Upload
truongnhi
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
2010
2011
2012
2013 2014
TARGET RPI
2010 – 2014
AMANAT
RPI
CAPAIAN PROGRAM LITBANG SAMPAI DENGAN 2014
BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
AMANAT RPI
RPI PENGELOLAAN HUTAN
TANAMAN PENGHASIL KAYU PULP
RPI PENGELOLAAN HUTAN
TANAMAN PENGHASIL KAYU
PERTUKANGAN
RPI PENGELOLAAN
HUTAN TANAMAN
PENGHASIL KAYU
RPI PEMULIAAN
TANAMAN HUTAN
RPI PENGELOLAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU FEM
RPI PENGELOLAAN HUTAN
TANAMAN PENGHASIL KAYU ENERGI
RPI BIOTEKNOLOGI
HUTAN DAN PEMULIAAN
TANAMAN HUTAN
RPI PENGELOLAAN
HHBK FEMO
2010 - 2011
2012 - 2014
• Teknik Penanganan Benih
Tanaman Hutan Output 1
• Teknik Produksi Benih
Tanaman Hutan Output 2
• Perbanyakan Secara
Generatif dan Vegetatif Output 3
• Standardisasi Mutu Benih dan
Bibit Output 4
RPI PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN
PENGHASIL KAYU
TARGET RPI
1. KAYU BAWANG
2. SENGON
3. NYAWAI
4. BAMBANG
LANANG
5. JELUTUNG
6. TEMBESU
7. KRASIKARPA
8. JABON PUTIH
9. JABON MERAH
10. SUNGKAI
11. SUREN
12. CEMPAKA
13. TERENTANG
14. GERUNGGANG
15. BENUANG BINI
16. MANGIUM F1, F2, F3
KEGIATAN (RPTP)
METODA VIGORASI BENIH
PENETUAN KARAKTERISTIK
DAN DENSITAS BENIH
UJI CEPAT
TEKNIK PENGENDALIAN
HAMA DAN PENYAKIT BENIH
DAN BIBIT
CAPAIN OUTPUT RPI
S.D TAHUN 2014
1. KAYU BAWANG
2. SENGON
3. NYAWAI
4. BAMBANG
LANANG
5. JELUTUNG
6. TEMBESU
7. KRASIKARPA
8. JABON PUTIH
Output
1
Teknik Penanganan Benih
Tanaman Hutan
Output
1
Teknik Penanganan Benih
Tanaman Hutan
• Ekstraksi dan Sortasi: mengeluarkan benih dari buah serta memilih dan memilah
benih yang baik
• Metode pengeringan benih : untuk menentukan kadar air benih optimal sebelum
benih disimpan, hal ini berkaitan dengan penentuan watak atau karakter benih
• Metode penyimpanan : penurunan kadar air aman untuk penyimpanan, wadah
simpan, ruang simpan dan periode penyimpanan
• Pengujian benih : kemurnian, berat 1000 butir benih dan pengujian viabilitas benih
secara langsung (Lab dan rumah kaca) maupun tidak langsung (Uji Cepat)
• Peningkatan mutu fisik dan fisiologik benih : diantaranya adalah teknik priming dan
penggunaan iradiasi benih
• Penentuan densitas benih : berkaitan dengan teknik perkecambahan benih
• Pengelolaan hama dan penyakit pada benih : identifikasi hama dan penyakit yang
menyerang benih, serta metode pengendaliannya
Output
1
Teknik Penanganan Benih
Tanaman Hutan
No Jenis
Pengumpulan
buah dan
indikator
kemasakan
Penanganan benih
Ekstraksi benih Pembersihan,
seleksi dan
sortasi benih
Pengeringan
benih
Pengemasan
dan
penyimpanan
benih
Perlakuan
pendahuluan,
perkecambahan
dan priming
1. Kayu bawang (Azadirachta
exelsa (Jack.)
M Jacobs.)
- Buah
berwarna
kecoklatan - Dapat
dilakukan
pengunduhan
ataupun
dikumpulkan
dilantai hutan
Ekstraksi basah : Benih
dikeluarkan dari
buah dengan cara
buah direndam
hingga kulit dan
daging buah
lunak,lalu
diremas dengan
pasir dan
dibersihkan
dalam air
mengalir
Benih
dipisahkan
dari kotoran,
benih kosong/
hampa dan
benih yang
terserang
hama penyakit
- Karakter
benih:
rekalsitran - Dikering-
anginkan
pada suhu
kamar
selama 2
hari
- Karakter
benih:
rekalsitr
- Dikering-
anginkan
pada suhu
kamar
selama 2
hari
tanpa
perlakuan
pendahulua
n - Benih bisa
langsung
ditabur
Output
1
Teknik Penanganan Benih
Tanaman Hutan
No Jenis
Pengumpulan
buah dan
indikator
kemasakan
Penanganan benih
Ekstraksi benih Pembersihan,
seleksi dan
sortasi benih
Pengeringan
benih
Pengemasan
dan
penyimpanan
benih
Perlakuan
pendahuluan,
perkecambahan
dan priming
2 Bambang
lanang
(Michelia
champaca)
- Buah Coklat
tua
kemerahan
- Merkah,
benih
berwarna
coklat
kehitaman
Ekstraksi basah :
Benih
dikeluarkan dari
buah dengan cara
buah direndam
hingga kulit dan
daging buah
lunak, setelah itu
buah yang sudah
lunak diremas
dengan pasir, lalu
dibersihkan
dalam air
mengalir
Benih
dipisahkan
dari kotoran,
benih kosong/
hampa dan
benih yang
terserang
hama penyakit
- Karakter
benih:
rekalsitran
- Dikering-
anginkan
pada suhu
kamar
selama 2
hari
- Wadah
kedap
- Di ruang
AC
maksimal
selama 3
bulan
(benih
telah di
priming)
- Tanpa
perlakuan
pendahulu
an
- Hidrasi-
dehidrasi
Output
1
Teknik Penanganan Benih
Tanaman Hutan
No Jenis
Pengumpulan
buah dan
indikator
kemasakan
Penanganan benih
Ekstraksi benih Pembersihan,
seleksi dan
sortasi benih
Pengeringan
benih
Pengemasan
dan
penyimpanan
benih
Perlakuan
pendahuluan,
perkecambahan
dan priming
3 Tembesu
(Fagraea
fragrans
Roxb.)
Pemanjatan
Buah berwarna
merah sampai
merah terang
Ekstraksi basah-
kering : buah
direndam selama
2 jam kemudian
remas-remas,
dipisahkan biji
dengan bagian
buah lainnya dan
disaring dengan
ayakan kemudian
di kering
anginkan
Biji-biji yang
mengapung saat
ekstraksi
merupakan benih
yang tidak
viabel/dibuang
- Lolos dan
tertahan
ukuran
saringan
840 µm
(20 mesh)
dan
tertahan
pada 710
µm (24
mesh)
- Benih/biji
dipisahkan
dari
bagian-
bagian
buah
lainnya
- Karakter
benh:
ortodok
- Dikering-
anginkan
selama ± 5
hari di suhu
kamar
hingga
mencapai
KA 9 % -
12 %
- Wadah
kedap di
ruang
refrigerator
- Penyimpana
n selama 2
tahun daya
kecambah
benih
sebesar 56 –
67, 53 %)
dan
disimpan
selama 3
tahun dg
daya
kecambah
42 %,
- Benih
direndam
H2O2 5%
selama 24
jam
- Benih
direndam
air panas
(90°C) dan
dibiarkan
dingin
selama 24
jam
Output
1
Teknik Penanganan Benih
Tanaman Hutan
No Jenis
Pengumpulan
buah dan
indikator
kemasakan
Penanganan benih
Ekstraksi benih Pembersihan,
seleksi dan
sortasi benih
Pengeringan
benih
Pengemasan
dan
penyimpanan
benih
Perlakuan
pendahuluan,
perkecambahan
dan priming
4 Jelutung rawa
(Dyera
polyphylla
(Miq).V.Steeni
s
- Pemanjatan
- Buah
(polong)
berwarna
coklat dan
belum
merekah
Ekstraksi kering
penjemuran
selama 5 hari – 7
hari hingga
polong membuka
Benih
dipisahkan
dari kotoran,
benih kosong/
hampa dan
benih yang
terserang
hama penyakit
- Karakter
benih:
rekalsitran
- Benih
dikering-
anginkan
selama 1
malam
hingga
mencapai
KA 10 %
Wadah kedap
di ruang AC
Tanpa
perlakuan
pendahuluan
Hidrasi-
dehidrasi
Output
1
Teknik Penanganan Benih
Tanaman Hutan
No Jenis
Pengumpulan
buah dan
indikator
kemasakan
Penanganan benih
Ekstraksi benih Pembersihan
, seleksi dan
sortasi benih
Pengeringan
benih
Pengemasan dan
penyimpanan
benih
Perlakuan
pendahuluan,
perkecambahan
dan priming
5 Nyawai
(Ficus
variegata
Blume.)
- Pemanjatan
dan
pengumpula
n buah di
lantai hutan
- Buah
berwarna
merah
kehitam-
hitaman
Ekstraksi basah,
buah diperam
selama 3 hari - 4
hari lalu
diblender,
kemudian
disaring
Tertahan
pada
saringan
600 µm (28
mesh)
- Karakter
benih
intermediate
- Benih
dikering-
anginkan
selama 24 jam
hingga
mencapai KA
9 % - 12 %
- Wadah
kedap
- Di ruang AC
atau
refrigerator
- wadah
simpan
aluminium
foil.
- dapat
dipertahanka
n
viabilitasnya
selama 6
bulan.
- Tanpa
perlakuan
pendahuluan
- Bak
kecambah
ditutup plastik
transparan
hingga
tumbuh
sepasang
daun.
Output
1
Teknik Penanganan Benih
Tanaman Hutan
No Jenis
Pengumpulan
buah dan
indikator
kemasakan
Penanganan benih
Ekstraksi benih Pembersihan,
seleksi dan
sortasi benih
Pengeringan
benih
Pengemasan
dan
penyimpanan
benih
Perlakuan
pendahuluan,
perkecambahan
dan priming
6 Sengon
(Falcataria
moluccana
(Miq.)
Barneby &
Grimes.)
- Pemanjatan
- Buah
(polong)
berwarna
coklat
Ekstraksi kering :
polong dijemur
selama 1 hari - 2
hari
- Benih
dipisahkan
dari kotoran
dengan
ditampi
- SGT
- Karakter
benih:
ortodok
- Benih
dijemur
selama 1
hari hingga
mencapai
KA 5% -8%
- Wadah
kedap
- Di ruang
kamar, ber
AC atau
DCS
Benih
direndam
air panas
(90oC)
sampai
dingin
selama 24
jam
- Hidrasi-
dehidrasi
Output
1
Teknik Penanganan Benih
Tanaman Hutan
No Jenis
Pengumpulan
buah dan
indikator
kemasakan
Penanganan benih
Ekstraksi benih Pembersihan,
seleksi dan
sortasi benih
Pengeringan
benih
Pengemasan
dan
penyimpanan
benih
Perlakuan
pendahuluan,
perkecambahan
dan priming
7 Krassikarpa
(Acacia
crassicarpa
A.Cunn. ex
Benth.
- Pemanjatan
- Buah
(polong)
berwarna
coklat
Ekstraksi kering :
menjemur
polong selama 3
hari - 4 hari
sampai merekah
- Benih
dipisahkan
dari kotoran
dengan
ditampi
kemudian
funikel
dihilangkan
- Seed
Gravity
Table
(SGT)
- Karakter
benih:
ortodok
- Benih
dijemur
selama 1
hari - 2 hari
hingga
mencapai
KA 5 % - 8
%
- Wadah
kedap
- Diruang
AC atau
Dry Cold
Storage
(DCS)
- Rendam
air panas
(90oC)
sampai
dingin
selama
24 jam
- Hidrasi-
dehidrasi
Output
1
Teknik Penanganan Benih
Tanaman Hutan
No Jenis
Pengumpulan
buah dan
indikator
kemasakan
Penanganan benih
Ekstraksi benih Pembersihan,
seleksi dan
sortasi benih
Pengeringan
benih
Pengemasan
dan
penyimpanan
benih
Perlakuan
pendahuluan,
perkecambahan
dan priming
8 Jabon putih
(Anthocephalus
cadamba Miq.)
- Pengumpul
an buah di
lantai
hutan
- Buah
berwarna
coklat
muda
Ekstraksi basah
bertahap :
- Diperam dalam
air sampai
daging buah
lunak;
- Diremas sampai
hancur dan
diendapkan
selama ± 2 jam;
- Benih disaring
dengan kain
blacu dan
diperas, lalu
dikering-
anginkan selama
3 hari - 4 hari
Lolos pada
ukuran
saringan 420
µm (35
mesh) dan
tertahan pada
250 µm (60
mesh)
- Karakter
benih:
intermediate/
semi
rekalsitran
- Benih
dikering-
anginkan
selama 3 - 4
hari hingga
mencapai KA
7 % -10 %
Wadah kedap
di ruang
refrigerator
- Tanpa
perlakuan
pendahuluan
- Bak
kecambah
ditutup
plastik
transparan
hingga
tumbuh
sepasang
daun
TARGET RPI
1. KAYU BAWANG
2. SENGON
3. NYAWAI
4. BAMBANG
LANANG
5. JELUTUNG
6. TEMBESU
7. KRASIKARPA
8. JABON PUTIH
9. JABON MERAH
10. SUNGKAI
11. SUREN
12. CEMPAKA
13. TERENTANG
14. GERUNGGANG
15. BENUANG BINI
16. MANGIUM F1, F2, F3
KEGIATAN (RPTP)
KAJIAN EKOLOGI DAN
BIOLOGI BENIH DAN
BIBIT
FENOLOGI
TEKNIK PENINGKATAN
PRODUKSI BENIH
CAPAIN OUTPUT RPI
S.D TAHUN 2014
1. KAYU BAWANG
2. SENGON
3. NYAWAI
4. BAMBANG
LANANG
5. JELUTUNG
6. TEMBESU
7. KRASIKARPA
8. JABON PUTIH
Teknik Produksi Benih
Tanaman Hutan
Output
2
Teknik Produksi Benih
Tanaman Hutan
Output
2
b c
Periode Pembungaan dan Pembuahan Termasuk Fenologi
Peningkatan Produksi Benih : Melalui Cara Mekanis Maupun Kimiawi, Yaitu
Pembuatan Rumpang Untuk Pembukaan Tajuk, Pengaturan Jarak Tanam,
Pemupukan, Perlakuan Paclobutrazol
Penentuan Masak Fisiologis : Berdasarkan Warna, Ukuran Buah
Pengunduhan dan Pengumpulan Buah : Pemanjatan atau Pengumpulan dari Lantai
Hutan
Potensi Produksi Buah/Benih : Menduga Potensi Produksi Buah/Benih Per Pohon
Atau Per Ha.
Ketahanan Benih dan Bibit Terhadap Kondisi Cekaman : Mengetahui Kondisi
Morfofisiologis Benih dan Bibit Akibat Kondisi Cekaman
Teknik Produksi Benih
Tanaman Hutan
Output
2
b c
No Jenis Masa berbunga dan berbuah Puncak buah
masak
Jumlah benih per
kg (butir)
Standarisasi mutu
benih
1 Kayu bawang
(Azadirachta
exelsa (Jack.) M
Jacobs.)
Januari-Maret *)
2013 : Januari - Maret (Kedurang
Kab. Bengkulu Selatan)
Mei – Juli (Padang Ulak Tanding
Kab. Rejang Lebong)
November – Januari (Kemampo
Kab. Banyuasin)
Februari – April (Sengkuang Kab.
Bengkulu Utara)
Februari (2012-
2014 buah
masak tidak
teratur)
550 – 900 Benih rekalsitrant
tidak ada standar
mutu benih
2 Bambang lanang
((Michelia
champaca L.)
Januari – Maret Pebruari 10.753 - 16.667 Benih rekalsitrant
tidak ada standar
mutu benih
3 Tembesu
(Fagraea fragrans
Roxb.)
April – Mei
- Pada Periode 2012-2014 Pola
Musim buah mulai bergeser
Mei-Juli
Pembungaan/ pembuahan tidak
serempak antar lokasi maupun antar
tegakan dalam satu lokasi
April
Juli-Agustus
(sejak 2012)
- Hasil/produksi
buah mulai
menurun (mulai
tahun 2012)
3.107.520 -
3.846.154
Mutu Fisik : Berat
1000 butir :-
Kemurnian :-
KA : < 10 %
Mutu Fisiologis :
Mutu P: ≥ 2000
kc/g
Mutu D: ≥1400
kc/g – 2000 kc/g
Teknik Produksi Benih
Tanaman Hutan
Output
2
b c
No Jenis Masa berbunga dan
berbuah
Puncak buah masak Jumlah benih
per kg (butir)
Standarisasi mutu benih
4 Jelutung rawa
(Dyera polyphylla
(Miq).V.Steenis
September – Desember
dan Maret – April
September
13.333 -20.000
Mutu Fisik :
Berat 1000 butir : 50 – 75
gr
Kemurnian : ≥ 98 %
KA : 10 – 35 %
Mutu Fisiologik :
Mutu P : DB ≥ 75 %
Mutu D: DB ≥55 - 74
Mutu T : DB < 55
5 Nyawai
(Ficus variegata
Blume.)
Mei – Juni Mei 2.954.210 -
4.462.294
Mutu P:
Mutu D:
Mutu T:
6 Sengon
(Falcataria
moluccana (Miq.)
Barneby &
Grimes.)
Juli – Agustus Juli 41.667 - 55.556 Mutu Fisik :
Berat 1000 butir : 18 – 24
gr
Kemurnian : ≥ 96 %
KA : ≤ 10 %
Mutu Fisiologik :
Mutu P: DB ≥ 90
Mutu D: DB ≥75 - 89
Mutu T: DB <75
Teknik Produksi Benih
Tanaman Hutan
Output
2
b c
No Jenis Masa berbunga dan
berbuah
Puncak
buah masak
Jumlah benih per kg
(butir)
Standarisasi mutu benih
7 Krasikarpa (Acacia
crassicarpa
A.Cunn. ex Benth.
Juli – Agustus Agustus 40.000 - 58.824 Mutu Fisik :
Berat 1000 butir : 19 – 26 gr
Kemurnian: ≥ 96 %
KA : ≤ 9 %
Mutu Fisiologik :
Mutu P: DB ≥ 85
Mutu D: DB ≥70 - 84
Mutu T: DB< 70
8 Jabon putih
(Anthocephalus
cadamba Miq.)
Maret – April dan Juni –
Juli
April 26.666.667 -28.888.889 Mutu Fisik :
Berat 1000 Butir : 0,038-
0,056
Kemurnian: -
KA : 8-9 %
Mutu Fisiologik :
Mutu P: DB ≥ 700kc/g
Mutu D: DB ≥ 600 kc/g – 699
kc/g
Mutu T: DB< 600 kc/g
Keterangan : DB : daya berkecambah, mutu P: pertama, mutu D: kedua, mutu T:....Kc:.......,KA : Kadar air
TARGET RPI
1. KAYU BAWANG
2. SENGON
3. NYAWAI
4. BAMBANG
LANANG
5. JELUTUNG
6. TEMBESU
7. KRASIKARPA
8. JABON PUTIH
9. JABON MERAH
10. SUNGKAI
11. SUREN
12. CEMPAKA
13. TERENTANG
14. GERUNGGANG
15. BENUANG BINI
16. MANGIUM F1, F2, F3
KEGIATAN (RPTP)
TEKNIK PEMBIBITAN
TANAMAN HUTAN SECARA
GENERATIF
TEKNIK PERBANYAKAN
TANAMAN HUTAN SECARA
VEGETATIF
CAPAIN OUTPUT RPI
S.D TAHUN 2014
1. KAYU
BAWANG
2. SENGON
3. NYAWAI
4. BAMBANG
LANANG
5. JELUTUNG
6. TEMBESU
7. KRASIKARPA 8. JABON PUTIH
Perbanyakan Secara
Generatif dan Vegetatif
Output
3
Perbanyakan Secara
Generatif dan Vegetatif
Output
3
Perbanyakan generative : teknik perkecambahan dari biji serta teknik
persemaian dan pembibitan, yang meliputi kondisi naungan, komposisi
media serta pemupukan dan mikoriza
Perbanyakan vegetative : mendapatkan metode tepat untuk
memperbanyak bibit melalui perbanyakan dari bagian tanaman selain
biji, yaitu dapat berupa stek, cangkok, okulasi maupun grafting. Selain
itu diperoleh kondisi optimal untuk pembiakan vegetative (suhu,
kelembaban, umur stek, ukuran tunas, hormone, naungan serta media)
Perbanyakan Secara
Generatif dan Vegetatif
Output
3
No. Jenis Generatif Vegetatif
1 Kayu bawang
(Azadirachta
exelsa (Jack.) M
Jacobs.)
Benih asal biji :
1. Benih dapat ditabur di bedeng atau
langsung ditanam ke kantong plastik. Daya
berkecambah benih segar mendekati 90 %.
Benih asal Anakan Alam:
1. Untuk mempertahankan vigor anakan alam
selama transportasi dapat menggunakan
tisu basahr, serbuk gergaji atau cocopeat
lembab, dapat mempertahankan kesegaran
selama 8 hari dengan persentase hidup
masih di atas 90 %.
2. Pada awal pertumbuhannya membutuhkan
penyungkupan selama 1 bulan.
1. Bahan stek asal semai, ditanam di media
campuran serbuk sabut kelapa + sekam padi
(2:1, v/v) dengan menggunakan IBA 50 ppm
dan ruang tumbuh menggunakan
KOFFCO,menghasilkan persen stek berakar
95% dengan jumlah akar 2 buah dan jumlah
daun 2 helai (ada peningkatan 40%
dibanding kontrol).pada umur..
2. Bahan stek diambil dari anakan alam,
ditanam pada media campuran antara arang
sekam dan cocopeat ( 1 : 2) atau media
cocopeat dengan penyungkupan agar
kelembaban tetap di atas 90% dan suhu tidak
melebihi 30°C,
Perbanyakan Secara
Generatif dan Vegetatif
Output
3
No. Jenis Generatif Vegetatif
2 Bambang lanang
((Magnolia
champaca L.)
1. Benih ditaburkan pada media campuran
tanah dan pasir halus (1:1 v/v) yang
telah disterilkan. Penyiraman dilakukan
setiap pagi dan sore hari dengan
menggunakan sprayer.
2. Perbanyakan melalui benih dengan
menyemai benih dalam media tabur
pasir. Semai disapih umur 1-1,5 bulan
ke dalam media cocopeat dan di pupuk
menggunakan pupuk daun konsentrasi 2
g/l. Intensitas cahaya dalam bedeng
sapih 65% (7.000-20.000 lux).
Peningkatan tinggi bibit umur 4 bulan
84,3%, diameter 45,9% disbanding
kontrol
Bahan stek asal semai, ditanam di media
campuran serbuk sabut kelapa+sekam padi+
arang sekam padi (6:3:1,v/v) dengan zat
pengatur tumbuh IBA 50 ppm + NAA 50 ppm.
Ruang tumbuh menggunakan KOFFCO,
menghasilkan persen stek berakar 100 %,
panjang akar 0,65 cm, jumlah akar 9 buah,
panjang tunas 0,035 cm, berak kering tunas
0,0684 gram, berat kering akar 0,048 gram, dan
jumlah daun 6 helai pada umur ..... (ada
peningkatan sebesar 25 % dibanding kontrol)
Perbanyakan Secara
Generatif dan Vegetatif
Output
3
No. Jenis Generatif Vegetatif
3 Tembesu
(Fagraea
fragrans
Roxb.)
1. Benih sebelum ditabur, dicampur dengan pasir
halus 1:5, kemudian ditaburkan pada media
campuran media pasir dan tanah halus dalam
kondisi lembab, kemudian ditaburi pasir halus
dan ditutup dengan plastic transparan untuk
menjaga kelembaban. Persentase kecambah
tembesu mampu mencapai 100 %
2. Penyapihan terbaik umur 7-8 minggu setelah
berkecambah menggunakan media topsoil
campur pasir dengan komposisi 2:1 atau
campuran top soil dengan cocopeat (3:1)
3. Intensitas naungan bibit setelah disapih 65 %
4. Aplikasi pupuk pada bibit : NPK dosis 0,25
g/bibit atau Urea dosis 0,4 g/bibit
a. Pada saat pengambilan stek, stek langsung
direndam di dalam air sampai siap tanam.
b. Media stek yang digunakan adalah pasir
yang diberi lapisan batu koral dan ijuk pada
bagian bawah. Pada bagian dasar sungkup
diberi lapisan batu koral setebal + 6 cm,
lapisan tengah diberi ijuk dengan ketebalan
3 – 5 mm dan lapisan bagian atas pasir
sungai setebal 12 – 15 cm.
c. Tingkat persentase hidup stek tembesu dari
semai mencapai 92,5% sedangkan dari
trubusan alam 85,8 %
Perbanyakan Secara
Generatif dan Vegetatif
Output
3
No. Jenis Generatif Vegetatif
4 Jelutung rawa
(Dyera
polyphylla
(Miq).V.Steenis
Benih ditabur di bedeng tabur, daya
berkecambah benih segar mencapai sekitar
75%
diinokulasi dengan Glomus clarum dan
Gigaspora Pertumbuhan tinggi dan diameter
masing-masing meningkat 26-49% dan 17-
24% .
Media tumbuh menggunakan pasir sungai
murni atau cocopeat + sekam padi (2:1).
. Media sapih menggunakan gambut + sekam
padi (7:3) atau topsoil + sekam padi (1:1) dan
dapat menggunakan pot-trays atau polybag.
.
5 Nyawai
(Ficus variegata
Blume.)
Benih dicampur pasir halus, ditaburkan pada
bak kecambah dengan media paisr tanah yang
sdh steril arang sekam. . kemudian tutup
palstik transparan. Daya berkecambah benih
baru/segar sekitar 85%.
Setelah mencapai tinggi sekitar 0,5-1 cm bibit
disapih pada Pot-trays (volume 200 cc) atau
polybag ukuran 5x15 cm atau 8x15 cm .
Media pertumbuhan bibit menggunakan
media campuran topsoil + sekam padi (1 : 1)
atau campuran top soil+gambut+ sekam padi
dengan perbandingan 4:3:3..
Keberhasilan stek pucuk nyawai dengan
menggunakan sistim KOFFCO dapat mencapai
65-70 %.
Media pertumbuhan bibit menggunakan media
campuran antara topsoil + sekam padi (1 : 1),
Pot-trays (volume 200 cc) atau polybag ukuran
5x15 cm.
Pemupukan bibit di persemaian : menggunakan
NPK (16:16:16) diberikan dalam bentuk
larutan dengan konsentrasi 5 gram/liter air
Perbanyakan Secara
Generatif dan Vegetatif
Output
3
No. Jenis Generatif Vegetatif
6 Sengon
(Falcataria
moluccana (Miq.)
Barneby &
Grimes.)
Benih sebelum ditabur, direndam air dingin selama 24 jam, kemudian taburkan pada
media campuran tanah dan pasir halus (1:1 v/v) yang telah disterilkan. Penyiraman
dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan menggunakan sprayer.
7 Krasikarpa
(Acacia
crassicarpa
A.Cunn. ex
Benth.
Benih sebelum ditabur, direndam air panas hingga dingin selama 24 jam, kemudian
taburkan pada media campuran tanah dan pasir halus (1:1 v/v) yang telah
disterilkan. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan menggunakan
sprayer.
Media pertumbuhan bibit menggunakan media campuran topsoil + sekam padi ( 1 :
1).
Pot-trays (volume 200 cc) atau polybag sebagai wadah pertumbuhan bibit
menggunakan ukuran 5x15 cm (ukuran lipat).
Pemupukan bibit di persemaian (dosis) :
- Umur1-2 minggu 5 gram/m2
- Umur 3 – 10 minggu 10 gram/m2
- Umur 11 – 16 minggu 15 gram/m2
Pemupukan menggunakan jenis NPK (16:16:16) diberikan dalam bentuk larutan
dengan konsentrasi 5 gram/liter air. Setelah pemupukan. bibit dibilas air bersih agar
larutan pupuk tidak menempel di daun.
Perbanyakan Secara
Generatif dan Vegetatif
Output
3
No. Jenis Generatif Vegetatif
8 Jabon putih
(Anthocephalus
cadamba Miq.)
Benih sebelum ditabur, dicampur dengan pasir
halus, kemudian ditaburkan pada media
campuran media tanah dan pasir halus yang sdh
disterilkan. Siram, kemudian tutup dengan
plastic transparan
Bahan stek dari semai yang ditanam di media
pasir dengan IBA 1500 ppm.Ruang tumbuh
menggunakan KOFFCO, menghasilkan persen
berakar 100% (ada peningkatan sebesar 11 %
dibanding kontrol)
TARGET RPI
1. KAYU BAWANG
2. SENGON
3. NYAWAI
4. BAMBANG
LANANG
5. JELUTUNG
6. TEMBESU
7. KRASIKARPA
8. JABON PUTIH
9. JABON MERAH
10. SUNGKAI
11. SUREN
12. CEMPAKA
13. TERENTANG
14. GERUNGGANG
15. BENUANG BINI
16. MANGIUM F1, F2, F3
KEGIATAN (RPTP)
STANDARDISASI METODE
PENGUJIAN MUTU BENIH
TANAMAN HUTAN
STANDARDISASI MUTU
BIBIT SIAP TANAM
CAPAIN OUTPUT RPI
S.D TAHUN 2012
1. KAYU BAWANG
2. SENGON
3. NYAWAI
4. BAMBANG
LANANG
5. JELUTUNG
6. TEMBESU
7. KRASIKARPA
8. JABON PUTIH
Standardisasi Mutu Benih dan
Bibit
Output
4
RPTP : STANDARDISASI METODE PENGUJIAN MUTU BENIH TANAMAN HUTAN
Standardisasi Mutu Benih dan
Bibit
Output
4
Penentuan Kadar Air benih nyawai dapat dilakukan dengan metode oven
suhu 130 -133C selama 4 Jam. Sedangkan Tembesu metode oven
suhu 130 – 133 C selama 5 Jam.
Pengujian perkecambahan benih nyawai dengan metode uji di atas kertas (
UDK) kertas CD (kertas koran) . Perkecambahan di rumah kaca dapat
dilakukan dengan media pasir +tanah (1:1 v/v) atau arang sekam + pasir
1:1 v/v).
Jenis Tembesu metode pengujian dengan UDK, benih direndam KNO3
5000 ppm 12 Jam
UDK media kertas CD
Metode pengujian tersebut merupakan
metode yang direkomendasikan
RPTP : STANDARDISASI MUTU BIBIT SIAP TANAM
Standardisasi Mutu Benih dan
Bibit
Output
4
No. Jenis Tinggi
Minimal
(cm)
Diameter
(mm)
Jumlah
Daun
Minimal
Kondisi
Media
Umur
Bibit
(Bulan)
Kondisi
Batang
Berkayu
1. Nyawai 70 5 4 - 5 Utuh 5-6 50 %
2. Kayu
Bawang
32 5 - 6 6 Utuh 6 50 %
3. Jabon Putih > 40 > 5 > 6 Utuh 4 - 5 --
4. Sengon > 30 > 4 LCR >
30 %
Utuh 4 - 6 --
5. Krasikarpa > 35 > 4 > 6 Utuh 3 - 6 --
6. Jelutung 35 – 40 6 – 8 9 – 11 Utuh 6 – 9 50 %
7. Tembesu
30-45 Masih dalm
pengamatn
Utuh 3-4
8. Bambang
lanang
> 65 7-8 9-10 Utuh 6-7 50%
Output
3
IPTEK Perbenihan Hasil
Pemuliaan Tanaman Hutan
RPI : BIOTEKNOLOGI HUTAN DAN PEMULIAAN
TANAMAN HUTAN
TARGET RPI
1. A. mangium
2. A. crassicarpa
3. E. pellita
KEGIATAN (RPTP)
PENANGANAN BENIH HASIL
PEMULIAAN TANAMAN
HUTAN
STANDARISASI MUTU BENIH
HASIL PEMULIAAN
TANAMAN HUTAN
CAPAIN OUTPUT RPI
S.D TAHUN 2012
1. A. mangium
2. A. crassicarpa
3. E. pellita
(100 %)
Output
3
IPTEK Perbenihan Hasil
Pemuliaan Tanaman Hutan
RPTP : PENANGANAN BENIH HASIL PEMULIAAN TANAMAN HUTAN
Output
3
IPTEK Perbenihan Hasil
Pemuliaan Tanaman Hutan
Pengunduhan dengan alat
panjat mekanis mengurangi
kerusakan pohon
Output
3
IPTEK Perbenihan Hasil
Pemuliaan Tanaman Hutan
KBS E.pellita Buah E.pellita Benih E.pellita
Jenis
Kelompok sumber benih
Kadar air (%)
Kemurnian (%)
Berat 1000 butir (gr)
Daya berkecambah
(%)
Acacia
mangium
Hasil pemuliaan ≤ 4 ≥ 99 10 – 11 ≥ 80
Belum
dimuliakan ≤ 4 ≥ 98 6 – 11 ≥ 64
SNI 7627:2011 < 9 > 90 -
> 90
(mutu Pertama)
Acacia
crassicarpa
Hasil pemuliaan ≤ 4 ≥ 99 21 – 22 ≥ 78
Belum
dimuliakan ≤ 4 ≥ 97 18 – 22 ≥ 60
SNI 7627:2011 6 – 7 94 – 98 27 70 – 85
Eucalyptus
pellita
Hasil pemuliaan ≤ 8 57 – 64 ≥ 0.03 ≥ 1230 kc/g
Belum
dimuliakan ≤ 9 40 - 52 0.015 – 0.035 ≥ 482 kc/g
SNI 7627:2011 8 – 9 - 0,32 1500 kc/g
Output
3.1
Paket Informasi Teknologi
Perbenihan Jenis Tanaman
Hutan Penghasil FEMO
RPI : PENGEOLAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU
FEMO (Food, Energy and Others)
Paket Teknologi Produksi
Jenis Tanaman Hutan
Penghasil FEMO
Output
3.4
TARGET RPI
1. Ganitri 2. Malapari 3. Kilemo 4. Kemenyan 5. Weru 6. Pilang 7. Akor 8. Kaliandra
KEGIATAN (RPTP) CAPAIN OUTPUT RPI
S.D TAHUN 2014
1. Ganitri
2. Malapari
3. Kilemo
4. Kemenyan
5. Weru
6. Pilang
7. Akor
8. Kaliandra
Output
3.1
Paket Informasi Teknologi
Perbenihan Jenis Tanaman
Hutan Penghasil FEMO
FENOLOGI DAN POTENSI
PRODUKSI
FENOLOGI
PENGUJIAN MUTU FISIK,
FISIOLOGIS DAN
PENYIMPANAN BENIH
TEKNIK PEMBIBITAN
GENERATIF
TEKNIK PEMBIBITAN
VEGETATIF
TARGET RPI
1. Ganitri 2. Malapari 3. Kilemo 4. Kemenyan
KEGIATAN (RPTP) CAPAIN OUTPUT RPI
S.D TAHUN 2014
1. Ganitri
2. Kilemo
3. Kemenyan
4. Malapari
TEKNIK KUANTIFIKASI BUAH
Paket Teknologi Produksi
Jenis Tanaman Hutan
Penghasil FEMO
Output
3.4
Paket Teknologi Produksi
Jenis Tanaman Hutan
Penghasil FEMO
Output
3.4
Jenis Fenologi
Kuantifikasi
Produksi
Penanganan
Benih
Pembibitan
Generatif
Pembibitan
Vegetatif
Kilemo Periode berbunga
khususnya di
Cikole-Jawa Barat
tampak terus terjadi.
Di Aek nauli bulan
Februari-Maret dan
buah masak pada
bulan Juli-Agustus
2010 yang ditandai
dengan warna kulit
buah hitam.
-Pendugaan
produksi buah
kilemo untuk
lokasi Balige
adalah log P = -
2.177 + 2.330
log Dbh,
sedangkan untuk
lokasi Aek Nauli
adalah Log P = -
2.101 + 1.770
log Dbh.
Hasil pengujian
di laboratorium
menunjukkan
kandungan
kadar air benih
segar sebesar
9%, dengan
kemurnian 99%,
berat seribu butir
37,8 g, jumlah
benih per kg
26.430 butir,
jumlah benih per
liter 7.300 butir
dan daya
berkecambah
71%.
Media : tanah +
arang sekam
padi 3 : 1,
Naungan : 25 %
-Stek yang tidak
menggunakan
maupun
menggunakan
ZPT IBA 750
ppm dan
ditumbuhkan
pada media
pasir
Paket Teknologi Produksi
Jenis Tanaman Hutan
Penghasil FEMO
Output
3.4
Jenis Fenologi
Kuantifikasi
Produksi
Penanganan
Benih
Pembibitan
Generatif
Pembibitan
Vegetatif
Ganitri Masa berbunga dan berbuah
ganitri di Kebumen-Jawa
Tengah pada tahun 2010 –
2011 berlangsung selama 5-
6 bulan. Pembungaan
terlihat pada bulan April
dan buah masak bulan
September 2010. Pada
Oktober/Nopember 2010
terjadi pembungaan kembali
(late flowering) namun
dengan jumlah sedikit dan
buah masak bulan April/Mei
2011.
Pohon model untuk
penyusunan
produksi buah pada
tegakan ganitri
umur 15 tahun
berukuran rata-rata
diameter 24,1 ± 5,3
cm dengan rata-
rata tinggi total
mencapai 11,9 ±
1,8 m. Model
penduga produksi
buah ganitri umur
15 tahun adalah Y
= 10,583 e 0,165 T .
Generatif
Asal cabutan
Media : tanah
+kompos organik +
arang sekam padi
3:1:1, Naungan : 0
% (tanpa naungan)
-
vegetatif
Asal bahan stek :
anakan alam
bagian bawah
ZPT IBA 500
ppm, Biomassa
akar 0,14 g
Paket Teknologi Produksi
Jenis Tanaman Hutan
Penghasil FEMO
Output
3.4
Jenis Fenologi
Kuantifikasi
Produksi
Penangan
an Benih
Pembibitan
Generatif
Pembibitan
Vegetatif
Malapari Pada umumnya tunas generatif
malapari terjadi pada bulan
Maret-April dan berkembang
menjadi bunga mekar pada bulan
Mei yang berlangsung selama 5-7
hari. Ketika bunga mengalami
penyerbukan, ovarium akan
terlihat membesar dan selanjutnya
berkembang menjadi buah muda.
Fase ini terjadi pada bulan Juni-
Juli dan menjadi buah matang
pada bulan Oktober-Nopember.
Secara keseluruhan, siklus
pembungaan dan pembuahan
malapari berlangsung selama 7-8
bulan.
Diameter batang
pohon berkorelasi
negatif dengan
produksi benih
malapari yang
terdapat di
Batukaras-Jawa
Barat. Hubungan
antara diameter
batang dan jumlah
benih terbangun
dslam persamaan
alometrik: Y =
1,334-1,06 logX1.
Msih dalam
pengamatan
Media : tanah sub
soil
Inokulasi mikoriza
pada bibit malapari
akan berhasil
apabila bibit
diinokulasi dengan
mikoriza 5 g dan
pupuk NPK 0,5 g
per bibit
Stek malapari
masih dalam proses
pengolahan data
Paket Teknologi Produksi
Jenis Tanaman Hutan
Penghasil FEMO
Output
3.4
Jenis Fenologi
Kuantifikasi
Produksi
Penanganan Benih Pembibitan
Generatif
Pembibitan
Vegetatif
Kemenyan Siklus pembungaan
sampai pembuahan
kemenyan
berlangsung selama
8–9 bulan. Tunas
generatif mucul pada
bulan Juni-Juli, bunga
kuncup di Juli–
Agustus, dan bunga
mekar terjadi Agustus.
Buah muda terjadi di
bulan September–
Oktober dan buah siap
panen pada Februari-
Maret.
Potensi produksi buah
di kawasan KHDTK
Aek Na Uli antar
kelas diameter batang
bervariasi. Model
penduga produksi
buah adalah log P = –
3,683 + 3,42 log Dbh
dengan koefisien
determinasi (R2-adj)
43,91% dan
simpangan baku 0,41.
Benih kemenyan
mempunyai kadar air
sebesar 44%, teknik
ekstraksi buah
kemenyan dilakukan
dengan cara membuang
kulit dan daging
buahnya dengan
menggunakan pisau
sampai daging buah
terlepas semua, setelah
itu biji dikeluarkan.
Perlakuan pendahuluan
dengan cara rendam
jemur selama ± 3 hari
hingga kulit biji terlihat
retak.
Media : tanah +
arang sekam padi
3 : 1, naungan :
25 %
Bahan stek dari
bibit umur 2 dan 4
bulan masing-
masing tanpa ZPT
IBA
Paket Teknologi Produksi
Jenis Tanaman Hutan
Penghasil FEMO
Output
3.4
Jenis Fenologi
Produksi
Penanganan Benih Pembibitan
Generatif
Pembibitan
Vegetatif
Pilang Siklus reproduksi
tanaman pilang di
TNBB pada th 2010
berlangsung selama 5
– 6 bulan. Tunas
generatif terlihat pada
bulan Mei dan pada
bulan yang sama
terjadi perkembangan
menjadi kuncup
bunga, bunga mekar
dan bunga layu. Buah
masak fisiologis
terjadi pada bulan
Agustus-September
Produksi benih
pilang di Soe-
Kupang rata-rata
sebesar 1716,36
gr/pohon. Produksi
benih pilang pada
kedua populasi
dapat diprediksi
berdasarkan
variabel diameter
batang dengan
menggunakan satu
persamaan regresi:
Y = 260 + 25,8 x.
Perlakuan
pendahuluan dan
metode uji adalah
perendaman dengan
H2SO4 selama 20
menit
Seleksi benih dengan
Seed Gravity Table).
Generatif
- Naungan : 0 %
(tanpa naungan)
-Media : tanah +
arang sekam padi
3:1 (v:v)
vegetatif
-Asal bahan stek :
bibit umur 2 tahun
-ZPT IBA 200 ppm
Paket Teknologi Produksi
Jenis Tanaman Hutan
Penghasil FEMO
Output
3.4
Jenis Fenologi
Produksi
Penanganan Benih Pembibitan
Generatif
Pembibitan
Vegetatif
Weru Periode pembungaan-
pembuahan jenis weru
di Jawa Barat
berlangsung selama 7-
8 bulan, yang diawali
dengan pemunculan
tunas generatif pada
bulan Februari, bunga
mekar pada bulan
April dan menjadi
buah muda bulan
Mei-Juni. Buah masak
siap panen terjadi
pada bulan September
–Oktober.
-Produksi buah
baik dari
Sumedang maupun
Majalengka,
dengan
menggunakan satu
model persamaan:
Y = -0.0627 +
0.889 x.
-Perlakuan
pendahuluan dan
metode uji adalah
direndam dengan
H2SO4 selama 10
menit atau direndam
air panas dan
dibiarkan dingin
selama 24 jam,
Seleksi benih weru
dilakukan dengan
menggunakan alat
Seed Gravity Table
Generatif
- Naungan 25%
-Media : tanah +
arang sekam padi
3:1 (v:v)
Asal bahan : bibit
umur 2 tahun, ZPT
200 ppm,
Paket Teknologi Produksi
Jenis Tanaman Hutan
Penghasil FEMO
Output
3.4
Jenis Fenologi
Produksi
Penanganan
Benih
Pembibitan
Generatif
Pembibitan
Vegetatif
Kaliandra Kaliandra memiliki
periode pembungaan yang
relatif pendek yaitu 3-4
bulan yang diamati di
daerah Bogor dan Cianjur.
Inisiasi bunga terjadi
sepanjang tahun yang
diindikasikan dari
munculnya bunga
sepanjang tahun. Dengan
demikian, tanaman
kaliandra dikatakan
mengalami pembungaan
terus menerus tanpa ada
dormansi tunas
sehubungan dengan
kondisi iklim.
Produksi buah
kaliandra di Kebun
Raya Cibodas
secara nyata
berkorelasi dengan
jumlah terubusan
(R2 = 0,63;
P<0.01). Persamaan
yang dihasilkan
adalah ln Y=ln
37,325 + 0,1359X.
Seleksi benih dengan
menggunakan
saringan (mesh)
Media : tanah
sub soil -
Mikoriza 2 g +
Rhizobium
Kalindra dapat
diperbanyak
secara vegetaif
dengan stek
pucuk dari
tunas muda.
Hormon
pertumbuhan
IBA 750 ppm
dapat
meningkatkan
jumlah dan
biomass akar
stek.
Paket Teknologi Produksi
Jenis Tanaman Hutan
Penghasil FEMO
Output
3.4
Jenis Fenologi
Produksi
Penanganan Benih Pembibitan
Generatif
Pembibitan
Vegetatif
Akor Akor memunculkan
tunas generatif pada
bulan Februari dan
mekar pada bulan
Maret-April, akhirnya
menjadi buah muda,
dewasa dan masak pada
bulan Mei-Juli/Agustus.
Sehingga diketahui
bahwa siklus
perkembangan
pembungaan hingga
pembuahan akor tejadi
selama 6-7 bulan yang
diamati pada satu
tegakan di Desa
Sawangan dan Jingkang
(Banyumas Barat).
Pendugaan
produksi benih
akor dari tanaman
berdiameter
batang rata-rata
30,1 cm pada
tegakan di RPH
Bunder-
Gunungkidul
menghasilkan rata-
rata 80,75
g/pohon.
Dengan asumsi
Kecenderungan
hubungan antara
produksi benih
dengan diameter
pohon dapat
dinyatakan dengan
persamaan
eksponensial yaitu
: y = 0,6287e0,164x
, R2 = 0,579.
Rata-rata kadar air benih
akor 6,56% , berat 1000
butir 15,68g dan jumlah
benih perkilogram 63.776
butir.
-Seleksi benih dengan
menggunakan saringan
(mesh), tidak
menunjukkan daya
berkecambah berbeda.
Seleksi benih
menggunakan seed gravity
table memperlihatkan daya
berkecambah benih dan
pertumbuhan tinggi bibit
yang lebih baik pada
kriteria benih besar dan
sedang dengan nilai
berkisar antara 55%
sampai 62%.
1. Generatif
- Media : tanah
sub soil
- Inokulan :
Rhizobium hasil
isolasi dan
Mikoriza 2,5 g
- Bibit umur 3
bulan : t 7,5 cm;
D 0,79 mm; %
hidup 92,59 %;
Berat kering
0,087 g;
Top/Root ratio
2,7; Indek Mutu
Bibit 0,07 dan
jumlah nodul
1,2.
2.Vegetatif
- Media : kokopit+
arang sekam padi
- Umur bahan stek :
2 bulan
- ZPT : IBA 250 g
-Stek umur 3 bulan :
jumlah akar : 5,98;
jumlah daun 9,07;
berat kering akar
0,16 g, ratio tunas
dengan akar 3,07 ,
persen tumbuh di
atas 90 %.
- C total 41,88 %, N
total 3,02 %
Paket Teknologi Produksi
Jenis Tanaman Hutan
Penghasil FEMO
Output
3.4
Jenis Fenologi
Produksi
Penanganan
Benih
Pembibitan
Generatif
Pembibitan
Vegetatif
Turi Periode
pembungaan relatif
pendek yaitu antara
3 bulan sampai 3,5
bulan yang diamati
di beberapa daerah
di Bogor. Turi
mengalami
pembungaan dan
pembuahan
sepanjang tahun.
Dengan demikian,
tidak ada pengaruh
iklim pada bulan
basah atau kering
yang secara spesifik
menstimulasi
terjadinya puncak
bunga atau buah
raya.
Rata-rata jumlah buah
turi dari tanaman
berdiameter batang rata-
rata 5,4 cm di lokasi
kawasan Seksi
Konservasi Wilayah II
Resort Tegal Bunder di
TN Bali Barat mencapai
231,45 biji/pohon.
Analisis regresi
menghasilkan model
pendugaan dengan
persamaan Y = 67,53 –
36,93 X1 + 6,32 X12 –
0,29 X13 ; dimana R2=
0,53, Y = produksi buah,
X1 = diameter batang.
Masih dalam
pengamatan
Masih dalam
pengamatan
Masih dalam
pengamatan
Paket Teknologi Produksi
Jenis Tanaman Hutan
Penghasil FEMO
Output
3.4
Jenis Fenologi
Produksi
Penanganan
Benih
Pembibitan
Generatif
Pembibitan
Vegetatif
Lamtoro Waktu inisiasi
bunga lamtoro
diduga terjadi
setiap saat yang
terindikasi dari
munculnya
bunga
sepanjang tahun
Siklus reproduksi
tanaman lamtoro
di Dramaga-
Bogor
berlangsung
selama 4–5
bulan.
Produksi buah lamtoro dari
tegakan yang ada di TN
Bali Barat sebesar 409,08
buah/pohon dengan rata-
rata diameter batang 8,13
± 1,53 cm dan tinggi total
6,11 ± 1,24 meter. Produksi
buah lamtoro dari tegakan
di plot penelitian Cikampek
adalah 825,60
gram/pohon. Jumlah benih
lamtoro per 1000 gr adalah
18.143 butir, maka
produksi benih per pohon
dari plot Cikampek adalah
sebesar 14976,4 butir atau
setara dengan 829,26
buah/pohon (jumlah
biji/buah = 18,06 butir).
Ekstraksi benih
dilakukan
dengan
menjemur
polong tua di
bawah sinar
matahari sampai
polong merekah,
kemudian
dipisahkan dari
kulitnya.
Perlakuan
direndam
dengan H2SO4
selama 10 menit
dan 20 menit
Masih dalam
tahap
pengamatan
Masih dalam
tahap
pengamatan