692
PEMANF AATAN AIR REBUSAN KUPANG PUTIH (Corbula faba Hinds) UN TUK PEN GOLAH AN PETIS DENG AN PENA MBAHA N BERB AGAI PATI-PATIAN Oleh: Anang Fakhrudin C34104042

C09afa (1)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: C09afa (1)

PEMANF AATAN AIR REBUSAN KUPANG PUTIH (Corbula faba Hinds) UN TUK PEN GOLAH AN PETIS DENG AN

PENA MBAHA N BERB AGAI PATI-PATIAN

Oleh:Anang Fakhrudin

C34104042

PR OGRAM STUDI T EKNOLOGI HA SIL PER IKANAN F AKULTA S PERI KANAN DAN ILM U KELA UTAN

I NSTITU T PERTA NIAN B OGOR 2009

Page 2: C09afa (1)

75

RINGKASAN

ANANG FAKHRUDIN. C34104042. Utilization of Water Stew White Kupang (Corbula faba Hinds) for Processing with The Addition of Curry-patian Various Starches. Dibimbing oleh DJOKO POERNOMO dan AGOES MARDIONOJACOEB.

Kupang merupakan salah satu hasil perikanan laut dan termasuk dalam kelompok kerang-kerangan. Produksi kupang di daerah Jawa Timur khususnya Sidoarjo berkisar antara 8.540.400 kg hingga 8.675.300 kg per tahun (Prayitno dan Susanto 2001). Petis kupang merupakan hasil pemanfaatan limbah sisa perebusan kupang yang dicampur dengan gula pasir dan gula merah kemudian dilakukan pemasakan hingga cairan mengental. Petis kupang yang beredar di pasar memiliki mutu beragam. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh mutu dari bahan mentah, bahan tambahan, dan cara pengolahan yang berbeda- beda. Biasanya, pada pembuatan petis ditambahkan bahan pengisi berupa pati, seperti tepung terigu, tepung tapioka, tepung beras maupun air tajin. Penambahan bahan pengisi dimaksudkan untuk memberi nilai tambah baik dari segi kuantitas, kualitas dan nilai jual. Sampai saat ini, belum pernah dilakukan penelitian tentang jenis pati-patian dan konsentrasi pati yang dapat memberikan hasil maksimal, terutama pada pembuatan petis kupang. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji formula optimal berbagai bahan pengisi (pati) dalam pembuatan petis Kupang Putih (Corbula faba Hinds), memilih dan menentukan konsentrasi pati yang terbaik sebagai bahan pengisi dalam pembuatan petis Kupang Putih (Corbula faba Hinds), dan mengetahui daya terima panelis terhadap petis Kupang Putih (Corbula faba Hinds).

Metode penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu, penentuan kandungan kimia (proksimat) ladon (kaldu kupang), penentuan jenis pati yang tepat dan penentuan konsentrasi pati yang sesuai. Penelitian tahap pertama, dilakukan analisis kimia terhadap ladon. Ladon diperoleh dengan merebus daging kupang yang telah dipisahkan dari cangkangnya. Penelitian tahap kedua, dilakukan pembuatan petis kupang putih dengan perlakuan penambahan bahan pengisi (pati) berupa bubur tepung terigu, bubur tepung tapioka, bubur tepung beras dan air tajin. Tahap penentuan konsentrasi tepung terbaik, pati yang terpilih ditambahkan bersama dengan bahan-bahan lain. Konsentrasi tepung yang terbaik ditentukan secara organoleptik dengan uji organoleptik skala hedonik.

Formula optimal bahan pengisi (pati) pada penelitian ini adalah petis kupang dengan penambahan pati sebanyak 40%, sedangkan jenis pati terpilih adalah tepung terigu. Perlakuan petis kupang dengan penambahan tepung terigu berpengaruh nyata terhadap parameter penampakan, tekstur, aroma, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap rasa. Hasil pengujian organoleptik skala hedonik terhadap petis kupang menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai tekstur dan rasa dengan penambahan tepung terigu 10%. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata tertinggi organoleptik pada parameter tekstur (6,73) dan rasa (6,67). Petis kupang dengan penambahan tepung terigu 10% mempunyai kandungan kadar air 25,2%; kadar abu 8,9%; kadar protein 16,13%; kadar karbohidrat 48,79%; kadar lemak 0,98%; nilai viskositas 8640 cp; aktivitas air berkisar antara 0,747-0,748; derajat keasaman (pH) 5,16; dan tidak terdeteksi adanya logam berat Hg dan Pb.

Page 3: C09afa (1)

76

PEMANFAATAN AIR REBUSAN KUPANG PUTIH(Corbula faba Hinds) UNTUK PENGOLAHAN PETIS DENGAN

PENAMBAHAN BERBAGAI PATI-PATIAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Anang Fakhrudin

C34104042

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR2009

Page 4: C09afa (1)

77

Judul : PEMANFAATAN AIR REBUSAN KUPANG PUTIH(Corbula faba HINDS) UNTUK PENGOLAHAN PETISDENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI PATI-PATIAN

Nama : Anang FakhrudinNRP : C34104042

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Djoko Poernomo, B.Sc Dr. Ir. Agoes M Jacoeb, Dipl.-BiolNIP. 19580419 198303 1 001 NIP. 19591127 198601 1 005

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.ScNIP. 19610410 198601 1 002

Tanggal Lulus :

Page 5: C09afa (1)

78

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

“Pemanfaatan Air Rebusan Kupang Putih (Corbula faba Hinds) untuk

Pengolahan Petis dengan Penambahan Berbagai Pati-Patian” adalah benar

karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi dimanapun. Sumber informasi atau kutipan dari karya yang

diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Agustus 2009

Anang Fakhrudin

C34104042

Page 6: C09afa (1)

79

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul Pemanfaatan Air Rebusan Kupang Putih (Corbula faba Hinds) untuk

Pengolahan Petis dengan Penambahan Berbagai Pati-patian yang disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membimbing, mengarahkan,

serta membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Ir. Djoko Poernomo dan Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb Dipl.-Biol selaku

dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan,

semangat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

2. Orang tua, Gatot Zainudin dan Siti Rodiyah dan adikku (Fariz Hidayat dan

Irfan Nurrachmat) atas semua doa yang telah dipanjatkan, kasih sayang

berlimpah, dukungan materiil, kesabaran dan ajaran tentang hidup yang

sangat berarti.

3. Bapak Ir. Dadi R Sukarsa dan Ibu Ir. Nurjanah, MS selaku dosen penguji atas

masukan serta bimbingannya kepada penulis.

4. Bapak Ir. Dadi R Sukarsa selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan selama menjalani masa perkuliahan.

5. Bapak Joko Santoso, Bambang Riyanto, Uju dan Ibu Wini Trilaksani, Dosen

yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis.

6. Masikah Maylan Dewi, “Cordeliaku” yang setia menemani, memberikan

semangat, kasih sayang, pengertian serta kesabaran kepada penulis.

7. Ibu Eris dan keluarga yang telah mendukung penyediaan bahan baku untuk

penelitian ini.

8. Rizkha Candra Waty, mahasiswi Universitas Brawijaya yang telah

mendukung dalam penyediaan sumber-sumber pustaka untuk penelitian ini.

9. Seluruh staf dosen dan TU THP, Ibu Ema, Rita, Mas Zacky, Mas Ipul, dan

Mas Mail terima kasih atas kerjasamanya selama ini.

Page 7: C09afa (1)

80

10. Ibu Rubiyah, atas bantuan dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Anak-anak lab (An’im, Laler, Nujul, Andika, Windyka, Kuntul, Alif,

Hangga, Bobi), anak Al-Demi (Amelia, Isnani, Ranti, Enifia, Estrid, Didie),

anak An-Nur (Eka, Ika, Nia, Dilla, Ulfah, Yanti, Sereli), anak Ab-Babil

(Dani, Wisnu, Nujul, Barlian), serta seluruh teman-teman THP 41 yang

belum disebutkan, terima kasih atas suka dan duka yang dilalui bersama

penulis.

12. Anak-anak THP 42 (Ulie, Dan, Purwati, Inka, Irma, Anggi, Anne, Erdita,

Manurung, Aan dan Tyas), anak-anak THP 43 (Ijal, Icha, Memey, Tika, Arin,

Anjar, Hilda, Alvin, Ozi, Idris dan Umi), anak-anak THP 44 (Aulia, Dian,

Indah RW) dan Galih ‘ITK 41’, terima kasih atas suka dan duka yang dilalui

bersama penulis.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selalu

memberikan doa dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukan.

Bogor, Agustus 2009

Anang Fakhrudin

Page 8: C09afa (1)

81

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Anang Fakhrudin, dilahirkan

tanggal 26 Agustus 1986 di Malang. Penulis adalah anak

sulung dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Gatot

Zainudin dan Ibu Siti Rodiyah.

Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1992 di

SDN Sukabumi IV Probolinggo dan lulus pada tahun 1998.

Pada tahun yang sama penulis diterima di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Negeri 1 Probolinggo dan lulus pada tahun 2001 dan melanjutkan di Sekolah

Menengah Atas Negeri I Probolinggo pada tahun 2004. Pada tahun yang sama

penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan, Program Studi Teknologi Hasil Perikanan melalui jalur USMI

(Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif sebagai Asisten

mata Kuliah Penanganan Hasil Perairan (PHP) (2006-2007), Transportasi dan

Fisiologi Hasil Perairan (2006-2007), Teknologi Pengolahan Tradisional Hasil

Perairan (2007-2008) dan aktif dalam berbagai kegiatan dan kepanitian di kampus

yaitu, Badan Eksekutif Mahasiswa Perikanan (BEM-C) periode 2005-2006,

Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan (HIMASILKAN) periode 2006-

2007 dan ketua Fisheries Processing Club (FPC) periode 2007-2008. Penulis juga

aktif dalam kegiatan yang bersifat prestatif, diantaranya meraih juara dua pada

Lomba Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa di Surabaya, juara tiga pada

Lomba Inovasi Teknologi Perikanan dan Ilmu Kelautan, dan finalis Karya Tulis

Mahasiswa bidang Lingkungan Hidup 2008.

Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, dengan judul “Pemanfaatan Air Rebusan Kupang Putih

(Corbula faba Hinds) untuk Pengolahan Petis dengan Penambahan Berbagai

Pati-patian” dibawah bimbingan Ir. Djoko Poernomo, B.Sc dan Dr. Ir. Agoes

Mardiono Jacoeb, Dipl.-Biol.

Page 9: C09afa (1)

82

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL..........................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................iv

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................v

1. PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Tujuan....................................................................................................3

2. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4

2.1 Deskripsi Kupang Putih (Corbula faba Hinds).....................................42.1.1 Klasifikasi kupang putih (Corbula faba Hinds)............................42.1.2 Komposisi kimia kupang...............................................................52.1.3 Pemanfaatan kupang.....................................................................7

2.2 Petis........................................................................................................82.2.1 Petis kupang..................................................................................82.2.2 Bahan baku petis kupang...............................................................92.2.3 Bahan tambahan petis kupang.......................................................92.2.4 Proses pembuatan petis kupang...................................................16

2.3 Karakteristik dan Sifat-sifat dari Pati...................................................182.3.1 Granula pati.................................................................................182.3.2 Gelatinisasi pati...........................................................................192.3.3 Retrogradasi pati.........................................................................20

2.4 Perubahan Kimia Bahan Pangan Selama Pengolahan.........................212.4.1 Perubahan kimia dan nilai gizi protein........................................212.4.2 Perubahan kimia dan nilai gizi karbohidrat.................................22

2.5 Pengemasan..........................................................................................24

2.6 Kerusakan Petis Akibat Mikroorganisme............................................25

2.7 Syarat Mutu Petis.................................................................................26

3. METODOLOGI........................................................................................28

3.1 Waktu dan Tempat...............................................................................28

3.2 Alat dan Bahan.....................................................................................28

3.3 Tahapan Penelitian...............................................................................293.2.1 Analisis fisika-kimia ladon (kaldu kupang)................................293.2.2 Penentuan jenis pati-patian yang tepat........................................303.2.3 Penentuan konsentrasi pati yang sesuai......................................32

Page 10: C09afa (1)

83

3.4 Pengujian..............................................................................................343.4.1 Uji organoleptik...........................................................................343.4.2 Analisis kimia..............................................................................34

3.4.2.1 Kadar lemak....................................................................343.4.2.2 Kadar protein...................................................................353.4.2.3 Kadar abu........................................................................363.4.2.4 Kadar air..........................................................................363.4.2.5 Kadar karbohidrat............................................................373.4.2.6 Derajat keasaman(pH).....................................................37

3.4.2.7 Aktivitas air (aw).............................................................373.4.2.8 Uji TPC...........................................................................383.4.2.9 Penentuan kandungan logam berat..................................383.4.2.10 Uji viskositas.................................................................40

3.5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data.............................................40

4. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................42

4.1 Karakteristik Bahan Baku Ladon (kaldu kupang)................................42

4.2 Sumber Pati Terpilih............................................................................42(1) Penampakan....................................................................................43(2) Aroma.............................................................................................45(3) Rasa................................................................................................46(4) Tekstur............................................................................................48

4.3 Konsentrasi Pati Terpilih......................................................................49(1) Penampakan....................................................................................50(2) Aroma.............................................................................................51(3) Rasa................................................................................................52(4) Warna..............................................................................................53(5) Tekstur............................................................................................55

4.3 Karakteristik Fisika-Kimia Petis Kupang............................................564.4.1 Kadar air......................................................................................564.4.2 Kadar abu....................................................................................584.4.3 Kadar protein...............................................................................594.4.4 Kadar lemak................................................................................604.4.5 Kadar karbohidrat........................................................................614.4.6 Derajat keasaman (pH)................................................................62

4.4.7 Aktivitas air (aw).........................................................................634.4.8 Uji mikrobiologi..........................................................................644.4.9 Uji viskositas...............................................................................644.4.10 Uji logam berat (Hg dan Pb).....................................................65

5. KESIMPULAN dan SARAN...................................................................67

5.1 Kesimpulan...........................................................................................67

5.2 Saran.....................................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................68

Page 11: C09afa (1)

84

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Analisis kandungan gizi kupang merah dan kupang putih..........................6

2. Kandungan asam amino dalam kupang merah dan kupang putih................6

3. Komposisi zat gizi gula kelapa..................................................................10

4. Komposisi kimia bawang putih.................................................................11

5. Kandungan nutrisi pada tepung tapioka, tepung terigu dantepung beras..............................................................................................12

6. Syarat mutu tepung terigu..........................................................................13

7. Syarat mutu tepung tapioka.......................................................................14

8. Syarat mutu tepung beras...........................................................................15

9. Kandungan asam amino air tajin................................................................16

10. Standar mutu produk petis SNI.01-2346-2006.........................................26

12. Uji coba pembuatan petis dengan penambahan bahan pengisi.................31

13. Komposisi kimia kaldu kupang putih.......................................................41

14. Hasil analisis kimia petis kupang terbaik beserta SNI petis sebagaipembanding...............................................................................................56

15. Perbandingan aktivitas air petis kupang...................................................63

16. Total mikroba petis kupang......................................................................64

17. Nilai viskositas petis kupang....................................................................65

Page 12: C09afa (1)

85

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kupang putih (Corbula faba Hinds)............................................................4

2. Diagram alir pembuatan petis kupang putih (Corbula faba Hinds) .. 17

3. Struktur amilosa.........................................................................................19

4. Struktur amilopektin………………………………………………… 19

5. Pengaruh pemanasan terhadap karakteristik pati.......................................21

6. Reaksi Maillard untuk pembentukan melanoidin......................................24

7. Diagram alir pengolahan kupang putih (Corbula faba Hinds) (Modifikasi Desiana 2000)......................................................................30

8. Diagram alir pembuatan petis kupang putih (Corbula faba Hinds) (Modifikasi Desiana 2000)......................................................................32

9. Diagram alir pembuatan petis dengan penambahan konsentrasi pati yang berbeda...........................................................................................33

10. Petis kupang dengan penambahan pati-patian..........................................43

11. Histogram nilai rata-rata penampakan petis kupang putih.......................44

12. Histogram nilai rata-rata aroma petis kupang putih..................................45

13. Histogram nilai rata-rata rasa petis kupang putih.....................................47

14. Histogram nilai rata-rata tekstur petis kupang putih.................................48

15. Histogram nilai rata-rata penampakan petis kupang putih.......................50

16. Histogram nilai rata-rata aroma petis kupang putih..................................51

17. Histogram nilai rata-rata rasa petis kupang putih.....................................53

18. Histogram nilai rata-rata warna petis kupang putih..................................54

19. Histogram nilai rata-rata tekstur petis kupang putih.................................55

20. Perbandingan kadar air petis kupang dan petis komersial........................57

21. Perbandingan kadar abu petis kupang dan petis komersial......................58

22. Perbandingan kadar protein petis kupang dan petis komersial.................59

23. Perbandingan kadar lemak petis kupang dan petis komersial..................60

24. Perbandingan kadar karbohidrat petis kupang dan petis komersial .. 61

25. Perbandingan derajat keasaman (pH) petis kupang dan petiskomersial.................................................................................................62

Page 13: C09afa (1)

86

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Lembar penilaian organoleptik petis kupang.............................................74

2. Data hasil uji organoleptik petis kupang dengan perlakuan perbedaan konsentrasi tepung terigu.........................................................................76

3. Uji Kruskal-Wallis petis kupang dengan perlakuan perbedaan jenis bahan pengisi...........................................................................................81

4. Analisis ragam petis kupang dengan perlakuan perbedaan jenis bahan pengisi...........................................................................................82

5. Uji lanjut Tukey petis kupang dengan perlakuan perbedaan jenis bahan pengisi...........................................................................................83

6a. Uji homogen penampakan petis kupang...................................................86

6b. Uji homogen tekstur petis kupang............................................................86

6c. Uji homogen aroma petis kupang.............................................................86

7a. Uji homogen rasa petis kupang.................................................................87

7b. Uji Kruskal-Wallis petis kupang dengan perlakuan perbedaan jenisbahan pengisi...........................................................................................87

8. Analisis ragam petis kupang dengan perlakuan perbedaan jenis bahan pengisi...........................................................................................89

9. Uji lanjut Tukey petis kupang dengan perlakuan perbedaan jenis bahan pengisi...........................................................................................90

10a. Uji homogen penampakan petis kupang.................................................98

10b. Uji homogen warna petis kupang...........................................................98

11a. Uji homogen tekstur petis kupang...........................................................99

11b. Uji homogen aroma petis kupang...........................................................99

12a. Uji homogen rasa petis kupang.............................................................100

12b. Data kadar air........................................................................................100

13a. Data kadar abu.......................................................................................101

13b. Data kadar lemak..................................................................................101

14a. Data kadar protein.................................................................................102

14b. Data kadar derajat keasaman (pH)........................................................102

14c. Data kadar aktivitas air (aw)..................................................................102

15a. Data kadar viskositas.............................................................................103

15b. Data analisis logam berat......................................................................103

Page 14: C09afa (1)

87

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil laut dan memiliki

beraneka ragam jenis ikan. Hasil perikanan pasca tangkap tersebut kurang

maksimal jika tidak diikuti dengan teknologi pengolahan yang tepat, oleh sebab

itu teknologi pengolahan yang sesuai akan dapat menghasilkan produk olahan

yang dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitarnya. Salah satu

produk olahan yang dibuat dari hasil samping olahan utama adalah petis.

Soeseno (1984) menyatakan bahwa petis merupakan hasil komoditi

pengolahan ikan atau udang yang cukup dikenal terutama di masyarakat Jawa,

khususnya di Jawa Timur. Petis digunakan sebagai perangsang makanan (bumbu

masak) yang sedap dan bergizi. Petis tidak dapat diandalkan sebagai sumber

protein meskipun kandungan protein petis cukup tinggi (15-20 g per 100 g). Hal

ini disebabkan oleh jumlah pemakaian petis sangat sedikit. Petis hanya

dikonsumsi sebatas sebagai pembangkit cita rasa dan campuran bumbu. Berbagai

macam petis yang dikenal oleh masyarakat antara lain petis ikan, petis daging,

petis udang dan petis kupang (Baswardono 1983).

Kupang merupakan salah satu hasil perairan laut dan termasuk dalam

kelompok kerang-kerangan. Kupang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi,

khususnya kandungan protein (9-10%). Kadar protein yang cukup tinggi

merupakan sumber gizi yang penting bagi masyarakat. Pemanfaatan kupang masih

terbatas pada daerah-daerah tertentu dan belum dikenal luas oleh masyarakat.

Keberadaan kupang di Jawa Timur, terdapat dan tersebar di sepanjang pantai

Sidoarjo, Surabaya, Bangil, Gresik, Pasuruan, dan sekitarnya. Produksi kupang di

daerah Jawa Timur khususnya Sidoarjo berkisar antara 8.540.400 kg hingga

8.675.300 kg per tahun. Usaha penangkapan kupang oleh para nelayan dilakukan

setiap hari sepanjang tahun karena kupang tidak mempunyai musim penangkapan.

Berdasarkan hasil tangkapan tiap harinya, produksi rata-rata kupang putih

mencapai 375,6 kg (Prayitno dan Susanto 2001).

Daging kupang dimanfaatkan sebagai makanan khas dalam pembuatan

lontong campur kupang dan belum banyak dimanfaatkan untuk pembuatan produk

Page 15: C09afa (1)

88

makanan lainnya. Hasil samping pengolahan/perebusan kupang terdiri atas dua

bagian, yaitu cangkang dan kaldu dari sisa perebusan. Cangkang kupang banyak

dimanfaatkan sebagai bahan tambahan untuk membuat makanan ternak,

sedangkan kaldu dari sisa perebusan biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat

sebagai bahan pembuatan petis, kerupuk kupang dan campuran kuah pada

pembuatan lontong campur kupang.

Petis kupang merupakan hasil pemanfaatan limbah sisa perebusan kupang

yang dilakukan pemasakan hingga cairannya mengental dengan penambahan gula

pasir dan gula merah. Seperti halnya petis udang, petis kupang yang beredar di

pasar memiliki mutu beragam, yaitu petis kupang mutu I (istimewa) dan petis

kupang mutu II (biasa). Perbedaan mutu tersebut disebabkan oleh mutu dari bahan

mentah, bahan tambahan, dan cara pengolahan yang berbeda-beda. Petis kupang

mutu I dibuat dari ladon (air rebusan) murni, gula pasir dan tanpa penambahan

bahan pengisi, sedangkan petis kupang mutu II ditambahkan pati-patian sehingga

memiliki kualitas lebih rendah dibandingkan dengan petis kupang mutu I. Selain

itu, pembuatan petis kupang mutu I membutuhkan waktu sekitar 10 jam,

sedangkan untuk petis mutu II hanya membutuhkan waktu 5 jam. Hal inilah yang

menyebabkan petis kupang mutu I memiliki harga yang setara dengan petis udang

kualitas istimewa (Prayitno dan Susanto 2001).

Biasanya, pada pembuatan petis ditambahkan bahan pengisi berupa pati-

patian, seperti tepung terigu, tepung tapioka, tepung beras maupun air tajin.

Penambahan bahan pengisi dimaksudkan untuk memberi nilai tambah dari segi

kuantitas dan nilai jualnya, namun akan berdampak pada penurunan mutu dari

petis tersebut. Penambahan pati mengurangi rasa asli bahan petis tersebut,

sehingga untuk menghasilkan rasa gurih diperlukan penambahan bahan tambahan

makanan seperti penyedap rasa. Sampai saat ini, belum pernah dilakukan

penelitian tentang jenis pati-patian dan konsentrasi pati yang dapat memberikan

hasil maksimal, terutama pada pembuatan petis kupang. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelitian mengenai pembuatan petis kupang dengan penambahan

bahan pengisi (pati-patian) berupa tepung terigu, tepung tapioka, tepung beras dan

air tajin, sehingga produk yang dihasilkan diharapkan memiliki nilai tambah dari

segi kualitas dan nilai jualnya.

Page 16: C09afa (1)

89

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah pemanfaatan limbah potensial air

rebusan kupang putih (Corbula faba Hinds) untuk pengolahan petis.

Tujuan khusus

Tujuan khusus dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Menguji formula optimal berbagai jenis pati-patian sebagai bahan pengisi

dalam pembuatan petis Kupang putih (Corbula faba Hinds).

2. Memilih dan menentukan konsentrasi pati yang terbaik sebagai bahan

pengisi dalam pembuatan petis Kupang putih (Corbula faba Hinds).

3. Mengetahui daya terima panelis terhadap petis Kupang putih (Corbula

faba Hinds).

Page 17: C09afa (1)

90

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Kupang Putih (Corbula faba Hinds)

Kupang adalah salah satu jenis kerang yang termasuk jenis binatang lunak

(moluska kecil), bercangkang belah (bivalvia shell), dengan insang yang berlapis-

lapis seperti jala dan berkaki kapak (Pelecypoda). Kupang hidup secara

bergerombol, habitatnya berada pada dasar perairan berlumpur dan perairan yang

relatif dekat dengan daratan pantai dan dipengaruhi oleh gerakan pasang-surut air

laut (Subani et al. 1983). Spesies yang memiliki nilai ekonomis penting ialah

kupang merah (Musculista senhausia) dan kupang putih (Corbula faba). Kupang

merah biasa disebut kupang jawa, kupang tawon, kupang kawung atau kupang

rantai, sedangkan kupang putih sering disebut kupang beras (Subani et al. 1983).

Bentuk Kupang Putih dapat dilihat pada Gambar 1.

2.1.1 Klasifikasi Kupang Putih (Corbula faba Hinds)

Kupang putih diklasifikasikan sebagai berikut (Stoliczka 1870):

Filum : Molusca

Kelas : Bivalvia

Ordo : Myoida

Famili : Corbulidae

Genus : Corbula

Spesies : Corbula faba Hinds

Gambar 1. Kupang putih (Corbula faba Hinds)

(http://zipcodezoo.com/animal/ Corbula faba )

Kupang putih merupakan salah satu jenis kerang yang masuk dalam phylum

molusca. Jenis kupang ini berbentuk cembung lateral dan mempunyai cangkang

dengan dua belahan serta engsel dorsal yang menutup seluruh tubuh. Kupang ini

Page 18: C09afa (1)

91

mempunyai bentuk kaki seperti kaki kapak sehingga disebut pelecypoda.

Perbedaan kupang putih adalah tidak mempunyai bysus, yaitu alat yang berfungsi

untuk menempel pada substrat, memiliki siphon dengan bentuk tampak jelas,

cangkang menutup dengan tepi agak terbuka dan bentuknya agak lonjong (Subani

et al. 1983).

Kupang putih merupakan salah satu jenis dari suku meso-desmatidae yang

hidup pada ekosistem perairan laut atau estuari. Tempat-tempat tersebut umumnya

berlumpur dan ombaknya kecil, tetapi terdapat cukup arus sehingga menunjang

kelangsungan hidup kupang. Kedalaman air di daerah tersebut pada waktu pasang

naik berkisar 1–1,5 m. Kupang putih memiliki panjang kulit 10–15 mm dan

lebarnya 5–8 mm dengan warna kulit putih buram. Warna kulit kupang semakin

buram dan terdapat belang hitam ketika umur kupang semakin tua (Prayitno dan

Susanto 2001).

Kupang putih hidup secara menyebar dan menancap pada lumpur sedalam

lebih kurang 5 mm, dengan posisi menancap tegak pada bagian ujung

cangkangnya yang berbentuk oval. Bila air surut dan suhu lingkungan menjadi

dingin, kupang putih menancap lebih dalam pada lumpur, begitupula sebaliknya.

Kupang putih lebih cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya

dibandingkan dengan kupang merah. Daya tahan hidup kupang putih di udara

bebas lebih kurang 24 jam. Jika mati, cangkang kupang putih tidak membuka

sehingga tidak menimbulkan bau (Subani et al. 1983).

2.1.2. Komposisi kimia kupang.

Kupang memiliki kandungan zat gizi yang berguna bagi manusia, terutama

kupang segar. Kupang segar mengandung nutrisi yang cukup banyak, terutama

kandungan protein. Kandungan gizi pada kupang jauh lebih tinggi bila

dibandingkan dengan makanan rakyat yang lain, seperti kerupuk dan tahu.

Komponen gizi yang terkandung dalam daging kupang meliputi kadar air 75,70%,

kadar abu 3,09%, kadar protein 10,85%, kadar lemak 2,68%, dan kadar

karbohidrat 1,02% (Baswardono 1983). Hasil analisis proksimat terhadap kupang

merah (Musculista senhausia) dan kupang putih (Corbula faba Hinds) yang

dilakukan oleh Subani et al. (1983) dan Baswardono (1983) tercantum pada Tabel

1.

Page 19: C09afa (1)

92

Tabel 1. Analisis kandungan gizi kupang merah (Musculista senhausia) dan kupang putih (Corbula faba Hinds).

Parameter Kupang merah (%) Kupang putih (%)Air 75,70 72,96Lemak 2,68 1,50Protein 10,85 9,05Abu 3,09 3,80Karbohidrat 1,02 1,02

Sumber : Subani et al. (1983) dan Baswardono (1983)

Kupang memiliki sumber asam amino esensial yang baik. Kupang putih

maupun kupang merah memiliki 17 asam amino, sedangkan dari 17 asam amino

tersebut terkandung 10 macam asam amino esensial yang diperlukan untuk tubuh,

antara lain treonin, valin, metionin, isoleusin, leusin, fenilalanin, lisin, tripsin,

histidin dan arginin (Purwanto dan Sardjimah 2000). Asam amino esensial tidak

dapat dibentuk oleh tubuh manusia, tetapi harus didapatkan dari makanan sehari-

hari. Analisis kuantitatif kadar asam amino kupang merah (Musculista senhausia)

dan kupang putih (Corbula faba Hinds) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan asam amino kupang merah (Musculista senhausia) dan kupang putih (Corbula faba Hinds).

Asam AminoJenis

Kupang merah (%) Kupang putih (%)Aspartat 1,195 1,061Treonin 0,561 0,492Serin 0,534 0,461Glutamat 1,791 1,443Glisin 1,225 0,584Alanin 0,733 0,869Sistein 0,050 0,075Valin 0,487 0,451Metionin 0,006 0,007Isoleusin 0,484 0,323Leusin 0,846 0,727Tirosin 0,025 0,146Fenilalanin 0,434 0,383Lisin 0,974 0,677Histidin 0,184 0,177Arginin 0,821 0,718Prolin 0,501 0,442

Sumber : Purwanto dan Sardjimah (2000)

Page 20: C09afa (1)

93

Kandungan mikronutrien kupang yang bermanfaat bagi kesehatan yaitu Fe

dan Zn. Fe diperlukan dalam tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah,

sedangkan Zn merupakan komponen penting beberapa enzim untuk metabolisme

dalam tubuh. Kandungan Fe pada kupang beras sebesar 133,800 ppm dan pada

kupang merah sebesar 57,840 ppm, sedangkan kandungan Zn pada kupang beras

sebesar 14,836 ppm dan kupang merah sebesar 16,244 ppm (Baswardono 1983).

Kupang juga mengandung asam-asam lemak yang dibutuhkan tubuh

manusia. Kupang merah mengandung 8,97% LA (Asam Linoleat), 2,77% EPA

(Eikosapentanoat), 3,65% DHA (Asam Dokosa-heksanoat) sedangkan Kupang

putih mengandung 12,31% LNA (Asam Linolenat), 6,52% EPA, 6,61 % DHA

(Baswardono 1983). Asam lemak esensial Omega 3 membentuk komponen yang

melancarkan transportasi oksigen dan nutrisi makro (protein, lemak, dan

karbohidrat) ke dalam sel-sel tubuh sehingga dapat membantu pembuangan

produk sisa metabolisme seperti karbondioksida dari sel-sel tubuh. Simopoulos

(1991) menyatakan bahwa EPA memiliki properti antikatabolik yang sangat kuat

di dalam otot. EPA sangat efektif mengurangi kerusakan otot karena EPA secara

efektif menghambat jalur molekul yang mengakibatkan kondisi katabolik. EPA

dapat membantu menjaga massa otot pada saat seseorang menjalani diet ketat

rendah kalori. Dosis suplementasi Omega-3 yang dianjurkan per hari untuk

memperoleh manfaat yang optimal adalah sebanyak 1000-2000 mg (Stoll 2001).

2.1.3. Pemanfaatan kupang

Kupang dapat dijadikan bermacam-macam masakan. Pengembangan kupang

sebagai bahan makanan rakyat yang bergizi memiliki prospek yang sangat baik.

Limbah kupang juga dapat dimanfaatkan menjadi kerupuk dan petis. Di Jawa

Timur, khususnya di daerah Surabaya, Sidoarjo, Bangil, dan Pasuruan, kupang

telah lama diusahakan oleh penduduk dan para nelayan sebagai bahan makanan

tradisional, baik sebagai mata pencaharian utama maupun sebagai usaha sambilan

(Prayitno dan Susanto 2001).

Daging kupang banyak dimanfaatkan sebagai makanan khas dalam

pembuatan kupang lontong dan belum banyak dimanfaatkan untuk pembuatan

produk makanan lainnya. Di Indonesia, khususnya Jawa Timur, kupang dapat

diolah menjadi produk lain seperti, bakso kupang, sosis kupang, kecap kupang,

Page 21: C09afa (1)

94

dan kupang kering. Sosis kupang dibuat dari campuran daging kupang giling atau

daging kupang yang sudah dibumbui dan dimasukkan ke dalam casing. Kecap

kupang dibuat dari kaldu kupang atau daging kupang yang telah dilakukan proses

fermentasi. Kupang kering merupakan bentuk olahan daging kupang yang

dikeringkan setelah dilakukan perebusan, biasanya ditujukan untuk pengiriman

jarak jauh sehingga daging kupang tidak cepat membusuk.

2.2. Petis

Petis merupakan produk hasil perikanan yang umumnya terbuat dari hasil

samping rebusan ikan/udang/kepala udang, berbentuk kental dengan rasa asin,

manis dan manis pedas dan digunakan sebagai campuran bumbu masak alami

pada masakan terutama daerah Madura dan Jawa Timur. Aneka hidangan seperti

rujak cingur, rujak khas Madura, lontong balap, lontong lodeh, pecel semanggi

khas Surabaya, tahu campur, tahu tek dan petis lading, menggunakan petis sebagai

campuran bumbu penyedapnya.

Petis udang, petis ikan baik maupun petis kupang seringkali ditambahkan

gula merah yang sudah dijadikan karamel dalam proses pembuatannya, oleh

karena itu warna petis menjadi coklat kehitaman dan rasanya agak manis. Petis

merupakan produk pangan yang awet karena memiliki kadar gula cukup tinggi

(seperti halnya kecap). Umur simpan petis dapat mencapai 3-12 bulan, bergantung

pada proses pengemasan dan penyimpanannya (Prayitno dan Susanto 2001).

2.2.1. Petis kupang

Pengolahan petis kupang berkembang sejak terdapat usaha perebusan

kupang. Air limbah perebusan kupang yang berupa kaldu dapat menimbulkan

pencemaran bila dibuang ke lingkungan, oleh karena itu penduduk

memanfaatkannya menjadi olahan produk petis sebagai penambah cita rasa dan

aroma tambahan dalam makanan (Prayitno dan Susanto 2001).

Petis kupang terbagi dalam dua kelompok mutu, yaitu mutu I dan mutu II.

Petis mutu I biasa disebut petis putih. Petis putih dibuat dengan merebus kaldu

kupang di wajan besar, sambil diaduk hingga kaldu setengah kental kemudian

ditambahkan gula pasir dan sedikit gula merah. Petis mutu II dibuat dengan

menambahkan gula merah serta tepung tapioka, sehingga hasil yang diperoleh

Page 22: C09afa (1)

95

untuk petis mutu II berwarna hitam dan lebih kental dibandingkan dengan petis

mutu I (Darmawiyanti 1995).

2.2.2. Bahan baku petis kupang

Bahan mentah petis kupang berasal dari daging kupang dan cairan hasil

perebusan kupang. Persentase cairan limbah kupang potensial (air rebusan) yang

dihasilkan dari pengolahan kerupuk atau dari pembuatan makanan lontong kupang

dapat mencapai 30-40% dari berat daging dan cangkang (Darmawiyanti 1995).

2.2.3 Bahan tambahan pada pembuatan petis

Bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dan

dicampurkan sewaktu pengolahan makanan, bertujuan untuk meningkatkan mutu

makanan tersebut. Bahan-bahan yang tergolong zat aditif adalah pewarna,

penyedap rasa dan aroma, pengawet, pengemulsi, antigumpal, pemucat, dan

pengental (Buckle et al. 1995).

Beberapa bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan petis adalah

sebagai berikut :

a) Gula merah

Gula sering diartikan sebagai karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis,

tetapi dalam industri pangan biasanya untuk menyatakan sukrosa, yaitu gula yang

diperoleh dari bit dan tebu (Buckle et al. 1985).

Gula merah merupakan jenis gula yang terbuat dari nira, yaitu cairan yang

dikeluarkan dari bunga pohon keluarga palm, seperti kelapa, aren dan siwalan.

Kuantitas dan kualitas gula kelapa yang diperoleh dipengaruhi oleh karakteristik

kelapa yang disadap, teknik penyadapan, teknik pengawetan nira dan

pengolahannya (Rumokoi 1994). Nira cepat mengalami kerusakan jika

kesegarannya tidak dapat dipertahankan atau mengalami kontaminasi, yang

ditandai dengan perubahan rasa (menjadi asam), berbuih dan berlendir. Nira segar

mempunyai kadar air 80-85% dan sukrosa sekitar 15% (Tjahjaningsih et al. 1983).

Komposisi zat gizi gula kelapa per 100 g bahan dapat dilihat dalam Tabel 3.

Page 23: C09afa (1)

96

Tabel 3. Komposisi zat gizi gula kelapa per 100 g bahan

Zat gizi Jumlah

Kalori 386 kalKarbohidrat 76 gLemak 10 gProtein 3 gKalsium 76 mgFosfor 37 mgAir 10 gSumber : Tjahjaningsih et al. (1983).

Penambahan gula pada pembuatan petis kupang berfungsi sebagai

penambah citarasa dan pengawet. Gula dapat menyebabkan penurunan aktivitas

air, sehingga pertumbuhan mikroorganisme perusak pada makanan dapat

terhambat. Konsentrasi gula yang dibutuhkan untuk mencegah pertumbuhan

mikroorganisme bervariasi bergantung pada jenis dan kandungan zat-zat yang

terdapat dalam bahan pangan. Kadar gula sebesar 70% dapat mencegah berbagai

kerusakan makanan oleh aktivitas mikroorganisme, sedangkan konsentrasi

dibawah 70 % larutan gula masih efektif menghentikan kegiatan mikroba tetapi

dalam jangka waktu yang pendek (Widyani dan Suciaty 2008).

b) Garam

Garam dapur adalah sejenis mineral yang bentuknya seperti kristal putih

dan dihasilkan dari air laut. Garam dapur yang tersedia secara umum adalah

Sodium klorida (NaCl). Garam sangat diperlukan oleh tubuh, namun bila

dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk

tekanan darah tinggi (Saparinto dan Hidayati 2006).

Jumlah garam yang digunakan dalam suatu adonan bergantung pada

berbagai faktor, terutama jenis tepung yang dipakai. Tepung lemah (soft flours)

banyak membutuhkan garam karena garam akan mempengaruhi dan memperkuat

protein. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah pemakaian garam antara lain

resep atau formula yang digunakan dan mineral di dalam air. Bila air yang

digunakan adalah jenis air keras (hard watery), jumlah garam yang dipakai perlu

dikurangi. Jumlah garam yang digunakan pada makanan berkisar antara 2% -

2,25% (Auinger-Pfund et al. 1999).

Page 24: C09afa (1)

97

c) Bawang putih

Bawang putih (Allium sativum) telah lama digunakan sebagai salah satu

bumbu masakan oleh masyarakat Indonesia maupun masyarakat lain di berbagai

belahan dunia karena aromanya yang khas. Penggunaan bawang putih tidak hanya

sebagai bahan penyedap rasa, tetapi digunakan juga sebagai salah satu bahan yang

dapat memberikan efek kesehatan. Lebih dari 1000 publikasi hasil penelitian

menunjukkan bahwa bawang putih merupakan salah satu bahan pangan terbaik

untuk mencegah timbulnya penyakit (Saparinto dan Hidayati 2006). Komposisi

kimia bawang putih dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi kimia bawang putih ( Allium sativum ) per 100 g ba han

Kandungan Jumlah

Air 66,2– 71,0 (g)Energi 95,0 – 122(kal)Protein 4,5 – 7,0(g)Lemak 0,2 – 0,3(g)Karbohidrat 23,1– 24,6 (g)Ca 26,0 – 42,0 (mg)P 15,0 – 109,0 (mg)K 346,0 (mg)Sumber : Saparinto dan Hidayati (2006).

Rasa dan aroma khas bawang putih ditimbulkan oleh komponen-

komponen flavor yang terkandung dalam bawang putih (Adiyoga et al. 2004).

Komponen penting pada bawang putih yang dapat menghasilkan aroma khas

adalah komponen sulfur yang terdiri atas 60% diallyl disulfida, 20% diallyl

trisulfida, 6% allyl propil disulfida, dengan sedikit dietil disulfida, diallyl

polisulfida, dan sedikit allyl dan allysin (Brodnitz et al. 1971). Prekursor utama

aroma pada bawang putih adalah S-allyl cysteine sulfoxide. Enzim pemecah asam

allyl sulfenic akan membentuk senyawa allicin atau diallyl thiosulfinat. Allicin

adalah komponen volatil utama pada ekstrak bawang putih segar.

d) Pati-patian

Page 25: C09afa (1)

98

Bahan pengikat dan bahan pengisi dibedakan berdasarkan pada kadar

proteinnya. Bahan pengikat mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan

dengan bahan pengisi. Bahan pengisi umumnya terdiri atas karbohidrat (pati) saja.

Banyaknya kandungan karbohidrat yang terdapat pada bahan pengisi membuatnya

memiliki kemampuan dalam mengikat air, tetapi tidak memiliki kemampuan

untuk mengemulsikan lemak. Kandungan nutrisi yang terdapat pada tepung

tapioka, tepung beras dan tepung terigu disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan nutrisi pada tepung tapioka, tepung terigu dan tepung beras dalam 100 g bahan makanan

Komposisi zat giziTepung Tepung Tepungtapioka* terigu** beras***

Kalori (per 100 g) 363 360 -Karbohidrat (%) 88,2 73,0 80Kadar air (%) 9 10,6 12,0Lemak (%) 0,5 1,6 0,5Protein (%) 1,1 13,4 7,0Abu (%) - 1,4 0,5 mg

Sumber : * Soemarno (2000)* Payne (1987) dalam Faridah (2008) * Prihartono (2003)

Bahan pengisi utama dalam pembuatan petis kupang adalah pati. Pati

mempunyai karateristik rasa tidak manis, tidak larut dalam air dingin akan tetapi

dapat membentuk gel yang bersifat kental di dalam air panas. Muchtadi (1989)

menyatakan bahwa pati mampu memberikan tekstur, mengentalkan, memadatkan

serta memperpanjang umur simpan beberapa jenis makanan pada konsentrasi

rendah. Bahan pengisi dan bahan pengikat yang biasa digunakan adalah tepung

kedelai, tepung terigu, tepung beras, tepung jagung, tepung tapioka, tepung ubi

jalar, tepung kentang dan susu skim.

- Tepung terigu

Tepung terigu memiliki kandungan protein unik yang dapat membentuk

suatu massa lengket dan elastis ketika tercampur dengan air. Protein tersebut

dikenal sebagai gluten. Gluten merupakan campuran antara dua jenis protein

gandum, yaitu glutenin dan gliadin. Glutenin memberikan sifat-sifat yang tegar

sedangkan gliadin memberikan sifat yang lengket (Payne 1987 dalam Faridah et

al. 2008). Syarat mutu tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 26: C09afa (1)

99

Tabel 6. Syarat mutu tepung terigu menurut SNI 01-3751-2006

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan1. Keadaan 1.1 Bentuk - serbuk1.2 Bau - normal (bebas dari bau asing)1.3 Warna - putih, khas terigu2. Benda asing - tidak ada3. Kehalusan, lolos ayakan 212 %

min 95µm No. 704. Kadar air % maks 14,55. Kadar abu % maks 0,66. Kadar protein % min 7,07. Keasaman Mg KOH/100g maks 508. Falling number (atas dasar detik

min 300kadar air 14%)9. Cemaran logam

9.1 Timbal (Pb) mg/kg maks 1,009.2 Raksa (Hg) mg/kg maks 0,059.3 Tembaga (Cu) mg/kg maks 1010. Cemaran Arsen mg/kg maks 0,50

11. Cemaran mikroba 12.1 Angka lempeng total koloni/g maks 106

12.2 E. coli APM/g maks 10

12.3 Kapang koloni/g maks 104

Sumber : BSN (2006)

Glutenin merupakan fraksi protein yang dapat memberikan kepadatan dan

kekuatan pada adonan untuk menahan gas saat pengembangan adonan serta

berperan dalam pembentukan struktur adonan, sedangkan gliadin adalah fraksi

protein yang memberikan sifat lembut dan elastis. Gliadin larut di dalam alkohol

70% sedangkan glutenin tidak larut di dalam alkohol dan air. Selain glutenin dan

gliadin, tepung terigu mengandung pula 3 jenis protein lain yaitu albumin,

globulin dan protease (Payne 1987 dalam Faridah et a.l 2008). Kandungan

protein-protein ini dalam tepung terigu tidak lebih dari 1-2% dan hanya berfungsi

untuk menunjang kebutuhan khamir akan nitrogen selama fermentasi.

- Tepung tapioka

Tepung tapioka merupakan granula pati yang banyak terdapat di dalam sel

ketela pohon. Granula pati tapioka berukuran 5-35 mikron dan mempunyai sifat

birefringence yang kuat. Heid dan Joslyn (1967) dalam Soemarno (2000)

menyatakan bahwa pati tapioka tersusun atas 20% amilosa dan 80% amilopektin

Page 27: C09afa (1)

100

sehingga mempunyai sifat mudah mengembang (swelling) dalam air panas. Selain

pati sebagai karbohidrat, terdapat juga komponen-komponen lain, seperti protein

dan lemak dalam jumlah yang relatif sangat sedikit. Berikut merupakan syarat

mutu tepung tapioka menurut SNI 01-3451-1994 yang dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 7. Syarat mutu tepung tapioka menurut SNI 01-3451-1994

No Jenis UjiPersyaratan

Mutu I Mutu II Mutu III1. Kadar air (%) 15 15 152. Kadar abu (%) 0,60 0,60 0,603. Serat dan benda asing (%) 0,60 0,60 0,604. Derajat putih minimum 94,5 92,0 92

5.(BaSO4 = 100) (%)

3 – 4 2,5 – 3 < 2,5Kekentalan6. Derajat asam maksimum (ml 3 3 3

N NaOH/100g)

7. Cemaran logam:Timbal (Pb) (mg/kg) 1,0 1,0 1,0Tembaga (Cu) (mg/kg) 10,0 10,0 10,0Seng (Zn) (mg/kg) 40 40 40Raksa (Hg) (mg/kg) 0,05 0,05 0,05Arsen (As) (mg/kg) 0,5 0,5 0,5

8. Cemaran mikroba:1,0 x 106 1,0 x 106 1,0 x 106

- Angka lempeng total(maksimum (koloni/gr)- E. Coli maksimum 10 10 10(koloni/gr)

1,0 x 104 1,0 x 104 1,0 x 104- Kapang

Sumber : BSN (1994)

Tepung tapioka banyak digunakan di berbagai industri karena kandungan

patinya yang tinggi. Pati pada tapioka mudah membengkak dan membentuk

kekentalan dalam air panas (Sumaatmaja 1984). Tapioka memiliki banyak

kelebihan sebagai bahan baku, seperti harga yang relatif murah, memiliki larutan

yang jernih, daya gel yang baik, rasa yang netral, warna yang terang, dan memiliki

daya lekatnya yang baik (Radley 1976 diacu dalam Elliason 2004).

- Tepung beras

Page 28: C09afa (1)

101

Tepung beras merupakan tepung yang dibuat dari beras yang

digiling/dihaluskan. Tepung beras memiliki warna putih, terasa lebih lembut dan

halus dibandingkan dengan tepung ketan. Hal yang membedakan tepung terigu

dengan tepung beras adalah kandungan glutennya. Tepung beras memiliki sedikit

kandungan gluten. Suhu gelatinisasi tepung beras lebih tinggi dibandingkan

dengan tepung terigu tetapi lebih rendah dibandingkan dengan tepung jagung (Pan

et al. 2001). Tepung beras memiliki kandungan amilosa 17%, amilopektin 83%

dan umumnya suhu gelatinisasi pati beras antara 61-77,5 oC (Cecil et al. dalam

Prihartono 2003). Berikut merupakan syarat mutu tepung beras yang dapat dilihat

pada Tabel 8.

Tabel 8. Syarat mutu tepung beras menurut SNI 01-3549-1994

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan1. Keadaan 1.1 Bau - normal1.2 Rasa - normal1.3 Warna - normal2. Benda asing - tidak ada3.1 Lolos ayakan 60 mesh min 993.2 Lolos ayakan 80 mesh min 704. Kadar air (b/b) % maks 115. Kadar abu (b/b) % maks 1,06. Kadar silikat (b/b) % maks 0,17. Serat kasar (b/b) % maks 1,08 Derajat asam (b/b) % maks 4,09. Cemaran Arsen mg/kg maks 0,510. Cemaran mikroba

11.1 Angka lempeng total koloni/g maks 106

11.2 E. coli APM/g maks 10

11.3 Kapang koloni/g maks 104

Sumber : BSN (1994)

- Air tajin

Air tajin adalah air hasil olahan beras yang diperoleh saat memasak nasi

secara tradisional. Pemanfaatan air tajin sebagai minuman sudah dibudayakan

sejak jaman dahulu, terutama pada masyarakat pedesaan. Air tajin biasanya

diminum pada saat kondisi badan tidak enak, sakit dan selera makan menurun. Air

tajin dimanfaatkan untuk memenuhi zat-zat gizi tubuh pada bayi, anak-anak dan

orang dewasa. Masyarakat Bali memanfaatkan air tajin untuk memperbanyak

Page 29: C09afa (1)

102

produksi ASI pada ibu setelah masa persalinan (Mandriwati et al. 1999).

Kandungan asam amino yang terdapat pada air tajin disajikan dalam Tabel 9.

Tabel 9. Kandungan asam amino air tajin dalam 183 g

Asam amino Kadar (mg) dalam 183 gTriptophan 24Treonin 81Isoleusin 27Leusin 134Lisin 68Metionin 48Sistin 27Fenilalanin 68Tirosin 90Valin 104Arginin 132Histidin 48

Sumber : Bowes dan Church’s (1985) diacu dalam Djaenal (2001)

2.2.4. Proses pembuatan petis kupang

Petis kupang dibuat dari bahan dasar air rebusan kupang. Proses pembuatan

petis kupang dalam bentuk flowchart (Desiana 2000) ditunjukkan pada Gambar 2.

a) Pembuatan kaldu kupang

Bahan baku untuk membuat petis kupang berasal dari kaldu kupang dengan

penambahan bahan tambahan lain, seperti gula merah, tepung tapioka, bawang

putih, garam dan arang kayu.

Kupang yang sudah dicuci bersih direbus sebanyak dua kali. Perebusan yang

pertama menggunakan api kecil pada suhu 50 oC selama 2 jam. Perebusan ini

bertujuan untuk membuka cangkang kupang. Perebusan yang kedua menggunakan

api besar pada suhu 100 oC selama 30 menit. Perebusan yang kedua bertujuan

untuk mendapatkan kaldu kupang. Selama perebusan, kupang diaduk dengan alat

bantu pengaduk yang terbuat dari kayu. Pengadukan ini bertujuan untuk

mempermudah terlepasnya daging dari cangkang kupang.

Kupang Putih

(Corbula faba Hinds)

Pencucian I

Page 30: C09afa (1)

103

Gambar 2. Diagram alir pembuatan petis kupang putih (Desiana 2000).

b) Penyaringan

Kaldu kupang putih disaring terlebih dahulu sebelum diproses menjadi petis.

Penyaringan bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran lain sehingga mutunya

tetap terjaga.

c) Penambahan bahan

Page 31: C09afa (1)

104

Bahan tambahan dalam pembuatan petis, antara lain garam, gula merah,

cereh dan bawang putih. Semua bahan ditambahkan pada kaldu kupang kemudian

dimasak pada suhu 100 oC selama ±12 jam.

d) Pengentalan kaldu kupang

Kaldu kupang diaduk hingga menjadi pasta ketika volume airnya telah

menyusut sebanyak 25% dari volume awal. Pengentalan ini membutuhkan waktu

5-10 menit hingga terbentuk pasta. Pasta yang dihasilkan akan berwarna hitam

agak pekat, kental dan berasa asin.

e) Pengadukan

Adonan diangkat dari wajan dan diaduk setelah agak mengental. Tujuan

pengadukan adalah untuk menghomogenkan adonan dan membantu mempercepat

proses pendinginan.

2.3 Karakteristik dan Sifat-sifat dari Pati

Pati merupakan komponen penting dari karbohidrat yang berasal dari

tepung-tepungan dan memiliki peran yang sangat penting dalam pengolahan dan

industri makanan. Pati komersial dibuat dari biji-bijian seperti jagung, gandum

dan beras, serta umbi-umbian seperti ubi kayu, ubi jalar, dan kentang. Pati

memiliki karakteristik dan sifat-sifat seperti dibawah ini :

2.3.1 Granula pati

Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik, terdiri

atas butiran-butiran kecil yang disebut dengan granula. Bornet (1993) menyatakan

bahwa granula pati mempunyai sifat merefleksikan cahaya terpolarisasi. Ketika

dilakukan pengamatan di bawah mikroskop, granula pati akan terlihat seperti

kristal berwarna putih. Sifat inilah yang disebut birefringence.

Granula pati terdiri atas dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas.

Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi yang tidak terlarut disebut amilopektin

(Winarno 2002). Amilosa merupakan rantai lurus yang terdiri atas molekul-

molekul glukosa yang berikatan α-(1,4)-D glukosa. Panjang polimer dipengaruhi

oleh sumber pati sehingga mempengaruhi berat dari molekul amilosa. Amilosa

dari umbi-umbian mempunyai berat molekul yang lebih besar dan rantai polimer

yang lebih panjang dibandingkan dengan berat molekul serealia (Jane 2006).

Elliason (2004) menyatakan bahwa amilosa mempunyai kemampuan membentuk

Page 32: C09afa (1)

105

kristal karena memiliki struktur rantai polimer yang sederhana. Struktur ini dapat

membentuk interaksi molekular yang kuat, yang terjadi pada gugus hidroksil

molekul amilosa. Pembentukan ikatan hidrogen ini lebih mudah terjadi pada

amilosa daripada amilopektin.

Gambar 3. Struktur amilosa

Struktur amilopektin memiliki rantai pendek α-(1-4) D glukosa dan tingkat

percabangan dengan ikatan α-(1-6)-D glukosa dalam jumlah tinggi sehingga

memiliki bobot molekul yang besar. Amilopektin juga dapat membentuk Kristal,

tetapi tidak sereaktif amilosa. Hal ini karena terdapat rantai cabang yang

menghalangi terbentuknya Kristal (Jane 2006).

Gambar 4. Struktur amilopektin

2.3.2 Gelatinisasi pati

Gelatinisasi dalam pengertian sempit didefinisikan sebagai perusakan

struktur kristal granula pati akibat pemanasan. Sedangkan dalam arti luas meliputi

proses pengembangan granula dan leaching polisakarida. Gelatinisasi digunakan

sebagai istilah untuk menjelaskan beberapa perubahan yang terjadi pada granula

Page 33: C09afa (1)

106

pati dengan interval suhu yang berbeda. Perubahan-perubahan tesebut meliputi

hilangnya sifat birefringence, hidrasi dan swelling (pengembangan) granula,

peningkatan kejernihan, peningkatan konsistensi dan pencapaian viskositas, dan

keluarnya amilosa dari granula (Fellows 1988).

Menurut Bornet (1993) diacu dalam Elliason (2004) menjelaskan bahwa

suhu suspensi pati yang semakin naik akan menyebabkan granula pati yang

semakin mengembang. Mekanisme pengembangan tersebut karena melemahnya

ikatan hidrogen yang terdapat pada molekul-molekul amilosa dan amilopektin

akibat meningkatnya suhu pemanasan. Atom hidrogen dari gugus hidroksil akan

tertarik pada muatan negatif atom oksigen dari gugus hidroksil yang lain. Selain

itu, molekul-molekul air memiliki energi kinetik yang lebih kuat dibandingkan

dengan daya tarik-menarik antar molekul pati di dalam granula sehingga air

dengan mudah berpenetrasi ke dalam granula. Pada akhirnya, granula pati pecah

dan molekul-molekul pati masuk ke dalam sistem larutan. Proses inilah yang

mengakibatkan terjadinya perubahan kekentalan (peningkatan viskositas) dalam

larutan.

2.3.3 Retrogradasi pati

Retrogradasi adalah proses kristalisasi pati yang telah mengalami

gelatinisasi. Pasta pati masih memiliki kemampuan mengalir yang fleksibel dan

tidak kaku dalam kondisi panas. Bila suhu pasta pati menjadi dingin, energi

kinetik tidak cukup tinggi untuk melawan kecenderungan molekul-molekul

amilosa bersatu kembali. Molekul-molekul amilosa berikatan satu sama lain serta

berikatan dengan cabang amilopektin pada pinggiran luar granula. Ikatan tersebut

juga menggabungkan butir-butir pati yang bengkak sehingga terbentuk jaring-

jaring seperti membentuk mikrokristal dan mengendap (Bornet 1993 diacu dalam

Elliason 2004).

Proses retrogradasi pati berhasil dengan baik pada suhu tinggi, kelembaban

tinggi, dan pengadukan yang lama dan efektif. Faktor lain yang mendukung

retrogradasi adalah kadar amilosa yang tinggi, kelembaban gel pati yang rendah

dan suhu penyimpanan rendah (4 oC). Struktur kristal amilosa yang telah

diregradasi memiliki sifat tahan asam dan panas (Bornet 1993 diacu dalam

Page 34: C09afa (1)

107

Elliason 2004). Pada Gambar 5 dapat dilihat pengaruh pemanasan terhadap

karakteristik pati.

Gambar 5. Pengaruh pemanasan terhadap karakteristik pati.

2.4 Perubahan Kimia Bahan Pangan Selama Pengolahan

Banyak reaksi kimia terjadi selama pengolahan pangan yang berpengaruh

terhadap nilai gizi, keamanan dan penerimaannya. Masing-masing jenis reaksi

melibatkan reaktan atau substrat yang berbeda, bergantung pada jenis bahan

pangan dan kondisi penanganan, pengolahan dan penyimpanan. Kerusakan

kimiawi mencakup terjadinya reaksi pencoklatan, baik enzimatis maupun non-

enzimatis, terjadinya proses ketengikan baik oksidatif maupun hidrolisis, yang

akan menyebabkan penurunan mutu, baik mutu organoleptik maupun mutu

gizinya (Apriyantono 2002). Petis mengalami kerusakan kimiawi yang disebabkan

oleh reaksi pencoklatan secara non-enzimatis.

2.4.1 Perubahan kimia dan nilai gizi protein

Pemanasan protein menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi, baik yang

diharapkan maupun yang tidak diharapkan. Reaksi tersebut diantaranya

denaturasi, kehilangan aktivitas enzim, perubahan kelarutan dan hidrasi,

perubahan warna, derivatisasi residu asam amino, cross-linking, pemutusan ikatan

peptida, dan pembentukan senyawa aktif. Reaksi ini dipengaruhi oleh suhu dan

lama pemanasan, pH, adanya oksidator, antioksidan, radikal, dan senyawa aktif

lainnya khususnya senyawa karbonil (Apriyantono 2002).

Page 35: C09afa (1)

108

Pemasakan pada suhu 95-100 oC dapat mereduksi kecernaan protein dan

asam amino. Selain itu, protein terlarut, peptida dengan berat molekul rendah, dan

asam amino bebas dapat larut dalam air perebus sehingga perebusan sebaiknya

dilakukan di bawah 100 oC. Pemanasan yang berlebihan dapat menyebabkan

pembentukan H2S yang merusak aroma dan mereduksi ketersediaan sistein dalam

produk (Okazaki 2001). Denaturasi protein yang berlebihan juga menyebabkan

insolubilisasi yang dapat mempengaruhi sifat-sifat fungsional protein. Pemanasan

yang tinggi juga dapat meningkatkan daya cerna protein tanpa menghasilkan

senyawa toksik, menginaktivasi beberapa enzim seperti protease, lipase,

lipoksigenase, amilase, polifenoloksidase, enzim oksidatif dan hidrolitik lainnya.

Enzim-enzim tersebut akan menyebabkan off-flavour, ketengikan, perubahan

tekstur, dan perubahan warna bahan pangan selama penyimpanan ketika gagal

diaktivasi (Apriyantono 2002).

2.4.2 Perubahan kimia dan nilai gizi karbohidrat

Perubahan kimia karbohidrat terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama

adalah perubahan karbohidratnya itu sendiri tanpa adanya senyawa lain,

sedangkan pada bagian kedua perubahan karbohidrat sebagai interaksinya dengan

senyawa amino (reaksi Maillard).

Karbohidrat terdiri atas monosakarida (terdiri atas satu unit gula),

disakarida (dua unit gula), oligosakarida (beberapa unit gula) dan polisakarida.

Monosakarida cukup stabil pada kisaran pH 3–7, akan tetapi dapat terjadi

perubahan yang ekstensif diluar pH tersebut. Enolisasi yang diikuti dengan

eliminasi molekul air adalah reaksi yang dominan terjadi pada suasana asam.

Molekul gula mudah mengalami fragmentasi (pemutusan ikatan karbon-karbon)

melalui reaksi retroaldol menghasilkan berbagai senyawa karbonil yang reaktif

jika dalam kondisi basa, khususnya bila disertai dengan pemanasan. Hasil reaksi

ini berupa senyawa berwarna coklat, disamping senyawa-senyawa volatil yang

berperan dalam flavor. Reaksi yang terjadi pada gula, khususnya selama

pemanasan, akan mengurangi ketersediaan gula sehingga nilai kalori bahan

pangan menjadi menurun. Pemanasan polisakarida (pati) dalam media yang

banyak air, justru menguntungkan karena pati akan terhidrolisa menjadi molekul-

Page 36: C09afa (1)

109

molekul yang lebih kecil, oligo-, di- atau monosakarida sehingga pati yang

terhidrolisa tersebut menjadi lebih mudah dicerna oleh tubuh (Apriyantono 2002).

Perubahan karbohidrat sebagai interaksinya dengan senyawa amino

disebut reaksi Maillard. Reaksi Maillard terdiri atas reaksi yang sangat kompleks

dan saling berhubungan satu sama lain membentuk suatu jaringan proses. Reaksi

ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu : tahap awal, intermediet dan akhir. Tahap

pertama melibatkan pembentukan ARP (Amadori Rearrangement Product)

melalui glikosilamin N-tersubstitusi, namun pada tahap ini belum terjadi

pembentukan warna coklat. Tahap kedua melibatkan dekomposisi ARP sehingga

terbentuk senyawa-senyawa volatil dan nonvolatil dengan berat molekul rendah.

Tahap ketiga melibatkan pembentukan glikosilamin N-tersubstitusi dan

penyusunan kembali (rearrangement) struktur glikosilamin yang terbentuk

(Apriyantono 2002).

Semua asam amino dapat berpartisipasi dalam reaksi Maillard karena

mereka memiliki gugus amino bebas. Asam amino dalam bahan pangan terdapat

dalam bentuk terikat pada rantai peptida dan hanya gugus alfa amino terminal atau

gugus amino yang terdapat pada rantai samping yang dapat bereaksi dengan gugus

karbonil (umumnya gugus karbonil yang ada pada gula pereduksi). Walaupun

demikian, reaksi Maillard secara jelas dapat mempengaruhi ketersediaan biologis

protein (bioavailability) karena residu asam amino pembatas yang ada pada

peptida seperti residu lisin, arginin dan histidin akan bereaksi dengan gula

pereduksi membentuk produk Amadori (Apriyantono 2002).

Bahan pangan akan menurun nilai gizinya, terutama nilai cerna dan

ketersediaan asam amino jika terjadi reaksi Maillard. Walaupun demikian, reaksi

Maillard bukanlah masalah yang serius dalam penurunan nilai gizi bahan pangan

(Apriyantono 2002). Pada Gambar 6 dapat dilihat reaksi Maillard dalam

pembentukan Melanoidin.

Page 37: C09afa (1)

110

Ket : Melanoidin adalah gugus amino yang membentuk senyawa berwarna coklat.

Gambar 6. Reaksi Maillard untuk pembentukan Melanoidin (Winarno 1997).

2.5 Pengemasan

Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan bahan pangan

karena pengemasan mempunyai fungsi untuk mencegah atau mengurangi

kerusakan, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (Syarief dan

Hariyadi 1992). Kemasan juga berfungsi untuk menempatkan suatu hasil

pengolahan atau produk industri, sehingga mempunyai bentuk yang memudahkan

dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusinya (Winarno dan Laksmi

1974). Pengemasan mempengaruhi nilai gizi bahan pangan, yaitu dengan cara

mengatur derajat sejumlah faktor yang berkaitan dengan pengolahan, pengepakan,

konsentrasi oksigen, kadar air, pemindahan panas, dan kontaminasi (Setyahadi

1999).

Plastik mempunyai beberapa keunggulan sifat, di antaranya kuat tetapi

ringan, tidak berkarat, termoplastis (bisa direkat menggunakan panas), dapat

diberi label atau cetakan dengan berbagai kreasi, dan mudah diubah bentuknya.

Plastik dapat digunakan dalam bentuk tunggal komposit atau multilapis dengan

bahan lain sebagai bahan pembungkus, baik antara plastik yang berbeda jenis,

plastik dan kertas, maupun dengan yang lainnya. Kombinasi tersebut dinamakan

laminasi. Kombinasi dari berbagai jenis plastik dapat menghasilkan ratusan jenis

Page 38: C09afa (1)

111

kemasan (Brydson 1975). Selain mempunyai banyak keunggulan, Kemasan atau

wadah plastik menyimpan kelemahan, yaitu kemungkinan terjadinya migrasi atau

pindahnya zat-zat monomer dari bahan plastik ke dalam makanan. Migrasi

(perpindahan) monomer dipengaruhi oleh suhu makanan atau penyimpanan dan

proses pengolahannya. Semakin tinggi suhu tersebut, semakin banyak monomer

yang dapat bermigrasi ke dalam makanan. Seperti halnya dengan lamanya

penyimpanan. Jumlah monomer yang bermigrasi semakin tinggi seiring dengan

lamnya waktu kontak antara makanan dengan kemasan plastik (Crompton 1979).

Kemasan yang sesuai untuk produk petis adalah kemasan yang terbuat dari

kaca atau gelas jars. Gelas jars adalah padatan amorf dari suatu larutan silika

oksida, kalsium, natrium, dan elemen lain. Bahan mentah gelas berupa pasir, soda

abu, dan batu kapur. Kemasan gelas memiliki sifat tidak bereaksi dengan zat yang

terdapat pada makanan, transparan/tembus pandang, mengurangi pemucatan

warna (diskolorisasi), baik untuk barrier benda padat, cair dan gas dan

mengurangi pembentukan karat (Adawiyah 2007).

2.6 Kerusakan Petis Akibat Mikroorganisme

Kerusakan petis dapat diketahui dengan adanya pertumbuhan cendawan

pada permukaan petis, munculnya benang-benang jamur, perubahan warna

(terutama di permukaan), serta rasa dan aroma yang menyimpang. Hal ini terjadi

pada petis yang memiliki kadar air cukup tinggi. Timbulnya rasa dan bau asam

serta alkohol adalah akibat dari fermentasi glukosa yang berasal dari tepung

karena adanya aktifitas biokimia dari bakteri Acetobacter.

Bakteri Acetobacter akan membentuk asam glukonat yang berasal dari

oksidasi glukosa. Sukrosa dipecah menjadi glukosa dan fruktosa oleh khamir.

Pada pembuatan etanol oleh khamir dan selulosa oleh Acetobacter, glukosa

dikonversi menjadi asam glukonat melalui jalur fosfat pentosa oleh bakteri asam

asetat, sebagian besar fruktosa dimetabolisme menjadi asam asetat dan sejumlah

kecil asam glukonat. Fruktosa yang masih tertinggal dalam media fermentasi,

diubah menjadi bentuk yang lebih sederhana oleh mikroorganisme sehingga dapat

digunakan sebagai substrat fermentasi. Bakteri Acetobacter mampu mengubah

gula menjadi selulosa yang disebut nata/partikel dan melayang di permukaan

medium. Jika nutrisi dalam medium telah habis dikonsumsi, kultur akan berhenti

Page 39: C09afa (1)

112

tumbuh tetapi tidak mati. Kultur akan aktif lagi jika memperoleh nutrisi kembali.

Bakteri asam asetat akan menstimulasi khamir untuk memproduksi etanol kembali

(Hidayat et al. 2006).

2.7 Syarat Mutu Petis

Petis kupang yang beredar di pasar memiliki mutu yang beragam.

Perbedaan mutu petis kupang dapat disebabkan oleh perbandingan mutu bahan

mentah, bahan pembantu, dan cara pengolahan yang berbeda-beda. Perbedaan

mutu petis kupang juga dapat terjadi karena permintaan konsumen yang berbeda-

beda (Subani et al. 1983). Standar mutu produk petis disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Standar Mutu Produk Petis SNI.01-2346-2006

Kriteria Satuan PersyaratanKeadaan (bau, rasa) - normal , normalAir % (b/b) 20-30Abu % maks 8,0Abu Tak larut dalam asam %(b/b) maks 1Protein (%) min 10Karbohidrat (%) maks 40Bahan makanan tambahan -- Pengawet

Sesuai dengan SNI.01-222-1995- Pewarna tambahanCemaran logam -- Cemaran logam : Cu (Tembaga) - maks 20- Cemaran logam : Pb (Timbal) - maks 2- Cemaran logam : Zn (Seng) - maks 100- Cemaran logam : Hg (Air raksa) - maks 0,05- Cemaran logam : Sn (Timah) - maks 40 (250 NA)Arsen - maks 1Cemaran Mikroba - -Angka Lempeng Total Koloni/gram maks 5 x 102

- E. coli - <3- Salmonela, Stapylococcus, - NegatifVibriocholera- Kapang - Maks 50Sumber : BSN (2006).

Petis kupang yang memiliki kualitas I merupakan petis yg dihasilkan dari

kaldu kupang murni (ladon) yang direbus sampai kental tanpa bahan tambahan

tepung tapioka. Petis tersebut memiliki karakteristik warna yang agak terang,

coklat kehitaman, dan liat, sedangkan untuk kualitas petis nomor dua memiliki

Page 40: C09afa (1)

113

mutu yang rendah. Hal ini karena dalam proses produksinya ditambahkan tepung

beras atau tepung gaplek sehingga memiliki karakteristik warna hitam pekat,

kurang mengkilat, dan rasanya manis (Prayitno dan Susanto 2001).

Page 41: C09afa (1)

114

3. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan Maret 2009 dan

bertempat di Laboratorium Pengolahan Hasil Perairan, Laboratorium

Mikrobiologi Hasil Perairan, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen

Teknologi Hasil Perairan dan Laboratorium Kimia Pangan, Departemen

Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor.

3.2. Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan untuk pembuatan petis kupang adalah rancak

(alat berbentuk tabung yang terbuat dari bambu, garis tengah 50 cm dan tinggi 1

m), caruk (alat yang berbentuk seperti alat penangkap serangga atau serok ikan

dan biasanya terbuat dari jala bekas, umumnya memiliki garis tengah sekitar 25 -

30 cm), gelas ukur, timbangan, panci, wajan, pisau, baskom, toples kaca, talenan,

kompor, pengaduk kayu. Peralatan analisis mutu produk terdiri dari labu

destruksi, erlenmeyer, soxhlet, kapas, selongsongan, oven, cawan porselen,

desikator, bunsen, tanur listrik, labu destilasi, aw-meter (Shibaura wa-360),

viscometer (Brookfield LV).

3.2.2. Bahan

Bahan baku untuk pembuatan petis kupang berupa cairan hasil rebusan

kupang putih (Corbula faba Hinds) yang diperoleh dari pengusaha petis Ibu Eris,

Kraton, Pasuruan Jawa Timur. Bahan-bahan pelengkap lainnya terdiri dari tepung

terigu, tepung tapioka, tepung beras, air tajin, gula merah, garam, cereh (kaldu

kupang pekat), cabe rawit dan bawang putih sedangkan bahan untuk analisis fisika

kimia terdiri dari akuades, HCl, NaOH, H2SO4 pekat, HNO3, tablet Kjeltab,

pelarut heksana, H3BO3, HClO4 dan metil merah.

Page 42: C09afa (1)

115

3.3. Tahapan Penelitian

Metode penelitian dibagi menjadi 3 tahap yaitu, analisis fisika-kimia

ladon, pencarian jenis pati yang tepat dan penentuan konsentrasi pati yang sesuai.

Petis kupang dikarakteristik fisika-kimia setelah diperoleh konsentrasi pati

terpilih, kemudian dibandingkan dengan petis kupang komersial, petis kupang

kontrol (tanpa penambahan pati), dan petis menurut standar mutu SNI 01-2346-

2006. Berikut merupakan penjelasan penelitian dari berbagai tahapnya :

3.2.1. Analisis fisika-kimia ladon

Kupang putih diperoleh dari nelayan kupang di daerah Kraton, Pasuruan.

Nelayan menangkap kupang putih dengan cara menggeruk dasar perairan dengan

alat penggeruk. Kupang yang telah didapatkan, dibersihkan dari lumpur dan

kotoran yang menempel dengan dicuci menggunakan air sungai dan dicuci

kembali dengan air PAM agar lebih bersih. Kupang yang telah dicuci, direbus

pada air mendidih (suhu ± 100 oC) selama lebih kurang 2 jam. Perebusan kupang

bertujuan untuk mempermudah pelepasan dan pemisahan antara daging kupang

dan cangkang kupang. Kupang disaring untuk memisahkan daging dan cangkang

setelah perebusan pertama selesai, kemudian dilakukan pencucian kedua.

Pencucian kupang yang kedua dilakukan dengan cara yang sama seperti pencucian

pertama. Daging kupang yang telah dicuci, direbus pada suhu 50 oC selama lebih

kurang 30 menit. Setelah itu, daging kupang dipisahkan dari air rebusannya. Air

hasil perebusan kedua dapat digunakan untuk pembuatan petis, sedangkan air

hasil perebusan pertama tidak dapat digunakan karena kulit kupang belum

terbuka. Diagram alir pengolahan kupang putih (Corbula faba Hinds) untuk

mendapatkan air kaldu rebusan dapat dilihat pada Gambar 7.

Penelitian tahap awal adalah melakukan analisis fisika-kimia terhadap

ladon yang meliputi analisis proksimat (kadar air, abu, protein, dan lemak), uji

derajat keasaman (pH), uji mikrobiologi, dan uji logam berat. Tujuan dari analisis

ini adalah untuk mengetahui kandungan kimia awal kaldu kupang (ladon) sebelum

dilakukan pengolahan menjadi produk petis.

Page 43: C09afa (1)

116

Kupang Putih

Pencucian I

Perebusan kupang bercangkang Cangkang(suhu 50 oC selama ± 2 jam) kupang

Daging kupang

Pencucian II

DagingPerebusan daging kupang *

(suhu 100 oC selama 30 menit kupang

AnalisisAir Kaldu - ProksimatRebusan - Uji mikrobiologi

- Uji logam berat dan pH

Ket : * proses yang dimodifikasi dari Desiana (2000)

Gambar 7. Diagram alir pengolahan kupang putih (Corbula faba Hinds) (Desiana 2000).

3.2.2. Penentuan jenis pati yang tepat

Tahap formulasi bahan tambahan dan bahan utama dilakukan untuk

menentukan jenis pati yang tepat. Formulasi bertujuan memberi pedoman dalam

penentuan komposisi bahan agar kandungan nutrisi produk sesuai dengan

ketentuan SNI serta memberikan karakteristik produk terbaik. Penentuan

formulasi dilakukan dengan metode trial and error hingga didapatkan

karakteristik formulasi yang layak untuk dilakukan uji organoleptik. Adapun

komposisi formula yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 12.

Page 44: C09afa (1)

117

Tabel 12. Uji coba pembuatan petis dengan penambahan tepung terigu, tepung tapioka, tepung beras, dan air tajin.

Bahan JumlahKonsentrasi air rebusan 200 ml 200 ml 200 ml 200 mlGula kelapa 50 g 50 g 50 g 50 gCabe rawit 4 g 4 g 4 g 4 gCereh 12 g 12 g 12 g 12 gBawang putih 12 g 12 g 12 g 12 gTepung terigu 40 % - - -Tepung tapioka - 40 % - -Tepung beras - - 40 %Air tajin - - - 40 %

Air kaldu rebusan kupang yang diperoleh pada tahap pertama, kemudian

dilakukan penambahan bahan-bahan seperti, gula merah, cabe rawit, cereh,

bawang putih dan pati-patian. Bahan pengisi (pati-patian) dibuat dalam bentuk

bubur, yaitu dengan melarutkan tepung-tepungan ke dalam air panas dengan

perbandingan 1:3 atau 50 g tepung ke dalam 150 ml air. Campuran bahan-bahan

dimasak dan diuapkan pada suhu 100 oC selama ± 20 menit hingga volume air

kaldu menyusut sebanyak 25% dari volume awalnya. Setelah itu, larutan kaldu

diaduk hingga menjadi pasta pada suhu 40-60 oC selama ± 5-10 menit. Sebelum

dilakukan pengangkatan dan pendinginan, kaldu kupang disaring untuk

memisahkan kotoran-kotoran yang dihasilkan dari penambahan bahan. Diagram

alir pembuatan petis kupang dengan penambahan pati-patian disajikan pada

Gambar 8.

Pati terpilih ditentukan secara organoleptik dengan uji organoleptik skala

hedonik. Parameter yang diuji meliputi aroma, rasa, penampakan, dan tekstur.

Data yang diperoleh dari hasil uji organoleptik kemudian dianalisis dengan

menggunakan uji Kruskal Wallis dan jika hasil analisis ragam berbeda nyata,

dilanjutkan dengan uji lanjut Multiple Comparison. Tahap selanjutnya merupakan

pembuatan petis dengan menggunakan jenis pati yang terbaik.

Page 45: C09afa (1)

118

Air KalduRebusan

Penambahan bahan*( Gula Merah,

Pemasakan dan Penguapan sampai 25 % (selama : ± 20 menit, suhu :

100

Pengadukan

hingga menjadi pasta (suhu 40-60 0C, selama 5-

10 menit)

Penyaringan

Pengangkatan dan pendinginan

Petis Kupang

Ke

Page 46: C09afa (1)

Bubur

Bubur

Bubur

Air tajin

Uji organoleptik

Page 47: C09afa (1)

Gambar 8. Diagram alir pembuatan petis Kupang Putih (Corbula faba Hinds)

3.2.3. Pencarian konsentrasi pati yang sesuai

Tahap selanjutnya, jeni

Page 48: C09afa (1)

s pati terbaik dicampur dengan air kaldu rebusan

da

n

bu

mb

u-

bu

mb

u.

Bu

bur

pat

i

ya

ng

dit

am

ba

hk

an

seb

an

ya

k

40

%

dar

i

Page 49: C09afa (1)

ko

nse

ntr

asi

air

reb

usa

n

ku

pa

ng.

Pe

na

mb

ah

an

pat

i

ber

das

ark

an

pa

da

ket

ent

ua

n

sta

nd

ar

mu

tu

pet

is

SN

I

Page 50: C09afa (1)

01-

23

46-

20

06

ya

ng

me

nc

ant

um

ka

n

ba

hw

a

ka

dar

kar

bo

hid

rat

ma

ksi

ma

l

40

%,

seh

ing

ga

per

lak

ua

n

ko

nse

Page 51: C09afa (1)

ntr

asi

bu

bur

pat

i

ya

ng

dit

am

ba

hk

an

seb

esa

r 5

%,

10

%,

15

%,

20

%,

25

%,

30

%,

35

%,

da

n

40

%

(v/

v)

dar

i

Page 52: C09afa (1)

ber

at

air

kal

du

reb

usa

n.

Ca

mp

ura

n

ba

ha

n-

ba

ha

n

ke

mu

dia

n

di

ma

sak

da

n

diu

ap

ka

n

hin

gg

a

vol

um

e

Page 53: C09afa (1)

air

kal

du

me

ny

us

ut

seb

an

ya

k

25

%

dar

i

ber

at

aw

aln

ya.

Pe

ma

sak

an

dil

ak

uk

an

pa

da

su

hu

10

0

0C

sel

Page 54: C09afa (1)

am

a

20

me

nit

da

n

set

ela

h

ag

ak

ke

nta

l

ad

on

an

dia

du

k

sel

am

a

5-

10

me

nit

(su

hu

40-

60

0

C).

Ad

on

Page 55: C09afa (1)

an

pet

is

dis

ari

ng

unt

uk

me

ng

hil

an

gk

an

kot

ora

n

dar

i

ba

ha

n

Page 56: C09afa (1)

119

tambahan kemudian petis didinginkan. Diagram alir pembuatan petis dengan

penambahan konsentrasi pati yang berbeda disajikan pada Gambar 9.

Air KalduRebusan

Penambahan bahan Penambahan bubur pati terbaik( Gula Merah, cereh, bawang putih, 5 %, 10 %, 15 %, 20 %, 25 %,

cabe rawit) 30 %, 35 %, 40 %

Pemasakan dan Penguapan sampai 25 %

(selama : ± 20 menit, suhu : 100 oC)

Pengadukan hingga menjadi pasta

(suhu 40-60 0C, selama 5-10 menit)

Penyaringan

Pengangkatan dan pendinginan

Petis Kupang

Uji organoleptik

- analisis proksimat

Petis Kupang- uji kekentalan- uji logam berat

terpilih - uji mikrobiologi- uji aktivitas air (aw)- uji derajat keasaman (pH)

Gambar 9. Diagram alir pembuatan petis dengan penambahan konsentrasi pati

yang berbeda

Konsentrasi tepung terbaik ditentukan secara organoleptik dengan uji

organoleptik skala hedonik. Parameter yang diuji dalam uji hedonik meliputi

penampakan, aroma, rasa dan konsistensi. Setelah didapatkan petis kupang dengan

konsentrasi pati terpilih, petis dianalisis karakteristiknya yang meliputi,

Page 57: C09afa (1)

120

analisis proksimat, analisis derajat keasaman (pH), analisis aktivitas air (aw),

analisis viskositas uji mikrobiologi (kapang).

3.4. Pengujian

Prosedur pengujian ada dua cara, yaitu secara subyektif dan secara

obyektif. Analisis secara obyektif yaitu analisis kimia yang meliputi uji proksimat

(kadar karbohidrat, kadar lemak, kadar protein, kadar air, kadar abu, kekentalan),

derajat keasaman (pH), aktivitas air (aw), dan analisis biologi yaitu uji mikroba

kapang (Total Plate Count), sedangkan analisis secara subyektif yaitu uji

organoleptik dengan parameter warna, penampakan, bau/aroma, tekstur dan rasa,

dan dilanjutkan dengan perhitungan dengan metode different test dengan Multiple

Comparison (Larmond 1970).

3.4.1. Uji Organoleptik

Metode yang digunakan untuk uji organoleptik menggunakan score sheet

berdasarkan SNI-01-2346-2006. Pengujian organoleptik merupakan pengujian

yang bersifat subjektif dengan menggunakan indera yang ditujukan pada

penampakan, bau, konsistensi cairan, rasa dan warna. Data yang diperoleh diuji

dengan menggunakan uji statistik non parametrik Kruskal Wallis, sedangkan uji

lanjutan digunakan Multiple Comparison.

3.4.2. Analisis Kimia

3.4.2.1. Kadar Lemak (Apriyantono 1989).

Kadar lemak ditentukan dengan menggunakan metode Rose-Gottlieb.

Metode Rose-Gottlieb digunakan untuk menentukan bahan yang berbentuk cair

atau pasta. Cara kerja metode ini adalah sebagai berikut:

1. Sampel ditimbang 4-5 g dalam tabung ekstraksi, kemudian

ditambahkan 1,5 ml amonia 35 % (v/v), campur merata lalu

ditambahkan 7 ml air hangat.

2. Campuran dipanaskan pada suhu 60-70 oC selama 15 menit, lalu

ditambahkan 10 ml etanol, dikocok dan dibiarkan dingin.

3. Dalam tabung, ditambahkan 25 ml dietil eter, kocok merata selama 1

menit, biarkan dingin, kemudian ditambahkan 35 ml petroleum eter,

Page 58: C09afa (1)

121

kocok merata selama 30 detik atau hingga lapisan eter jernih dan

seluruhnya terpisah dari lapisan aqueous.

4. Dekantasi lapisan eter sebanyak mungkin, masukkan ke dalam labu

150 ml lalu ditambahkan 10 ml pelarut eter campuran ke dalam tabung

dan tanpa pengocokan, pindahkan pelarut ke dalam labu.

5. Bagian luar tabung dicuci dengan pelarut eter campuran, masukkan

cucian ke dalam tabung dan hilangkan pelarut yang ada dalam labu

dengan cara distilasi.

6. Keringkan residu lemak dalam oven 100 ± 2 oC selama 1 jam, lalu

tempatkan labu dalam desikator sampai dingin sedikitnya selama 30

menit, kemudian ditimbang

Perhitungan kadar lemak pada kupang putih (Corbula faba

Hinds) : % Lemak = W2 – (W3+W4) x 100 %

W1

Keterangan : W1 = Berat sampel (g)

W2 = Berat labu + ekstrak (g)

W3 = Berat labu sesudah penghilangan lemak (g).

W4 = Berat residu yang terekstrak dalam blanko (g)

3.4.2.2. Kadar Protein (Apriyantono 1989).

Penentuan kadar protein dilakukan dengan metode kjeldahl-mikro sebagai

berikut :

1. Sampel ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl

30 ml. kemudian ditambah H2SO4 dan selenium.

2. Sampel didihkan selama 2 jam sampai cairan menjadi jernih (hijau

bening) lalu didinginkan dan ditambah air suling atau diencerkan

sebanyak 100 ml.

3. Isi labu dipindahkan ke dalam alat destilasi sebanyak 10 ml, ditambah 10

ml NaOH, lalu didestilasi.

4. Destilat ditampung dalam erlenmeyer 125 ml yang berisi 25 ml H3BO3

hingga cairan berwarna biru.

5. Hasil destilasi kemudian dititrasi dengan HCl hingga terjadi perubahan

warna merah.

Page 59: C09afa (1)

122

Perhitungan kadar protein pada kupang putih (Corbula faba Hinds) :

% Nitrogen = (ml HCl kupang– ml HCl blanko)x 0.1 N HCl x 14 x 100 %

mg kupang putih (Corbula faba Hinds)

% Kadar Protein = % Nitrogen x 6,25

3.4.2.3. Kadar Abu (Apriyantono 1989).

Kadar abu ditentukan dengan prosedur sebagai berikut :

1. Sampel sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam cawan pengabuan yang

telah ditimbang dan dibakar di dalam tanur serta didinginkan dalam

desikator.

2. Cawan yang berisi sampel dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dan

dibakar sampai didapat abu yang berwarna keabu-abuan selama 8 jam

pada suhu 550 oC.

3. Cawan yang berisi abu tersebut didinginkan dalam desikator dan

kemudian ditimbang.

Perhitungan kadar abu pada kupang putih (Corbula faba Hinds) :

% KadarAbu = C

B −−

AA

x100 %

Keterangan : A = Berat cawan abu porselen kosong (gram)

B = Berat cawan abu porselen dengan daging kupang putih (Corbula

faba Hinds) (gram)

C = Berat cawan abu porselen dengan daging kupang putih (Corbula

faba Hinds) setelah dikeringkan (gram).

3.4.2.4. Uji Kadar Air (Apriyantono 1989).

Prosedur penentuan kadar air adalah sebagai berikut :

1. Sampel yang sudah homogen ditimbang 5 gram dan diletakkan dalam

cawan kosong yang sudah ditimbang beratnya, dimana cawan dan

tutupnya sudah dikeringkan di dalam oven serta didinginkan dalam

desikator.

2. Cawan yang berisi sampel kemudian ditutup dan dimasukkan ke dalam

oven dengan suhu 100-102 oC selama 16 jam.

Page 60: C09afa (1)

123

3. Cawan lalu didinginkan di dalam desikator dan setelah dingin cawan

ditimbang.

Perhitungan kadar air pada kupang putih (Corbula faba Hinds) :

% KadarAir = B

B −

− C

A x100 %

Keterangan : A = Berat cawan kosong (gram)

B = Berat cawan dengan kupang putih (Corbula faba Hinds) (gram)

C = Berat cawan dengan daging ikan setelah dikeringkan (gram).

3.4.2.5. Kadar Karbohidrat (Apriyantono 1989).

Analisis kadar karbohidrat dilakukan secara by difference, yaitu dengan

menggunakan rumus:

K. karbohidrat = 100 % - ( K. lemak – K. protein – K. air – K. abu)

3.4.2.6. Derajat Keasaman (pH) (AOAC 1995).

Untuk pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter dengan

cara mula-mula pH meter dinyalakan lalu dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4

dan kemudian buffer pH 7.

Sampel ditimbang sebanyak 5 gram dan diencerkan dengan perbandingan

petis kupang : air aquades (1:5) kemudian dihomogenkan dengan menggunakan

mixer, setelah homogen sampel diukur dengan menggunakan pH meter yang telah

dikalibrasi. Nilai yang diperoleh dari hasil pembacaan pada pH meter selama satu

menit atau sampai angka digital yang menunjukkan nilai pH tidak

berubah/konstans.

3.4.2.7. Aktivitas Air (aw) (Muchtadi 1984).

Analisis nilai aktivitas air (aw) menggunakan alat aw-meter Shibaura Wa-

360. Cara kerjanya sebagai berikut :

Sampel yang telah dihaluskan dan dihomogenkan dimasukkan ke dalam

aw-meter. Sebelum digunakan aw-meter harus dikalibrasi dengan menggunakan

barium klorida. Proses kalibrasi dilakukan selama 1 jam sampai tanda kompleted

tertera pada alat aw-meter, kemudian ditekan tombol start setelah itu baru sampel

dimasukkan ke dalam alat aw-meter bagian sensor. Setelah sampel sudah ada

Page 61: C09afa (1)

124

dalam alat aw-meter maka tombol start ditekan kembali sampai tanda kompleted

tertera kembali. Koreksi diberikan terhadap perbedaan suhu pengukuran dan suhu

standar dengan mengalikan faktor koreksi yang terdapat dalam manual alat.

3.4.2.8 Uji TPC (Total Plate Count ) (Fardiaz 1992).

Pengukuran total mikroba dilakukan dengan uji mikroba secara aseptis,

pada produk petis kupang ini dilakukan pengukuran total mikroba kapang, karena

pada petis kupang mikroba yang paling banyak tumbuh adalah kapang.

Prosedur pengukuran total mikroba sebagai berikut:

Sampel diambil sebanyak 10 ml, kemudian sampel dimasukkan ke dalam

labu erlenmeyer yang telah berisi larutan NaCl fisiologis sebanyak 90 ml dan

diaduk sampai homogen (larutan dengan pengenceran 10-1), kemudian dilakukan

pengenceran bertingkat 10-2, 10-3, 10-4 dan 10-5 dan masing-masing dituang

sebanyak 1 ml ke dalam cawan petri dan dilakukan secara duplo. PCA dibiarkan

hingga agar memadat dan diinkubasi selama 2 hari.

Perhitungan :

Koloni per ml atau per gram = Jumlah koloni per cawan x 1/ Faktor Pengencer

3.4.2.9 Penentuan kandungan logam berat (AOAC 2000)

Penentuan kandungan logam berat terbagi atas beberapa tahap. Tahap-

tahap tersebut adalah destruksi, pembacaan absorbans contoh, dan perhitungan

kandungan logam berat.

Metode analisis dilakukan berdasarkan Association of Official Analitical

Chemis (AOAC), edisi 14 tahun 1984 yang diadopsi menjadi SNI-2364-1991

untuk merkuri (Hg) dan SNI-2362-1991 untuk kadmium (Cd) dan timbal (Pb) :

a. Tahap destruksi

Ke dalam labu alas bulat 250 ml dimasukkan 5 gram sampel, berturut-turut

ditambahkan 20 ml HCl 37 % dan 10 ml HNO3 65 %. Kemudian

dipanaskan dengan api spiritus selama 20 menit. setelah 20 menit api

spiritus sementara dimatikan, kemudian dtambahkan H2O2 30 % dan

dipanaskan lagi selama 10 menit atau sampai larutan menjadi jernih.

Setelah dingin larutan dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian

ditambahkan aquades sampai tanda tera.

Page 62: C09afa (1)

125

b. Pembacaan absorbans

Pembacaan absorbans logam berat merkuri dilakukan dengan

spektrofotometer penyerapan atom tanpa nyala, sedangkan kadmium dan

plumbum ditentukan dengan nyala asetilen.

Absorbans Untuk Logam Berat Merkuri (Hg)

Mercury Hydride System (MHS-10) dirangkai dengan alat AAS.

Kemudian AAS diaktifkan dan ditunggu selama 15 menit, kondisi

optimum AAS dicari dengan mengatur posisi Hg, kedudukan sel

absorbans, panjang gelombang, dan mengalirkan gas nitrogen (N2) ke

dalam sistem.

• Pembacaan Absorbans Larutan Standar Merkuri

Ke dalam tabung A dimasukkan 10 ml larutan standar. Tabung B

diisi dengan reduktor standar. Tabung C ditekan untuk memompa

reduktor sehingga mengalir ke tabung A dan mereduksi larutan

standar agar terbentuk kabut uap merkuri yang selanjutnya kabut

uap tersebut didorong oleh gas N2 menuju sel absorbans. Di dalam

sel absorbans uap Hg menyerap sinar dari lampu Hg pada panjang

gelombang 253,7 nm. Nilai absorbans langsung dapat dibaca (pada

digital display). Dibuat kurva absorbans vs konsentrasi sehingga

didapat garis standar dengan persamaan garis Y= a+ bx (linier),

dimana a adalah intersept yaitu jarak antara titik potong garis pada

sumbu Y dengan titik pusat (0,0) dan b adalah kemiringan garis

(slope).

• Pembacaan Absorbans Contoh

Dengan cara yang sama seperti absorbans standar, dilakukan

pembacaan absorbans contoh dengan memasukkan contoh ke

dalam tabung A dan reduktor contoh (daging) ke dalam tabung B.

Absorbans Untuk Logam Berat Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb)

Pembacaan absorbans larutan standar dan absorbans contoh pada logam

berat Cd dan Pb pada prinsipnya sama dengan pembacaan absorbans pada

Page 63: C09afa (1)

126

analisis merkuri. Pada pembacaan absorbans logam berat Cd dan Pb

menggunakan panjang gelombang 228,8 nm dan 283,3 nm. Untuk

menghasilkan nyala api digunakan gas asetilen.

c. Perhitungan

Kadar logam berat sampel dihitung dengan memasukkan harga absorban

contoh ke dalam persamaan garis standar.

Y = a + bx

Dimana nilai absorbans sebagai Y sedang a dan b dari persamaan garis

standar, maka diperoleh harga x yang merupakan konsentrasi contoh. Hasil

perhitungan dinyatakan dengan ppm.

ppm = (Ac - Ab) – a x 100

b x berat contoh (gr) x 1000

dimana : Ac = absorban contoh

Ab = absorban blanko

a = intersept dari persamaan regresi standar

b = slop dari persamaan regresi standar

3.4.2.10 Uji viskositas (Marine Colloids FMC, Corp 1977 dalam Mukti 1987)

Spindel terlebih dahulu dipanaskan pada suhu 75 oC kemudian

dipasangkan ke alat ukur viscometer brookfield. Posisi spindel dalam larutan

panas diatur sampai tepat, viscometer dihidupkan dan suhu larutan diukur. Ketika

suhu larutan mencapai suhu 75 oC, termometer dikeluarkan dan nilai viskositas

diketahui dengan pembacaan viscometer pada skala 1 sampai 100. Pembacaan

dilakukan setelah satu menit putaran penuh. Hasil bacaan digandakan sesuai

dengan spindel yang digunakan dengan kecepatan 60 rpm. Hal ini berfungsi untuk

menyatakan viskositas mutlak dalam satuan centipoise (cps).

3.5 Analisis Data

Pengujian organoleptik dilaksanakan dengan melibatkan 35 orang panelis

secara deskriptif dengan menggunakan score sheet. Analisis data organoleptik

menggunakan statistik non-parametrik dengan metode Kruskal-Wallis dengan uji

lanjut Multiple Comparison (Steel dan Torrie, 1989).

Page 64: C09afa (1)

127

Rancangan percobaan yang digunakan pada analisis data penelitian ini

adalah model rancangan acak lengkap (RAL). Asumsi yang digunakan dalam

menggunakan rancangan percobaan ini adalah pengaruh perlakuan dan lingkungan

bersifat aditif, ragam galat percobaan homogen, galat percobaan menyebar normal

dan galat percobaan saling bebas. Nilai rata-rata dihitung menggunakan rumus

berikut (Walpole 1975):

n X = Nilai rata-rata

X =

∑XiN = Jumlah datai=1

nXi = Nilai X ke-i

Analisis pengaruh penambahan flavor udang windu (Penaeus monodon)

terhadap kandungan proksimat serta komposisi asam lemak ikan dilakukan

melalui uji ragam (ANOVA) single factorial.

Persamaan umum model rancangan tersebut sebagai berikut:

Yij = µ + σi + εij

Keterangan:

Yij = nilai pengamatan untuk perlakuan ke-i, ulangan ke-j

µ = nilai tengah populasi

σi = pengaruh perlakuan pada taraf ke-i

εij = galat percobaan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j

Hipotesis yang digunakan :

Ho : µi = µj

H1 : µi ≠ µj

Apabila Fhit > Ftab maka tolak Ho artinya terdapat perlakuan yang berbeda nyata

pengaruhnya terhadap produk petis kupang putih (Corbula faba Hinds).

Apabila Fhit < Ftab maka gagal tolak Ho artinya tidak terdapat perlakuan

yang berbeda nyata pengaruhnya terhadap produk petis kupang putih (Corbula

faba Hinds).

Page 65: C09afa (1)

128

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Bahan Baku Ladon (kaldu kupang).

Analisis kimia terhadap bahan baku ladon (kaldu kupang) meliputi analisis

proksimat (kadar air, abu, protein dan lemak), uji derajat keasaman (pH), uji

mikrobiologi, dan uji logam berat. Kaldu kupang diperoleh dengan merebus

daging kupang yang telah dipisahkan dari cangkangnya. Tujuan dari analisis ini

adalah untuk mengetahui kandungan kimia awal kaldu kupang sebelum dilakukan

pengolahan. Komposisi kimia kaldu kupang disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Komposisi kimia kaldu kupang putih (Corbula faba Hinds).

Parameter Komposisi kimia (%)Kadar air 77,7Kadar abu 5,9Kadar protein 10,4Kadar lemak 0,5Kadar karbohidrat 5,5pH 4,4

mikrobiologi (CFU/ml) 4,5 x 101

Logam berat Tidak terdeteksi

Bahan baku petis atau kaldu kupang memiliki komposisi kimia antara lain

kadar air 77,7%, kadar abu 5,9%, kadar protein 10,4%, kadar lemak 0,5%, kadar

karbohidrat 5,5%, total mikroba 4,5 x 101 CFU/ml, derajat keasaman (pH) 4,4 dan

tidak terdeteksi adanya logam berat (Hg dan Pb). Komposisi kimia kaldu kupang

tidak berbeda jauh dengan komposisi kimia yang terdapat pada daging kupang

putih. Daging kupang putih memiliki komposisi kimia antara lain kadar air

72,96%, kadar abu 3,80%, kadar protein 9,054%, kadar lemak 1,50%, kadar

karbohidrat 1,02% (Baswardono 1983). Parameter yang mengalami kenaikan

diantaranya kadar karbohidrat dan kadar abu.

4.2. Sumber Pati Terpilih

Petis kupang dapat didefinisikan sebagai hasil pemanfaatan limbah

potensial sisa perebusan kupang yang dicampur dengan gula merah kemudian

dilakukan pemasakan hingga cairan mengental. Petis kupang yang dibuat dalam

Page 66: C09afa (1)

129

penelitian ini adalah petis kupang dengan perlakuan penambahan bahan pati-

patian. Menurut Muchtadi (1989), pati mampu memberikan tekstur,

mengentalkan, memadatkan serta memperpanjang umur simpan beberapa jenis

makanan pada konsentrasi rendah. Pati-patian yang ditambahkan adalah tepung

terigu, tepung beras, tepung tapioka dan air tajin. Petis kupang dengan perlakuan

penambahan pati-patian ditunjukkan pada Gambar 10.

A B C D E

Gambar 10. Petis kupang dengan penambahan pati-patian; A= Tanpa tepung, B= Tepung tapioka, C= Tepung terigu, D= Tepung beras, E= Air tajin.

Penilaian organoleptik dengan menggunakan metode scoring atau skor

mutu pada suatu produk bertujuan untuk memberikan suatu nilai atau skor tertentu

terhadap karakteristik atau mutu dari suatu produk, yaitu penilaian terhadap

penampakan, aroma, rasa dan tekstur (dalam hal ini produk petis kupang). Pada

uji ini diberikan penilaian terhadap mutu organoleptik dalam suatu jenjang mutu.

Skala angka dan spesifikasi setiap karakteristik produk dicantumkan dalam lembar

penilaian (score sheet) organoleptik dengan nomor SNI 01-2346-2006 untuk petis

(BSN 2006).

(1) Penampakan

Penampakan merupakan parameter organoleptik yang penting, karena

merupakan sifat sensoris yang pertama kali dilihat oleh konsumen. Apabila kesan

penampakan produk terlihat baik atau disukai, konsumen akan melihat sifat

sensoris yang lainnya (aroma, rasa, tekstur dan seterusnya). Produk dengan bentuk

rapi, bagus dan utuh akan lebih disukai konsumen dibandingkan dengan produk

yang kurang rapih dan tidak utuh (Soekarto 1985). Hasil uji organoleptik terhadap

parameter penampakan produk petis kupang dapat ditunjukkan pada Gambar 11.

Page 67: C09afa (1)

130

rata

-rat

a or

gan

olep

tik

Nil

ai

6,57 ab

76

5

4

3

2

1

tepun

g

terigu

tep

ung

tapiok

a air

tajin

tepung

beras

Jenis bah an pengisi

Angka-angk a dalam kolom yang sama dan diikuti o leh hur

Page 68: C09afa (1)

uf sup erscript berbe da (a,b)

menunjukkan berbeda ny ata (P<0,05), sedangkan yang diikuti huruf superscript sama (a,b)

menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05).

Gambar 11. Histo

Page 69: C09afa (1)

g ram nilai rata-rata organoleptik penampakan petis k

Page 70: C09afa (1)

upang.

Parameter pe nampakan petis

memperoleh nilai rata-rata be rkisar

pe

na

mp

ak

an

tert

ing

gi

dic

apa

i

de

ng

an

pe

na

mb

aha

n

tep

un

g

teri

gu

( 6,

57)

sed

a

ng

Page 71: C09afa (1)

ka

n

nil

ai

ter

en

da

h

dic

apa

i

de

ng

an

pe

na

mb

aha

n

tep

un

g

ber

as

(4,

53)

. H

asil

uji

Kr

usk

al-

Wa

llis

me

Page 72: C09afa (1)

nu

nju

kk

an

ba

hw

a

se

tia

p

pro

du

k

pet

is

ku

pa

ng

de

ng

an

pe

na

m

ba

ha

n

ber

ba

gai

jen

is

pat

i

be

Page 73: C09afa (1)

rpe

ng

aru

h

ny

ata

(p<

0,0

5)

ter

ha

d

ap

tin

gk

at

kes

uk

aan

pa

nel

is.

Salah satu faktor y ang memp engaruhi penilaian

penampak an adalah

Hasil uji lanjut

petis kupang denga n penambahan tepun g terigu

pe

na

mb

ah

an

tep

un

g

tap

Page 74: C09afa (1)

iok

a,

tet

api

ber

be

d a

ny

ata

de

ng

an

pe

na

mb

aha

n

air

taji

n

da

n

tep

un

g

ber

as.

Pe

tis

ku

pa

ng

de

ng

an

Page 75: C09afa (1)

pe

na

mb

aha

n

tep

un

g

teri

gu

,

tep

un

g

tap

iok

a

da

n

air

taji

n

terl

iha

t

ber

wa

rna

c

okl

at

tua

,

aga

k

Page 76: C09afa (1)

ke

hit

am

an

da

n

kus

am

sed

a

ng

ka

n

petis kup ang dengan penam bahan tep ung

kehitaman , berair dan kusam (G ambar 10). Petis kupang tanpa

(kontrol) terlihat berwarna hit am agak pekat

ku

pa

ng

y

an

g

lai

nn

ya.

Di

du

ga,

p

ena

mp

aka

n

Page 77: C09afa (1)

ata

u

wa

rna

ter

seb

ut

dip

en

gar

uh

i

ole

h

kar

akt

eri

sti

k

gul

a

ya

ng

dit

am

ba

hk

an,

ya

kni

gul

a

Page 78: C09afa (1)

ya

n g

dic

air

ka

n

bil

a

dip

ana

ska

n

Page 79: C09afa (1)

131

bersama protein akan bereaksi membentu k gumpalan -gumpalan berwarna gelap

yang dise but melanoidin. Pada tahap perm ulaan, melanoidin men yerupai

karamel dalam hal warna, ba u dan rasa. Bila terus dipanask an, gumpalan-gumpal

n itu akan beru bah menjadi hitam d an tidak da pat larut. Penggulalian dan bro

wning memiliki peranan p enting dalam penentuan warna atau penampakan hasil

produksi (Eskin 199 0). Petis kupang yang ditambahka n dengan tepung-tepungan,

karakteristik dari tepung terseb ut menutupi sifat yang terdapat p ada gula karena

tepung memberikan warna yan g terang a tau sedikit agak kre m dan me miliki

larutan yang jernih (Indoh et al. 2006).

(2) Aroma

Aroma maka nan menent ukan kelezatan bahan makanan. Pada umu mnya,

aroma yang diterim a oleh hid ung dan ot ak merupakan berba gai ramuan atau

campuran empat aroma utama yaitu haru m, asam, tengik dan h angus. Produksi

senyawa-s enyawa aroma ditentukan oleh komposisi kimia dari produk, e nzim-

enzim ya ng terlibat didalamnya, maupun bakteri yang terlibat dalam senyawa

tersebut ( Winarno 1997). Hasil uji organole ptik terhadap parameter aroma p

roduk petis kupang ditunjuk kan pada G ambar 12.

6,64a 6,68a7 5,75 ab

arom

aN

ilai r

ata

rata

6

5

4

3

2

1

0

5,25b

tepun g terigu tep ung tapioka air tajin tepung b eras

Jenis baha n pengisi

Ang ka -angka dal am kolom ya ng sama da n diikuti ole h huruf superscript berbeda menunjukka n berbeda nyata (P<0,05), sedangkan yang diikuti huruf superscript sam a menunjukka n tidak berbeda nyata (P>0 ,05).

(a,b)

(a,b)

Page 80: C09afa (1)

Gam bar 12. Histogram nila i rata-rata organolepti k aroma petis kupang.

Page 81: C09afa (1)

132

Parameter aroma petis kupang dengan penambahan pati-patian

memperoleh nilai rata-rata berkisar antara 5,25 sampai 6,68 dengan nilai rata-rata

tertinggi dicapai dengan penambahan tepung tapioka (6,68) sedangkan nilai rata-

rata terendah dicapai dengan penambahan tepung beras (5,25). Hasil uji Kruskal-

Wallis menunjukkan bahwa setiap produk petis kupang dengan penambahan

berbagai jenis pati berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap tingkat kesukaan panelis.

Hasil uji lanjut Multiple Comparison menunjukkan bahwa aroma petis kupang

dengan penambahan tepung terigu tidak berbeda nyata dengan penambahan

tepung tapioka, tetapi berbeda nyata dengan penambahan air tajin dan tepung

beras.

Perubahan aroma merupakan proses menghilangnya bahan volatil,

karamelisasi karbohidrat, dekomposisi protein dan lemak serta koagulasi protein

yang disebabkan oleh pemanasan (Dawson 1959 diacu dalam Mountney 1966).

Petis kupang dengan penambahan tepung terigu dan petis kupang dengan

penambahan tepung tapioka memiliki aroma kupang agak kuat sedangkan petis

kupang dengan penambahan air tajin dan tepung beras memiliki aroma kupang

lemah. Aroma yang timbul disebabkan oleh terekstraknya komponen volatil yang

terbentuk saat proses pemanasan dari bahan utama dan bumbu-bumbu. Ekstrak

kerang mengandung sejumlah besar komponen flavor seperti asam glutamat dan

komponen yang dapat meningkatkan rasa seperti glikogen (Tafu dan Matsuda

2000). Aroma yang muncul juga disebabkan oleh bumbu-bumbu seperti bawang

putih yang memberikan aroma dan bau yang kuat karena minyak volatilnya

mengandung komponen sulfur. Komponen volatil muncul bila sel pecah sehingga

terjadi reaksi antara enzim liase dan komponen flavor seperti metil dan turunan

propil (Lewis 1984).

(3) Rasa

Peramuan rasa ialah suatu sugesti kejiwaan terhadap makanan yang

menentukan nilai pemuasan orang yang memakannya. Bagi seseorang yang sudah

sejak kecil mengenal suatu jenis makanan dapat menikmati rasa enak makanan

tersebut, sebaliknya orang yang belum mengenal makanan yang sama, tidak akan

memberikan apresiasi terhadap rasa makanan yang bersangkutan bahkan mungkin

menganggap makanan yang menjijikkan (Soekarto 1985). Rasa merupakan faktor

Page 82: C09afa (1)

133

yang sang at menent ukan pada keputusan akhir kons umen untuk menerima atau

menolak s uatu maka nan. Walaupun param eter penilai an yang lai n lebih baik , jika

rasa suatu makanan tidak enak atau tidak d isukai maka produk akan ditolak. Hasil uji

organoleptik para meter rasa produk peti s kupang ditunjukkan pada Gamb ar 13.

rasa

Nil

ai r

ata-

rata

org

anol

epti

k

7 6,18a 6,00a5,39a 5 ,25a

65

4

3

2

1

0

tepung terigu tepung tapioka air tajin tepung b eras

Jenis baha n pengisi

Ang ka -angka dal am kolom ya ng sama da n diikuti ole h huruf superscript berbeda menunjukka n berbeda nyata (P<0,05), sedangkan yang diikuti huruf superscript sam a menunjukka n tidak berbeda nyata (P>0 ,05).

(a,b)

(a,b)

Gambar 13. Histogram nilai rata-rata organoleptik rasa petis kupang.

Parameter rasa petis kup ang denga n penamba han pati-pat ian mempe roleh

nilai rata-rata berkisar antara 5 ,25 sampai 6,18 den gan nilai r ata-rata ter tinggi

dicapai de ngan pena mbahan tepung terigu ( 6,18) seda ngkan nilai terendah dicapai

dengan p enambahan tepung be ras (5,25). Nilai rata-rata organoleptik ter tinggi

pada tep ung terigu diduga ka rena kandungan glut ennya. Gl uten meru pakan

protein unik yang memiliki kandungan glutamat sebesar 4 0% (norm lnya,

kandungan glutamat pada protein makanan lain berkisar antara 1 0% hingga 20%)

(Suzuki et al. 1999) . Gluten pada gandum sangat penting sebag ai sumber asam

glutamat dan peptida, yang dapat mening katkan rasa umami. Telah dila kukan

penelitian sebelumny a bahwa p eptida dapat mengontrol karakteristik rasa, seperti

memberikan rasa ya ng sedap, mengurang i rasa asa m, dan me ningkatkan rasa

gurih (Ishii et al. 1994; Schlicht hle et al. 2002; Okumu ra et al. 2004).

Ha sil uji Kruskal-Wallis menunjuk kan bahwa setiap prod uk petis k upang

Page 83: C09afa (1)

dengan p enambahan berbagai jenis pati tidak berpengaruh nyata (p< 0,05)

terhadap tingkat kesukaan. Hal ini menun jukkan ba hwa penambahan jeni s pati

Page 84: C09afa (1)

134

akan menghasilkan rasa yang bersifat netr al atau me miliki mutu rasa yang sama

sehingga penilaian rasa oleh panelis tidak berbeda nyat a.

(4) Te kstur

Tekstur adal ah sekelom pok sifat fisik yang ditimbulkan oleh elemen

struktural bahan pa ngan yan g dapat d irasa oleh perabaan, terkait d engan

deformasi, disintegrasi dan aliran dari bahan pangan di bawah teka nan yang

diukur secara ob yektif oleh fungsi ma sa, waktu d an jarak (P urnomo 19 95 diacu

d alam Yuniarti 2000). Hasil uji organoleptik pa rameter tekstur prod uk petis k

upang ditunjukk an pada Ga mbar 14.

tek

stu

r

Nil

ai r

ata-

rata

org

anol

epti

k

7

6,21a

5,89a 5,89 a

64,07b

5

4

3

2

10

tepu ng terigu te pung tapioka air tajin tepung b eras

Jenis bahan pengisi

Ang ka -angka dal am kolom ya ng sama da n diikuti ole h huruf superscript berbeda menunjukka n berbeda nyata (P<0,05), sedangkan yang diikuti huruf superscript sam a menunjukka n tidak berbeda nyata (P>0 ,05).

(a,b)

(a,b)

Gam bar 14. His togram nil ai rata-rata organoleptik tekstur produk petis.

Parameter tekstur pet is kupan g dengan penambahan pati- patian

memperoleh nilai rata-rata berki sar antara 4,07 sampai 6,21 dengan nilai rata-rata

tertinggi dicapai de ngan pena mbahan te pung terig u (6,21) sedangkan nilai

terendah dicapai de ngan pena mbahan tep ung beras (4,07). Ha sil uji Kr uskal-

Wallis menunjukkan bahwa se tiap produ k petis ku pang deng an penam bahan

berbagai jenis pati be rpengaruh nyata (p<0,05) terhad ap tingkat kesukaan panelis.

Page 85: C09afa (1)

Hasil uji lanjut Multiple Comparison m enunjukkan bahwa pe nampakan petis

kupang dengan penambahan tepung terigu tida k berbeda nyata d engan

Page 86: C09afa (1)

135

penambahan tepung tapioka dan air tajin, tetapi berbeda nyata dengan

penambahan tepung beras.

Petis kupang dengan penambahan tepung terigu, tepung tapioka dan air

tajin memberikan tekstur yang kental, homogen, dan agak lembut. Diduga, tekstur

yang dihasilkan karena kandungan amilopektin yang tinggi pada tepung tapioka,

tepung terigu, dan air tajin (beras). Tekstur yang dihasilkan pada produk petis

berhubungan dengan sifat swelling yang terdapat pada pati tepung. Elliason

(2004) menyatakan bahwa rasio amilosa-amilopektin, distribusi berat molekul dan

panjang rantai, serta derajat percabangan dan konformasinya menentukan swelling

power dan kelarutan. Proporsi yang tinggi pada rantai cabang amilopektin

memiliki kontribusi dalam peningkatan nilai swelling.

Petis kupang dengan penambahan tepung beras memberikan tekstur yang

berair, agak kental dan kurang homogen. Struktur tepung beras sedikit memiliki

kandungan gluten atau termasuk golongan tepung gluten-free sehingga tekstur

yang dihasilkan agak berair dan kurang disukai oleh panelis. Gluten merupakan

campuran antara dua kelompok atau jenis protein gandum, yaitu glutenin dan

gliadin. Glutenin merupakan fraksi protein yang memberikan kepadatan dan

kekuatan pada adonan untuk menahan gas pada pengembangan adonan serta

berperan dalam pembentukan struktur adonan, sedangkan gliadin adalah fraksi

protein yang memberikan sifat lembut dan elastis (Yamauchi et al. 2003). Tepung

terigu memiliki kandungan gluten dan amilopektin yang tinggi, sehingga tekstur

yang dihasilkan lebih lembut jika dibandingkan dengan bahan pengisi yang lain.

4.3. Konsentrasi Pati Terpilih

Pada penelitian sebelumnya, produk petis kupang dengan penambahan

tepung terigu dan petis kupang dengan penambahan tepung tapioka memberikan

hasil organoleptik yang tidak berbeda nyata. Petis kupang dengan penambahan

tepung terigu memberikan nilai rata-rata organoleptik paling tinggi jika

dibandingkan dengan petis kupang dengan penambahan tepung tapioka. Oleh

karena itu, tahap selanjutnya dilakukan pembuatan petis kupang dengan perlakuan

konsentrasi tepung terigu. Konsentrasi tepung terigu yang ditambahkan dalam

pembuatan petis kupang adalah 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, dan 40%

(v/v) dari kaldu kupang. Perlakuan konsentrasi ini berdasarkan pada standar mutu

Page 87: C09afa (1)

136

produk petis SNI-01-2346-20 06, yang mencantu mkan bah wa kand ungan

karbohidrat maksimal sebanyak 40%. Penentuan kons entrasi tepung terigu te

rbaik dilakukan dengan uji organoleptik skala hedonik.

(1) Penampakan

Parameter pe nampakan p etis kupan g dengan p erlakuan ko nsentrasi te pung

terigu memperoleh n ilai rata-rata berkisar antara 5,7 3 sampai 7,30 dengan nilai

penampak an terting gi dicapai oleh petis kupang d engan pen ambahan te pung

terigu 5% , sedangk an nilai p enampakan terendah dicapai ole h petis k upang

dengan p enambahan tepung terigu 25%. Hasil uji K ruskal Wal lis menunj ukkan

bahwa setiap produk petis kupang denga n perlakuan konsentrasi tepung terigu

berpengaruh nyata (p<0,05) te rhadap tingkat kesukaan panelis pada parameter

penampak an. Hasil uji organoleptik terhada p paramete r penampakan produk

petis kupang ditunjukkan pada Gamb ar 15.

rata

-ra

ta o

rgan

olep

tik

pen

amp

akan

Nila

i

8 7,37 a 7,30a 7,1 0ab 7,10ab

6,63abc7 5,73c 5,83c 6,0 7cb 5,73c

6543210

0 5 10 15 20 25 30 35 40

P erlakuan te pung terigu (%)

Angka -angka dala m kolom ya ng sama dan diikuti oleh huruf superscript berbeda menunjukka n berbeda nyata (P<0,05), sedangkan yang diikuti huruf superscript sam a menunjukka n tidak berbeda nyata (P>0 ,05).

(a,b)

(a,b)

Ga mbar 15. H istogram nilai rata-rata penampak an petis ku pang.

Ha sil uji lanjut Multiple Comparison menunjukkan bah wa petis k upang

perlakuan kontrol m emberikan penampakan yang tidak berbed a nyata d engan petis

kupa ng dengan penambahan tepung terigu 5%, 10%, 15% dan 20%, tetapi berbeda

nyata denga n perlakuan lainnya. Tepung terigu dapat membentuk a donan yang dap

at menahan gas yang terbentuk. Keunikan t ersebut dis ebabkan p rotein tepung yang

bila bersenyawa d engan air a kan mengh asilkan glut en yang mampu

Page 88: C09afa (1)

137

menahan gas-gas yang terben tuk. Bila tepung ter igu dicampur dengan air

sebanyak setengah dari beratnya, akan ter bentuk masa yang plastis yang disebut

adonan (Eskin 1990).

(2) Ar oma

U mumnya, kelezatan makanan ditentukan oleh aroma. Industri p angan

mengangg ap sangat penting dilakukan uji aroma k arena dap at dengancepat

memberikan penilaia n produk yang disuk ai atau tidak disukai ( Soekarto 1 985).

Aroma makanan dal am banyak hal mene ntukan en ak atau tidaknya makanan,

bahkan aroma atau bau-bauan lebih ko mpleks daripada cicip atau rasa dan

kepekaan indra pemb auan biasanya lebih tinggi daripa da indra p engecapan.

Hasil uji organo leptik terh adap parameter aroma produk petis kupang d

itunjukkan pada Gambar 16.

arom

aN

ilai

rat

a-ra

ta o

rgan

olep

tik

86,47abc

7,10a 6,77ab 6,53abc

6,53abc 6,30abc 6,30abc75,53cb 5,8 3cb

6543210

0 5 10 15 20 25 30 3 5 40

Perlakuan tepung terigu ( %)

Angk a-angka dala m kolom yang sama da n diikuti ole h huruf superscript berbeda menunjukka n berbeda nyata (P<0,05), sedangkan yang diikuti huruf superscript sam a menunjukka n tidak berbeda nyata (P>0 ,05).

(a,b)

(a,b)

Ga mbar 16. H istogram nilai rata-rata aroma pet is kupang.

Parameter aro ma petis k upang dengan perlakua n konsentrasi tepung

terigu memperoleh nilai rat a-rata berkisar antara 5,53 sampai 7,10 den gan nilai a

roma tertinggi dicapai ol eh petis kupang dengan penam bahan tepung terigu 5%,

sedangkan nilai aro ma terendah dicapai oleh petis kupang den gan penam bahan

tepung te rigu 30%. Hasil uji Kruskal Wallis menunj ukkan bahw a setiap p roduk

Page 89: C09afa (1)

petis kupang dengan perlakuan konsentrasi tepung terigu be rpengaruh nyata

Page 90: C09afa (1)

138

(p<0,05) terhadap tingkat kesukaan panelis pada parameter aroma. Hasil uji lanjut

Multiple Comparison menunjukkan bahwa petis kupang perlakuan kontrol

memberikan aroma yang tidak berbeda nyata dengan petis kupang dengan

penambahan tepung terigu 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, tetapi berbeda nyata

dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga, penggunaan tepung yang relatif banyak

menyebabkan kandungan lemak dan protein semakin sedikit sehingga

menurunkan aroma khas kupang. Menurut Winarno et al. (1974), aroma dari

produk olahan mempunyai perubahan yang konstan yaitu berkurang selama

penanganan, pengolahan, dan penyimpanan. Selama pemasakan, terjadi berbagai

reaksi antara bahan pengisi dengan kaldu kupang sehingga aroma yang khas pada

kaldu kupang berkurang selama pengolahan produk.

(3) Rasa

Parameter rasa berbeda dengan aroma dan lebih banyak melibatkan panca

indra lidah. Pengindraan cecapan dibagi menjadi empat cecapan utama yaitu asin,

asam, manis dan pahit. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah

senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain

(Winarno 1997).

Parameter rasa petis kupang dengan perlakuan konsentrasi tepung terigu

memperoleh nilai rata-rata berkisar antara 5,57 sampai 6,67 dengan nilai rasa

tertinggi dicapai oleh petis kupang dengan penambahan tepung terigu 10%,

sedangkan nilai rasa terendah dicapai oleh petis kupang dengan penambahan

tepung terigu 35%. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa setiap produk

petis kupang dengan perlakuan konsentrasi tepung terigu tidak berpengaruh nyata

(p<0,05) terhadap tingkat kesukaan panelis pada parameter rasa. Hasil uji

organoleptik terhadap parameter rasa produk petis kupang ditunjukkan pada

Gambar 17.

Page 91: C09afa (1)

139

Nil

ai r

ata-

rata

org

anol

epti

k r

asa 7 6,33 a 6 ,17 a 6,67 a 6,63 a

6

5

4

3

2

1

0

0510152 025303540

Pe rlakuan tep ung terigu (% )

Angka-angka dalam kolom yang sama dan diikuti oleh huruf supe rscript berbe

da

Page 92: C09afa (1)

(a

(

Ga mbar 17. H istogram nilai rata-rata rasa petis kupang.

K

a

nd

un

ga

n

pro

tei

n

dal

am

pet

is

ku

pa

ng

san

gat

sed

ikit

.

Pe

na

Page 93: C09afa (1)

m

ba

ha

n

ko

nse

ntr

asi

tep

un

g t

eri

gu

ya

ng

terl

alu

ba

ny

ak

da

pat

me

ng

ura

ngi

ras

a

kh

as

pet

is

ku

pa

ng

Page 94: C09afa (1)

ter

seb

ut.

Ga

mb

ar

17

me

nu

nju

kk

an

tin

gk

at

kes

uk

aa

n

pa

nel

is

ter

ha

da

p

ras

a

pet

is

ku

pa

ng

me

ng

Page 95: C09afa (1)

a

la

mi

pe

nu

run

an

sei

rin

g

de

ng

an

ber

ta

mb

ah

ny

a

ko

nse

ntr

asi

tep

un

g

te

rig

u.

Ha

l in

i

dis

eb

ab

Page 96: C09afa (1)

ka

n

ras

a

gu

rih

ku

pa

ng

tert

utu

pi

ole

h

pe

na

m

ba

ha

n

ko

nse

ntr

asi

tep

un

g

teri

gu.

Cit

a

ras

a

gur

ih

Page 97: C09afa (1)

pet

is

ku

pa

ng

ber

asa

l

da

ri

du

a

ko

m

po

ne

n

uta

ma

,

ya

itu

pe

pti

da

da

n

asa

m

am

ino

ya

ng

ter

da

Page 98: C09afa (1)

pat

pa

da

kal

du

ku

pa

ng

ser

ta

ko

mp

on

en

bu

mb

u

ya

ng

dig

un

ak

an.

As

am

am

ino

glu

ta

ma

t

me

rup

a

ka

Page 99: C09afa (1)

n

asa

m

a

mi

no

ya

ng

do

m

ina

n

me

ne

ntu

ka

n

ras

a

gur

ih.

Ka

nd

un

ga

n

asa

m

glu

ta

m

at

pa

da

k

Page 100: C09afa (1)

up

an

g

put

ih

seb

esa

r

1,4

43

%

dar

i

tot

al

pro

tei

n

kes

elu

ruh

an

ya

ng

ber

ju

ml

ah

9,

05

4%

(P

ur

wa

nto

Page 101: C09afa (1)

da

n

Sar

dji

ma

h

20

00)

.

(4) Warna

Penentuan m utu bahan makanan sangat tergan tung pada beberapa faktor,

dia

nta

ran

y a

cit

a

ras

a,

Page 102: C09afa (1)

wa

rna

,

tek

stu

r

da

n

nil

ai

giz

in

ya.

Ma

ka

n

an

ya

ng

d

inil

ai

ber

giz

i,

en

ak

da

n

tek

stu

rny

a

sa

ng

Page 103: C09afa (1)

at

bai

k

tid

ak

ak

an

di

ma

ka

n a

pa

bil

a

me

mil

iki

wa

rna

ya

n g

tid

ak

sed

ap

dip

an

da

ng

ata

u

me

mb

eri

ka

Page 104: C09afa (1)

n

kes

an

tel

ah

me

nyi

mp

an

g

dar

i

wa

rna

ya

ng

seh

aru

sn

ya.

Pe

ner

im

aa

n

wa

rna

sua

tu

ba

ha

n

pa

ng

an

Page 105: C09afa (1)

ber

be

da-

be

da

ter

ga

ntu

n g

dar

i

fak

tor

ala

m,

ge

ogr

afi

s d

an

asp

ek

sos

ial

ma

sya

rak

at

pe

ner

im

a

(W

ina

rno

Page 106: C09afa (1)

19

97)

.

Page 107: C09afa (1)

140

Parameter warna petis kupang deng an perlakuan konsentr asi tepung terigu

memperoleh nilai ra ta-rata berkisar antara 5,83 sampai 7,03 dengan nilai warna

tertinggi dicapai ol eh petis kupang dengan penam bahan tepung terigu 5%,

sedangkan nilai aro ma terendah dicapai oleh petis kupang den gan penam bahan

tepung te rigu 35%. Hasil uji Kruskal Wallis menunj ukkan bahw a setiap p roduk

petis kupang dengan perlakuan konsentrasi tepung terigu be rpengaruh nyata

(p<0,05) terhadap t ingkat kes ukaan pane lis pada p arameter warna. Hasil uji

organoleptik terhadap paramete r warna produk petis kupang ditunjukkan pada

Gambar 18.

war

na

Nil

ai r

ata-

rata

org

anol

epti

k

8 7,17a 7,03ab 7,0 0ab 7,00ab

6 ,50abc7 5,97cb 5,87c 5, 83c 5,97cb

6543210

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Perlakuan tepung terigu ( %)

Angka-angka dalam kolom yang sama dan diikuti oleh huruf supe rscript berbeda (a,b)

menunjukka n berbeda nyata (P<0,05), sedangkan yang diikuti huruf superscript sam a (a,b)

menunjukka n tidak berbeda nyata (P>0 ,05).

Ga mbar 18. Hi stogram nilai rata-rata warna petis kupang.

Has il uji lanj ut Multiple Comparis on menunj ukkan bah wa petis k upang

perlakuan kontrol memberikan warna tidak berbeda nyata dengan petis k upang

dengan pe nambahan tepung teri gu 5%, 10% , 15%, dan 20%, tetapi berbeda nyata

dengan perlakuan lainnya. Komponen gula (su krosa) membentuk r eaksi

karamelisasi selama pemasakan, warna yang dihasilkan dari rea ksi karame lisasi

adalah w arna coklat , sehingga semakin banyak gul a yang di tambahkan pada

produk m aka semaki n banyak warna cokat yang dihasilkan.

Page 108: C09afa (1)

141

(5) Te kstur

Parameter tekstur petis kupang deng an perlaku an konsentrasi tepung terigu

memperoleh nilai rata-rata berkisar antara 5,27 samp ai 6,73 dengan nilai te kstur

tertinggi dicapai ole h petis ku pang deng an penambahan tepu ng terigu 10%,

sedangkan nilai tekst ur terenda h dicapai dengan penambahan te pung terigu 25%

dan 40%. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa setiap produk petis

kupang d engan perla kuan kons entrasi tepu ng terigu berpengaru h nyata (p< 0,05)

terhadap t ingkat kes ukaan panelis pada pa rameter w arna. Hasil uji organoleptik

terhadap p arameter w arna produk petis kupang ditunjukkan pada Gambar 19.

tek

stu

rN

ilai

rat

a-ra

ta o

rgan

olep

tik

7,60a

86,60ab 6,7 3ab 6,70ab

7 5,83cb 5,93cb5 ,63cb

5,27c 5,27c6543210

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Perlakuan te pung terigu (%)

Angk a-angka dala m kolom yang sama da n diikuti ole h huruf superscript berbeda menunjukka n berbeda nyata (P<0,05), sedangkan yang diikuti huruf superscript sam a menunjukka n tidak berbeda nyata (P>0 ,05).

(a,b)

(a,b)

Ga mbar 19. Hi stogram nilai rata-rata tekstur petis kupang.

Has il uji lanj ut Multiple Comparis on menunj ukkan bah wa petis k upang

perlakuan kontrol m emberikan tekstur yang tidak berbeda nya ta dengan petis

kupang dengan pena mbahan tepung terig u 5%, 10% , dan 15% , tetapi berbeda

nyata den gan perlakuan lainnya.

Tepung terig u memiliki kandungan protein u nik yang m embentuk suatu

massa lengket dan elastis ketika dibasahi d engan air, y ang dikenal sebagai

gluten. Gluten merupakan campuran antara dua kelompok atau jenis protein gan

dum, yaitu glut enin dan gliadin. Glute nin membe rikan sifat- sifat yang tegar dan

Page 109: C09afa (1)

gliadin memberikan sifat y ang lengk et sehing ga mampu memerangkap gas yang

Page 110: C09afa (1)

142

terbentuk selama proses pengembangan adonan dan membentuk struktur remah

produk (Eskin 1990).

4.4. Karakteristik Fisika-Kimia Petis Kupang

Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa rasa, warna dan tekstur petis

kupang dengan perlakuan konsentrasi tepung terigu 10% memberikan nilai rata-

rata tertinggi yaitu, rasa 6,67, warna 7,00, dan tekstur 6,73, sedangkan untuk

penampakan dan aroma panelis lebih menyukai petis kupang dengan perlakuan

konsentrasi tepung terigu 5%.

Analisis kandungan zat gizi dilakukan pada petis kupang dengan perlakuan

konsentrasi tepung terigu 10%, petis kupang kontrol dan petis kupang komersial.

Parameter yang diuji terdiri dari kadar air, abu, protein, karbohidrat, lemak, uji

logam berat, kadar aktivitas air (aw), uji viskositas dan uji total mikroba. Hasil

analisis fisika-kimia petis kupang terbaik (konsentrasi terigu 10%) beserta SNI

mutu petis (2006) sebagai pembanding disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil analisis fisika-kimia petis kupang terbaik beserta SNI mutu petis (2006) sebagai pembanding.

Parameter SNI 2006 Komersial Kontrol Petis terbaikAir (%) 20-30 22,8 22,1 25,2Abu (%) maks 8,0 4,8 13,4 8,9Protein (%) min 10 5,38 13,74 16,13Lemak (%) - 1,11 1,16 0,98Karbohidrat (%) maks 40 65,91 49,6 48,79Derajat asam (pH) - 5,39 4,66 5,16Aktivitas air (aw) 0,6-0,9 0,747-0,748 0,663-0,665 0,763-0,764Angka Lempeng Total maks 5x102 96,5x102 3,9x101 7,3x102

Viskositas 5400 cp 685000 cp 15340 cp 8640 cpCemaran Logam- logam Hg maks 0,05 Tidak terdeteksi- logam pb maks 2

4.4.1. Kadar air

Air merupakan komponen utama dalam bahan pangan karena dapat

mempengaruhi penampakan, tekstur serta cita rasa makanan. Semua bahan

makanan mengandung air dalam jumlah berbeda-beda, baik itu bahan makanan

hewani maupun nabati. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan

Page 111: C09afa (1)

143

acceptability, kesegaran dan day a tahan bah an itu. Sebagian besar dari

perubahan-perubahan bahan makanan terja di dalam m edia air y ang ditambahkan

atau yang berasal d ari bahan itu sendiri (Winarno 1997). Ni lai kadar a ir petis k

pang disajikan pada Gambar 20.

Kad

ar a

ir (

%)

30 22 ,125,2

22,825

20

15

10

5

0

0% 10% komersial

Perlakuan tepung terigu

Ga mbar 20. Perbandingan kadar a ir petis kup ang tanpa perlakuan, petis dengan perlakuan tepu ng terigu 10 %, dan petis komersial.

Ga mbar 20 menunjukka n petis kupang deng an perlakua n tepung terigu

10% mem iliki kadar air sebesar 25,2%, sed angkan pe tis kupang kontrol me miliki

kadar air 22,1% dan petis kupang komersial memiliki kadar air 22 ,8%. Nilai kadar

air terseb ut masih memenuhi standar mutu SNI petis (2006) yang menyebutkan

bahwa kadar air pada produk p etis berkis ar antara 2 0-30%. Pen ggunaan te pung

terigu den gan taraf yang berbeda berpeng aruh sanga t nyata ter hadap kadar air petis

kup ang. Tepung terigu bersifat meng ikat air se hingga men yebabkan kadar

air petis kupang menjadi menurun. Purnom o (1995) diacu d alam

Prihartono (2003) m enyatakan bahwa se makin rendah kadar a ir suatu p roduk

makanan, tekstur yang dihasilkan semakin keras.

Air merupakan bahan baku yang m enentukan k onsistensi dan karakte ristik

reologi p ada adonan . Naiknya nilai kadar air petis kupang d engan perl akuan

tepung terigu diduga disebabk an oleh interaksi an tara pati, protein dan air

sehingga air tidak dapat lepas s ecara semp urna atau m enguap selama pemasakan.

Interaksi tersebut akibat pengika tan antara gugus aktif pada protein dengan gugus

aktif yan g ada dalam pati. Perubahan p ertama yang terjadi p ada pati adalah

kehilangan persilan gan polaris asi. Seiring dengan peningkat an suhu, ikatan

Page 112: C09afa (1)

144

hidrogen antara rantai pati rus ak dan air akan diserap oleh granula pati, yang

kemudian diikuti dengan tahap pelepasan amilosa (Eliasson 2000), seda ngkan pada

prote in, air akan bersenyaw a dengan g liadin dan glutenin me mbentuk gluten.

Kemampu an gluten mengikat air disebabkan oleh perbedaan komposis i dan struktur

dari asam amino gluten dan glia din sehingg a dapat dihasilkan a donan yang leng ket

dan elastis (Eski n 1990). Semakin tinggi protein terigu se makin tinggi pul a daya

sera p airnya (Pa ndisurya 1983 diacu d alam Prihartono 2003).

4.4.2. K adar abu

Sebagian besar bahan m akanan terdiri dari b ahan organik dan air, yaitu

sekitar 96%, sedang kan sisanya terdiri da ri unsur-unsur minera l. Unsur mineral

juga dike nal sebagai zat anorg anik atau k adar abu. Dalam proses pembak aran,

bahan-bah an organik terbakar te tapi zat an organiknya tidak, karena itulah

disebut abu (Win arno 1997). Hasil pen gukuran ka dar abu pad a petis kup ang

ditunj ukkan pada Gambar 21.

Kad

ar a

bu

(%

)

13. 4

14

12 8.9108 4.86420

0% 10 % k omersial

Perla kuan

Gam bar 21. Pe rbandingan kadar ab u petis kupang tanpa perlakuan, petis dengan perlakuan tepung terigu 10 %, dan peti s komersial.

Ga mbar 21 menunjukka n petis kupang deng an perlakua n tepung terigu

10% mem iliki kadar abu sebesar 8,9%, sedangkan pet is kupang k ontrol me miliki

kadar abu sebesar 13,4% dan pe tis kupang komersial memiliki kadar abu sebesar

4,8%. Ka dar abu yang terdapat p ada penelitian sudah memenuhi standar SNI mutu

petis (2006) yang menyebutk an bahwa kadar abu maksimal sebesar 8%. Peningkatan

kadar a bu petis ku pang diseba bkan oleh penambahan bumbu-bumbu

Page 113: C09afa (1)

145

dan bahan tambahan, seperti bawang p utih, gula merah dan tepung terigu.

Penambah an tepung terigu mampu meningkatkan zat anorganik pada p roduk

sehingga kadar abu p roduk menjadi tinggi. Tafu dan Matsuda (2000) menyatakan

bahwa ba han-bahan mineral seperti seng, m angan dan mineral lainnya tidak

dapat diekstrak atau larut oleh air pana s maupun a ir biasa.

4.4.3. K adar protein

Protein merupakan suatu zat yang penting b agi tubuh karena berfungsi

sebagai za t pembangun dan pengatur. Prot ein adalah s umber-sum ber asam a

mino yang mengandung un sur-unsur C, H, O dan N yang tid ak dimiliki oleh

lema k atau karbohidrat. Fungsi utama protein ialah untuk mem bentuk ja ringan

baru dan mempertahankan jari ngan yang telah ada. Protein jug a dapat digunakan

sebagai bahan bak ar apabila keperluan energi tubuh tidak terp enuhi oleh

karbohidra t dan lemak (W inarno 1997). Hasil pengukur an kadar p rotein pad a

petis k upang ditunjukk an pada Ga mbar 22.

Kad

ar p

rote

in (

%)

2013,7 4

16,13

15

10 5,38

5

0

0% 10% k omersial

P erlakuan tep ung terigu

Ga mbar 22. Perbandingan kadar p rotein petis kupang t anpa perlakuan,petis den gan perlakuan tepung terigu 10%, dan petiskomersial.

Ga mbar 22 menunjukka n petis kupang tanpa perlakuan memiliki kadar

protein sebesar 13,7 4% sedang kan petis k upang deng an perlakuan tepung terigu

10% mem iliki kadar protein seb esar 16,13 %. Jumlah kadar prote in yang

terdapat pada petis kupang ini sudah memen uhi standar SNI mutu petis yang

mencantumkan bah wa kadar p rotein min imal 10%. Pati mer upakan senyawa

Page 114: C09afa (1)

146

organik n on-protein. Oleh karen a itu, sema kin banyak jumlah te pung terigu

yang ditambahk an, kadar p rotein petis kupang semakin menurun.

4.4.4. K adar lemak

Lemak merup akan salah satu unsur penting d alam bahan pangan. Lemak

memiliki fungsi untuk memperbaiki bent uk dan str uktur fisik bahan pangan,

menambah nilai gizi dan kalori, serta memb erikan cita rasa yang gurih pada

bahan pangan. Selain itu, l emak berperan sangat penting ba gi gizi dan kesehatan

tubuh karena me rupakan su mber ener gi serta sebagai sumber dan pelarut

vitamin A, D, E, dan K (Winarno 1997). Ha sil pengukuran kadar lemak pada

petis k upang ditunjukk an pada Ga mbar 23.

Kad

a le

mak

(%

)

1,16 1,11

1,2 0,98

1,0

0,8

0,6

0,4

0,2

0,0

0% 10 % komersial

Perlakuan te pung terigu

Ga mbar 23. Perbandingan kadar lem ak petis ku pang tanpa perlakuan, petis

dengan perlakuan tepu ng terigu 10 %, dan petis komersial.

Ga mbar 23 m enunjukkan bahwa petis kupang tanpa perlakuan me miliki

nilai kadar lemak seb esar 0,98% , sedangka n kadar lem ak yang te rdapat pada petis

kupang de ngan perlakuan tepung terigu 10 % memiliki nilai sebesar 0,98%. Kadar

lemak yan g terdapat dalam produk petis kupang mengalami penin gkatan dar i nilai

kadar lemak pada bahan bakun ya yang ha nya sebesar 0,5%. Penambahan te pung

terigu tid ak memberikan penga ruh yang signifikan terhadap ka dar lemak pada

produk petis kupang karena tepu ng terigu m empunyai kadar lema k yang rend ah.

Lemak mempunyai pera nan penting dalam pem bentukan adonan, ter utama

interaksinya dengan protein dan pati. Le mak memperkuat jari ngan zat glutein

sehingga terbentuk jaringan yang lebih kuat dan leb ih elastis (Eliasson 2 000), tetapi

lemak menghambat proses retrogradasi pati. Lemak tersebut akan melapisi

Page 115: C09afa (1)

147

amilosa yang meleleh sehingga proses retr ogradasi m enjadi berlangsung d engan

lambat (Colona et al. 1992).

4.4.5. K adar karbohidrat

Ka rbohidrat merupakan sumber kalori utama yang terdapat dalam

makanan. Karbohid rat merupakan sumb er kalori yang murah dibandi ngkan

dengan p rotein dan lemak. Karbohidrat mempunyai peran penting dalam

menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya ra sa, warna, tekstur dan lain-

lain. Karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketosis, pemecahan p rotein

tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral dan berguna untuk membantu

metabolism lemak da n protein d i dalam tub uh (Winar no 1997). H asil

pengukuran kadar kar bohidrat pa da petis kup ang ditunju kkan pada Gambar 24.

Kad

ar k

arb

ohid

rat

(%)

65,91

7049, 6 48,79

6050403020100

0% 10 % komersial

Perlakuan te pung terigu

Gam bar 24. Perbandingan kadar kar bohidrat petis kupang tanpa perlakuan,

petis dengan perlakuan t epung terig u 10%, dan petis komersial.

Ga mbar 24 menunjukka n petis kupang tanpa perlakuan memiliki kadar

karbohidrat sebesar 4 9,6% lebih tinggi diba ndingkan d engan petis kupang d

engan perlakuan tepung ter igu 10% yang memiliki kadar k arbohidrat sebesar

48 ,79% sedangkan petis kupang komersial memiliki kadar karbohidrat sebesar 65

91%. Kadar karbohidrat pada petis kupang kurang mem enuhi sta ndar yang telah

ditetapkan SNI mutu petis (2006) yang m encantumka n bahwa kadar karbo hidrat

maksimal 40%. Kadar karbohidrat y ang tinggi mengga mbarkan bahwa

konsentrasi tepung yang ditambahkan sangat banyak. Hal itu me nyebabkan kadar

air pada a donan petis sangat sedikit. Banyaknya air akan menentukan kepadatan

Page 116: C09afa (1)

148

adonan. Penambahan tepung ya ng terlalu banyak akan menghasil kan adonan

yang keras dan teksturnya padat.

4.4.6. De rajat keasaman (pH)

Nilai pH merupakan ukuran ke asaman suatu zat. N ilai pH s ering

digunakan sebagai in dikator kerusakan bah an makanan karena p engontrolan

nilai pH meru pakan salah satu cara untuk mencegah per tumbuhan mikroorga

nisme pembusuk . Kemampuan mikro organisme untuk tumb uh di med ium

dengan pH rendah tergantung pada sistem sel untuk mengatur pH mendekati pH

netral. Nilai pH minim um pertumbuhan berg antung pad a jenis asam pada

medium. Nilai rata-rata pH pe tis kupang disajikan pada Gambar 25.

Der

ajat

kea

sam

an (

pH

) 6

5

4

3

2

1

0

5,16 5,39

4,66

0% 10% komersial

Perlakuan tepung terigu

Ga mbar 25. Perbanding an derajat keasaman (pH) petis kupang tanpa perlakuan, petis dengan perlakuan tepung terigu 10%, dan petis komersial.

Ga mbar 25 m enunjukka n petis kupang tanpa p erlakuan m emiliki nilai

pH 4,66 seda ngkan petis kupang dengan perla kuan tepun g terigu 10 % memiliki

nilai pH 5,16. Naiknya ni lai pH diduga karena adanya penambahan bahan tam

bahan berupa bu bur tepun g terigu dan gula yan g bersifat basa. Nilai pH pada

petis kupang k urang memenuhi stan dar SNI mu tu petis (2006), yakni berkisar a

ntara 3-4. Konsentrasi dan pH larutan pati mempengaruhi su hu gelatina si. Makin

kental larutan, s uhu gelatin asi makin s ulit dicapai. Bila pH terlalu tinggi,

pembentukan gel sem akin cepat tercapai. Pembentuka n gel optimum terjadi pada

pH 4-7 (Elliason 2000).

Page 117: C09afa (1)

149

4.4.7. Aktivitas air (aw)

Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan

makanan terhadap serangan mikroorganisme. Aktivitas air dinyatakan dalam aw

(water activity), yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh

mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Berbagai mikroorganisme mempunyai

aw minimal agar dapat tumbuh dengan baik. Aktivitas air (aw) mempengaruhi

multiplikasi dan aktivitas metabolisme mikroorganisme, resistensi dan daya tahan

(Skinner dan Hugo 1976 diacu dalam Setyaningsih 2004). Hasil pengukuran nilai

aw petis kupang ditunjukkan pada Tabel 15.

Tabel 15. Perbandingan aktivitas air (aw ) petis kupang tanpa perlakuan,

petis dengan perlakuan tepung terigu 10%, dan petis komersial.

Perlakuan Kisaran aw

Petis kontrol 0,663 – 0,665Petis perlakuan 10 % 0,763 – 0,764Petis komersial 0,747 – 0,748

Tabel 15 menunjukkan petis kupang tanpa perlakuan memiliki nilai

aktivitas air (aw) berkisar antara 0,663-0,665, sedangkan nilai aktivitas air (aw)

untuk petis kupang dengan perlakuan tepung terigu 10% berkisar antara 0,763–

0,764 lebih besar dari nilai aktivitas air (aw) pada petis kupang komersial yang

berkisar antara 0,747–0,748. Menurut Soekarto (1979) diacu dalam Wijatmoko

(2004) menyatakan bahwa makanan semi basah mempunyai nilai aktivitas air (aw)

yang berkisar antara 0,6–0,9 yang pada umumnya cukup awet dan stabil pada

penyimpanan suhu kamar. Penambahan gula dapat menyebabkan penurunan

aktivitas air sehingga pertumbuhan mikroorganisme perusak pada makanan

terhambat karena air yang diperlukan untuk tumbuh berkurang. Kadar gula dalam

makanan sebesar 70% dapat mencegah berbagai kerusakan makanan oleh aktivitas

mikroorganisme, sedangkan konsentrasi dibawah 70% larutan gula masih efektif

menghentikan kegiatan mikroba tetapi untuk jangka waktu yang pendek (Widyani

dan Suciaty 2008).

Page 118: C09afa (1)

150

4.4.8. Uji mikrobiologi (Total Plate Count)

Mikroorganisme bersifat cosmopolitan, hidup tersebar luas di lingkungan.

Mikroorganisme yang banyak tumbuh pada bahan pangan adalah bakteri, kapang

dan khamir yang dapat menyebabkan kerusakan dari segi organoleptik maupun

komposisi bahan kimia. Kerusakan bahan pangan yang ditimbulkan oleh

mikroorganisme antara lain perubahan warna, pembentukan lendir, pembentukan

endapan, pembentukan gas, bau asam, bau busuk dan berbagai perubahan lainnya

(Fardiaz 1992). Hasil penghitungan total mikroba dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Total mikroba petis kupang tanpa perlakuan, petis kupang dengan

perlakuan tepung terigu 10% dan petis kupang komersial.

Perlakuan Total mikrobaPetis kontrol 3,9x101

Petis perlakuan 10 % 7,3x102

Petis komersial 96,5x102

Pada Tabel 16 terlihat bahwa petis kupang perlakuan 10% memiliki

jumlah mikroba sebanyak 7,3x102 CFU/ml, sedangkan petis kupang tanpa

perlakuan (kontrol) memiliki jumlah mikroba sebanyak 3,9x101 CFU/ml dan petis

kupang komersial jumlah mikroba sebanyak 96,5x102 CFU/ml. Jumlah ini diatas

standar SNI petis yang menyebutkan bahwa jumlah mikroba yang terkandung

maksimal sebanyak 5x102 CFU/ml (tabel 14).

Pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh nutrisi, waktu, suhu, pH,

kadar air, ketersediaan gas-gas dan aw. Kapang menyerang bahan-bahan yang

mengandung pektin, pati dan selulosa, sedangkan khamir menyerang bahan-bahan

yang banyak mengandung gula (Winarno 1997).

4.2.9. Uji viskositas

Viskositas adalah daya aliran molekul dalam sistem larutan. Suspensi

koloid dalam larutan dapat meningkat dengan cara mengentalkan cairan sehingga

terjadi absorbsi dan pengembangan koloid. Prinsip pengukuran viskositas adalah

mengukur ketahanan gesekan antara dua lapisan molekul yang berdekatan.

Viskositas yang tinggi dari suatu material disebabkan oleh gesekan internal yang

Page 119: C09afa (1)

151

besar sehingga cairannya mengalir (Glicksman 1983 diacu dalam Kurnianta

2002). Hasil pengukuran uji viskositas dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Nilai viskositas petis kupang tanpa perlakuan, petis kupang dengan perlakuan tepung terigu 10% dan petis kupang komersial.

Perlakuan ViskositasPetis kontrol 15340 cpPetis perlakuan 10 % 8640 cpPetis komersial 685.000 cp

Viskositas petis dipengaruhi oleh proporsi tepung terigu yang

ditambahkan, lama waktu pemasakan dan jumlah kebutuhan bahan yang

ditambahkan (terutama gula) (Sumnu et al.1998). Pati tepung terigu mengalami

gelatinisasi pada waktu dipanaskan sehingga terjadi peningkatan viskositas.

Menurut Swinkels (1985), suhu gelatinisasi pati tepung terigu berkisar antara 52-

64 oC. Selain itu, protein dan penambahan gula juga berpengaruh terhadap

kekentalan gel yang terbentuk. Gula akan menurunkan kekentalan karena gula

dapat mengikat air sehingga pembengkakan butir-butir pati menjadi lebih lambat,

akibatnya suhu gelatinisasi akan lebih tinggi. Protein akan membentuk ikatan

kompleks dengan molekul pati pada permukaan granula dan mencegah molekul-

molekul pati yang terdapat dalam granula untuk keluar (Sumnu et al. 1998).

Dilihat dari nilai viskositasnya, petis kupang yang dihasilkan lebih kental (8640

cP) dibandingkan dengan viskositas petis menurut SNI petis (2006) (5400 cP),

namun relatif lebih encer dibandingkan dengan petis kupang komersial (685.000

cP).

4.4.10. Uji logam berat (Hg dan Pb)

Secara umum, kadar bahan pencemar dapat diketahui dengan

menggunakan bioindikator yaitu jenis organisme tertentu yang dapat

mengakumulasi bahan-bahan yang ada sehingga dapat mewakili keadaan di dalam

lingkungan habitatnya (Kurnianta 2002). Kupang hidup di dasar perairan berupa

lumpur atau lumpur bercampur pasir dan mobilitasnya rendah, sehingga

kemungkinan terdapatnya logam berat pada kupang sangatlah besar. Logam-

logam berat umumnya bersifat toksik (racun) dan kebanyakan di air dalam bentuk

Page 120: C09afa (1)

152

ion. Logam- logam berat yang mencemari perairan banyak jenisnya, diantaranya

logam Hg dan Pb yang berdampak buruk bagi kesehatan.

Hasil uji logam berat (Hg dan Pb) pada produk petis kupang tanpa

perlakuan (kontrol) atau petis kupang dengan konsentrasi tepung terigu 10%

memberikan hasil tidak terdeteksi adanya kandungan logam berat. Hal ini sesuai

dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh SNI petis (2006) yang menyebutkan

bahwa kandungan Hg maksimal 0,05 ppm dan Pb maksimal 2 ppm.

Kandungan logam berat dalam kupang dapat dihilangkan dengan proses

perebusan hingga mendidih selama kurang lebih satu jam sehingga diperoleh

daging kupang yang bebas dari Hg (0 mg/kg), sedangkan untuk mengurangi

kandungan logam berat berbahaya dalam kaldu dapat dilakukan dengan

pengenceran. Penggantian air rebusan setelah mendidih 100 oC selama lima menit

meminimalkan logam berat berbahaya dengan gizi tetap baik (Lemlit 2000 diacu

dalam Kurnianta 2002).

Page 121: C09afa (1)

153

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Komposisi terpilih pada penelitian pendahuluan adalah petis kupang

dengan penambahan jenis bahan pengisi berupa tepung terigu. Perlakuan petis

kupang dengan penambahan tepung terigu berpengaruh nyata terhadap parameter

penampakan, tekstur, aroma, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap rasa.

Hasil pengujian organoleptik skala hedonik terhadap petis kupang

menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai tekstur dan rasa dengan penambahan

tepung terigu 10%. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata organoleptik

tertinggi tekstur 6,73, dan rasa 6,67.

Uji fisika-kimia petis kupang kontrol mempunyai mempunyai kadar air

22,1%, kadar abu 13,4%, kadar protein 13,74%, kadar karbohidrat 49,6%, kadar

lemak 1,16%, nilai viskositas 15340 cp, aktivitas air berkisar antara 0,663-0,665,

derajat keasaman (pH) 5,16 dan tidak terdeteksi adanya logam berat Hg dan Pb.

Petis kupang dengan penambahan tepung terigu 10% mempunyai kadar air 25,2%,

kadar abu 8,9%, kadar protein 16,13%, kadar karbohidrat 48,79%, kadar lemak

0,98%, nilai viskositas 8640 cp, aktivitas air berkisar antara 0,747-0,748, derajat

keasaman (pH) 5,16 dan tidak terdeteksi adanya logam berat Hg dan Pb.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah :

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai masa simpan produk petis

kupang sehingga dapat diketahui daya tahan pada suhu ruang dan suhu

chilling.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspek mikrobiologis dan

pengemasan yang tepat.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan petis dengan

perlakuan penambahan campuran tepung/pati yang memiliki pengaruh tidak

berbeda nyata, yaitu tapioka dan terigu.

Page 122: C09afa (1)

154

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara : Jakarta.

Adiyoga W, Suherman R, Soetiarso TA, Jaya B, Udiarto BK, Rosliani R, Mussadad D. 2004. Profil komoditas bawang putih. Laporan Akhir. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen pertanian.

AOAC. 1995. Determination of metals in foods by atomic absorption spectrophotometry after dry ashing: NMKL Collaborative Study.Journal of AOAC International 2000, vol 83, no. 5, pp 1204-1211.

AOAC. 2000. Official Methods of Analysis. 16th edition. Association of Official Analytical Chemist inc. Arlington. Virginia.

Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasri NL, Sedarnawati, dan Budiyanto S. 1989.Petunjuk Laboratorium Analisis Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.

Apriyantono A. 2002. Pengaruh pengolahan terhadap nilai gizi dan keamanan pangan. Disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2.

Auinger-Pfund et al. 1999. Pengolahan Kue dan Roti. Jakarta. Depertemen Pendidikan Nasional Dikmenjur.

Badan Standarisasi Nasional. 2006. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI-01-3751-2006. Tepung Terigu sebagai Bahan Makanan. Dewan Standarisasi Indonesia. Jakarta.

__________.1994. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI-01-3451-1994. Tepung Tapioka. Dewan Standarisasi Indonesia. Jakarta.

__________.1994. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI-01-3549-1994. Tepung Beras. Dewan Standarisasi Indonesia. Jakarta.

__________.2006. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI-01-2346-2006. Produk Petis Udang. Dewan Standarisasi Indonesia. Jakarta.

Baswardono. 1983. Studi Pendahuluan Pengembangan Kupang sebagai Makanan Murah Bergizi. PN Bali Pustaka. Jakarta.

Bornet F. 1993. Technological treatments of cereals. Repercussion on the physiological properties of starch. Carbohydrates Polymers, 21 (2-3), 195-203.

Bowes dan Church’s. 1985. Food Value of Portion Commonly Used (14th ed) Perennial Library, New York.

Brodnitz MH, Ascale JVP, dan Erlice LVD. 1971. Flavour component of garlic extract. Journal Agriculture and Food Chemistry. 11:377

Page 123: C09afa (1)

155

Buckle KA, Edwards RA, Fleet GH, Wooton M, 1985. Ilmu Pangan. Penerjemah Purnomo dan Adiono. Universitas Islam. Jakarta.

Brydson JA. 1975. Platic Materials 3rd . Newnes-Butterworths: London

Colona P, Leloup V, Buleon A. 1992. Limiting factors of starch hydrolysis,European Journal Clin Nutritional, 46 (Suppl 2), S17-32.

Crompton TR. 1979. Additive Migration from Plastic into Food. Pergamon Press.

Darmawiyanti V. 1995. Pengolahan Kupang Merah dalam Proses Pembuatan Kerupuk Kupang di Desa Balongdowo Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo.[Skripsi]. Malang: Fakultas Perikanan, Universitas Brawijaya Malang.

Desiana. 2000. Identifikasi dan Monitoring Kemungkinan Adanya Cemaran pada Kupang Merah (Musculista senhausia) dan Kupang Putih (Corbula faba) di Desa Balongdowo, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. [Skripsi]. Bogor: Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Djaenal DN. 2001. Mempelajari Pengaruh Cara Pemasakan terhadap Kondisi Protein Nasi Aron dan Air Tajin, Serta Daya Terima Nasi. [Skripsi]. Bogor: Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Elliason AC. 2004. Starch in Food, Structure, Functions and Applications.Woodhead Publishing Limited and CRC Pres LLC. USA.

Eskin NAM. 1990. Biochemistry of Foods second edition. Departement of Food and Nutrition The University of Manitoba Winnipeg, Mannitoba, Canada. Academic Press, Inc.

Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia: Jakarta.

Faridah A, Kasmita S, Yulastri A, Yusuf L. 2008. Patiseri Jilid 1 untuk SMK. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.

Fellows PJ. 1988. Food Processing Technology Principles and Practice. Ellis Horwood Limited. England.

Hidayat N, Masdiana CP dan Suhartini S. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi: Yogyakarta.

Indoh K, Nagata S, Kanzaki K, Shiiba K dan Nishimura T. 2006. Comparison of characteristics of fermented salmon fish sauce using wheat gluten koji with those using soy sauce koji. Journal Food Science Technology Research, 206-212.

Page 124: C09afa (1)

156

Ishii K, Nishimura T, Ono T, Hatae K, dan Shimada J. 1994. Taste of peptides in wheat gluten hydrolyzate by protease. Journal Nippon Kasei Gakkaishi, 45, 615-620.

Jane J. 2006. Current understanding on starch granule structures. American Journal of Food Science and Human Nutrition, 54, 31-36.

Kurnianta MJ. 2002. Profil Kandungan Logam Berat Cadmium (cd) dan Krom (cr) dalam Daging Kupang Beras (Tellina versicolor). [Skripsi]. Jember: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Jember.

Larmond E. 1970. Methods for Sensory. Evaluation of Food. Alih bahasa: Susrini Idris. Nuffic-Unibaraw/Animal Husbandry.

Lewis YS. 1984. Spices and Herbs for the Food Industry. Orpington, England : Food Trade.

Mandriwati GA, Achjar AH, Suratiah dan Sister K. 1999. Studi Pembuatan dan Kandungan Gizi Minuman Air Tajin. dalam: Prosiding. Seminar Nasional Teknologi Pangan, Jakarta 12-13 Oktober.

Mountney GJ. 1966. Poultry Product Technology. Wetsport, Connecticut : The AVI Publishing Company, Inc.

Muchtadi D. 1989. Petunjuk Laboratorium. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. IPB Press. Bogor.

Muhandri T dan Kadarisman D. 2006. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. IPB Press. Bogor.

Mukti EDW. 1987. Ekstraksi dan Analisa Sifat Fisika-Kimia dari Rumput Laut Jenis Eucheuma Cottonii. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Intitut Pertanian Bogor.

Okazaki T, Yamauchi S, Yoneda T dan Suzuki K. 2001. Effect of combination of heating and pressurization on browning reaction of glucose-glicine solution and white sauce. Journal Science and Technology Research, 7 (4) 285-289.

Okumura T, Yamada R dan Nishimura T. 2004. Sourness-suppressing peptide in cooked pork loins. Journal Bioscience, Biotechnology, and Biochemistry, 68, 1657-1662.

Pan Y et al., 2001. Properties of Rice Flour and Its Applications In. Symposium Ricegrower’s Cooperative Research Centre for Sustainable Rice Production. Yanco Agricultural Institute

Prayitno dan Susanto T. 2001. Kupang dan makanan tradisional Sidoarjo. Surabaya: Trubus Agriasasana.

Page 125: C09afa (1)

157

Prihartono S. 2003. Pengembangan Produk Nugget Berbasis Sayuran dengan Bahan Pengikat Tepung Beras sebagai Pangan Fungsional. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Purwanto dan Sardjimah A. 2000. Profil kandungan asam lemak dalam makanan tradisional khas Jawa Timur. dalam: Prosiding. Seminar Nasional Makanan Tradisional PKMT Unibraw. Malang.

Robinson DS. 1987. Food Biochemistry and Nutritional Value. John Wiley & Sons, New York.

Rumokoi MMM. 1994. prospek pengembangan gula kelapa di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan 8 (1): p 9-16

Saparinto C dan Hidayati D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Kanisius: Yogyakarta.

Saleh M, Murdinah, Tazwir. 2001. Perubahan Mutu Ikan (Fish Spread) dari Daging Merah Ikan Tuna selama Penyimpanan. [Skripsi]. Bogor: Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Schlichtherle-Cerny H dan Amado R. 2002. Analysis of taste active compounds in an enzymatic hydrolysate of deamidated wheat gluten. Journal Agricultur and Food Chemistry. 50,1515-1522.

Setyahadi S. 1999. Pengaruh Bahan Kemasan terhadap Bahan Olahan. dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pangan. Jakarta.

Setyaningsih D. 2004. Karakteristik Selai Campuran Rumput Laut JenisGracilaria verrucosa dan Nanas (Ananas comosus). [Skripsi]. Bogor: Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Simopoulos AP. 1991. Omega-3 fats in health and disease and in growth and development. American Journal of Clinical Nutrition,54 no.3: 451.

Soekarto ST. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhratara Karya Aksara: Jakarta.

Soemarno. 2000. Rancangan Teknologi Proses Pngolahan Tapioka dan Produk-produknya. Kanisius: Jakarta. 54 hal.

Soeseno S. 1984. Teknik Penangkapan dan Teknologi Ikan. Yasaguna: Jakarta.

Soetanto E. 1988. Teknologi Tepat Guna Pembuatan Gula Kelapa Kristal. Kanisiu: Yogyakarta. 36 hal.

Steel RGD dan Torrie JH. 1983. Prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan Sumantri B. Gramedia: Jakarta.

Page 126: C09afa (1)

158

Stoliczka. 1870. Taxonomy. Diakses 19 Agustus 2009 dari http://zipcodezoo.com/animal/c/Corbula_faba.

Stoll AL. 2001. The Omega-3 Connection: The Ground-Breaking Anti-Depression and Diet Program. Fireside: New York.

Subani W. 1981. Perikanan Kupang. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Deptan RI. Vol. 3 (3). Jakarta

Subani, Suwiryo W, Suminarti. 1983. Penelitian lingkungan hidup perairan kupang, pemanfaatan hasil dan pelestarian sumbernya. dalam:Laporan Penelitian Perikanan Laut. Nomor 23 BPPL Departemen Pertanian. Jakarta.

Sudarmadji, Haryono B dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisis untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty: Yogyakarta.

Sumaatmaja 1984. Seni Mengolah Patiseri Eropa. CV. Putra Harapan.

Sumnu G, Ndife MK, Bayındırlı L. 1998. Effects of sugar, protein and water content on wheat starch gelatinization due to microwave heating.Journal European Food and Research Technology. 209, 68-71.

Suzuki Y, Motoi H dan Sato K. 1999. Quantitative analysis of pyroglutamic acid peptides. Journal Agriculture and Food Chemistry. 47, 3248-3251.

Swinkels JJM. 1985. Sources of starch, its chemistry and physics. Didalam : van Beynum GMA and J.A., editor. Starch Conversion Technology. New York : Marcel Dekker, Inc.

Syarief R dan Hariyadi. 1992. Teknologi Pengemasan Pangan. IPB Press. Bogor.

Tafu S dan Matsuda Y. 2000. High Mineral Oyster Extract and Procces For The Manufacturing The Same. Japan Clinic Co., Ltd., Kyoto.

Tarmudji 2004. Pemanfaatan Onggok untuk Pakan Unggas. IPB Press. Bogor.

Tjahjaningsih J. Surjadi AG, Waluyo SB dan Sudiro. 1983. Retensi Warna Gula Kelapa. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto (tidak dipublikasikan)

Widyani R dan Suciaty T. 2008. Prinsip Pengawetan Pangan. Swagati Press: Cirebon.

Wijatmoko A. 2004. Pengaruh Penambahan Jeruk Nipis, Belimbing Wuluh, dan Asam Sitrat pada Petis Ikan. [Skripsi]. Bogor: Program Studi Teknologi Hasil Perikana. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Winarno FG dan Laksmi BS. 1974. Dasar Pengawetan, Sanitasi dan Keracunan.Fatemeta dan THP, IPB.

____________. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia: Jakarta.

Page 127: C09afa (1)

159

____________, Fardiaz S, Fardiaz D. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia: Jakarta.

____________, Surono. 2002. GMP Cara Pengolahan Pangan yang baik.Gramedia: Jakarta

Weegels PL, Hamer RJ, Schofield ID. 1996. Functional properties of wheat glutenin. Journal of Cereal Science, 23:1-18.

Yamauchi H et al., 2003. Bread making quality of wheat/rice flour blends.[Technical Paper]. Department of Upland Agriculture, National Agricultural Research Center for Hokkaido Region(NARCH), Shinsei, Memuro, Hokkaido 082-007], Japan.

Yuniarti E. 2000. Mempelajari Proses Pembuatan dan Lama Penyimpanan Selai Rumput Laut. [Skripsi]. Bogor: Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Page 128: C09afa (1)

160

Page 129: C09afa (1)

161

Lampiran 1 Lembar penilaian (score sheet) organoleptik petis kupang

Lembar penilaian uji skorNama Panelis : ……………………………..Tanggal : ……………………………..• Berilah tanda √ pada nilai yang dipilih sesuai kode contoh yang diuji.

SPESIFIKASINILAI

KODE CONTOHT1 T2 T3 T4 T5

I. BAU- Harum spesifik petis kupang kuat, tanpa

9bau tambahan, enak.

- Harum spesifik petis kupang kuat, tanpa8

bau tambahan, kurang enak.- Harum spesifik petis kupang sedang, sedikit

7bau tambahan, agak enak.

- Harum spesifik petis kupang lemah, sedikit6

bau tambahan, kurang enak.- Harum spesifik petis kupang lemah, bau

5tambahan agak keras, kurang enak.

- Tidak ada spesifik petis kupang, bau4

tambahan agak keras, tidak enak.- Tidak ada spesifik petis kupang, bau

3tambahan keras, agak busuk/tengik.

- Tidak ada spesifik petis kupang, bau2

tambahan keras, busuk/tengik.- Tidak ada spesifik petis kupang, bau

1tambahan sangat keras, busuk/tengik.

II. KENAMPAKAN- Coklat tua, cemerlang, tidak ada kotoran 9- Coklat tua, agak cemerlang, tidak ada

8kotoran

- Coklat tua, agak kusam, tidak ada kotoran. 7- Coklat agak kehitaman, agak kusam, sedikit

6kotoran.

- Coklat agak kehitaman, kusam, sedikit5

kotoran.- Coklat kehitaman, kusam, banyak kotoran. 4- Coklat kehitaman, tidak menarik, banyak

3kotoran.

- Agak hitam, tidak menarik, banyak kotoran 2

Page 130: C09afa (1)

162

- Hitam, tidak menarik, banyak kotoran1

berjamur.III. RASA :

- Enak, rasa kupang kuat, rasa manis dan asin9

cukup.- Cukup enak, rasa kupang keras, rasa manis

8cukup, rasa asin kurang.

- Agak enak, rasa kupang sedang, rasa manis7

kurang, rasa asin cukup.- Kurang enak, rasa kupang sedikit, rasa

6manis, asin kurang.

- Kurang enak, rasa kupang sedikit, rasa5

terlalu manis.- Tidak enak, rasa kupang sedikit, rasa terlalu

4manis, sedikit pahit.

- Tidak enak, rasa kupang hilang, rasa terlalu3

manis, sedikit pahit.- Tidak enak, rasa kupang hilang, rasa terlalu

2asin, sedikit pahit.

- Tidak enak, rasa kupang hilang, rasa terlalu1

manis, pahit.IV. KONSISTENSI :

- Kental sekali, homogen, lembut. 9- Kenal sekali, homogen, sedikit lembut. 8- Kental, homogen, sedikit lembut. 7- Kental, homogen, agak kasar. 6- Agak kental, kurang homogen, agak kasar. 5- Agak kental, tidak homogen, kasar. 4- Sedikit kental, homogen, kasar. 3- Sedikit kental, tidak homogen, kasar. 2- Padat, tidak homogen, kasar. 1

Sumber : SNI-01-2346-1991

Page 131: C09afa (1)

Lampiran 2. Data hasil uji organoleptik petis kupang dengan perlakuan perbedaan konsentrasi tepung terigu.

parameter penampakan

panelisperbedaan konsentrasi tepung

0 5 10 15 20 25 30 35 401 7 8 8 9 7 6 7 7 62 7 5 5 5 7 5 4 7 53 8 8 7 6 7 6 6 6 64 8 8 7 7 7 7 7 6 75 4 6 7 7 8 8 7 7 86 8 7 7 7 7 6 6 5 67 7 8 8 8 7 6 6 5 68 6 7 8 8 7 7 6 7 79 7 8 9 7 4 3 6 7 310 8 8 7 9 4 4 6 5 411 9 9 7 7 9 8 6 6 812 3 7 7 7 5 5 6 7 513 8 7 6 6 4 3 7 7 314 7 6 6 7 9 8 7 6 815 7 6 6 6 7 7 6 6 716 8 9 8 8 7 8 6 5 817 9 6 7 7 7 3 4 7 318 7 8 7 8 7 7 6 4 719 7 7 7 7 6 3 7 6 320 7 8 9 7 6 5 7 7 521 9 9 7 7 9 8 5 8 822 8 7 7 7 5 5 6 6 523 9 7 6 6 4 3 5 5 324 8 6 6 7 9 8 5 5 825 8 6 6 6 7 7 4 6 726 4 9 8 8 7 8 6 7 827 9 6 7 7 7 3 6 7 328 9 8 7 8 7 7 3 4 729 6 7 7 7 6 3 7 5 330 9 8 9 7 6 5 5 6 5

rata-rata 7.37 7.30 7.10 7.10 6.63 5.73 5.83 6.07 5.73

Page 132: C09afa (1)

parameter warna

panelisperbedaan konsentrasi tepung

0 5 10 15 20 25 30 35 401 7 7 8 8 5 6 5 4 62 7 6 5 6 7 5 6 6 53 7 7 7 7 7 6 5 5 64 7 8 8 7 7 7 7 7 75 8 7 6 7 7 7 7 7 76 4 7 7 8 6 7 5 4 77 8 7 8 6 7 8 5 5 88 7 7 8 8 7 7 6 7 79 6 7 8 8 6 4 5 7 410 7 8 7 7 4 4 7 5 411 7 9 7 7 9 8 6 5 812 9 7 7 7 5 5 6 7 513 3 8 6 6 4 3 7 7 314 8 6 6 7 9 8 7 7 815 7 6 6 6 8 7 6 6 716 7 9 7 6 7 8 5 4 817 8 6 7 7 7 3 4 7 318 9 8 7 8 7 8 6 6 819 6 5 7 7 3 4 7 7 420 7 6 9 8 7 5 7 7 521 7 9 7 7 9 8 7 5 822 8 7 7 7 5 5 6 6 523 8 8 6 6 4 3 6 5 324 9 6 6 7 9 8 5 6 825 8 6 6 6 8 7 5 5 726 8 9 7 6 7 8 6 6 827 5 6 7 7 7 3 5 6 328 8 8 7 8 7 8 3 4 829 8 5 7 7 3 4 7 6 430 7 6 9 8 7 5 7 6 5

rata-rata 7.17 7.03 7.00 7.00 6.50 5.97 5.87 5.83 5.97

Page 133: C09afa (1)

parameter tekstur

panelisperbedaan konsentrasi tepung

0 5 10 15 20 25 30 35 401 6 7 8 5 5 4 7 6 42 7 6 6 6 7 6 7 8 63 7 6 7 8 7 6 4 6 64 8 8 7 8 7 7 5 8 75 8 7 7 7 7 7 7 7 76 7 5 5 6 5 4 4 6 47 8 7 7 7 6 5 5 5 58 6 7 8 8 7 7 3 3 79 7 8 8 7 4 2 5 6 210 8 7 7 7 6 6 6 6 611 9 8 7 7 5 7 7 7 712 7 7 7 7 6 5 7 6 513 8 4 4 3 3 3 7 6 314 8 5 6 5 8 5 8 8 515 9 7 7 7 8 6 7 6 616 8 7 8 8 4 4 5 5 417 8 7 6 6 4 3 6 8 318 5 7 7 8 8 7 6 4 719 7 7 7 7 3 3 7 6 320 8 6 7 8 5 9 7 7 921 7 8 7 7 5 7 8 8 722 7 7 7 7 6 5 6 6 523 9 4 4 3 3 3 6 3 324 8 5 6 5 8 5 4 4 525 8 7 7 7 8 6 4 6 626 5 7 8 8 4 4 6 7 427 8 7 6 6 4 3 5 7 328 9 7 7 8 8 7 3 3 729 9 7 7 7 3 3 7 4 330 9 6 7 8 5 9 6 6 9

rata-rata 7.60 6.60 6.73 6.70 5.63 5.27 5.83 5.93 5.27

Page 134: C09afa (1)

parameter aroma

panelisperbedaan konsentrasi tepung

0 5 10 15 20 25 30 35 401 4 8 6 9 7 5 7 6 52 4 6 5 7 6 6 8 8 63 7 7 7 7 7 6 3 6 64 8 8 7 7 7 7 5 8 75 3 6 6 7 7 7 7 7 76 7 7 8 8 7 7 6 6 77 7 7 8 8 7 8 6 5 88 4 7 7 7 6 6 7 8 69 5 8 8 7 7 6 6 7 610 7 7 7 7 7 7 6 8 711 9 8 9 6 7 9 7 6 912 7 4 5 7 5 4 4 4 413 8 7 6 4 6 4 7 7 414 6 9 7 7 8 9 7 6 915 8 7 6 7 6 6 5 7 616 7 8 5 4 8 8 5 5 817 7 7 7 5 5 3 4 5 318 5 7 7 7 7 8 4 6 819 7 6 6 7 6 5 7 6 520 8 8 9 7 6 6 6 6 621 7 8 9 6 7 9 4 4 922 7 4 5 7 5 4 6 5 423 6 7 6 4 6 4 6 6 424 7 9 7 7 8 9 5 5 925 7 7 6 7 6 6 4 5 626 3 8 5 4 8 8 4 3 827 8 7 7 5 5 3 5 7 328 9 7 7 7 7 8 4 4 829 3 6 6 7 6 5 7 4 530 9 8 9 7 6 6 4 5 6

rata-rata 6.47 7.10 6.77 6.53 6.53 6.30 5.53 5.83 6.30

Page 135: C09afa (1)

parameter rasa

panelisperbedaan konsentrasi tepung

0 5 10 15 20 25 30 35 401 3 7 7 8 7 6 7 4 62 4 4 4 6 6 6 7 6 63 6 7 7 6 8 6 3 7 64 8 8 8 7 7 7 5 6 75 4 7 7 7 7 7 6 6 76 7 8 8 8 6 6 4 3 67 7 7 7 6 7 7 5 5 78 5 7 7 7 6 6 3 7 69 4 7 8 6 6 4 4 5 410 8 7 7 8 6 6 7 6 611 9 7 8 5 7 9 5 7 912 7 4 6 6 5 5 5 6 513 7 4 6 6 6 4 6 5 414 5 7 7 7 8 8 7 6 815 9 6 6 7 7 7 7 5 716 7 4 4 5 5 5 7 4 517 8 7 6 6 5 3 6 8 318 5 7 7 7 7 8 6 6 819 7 7 7 7 6 4 8 6 420 7 5 8 9 6 7 7 7 721 7 7 8 5 7 9 6 6 922 8 4 6 6 5 5 7 5 523 5 4 6 6 6 4 7 7 424 8 7 7 7 8 8 5 7 825 5 6 6 7 7 7 3 7 726 4 4 4 5 5 5 3 2 527 7 7 6 6 5 3 5 5 328 8 7 7 7 7 8 4 4 829 3 7 7 7 6 4 7 4 430 8 5 8 9 6 7 6 5 7

rata-rata 6.33 6.17 6.67 6.63 6.33 6.03 5.60 5.57 6.03

Page 136: C09afa (1)

Lampiran 3. Uji Kruskal-Wallis terhadap penampakan, tekstur, aroma dan rasa

petis kupang dengan perlakuan perbedaan jenis bahan pengisi.

Meanperlakuan N Rankpenampakan kontrol 30 107.92

tapioka 30 84.00terigu 30 84.52air tajin 30 62.62tepung

30 38.45berasTotal 150

tekstur kontrol 30 114.13tapioka 30 79.42terigu 30 81.70air tajin 30 70.53tepung

30 31.72berasTotal 150

aroma kontrol 30 87.63tapioka 30 86.30terigu 30 88.38air tajin 30 63.42tepung

30 51.77berasTotal 150

rasa kontrol 30 89.40tapioka 30 82.52terigu 30 80.52air tajin 30 64.50tepung

30 60.57berasTotal 150

Page 137: C09afa (1)

Lampiran 4. Analisis ragam penampakan, tekstur, aroma dan rasa petis kupang

dengan perlakuan perbedaan jenis bahan pengisi.

Jumlah Derajat KuadratF hitung signifikan

kuadrat bebas rata-ratapenampakan Antar grup 142.707 4 35.677 16.471 .000

Dalam grup 314.067 145 2.166Total 456.773 149

tekstur Antar grup 186.773 4 46.693 22.546 .000Dalam grup 300.300 145 2.071Total 487.073 149

aroma Antar grup 45.493 4 11.373 5.077 .001Dalam grup 324.800 145 2.240Total 370.293 149

rasa Antar grup 30.707 4 7.677 2.844 .026Dalam grup 391.433 145 2.700Total 422.140 149

H0 : Faktor perlakuan bahan pengisi tidak memberikan pengaruh terhadap

kesukaan panelis.

H1 : Faktor perlakuan bahan pengisi memberikan pengaruh terhadap kesukaan

panelis.

Page 138: C09afa (1)

Lampiran 5. Uji lanjut Tukey penampakan, tekstur, aroma dan rasa petis kupang

dengan perlakuan perbedaan jenis bahan pengisi.

SelangVariabel (I) (J) Perbedaan Standar

Signifikankepercayaan

utama perlakuan perlakuan rata-rata (i-j) kesalahan Batas Batasbawah atas

penampakan kontrol tapioka .83333 .38000 .188 -.2164 1.8830terigu .80000 .38000 .223 -.2497 1.8497air tajin 1.56667(*) .38000 .001 .5170 2.6164tepung

2.90000(*) .38000 .000 1.8503 3.9497beras

tapioka kontrol-.83333 .38000 .188

-.21641.8830

terigu-.03333 .38000 1.000

-1.01641.0830

air tajin .73333 .38000 .306 -.3164 1.7830tepung

2.06667(*) .38000 .000 1.0170 3.1164beras

terigu kontrol-.80000 .38000 .223

-.24971.8497

tapioka.03333 .38000 1.000

-1.08301.0164

air tajin .76667 .38000 .263 -.2830 1.8164tepung

2.10000(*) .38000 .000 1.0503 3.1497beras

air tajin kontrol-1.56667(*) .38000 .001

--.51702.6164

tapioka-.73333 .38000 .306

-.31641.7830

terigu-.76667 .38000 .263

-.2830

1.8164tepung

1.33333(*) .38000 .005 .2836 2.3830beras

tepung kontrol-2.90000(*) .38000 .000

- -beras 3.9497 1.8503

tapioka-2.06667(*) .38000 .000

- -3.1164 1.0170

terigu-2.10000(*) .38000 .000

- -3.1497 1.0503

air tajin-1.33333(*) .38000 .005

--.2836

2.3830tekstur kontrol tapioka 1.33333(*) .37158 .004 .3069 2.3598

terigu 1.26667(*) .37158 .007 .2402 2.2931air tajin 1.70000(*) .37158 .000 .6736 2.7264tepung

3.46667(*) .37158 .000 2.4402 4.4931beras

tapioka kontrol-1.33333(*) .37158 .004

--.30692.3598

terigu-.06667 .37158 1.000

-.95981.0931

air tajin .36667 .37158 .861 -.6598 1.3931tepung

2.13333(*) .37158 .000 1.1069 3.1598beras

terigu kontrol -1.26667(*) .37158 .007 - -.2402

Page 139: C09afa (1)

2.2931tapioka .06667 .37158 1.000 -.9598 1.0931air tajin .43333 .37158 .771 -.5931 1.4598tepung

2.20000(*) .37158 .000 1.1736 3.2264beras

air tajin kontrol-1.70000(*) .37158 .000

--.67362.7264

tapioka-.36667 .37158 .861

-.65981.3931

terigu-.43333 .37158 .771

-.5931

1.4598tepung

1.76667(*) .37158 .000 .7402 2.7931beras

tepung kontrol-3.46667(*) .37158 .000

- -beras 4.4931 2.4402

tapioka-2.13333(*) .37158 .000

- -3.1598 1.1069

terigu-2.20000(*) .37158 .000

- -3.2264 1.1736

air tajin-1.76667(*) .37158 .000

--.7402

2.7931aroma kontrol tapioka

-.06667 .38644 1.000-

1.00081.1342terigu

-.13333 .38644 .997-

.93421.2008air tajin .73333 .38644 .323 -.3342 1.8008tepung

1.26667(*) .38644 .011 .1992 2.3342beras

tapioka kontrol.06667 .38644 1.000

-1.13421.0008

terigu-.06667 .38644 1.000

-1.00081.1342

air tajin .80000 .38644 .239 -.2675 1.8675tepung

1.33333(*) .38644 .006 .2658 2.4008beras

terigu kontrol .13333 .38644 .997 -.9342 1.2008tapioka

.06667 .38644 1.000-

1.13421.0008air tajin .86667 .38644 .170 -.2008 1.9342tepung

1.40000(*) .38644 .004 .3325 2.4675beras

air tajin kontrol-.73333 .38644 .323

-.33421.8008

tapioka-.80000 .38644 .239

-.26751.8675

terigu-.86667 .38644 .170

-.2008

1.9342tepung

.53333 .38644 .641 -.5342 1.6008beras

tepung kontrol-1.26667(*) .38644 .011

--.1992beras 2.3342

tapioka-1.33333(*) .38644 .006

--.26582.4008

terigu-1.40000(*) .38644 .004

--.33252.4675

air tajin-.53333 .38644 .641

-.5342

1.6008

Page 140: C09afa (1)

rasa kontrol tapioka .23333 .42423 .982 -.9386 1.4052terigu .23333 .42423 .982 -.9386 1.4052air tajin .93333 .42423 .186 -.2386 2.1052tepung

1.16667 .42423 .052 -.0052 2.3386beras

tapioka kontrol-.23333 .42423 .982

-.93861.4052

terigu.00000 .42423 1.000

-1.17191.1719

air tajin .70000 .42423 .468 -.4719 1.8719tepung

.93333 .42423 .186 -.2386 2.1052beras

terigu kontrol-.23333 .42423 .982

-.93861.4052

tapioka.00000 .42423 1.000

-1.17191.1719

air tajin .70000 .42423 .468 -.4719 1.8719tepung

.93333 .42423 .186 -.2386 2.1052beras

air tajin kontrol-.93333 .42423 .186

-.23862.1052

tapioka-.70000 .42423 .468

-.47191.8719

terigu-.70000 .42423 .468

-.4719

1.8719tepung

.23333 .42423 .982 -.9386 1.4052beras

tepung kontrol-1.16667 .42423 .052

-.0052beras 2.3386

tapioka-.93333 .42423 .186

-.23862.1052

terigu-.93333 .42423 .186

-.23862.1052

air tajin-.23333 .42423 .982

-.9386

1.4052

Page 141: C09afa (1)

Lampiran 6a. Uji homogen penampakan petis kupang.

Bahan pengisi N α = .051 2 3

tepung beras 30 4.2000air tajin 30 5.9667tapioka 30 6.3333terigu 30 6.4000kontrol 30 7.6667Sig. 1.000 .771 1.000

Rata-rata dari grup homogen berikutnya ditampilkana, Menggunakan ukuran rata-rata sampel yang harmoni sebesar = 30,000

Lampiran 6b. Uji homogen tekstur petis kupang.

Bahan pengisi N α = .051 2 3

tepung beras 30 4.2000air tajin 30 5.9667tapioka 30 6.3333terigu 30 6.4000kontrol 30 7.6667Sig. 1.000 .771 1.000

Rata-rata dari grup homogen berikutnya ditampilkana, Menggunakan ukuran rata-rata sampel yang harmoni sebesar = 30,000

Lampiran 6c. Uji homogen aroma petis kupang.

Bahan pengisi N α = .051 2

tepung beras 30 5.2000air tajin 30 5.7333 5.7333kontrol 30 6.4667tapioka 30 6.5333terigu 30 6.6000Sig. .641 .170

Rata-rata dari grup homogen berikutnya ditampilkana, Menggunakan ukuran rata-rata sampel yang harmoni sebesar = 30,000

Page 142: C09afa (1)

Lampiran 7a. Uji homogen rasa petis kupang

Bahan pengisi N α = .051

tepung beras 30 5.1667air tajin 30 5.4000tapioka 30 6.1000terigu 30 6.1000kontrol 30 6.3333Sig. .052

Rata-rata dari grup homogen berikutnya ditampilkana, Menggunakan ukuran rata-rata sampel yang harmoni sebesar = 30,000

Lampiran 7b. Uji Kruskal-Wallis terhadap penampakan, tekstur, aroma warna

dan rasa petis kupang dengan perlakuan perbedaan konsentrasi

tepung terbaik.

PerlakuanN

MeanRank

penampakan 0% 30 183.635% 30 173.3510% 30 160.7315% 30 162.1220% 30 138.0325% 30 105.4830% 30 88.9835% 30 101.6840% 30 105.48Total 270

warna 0% 30 176.555% 30 159.2710% 30 158.6315% 30 160.3720% 30 138.6025% 30 119.1730% 30 94.4735% 30 93.2840% 30 119.17Total 270

tekstur 0% 30 206.375% 30 153.3010% 30 160.4215% 30 162.6520% 30 112.0025% 30 94.5330% 30 115.23

Page 143: C09afa (1)

35% 30 120.4740% 30 94.53Total 270

aroma 0% 30 146.535% 30 176.3210% 30 150.4815% 30 145.9520% 30 139.5725% 30 131.7830% 30 91.9335% 30 105.1540% 30 131.78Total 270

rasa 0% 30 149.255% 30 139.6510% 30 164.1215% 30 155.7720% 30 139.6825% 30 129.5830% 30 108.4835% 30 103.3840% 30 129.58Total 270

Page 144: C09afa (1)

Lampiran 8. Analisis ragam penampakan, tekstur, aroma, warna dan rasa petis

kupang dengan perlakuan perbedaan konsentrasi tepung terigu.

Jumlah Derajat KuadratF hitung Signifikan

kuadrat bebas rata-ratapenampakan Antar grup 117.652 8 14.706 7.940 .000

Didalam grup 483.400 261 1.852Total 601.052 269

warna Antar grup 79.207 8 9.901 5.427 .000Didalam grup 476.200 261 1.825Total 555.407 269

tekstur Antar grup 147.519 8 18.440 8.574 .000Didalam grup 561.300 261 2.151Total 708.819 269

aroma Antar grup 52.519 8 6.565 3.181 .002Didalam grup 538.700 261 2.064Total 591.219 269

rasa Antar grup 37.141 8 4.643 2.314 .021Didalam grup 523.633 261 2.006Total 560.774 269

H0 : Faktor perlakuan konsentrasi tepung terigu tidak memberikan pengaruh

terhadap kesukaan panelis.

H1 : Faktor perlakuan konsentrasi tepung terigu memberikan pengaruh terhadap

kesukaan panelis.

Page 145: C09afa (1)

Lampiran 9. Uji lanjut Tukey penampakan, tekstur, aroma dan rasa petis kupang

dengan perlakuan perbedaan jenis bahan pengisi.

Selang kepercayaanvariabel Konsentrasi Konsentra Perbedaan Standar Signifik 95%utama tepung si tepung rata-rata kesalahan an Batas Batas

bawah ataspenampakan 0% 5% .06667 .35139 1.000 -1.0325 1.1658

10% .26667 .35139 .998 -.8325 1.365815% .26667 .35139 .998 -.8325 1.365820% .73333 .35139 .485 -.3658 1.832525% 1.63333(*) .35139 .000 .5342 2.732530% 1.53333(*) .35139 .001 .4342 2.632535% 1.30000(*) .35139 .008 .2008 2.399240% 1.63333(*) .35139 .000 .5342 2.7325

5% 0% -.06667 .35139 1.000 -1.1658 1.032510% .20000 .35139 1.000 -.8992 1.299215% .20000 .35139 1.000 -.8992 1.299220% .66667 .35139 .616 -.4325 1.765825% 1.56667(*) .35139 .000 .4675 2.665830% 1.46667(*) .35139 .001 .3675 2.565835% 1.23333(*) .35139 .015 .1342 2.332540% 1.56667(*) .35139 .000 .4675 2.6658

10% 0% -.26667 .35139 .998 -1.3658 .83255% -.20000 .35139 1.000 -1.2992 .899215% .00000 .35139 1.000 -1.0992 1.099220% .46667 .35139 .922 -.6325 1.565825% 1.36667(*) .35139 .004 .2675 2.465830% 1.26667(*) .35139 .011 .1675 2.365835% 1.03333 .35139 .084 -.0658 2.132540% 1.36667(*) .35139 .004 .2675 2.4658

15% 0% -.26667 .35139 .998 -1.3658 .83255% -.20000 .35139 1.000 -1.2992 .899210% .00000 .35139 1.000 -1.0992 1.099220% .46667 .35139 .922 -.6325 1.565825% 1.36667(*) .35139 .004 .2675 2.465830% 1.26667(*) .35139 .011 .1675 2.365835% 1.03333 .35139 .084 -.0658 2.132540% 1.36667(*) .35139 .004 .2675 2.4658

20% 0% -.73333 .35139 .485 -1.8325 .36585% -.66667 .35139 .616 -1.7658 .432510% -.46667 .35139 .922 -1.5658 .632515% -.46667 .35139 .922 -1.5658 .632525% .90000 .35139 .208 -.1992 1.999230% .80000 .35139 .360 -.2992 1.899235% .56667 .35139 .797 -.5325 1.665840% .90000 .35139 .208 -.1992 1.9992

25% 0% -1.63333(*) .35139 .000 -2.7325 -.53425% -1.56667(*) .35139 .000 -2.6658 -.4675

Page 146: C09afa (1)

10% -1.36667(*) .35139 .004 -2.4658 -.267515% -1.36667(*) .35139 .004 -2.4658 -.267520% -.90000 .35139 .208 -1.9992 .199230% -.10000 .35139 1.000 -1.1992 .999235% -.33333 .35139 .990 -1.4325 .765840% .00000 .35139 1.000 -1.0992 1.0992

30% 0% -1.53333(*) .35139 .001 -2.6325 -.43425% -1.46667(*) .35139 .001 -2.5658 -.367510% -1.26667(*) .35139 .011 -2.3658 -.167515% -1.26667(*) .35139 .011 -2.3658 -.167520% -.80000 .35139 .360 -1.8992 .299225% .10000 .35139 1.000 -.9992 1.199235% -.23333 .35139 .999 -1.3325 .865840% .10000 .35139 1.000 -.9992 1.1992

35% 0% -1.30000(*) .35139 .008 -2.3992 -.20085% -1.23333(*) .35139 .015 -2.3325 -.134210% -1.03333 .35139 .084 -2.1325 .065815% -1.03333 .35139 .084 -2.1325 .065820% -.56667 .35139 .797 -1.6658 .532525% .33333 .35139 .990 -.7658 1.432530% .23333 .35139 .999 -.8658 1.332540% .33333 .35139 .990 -.7658 1.4325

40% 0% -1.63333(*) .35139 .000 -2.7325 -.53425% -1.56667(*) .35139 .000 -2.6658 -.467510% -1.36667(*) .35139 .004 -2.4658 -.267515% -1.36667(*) .35139 .004 -2.4658 -.267520% -.90000 .35139 .208 -1.9992 .199225% .00000 .35139 1.000 -1.0992 1.099230% -.10000 .35139 1.000 -1.1992 .999235% -.33333 .35139 .990 -1.4325 .7658

warna 0% 5% .13333 .34876 1.000 -.9576 1.224310% .16667 .34876 1.000 -.9243 1.257615% .16667 .34876 1.000 -.9243 1.257620% .66667 .34876 .606 -.4243 1.757625% 1.20000(*) .34876 .019 .1091 2.290930% 1.30000(*) .34876 .007 .2091 2.390935% 1.33333(*) .34876 .005 .2424 2.424340% 1.20000(*) .34876 .019 .1091 2.2909

5% 0% -.13333 .34876 1.000 -1.2243 .957610% .03333 .34876 1.000 -1.0576 1.124315% .03333 .34876 1.000 -1.0576 1.124320% .53333 .34876 .841 -.5576 1.624325% 1.06667 .34876 .061 -.0243 2.157630% 1.16667(*) .34876 .026 .0757 2.257635% 1.20000(*) .34876 .019 .1091 2.290940% 1.06667 .34876 .061 -.0243 2.1576

10% 0% -.16667 .34876 1.000 -1.2576 .92435% -.03333 .34876 1.000 -1.1243 1.057615% .00000 .34876 1.000 -1.0909 1.0909

Page 147: C09afa (1)

20% .50000 .34876 .884 -.5909 1.590925% 1.03333 .34876 .079 -.0576 2.124330% 1.13333(*) .34876 .035 .0424 2.224335% 1.16667(*) .34876 .026 .0757 2.257640% 1.03333 .34876 .079 -.0576 2.1243

15% 0% -.16667 .34876 1.000 -1.2576 .92435% -.03333 .34876 1.000 -1.1243 1.057610% .00000 .34876 1.000 -1.0909 1.090920% .50000 .34876 .884 -.5909 1.590925% 1.03333 .34876 .079 -.0576 2.124330% 1.13333(*) .34876 .035 .0424 2.224335% 1.16667(*) .34876 .026 .0757 2.257640% 1.03333 .34876 .079 -.0576 2.1243

20% 0% -.66667 .34876 .606 -1.7576 .42435% -.53333 .34876 .841 -1.6243 .557610% -.50000 .34876 .884 -1.5909 .590915% -.50000 .34876 .884 -1.5909 .590925% .53333 .34876 .841 -.5576 1.624330% .63333 .34876 .672 -.4576 1.724335% .66667 .34876 .606 -.4243 1.757640% .53333 .34876 .841 -.5576 1.6243

25% 0% -1.20000(*) .34876 .019 -2.2909 -.10915% -1.06667 .34876 .061 -2.1576 .024310% -1.03333 .34876 .079 -2.1243 .057615% -1.03333 .34876 .079 -2.1243 .057620% -.53333 .34876 .841 -1.6243 .557630% .10000 .34876 1.000 -.9909 1.190935% .13333 .34876 1.000 -.9576 1.224340% .00000 .34876 1.000 -1.0909 1.0909

30% 0% -1.30000(*) .34876 .007 -2.3909 -.20915% -1.16667(*) .34876 .026 -2.2576 -.075710% -1.13333(*) .34876 .035 -2.2243 -.042415% -1.13333(*) .34876 .035 -2.2243 -.042420% -.63333 .34876 .672 -1.7243 .457625% -.10000 .34876 1.000 -1.1909 .990935% .03333 .34876 1.000 -1.0576 1.124340% -.10000 .34876 1.000 -1.1909 .9909

35% 0% -1.33333(*) .34876 .005 -2.4243 -.24245% -1.20000(*) .34876 .019 -2.2909 -.109110% -1.16667(*) .34876 .026 -2.2576 -.075715% -1.16667(*) .34876 .026 -2.2576 -.075720% -.66667 .34876 .606 -1.7576 .424325% -.13333 .34876 1.000 -1.2243 .957630% -.03333 .34876 1.000 -1.1243 1.057640% -.13333 .34876 1.000 -1.2243 .9576

40% 0% -1.20000(*) .34876 .019 -2.2909 -.10915% -1.06667 .34876 .061 -2.1576 .024310% -1.03333 .34876 .079 -2.1243 .057615% -1.03333 .34876 .079 -2.1243 .0576

Page 148: C09afa (1)

20% -.53333 .34876 .841 -1.6243 .557625% .00000 .34876 1.000 -1.0909 1.090930% .10000 .34876 1.000 -.9909 1.190935% .13333 .34876 1.000 -.9576 1.2243

tekstur 0% 5% 1.00000 .37864 .175 -.1844 2.184410% .86667 .37864 .353 -.3177 2.051115% .90000 .37864 .301 -.2844 2.084420% 1.96667(*) .37864 .000 .7823 3.151125% 2.33333(*) .37864 .000 1.1489 3.517730% 1.76667(*) .37864 .000 .5823 2.951135% 1.66667(*) .37864 .001 .4823 2.851140% 2.33333(*) .37864 .000 1.1489 3.5177

5% 0% -1.00000 .37864 .175 -2.1844 .184410% -.13333 .37864 1.000 -1.3177 1.051115% -.10000 .37864 1.000 -1.2844 1.084420% .96667 .37864 .212 -.2177 2.151125% 1.33333(*) .37864 .015 .1489 2.517730% .76667 .37864 .528 -.4177 1.951135% .66667 .37864 .708 -.5177 1.851140% 1.33333(*) .37864 .015 .1489 2.5177

10% 0% -.86667 .37864 .353 -2.0511 .31775% .13333 .37864 1.000 -1.0511 1.317715% .03333 .37864 1.000 -1.1511 1.217720% 1.10000 .37864 .092 -.0844 2.284425% 1.46667(*) .37864 .004 .2823 2.651130% .90000 .37864 .301 -.2844 2.084435% .80000 .37864 .467 -.3844 1.984440% 1.46667(*) .37864 .004 .2823 2.6511

15% 0% -.90000 .37864 .301 -2.0844 .28445% .10000 .37864 1.000 -1.0844 1.284410% -.03333 .37864 1.000 -1.2177 1.151120% 1.06667 .37864 .115 -.1177 2.251125% 1.43333(*) .37864 .006 .2489 2.617730% .86667 .37864 .353 -.3177 2.051135% .76667 .37864 .528 -.4177 1.951140% 1.43333(*) .37864 .006 .2489 2.6177

20% 0% -1.96667(*) .37864 .000 -3.1511 -.78235% -.96667 .37864 .212 -2.1511 .217710% -1.10000 .37864 .092 -2.2844 .084415% -1.06667 .37864 .115 -2.2511 .117725% .36667 .37864 .988 -.8177 1.551130% -.20000 .37864 1.000 -1.3844 .984435% -.30000 .37864 .997 -1.4844 .884440% .36667 .37864 .988 -.8177 1.5511

25% 0% -2.33333(*) .37864 .000 -3.5177 -1.14895% -1.33333(*) .37864 .015 -2.5177 -.148910% -1.46667(*) .37864 .004 -2.6511 -.282315% -1.43333(*) .37864 .006 -2.6177 -.248920% -.36667 .37864 .988 -1.5511 .8177

Page 149: C09afa (1)

30% -.56667 .37864 .856 -1.7511 .617735% -.66667 .37864 .708 -1.8511 .517740% .00000 .37864 1.000 -1.1844 1.1844

30% 0% -1.76667(*) .37864 .000 -2.9511 -.58235% -.76667 .37864 .528 -1.9511 .417710% -.90000 .37864 .301 -2.0844 .284415% -.86667 .37864 .353 -2.0511 .317720% .20000 .37864 1.000 -.9844 1.384425% .56667 .37864 .856 -.6177 1.751135% -.10000 .37864 1.000 -1.2844 1.084440% .56667 .37864 .856 -.6177 1.7511

35% 0% -1.66667(*) .37864 .001 -2.8511 -.48235% -.66667 .37864 .708 -1.8511 .517710% -.80000 .37864 .467 -1.9844 .384415% -.76667 .37864 .528 -1.9511 .417720% .30000 .37864 .997 -.8844 1.484425% .66667 .37864 .708 -.5177 1.851130% .10000 .37864 1.000 -1.0844 1.284440% .66667 .37864 .708 -.5177 1.8511

40% 0% -2.33333(*) .37864 .000 -3.5177 -1.14895% -1.33333(*) .37864 .015 -2.5177 -.148910% -1.46667(*) .37864 .004 -2.6511 -.282315% -1.43333(*) .37864 .006 -2.6177 -.248920% -.36667 .37864 .988 -1.5511 .817725% .00000 .37864 1.000 -1.1844 1.184430% -.56667 .37864 .856 -1.7511 .617735% -.66667 .37864 .708 -1.8511 .5177

aroma 0% 5% -.63333 .37094 .742 -1.7937 .527010% -.30000 .37094 .997 -1.4603 .860315% -.06667 .37094 1.000 -1.2270 1.093720% -.06667 .37094 1.000 -1.2270 1.093725% .16667 .37094 1.000 -.9937 1.327030% .93333 .37094 .229 -.2270 2.093735% .63333 .37094 .742 -.5270 1.793740% .16667 .37094 1.000 -.9937 1.3270

5% 0% .63333 .37094 .742 -.5270 1.793710% .33333 .37094 .993 -.8270 1.493715% .56667 .37094 .842 -.5937 1.727020% .56667 .37094 .842 -.5937 1.727025% .80000 .37094 .437 -.3603 1.960330% 1.56667(*) .37094 .001 .4063 2.727035% 1.26667(*) .37094 .021 .1063 2.427040% .80000 .37094 .437 -.3603 1.9603

10% 0% .30000 .37094 .997 -.8603 1.46035% -.33333 .37094 .993 -1.4937 .827015% .23333 .37094 .999 -.9270 1.393720% .23333 .37094 .999 -.9270 1.393725% .46667 .37094 .942 -.6937 1.627030% 1.23333(*) .37094 .028 .0730 2.3937

Page 150: C09afa (1)

35% .93333 .37094 .229 -.2270 2.093740% .46667 .37094 .942 -.6937 1.6270

15% 0% .06667 .37094 1.000 -1.0937 1.22705% -.56667 .37094 .842 -1.7270 .593710% -.23333 .37094 .999 -1.3937 .927020% .00000 .37094 1.000 -1.1603 1.160325% .23333 .37094 .999 -.9270 1.393730% 1.00000 .37094 .154 -.1603 2.160335% .70000 .37094 .623 -.4603 1.860340% .23333 .37094 .999 -.9270 1.3937

20% 0% .06667 .37094 1.000 -1.0937 1.22705% -.56667 .37094 .842 -1.7270 .593710% -.23333 .37094 .999 -1.3937 .927015% .00000 .37094 1.000 -1.1603 1.160325% .23333 .37094 .999 -.9270 1.393730% 1.00000 .37094 .154 -.1603 2.160335% .70000 .37094 .623 -.4603 1.860340% .23333 .37094 .999 -.9270 1.3937

25% 0% -.16667 .37094 1.000 -1.3270 .99375% -.80000 .37094 .437 -1.9603 .360310% -.46667 .37094 .942 -1.6270 .693715% -.23333 .37094 .999 -1.3937 .927020% -.23333 .37094 .999 -1.3937 .927030% .76667 .37094 .498 -.3937 1.927035% .46667 .37094 .942 -.6937 1.627040% .00000 .37094 1.000 -1.1603 1.1603

30% 0% -.93333 .37094 .229 -2.0937 .22705% -1.56667(*) .37094 .001 -2.7270 -.406310% -1.23333(*) .37094 .028 -2.3937 -.073015% -1.00000 .37094 .154 -2.1603 .160320% -1.00000 .37094 .154 -2.1603 .160325% -.76667 .37094 .498 -1.9270 .393735% -.30000 .37094 .997 -1.4603 .860340% -.76667 .37094 .498 -1.9270 .3937

35% 0% -.63333 .37094 .742 -1.7937 .52705% -1.26667(*) .37094 .021 -2.4270 -.106310% -.93333 .37094 .229 -2.0937 .227015% -.70000 .37094 .623 -1.8603 .460320% -.70000 .37094 .623 -1.8603 .460325% -.46667 .37094 .942 -1.6270 .693730% .30000 .37094 .997 -.8603 1.460340% -.46667 .37094 .942 -1.6270 .6937

40% 0% -.16667 .37094 1.000 -1.3270 .99375% -.80000 .37094 .437 -1.9603 .360310% -.46667 .37094 .942 -1.6270 .693715% -.23333 .37094 .999 -1.3937 .927020% -.23333 .37094 .999 -1.3937 .927025% .00000 .37094 1.000 -1.1603 1.160330% .76667 .37094 .498 -.3937 1.9270

Page 151: C09afa (1)

35% .46667 .37094 .942 -.6937 1.6270rasa 0% 5% .16667 .36572 1.000 -.9773 1.3106

10% -.33333 .36572 .992 -1.4773 .810615% -.30000 .36572 .996 -1.4440 .844020% .00000 .36572 1.000 -1.1440 1.144025% .30000 .36572 .996 -.8440 1.444030% .73333 .36572 .541 -.4106 1.877335% .76667 .36572 .478 -.3773 1.910640% .30000 .36572 .996 -.8440 1.4440

5% 0% -.16667 .36572 1.000 -1.3106 .977310% -.50000 .36572 .909 -1.6440 .644015% -.46667 .36572 .937 -1.6106 .677320% -.16667 .36572 1.000 -1.3106 .977325% .13333 .36572 1.000 -1.0106 1.277330% .56667 .36572 .831 -.5773 1.710635% .60000 .36572 .781 -.5440 1.744040% .13333 .36572 1.000 -1.0106 1.2773

10% 0% .33333 .36572 .992 -.8106 1.47735% .50000 .36572 .909 -.6440 1.644015% .03333 .36572 1.000 -1.1106 1.177320% .33333 .36572 .992 -.8106 1.477325% .63333 .36572 .726 -.5106 1.777330% 1.06667 .36572 .089 -.0773 2.210635% 1.10000 .36572 .070 -.0440 2.244040% .63333 .36572 .726 -.5106 1.7773

15% 0% .30000 .36572 .996 -.8440 1.44405% .46667 .36572 .937 -.6773 1.610610% -.03333 .36572 1.000 -1.1773 1.110620% .30000 .36572 .996 -.8440 1.444025% .60000 .36572 .781 -.5440 1.744030% 1.03333 .36572 .113 -.1106 2.177335% 1.06667 .36572 .089 -.0773 2.210640% .60000 .36572 .781 -.5440 1.7440

20% 0% .00000 .36572 1.000 -1.1440 1.14405% .16667 .36572 1.000 -.9773 1.310610% -.33333 .36572 .992 -1.4773 .810615% -.30000 .36572 .996 -1.4440 .844025% .30000 .36572 .996 -.8440 1.444030% .73333 .36572 .541 -.4106 1.877335% .76667 .36572 .478 -.3773 1.910640% .30000 .36572 .996 -.8440 1.4440

25% 0% -.30000 .36572 .996 -1.4440 .84405% -.13333 .36572 1.000 -1.2773 1.010610% -.63333 .36572 .726 -1.7773 .510615% -.60000 .36572 .781 -1.7440 .544020% -.30000 .36572 .996 -1.4440 .844030% .43333 .36572 .959 -.7106 1.577335% .46667 .36572 .937 -.6773 1.610640% .00000 .36572 1.000 -1.1440 1.1440

Page 152: C09afa (1)

30% 0% -.73333 .36572 .541 -1.8773 .41065% -.56667 .36572 .831 -1.7106 .577310% -1.06667 .36572 .089 -2.2106 .077315% -1.03333 .36572 .113 -2.1773 .110620% -.73333 .36572 .541 -1.8773 .410625% -.43333 .36572 .959 -1.5773 .710635% .03333 .36572 1.000 -1.1106 1.177340% -.43333 .36572 .959 -1.5773 .7106

35% 0% -.76667 .36572 .478 -1.9106 .37735% -.60000 .36572 .781 -1.7440 .544010% -1.10000 .36572 .070 -2.2440 .044015% -1.06667 .36572 .089 -2.2106 .077320% -.76667 .36572 .478 -1.9106 .377325% -.46667 .36572 .937 -1.6106 .677330% -.03333 .36572 1.000 -1.1773 1.110640% -.46667 .36572 .937 -1.6106 .6773

40% 0% -.30000 .36572 .996 -1.4440 .84405% -.13333 .36572 1.000 -1.2773 1.010610% -.63333 .36572 .726 -1.7773 .510615% -.60000 .36572 .781 -1.7440 .544020% -.30000 .36572 .996 -1.4440 .844025% .00000 .36572 1.000 -1.1440 1.144030% .43333 .36572 .959 -.7106 1.577335% .46667 .36572 .937 -.6773 1.6106

Page 153: C09afa (1)

Lampiran 10a. Uji homogen penampakan petis kupang.

perlakuan N Subset for alpha = .051 2 3

25% 30 5.733340% 30 5.733330% 30 5.833335% 30 6.0667 6.066720% 30 6.6333 6.6333 6.633310% 30 7.1000 7.100015% 30 7.1000 7.10005% 30 7.30000% 30 7.3667Sig. .208 .084 .485

Rata-rata dari grup homogen berikutnya ditampilkana, Menggunakan ukuran rata-rata sampel yang harmoni sebesar = 30,000

Lampiran 10b. Uji homogen warna petis kupang.

perlakuan N Subset for alpha = .051 2 3

35% 30 5.833330% 30 5.866725% 30 5.9667 5.966740% 30 5.9667 5.966720% 30 6.5000 6.5000 6.500010% 30 7.0000 7.000015% 30 7.0000 7.00005% 30 7.0333 7.03330% 30 7.1667Sig. .606 .061 .606

Rata-rata dari grup homogen berikutnya ditampilkana, Menggunakan ukuran rata-rata sampel yang harmoni sebesar = 30,000

Page 154: C09afa (1)

Lampiran 11a. Uji homogen tekstur petis kupang.

perlakuan N Subset for alpha = .051 2 3

25% 30 5.266740% 30 5.266720% 30 5.6333 5.633330% 30 5.8333 5.833335% 30 5.9333 5.93335% 30 6.6000 6.600015% 30 6.7000 6.700010% 30 6.7333 6.73330% 30 7.6000Sig. .708 .092 .175

Rata-rata dari grup homogen berikutnya ditampilkana, Menggunakan ukuran rata-rata sampel yang harmoni sebesar = 30,000

Lampiran 11b. Uji homogen aroma petis kupang.

perlakuan N Subset for alpha = .051 2 3

30% 30 5.533335% 30 5.8333 5.833325% 30 6.3000 6.3000 6.300040% 30 6.3000 6.3000 6.30000% 30 6.4667 6.4667 6.466715% 30 6.5333 6.5333 6.533320% 30 6.5333 6.5333 6.533310% 30 6.7667 6.76675% 30 7.1000Sig. .154 .229 .437

Rata-rata dari grup homogen berikutnya ditampilkana, Menggunakan ukuran rata-rata sampel yang harmoni sebesar = 30,000

Page 155: C09afa (1)

Lampiran 12a. Uji homogen rasa petis kupang.

Subsetfor alpha

perlakuan N= .05

135% 30 5.566730% 30 5.600025% 30 6.033340% 30 6.03335% 30 6.16670% 30 6.333320% 30 6.333315% 30 6.633310% 30 6.6667Sig. .070

Rata-rata dari grup homogen berikutnya ditampilkana, Menggunakan ukuran rata-rata sampel yang harmoni sebesar = 30,000

Lampiran 12b. Data kadar air

Ulangan Nilai (%)Ladon 1 77,8

2 77,6Rata-rata 77,7

Petis kontrol 1 22,02 22,2

Rata-rata 22,1Petis konsentrasi tepung 1 25,110 % 2 25,3

Rata-rata 25,2Komersial 1 22,7

2 22,9Rata-rata 22,8

Page 156: C09afa (1)

Lampiran 13a. Data kadar abu

Ulangan Nilai (%)Ladon 1 6,0

2 5,8Rata-rata 5,9

Petis kontrol 1 13,32 13,5

Rata-rata 13,4Petis konsentrasi tepung 1 8,810 % 2 9,0

Rata-rata 8,9Komersial 1 4,7

2 4,9Rata-rata 4,8

Lampiran 13b. Data kadar lemak

Ulangan Nilai (%)Ladon 1 0,49

2 0,50Rata-rata 0,5

Petis kontrol 1 1,122 1.20

Rata-rata 0,98Petis konsentrasi tepung 1 0,9510 % 2 1,00

Rata-rata 1,16Komersial 1 1,08

2 1,15Rata-rata 1,11

Page 157: C09afa (1)

Lampiran 14a. Data kadar protein

Ulangan Nilai (%)Ladon 1 5,0

2 6,0Rata-rata 5,5

Petis kontrol 1 13,752 13,73

Rata-rata 13,74Petis konsentrasi tepung 1 16,1210 % 2 16,14

Rata-rata 16,13Komersial 1 5,37

2 5,39Rata-rata 5,38

Lampiran 14b. Data kadar pH (derajat keasaman)

Ulangan NilaiLadon 1 3,89

2 3,91Rata-rata 3,90

Petis kontrol 1 4,672 4,65

Rata-rata 4,66Petis konsentrasi tepung 1 5,1710 % 2 5,15

Rata-rata 5,16Komersial 1 5,38

2 5,40Rata-rata 5,39

Lampiran 14c. Data kadar aw (aktivitas air)

Ulangan NilaiPetis kontrol 1 0,663

2 0,665Rata-rata 0,66

Petis konsentrasi tepung 1 0,76410 % 2 0,763

Rata-rata 0,76Komersial 1 0,747

2 0,748Rata-rata 0,75

Page 158: C09afa (1)

Lampiran 15a. Data kadar viskositas

No. Sampel Spindle Speed faktor Skala Nilai (cp)no. (rpm) konversi p’bacaan

1 Petis kontrol 4 30 200 76,7 153402 Petis dg tepung 4 30 200 43,2 8640

10 %3 Komersial 4 30 200 68,5 685000

Lampiran 15b. Data analisa logam berat

Analisa Pb

No. Sampel Ulangan (g) Pembacaan AAS Pb (ppm)1 Petis kontrol 1,4886 -0,5183 ttd

1,4007 -0,5117 ttd2 Petis dg tepung 1,5982 -0,7821 ttd

10 % 1,5711 -0,8223 ttd3 Komersial 1,5826 -0,1010 ttd

1,5810 -0,1009 ttd

Analisa Hg

No. Sampel Ulangan (g) Pembacaan AAS Pb (ppm)1 Petis kontrol 1,4886 -0,8791 ttd

1,4007 -0,6072 ttd2 Petis dg tepung 1,5982 -0,7818 ttd

10 % 1,5711 -0,7009 ttd3 Komersial 1,5826 -0,6799 ttd

1,5810 -0,6771 ttdKet: ttd = tidak terdeteksi

Page 159: C09afa (1)

Foto-foto penelitian :

Pengambilan kupang putih Kupang putih

Proses pencucian I kupang Proses perebusan I kupang

Proses pencucian II Proses perebusan II

Air rebusan kupang (ladon) Pembuatan bubur pati

Page 160: C09afa (1)

Bubur tepung terigu Bubur tepung tapioka

Bubur tepung beras Air tajin

Pemasakan dan penguapan Pengadukan hingga menjadi pasta

Penyaringan Petis kupang