Upload
andrio-yuone-meridhita
View
574
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
KONJUNGTIVITIS
Tanda penting pada konjungtivitis adalah :
a. Hiperemi : Kemerahan yang paling nyata pada fornix dan mengurang ke arah limbus. Hal ini disebabkan oleh dilatasi pembuluh – pembuluh konjungtiva posterior. Pembuluh darah konjungtiva posterior berasal dari cabang nasal dan lakrimal yang merupakan cabang teminal arteri oftalmika, menuju kelopak mata melalui forniks. Diantara keduanya terdapat anastomosis. Injeksi konjungtiva menunjukkan adanya kelainan pada konjungtiva superficial.
b. Lakrimasi :Sekresi air mata oleh karena adanya sensasi benda asing, sensasi terbakar/ gatal.
c. Eksudasi :Adanya secret yang keluar saat bangun tidur dan bila berlebihan palpebra saling melengket.
d. Kemosis :Udem konjungtiva oleh karena transudasi cairan dari pembuluh darah kapiler konjungtiva. Klinis tampak seperti gelembung/benjolan bening pada konjungtiva bulbi atau fornix. Kemosis dapat terjadi secara :
- Aktif : peningkatan permeabilitas pada peradangan ( eksudat )- Pasif : akibat stasis ( perbandingan “ tissue fluid “ didalam
jaringan/organ tergantung pada keseimbangan antara produk cairan dari arteri, penyerapan ke vena dan drainage oleh limfatik ). Ketidakseimbangan salah satu factor ini dapat menyebabkan kemosis.
KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL
Tanda dan gejala :
- Kemerahan bilateral.
- Eksudat purulent dengan palpebra saling melengket saat bangun tidur.
- Udem palpebra ( jarang ).
Untuk Konjungtivitis ok kuman GO didapatkan tanda/gejala :
- Eksudasi masif.
- Kemosis berat.
- Preaurikuler limfadenopati.
- Jika tidak tertangani dengan baikinfiltrasi kornea kornea
luluhperforasi.
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan swab secret mata untuk dilakukan :
- Pengecatan Gram : kuman penyebab.
- Pengecatan Giemsa : sitologi konjungtiva
Penatalaksanaan : disesuaikan dengan kuman penyebab.
Konjungtivitis GO :
Antibiotika sistemik :
e. Ceftriaxone 1 gr im bila tidak dijumpai perforasi kornea.f. Ceftriaxine 1 gr iv/12 jam selama 3 hari berturut-turut bila
dijumpai perforasi kornea.g. Injeksi PP/ Garamycin.h. Tetes gentamycin tiap jam atau tetes PP 15.000 IU tiap jam.i. Bersihkan secret tiap jam dan irigasi dengan normal saline tiap
jam.j. Isolasi ( jika sangat infeksius ).
Antibiotika topical: eritromisin EO, basitrasin EO, gentamisin EO,
siprofloksasin ED.
KONJUNGTIVITIS KLAMIDIA
Stadium klinis :
- Prefolikel
l
- Folikel
- Sikatriks
- Sanata
Untuk pengendalian WHO mengembangkan cara sederhana untuk memeriksa penyakit tersebut. Ini mencakup tanda-tanda berikut :
k. TF : lima/> folikel pada konjungtiva tarsal superior.l. TI : infiltrasi difus dan hipertrofi papiler konjungtiva tarsal
superior yang sekurang-kurangnya menutupi 50 % pembuluh darah profunda normal.
m. TS : parut konjungtiva trakomatosa.n. TT : trikiasis/entropion.o. CO : kekeruhan kornea.
Komplikasi : entropiontrikiasiserosi korneainfeksisikatriksvisus
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium : Sitologi Giemza : inclusion bodies
Fluorescin antibody
Ensim immuno assay test
Penatalaksanaan :
- Tetrasiklin 1 – 1,5 gr/hr selama 3 – 4 minggu.
Eso : hepatotoksik
Depresi sumsum tulang
- Doksisiklin 2 x 100 mg selama 3 minggu
- Azitromisin dosis tunggal ( mahal )
- Topikal : Tetrasiklin salep
Sulfonamid
Eritromisin
Rifampin
Topikal tersebut diberikan 4 x sehari selama 6 minggu.
KONJUNGTIVITIS VIRUS
Penyebab : Adenovirus type 3,4,7 ( Demam faringokonjungtival )
Adenovirus type 8,19,29,37 ( Keratokonjungtivitis epidemika )
Virus Herpes Simpleks
Tanda dan gejala :
- Demam ( Demam Faringokonjungtival )
- Folikel di konjungtiva palpebra
- Pembesaran kelenjar limfe pre aurikuler
- Nyeri tekan pada Keratokonjungtivitis epidemika
- Tidak nyeri tekan pada Demam faringokonjungtival
Pemeriksaan laboratorium : sitologi Giemsa sel mononukleus
Penatalaksanaan :
p. Self limited.q. Kompres dingin agar nyaman.r. Topikal vasokonstriktor.s. Topikal antibiotika bila terdapat kecurigaan sekunder infeksi.t. Konjungtivitis Herpes Simpleks : Topikal antiviral
Asiklovir 2 gr/hr slm 7-10 hari
u. Istirahat.
KONJUNGTIVITIS ALERGI
Konjungtivitis vernalis
a. Reaksi alergi type I dan IVb. Laki-laki lebih banyak darpada wanitac. Usia pra pubertas dan berlangsung selama 5 – 10 tahun.
Ada 2 type :
1. Type palpebralCobble stone di daerah konjungtiva palpebra superior > inferior.
( berbentuk seperti susunan batu kali )
2. Type limbalTrantas dot pada daerah limbus.
Pemeriksaan laboratorium : eosinofil >>
Penatalaksanaan :
- Anti histamine : klorfeniramine maleat.
- Mast stabilizer : sodium kromoglikat.
- Steroid topical ( hati-hati pada penggunaan jangka panjang )
ESO : katarak
Glaucoma
Tidak mengeluarkan sekreta. Pterigium
Adalah konjungtiva bulbi patologik yang menunjukkan penebalan, berupa lipatan berbentuk segitiga yang tumbuh menjalar ke dalam kornea, dengan puncak segitiganya di kornea, kaya pembuluh darah yang menuju ke arah puncak pterigium.
Banyak ditemukan dibagian nasal dan bilateral.Gejala :a. Rasa panas.b. Gatal dan mengganjal atau mata lekas merah dan berair.Pengobatan :
Tergantung keadaan pterigium sendiri. Keadaan dini tidak perlu pengobatan.Keadaan inflamasi diberi pengobatan untuk menekan peradangan dipakai steroid topikal.Keadaan sudah lanjut, mengganggu dengan alasan kosmetik atau menimbulkan keluhan-keluhan baik retraktif maupun sering merah pembedahan.Setelah pembedahan ada kemungkinan residif cegah dengan penyinaran dengan strontium yang mengeluarkan sinar beta.Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 2. Perhimpunan dokter spesialis mata Indonesia
b. blefaritisAdalah suatu infeksi kronik pada pinggir kelopak mata, yang biasanya terdapat bilateral.Macam (2) :1. Anterior dan posterior
Anterior :skwamosa (sebore).
a. Berhubungan dengan ketombe di kepala, alis mata dan telinga.
b. Terdapat Ptyrosporum ovale,tetapi bukan faktor penyebab.
c. Gejala :o Iritasio Rasa panaso Gatal o Pinggir palpebra warna kemerahano Sisik terlihat melekat pada bulu mata,
berminyak.Pengobatan :
a. Ditujukan pada ketombe di kepala, alis, dan telinga :
Bersihkan dengan medicated shampoo (2x seminggu).Sisik dibersihkan tiap hari dengan kapas basah.Salep mata kortikosteroid (pada kelopak mata waktu akan tidur)
Ulseratif (infeksi stafilokok)Adalah infeksi pinggir palpebra yang biasanya disebabkan stafilokok.Umumnya : pada anak retardasi mental.Gejala :
a. Kelopak mata merah, lebih merah dari pada blefaritis skwamosa.
b. Sisik2 keringc. Bulu mata rontok, jika kronik terjadi distorsi
pinggir kelopak mata.Pengobatan :
a. Perbaikan utama : gizi dan kebersihan.b. Keropeng dibersihkan dan dilepas dengan
kapas lidi basah, baik jika dicelupkan salep mata antibiotik setempat.Penyulit :
1. konjungtivitis.2. keratitis superfisial3. blefaritis stafilokok dapat menimbulkan
hordeolum dan kalazion.Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 2. Perhimpunan dokter spesialis mata Indonesia
c. pingueculaPenyakit degeneratif konjungtiva.Banyak dijumpai: dewasa laki-laki maupun perempuanTidak termasuk radang, tetapi dapat menimbulkan tanda radang.Kelainan yang terdapat pada konjungtiva bulbi, baik nasal maupun temporal, di daerah celah kelopak mata.Tanda dan gejala :
Penonjolan berwarna putih kuning ke abu-abuan.Hipertrofi penebalan selaput lendir.Tidak menimbulkan keluhan, kecuali apabila menunjukkan peradangan sebagai akibat iritasi.
Pengobatan :Umumnya tidak memerlukan.
Steroid topikal mempercepat redanya peradangan.
Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 2. Perhimpunan dokter spesialis mata Indonesia
Pinguecula : umum pada dewasa.Tampak sebagai nodul kuning pada kedua sisi kornea (lebih banyak disisi nasal) di daerah apertura palpebra.Nodul terdiri :Jaringan elastin hialin dan kuning, jarang tumbuh besar, namun sering meradang.
Umumnya tidak perlu terapi, namun pada kasus tertentu steroid lemah topikal (mis : prednisolone 0,12%) atau medikasi antiradang non steroid topikal dapat diberikan juga.
Daniel G. Oftalmologi Umum. Edisi 14.Widya Medika
d. Skleritis
Adalah radang kronik granulomatosa pada sklera yang ditandai dengan destruksi kolagen, infiltrasi sel dan vaskulitis. Biasanya bilateral dan lebih sering terjadi pada wanita.
Etiologi : sebagian besar rx hipersensitivitas tipe III dan IV yang berkaitan dengan penyakit sistemik.Gejala :a. Rasa sakit berat yang menyebar ke dahi, alis, dan dagu
secara terus-menerus.b. Mata merah berair.c. Fotofobia.d. Penglihatan menurun.e. Sklera bengkakf. Konjungtiva kemosisg. Injeksi sklera profunda.h. Benjolan berwarna sedikit lebih biru jingga.Komplikasi :a. Keratitis perifer.b. Glaukomac. Uveitisd. Proptosis katarake. Hipermetropif. Keratitis sklerotikanPemeriksaan penunjang :a. Penetesan epinefrin 1:1000 atau fenilefrin 10% tidak akan
terjadi vasokontriksi.b. Foto rontgen orbita menghilangkan kemungkinan benda
asing.c. Pmx imunologi serum.Penatalaksanaan :
a. Antiinflamasi non steroid sistemik terjadi penurunan gejala dengan cepat.
b. Bila tidak ada reaksi dalam 1-2 minggu, diberi steroid sistemik dosis tinggi, mis : prednisolon 80 mg/hari, dan diturunkan dalam 2 minggu sampai dosis pemeliharaan 10 mg/hari.
c. Obat imunosupresif.d. Steroid topikal tidak efektif tapi mungkin berguna untuk
edema dan nyeri.e. Antibiotik jika penyebabnya infeksi.f. Pembedahan jika terjadi perforasi kornea.Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 1. FKUI
e. Episkleritis
Tidak diketahui penyebabnya, umumnya di dapatkan dasar alergi.
Keluhan : a. Mata merah, yang hilang timbul, sedikit sakit.b. Disertai keluhan silau. c. Kemerahan setempat menunjukkan pembuluh darah
episklera yang melebar, tetapi dapat pula peradangan mengenai hampir seluruh mata.
d. Tidak ada gangguan penglihatan.e. Secara klinis tidak sulit dibedakan sebab pada episkleritis
tidak terdapat hiperemi konjungtiva tarsal, tidak terdapat sekret serta nyeri penekanan ringan bola mata.
Komplikasi :Jarang dijumpai, dan kalau ada hanya ringan mis : keratitis superfisial.
Pengobatan :
1. tetes mata kortikosteroid selama 4x sehari dapat sembuh dalam 1 minggu.
2. pada episkleritis noduler penyembuhan lebih lama, sampai beberapa minggu.Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 2. Perhimpunan dokter spesialis mata Indonesia
f. hordeolum
suatu infeksi supuratif (akut) kelenjar palpebra.Etiologi : stafilokok (Staphylococcus aureus)
Mengenai kelenjar meibom, pembengkakan agak besar, penonjolan pada hordeolum mengarah ke kulit kelopak mata atau ke arah konjungtiva hordeolum interna.Mengenai kelenjar zeis atau moll, penonjolan ke arah kulit palpebra hordeolum eksterna.
Gejala :a. Keluhan rasa sakit dikelopak mata, lebih sakit saat menunduk.b. Sakit, merah, bengkakgejala utama.c. Pmx : benjolan setempat, warna kemerahan, mengkilat dan
nyeri tekan.Pengobatan :a. Kompres hangat 10-15 menit, 3-4 x sehari.b. Antibiotik oral atau lokal bila perlu c. Pada hordeolum eksterna, hordeolum dapat pecah sendiri
tanpa insisi.d. Pada hordeolum interna sering kali perlu insisi.Cara insisi :
1. diberi anastesi setempat dengan tetes mata patokain, untuk lokal anastesi bisa dipakai lidokain atau prokain 2 %. Anastesi umum untuk anak-anak, orang yang takut.
2. insisi vertikal pada permukaan konjungtiva tarsal, tegak lurus margo palpebra menghindari terpotongnya kelenjar meibom.
3. insisi horizontal pada hordeolum eksterna, mengurangi luka parut.
4. beri salep mata dan bebat mataPenyulit :
Hordeolum interna yang besar dapat menimbulkan selulitis kelopak mata dan abses palpebra.
Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 2. Perhimpunan dokter spesialis mata Indonesia
SEKRETBagaimana sifat-sifat dari sekretnya
Air kemungkinan disebabkan infeksi virus atau alergi Purulen, oleh bakteri atau klamidia Hiperpurulen, disebabkan gonokok atau meningokok Lengket, oleh alergi atau vernal Serous oleh adenovirus
Serous ( cairan bening )Mucus ( kental bening elastic )Purulen ( cairan keruh bening )Membrane ( keruh lengket pada dasar ,bila diangkat berdarah )Pseudomembran ( keruh lengket pada dasar ,bila diangkat tidak berdarah )Sanguis ( cair merah ada darah)