien dan layak untuk diimplementasikan, tetapi harus dengan memperhatikan persyaratan tertentu yang spesifik lokasi. Persyaratan tersebut antara lain topografi tanah tidak berbukit atau tidak bergunung-gunung, struktur tanah halus dan tidak kering, luas hamparan petakan sawah cukup luas/tidak sempit, datar dan tidak banyak pematang, tekstur tanah mengandung lempung berpasir dengan kedalaman lumpur sekitar 30-40 cm, air dalam petakan sawah sebaiknya dalam keadaan macak-macak dengan ketinggian permukaan air maksimal 3 cm. Dilihat dari aspek sosial budaya penggunaan Rice transplanter belum tentu layak dikembangkan secara luas di berbagai daerah, khususnya di kabupaten lokasi kajian, sebab SDM tenaga operator mesin di lokasi kajian masih belum siap, tingkat keterampilan masih sangat kurang, dan tenaga kerja buruh tanam padi relatif banyak atau tidak tergolong ke dalam daerah yang kekurangan tenaga buruh/jasa tanam padi.

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 66

PROFIL P4S WIRA TANI Desa Tegal Sawah Kecamatan Karawang Timur Kabupaten Karawang

Oleh: Ratima Sianipar dan Anna Sinaga

P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya) Wira tani merupakan area percontohan pertanian terpadu dengan mengintegrasikan berbagai unsur pertanian,

diantaranya padi, hortikultura, peternakan, perikanan, dan pasca panen dengan mengedepankan model pertanian terpadu yang ramah lingkungan. P4S Wira tani berlokasi di Desa Tegal Sawah, Kecamatan Karawang Timur yang

diketuai oleh H. Osyim. Pada P4S ini sering dilakukan berbagai kegiatan, seperti kunjungan

dari berbagai instansi dan masyarakat umum, pelatihan pertanian organik ramah lingkungan, magang, usaha budidaya pertanian, peternakan dan perikanan.

Kegiatan yang dilakukan di P4S ini terbagi dalam 4 unit, yaitu unit produksi yang terdiri dari pengembangan kebun organik dengan komoditi taman hortikultura (bayam, kangkung, terong, kol, bawang, kedelai, terong, dan cabai), usaha budidaya peternakan sapi, domba, itik, kelinci, dan ayam. Budidaya perikanan yang terdiri dari ikan patin dan lele. Kedua adalah unit pelatihan yang mencangkup pelatihan pertanian, peternakan, perikanan, dan lingkungan. Unit ketiga adalah pemberdayaan masyarakat dengan mengajak masyarakat untuk terlibat dalam pengembangan P4S Wira tani. Unit keempat adalah unit pengembangan bisnis yang meliputi kerjasama investasi dan pasca panen.

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 77

Semangat dibentuknya P4S Wira Tani adalah ingin mengajak berbagai elemen masyarakat untuk kembali peduli terhadap pertanian. Mengingat degradasi dan alih fungsi lahan pertanian kini semakin tinggi yang menyebabkan lahan pertanian semakin berkurang. Selain itu, P4S Wira tani ingin menjadi leading sektor pertanian pedesaan yang mampu berkembang secara berkelanjutan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat di lingkungan P4S Wira Tani dapat terberdayakan sehingga dapat membantu perekonomian pedesaan.

Lahan pertanian P4S Wira Tani ini mulai dibangun pada tahun 2005, dengan kondisi yang hanya ada kolam ikan, beberapa ekor ayam kampung dan domba. Sarana yang ada pun saat itu hanya kandang dan kolam. Pengalaman bertani dan berniaga sembako H. Osim selaku pemilik lahan P4S ini yang sudah bertahun-tahun berhasil meningkatkan pendapatan keluarganya. Dari hasil berniaga tersebut H.Osim menyisihkan pendapatannya untuk membeli ternak domba sebanyak 40 ekor indukan di Tuban, Jawa Tengah.

Kegigihan H. Osim dalam bertani berhasil mengantarkannya menjadi petani berprestasi yang dinobatkan oleh pemerintah daerah pada tahun 2005. Predikat tersebut menjadi gerbang awal H.Osim dalam membangun pertanian terpadu, karena diajak oleh pihak swasta untuk studi banding berkeliling melihat contoh pertanian modern di Bogor. Salah satu lokasi yang dikunjungi, membuat H.Osim terinspirasi karena

melihat begitu bagusnya produksi pertanian seperti cabai dan tomat serta komoditi hewan ternak yang lengkap. Dari situlah H.Osim ingin membuat model pertanian terpadu di Kabupaten Karawang.

Perjalanan menuju pertanian terpadu di Karawang dijalaninya sendiri, tanpa ada dukungan dari pihak lain. Domba indukan yang dipelihara awal sejumlah 40 ekor, pada tahun 2007 bertambah

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 88

menjadi 167 ekor. Hasil domba tersebut membuat H.Osim berkeinginan untuk menjual seluruh domba dan diganti dengan sapi. Perjalanan menuju pertanian terpadu tidak selamanya berjalan dengan baik karena pernah mengalami kegagalan. Mulai kembali pada tahun 2007 hingga kini mulai terlihat hasilnya. Perhatian pemerintah pun mulai masuk ketika UPTD Kecamatan Karawang Timur dan PPL Desa Tegal Sawah mulai mengunjungi lokasi H. Osim beberapa tahun lalu. Niat H.Osim untuk membuat model pertanian terpadu di Karawang disambut baik oleh dinas dan mulai berdatangan program pendukung diantaranya program Show Window yang bekerja sama dengan IPB melalui program penanaman padi organik dan bantuan 100 ekor domba untuk mengolah pupuk organik padat dari hasil limbahnya.

Melalui jejaring yang ada, mulai lah bermunculan pihak-pihak yang memiliki visi yang sama untuk membangun pertanian terpadu ramah lingkungan, salah satunya komunitas Rumah SOPAN yang ikut membantu perkembangan pertanian terpadu.

Pada awal tahun 2016 BPTP Jawa Barat membina P4S Wira Tani ini dengan kegiatan seperti adanya Display PTT Padi seluas 1 (satu) ha dengan memberikan pembinaan tentang sistim jajar legowo 2 : 1, penggunaaan Varitaas Unggul Baru (VUB), Teknologi tanam padi Salibu dan pembinaan tentang kelembagaan P4S.

Selama ini petani belum terbiasa dengan sistim tanam jajar legowo 2 : 1 dan belum mengenal benih padi varietas unggul baru (VUB). Hal ini terjadi karena beberapa petani sudah pernah mencoba tanam Legowo 2:1, namun gagal bahkan hasil lebih rendah dari sistim tegel (produksi 4 ton/ha). Selain itu varietas yang ditanam selama ini adalah varietas Mekongga dan Ciherang. Melalui display PTT padi ini, kelompok P4S Wira Tani membuktikan dengan jarwo 2 :1 dan benih Varietas Unggul Baru (VUB) hasilnya lebih baik seperti terlihat pada tabel berikut:

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 99

No Varietas Produktivitas ton/ha /GKP 1 Inpari 30 9 2 Inpari 31 8,5 3 Inpari 32 9,08 4 Mekongga 6,83 5 Ciherang 8,08

Hasil dari diskusi dengan pengurus P4S Wira Tani ini berkeinginan untuk dapat perpartisipasi kepada warga di lingkungan kandang ternak sapi P4S Wira Tani untuk membuat Biogas dari limbah ternak untuk dapat dimanfaatkan warga untuk memasak sehingga warga terbantu mengurangi pengeluaran ekonomi keluarga. Tim BPTP Jawa Barat telah membantu memfasilitasi dengan mengajukan proposal bantuan Biogas kepada Bapak Gubernur Jawa Barat melalui Dinas Enegi Sumber Daya dan Mineral Propinsi Jawa Barat. Yang kemungkinan akan terealisasi pada tahun 2017 dan akan tetap di pantau oleh tim BPTP .

Semoga P4S Wira Tani dapat menjadi salah satu saluran diseminasi inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian khususnya BPTP Jabar. Bagi masyarakat tani khususnya kalayak pengguna kehadiran Tim BPTP Jabar di Desa Tegal Sawah Kecamatan Karawang Timur Kabupaten Karawang dapat bermanfaat.

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 1100

PERANAN KETUA KELOMPOK PENANGKAR BENIH DESA JATITENGAH, MAJALENGKA

Oleh: Titiek Maryati S dan Yati Haryati

Desa Jatitengah yang berada di Kecamatan Jatitujuh merupakan desa dengan pola tanam padi-padi-sayuran/bawang merah. Bapak Nasihin yang akrab disapa dengan Pak Ihin. Pak Ihin merupakan salah satu ketua kelompok tani di Desa Jati Tengah, lahir di Majalengka pada tanggal 23 Oktober 1973 memiliki seorang isteri dan telah dikaruniai dua orang anak. Pak Ihin mulai menekuni profesi sebagai petani padi sejak tahun 2006, sebelumnya beliau selalu menanam tanaman bawang merah yang lebih menjanjikan keuntungan.

Atas inisiatif sendiri Bapak Ihin menjadi penangkar benih tahun 2008. Karena terdorong oleh penggunaan benih bersertifikat di wilayahnya masih rendah. Selain itu pada tahun 2009-2014 ada tawaran kerjasama dengan PT. Pertani untuk memproduksi benih. Pada

tahun 2009 mulailah memproduksi benih Varietas Ciherang dan Mekongga Kelas ES dengan produksi benih Varietas Ciherang sebanyak 8 ton dan Mekongga sebanyak 7 ton yang dibeli langsung oleh PT. Pertani dalam bentuk calon benih. Kerjasama dengan PT. Pertani membuat pengetahuan Pa Ihin mengenai teknik perbenihan dan pemasarannya meningkat.

Tahun 2014 Pa Nasihin mulai usaha sendiri untuk memproduksi benih seluas 3 ha dengan hasil Varietas Ciherang Kelas SS sebanyak12 ton. Dari produksi benih tersebut terjual 4 ton ke kios- kios dan petani sekitar wilayah Kecamatan Jatitujuh. Karena berkeinginan dan bertujuan sama, maka petani desa Jatitengah, sepakat membentuk Kelompoktani “Gangsa I” pada 20 Mei

Bapak Nasihin bersama Ka. BPTP Jabar (Dr. Liferdi, SP. MSi).

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 1111

2014 dan Pa Nasihin diangkat sebagai ketua kelompok tani dengan jumlah anggota sebanyak 48 orang.

Pada tahun 2015 Bapak Nasihin mendapat bantuan sarana produksi program 1000 Desa Mandiri Benih dari Kementerian Pertanian mendapat bantuan sarana produksi untuk luasan 10 ha dan lantai jemur, mesin prosesing serta gudang penyimpanan. Produksi benih pada MK 2015 adalah Varietas Inpari 10 = 2 ha, Inpari 30 = 4 ha dan Inpari 32 = 4 ha. Dari luasan tersebut menghasilkan benih Inpari 10 = 8 ton, Inpari 30 = 17,5 ton dan Inpari 32= 17,5 ton. Distribusi benih ke kios sekitar Desa Jatitujuh 8 ton, luar wilayah Jatitujuh 3 ton dan 30 ton dijual ke PT. Pertani. Pada MH 2015/2016 produksi benih Inpari 32 = 6 ha, Inpari 19=1ha. Produksi benih Inpari 32 = 30 ton dijual ke program BUMD.

Pada tahun 2016 kelompok Gangsa I mendapat bimbingan dari BPTP Jawa Barat melalui kegiatan Model Sekolah Lapang Kedaulatan Pangan Mendukung Swasembada Pangan Terintegrasi Desa Mandiri Benih dengan luasan untuk Laboratorium Lapang (LL) 2 ha produksi benih Inpari 31 Kelas ES dan display varietas dengan luasan 0,5 ha (Inpari 7, Inpari 28, Inpari 31, Inpari 32, Sintanur, Situ Patenggang, Situ Bagendit, Inpago 5, 8, 9) dan Sekolah Lapang dengan luasan 10 ha (SDMB), 15 ha swadaya serta UPBS 5 ha.

Pada kegiatan Model SL Kedaulatan Pangan mendapat pelatihan mengenai teknis produksi benih dan prosedur sertifikasi dengan bimbingan dari BPTP Jawa Barat dan BPSB Kab. Majalengka, Dalam pelatihan tersebut mendapat pengetahuan mengenai tahapan produksi benih terutama dalam rouging baik di kelas dan praktek di lapangan. Pada kegiatan kerjasama dengan UPBS BPTP Jawa Barat memproduksi benih varietas Inpari 30, 31, 32 dan Inpago 9 dengan luasan 5 ha. Benih yang dihasilkan selain untuk memenuhi kebutuhan anggota kelompok sekitar desa, juga telah dipasarkan ke kios-kios sarana produksi seKecamatan Jatitujuh, Kabupaten Kuningan dan Cirebon, dan Program bantuan kerjasama Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka. Kelompok Gangsa I juga telah menerima kunjungan kelompoktani dari kecamatan Karangampel, kabupaten Indramayu dengan tujuan saling bertukar-fikiran terutama dalam kegiatan penangkaran yang dilakukan oleh kelompok.

Dalam rangka mendukung UPSUS Padi di Jawa Barat, BPTP Jabar

bertempat di kelompok Gangsa I pada tanggal 4 Agustus 2016, telah menyelenggarakan Temu Lapang dengan tema “Inovasi Teknologi Padi Mendukung Desa Mandiri Benih”. Acara dihadiri oleh Pimpinan Komisi IV

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 1122

DPR RI (Dr. E. Herman Khaeron), Kepala Badan Karantina Pertanian sebagai Penanggung Jawab UPSUS Provinsi Jawa Barat, Asterdam III Siliwangi, Bupati Majalengka dan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat, Kepala BPTPH Propinsi Jawa Barat dan OPD terkait lingkup pertanian dari Kabupaten Majalengka, Kuningan, Indramayu, Cirebon, dan Sumedang, beserta perwakilan para petani/penangkar dari wilayah kabupaten tersebut.

Harapan Bapak Nasihin sebagai ketua kelompok penangkar antara

lain ingin mengembangkan benih sumber varietas spesifik lokasi yang bila dibutuhkan oleh petani tersedia di kelompoknya dan kualitas benih sumber ditingkatkan. Menurut Bapak Nasihin “Kebersamaan antar anggota” sebagai modal keberhasilan kelompok penangkar, oleh karena itu kerjasama anggota kelompok perlu ditingkatkan terus menerus.

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 1133

LAHAN KELOMPOK TERPADU SEBAGAI TEMPAT USAHA BERSAMA PADA KELOMPOK SAPI PERAH SUKAMENAK 28 PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG Oleh: Sumarno Tedy dan Siti Lia M.

Masalah yang dihadapi dalam pengembangan sapi perah di Kecamatan Pangalengan adalah keterbatasan lahan. Untuk mengatasi keterbatasan lahan, salah satu upaya yang dilakukan kelompok ternak sapi perah Sukamenak 28 di Pangalengan Kabupaten Bandung yaitu bekerjasama dengan perkebunan dan membeli lahan. Pembelian lahan ini diperuntukan untuk penampungan kotoran ternak, tempat pembuatan dan penyimpanan pakan lengkap. Luas lahan kelompok adalah 17 x 10 m2 yang dibeli dari anggota kelompok ternak dengan menggunakan dana kelompok. Lahan tersebut dirancang tata letaknya yang terdiri dari sekretariat yang dapat berfungsi sebagai kantor maupun ruang pertemuan, kandang sapi, rumah kompos, rumah pakan, dan sumber air. Sehingga nantinya dapat menjadi tempat pelatihan bagi pusat pelatihan pertanian pedesaan swadaya (P4S). Selain itu untuk mendukung kegiatan peternakan, akan dibuat kandang sapi sebagai show window teknologi sapi perah yang merupakam sapi hasil perguliran bantuan dari Dinas Peternakan. APPO dari Dinas Pertanian akan ditempatkan di lahan kelompok, serta instalasi biogas akan dibangun pula di lahan kelompok ini.

Pembangunan lahan kelompok terpadu menggunakan dana kelompok dan saat ini sedang diajukan proposal CSR ke perusahaan Energi Resources. Pada saat temu lapang, diharapkan rencana pembangunan sudah terrealisasi, meskipun mungkin masih semi permanen.

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 1144

Rancangan tata letak kelompok ternak (a) dan lahan kelompok ternak (b)

Rumah kompos semi permanen telah dibuat dalam rangka pembuatan kompos kelompok seluas 7x5 m bangunan dan tambahan seluas 9x 6 m. Operasionalisasi sedang dalam tahap awal dengan mengumpulkan kotoran hewan (kohe) dari para peternak.

TEKNOLOGI SALIBU Tanam Padi Sekali

Panen Lebih Tiga Kali

Oleh: Ratima Sianipar dan Yanto Surdianto

Latar Belakang :

Upaya pemerintah mewujudkan swasembada yang berkelanjutan untuk komoditas padi terus dilakukan. Pada tahun 2015 pemerintah menargetkan pencapaian swasembada dapat dicapai dalam tiga tahun, dengan pertumbuhan 2,21%/ tahun (Kemtan, 2015). Sasaran produksi padi nasional tahun 2017 adalah 78.130.000 ton, sementara target produksi Jawa Barat adalah 13,75 juta ton. Berbagai inovasi untuk meningkatkan produktivitas padi dan pencapaian target produksi telah dihasilkan Badan Penelitian dan

Kandang sapi

Sekretariat

Rumah kompos

Gudang pakan

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 1155

Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), seperti beberapa varietas unggul spesifik lokasi, Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT), dan lain-lain. Budidaya padi Salibu merupakan salah satu alterrnatif sistem yang dapat dikembangkan untuk mendukung swasembada beras di Jawa Barat

Rata-rata luas tanam Padi setahun di Jawa Barat adalah 1.709.745 ha, dengan dengan Indeks Tanam (IP) yang bervariasi. Lahan yang IP tiga kali adalah seluas 934.465 ha (27%); lahan yang IP dua kali (2x) adalah 868.340 ha (25%); dan lahan yang IP satu kali (1x) adalah 1.629.243 ha (47%). Dengan teknologi Salibu, IP dapat ditingkatkan menjadi empat kali (4x) .

Di Jawa Barat penggunaan benih Padi adalah sekitar 42.743 ton per tahun. Dengan menggunakan teknologi Salibu pada sawah irigasi untuk 3x pertanaman per tahunnya dengan pola tanam Tapin-Salibu1-Salibu2, maka Jawa Barat akan dapat menghemat penggunaan benih sebanyak 37.451 ton per tahun.

TEKNOLOGI SALIBU (RATUN/TURIANG YG DIMODIFIKASI

Adalah teknologi budidaya padi dengan memanfaatkan batang bawah setelah panen sebagai penghasil tunas/anakan yang akan dipelihara. Tunas ini berfungsi sebagai pengganti bibit pada sistim tanam pindah (ta-pin). Pertumbuhan tunas-tunas terjadi karena adanya perlakuan pemangkasan. Tinggi pemangkasan batang menentukan jumlah mata tunas yang ada untuk pertumbuhan ulang, maka tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan tunas salibu. Dengan demikian budidaya padi salibu dapat memacu peningkatan produksi padi dengan meningkatkan IP (indek pertanaman).

Gambar.Beda Salibu Dengan Ratun

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 1166

Beberapa keuntungan budidaya salibu diantaranya adalah:

• umurnya relatif lebih pendek, • kebutuhan air lebih sedikit, • biaya produksi lebih rendah karena

penghematan dalam pengolahan tanah, penanaman, penggunaan bibit dan

• kemurnian genetik lebih terpelihara.

Pada budidaya padi salibu ada beberapa faktor yang berpengaruh dan perlu diperhatikan dengan cermat: 1) Tinggi pemotongan batang sisa panen (3-5 cm) dan waktu

pemotongan (10-15 hari) setelah panen 2) Pemilihan varietas padi yang tepat, karena akan digunakan

sebagai bahan tanaman lebih dari satu kali. Pilih varietas sebagai tanam induk yang ber anakan banyak, produktivitas tinggi dan kualitas gabah yang baik,

3) Panen lebih awal 1 minggu, agar batang bawah masih segar, 4) Dosis pemupukan pemupukan salibu dilakukan sama dengan

tanaman utama atau sesuai dengan rekomendasi spesifik lokasi 5) Penyulaman dilakukan dengan cara mencabut rumpun tanaman

yang ada , membagi dua kemudian disulam. Penjarangan dan penyulaman dilakukan (15-20 hari) setelah pemotongan

6) Penyiangan dengan alat landak. 7) Ketersediaan air cukup 8) Kondisi air tanah sebelum dan setelah panen (kondisi

lapang/lembab), 9) Tanam padi awal dengan Jarwo 2 : 1, selain produksi lebih tinggi

juga untuk memudahkan aplikasi Salibu, pertanaman lebih baik karena mempunyai kelebihan, pada saat panen sisa potongan dapat diletakkan di antara barisan pertanaman. Sehingga bekas potongan jerami tidak tertutup dan tidak rusak.

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 1177

Penyulaman

Hal-hal yang harus diantisipasi : 1) Jangan dilaksanakan di daerah endemic OPT, 2) Minimal areal pertanaman dalam satu hamparan 10 ha, agar

tidak menjadi sasaran tikus, 3) Apabila setelah panen turiang/ratun tumbuh kurang dari 70%,

jangan dilakukan salibu, 4) Jangan dilakukan di daerah yang ketersediaan air irigasi

kurang (atau digilir), serta tadah hujan NILAI LEBIH TEKNOLOGI SALIBU dibanding TANAM PINDAH : • Meningkatkan hasil (5-15% Dan tambahan TP 0,5-1 X

Panen/Tahun) • Hemat biaya produksi (60% Setiap MT) • Hemat benih • Hemat air (20-30%) • Hemat tenaga kerja (60%) • Ramah lingkungan (Pegembalian Bahan Organik Lebih Banyak) • Memacu produksi daerah yang kekurangan tenaga kerja • Medukung swasembada beras dan kemandirian pangan TAHAPAN PELAKSANAAN SALIBU 1. Menjaga Kelembaban Tanah Pada saat 3 minggu sebelum sampai 2 minggu sesudah panen padi, kondisi tanah sawah dijaga, agar dalam kapasitas lapang (lembab). Tujuannya adalah untuk menjaga kelembaban tanah dan

dibagi dicabut disulam

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 1188

menghindari agar batang padi yang masih berdiri tidak mati kekeringan

2. Pemotongan dan Pemberian Pupuk Kandang.. Sebelum melakukan pemotongan batang padi, pupuk kandang diberikan pada lahan terlebih dahulu dengan kebutuhan 0,5 - 1 ton/ha

• Pemotongan dilakukan pada pangkal batang menggunakan mesin potong rumput dengan ketinggian ± 3-5 cm dari permukaan tanah.

• Setelah selesai melakukan pemotongan, maka semua jerami baik sisa pemanenan ataupun bekas pemotongan batang ditabur merata di permukaan lahan.

• Tunggul padi tidak boleh ada yang tertutup oleh tumpukan jerami, kalau itu terjadi maka tunas baru tidak akan tumbuh.

3. Pengairan Saat panen tanaman utama upayakan kondisi tanah tidak

terlalu kering, jika kering maka lakukan pemberian air segera setelah panen dengan ketinggian 2-5 cm untuk mencapai kondisi kapasitas lapang, jaga tinggi air tidak melebihi potongan pertanaman padi

4. Memupuk dan Melumpurkan Tanah • Untuk merangsang pertumbuhan, maka kurang lebih dua minggu

setelah pemotongan pangkal batang atau setelah sebagian besar tunas muncul ke permukaan, dilakukan pemupukan pertama dengan cara menaburkan pupuk Urea diantara rumpun padi secara merata sebanyak 150 kg/ha.

• Untuk menjaga pertumbuhan dan ketersediaan air, maka pertahankan kondisi air di permukaan lahan dalam keadaan macak–macak, dimana saluran pemasukan dan pengeluaran air dalam keadaan tertutup.

• Pelumpuran tanah di hamparan persawahan, dilakukan dengan cara menginjak–injak tanah dan jerami di antara rumpun padi sampai jeraminya terbenam ke dalam tanah. Perlakuan

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 1199

menginjak–injak tanah dan jerami tersebut disamping untuk melumpurkan tanah, mempercepat proses pelapukan jerami dan juga sebagai upaya untuk penyiangan.

• Penyiangan dilakukan sesaat sebelum pemberian pupuk Urea pertama . Pemupukan kedua dilakukan pada tanaman berumur 40 hari, pupuk yang diberikan adalah SP36 125 kg dan KCl diberikan sebanyak 25 kg. (pemupukan KCl dilakukan dengan ½ dosis dari dosis anjuran

5. Pengendalian Hama dan Penyakit Pada sistim budidaya salibu tidak ada masa bera antara satu daur hidup tanaman dengan daur hidup berikutnya, oleh karena itu akan lebih rentan terhadap berbagai kemungkinan serangan hama dan penyakit. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengendalian OPT yang pertanaman lebih intensif.

6. Panen dan Pasca Panen

• Panen dilakukan lebih awal (7-10 hari), untuk menjaga kesegaran batang bawah supaya tunas tumbuh baik.

• Pada budidaya padi salibu panen bisa dilakukan pada umur ± 90 hari. Jika terlambat memanen padi, akan mengakibatkan banyak biji yang tercecer atau busuk sehingga mengurangi produksi.

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 2200

Tabel. Analisa usahatani padi (tapin-salibu-salibu) dibanding (tapin-tapin)/tahun

Sumber : BB Padi Sukamandi

NNoo.. UU rr aa ii aa nn JJuummllaahh ((RRpp))

(Tapin-Salibu-Salibu) (Tapin-Tapin)

A Biaya upah 7.050.000 6.900.000

B Biaya saprodi 3.210.000 2.380.000

C Biaya panen (20% hasil)

18.000.000 11.000.000

I Total pengeluaran (A+B+C)

28.260.000 20.280.000

II Penerimaan

Hasil Tapin (11 t/ha GKP) x Rp. 5.000

55.000.000

Hasil Salibu (18,3 t/ha GKP) x Rp. 5.000

91.500.000

III Keuntungan bersih 63.240.000 34.720.000

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 2211

PENINGKATAN KOMUNIKASI, KOORDINASI dan DISEMINASI INOVASI PERTANIAN

di KABUPATEN KARAWANG TA. 2016

Oleh: Ratima Sianipar Dan Darojat Prawiranegara

Pendahuluan

Keberadaan BPTP di Provinsi Jawa Barat diharapkan akan memberi arti penting bagi program pembangunan pertanian di Jawa Barat. Sangat penting bagi BPTP Jawa Barat untuk menjalin komunikasi dengan para stakeholders di tingkat pengguna teknologi, seperti kontaktani, penyuluh pertanian, tokoh masyarakat, pengurus kelompoktani termasuk penyuluh pertanian swadaya, dalam upaya percepatan diseminasi inovasi teknologi. Kabupaten Karawang adalah salah satu lokasi untuk percepatan diseminasi inovasi teknologi melalui display PTT Padi di P4S Wira Tani, Desa Tegal sawah Kecamatan Karawang Timur. Pengembangan Metoda dan Media Diseminasi

Kegiatan ini merupakan upaya untuk rnenyebarluaskan inovasi teknologi hasil litkaji melalui peragaan teknologi, dan pembuatan media informasi. Metode peragaan digunakan untuk memberikan contoh nyata, agar bisa meyakinkan sasaran bahwa inovasi yang dianjurkan benar-benar mempunyai keunggulan dari yang biasa mereka lakukan. Peragaan teknologi dilakukan di lahan P4S Wira Tani desa Tegal sawah kecamatan Karawang Timur kab. Karawang. Teknologi yang diperagakan adalah PTT padi sawah khususnya penggunaan varietas unggul baru, cara tanam padi jajar legowo 2 : 1 dan penggunaan rekomendasi KATAM untuk mengantisipasi anomali iklim.

Media informasi disiapkan berupa kit diseminasi yang didalamnya berisi bahan cetakan maupun media terproyeksi (CD). Penyebaran kit diseminasi diharapkan dapat memperlengkapi khalayak pengguna antara seperti PPL, THL, dan pengurus P4S

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 2222

dalam mendiseminasikan inovasi teknologi hasil-hasil penelitian/ pengkajian Badan Litbang Pertanian khususnya BPTP Jabar.

Tahapan Kegiatan Karakteristik/Kondisi Eksisting Lokasi Display VUB PTT padi

Desa Tegal Sawah Kecamatan Karawang Timur Kabupaten Karawang berada pada ketinggian tempat 200 dpl dan Kondisi iklim pada bulan Juni sampai November 2016 dengan data curah hujan 150 mm/bulan. Pengambilan sampel tanah telah dilakukan dari setiap petakan lahan sawah lokasi display untuk melihat kesuburan tanah dan rekomendasi pemupukan. Kondisi tanah Desa Tegal Sawah cukup subur, PH agak masam. dan rekomendasi pemupukan N 200 kg, P 50 kg dan K 100 kg. Varietas yang selama ini dominan ditanam adalah Varietas Ciherang dan Mekongga dengan sistim tanam tegel. OPT yang dominan adalah kresek dan wereng. Produktivitas selama ini 7-8 ton/ha GKP Sosialisasi

Sosialisasi kegiatan Display Varietas Unggul Baru di Kab. Karawang dihadiri kepala UPTD Kecamatan Karawang Timur, Kepala BP3K Kecamatan Karawang Timur, seluruh penyuluh yang ada di Kecamatan Karawang Timur dan Tim Balai Pengkajian Teknologi Pertanin (BPTP) JABAR. Peserta sosialisasi ini sebanyak 40 (empat puluh) orang terdiri pengurus dan anggota P4S Wira Tani Desa Tegal Sawah. Tujuan dari sosialisasi ini adalah agar peserta dapat mengetahui dan memberikan saran pemecahan masalah penerapan pendekatan PTT Padi. Pada P4S Wira Tani dapat merekomendasikan penggunaan varietas unggul baru spesifik lokasi dan menyediakan bahan materi penyuluhan pertanian pada anggota kelompok tani lainnya. Pada acara sesi diskusi peserta sangat antusias menanyakan tentang sistim tanam jajar legowo 2 : 1 yang selama ini petani sudah pernah dilaksanakan. Berdasarkan pengalaman sistem jajar legowo 2 : 1 hasilnya rendah kurang memuaskan dan jasa tanamnya belum terbiasa, sehingga memerlukan biaya yang relatif lebih tinggi. Dari kegiatan display ini diharapkan adanya Peningkatan komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder guna percepatan diseminasi inovasi pertanian spesifik

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 2233

lokasi di Kabupaten karawang khususnya di Desa Tegal Sawah Kecamatan Karawang Timur.

Pelaksanaan Kegiatan Display VUB PTT Padi Varietas yang ditanam adalah

Inpari 30, Inpari 31, inpari 32 sedangkan varietas pembanding yaitu Ciherang dan Mekongga. Seluruh benih Pelatihan Jasa tanam legowo 2 : 1 yang dilaksanakan pada lokasi display padi pada tanggal 30 Mei 2016, dengan peserta pelatihan ini sebanyak 50 (lima puluh) orang jasa tanam. Jasa tanam atau yang

biasa disebut odong-odong ada sebagian yang sudah terbiasa menanam dengan sitim tanam jajar legowo 2 : 1 akan tetapi ada sebagian odong- odong yang baru pertama kali melaksanakan . Pada kesempatan tersebut juga dilakukan kegiatan tanam padi 5 (lima) varietas yaitu varietas Inpari 30, Inpari 31, Inpari 32 seluas 2 (dua) hektar dengan jarak tanam 40 x 30 x 30 cm dengan menggunakan caplak sebagai tanaman pembanding ditanam padi varietas Ciherang dan Mekongga ditanam dengan cara kebiasaan petani. Umur benih pada persemaian 19 hari ditanam 2- 3 bibit per lobang tanam .

Diakhir acara dilakukan wawancara dan pengisian kuisioner oleh odong-odong tentang sistim tanam legowo 2 : 1 ini . Hasil sementara yang diperoleh pada umumnya mereka mengatakan mudah melaksanakan hanya butuh waktu supaya terbiasa melakukan. Odong-odong kurang setuju apabila tanam dilakukan dengan mesin tanam transplenter hasilnya kurang baik, tidak lurus, banyak yang tidak tertanam harus dibantu dengan orang lagi sehingga kurang efektif, selain itu jasa tanam (odong-odong) merasa akan terganggu mata pencaharian. Serangan OPT pada saat dilakukan pengamatan adalah kresek dan blast, telah dilakukan pengendalian dengan penyemprotan dengan Zfir dengan dosis sesuai aturan.

Hasil dan Analisa Usahatani

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 2244

Produktivitas Panen Display PTT Padi dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2016. Rata-rata produktivitas pada setiap varietas yang didisplaykan seperti pada tabel disebelah.

Produktivitas padi yang tertinggi adalah varietas padi Inpari 32 sebesar 9,08 ton/ha/GKP dan yang terendah

adalah varietas Mekongga sebesar 6,83 ton/ha/GKP

Analisa Usahatani Pada saat temu lapang dibagikan kuisioner kepada peserta

untuk mengetahui varietas yang disukai. Varietas yang paling disukai petani adalah varietas Inpari 32 karena produktivitasnya lebih tinggi, rasa nasi lebih disukai, tahan akan hama penyakit dan tahan rebah pada saat angin kencang.

Adapun analisa usaha tani terlihat seperti tabel dibawah ini :

Tabel Analisa Usaha Tani Display

Varietas Padi

Rata-rata Produktivitas

(t/ha)GKP

Total Biaya (Rp)

Nilai Produksi

(Rp)

Keuntungan (Rp) Nilai R/C

Inpari 30 9 5,390,000 36,000,000 20,610,000 2.34

Inpari 31 8,5 15,390,000 34,000,000 18,610,000 2.21

Inpari 32 9,08 15,390,000 36,320,000 20,930,000 2.36

Mekongga 6,83 15,390,000 27,320,000 11,930,000 1.78

Ciherang 8,08 5,390,000 32,320,000 16,930,000 2.10

No Varietas Padi

Rata-rata Produktivitas

(t/ha)GKP 1 Inpari 30 9

2 Inpari 31 8,5

3 Inpari 32 9,08

4 Mekongga 6,83

5 Ciherang 8,08

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 2255

Berdasarkan analisa Usaha Tani Display PTT Padi diatas nilai R/C 2.36 tertinggi adalah Inpari 32. Untuk itu BPTP Jawa Barat merekomen-dasikan ketiga varietas unggul baru (VUB) yang telah diuji cobakan ini dapat ditanam untuk musim tanam berikutnya. Beberapa anggota P4S Wira Tani berminat untuk menanam Inpari 30,Inpari 31 dan Inpari 32 pada musim tanam berikutnya.

STATUS PENGELOLAAN SUMBER DAYA GENETIK

DI JAWA BARAT Oleh: Iskandar Ishaq

Peneliti Madya Bidang Pemuliaan dan Genetika Tanaman

Sampai saat ini pengelolaan sumber daya genetik di daerah pada umumnya belum dilakukan secara terstruktur dengan baik. Di Jawa Barat terdapat beberapa instansi pemerintah yang mempunyai kegiatan berkaitan dengan sumber daya genetik, diantaranya dalam bentuk penentu kebijakan seperti Badan Perencana Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, Badan Penelitian Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Provinsi Jawa Barat, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat, lembaga penelitian seperti Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Pusat Penelitian Tanaman Perkebunan, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Balai Penelitian Peternakan, Balai Penelitian Tanaman Hias, Balai Penelitian Tanaman Rempah

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 2266

dan Obat, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, lembaga pengajaran atau pendidikan (Perguruan Tinggi), seperti Universitas Padjadjaran, Institut Pertanian Bogor, dan lain sebagainya. Selain itu di Jawa Barat terdapat pula LSM yang mempunyai kegiatan dalam pelestarian sumber daya genetik, baik dalam bentuk koleksi atau advokasi, perusahaan jamu atau obat-obatan tradisional yang banyak memanfaatkan sumber daya genetik tumbuhan obat serta perorangan yang memiliki hobi atau kecintaan dalam pelestarian sumber daya genetik tumbuhan obat atau jenis lainnya. Disamping itu hal yang tidak kalah pentingnya adalah peranan dari petani yang secara tradisional dan turun temurun memanfaatkan dan melestarikan sumber daya genetik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, obat-obatan, hewan ternak, dan ikan.

Kegiatan pelestarian dan pemanfaatan oleh berbagai pihak tersebut pada umumnya dilakukan secara sendiri-sendiri. Jarang yang dilakukan secara terkoordinasi antara satu pihak dengan pihak yang lain. Keadaan ini terutama disebabkan oleh latar belakang, motivasi dan tujuan masing-masing pihak yang berbeda dalam melakukan kegiatannya. Untuk itulah dibutuhkan suatu wadah yang dapat mengkoordinasikan berbagai pihak di daerah dalam pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik. Pengelolaan sumber daya genetik mencakup upaya pelestarian dan pemanfaatannya. Menurut FAO (1996), diantara banyak kegiatan berkaitan dengan sumber daya genetik tanaman dapat dikelompokkan kedalam empat kegiatan utama, yaitu: (1) Konservasi insitu dan pengembangannya, meliputi mensurvei dan menginventarisasi sumber daya genetik untuk pangan dan pertanian, mendukung pengelolaan dan perbaikan on-farm dari sumber daya genetik untuk pangan dan pertanian, membantu petani dalam situasi bencana untuk memulihkan sistem pertanian, mempromosikan konservasi insitu dari kerabat tanaman liar dan tumbuhan liar untuk produksi pangan, (2) Konservasi eksitu, meliputi mempertahankan koleksi eksitu yang telah ada, meregenerasi aksesi eksitu yang terancam punah, mendukung koleksi sumber daya genetik untuk pangan dan pertanian yang direncanakan dan ditargetkan, memperluas kegiatan konservasi eksitu, (3) Pemanfaatan Sumber daya genetik tanaman, meliputi memperluas

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 2277

karakterisasi dan evaluasi serta jumlah dari koleksi utama untuk memfasilitasi pemanfaatannya, meningkatkan upaya perbaikan genetik dan upaya perluasan dasar, mempromosikan pertanian yang berkelanjutan melalui diversifikasi produksi tanaman dan keanekaragaman yang lebih luas didalam tanaman, mempromosikan pengembangan dan komersialisasi tanaman dan spesies yang tidak dimanfaatkan, mendukung produksi dan penyebaran benih, mengembangkan pasar baru bagi verietas lokal dan kaya-keanekaragaman produk-produk, dan (4) Pembangunan kelembagaan dan SDM, meliputi membangun program nasional yang kuat, mempromosikan jaring kerja, membangun sistem informasi yang komprehensif, membangun sistem pemantauan dan peringatan dini, memperluas dan memperbaiki pendidikan dan pelatihan, mempromosikan kesadaran masyarakat.

Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1990, konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan: 1) perlindungan sistem penyangga kehidupan; 2) Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; dan 3) pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Berdasarkan atas hal tersebut, maka dapat diidentifikasi komponen-komponen yang diperlukan dalam pengelolaan sumber daya genetik di daerah, meliputi (1) Kelembagaan Diperlukan adanya suatu wadah lembaga yang dapat berfungsi sebagai koordinator yang bekerja memikirkan dan membuat kebijakan dalam pengelolaan sumber daya genetik di daerah. Lembaga yang dimaksud adalah Komisi Daerah (KOMDA) sumber daya genetik. Status Komda dapat merujuk pada status Komnas yang disesuaikan dengan taraf daerah. KOMDA merupakan lembaga normatif, non struktural. Anggota KOMDA terdiri atas perwakilan dari berbagai pemangku kepentingan sumber daya genetik, baik dari instansi pemerintah, swasta, Perguruan Tinggi, LSM, masyarakat adat, dan sebagainya.

Tugas KOMDA antara lain : (a) memberikan saran kepada Kepala Daerah yang bersangkutan mengenai pelaksanaan dan pengaturan pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik di daerah, (b) memberikan masukan kepada Kepala Daerah tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengkajian dan pemilihan teknologi

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 2288

yang dapat diterapkan dalam pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik, (c) melakukan evaluasi perkembangan dari pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik, (d) mempromosikan pentingnya sumber daya genetik khas daerah dan pelestarian, pemanfaatan, dan pengembangannya, dan (e) melakukan koordinasi kerja dengan Komnas Sumber daya genetik.

Seperti dikemukakan di atas, pengelolaan sumber daya genetik pada taraf daerah diperlukan suatu wadah yang dapat berfungsi sebagai koordinator dan pendorong upaya pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik, yaitu KOMDA Sumber daya genetik. Lembaga ini bersifat normatif non struktural. Komda Sumber daya genetik Provinsi Jawa Barat telah terbentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor:520/KEP.1408-BPLHD/2014 tanggal 6 Oktober 2014 beranggotakan perwakilan dari elemen-elemen pemangku kepentingan sumber daya genetik. Dari pengambil kebijakan meliputi dinas-dinas yang lingkup kerjanya berkait dengan sumber daya genetik, yaitu Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan, Peternakan, Dinas Industri dan Perdagangan, dan BPLHD. Dari Akademisi dan Peneliti meliputi Perguruan Tinggi (UNPAD), BPTP Jawa Barat. Dalam operasional kerjanya, KOMDA Sumber daya genetik Jawa Barat mengembangkan komunikasi yang harmonis dan jaringan kerja dengan segenap elemen pemangku kepentingan. Dengan demikian KOMDA Sumber daya genetik Jawa Barat dapat berfungsi secara aktif menjalinkan dan menghubungkan berbagai elemen pemangku kepentingan antara satu dengan yang lain.

Selanjutnya berdasarkan atas Visi Komnas Sumber daya genetik (Diwyanto dan Setiaji, 2003), maka dapat dikembangkan untuk menetapkan Visi Komda Sumber daya genetik (SDG), yaitu dengan bahan dasar sebagai berikut: bahwa SDG merupakan modal yang sangat penting dalam (a) mewujutkan ketahanan pangan nasional, (b) pengembangan sistem dan usaha agribisnis, serta (c) dalam upaya memberdayakan masyarakat di pedesaan agar berkehidupan lebih baik melalui penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan petani. Oleh karena itu SDG pertanian harus dimanfaatkan secara berkelanjutan bagi kepentingan ekonomi, sosial, hukum dan kesejahteraan masyarakat luas. Pandangan

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 2299

tersebut dapat terwujud bila Komda SDG dapat berfungsi sebagai suatu organisasi koordinatif yang tangguh dan didukung oleh personel yang mempunyai integritas dan kepakaran yang relevan. Komisi juga harus mampu mengantisipasi perkembangan yang terjadi di taraf lokal, nasional, regional, maupun global. Untuk itu perlu disusun suatu program yang mencakup beberapa aspek, yang disesuaikan dengan tugas dan fungsinya.

Berdasarkan atas faktor-faktor yang diperlukan dalam pengelolaan sumber daya genetik daerah, serta fungsi Komda, maka disusun program utama dari Komda SDG Jawa Barat, meliputi:

1. Mengkonsolidasi anggota dan pemberdayaan Komda,

2. mengkoordinasi secara teratur dengan elemen-elemen pemangku kepentingan sumber daya genetik dan mengembangkan jaring komunikasi dan jaring kerja,

3. Mengikuti Pelatihan dan Apresiasi tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik,

4. Menyelenggarakan Pelatihan bagi elemen-elemen pemangku kepentingan tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber daya genetik,

5. Mendorong dilakukan inventarisasi sumber daya genetik di daerah, meliputi penyebaran, potensi, status kelangkaan, upaya pelestarian dan pemanfaatannya,

6. Mendorong dilakukan pemantauan atas keberadaan sumber daya genetik secara teratur,

7. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya sumber daya genetik, serta upaya pelestarian dan pemanfaatannya,

8. Menyiapkan peraturan-peraturan daerah yang diperlukan untuk mendukung upaya pengelolaan sumber daya genetik (antara lain tentang Kerjasama dengan lembaga/pihak di Indonesia maupun dengan pihak asing, tentang akses dan pembagian keuntungan yang adil),

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 3300

9. Mendorong BPTP dan Perguruan Tinggi untuk mengkaji teknologi yang sesuai diterapkan dalam pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetik daerah,

10. Mendorong upaya komersialisasi dan pemanfaatan secara lestari sumber daya genetik daerah,

11. Mengupayakan terbitnya publikasi tentang semua seluk-beluk sumber daya genetik daerah dan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh KOMDA SDG.

REFERENSI BAPPENAS. 1993. Biodiversity Action Plan for Indonesia. Jakarta.

Diwyanto, K. dan B. Setiaji. 2003. Peran Komisi Nasional Sumber daya genetik dalam Pengelolaan Pemanfaatan dan Pelestarian Sumber Daya Genetik Pertanian. Apresiasi Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik. Bogor.

FAO. 1996. The Conservation and Sustainable Utilization of Plant Genetic Resources for Food and Agriculture: The Global Plan of Action and The State of the World Report. FAO, Rome.

Kep. Gub. Jawa Barat No. 520/KEP.1408-BPLHD/2014 tentang Komisi Daerah Sumber daya genetik.

KMNLH. 1994. Keanekaragaman Hayati di Indonesia. KMNLH dan KONPHALINDO.Jakarta.

KOMNAS Sumber daya genetik. 2002. Pedoman Pembentukan Komisi daerah dan Pengelolaan Plasma Nutfah. ISBN 979-8393-01-5.

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 3311

Gambar Hamparan sawah yang telah di tanam padi tahan salinitas dengan cara jajar legowo 2:1, performa tanaman terendam terus sejak mulai tanam. Kondisi aktual varietas Dendang, Banyuasin masih bagus tanggal 13 Juni 2016 di Desa Pabean Ilir dan Desa Karanganyar Kec. Pasekan Indramayu.

“MANFAAT ASAM HUMUS (Humic Acid) BAGI TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH SUB OPTIMAL PASANG SURUT”

Oleh: Darmawan-BPTP JAWA BARAT

Asam humus (humic acid) yang terkadang dalam humate bermanfaat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena : (a) terjadi peningkatan energi sel tanaman yang menghasilkan aktifitas intensifikasi proses pertukaran ion yang mempercepat pertumbuhan sistem akar dan membuat akar lebih panjang; dan (b) terjadi peningkatan penetrasibilitas (kemampuan penyerapan) membran sel tanaman yang memudahkan nutrisi untuk terserap ke dalam sel serta mempercepat proses pernapasan (respirasi) tanaman.

Oleh karena itu asam humus (humic acid) yang terkandung dalam humate bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah, yaitu : 1) Asam humus berpengaruh terhadap sifat fisika tanah, mampu : (a) melakukan absorsi air sekitar 80-90% sehingga mampu mengurangi resiko erosi pada tanah; (b) bercampurnya tanah dengan asam humus memperbaiki struktur tanah melalui peningkatan populasi mikroorganisme tanah, seperti jamur dapat meningkatkan fisik dari butir-butir prima, cendawan menyatukan butir tanah menjadi agregat dan bakteri berfungsi sebagai semen yang menyatukan agregat. Hasilnya tanah lebih gembur berstruktur remah dan relative lebih ringan; (c) membentuk

agregat meningkatkan pori tanah (porositas) yang didominasi oleh gas 02, N2 dan CO2 sebagai hal penting bagi respirasi mikro-

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 3322

organisme tanah dan akar tanaman; (d) menggelapkan warna tanah menjadi semakin coklat kehitaman, sehingga meningkatkan penyerapan radiasi sinar matahari yang akan meningkatkan suhu tanah menjadi lebih hangat. 2) Asam humus berpengaruh terhadap sifat kimia tanah, mampu : (a)

meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) akan menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara atau nutrisi. Asam humus membentuk kompleks dengan unsur mikro, sehingga melindungi unsur tersebut dari pencucian oleh air hujan. Unsur N, P dan K diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikro-organisme, sehingga dapat dipertahankan dan sewaktu-waktu dapat diserap tanaman serta dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia; (b) mengikat logam berat (membentuk senyawa khelate), kemudian mengendapkannya sehingga mengurangi keracunan tanah; (c) meningkatkan pH tanah asam akibat penggunaan pupuk kimia yang terus menerus, terutama tanah yang mengandung aluminium (Fe). Karena Humic acid akan mengikat Fe yang sulit larut dalam air (insoluble); (d) ikatan kompleks yang terjadi antara asam humus dengan Fe dan Al merupakan antisipasi terhadap ikatan yang terjadi antara unsur P (phosphorus) dengan Al dan Fe sehingga unsur P dapat diserap secara maksimal oleh tanaman.

3) Asam humus berpengaruh terhadap sifat biologi tanah, mampu : (a) menciptakan situasi tanah yang kondusif untuk menstimulasi perkembangan mikro-organisme tanah yang berfungsi dalam proses dekomposisi yang menghasilkan humus (humification); (b) aktifitas mikro-organisme di atas tanah akan menghasilkan hormon pertumbuhan, seperti Auxin yang berfungsi merangsang proses perkecambahan biji, memicu proses terbentuknya akar, Sitokinin yang berfungsi merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru; giberilin yang berfungsi meningkatkan pembungaan dan pembuahan.

Oleh karena itu asam humus dapat diaplikasikan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dengan penggunaan pupuk kimia, jika terjadi : (a) masalah provitas padi di lahan sub optimal pasang surut cenderung rendah, seperti yang terjadi pada para petani pesisir Indramayu yang selama fase vegetatif tanam terendam

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 3333

air terus. Kondisi terendam air biasanya terjadi 2-3 kali dan belum tentu bisa dipanen. Umumnya dapat dipanen dengan provitasnya kurang dari 5 ton/Ha; dan (b) masalah teknis sumber air yang masuk dari saluran tambak, hara tanahnya terurai menjadi tumbuhan air berupa klekap sebagai makanan ikan bandeng. Sampel tanah dari lahan sawah tersebut dianalisis laboratorium hasilnya kandungan KTK berkisar 22,70-26,2 dan pH tinggi antara 8-9.

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam larutan tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Pada tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+ dan bila konsentrasi H+ sama dengan OH- tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH netral.

pH tanah merupakan salah satu faktor yang cukup berpengaruh dalam keberhasilan budidaya tanaman. pH menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman. Unsur hara akan diserap oleh akar tanaman pada pH yang berkisar netral. Namun perlu dipahami bahwa terdapat sebagian tanaman yang mempunyai daya toleransi yang bagus pada kondisi lahan yang berkisar alkalis ataupun masam.

Pada pH netral yang berkisar 6,5- 7,5, unsur hara tersedia dalam jumlah optimum, namun reaksi tanah akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pada pH tanah kurang dari 6,0, maka ketersediaan unsur-unsur P, K, S, Ca, Mg, dan Mo menurun dengan drastis. Sedangkan pada pH tanah lebih besar dari 8,0, akan menyebabkan unsur-unsur N, Fe, Mn, Cu, dan Zn ketersediannya sangat sedikit.

Sumber informasi : http://humicaacidpupuk.blogspot.co.id/2009/07/superhumica; http://muhammadiqbale.blogspot.co.id/2012/05/fungsi-asam-humat-asam-humushumic-acid.html

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 3344

MELIRIK PELUANG USAHA PENANGKARAN BENIH PADI

Oleh: Yati Haryati dan Bebet Nurbaeti

Pendahuluan Benih padi yang bermutu merupakan salah satu faktor yang

menentukan peningkatan produktivitas padi. Namun Jawa Barat masih kekurangan dalam penyediaan benih padi yang bermutu. Kondisi ini tentunya merupakan peluang usaha bagi petani untuk memproduksi benih bermutu dan bersertifikat. Benih merupakan input yang penting dalam proses produksi tanaman. Kualitas benih sangat berpengaruh terhadap penampilan dan hasil tanaman. Pada padi, benih merupakan bahan/sumber utama untuk perbanyakan bahan tanaman.

Benih merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman, karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, serta cara panen perontokan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian.

Pentingnya penggunaan benih bermutu merupakan salah satu unsur panca usaha pertanian yang utama dalam upaya peningkatan produksi karena tanpa penggunaan benih unggul yang bermutu, maka penerapan sarana produksi lainnya akan kurang bermanfaat bahkan menimbulkan kerugian petani.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi perbenihan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Penangkaran benih sudah berkembang menjadi industri yang dapat memberikan keuntungan. Dengan semakin sadarnya petani akan pentingnya penggunaan benih yang bermutu (berlabel), mendorong tumbuh

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 3355

berkembangnya usaha perbenihan baik yang berskala besar maupun kecil.

Untuk menjadi produsen benih sebenarnya mudah dan dapat dilakukan oleh semua orang, yang dibutuhkan adalah memiliki kemauan, kemampuan pengetahuan dan manajemen serta komitmen terhadap mutu benih yang dihasilkan. Seseorang yang berminat menjadi produsen benih tidak perlu memiliki lahan yang luas, karena produksi benih dapat dilakukan oleh kelompok tani dengan cara kerjasama dengan anggota kelompok dan petani penangkar benih yang telah dibina oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB).

Dalam pemilihan varietas yang ditanam merupakan varietas yang banyak diminati oleh konsumen benih (petani) atau varietas-varietas baru yang memiliki keunggulan-keunggulan baik potensi produksi maupun ketahanan terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

Peluang Usaha Benih Padi Penggunaan benih bermutu mempunyai peran penting dalam

peningkatan produktivitas tanaman padi, jagung, atau kedelai baik berdiri sendiri, apalagi secara sinergis dengan komponen produksi lainnya. Masalahnya seringkali ketersediaan benih tidak sesuai dengan kebutuhan petani yang dikenal dengan istilah 6 tepat (varietas, kelas benih, waktu, jumlah, tempat, dan harga). Berkaitan dengan perbedaan agroekosistem areal pertanaman, sangat penting arti ketepatan kebutuhan benih dengan ketersediaannya.

Kriteria enam tepat inilah yang merupakan indikator efisiensi sistem penyediaan benih. Sistem penyediaan benih tidak terlepas dari arti penting para penangkar benih. Tumbuh dan berkembangnya bisnis penangkaran sangat tergantung pada keseimbangan pasar benih. Masing-masing wilayah kegiatan mempunyai peluang untuk usaha penangkaran benih padi, apabila dilihat dengan kebutuhan benih pada setiap tahunnya.

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 3366

Tabel 1. Peluang Penyediaan Benih Padi Dalam Satu Tahun di Beberapa Wilayah di Jawa Barat Tahun 2016

No. Lokasi Sasaran

Luas Tanam (ha)

Kebutuhan Benih (kg)

Luas Area Penangkaran Yang

Dibutuhkan (ha)

1. Ds. Cikembulan, Kec. Kadungora, Kab. Garut

561 14.025 3,51

2. Ds/Kec. Karangampel Kab. Indramayu 380 9.500 2,37

3. Ds.Cangkuang Kec. Leles, Kab.Garut

439,5 10.987,5 2,75

4. Ds. Jatitengah, Kec. Jatitujuh, Kab. Garut 1038,12 25.953 6,49

Di Desa Cikembulan, Karangampel, Desa Cangkuang dan Desa Jati Tengah sasaran tanam setiap tahun berturut turut adalah 561 ha; 380 ha; 439,5 ha; dan 1038,12 ha, dengan demikian kebutuhan benih setiap tahunnya masing-masing 14.025; 9.500; 10.987,5; dan 25.953 kg. Perkiraan tersebut dengan asumsi satu hektar sawah yang dijadikan penangkaran benih dapat menghasilkan benih 4.000 kg, maka untuk memenuhi kebutuhan benih tersebut setiap tahunnya (3 musim) diperlukan luas sawah di Desa Cikembulan 3,51; Desa Karangampel 2,37 ha; Desa Cangkuang 2,75 ha dan Desa Jatitengah 6,49 ha.

Produksi benih dengan volume di bawah 10 ton bisa dipenuhi oleh kontribusi 2-3 orang petani yang tergabung dalam satu kelompok tani. Apabila luas areal penangkaran ditingkatkan, maka kontribusi tersebut masih dapat diperluas ke wilayah (kecamatan) bahkan ke luar wilayah kecamatan lain, tentunya dengan penumbuhan kelembagaan perbenihan pada tingkat kelompok tani, atau Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Disamping itu perlu dukungan berbagai institusi perbenihan, supaya program dapat terlaksana dengan baik. Pemberdayaan petani penangkar yang sudah ada serta penumbuhan petani penangkar yang baru

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 3377

merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan benih padi di wilayahnya masing-masing.

Kelayakan Finansial Usaha penangkaran benih padi cukup menguntungkan, dari

hasil produksi benih dapat dihitung analisa usahataninya. Kelayakan usaha penangkaran benih padi merupakan analisis untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha penangkaran benih tersebut.

Tabel 2. Perbandingan analisa usahatani padi untuk konsumsi dan produksi benih per ha.

No. Uraian Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

Konsumsi 1. SARANA PRODUKSI

2.995.000

2. TENAGA KERJA 7.050.000 3. LAIN-LAIN 6.280.000 4. TOTAL BIAYA 16.325.000 5. HASIL PRODUKSI 7.000 4.300 30.100.000 6. KEUNTUNGAN 13.775.000 R/C 1,84 B/C 0,84 Benih

1. SARANA PRODUKSI

2.995.000 2. TENAGA KERJA

10.325.000

3. LAIN-LAIN

8.603.250 4. TOTAL BIAYA

21.923.250

5. HASIL PRODUKSI BENIH 5.550 8.500 47.175.000

6. KEUNTUNGAN

25.251.750

R/C

2,15

B/C

1,15

Ket: *) Penyusutan dari GKP calon benih 6.930 kg menjadi Benih 5.550 kg (20%) Penyusutan berkisar antara 15-25 % tergantung musim dan varietas

Hasil analisa usahatani dari produksi benih padi dalam 1 ha memberikan keuntungan sebesar Rp 25.251.750,- dengan nilai R/C 2,15. Usaha produksi benih cukup memberikan keuntungan dibandingkan dengan usahatani padi untuk konsumsi. Keuntungan

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 3388

yang cukup dari usahatani penangkaran benih padi mempunyai peluang untuk dijadikan usaha yang dapat memberikan peningkatan pendapatan bagi petani.

STABILITAS PENDAPATAN KELUARGA TANI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI JAJAR LEGOWO 2:1 BERKELANJUTAN

Studi kasus Keluarga Bapak Aan Subhan selaku ketua kelompok

“PELITA MASA” periode 2011-2016 di Desa Tambi Lor Kec. Sliyeg Kab. Indramayu

Oleh: Darmawan

Sumber :. Foto primer GT PTT Padi sawah legowo 2:1. Darmawan, 2011

Bagi tokoh tani stabilitas pendapatan keluarga tani berkelanjutan dari hasil produksi lahan yang dimiliki maupun lahan garapan merupakan tuntutan wajib harus dikerjakan apapun

Gambar 1. Profil Bapak Aan Subhan dan dinamika inovasi komponen teknologi jajar legowo 2:1 di kelompoktani “PELITAMASA” DI Desa Tambi Kec. Sliyeg Indramayu

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 3399

alasannya. Dalam kegiatannyapun harus tidak bertentangan dengan norma budaya tanam padi yang berlaku di lingkungan setempat.

Hal ini menuntut seorang ketua kelompok harus berani mengambil keputusan dalam pembaharuan teknologi yang telah matuh (nurut) dan mengintegrasikan dengan pranata sosial yang sudah mapan. Hal tersebut biasanya dimotori langsung oleh para tokoh masyarakat tani di wilayah Desa Tambi Lor kecamatan Sliyeg Indramayu.

Sebagai anak seorang tokoh tani, Bapak Aan Subhan adalah ketua kelompok “PELITA MASA” di Desa Tambi Lor Kec. Sliyeg Kab. Indramayu, Ia merupakan figur muda yang sangat diharapkan untuk melakukan pembaharuan teknologi inovasi. Seperti Bapak H. Manan di tingkat kecamatan selaku salah seorang tokoh tani generasi tua yang dicirikan kekuatan saling menjaga keutuhan persaudaraan saling dan timbal balik sesama pelaku budidaya tanaman padi maupun dalam tindakan mempertahankan pamor dan dominasi eksistensi keunggulan teknologi usahatani padi di lingkungan wilayah setempat.

Kelembagaan ekonomi tokoh masyarakat tani yang kuat dalam lingkungannya, menuntut ketua kelompoktani Bapak Aan Subhan bersikap pro-aktif mampu secara teknis menjadi sandaran untuk mengadu masalah serta memperoleh hasil usahatani yang lebih baik. Meskipun beliau memiliki faktor keterbatasan pendidikan formal di bidang pertanian, modal finansial, kemampuan akses perbank-kan, skala usaha, status sosial dan alam struktur sosial.

Inovasi komponen teknologi PTT padi Jajar legowo 2:1 yang dikawal BPTP Jawa Barat sejak tahun 2011 direspons positif oleh Bapak Aan Subhan. Uniknya pendekatan yang dikembangkan adalah berazaskan “kekeluargaan”. Artinya info komponen teknologi PTT padi jajar legowo 2:1 ini disosialisasikan dahulu kepada keluarga besarnya Bapak H. Manan yang telah memiliki prinsip komunikasi yang mapan dan telah menjadi pranata sosial pertanian setempat, yaitu “Percaya-komitmen-kepatuhan dalam penerapan prosedur jejaring kelembagaan pertanian (network)”; merupakan aturan tidak tertulis yang telah disepakati dan ditaati di lingkungan masyarakat pertanian setempat.

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 4400

Keterangan : : jalur hubungan ketua kelompoktani dg anggota : jalur hubungan keluarga antarabapak dan Anak : jalur hubungan kekerabatan sepupu nenek : transfer teknologi jalur kekerabatan/keluarga : transfer teknologi jalur penyuluhan resmi

Gambar 2. Struktur kelembagaan kekerabatan Keluarga Besar H. Manan Desa Tambi Kec. Sliyeg.

Keunggulan kemampuan mengadopsi teknologi PTT padi sawah jajar legowo 2:1 pada MK I/gadu 2011 yang telah dikawal BPTP Jawa Barat memang positif dengan suatu pendekatan inovasi dalam upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan sistem dalam perakitan paket teknologi yang sinergis antar komponen yang dilakukan secara partisipatif, spesifik lokasi, dinamis dalam mengoptimalkan potensi secara terpadu dalam upaya produksi padi di setiap perdesaan/dusun dalam satu hamparan kawasan sentra produksi padi.

Sumber : Darmawan, Data primer, Agustus 2011.

H. Badrudin (Ka BPP

Cantigi) H. Manan (Petani Pelopor

PTT Padi Legowo 2:1)

H. Masduki (Alm) (orangtua H. Badrudin/

Kakak Hj. Soleha)

H. Syukur (adik Masduki)

Caspan (Anggota

Kelompoktani)

H. Wardana/Darita (Ex Kuwu Tambi

Lor/Anggota kelompoktani)

Hj. Utminah (Istri H. Syukur)

Hj. Soleha (Istri H. Manan/ adik Masduki)

Musrin/Khotimah (Tantenya Bp. Aan Subhan)

Nurchotijah (Adiknya Bp Aan

Subhan)

Suheri (PPL Desa Tambi Lor

/ BPP Sliyeg)

11

10

4

1 3

8

7

9 6 5

Aan Subhan (Anak H. Manan+ Hj. Soleha/

Ketua kelompoktani “Pelita Masa”)

2

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 4411

Tabel 1. Keragaan produktivitas antara rata-rata petani kooperator Gelar Teknologi PTT padi sistem tanam jajar legowo 2:1 dibandingkan rata-rata produktivitas berdasarkan programa tingkat kabupaten, 2010.

No Tingkat Produktivitas (ton/Ha GKG)

Selisih produktivitas kecamatan kabupaten

1. Desa/Studi kasus GT 7,71 2,51 3,05 2. Kecamatan 5,20

3. Kabupaten 4,66 Rata-rata 5,86

Keterangan : Olahan data primer dan sekunder, September 2011. Sumber : Programa tingkat kabupaten, BKP3 Indramayu, 2010.

Tabel 2. Tingkat Penerapan Teknologi Budidaya Padi Sawah, 2010.

No Komponen Teknologi Budidaya Padi Sawah

Tingkat Penerapan (%) Kabupaten

(2010) Kecamatan

(2010) Desa Lokasi Studi kasus (Agt, 2011)

(1) (2) (3) (4) (5) 1 Pola tanam 69,71 87,93 87,93 2 Pengelolaan/Penyiapan

lahan 77,39 82,36 88,40

3 Benih VUB Baru *) 73,31 69,23 88,60 4 Budidaya (pergiliran varietas,

jarak tanam, jumlah bibit per rumpun)

66,49 47,35 75,35

5 Pemupukan berimbang 66,53 69,82 82,50 6 Penggunaan pupuk organik

dan an_organik 33,17 27,15 65,00

7 Penggunaan PPC/ZPT 55,43 16,93 16,93 8 Pengendalian OPT 68,48 73,45 80,00 9 TGATUT *) 71,18 72,55 72,55 10 Panen dan Pasca panen *) 66,44 67,85 85,00

Rata-rata 64,81 55,54 74,22 Sumber : BKP3 Indramayu, 2010. Programa Tingkat kabupaten

Keterangan : *) bantuan umumnya via Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Indramayu.

Dinamika kegiatan ketokohan Bapak Aan Subhan selaku anak Bapak H. Manan yang berperan juga sebagai ketua kelompoktani “Pelitamasa” telah mampu mensinergiskan dua fungsi kelembagaan kelompoktani dan kelembagaan P3A yang secara operasional mengoptimalkan kinerja pranata sosial pertanian dari kekerabatan

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 4422

keluarga besar H. Manan kepada para petani kooperator Gelar Teknologi PTT padi sistem tanam jajar legowo 2:1, dan hasilnya sebagai berikut (Gambar 1 & 2 dan Tabel 1 & 2).

Tingginya kinerja teknis inovasi komponen teknologi dari Varietas Unggul Baru VUB), cara tanam jajar legowo 2:1, penerapan pemupukkan sesuai rekomendasi setempat, introduksi penggunaan mesin perontok yang disinergiskan dengan kelembagaan bagi hasil memberikan pengaruh positif bahwa jasa tanam dan jasa panen yang menerima bagi hasil seperti yang biasa dilakukan 6:1 dengan syarat sewa alat perontok tanggungan penggarap (Tabel 3).

Tabel 3. Keragaan data produksi MH dan MK I pada hamparan 5-7 Ha periode 2011-2016 di Kelompoktani “PELITAMASA” Desa Tambil Kec. Sliyeg Indramayu.

No Tahun MH MK I/Gadu

Produksi (kw GKG/100 bata)

Harga (Rp/Kg GKG)

Produksi (kw GKG/100 bata)

Harga (Rp/Kg GKG)

I Awal 2011 5,20 3.700 5,00 4.100

II Setelah Inovasi komponen teknologi jajar legowo 2:1 1 2011 3.700 11,00 4.100 2 2012 9,00 3.900 8,40 4.300 3 2013 9,00 4.500 8,50 4.800 4 2014 8,50 4.800 7,50 5.200 5 2015 8,90 4.900 8,50 5.150 6 2016 9,50 5.200 8,00 5.400 Rata2

Keterangan : satuan dalam kuintal GKG/100 bata; 1 Ha ada 700 bata.

Tabel 3. menunjukkan petani pemilik/penggarap sebagai petani kooperator pada Gelar Teknologi PTT padi sawah jajar legowo 2:1 yang terkawal tim BPTP Jawa Barat dalam proses bimbingan praktek berkelanjutan dalam 1 musim secara langsung kepada fihak yang paling dipercaya di lingkungannya, kelembagaan yang dilakukan melalui tokoh masyarakat mampu memberikan bukti. Adanya kenaikan kinerja teknis produksi dan produktivitas padi hasil panen,

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 4433

sebesar : (a) MH maksimum 1,88 kw GKG/100 bata dan MK I/Gadu 3.65 kw GKG/100 bata; (b) meningkat kemampuan penguasaan komponen teknologi >18,68 poin dibandingkan rata-rata kemampuan penguasaan komponen teknologi tingkat kecamatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suradisastra 2008, bahwa celah masuk (entry-point) kelembagaan penting untuk diketemukan lebih dahulu, agar tidak menimbulkan kebingungan dalam rekayasa kelembagaan yang sesuai dengan tujuan produksi pertanian.

Jadi kuatnya kapasitas kelembagaan tokoh masyarakat tani setempat berperan positif dalam mengelola sumberdaya lahan sawah dalam satu kesatuan kawasan serta berpengaruh langsung terhadap kekuatan partisipasi anggota dalam memanfaatkan peran, pengaruh dan fasilitas teknis-non teknis yang dimiliki kelembagaan tersebut. Arkadie, (1989) dan Pakpahan, (1990) menambahkan bahwa mekanisme administrasi dan komando dalam mengambil keputusan tentang produksi dan alokasi penggunaan sumberdaya ditentukan oleh organisasi (Gambar 3.).

Gambar 3. Esensi Organisasi Ekonomi Pertanian

KELEM BA GA AN B atas w ilay ah pr od Hak pem ilikan Pengambilan

k eputusan

TEKNO LOG I Spesifikasi

teknis Produk Metode operasi

TUJUAN Produksi dan

pendapatan meningkat

Keber lanjutan usaha

PA RTISIP AN Karakte ristik

par tisipan

FAKT OR LING KU NG AN

(A lam sosek budaya)

KER AGA AN Produksi dan

pendapatan m eningk at

Keberlanjutan usaha

Se jahte ra

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 4444

Organisasi kelembagaan masyarakat tani non-profit yang berperan dan fungsi mendorong masyarakat tani padi di lingkungannya berorientasi meningkatkan produksi dan produktivitas padi (pendapatan) dengan biaya sangat murah serta mampu memberikan posisi tawar yang tinggi, yaitu : manut (aturan pranata sosial pertanian). Arkadie (1989) menambahkan bahwa alasan pembentukan kelompok tani atau koperasi secara ekonomi dapat dipandang sebagai upaya menghindari biaya transaksi tinggi yang harus dikeluarkan oleh para anggotanya, karena adanya masalah free rider, komitmen, loyalitas dan faktor eksternal.

Pengertian kelembagaan itu sendiri ada 2 (dua), yaitu : (1) kelembagaan sebagai aturan main merupakan perangkat aturan yang membatasi aktivitas anggota dan pengurus dalam mencapai tujuan organisasi (kelompok usahatani); dan (2) kelembagaan sebagai organisasi, yang menggambarkan aktivitas ekonomi yang dikoordinasikan bukan oleh mekanisme pasar tetapi melalui mekanisme administrasi atau komando (Arkadie, 1989 dan Pakpahan, 1990).

KESIMPULAN 1) Kinerja teknis riil inovasi komponen teknologi PTT padi sawah

jajar legowo 2:1 lebih dari 20% dari kondisi awal, dan berkelanjutan dalam jangka 5 tahun memberikan dampak kinerja teknis menjadi 63% di wilayah Desa Tambi Kec. Silyeg.

2) Kekuatan kelembagaan tokoh masyarakat tani secara positif mampu mendorong berfungsinya kelompoktani dan P3A dalam pembaharuan inovasi komponen teknologi PTT padi sawah jajar legowo 2:1 spesifik lokasi.

DAFTAR BACAAN Arkadie, B.V. 1989. The Role of Institution in Development.

Proceedings of The Worl bank, Annual Conference on Development Economics. World Bank: 153-191

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 4455

Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Indramayu, 2011. Laporan Tahunan : Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Indramayu Dalam Angka 2010.

Pakpahan, A. 1990. Permasalahan dan Landasan Konseptual dalam Rekayasa Institusi (Koperasi). Makalah disampaikan sebagai bahan seminar pada Pengkajian Masalah Perkoperasian Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Koperasi di Jakarta, 23 Oktober 1990. PSE-Balitbang Deptan. Bogor, 26 halaman

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 4466

KOMPOSTER MINI

MEMBUAT KOMPOS DARI LIMBAH DAPUR

Oleh: Susi Ramdhaniati BPTP Jawa Barat

Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Barat

Setiap individu dapat dipastikan memproduksi sampah setiap hari. Purwasasmita dan Mulyadi (1989) dalam Sahwan, F. L, dkk (2004) menyebutkan produksi sampah setiap orang adalah sebanyak 1-2 liter per hari, dan 70-80% sampah kota merupakan bahan organik. Outerbridge, ed., 1991) dalam Lilis (2005), menyebutkan 80% dari sampah padat di Indonesia merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali.

Sampah organik merupakan limbah yang berasal dari sisa makhluk hidup atau alam seperti manusia, hewan dan tumbuhan yang mudah mengalami pelapukan atau pembusukan seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah organik dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan-bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea (Wied, 2004, dalam Lilis 2005)

Pengolahan sampah organik menjadi kompos telah banyak dilakukan dengan berbagai metode. Pengelolaan sampah yang efektif adalah dari unit terkecil penghasil sampah, yaitu dari rumah tangga. Untuk mempercepat pembuatan kompos diperlukan bioaktivator seperti Effective Microorganisms 4 (EM4) yang

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 4477

merupakan kultur campuran dalam medium cair berwarna coklat kekuningan, berbau asam dan terdiri dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi kesuburan tanah. Adapun jenis mikroorganisme yang berada dalam EM 4 antara lain : Lactobacillus sp., Khamir, Actinomycetes, Streptomyces. Selain memfermentasi bahan organik dalam tanah atau sampah, EM 4 juga merangsang perkembangan mikroorganisme lainnya yang menguntungkan bagi kesuburan tanah dan bermanfaat bagi tanaman, misalnya bakteri pengikat nitrogen, pelarut fosfat dan mikro -organisme yang bersifat antagonis terhadap penyakit tanaman. EM4 dapat digunakan untuk pengomposan, karena mampu mempercepat proses dekomposisi sampah organik (Sugihmoro, 1994 dalam Lilis, 2005). Setiap bahan organik akan terfermentasi oleh EM 4 pada suhu 40o – 50oC. Pada proses fermentasi akan dilepaskan hasil berupa gula, alkohol, vitamin, asam laktat, asam amino , dan senyawa organik lainnya serta melarutkan unsur hara yang bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi sehingga mudah diserap oleh tanaman. Proses fermentasi sampah organik tidak melepaskan panas dan gas yang berbau busuk, sehingga secara naluriah serangga dan hama tidak tertarik untuk berkembang biak di sana.

Sahwan dkk (2004) menguji komposter sederhana untuk skala rumah tangga dan memperoleh kompos dengan kualitas cukup baik. Proses pembuatan kompos dengan pembalikan sampah dan tanpa pembalikan relatif sama, berlangsung cukup baik. Lama proses pembuatan kompos tersebut 49 hari. Struktur kompos yang diperoleh dari komposter yang dilakukan pembalikan lebih hancur dibandingkan tanpa pengadukan. Penggunaan komposter cukup efektif untuk digunakan dalam mengkomposkan sampah kota.

Salah satu alternatif pembuatan komposter sederhana skala rumah tangga dapat dibuat dengan memanfaatkan barang bekas di sekitar rumah. Prinsipnya seperti dandang, ada saringan dan penutup.

Bahan yang diperlukan untuk membuat komposter: 1. Ember bekas cat berukuran 25 liter dengan tutupnya 2. Lempengan plastik, untuk saringan

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 4488

3. Penyangga plastik, untuk menyangga lempengan plastik 4. Kran plastik atau slang plastik kecil

Langkah pembuatan komposter: 1. Lubangi lempengan plastik menggunakan solder atau paku

yang dipanaskan (akan berfungsi sebagai saringan). 2. Lubangi ember pada bagian bawah, sekitar 1-2 cm dari dasar

ember, untuk memasang kran atau slang plastik sebagai lubang pengeluaran cairan lindi yang dihasilkan dari proses pengomposan.

3. Pasang kran atau selang pada lubang tersebut. 4. Masukkan penyangga saringan dalam ember, kemudian

saringan. 5. Komposter siap diisi sampah dapur.

Berikut cara pembuatan kompos menggunakan komposter: 1. Pisahkan sampah organik dan non organik. 2. Potong kecil sampah organik menjadi sekitar 1-2 cm. 3. Masukkan sampah organik yang telah dipotong kecil kedalam

komposter. 4. Semprot sampah organik dengan bioaktivator (bisa

menggunakan EM4) sampai rata. 5. Tutup rapat komposter. 6. Lakukan penyemprotan setiap kali memasukkan sampah dan

tutup rapat kembali komposter. 7. Penambahan sampah dapat dilakukan sampai komposter

penuh. 8. Diamkan selama + 14 hari agar terjadi proses pengomposan.

Dari proses tersebut akan diperoleh dua produk yang bermanfaat, yaitu pupuk organik cair susulan (POCS) dan pupuk padat (kompos). Pupuk cair dikeluarkan melalui kran bagian bawah komposter dan dapat langsung dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman dengan menyiramkan pada tanah di sekitar tanaman, bukan pada batang tanaman, sedangkan pupuk padat (kompos) yang diperoleh perlu dikering anginkan dahulu sebelum digunakan.

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 4499

Daftar Pustaka

Lilis Sulistyorini. 2005. Pengelolaan Sampah Dengan Cara Menjadikannya Kompos Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, No. 1, Juli 2005 : 77 – 84

Sahwan, F.L., Rosdiana Irawati, Feddy Suryanto. 2004. Efektivitas Pengkomposan Sampah Kota Dengan Menggunakan Komposter Skala Rumah Tangga. Jurnal Teknologi Lingkungan P3TL-BPPT. 5 (2): 134-139

SARINGAN

EMBER BEKAS SEBAGAI KOMPOSER

PASANG KRAN

BBuulleettiinn DDiisseemmiinnoorraa VVoolluummee 1122 TTaahhuunn 22001166 5500