Upload
aisya-amalia-muslima
View
143
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
CnD
Citation preview
Cara Menentukan Beyond Use Date dan Expiration Date
Suatu reaksi dikatakan sebagai reaksi orde satu apabila laju reaksinya
tergantung pada konsentrasi reaktan tunggal. Dalam tipe ini, zat tunggal terurai
langsung menjadi satu produk atau l ebih. Adapun laju reaksinya berbanding
lurus dengan konsentrasi zat yang bereaksi. Persamaan kecepatan untuk reaksi
orde satu adalah sebagai berikut:
−dCdt
=k1⋅C0
Dengan menyusun dan mengintegralkan persamaan di atas akan diperoleh
persamaan:
ln C=lnC0−k1⋅t
Dengan C adalah jumlah reaktan yang tunggal setelah waktu t, C0
menunjukkan konsentrasi reaktan mula-mula, k1 menunjukkan tetapan laju reaksi,
dan t adalah waktu. Dengan menggunakan persamaan ini dimungkinkan untuk
menghitung laju reaksi (k) dengan jalan menetapkan konsentrasi obat yang masih
tertinggal (sisa) pada waktu t.
Suatu besaran yang penting dalam reaksi orde satu adalah waktu paro (t1/2)
dan waktu kadaluarsa (t90) dari suatu reaksi. Waktu paro adalah waktu yang
dibutuhkan agar konsentrasi reaktan menjadi 1/2 dari konsentrasi semula.
Dengan jalan mengganti C dengan C0/2 dalam persamaan, akan diperoleh
persamaan:
ln
C0
2C0
=k1⋅t12
Waktu kadaluarsa adalah waktu yang dibutuhkan agar konsentrasi reaktan
terdegradasi sepersepuluh konsentrasi semula. Harga t90 dapat dihitung seperti
halnya dengan perhitungan t1/2.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
t90=2 ,303
klog
10090
Atau
t90=0 ,105
k
Expiration dates ditentukan berdasarkan persamaan Arhenius:
k = Ae−EaRT
atau
log k = log A - Ea
2,303 RT
dimana:
k : konstanta laju reaksi
A : faktor frekuensi
Ea : energi aktivasi
R : konstanta gas
T : suhu
Hubungan antara laju degradasi obat orde nol dan orde pertama, persamaan
Arhenius, dan metode Q dalam menghitung BUD dapat digunakan untuk melihat
stabilitas obat, tingkat degradasi, konstanta laju, dan lain-lain. Degradasi laju
reaksi orde nol dan orde pertama dihitung dari data percobaan dan dapat
digunakan sebaga proyeksi stabilitas. Untuk sediaan larutan, umumnya mengikuti
reaksi orde pertama. Dimana reaksi orde pertama berkurangnya kadar obat
berbanding lurus dengan konsentrasi yang tersisa terhadap waktu. Persamaan orde
pertama dinyatakan sebagai:
-dC/dt=kC
Dimana
C : konsentrasi obat
t : waktu
(-dc/dt) : laju degradasi obat
k : konstanta laju reaksi
Persamaan tersebut dapat diintegrasi menjadi:
log C = -kt/2,303 + log C0
dimana C0 adalah konsentrasi obat mula-mula. Pada reaksi orde pertama k
dinyatakan sebagai per unit waktu, seperti per detik, per jam, per hari, dan lain-
lain.
Untuk suspensi, kaju reaksi orde nol dinyatakan sebagai berikut:
-dC/dt = k0
Dimana k0 merupakan konstanta laju reaksi orde nol [konsentrasi (C)/waktu (t)].
Sehingga persamaannya dapat disusun menjadi
C= -k0t + C0
Dimana C0 adalah konsentasi awal obat. Satuan konstanta laju reaksi orde nol
merupakan konsentrasi per unit waktu, seperti mol/Ldetik atau mg/mLmenit.
Selanjutnya, bagaimana energi aktivasi dari reaksi tersebut dapat dihitung
menggunakan persamaan Arhenius, yang dinyatakan sebagai:
log k2/k1 = Ea (t2-t1)/2,3 RT1T2
k : konstanta laju reaksi
T : suhu
R : konstanta gas
Ea : Energi aktivasi
Hubungan konstanta laju reaksi pada dua temperatur yang berbeda
mempengaruhi "energi aktivasi" degradasi obat. Dengan melakukan reaksi pada
temperatur tinggi daripada membiarkan proses untuk dilanjutkan perlahan pada
suhu kamar, Ea dapat dihitung dan nilai k untuk suhu kamar ditentukan dengan
persamaan Arrhenius.
Q10 = e{( Ea
R )[( 1T
+10)−( 1T )]}
Dimana
Ea: energi aktivasi
R: konstanta gas
T: temperatur
Dalam penggunaan Q10, perbandingan kedua konstanta laju reaksi
dinyatakan sebagai:
Q10 = K(T+10)/KT
Pada persamaan ini Q10 didasarkan pada energi aktivasi reaksi tersebut dan dapat
dihitung sebagai rasio dua tetapan laju reaksi. Namun, karena apoteker mungkin
tidak dapat memperoleh energi aktivasi dan tetapan laju reaksi dengan segera.
Nilai Q10 2, 3, 4 yang sebanding dengan energi aktivasi 12,2; 19,4 atau 24,5
kkal/mol dapat digunakan, dan perkiraan prakstis sering dibuat dengan
menggunakan nilai 3.
Persamaan Q10 untuk memperkirakan shelf life:
t90 (T2) = t 90¿¿
dimana
t90 (T2) : estimasi shelf life
t90 (T1) : shelf life yang diberikan pada temperatur tertentu
∆T : selisih antara T1 dan T2
Dengan demikian dapat dilihat dari persamaan, meningkatnya ∆T akan
menurunkan shelf life dan menurunnya ∆T akan meningkatkan shelf life. Hal ini
sama pabila dikatakan bahwa penyimpanan ditemperatur yang lebih hangat akan
memperpendek masa simpan obat dan penyimpanan ditempat yang lebih sejuk
akan meningkatkan masa simpan obat.