18
PRAKTIKUM V UJI KONFIRMASI METODE PEMISAHAN OBAT-OBAT GOLONGAN AMFETAMIN DAN OPIAT DALAM URIN” OLEH : KELOMPOK VIII Anggota : Luh Made Ari Mas Purnamasari (P07134011005) Putu Murnitha Sari Rahayu (P07134011013)

Cara Kerja

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Cara Kerja

PRAKTIKUM V

“UJI KONFIRMASI METODE PEMISAHAN

OBAT-OBAT GOLONGAN AMFETAMIN DAN

OPIAT DALAM URIN”

OLEH :

KELOMPOK VIII

Anggota :

Luh Made Ari Mas Purnamasari (P07134011005)

Putu Murnitha Sari Rahayu (P07134011013)

Ni Wayan Nenik Prayanti (P07134011021)

I Gede Widyantara (P07134011031)

Coratry Shovariah Premilga (P07134011039)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2013

Page 2: Cara Kerja

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Tujuan

I.1.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan pemisahan obat-obat golongan

amfetamin dan opiat dari sampel urin.

I.1.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan penyiapan sampel untuk ekstraksi cair-cair dan

ekstraksi fase padat.

2. Mampu memisahkan obat-obat golongan amfetamin dan opiat dari

sampel urin dengan ekstraksi cair-cair dan ekstraksi fase padat.

I.2 Latar Belakang

Banyak wanita yang berlomba-lomba menjadi kurus agar terlihat

menarik sehingga mereka memilih jalan pintas, yaitu dengan menggunakan

produk pelangsing. Padahal produk pelangsing tersebut belum tentu aman.

Beberapa produk pelangsing ditemukan mengandung suatu senyawa yang

disebut amfetamin. Amfetamin merupakan senyawa yang cukup banyak

ditemukan dalam produk-produk pelangsing (penurun berat badan) yang

mengklaim produk tersebut bebas dari senyawa berbahaya. Pada mulanya

sekitar tahun 1960-an, amfetamin boleh digunakan secara bebas untuk

menurunkan berat badan. Amfetamin menekan nafsu makan, mengontrol

berat badan, serta menstimulasi sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskular. 

Efek-efek tersebut dihasilkan diperantarai dengan meningkatkan konsentrasi

sinapsis dari norepinefrin dan dopamine melalui stimulasi pelepasan

neurotransmitter atau menghambat pengambilannya. Amfetamin merupakan

suatu obat yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat. Oleh karena itu, hal

ini berbahaya jika digunakan secara tidak terkendali oleh praktisi kesehatan

(dokter atau apoteker).

Page 3: Cara Kerja

Pada 2011, Afganistan memproduksi 5.800 ton opium, naik dari 3.600

ton pada tahun sebelumnya, menurut laporan PBB yang dirilis Januari lalu.

Provinsi Helmand sendiri menjadi penghasil 60 persen opium dunia. Opium

merupakan tanaman semusim yang hanya bisa dibudidayakan di pegunungan

kawasan subtropis. Tinggi tanaman hanya sekitar satu meter. Daunnya jorong

dengan tepi bergerigi. Bunga opium bertangkai panjang dan keluar dari ujung

ranting. Satu tangkai hanya terdiri dari satu bunga dnegan kuntum

bermahkota putih, ungu, dengan pangkal putih serta merah cerah. Bunga

opium sangat indah hingga beberapa spesies Papaver lazim dijadikan

tanaman hias. Buah opium berupa bulatan sebesar bola pingpong bewarna

hijau.

Kedua golongan obat tersebut dapat membahayakan banyak orang jika

digunakan karena menyebabkan kecanduan. Maka dari itu diperlukan

pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya golongan tersebut pada tubuh

seseorang. Pemeriksaan konfirmasi dapat digunakan setelah uji skrining

dimana pemeriksaan konfirmasi ini merupakan suatu pemeriksaan lanjutan

yang lebih akurat karena hasil yang dikeluarkan sudah definitif menunjukkan

jenis zat narkotika psikotropika yang terkandung di dalam sampel tersebut.

Pemeriksaan dilakukan apabila hasil pemeriksaan pendahuluan (screening

test) memberi hasil positif (BNN, 2008).

Page 4: Cara Kerja

II. DASAR TEORI

2.1 Uji Konfirmasi

Pemeriksaan konfirmasi adalah suatu pemeriksaan lanjutan yang lebih

akurat karena hasil yang dikeluarkan sudah definitif menunjukkan jenis zat

narkotika psikotropika yang terkandung di dalam sampel tersebut. Pemeriksaan

dilakukan apabila hasil pemeriksaan pendahuluan (screening test) memberi hasil

positif (BNN, 2008).

Umumnya uji pemastian menggunakan teknik kromatografi yang

dikombinasi dengan teknik detektor lainnya, seperti: kromatografi gas -

spektrofotometri massa (GC-MS), kromatografi cair kenerja tinggi (HPLC)

dengan diode-array detektor, kromatografi cair - spektrofotometri massa (LC-

MS), KLT-Spektrofotodensitometri, dan teknik lainnya. (Wirasuta, 2008)

2.2 Amfetamin

Amphetamine merupakan salah satu obat dari golongan psikotropika

golongan II. Istilah amphetamine digunakan untuk sekelompok obat yang secara

struktural mempunyai keterbatasan dalam penggunaan klinis tetapi sangat

potensial untuk menjadi toksik adiksi dan disalah gunakan. (Japardi, 2008)

Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem

saraf pusat (SSP) stimulan. Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning,

maupun coklat, atau bubuk putih kristal kecil (Purwanti, 2009).

Senyawa ini memiliki nama kimia α–methylphenethylamine merupakan

suatu senyawa yang telah digunakan secara terapetik untuk mengatasi

obesitas, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan narkolepsi.

Amfetamin memiliki banyak efek stimulan diantaranya meningkatkan aktivitas

dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah, meningkatkan mood, meningkatkan

konsentrasi, menekan nafsu makan, dan menurunkan keinginan untuk tidur.  Akan

tetapi, dalam keadaan overdosis, efek-efek tersebut menjadi berlebihan. Target

analisis dari Amphetamin adalah methampetamine (MA), amphetamine (A),

methylenedioxymethamfetamin / MDMA, dan methylenedioxyamfetamine

(MDA). (Purwanti, 2009)

Page 5: Cara Kerja

2.3 Opiat

Opiat adalah obat-obatan yang mempengaruhi kerja otak. Pengguna opiat

sering bermimpi yang indah-indah, merasakan seakan-akan terbang (fly). Yang

termasuk golongan opiat ialah : (1) obat yang berasal dari opium-morfin ; (2)

senyawa semisintetik morfin ; (3) senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.

Didalam klinik opioid dapat digolongkan menjadi lemah (kodein) dan kuat

(morfin). (Sardjono, 1995)

Berdasarkan jalur metabolisme heroin dan asetil kodein, terlihat bahwa

kodein (narkotika golongan III) akan termetabolisme membentuk morfin

(narkotika golongan II). Demikian juga apabila seseorang telah mengkonsumsi

heroin ilegal pada waktu tertentu mungkin untuk mendeteksi kombinasi yang

hampir sama pada penggunaan kodein. Sedangkan menurut UU no 22 tentang

Narkotika, penyalahgunaan narkotika golongan I, II, dan III mempunyai

konsekuensi hukum yang berbeda. Oleh karena itu interpretasi temuan analisis

pada penyalahgunaan narkotika, khususnya merunut balik sumber narkotika yang

telah dikonsumsi adalah mutlak (Wirasuta 2009).

2.4 Urin

Urine sangat berguna dalam skrining racun karena obat, racun dan metabolit

terdapat dengan konsentrasi yang lebih besar pada urin dibandingkan dalam darah.

Urine, tidak seperti plasma, bebas dari protein dan lipida, karena itu umumnya

dapat langsung diekstraksi dengan pelarut organik. Dibandingkan dengan plasma

atau serum, komposisinya bervariasi cukup besar yang dapat dilihat dari warna

gelap urine malam dibandingkan dengan warna yang pucat dari urine yang

dikumpulkan pada siang hari. (Wirasuta, 2008)

Urin segar berwarna kuning atau kuning-hijau, namun pada penyimpanan

sebagai larutan yang bersifat asam warna urin akan berubah menjadi kuning-

coklat akibat terjadinya oksidasi dari urobilinogen menjadi urobilin. Sampel urin

tahan selama beberapa minggu jika disimpan pada suhu 2-80 C. Namun jika

dibekukan (-200 C), sampel urin yang diasamkan akan tahan sampai jangka waktu

Page 6: Cara Kerja

yang panjang, tapi sebelumnya dilakukan sentrifugasi terlebih dahulu (Flanagan et

al., 2007)

2.5 Ekstraksi Fase Padat

Jika dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair, ekstraksi fase padat yang biasa

disebut Solid Phase Extraction (SPE) merupakan teknik yang relatif baru akan

tetapi SPE cepat berkembang sebagai alat yang utama untuk pra-perlakuan sampel

atau untuk clean-up sampel-sampel yang kotor, misal sampel-sampel yang

mempunyai kandungan matriks yang tinggi seperti garam-garam, protein,

polimer, resin, dll. (Rohman, 2007)

Keunggulan SPE dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair adalah:  proses

ekstraksi lebih sempurna, pemisahan analit dari penganggu yang mungkin ada

menjadi lebih efisien, mengurangi pelarut organik yang digunakan, fraksi analit

yang diperoleh lebih mudah dikumpulkan, mampu menghilangkan partikulat,

lebih mudah diotomatisasi. (Rohman, 2007)

2.6 Ekstraksi Cair Cair

Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan

perbandingan tetentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti

benzene dan kloroform. Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk

praperlakuan sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari

komponen-komponen matriks yang mungkin menganggu pada saat kuantifikasi

atau deteksi analit. Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi

analit dari fasa air kedalam pelarut organic yang bersifat non-polar atau agak polar

seperti n-heksana, metil benzene atau diklorometana. Meskipun demikian, proses

sebaliknya juga mungkin terjadi.Analit-analit yang mudah tereksitasi dalam

pelarut organic adalah molekul-molekul netral yang berikatan secara kovalen

dengan konstituen yang bersifat non-polar atau agak polar. (Rohman, 2007)

Page 7: Cara Kerja

III. Prosedur Kerja

3.1 Medium Analit

Urine

Target

Derivat Amfetamin : Amfetamin (AM), Metamfetamin (MA), dan

Metilendioksimetanfetamin (MDMA)

Golongan Opiat : Morfin, Codein

3.2 Metode Pemisahan

a. Alat dan bahan

Alat :

1. Alat sentrifugasi

2. Alat vortex

3. Gelas ukur

4. Pipet volume dan Ballfilter

5. Pipet tetes

6. Gelas beaker

7. Botol vial

8. Labu ukur

9. Tabung reaksi

10. Plat silica GF 254

11. Chamber

12. Camag Nanomat 4

13. Spektrofotometer

Bahan :

1. Amfetamin (AM)

2. Metamfetamin (MA)

3. Metillendioksimetanfetamin (MDMA)

4. Morfin

5. Codein

Page 8: Cara Kerja

6. Buffer pospat pH 10,5

7. Metanol

8. Kloroform

9. Aquades

10. Eluent :TAEA dan TB

Page 9: Cara Kerja

b. Prosedur Kerja

Ekstraksi sampel dengan menggunakan ekstraksi cair-cair

1 ml sampel urine

Dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge

1 ml sampel urine dalam tabung

sentrifuge

+ 1 ml buffer fosfat pH 9,3

+ 2 ml campuran kloroform : isopropanol = (3;1)

Sampel

Divortek dengan kecepatan 2500 rpm selama 30 menit

Terbentuk emulsi sempurna

Disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit

Sampel hasil sentrifuge

Fase kloroform Fase air

Diambil dan ditampung

Fraksi A yang mengandung

morfin

Diambil dan ditampung

Fraksi Air

Page 10: Cara Kerja

Fraksi A yang mengandung

morfin

Fraksi Air (fraksi B)

+ buffer fosfat pH 10,5

+kloroform : isopropanol (3:1)

Fraksi Air (fraksi B)

Divortex dengan kecepatan 2500 rpm selama 30 menit

Disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit

Fraksi Air (fraksi B)

Campuran fraksi A dan fraksi B

Diuapkan pada suhu 60-70 0 C

Residu

Dilarutkan dalam 25 µL metanol

Sampel siap dianalisa

Page 11: Cara Kerja

Ekstraksi sampel dengan menggunakan SPE (Solid Phase Exstraction)

Menggunakan fase diam kolom SPE Accubond II Evidex Catridge

Amfetamin

\

Sample preparation

5 ml urine

+ 3 ml K2HPO4 0,1 M pH 6

Sample hasil preparation

SPE condition

Sampel hasil preparation

+ 6 metanol + 6 ml K2HPO4 0,1 M pH 6

Sampel hasil SPE condition

Page 12: Cara Kerja

Rinse

Sampel hasil SPE condition

Sampel dimasukkan + 3 ml air + 3 ml 0,1 M asam asetat+ 3 ml metanol

Sampel hasil Rinse

Elution

Sampel hasil Rinse

+ 3 ml kloroform isopropil alkohol – HCl (60/40/1)

Sampel hasil elution (eluat)

Diuapkan pada suhu 65 oC

residu

Direkonstruksi dengan metanol sebanyak 25 µL metanol

Sampel siap dianalisa

Page 13: Cara Kerja

DAFTAR PUSTAKA

BNN. 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium Narkotika, Psikotropik, dan Obat Berbahaya. Jakarta : BNN.

Flanagan, R. J., A. Taylor, I. D. Watson, R. Whelpton. 2007. Fundamentals of Analytical Toxicology. John Wiley and Sons Ltd: West Sussex.

Japardi I. 2008. Efek Neurologi Dari Ecstasi dan shabu-shabu. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah [Online] 2002 [cited 2008 April 23]; Available from: URL:http://www.usu.ac.id

Lia, Purwanti. 2009. Amfetamin. Diakses dari : http://narkobaamphetamin. blogspot.com/2011/11/amfetamin.html

Ningrum. 2009. Keracunan Opiat-catatan kecil. Diakses dari pada tanggal 13 Mei 2013

Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sardjono, Santoso dan Hadi rosmiati D, farmakologi dan terapi, bagian farmakologi FK-UI, Jakarta, 1995 ; hal ; 189-206.

Wirasuta, 2008. Analisis Toksikologi Forensik Dan Interpretasi Temuan Analisis. Jakarta : Universitas Udayana Press.

Wirasuta. 2009. Buku Ajar Toksikologi Umum. Bali : Universitas Udayana Press