9

Cara Hidup Anggrek

Embed Size (px)

Citation preview

Cara Hidup Anggrek

Terestrik

Epifit

Lithofit

Amoebofit

Saprofit

Anggrek terestrik adalah anggrek yang hidup di tanah, sehingga disebut juga anggrek tanah. Anggrek tanah menyerap nutrien langsung dari tanah untuk digunakan dalam proses asimilasi. Anggrek ini memiliki pseudobulb (umbi semu) yang berukuran kecil dan tertanam di tanah. Contohnya adalah Spathoglottis plicata, Goodyera reticulata, Phaius tankervilae, Malaxis sp., Paphiopedillum sp., dan sebagainya. Beberapa spesies anggrek yang dapat dikatakan memiliki cara hidup yang semiterestrik, misalnya Arachnis flos-aeris dan Vanda hookeriana atau Vanda potlot. Walaupun anggrek ini tumbuh langsung dari permukaan tanah, namun Arachnis flos-aeris dan Vanda hookeriana juga memiliki akar udara untuk menyerap nutrisi di udara dan menempel pada inangnya untuk menjaga tubuhnya.

Anggrek epifit adalah anggrek yang hidupnya menempel pada tumbuhan atau pohon lain yang berfungsi sebagai pohon inangnya. Walaupun hidup menempel, anggrek epifit tidak menyerap nutrien dari pohon inangnya, melainkan melakukan proses asimilasi sendiri dengan cara menyerap nutrien di udara dengan menggunakan akar udaranya. Anggrek epifit sangat banyak ditemui dan tersebar luas di Indonesia. Hal ini dikarenakan hidupnya yang menempel di pohon yang tinggi, sehingga mampu menyebar biji dengan bantuan angin, sehingga sebaran bijinya menjadi lebih luas. Contoh anggrek epifit adalah Phalaenopsis amabilis, Vanda tricolor, Aerides odorata, Coelogyne pandurata, Dendrobium crumenatum, Eria retusa, Acriopsis javanica dan sebagainya.

Lithofit berasal dari kata lithos yang berarti batu. Anggrek lithofit adalah anggrek yang hidupnya menempel di batu. Anggrek ini memiliki karakter yang menyerupai anggrek epifit, seperti karakter akar yang besar, daun yang sukulen, dan sebagainya. Perlu dicermati juga bahwa anggrek terestrik seperti Spathoglottis plicata juga dapat ditemui menempel di bebatuan. Hal ini tidak berarti bahwa anggrek tersebut merupakan anggrek lithofit. Anggrek tanah mampu hidup menempel pada batu dikarenakan batuan tersebut telah mengalami pelapukan terlebih dahulu, sehingga terdapat spotspot yang mengandung tanah, Anggrek terestrik tersebut hidupnya pada tanah hasil pelapukan batuan tersebut. Contoh anggrek lithofit adalah Paphiopedillum sanderium.

Cara hidup amoebofit dicirikan oleh adanya pergiliran cara hidup antara fase vegetatif dengan fase generatif. Anggrek amoebofit memiliki umbi yang berfungsi sebagai tempat menimbun cadangan makanan. Anggrek ini cenderung berkembang ketika musim penghujan dan dormansi ketika musim kemarau. Ketika musim hujan, anggrek ini akan mengeluarkan kuncup daun untuk memulai fase vegetatifnya, yaitu fase berdaun. Pada fase ini, anggrek amoebofit hanya mampu mengeluarkan satu daun dari umbinya. Daun ini berfungsi untuk melakukan asimilasi (fotosintesis), sehingga diperoleh nutrisi yang cukup untuk melanjutkan ke fase generatif. Ketika nutrisi sudah terpenuhi, maka akan dilanjutkan dengan fase generatif, yaitu fase berbunga. Pada fase ini, kedudukan daun akan digantikan oleh tangkai induk pembungaan. Anggrek amoebofit memiliki tipe pembungaan tandan. Bunga dari anggrek ini cenderung cepat mengalami pembuahan. Contoh anggrek amoebofit adalah Nervilia sp.

Anggrek saprofit memiliki cara hidup seperti jamur, yaitu hidup di tempat yang memiliki kandungan bahan organik tinggi, misalnya pasa serasah daun. Karena hidup di tempat yang memiliki kandungan bahan organik tinggi, anggrek saprofit tidak perlu melakukan fotosintesis, sehingga anggrek ini tidak mempunyai pigmen fotosintesis. Contohnya adalah Epipogeum sp.. Epipogeum sp. banyak ditemukan di lantai hutan yang tertutup atau terlindung dari cahaya matahari. Anggrek ini juga dikenal dengan nama ghosh orchid karena berwarna putih di seluruh bagian tubuhnya. Di Indonesia, jenis Epipogeum yang sering ditemui adalah E. roseum.

Sekian dan