Upload
agung-ds
View
238
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
case
Citation preview
PENDAHULUAN
Eklampsia merupakan kejang yang terjadi pada wanita hamil dengan preeclampsia.
Hipertensi dalam kehamilan mengkomplikasi 5-7% kehamilan. 1 Insidensi bentuk severe
hipertensi dalam kehamilan ini mencapai 0,02-0,1% dalam kehamilan di Negara maju. 2-6 Di
Negara berkembang, insidensi eklampsia lebih tinggi, yaitu hingga mencapai 0,06-1,5%. 7-9 Di
Indonesia sendiri, terdapat lebih dari 180.000 kasus eklampsia selama tahun 2010, di mana 1.268
kasus di antaranya berakhir dengan kematian ibu.
Penyakit jantung menjadi penyebab kematian dari 5,6 % di amerika serikat tahun 1987 –
1990. Di RS Hasan Sadikin angka kematian ibu karena kelainan jantung pada tahun 1994 – 1998
sebesar 5,4 %.
Gagal jantung dalam bahasa yunani dikenal sebagai decompensatio cordis, yang berarti
suatu keadaan dimana jantung tidak dapat memompa darah ke jaringan untuk memenuhi
kebutuhan metabolism tubuh, dan kemampuan tersebut hanya ada kalu disertai dengan
peninggian volume diastolic secara abnormal.
1
BAB II
KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. Leni Supartini
Usia : 22 tahun
Alamat : Kampung Tegal Seureh
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Nama Suami : Tn. Suhandi
Usia : 23 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Status : Menikah
Tanggal masuk RS : 19 maret 2015
Tanggal keluar RS : 26 maret 2015
2.2 Anamnesis ( Heteroanamnesis )
a. Keluhan Utama :
pasien rujukan Bidan Leni ingin ke poli dengan keluhan sesak napas, setelah
melahirkan 19 hari yang lalu, dan kejang di pintu IGD sebanyak 1 kali.
2
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
pasien mengalami kejang tiba-tiba saat ke rumah sakit, kejang dialami pasien selama
±15 menit di IGD saat ingin ke poli untuk memeriksa keadaannya. Kejang yang
dialami pasien bersifat generalized, tonik-klonik, dan setelah kejang berhenti pasien
tertidur kemudian sadar dan terlihat lemas dan gelisah. Pasien mengalami sesak sejak
1 minggu yang lalu dan bertambah parah 3 jam SMRS, sesak bertambah jika pasien
beraktivitas. Pasien sering terbangun ketika tidur karena sesak. Pasien juga tidak
kooperatif. Pasien juga mengalami sakit kepala sejak satu hari yang lalu, dan
pandangan pasien sedikit buram, dan sedikit mual. Pasien menyangkal adanya nyeri
ulu hati.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat keluhan yang sama sebelumnya : disangkal
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga : disangkal
Riwayat epilepsy : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat trauma : disangkal
3
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga pasien yaitu ibunya juga mengalami sesak napas, dan juga menderita
hipertensi.
e. Riwayat Haid
Menarche : 9 tahun
Haid : teratur, 7 hari, siklus 30 hari
KB : pil dan suntik selama 2 tahun
HPHT : 1 juni 2014
f. Riwayat Marital
Menikah : 1 kali sejak 2011
Usia saat menikah : 18 tahun
g. Riwayat Obstetri
No Tahun Usia
kehamilan
Riwayat
persalinan
Penolong Tempat Jenis
kelamin
Berat
lahir
1 IUFD
2 19
hari
9 bulan Spontan Bidan RS Bunut Laki-laki 2700
4
2.3 STATUS GENERALIS
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : somnolen
Tanda-tanda vital
- Tekanan darah : 200/100 mmHg
- Laju nadi : 124 kali/menit
- Laju nafas : 44 kali/menit
- Suhu : 38,1
Berat badan : 70 kg
Tinggi badan : 151 cm
2.4 PEMERIKSAAN FISIK UMUM
Kepala : normosefali
- Wajah : simetris
- Mata : konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-
- Mulut : mukosa oral basah
- Leher : pembesaran KGB (-), massa (-), JVP meningkat
Thorax :
- Jantung : BJ ireguler, gallop (+), murmur (-)
- Paru : sonor, ronki (+)
- Mammae : retraksi putting -/-
5
Abdomen :
- Inspeksi : tambak cembung, linea nigra (+),
- Palpasi : supel, nyeri tekan (+) pada ulu hati, TFU : 2 jari dibawah
umbilicus
- Auskutasi : bising usus (+)
EKstremitas
- Atas : hangat, CRT <2 detik, edema -/-
- Bawah : hangat, CRT <2 detik, edema -/-
2.5 Pemeriksaan Nifas
Mobilisasi : tidak aktif
TFU : 2 jari di bawah umbilicus, kontraksi baik
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Darah Rutin
Hemoglobin 11,6 g/dL 12 – 14
Hematocrit 35% 37 – 47
Leukosit 32.300 sel/µL 4.000 – 10.000
Eritrosit 4.2 juta/µL 3.8 – 5.2
Indeks eritrosit
MCV 85 fL 70 – 180
6
MCH 28 pg 26 – 34
MCHC 33 g/dL 32 - 36
Trombosit 341.000 sel /µL 150.000 – 450.000
Kimia Darah
Gula darah sewaktu 86 mg/dL 70 – 180
AST (SGOT) 46 U/I < 31
ALT (SGPT) 27 U/I < 32
Ureum 69 mg/dL 15 – 36
Kreatinin 2.15 mg/dL 0.52 – 1.04
Elektrolit
Natrium (Na) 135 mmol/L 137 – 150
Kalium (K) 2.2 mmol/L 3.5 – 5.5
Calcium 9.6 mg/dL 8 – 10.4
Clorida (Cl) 97 mmol/L 94 – 108
7
Urin Lengkap
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Agak jernih Jernih
pH 7.5 4.6 – 8.0
Berat jenih 1.005 1.005 – 1.03
Lekosit Pos(+/25) sel/µL Negative
Nitrit Negative Negative
Protein Pos(+/30) mg/dL Negative
Glukosa Negative Negative
Keton Pos(+/10) mg/dL Negative
Urobilinogen Normal < 1
Bilirubin Negative Negative
Eritrosit Pos(++/25) sel/µL Negative
Mikroskopis Urin
Lekosit 5 – 8 /LPB < 6
Eritrosit 10 – 15 /LPB < 3
Epitel Pos (+) 1-15
Silinder Negative Negative
Kristal Negative Negative
Bakteri Negative Negative
Lain-lain Negative Negative
2.7 Pemeriksaan EKG
8
Pada gambaran EKG terlihat ada gangguan irama dari jantung ( atrial fibrilasi )
2.8 RESUME
Pasien datang ke RS R. Samsyudin untuk memeriksa keadaannya, pasien
mengalami sesak sejak 1 minggu yang lalu dan bertambah parah 3 jam SMRS, pasien
telah melahirkan anak ke 1 pada tanggal 1 Maret 2015 di RS R. Syamyudin. Riawayat
kejang sebelumnya disangkal, riwayat epilepsy disangkal, riwayat darah tinggi sebelum
dan selama kehamilan disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit berat,
kesadaran somnolen, tekanan darah 200/100 mmHg, laju nadi 120 kali/menit, laju napas
30 kali/menit, suhu 38,5o C. terdapat konjungtiva anemis, dan pada pemeriksaan jantung
ditemukan BJ irregular diserati gallop (+), serta pada pemeriksaan paru ditemukan ronki
(+). fundus uteri teraba 2 jari diatas simpisis pubis. Ekstremitas pasien teraba hangat,
CRT < 2 detik. Pada gambaran EKG terlihat ada gangguan irama dari jantung ( atrial
fibrilasi )
Hasil laboratorium menunjukan kadar Hb dan Ht di bawah normal, kadar leukosit
tinggi. SGOT, ureum, kreatinin, natrium dan kalium di atas normal.
2.9 DIAGNOSIS BANDING
Dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit
Postpartum kardiomiopati (PPCM )
9
Meningitis/encephalitis
Epilepsy
2.10 DIAGNOSIS KERJA
P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 19 hari + decompensatio cordis FC II
– III
2.11 PENATALAKSANAAN
Pasang DC
Pasang O2
Infus RL + MgSO4 20% loading dose, dilanjutkan dengan maintenance dose
Paracetamol Inj. Ekstra
Furosemid 1 Amp (IV)
Nifedipin SL 3x1
Rawat ICU
Konsul neurologi dan penyakit dalam
2.12 PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
10
Quo ad sanationam : dubia ad malam
2.13FOLLOW UP
No Tanggal Observasi Tindakan 1 19/03/2015
VK
S : Sesak dan lemasO: -KU : sedang -KES : Somnolen-TD : 200/100 -N : 120 -R : 30-S : 38.5-KA : +/+- jantung : BJ I&II irregular, gallop (+), murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)
Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)-P : timpani -A : BU (+)
-TFU : 2 jari di atas simpisis-ASI : +/+-lochia : -
A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 19 hari + decompensatio cordis FC II – III
-Tirah baring-pasang DC-pasang O2-observasi tanda vital dan kejang-RL + MgSO4 -paracetamol IV-nifedipin 3x1-konsul bagian IPD dan neurologi
2 20/03/2015
VK
S : Sesak, lemas, dan pusing, BAB (-), BAK dengan kateter O: -KU : sedang -KES : Somnolen-TD : 100/70 -N : 147 -R : 45-S : 38,5
-Tirah baring-Observasi tanda vital dan kejang-pantau elektrolit-RL + KCL 12tpm selama 2x, cek elektrolit-ceftriaxone 2x5ml-lasix inj. 3x1
11
-KA : +/+- jantung : BJ I&II irregular, gallop (+), murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)
Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)-P : timpani -A : BU (+)
-TFU : 2 jari di atas simpisis-ASI : +/+-lochia : -
A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 20 hari + decompensatio cordis FC II – III
-Bicnat 3x1 PO-KSR 1x1 PO-Aminoral 3x1 PO-Digoxin 1x1 PO
3 21/03/2015
VK
S : Sesak, lemas, pusing, batuk, BAB (-), BAK dengan kateter O: -KU : sedang -KES : Somnolen-TD : 116/63 -N : 122 -R : 39-S : 36,5-KA : +/+- jantung : BJ I&II irregular, gallop (+) murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)
Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)-P : timpani -A : BU (+)
nifas : normal
A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 21 hari + decompensatio cordis FC II – III
-observasi tanda vital dan kejang-ceftriaxone 2x5ml-lasix inj. 3x1-Bicnat 3x1 PO-KSR 1x1 PO-Aminoral 3x1 PO-Digoxin 1x1 PO
4 22/03/2015 S : Sesak, lemas, batuk dan pusing, BAB -observasi tanda
12
VK(-), BAK dengan kateterO: -KU : sedang -KES : compos mentis-TD : 110/70 -N : 109 -R : 31-S : 36,8-KA : +/+- jantung : BJ I&II irregular, gallop (+), murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)
Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)-P : timpani -A : BU (+)
nifas : normal
A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 22 hari + decompensatio cordis FC II – III
vital dan kejang-RL + KCL-cefradoxil tab 2x1-lasix inj. 1x1 jika HR > 100 kali/menit-ceftriaxone 2x5ml-lasix inj. 3x1-Bicnat 3x1 PO-KSR 1x1 PO-Aminoral 3x1 PO-Digoxin 1x1 PO
5 23/03/2015
VK
S : batuk, pusing, BAB (-), BAK dengan kateterO: -KU : sedang -KES : Somnolen-TD : 110/70 -N : 91-R : 20-S : 36,7-KA : +/+- jantung : BJ I&II irregular, gallop (+), murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)
Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)-P : timpani -A : BU (+)
nifas : normal
-observasi tanda vital dan kejang-ceftriaxone 2x5ml-lasix inj. 3x1-Bicnat 3x1 PO-KSR 1x1 PO-Aminoral 3x1 PO-Digoxin 1x1 PO
13
A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 23 hari + decompensatio cordis FC II – III
6 24/03/2015 S : batuk, pusing, BAB (-), BAK dengan kateterO: -KU : ringan -KES : compos mentis-TD : 120/100 -N : 95 -R : 20-S : 36,2-KA : -/-- jantung : BJ I&II irregular, gallop (+), murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)
Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)-P : timpani -A : BU (+)
nifas : normal
A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 23 hari + decompensatio cordis FC II – III
-observasi tanda vital dan kejang-ceftriaxone 2x5ml-lasix inj. 3x1-Bicnat 3x1 PO-KSR 1x1 PO-Aminoral 3x1 PO-Digoxin 1x1 PO
7 25/03/2015
Kormel bawah
S : batuk , susah BAB, BAK (+)O: -KU : ringan -KES : compos mentis-TD : 120/100 -N : 96 -R : 20-S : 36,1-KA : -/-- jantung : BJ I&II irregular, murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)
Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)
-observasi tanda vital dan kejang-koreksi hipokalemi-cek ulang elektrolit- cefadroxil 2x1 PO- penitizin 2x1 PO
14
-P : timpani -A : BU (+)
nifas : normal
A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 24 hari + decompensatio cordis FC II – III
8 26/03/2015
Kormel bawah
S : Sesak, lemas, dan pusing, BAB (-), BAK dengan kateterO: -KU : sedang -KES : Somnolen-TD : 120/100 -N : 88 -R : 20-S : 37-KA : +/+- jantung : BJ I&II regular, gallop (+), murmur (-)- paru : sonor, ronki (+)
Abdomen -I : tampak cembung-P : supel, NT(-)-P : timpani -A : BU (+)
nifas : normal
SGOT : 133SGPT : 72
A : P2A0, usia 22 tahun dengan eklampsi post partum 25 hari + decompensatio cordis FC II – III
-pulang paksa
15
16
BAB III
PEMBAHASAN
PERMASALAHAN
1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat ?
2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat ?
PEMBAHASAN
1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat ?
Pada pasien ini di diagnosis eklampsia post partus dengan decompensatio cordis FC II – III
EKLAMPSIA
Definisi : menurut National High Blood Preasure Education Program ( NHBPEP),
eklampsia didefinisikan sebagai bangkitan yang tidak dapat dihubungkan dengan
penyebab lain pada wanita dengan preeclampsia.
Faktor resiko :
Faktor resiko hipertensi dalam kehamilan yang berhubungan dengan terjadinya
eklampsia:
17
- Usia maternal < 17 tahun atau > 35 tahun
- Kehamilan multifetus
- Nullipara
- Ras afrika – amerika
- Predisposisi genetic
Etiologi :
Penyebab eklampsia berhubungan dengan penyebab hipertensi dalam kehamilan yang
meliputi :
- Invasi trofoblas abnormal
- Intoleransi maternal – fetus
- Genetic
- Defisiensi nutrisi
- Inflamasi dan stress oksidatif
Patofisiologi
Eklampsia merupakan suatu gejala neurologis yang terjadi sebagai akibat proses
kerusakan pada target organ tekanan darah tinggi pada wanita dengan preeclampsia.
Disfungsi endotel terjadi pada preeclampsia memudahkan terjadinya respon abnormal
terhadap kenaikan tekanan darah yang tinggi dan tiba – tiba, yaitu :
- Respon vasospasme ( over-autoregulation ) : vasospasme memberikan
gambaran vasokonstriksi yang disertai dengan edema dan infark jaringan
otak.
- Hypertensive encephalopathy ( loss of autoregulation capacity)
18
Karena tekanan darah yang terlalu tinggi, fungsi autoregulasi pembuluh
darah otak melalui vasokonstriksi myogenic hilang. Tonus otot pembuluh
darah menurun dan menyebabkan terjadinya hiperperfusi, edema
vasogenik, dan peradangan jaringan otak. Pada keadaan ini dapat di
jumpai gambaran vasodilatasi disertai perdarahan perivaskuler.
Kedua respon tersebut dapat terjadi bersamaan, sehingga gambaran keduanya dapat
ditemukan secara bersamaan pula.
Adanya kerusakan pada otak menyebabkan neurotransmitter eksitatorik, glutamate,
terlepas dalam jumlah yang banyak. Glutamate dalam jumlah yang banyak menyebabkan
depolarisasi dan terjadinya potensial aksi neuron yang massif.
Manifstasi Klinis
Pasien memberikan gejala-gejala preeclampsia ( tekanan darah tinggi ≥ 140/90 mmHg,
proteinuria 300 mg/24 jam atau +1 dipstik, dan gejala sistemik lain ), disertai dengan
kejang yang bersifat :
- Tanpa didahului aura
- Generalized , tonik-klonik, intensitas kuat. Fase tonik dapat berlangsung
selama 15-20 detik, fase klonik berlangsung selama 60 detik.
- Setelah kejang pasien sadar atau tidak sadar selama beberapa waktu,
disertai dengan pernapasan yang cepat. Setelah tidak sadar, pasien dapat
sadar dan dapat masuk ke dalam combative state
19
Sianosis dapat ditemukan pada eklampsia karena terjadinya pernapasan yang
mengakibatkan hipoksia. Demam dapat terjadi, dan merupakan suatu prognosis buruk
karena berhubungan dengan terjadinya perdarahan intraserebral.
Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan janin, yaitu :
- Komplikasi pada ibu : trauma karena intensitas kejang yang kuat,
pneumonia aspirasi dan edema paru, gagal jantung, gagal ginjal, deficit
neurologis, kematian
- Komplikasi pada janin : fetal bradikardi ( akibat frekuensi dan intensitas
kontraksi uterus meningkat, atau hipoksia dan lactic academia maternal ),
kematian janin ( akibat solution plasenta )
Tatalaksana
Prinsip tatalaksana maupun intrapartum, kecuali mengenai transmisi kehamilan.
- Perbaikan keadaan umum, dengan menjaga ABC ( airway, breathing,
circulation ).
- Control kejang dan pencegahan kejang berulang, menggunakan MgSO4
intravena dengan dosis loading dan maintenance.
- Pemberian obat antihipertensi secara intermitten.
- Menghindari penggunaan diuretic, kecuali terdapat indikasi seperti edema
paru dan pembatasan cairan pada gagal jantung.
20
Perbandingan teori dan kasus
Teori Kasus
ANAMNESA
Keluhan utama :
Kejang Tanpa didahului aura Pssien kejang tiba-tiba di
depan pintu IGD
Generalized Kejang mencakup seluruh
badan dan pasien tidak sadar
Tonik – klonik Tonik – klonik
Durasi 65 – 80 detik Durasi ± 15 menit
Post – ictal sadar/tidak sadar.
Setelah tidak sadar pasien
sadar dan combative state
Post – ictal pasien sadar dan
terlihat gelisah
Dapat berulang 2-4 kali Pasien hanya 1 kali kejang
FAKTOR RESIKO Usia maternal < 17 tahun atau
> 35 tahun
Usia pasien 22 tahun
Kehamilan multifetus Kehamilan tunggal
Nullipara Pasien P1A0
21
Ras afrika – amerika Ras mongoloid
Predisposisi genetic Riwayat sesak dan hipertensi
pernah dialami oleh ibu
pasien
Penyakit vascular Riwayat hipertensi, penyakit
jantung ada pada ibu pasien,
riwayat DM disangkal
STATUS GENERALIS
Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg 200/100 mmHg
Laju napas Takipneu ( > 20 x/menit ) 40 x/menit post ictal
Suhu Febris/afebris Afebris (380C)
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda trauma Trauma kapitis, hematoma di
lidah akibat tergigit selama
kejang
Semua dalam batas normal
Paru – paru Dapat terjadi pneumonia
aspirasi suara napas
tambahan
Sonor , rhonki (+), wheezing
(-)
Ektremitas Dapat terjadi sianosis Tidak terdapat sianosis pada
ekstremitas superior dan
inferior
LABORATORIUM
Trombosit Penanda low platelet pada
HELLP syndrome < 100.000
341.000 sel/µL
22
sel/µL
LDH Penanda hemolysis pada
HELLP syndrome dapat >
600 U/L
Tidak dilakukan
SGOT Penanda elevated liver
enzymes pada HELLP
syndrome > 70 U/L
46 U/L
SGPT Penanda elevated liver
enzymes pada HELLP
syndrome > 70 U/L
27 U/L
Kreatinin Gambaran fungsi ginjal
sebagai target organ pada
hipertensi ( < 0,9 gram/dL)
2.15 mg/dL
Protein urin ≥ 300 mg/ 24 jam atau +1
dipstik
+1
TATALAKSANA
Perbaiki keadaan umum Menjaga ABC Menjaga ABC
Pencegahan kejang MgSO4 loading dan
maintenance dose 24 jam
Di RS diberikan MgSO4
loading dan maintenance
dose 24 jam
Penurunan tekanan darah Antihipertensi intermitten
-nifedipine
-metildopa
Antihipertensi intermitten
-nifedipine
23
Diuretic diperlukan terdapat
indikasi gagal jantung.
Diuretic yang diberikan :
-lasix inj. 3x1
Pencegahan infeksi Antibiotic spectrum luas :
-cefotaxime
-metronidazole
Antibiotic spectrum luas :
-cefotaxime 2x5 ml
Pada pasien ini selain didiagnosis sebagai eklampsia post partum juga didiagnosis dengan
decompensatio cordis FC grade II – III berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari
hasil anamnesis didapatkan pasien mengalami sesak napas secara tiba – tiba sejak 1 minggu yang
lalu, dirasakan terus – menerus, dan bertambah parah ketika 3 jam SMRS, pasien juga mengeluh
batuk – batuk tidak berdahak. Keluhan sesak napas disertai rasa berdebar – debar dan mudah
lelah. Ada riwayat hipertensi dan sesak pada keluarga yaitu ibu pasien.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit berat disertai sesak, takikardi,
takipnea, peningkatan JVP. Tanda dan gejala tersebut menunjukan diagnosis gagal jantung. Hal
tersebut sesuai dengan kriteria frimingham yaitu terbagi menjadi kriteria mayor dan minor.
Kriteria mayor :
JVP meningkat
Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND)
Edema paru akut
Ronkhi basah basal paru
24
Kardiomegali
Gallop S3
Refluks hepatojugular
Kriteria minor :
Batuk malam hari
Dyspnea d’effort
Efusi pleura
Takikardi > 120x/menit
Hepatomegaly
Edema ektremitas
Dimana diagnosis dapat ditegakan apabila terdapat 2 gejala mayor atau minimal 1 gejala mayor
+ 2 gejala minor.
Klasifikasi gagal jantung berdasarkan beratnya keluhan dan kapasitas latihan, yaitu klasifikasi
NYHA (1964) :
Class II : penderita penyakit jantung tanpa limitasi aktivitas fisik. Aktivitas sehari-hari
tidak menimbulkan dyspnea atau kelelahan.
Class II : penderita penyakit jantung disertai sedikit limitasi dari aktivitas fisik. Saat
istirahat tidak ada keluhan. Aktivitas sehari – hari menimbulkan dyspnea atau kelelahan.
Class III : penderita penyakit jantung disertai limitasi dari aktivitas fisik yang nyata. Saat
istirahat tidak ada keluhan. Aktivitas fisik yang lebih ringan dari aktivitas sehari – hari
sudah menimbulakan dyspnea atau kelelahan.
25
Class IV : penderita penyakit jantung yang tidak mampu melakukan setiap aktivitas fisik
tanpa menimbulkan keluhan. Gejala – gejala gagal jantung bahkan mungkin sudah
Nampak saat istirahat. Setiap aktivitas fisik akan memperberat keluhannya.
Berdasarkan klasifikasi di atas maka pasien didiagnosis decompensatio cordis FC grade II – III
sudah tepat.
Penatalaksanaan pasien
Pada pasien P1A0, penanganan decempensatio cordis FC II – III, sudah dipasang O2, DC, dan
kateter urin. Pasien juga telah diberikan infus RL + MgSO4 intravena dengan dosis loading dan
maintenance. Paracetamol Inj. Ekstra, Furosemid 2x1 Amp (IV), Nifedipin SL 3x1, juga. Lalu
pasien dirawat dan di berikan cairan 500cc/24 jam, Lasix 1x1 ampul, cefotaxime 2x1 ampul,
paracetamol, Aminoral 3x1, PO, Digoxin 1x1 PO, observasi tanda vital, dan kolaborasi dengan
bagian interna.
26
BAB IV
KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien P2A0 dengan eklampsi post partus 19 hari sudah tepat
2. Diagnosis decompensatio cordis FC II – III sudah tepat berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan.
3. Penatalaksanaan pada pasien ini juga sudah tepat dan memadai berdasarkan literature
yang ada
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Lindheimer MD, Taler SJ, Cunningham FG. Hypertension in pregnancy. J Am Soc
Hypertens. 2008 Nov;2(6) : 484 – 94
2. Tan KH, Kwek K, Yeo GSH. Epidemiologi of pre-eclampsia and eclampsia at the KK
Women’s and Children’s hospital, Singapore. Singapore Med J. 2006 jan; 47(1) : 48 -53.
3. Hernawati D. Analisis Kematian Ibu Indonesia Tahun 2010. Pertemuan Teknis Kesehatan
Ibu; 2011 Apr 6; Bandung.
4. Cunningham FG, Leveno KJ, Gant NF, et al. William Obstetrics 23rd Edition. United
States Of America : McGraw-hill Companies, Inc : 2010
5. Bagian obstetric dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung,
1984. OBSTETRI PATOLOGI UNPAD. Elstar offset : Bandung
28