Upload
atasnamatrauma
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
1/25
LAPORAN KASUS
SEORANG WANITA BERUSIA 34 TAHUN DENGAN CHOLELITIASIS
OLEH:
Annisaa Rizqiyana, S. Ked J500090056
PEMBIMBING:
dr. Bambang Suhartanto, Sp.B
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2013
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
2/25
LAPORAN KASUS
SEORANG WANITA BERUSIA 34 TAHUN DENGAN CHOLELITIASIS
OLEH:
Annisaa Rizqiyana, S. Ked J500090056
Telah disetujui dan disyahkan oleh bagian Program Pendidikan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Rabu tangga 25 Desember 2013
Pembimbing:
dr. Bambang Suhartanto, Sp.B ( )
dipresentasikan dihadapan:
dr. Bambang Suhartanto, Sp.B ( )
Disyahkan Ka. Program Profesi :
dr. Dewi Nirlawati ( )
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
3/25
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITASNama Pasien : Ny. S
No.RM : xxxxxx
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ngrayun, Ponorogo
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal Masuk RS : 23 Desember 2013
Tanggal Pemeriksaan : 23 Desember 2013
II. ANAMNESISA. Keluhan Utama
Nyeri punggung kanan atas
B. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke poli Bedah RSUD dr. Harjono Ponorogo dengan
keluhan utama nyeri punggung kanan atas sejak 7 bulan yang lalu.
Nyeri punggung dirasakan menjalar sampai ke perut kanan atas,
terasa njarem dan melilit. Keluhan dirasakan hilang timbul, dan
muncul terutama ketika malam hari. Kemudian pasien berobat ke
dokter dan diberi obat untuk mengurangi nyeri, namun nyeri kembali
muncul ketika efek obatnya sudah hilang. Pasien mengaku sering
mengkonsumsi makanan berlemak, kemudian mulai menguranginya
setelah mengalami keluhan tersebut. Selain itu, pasien juga sedang
menggunakan KB suntik sejak sekitar 7 tahun yang lalu. Riwayat DM
(-), Hipertensi (-), penyakit jantung (-). BAK dalam batas normal
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
4/25
(berwarna kuning), BAB (+) dalam batas normal (berwarna kuning,
lembek). Mual (-), muntah (-), demam (-),
C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit serupa : disangkal Riwayat Komorbid lain : HT (-), DM (-), Peny.Ginjal (-),
Peny.Jantung (-), TB (-) liver (-), keganasan (-).
Riwayat Alergi : disangkal Riwayat Operasi : disangkal Riwayat Opname : disangkal Riwayat trauma : disangkal
D. Riwayat Keluarga Riwayat keluarga sakit serupa : disangkal Riwayat komorbid keluarga : HT (-), DM (-), Peny.Ginjal (-),
Peny.Jantung (-), TB (-), peny. Liver (-), keganasan (-).
Riwayat atopi di keluarga : disangkal
III. PEMERIKSAAN FISIKA. Keadaan Umum
KU : Tampak baik
Kesadaran: Compos mentis (GCS 15 : E4V5M6)
Gizi : Cukup
B. Vital SignTD : 130 / 80 mmHg
N : 88 x / menit
RR : 24 x / menit
S : 36,8 oC
C. Status GeneralisKepala : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-),pupil isokor,
reflek pupil (+/+) nafas cuping hidung (-),sikatrik (-)..
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
5/25
Leher : Retraksi suprasterna (-), deviasi trakea (-), peningkatan
JVP (-), Pembesaran kelenjar limfe (-).
Thoraks: Paru
- Inspeksi : simetris ka ki, ketinggalan gerak (-),retraksi intercosta (-).
- Palpasi : - ketinggalan gerakdepan belakang
- - - -
- - - -
- - - -
-Fremitusdepan belakang
N N N N
N N N N
N N N N
- Perkusi depan belakangS S S S
S S S S
S S S S
- Auskultasi : suara dasar vesikulerdepan belakang
+ + + +
+ + + +
+ + + +
Suara tambahan Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
Jantung
- Inspeksi : iktus cordis tidak tampak- Palpasi : iktus cordis kuat angkat
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
6/25
- Perkusi : dalam batas normal- Auskultasi: Bunyi jantung I-II reguler, Bising
jantung (-).
Abdomen
- Inspeksi : simetris, tinggi dinding perut = dinding dada, Sikatrrik (-),bekas operasi (-).
- Auskultasi : peristaltik (N)- Perkusi : tympani, nyeri ketok costovertebra (+/-).- Palpasi : nyeri tekan (-), VU tidak teraba penuh, hepar dan lien
dalam batas normal.
Ekstremitas
- Clubbing finger (-), Oedem (-), Akral hangat
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hb 13,8 Gr/dl 11,0-16,0
Eritrosit 5,16 10 uL 3,505,50
Hematokrit 42,1 % 37-50
Indeks Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
81,7
26,7
32,7
Pf
Pg
%
82,5-92,0
27-31
32-36
Leukosit 8,3 103uL 5,0-10,0
Trombosit 390 10 uL 100-300
Limph
Mid
Gran
2,8
0,4
5,1
103/ul
103/ul
103/ul
0,8-4
0,1-0,9
2-7
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
7/25
Gula Darah Sewaktu 124 Mg/dl 60-115
Waktu Perdarahan 2 Menit 1-5
Waktu Pembekuan 8 Menit 5-11
b. Pemeriksaan USG Abdomen
Kesan: Tampak gallstone multiple, yang terbesar berukuran
1x1cm.
V. ASSESMENTCholelitiasis
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
8/25
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
9/25
Follow Up
Tanggal 24 -12-2013
S: Nyeri perut (-), mual (-), muntah (-),
nyeri kepala (+) sampai tdk bisa tidur
O:
KU : baik
Kesadaran: compos mentis
VS: - TD: 130/80 mmHg
- N: 84x/menit
-S: 36,3Oc
-RR: 24 x/menit.
A: Cholelitiasis
P: Ceftriaxon 2x1g vialKetorolac 2x1amp
Ranitidin 2x1amp
Asam ursodioksikolat 2x250 mg
ASA tab 100mg 0-0-1
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
10/25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DefinisiKolelitiasis disebut juga batu empedu,gallstones, biliarycalculus. Istilah
kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu.
Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk
suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu.6
B. AnatomiSistem biliaris disebut juga sistem empedu. Sistem biliaris dan hati
tumbuh bersama. Berasal dari divertikulum yang menonjol dari foregut, dimana
tonjolan tersebut akan menjadi hepar dan sistem biliaris. Bagian kaudal dari
divertikulum akan menjadi gallbladder (kandung empedu), ductus cysticus, ductus
biliaris communis (ductus choledochus) dan bagian cranialnya menjadi hati dan
ductus hepaticus biliaris.7
Kandung empedu berbentuk bulat lonjong seperti buah pear/alpukat
dengan panjang sekitar 4-6 cm dan berisi 30-60 ml empedu . Apabila kandung
empedu mengalami distensi akibat bendungan oleh batu, maka infundibulum
menonjol seperti kantong (kantong Hartmann). Vesica fellea dibagi menjadi
fundus, corpus dan collum. Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol
dibawah pinggir inferior hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding
anterior abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan
http://bp0.blogger.com/_slaDH4_nRyc/R77Q6NroZhI/AAAAAAAAAIY/iKoXzKXoOAo/s1600-h/Kolelitiasis.JPG8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
11/25
dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas, belakang dan kiri. Collum
dilanjutkan sebagai duktus cysticus yang berjalan dalam omentum minus untuk
bersatu dengan sisi kanan ductus hepaticus comunis membentuk duktus
koledokus. Peritoneum mengelilingi fundus vesica fellea dengan sempurna
menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral hati.
Ductus cysticus berjalan dari hati ke arah kandung empedu, panjangnya 1-
2 cm, diameter 2-3 cm, diliputi permukaan dalam dengan mukosa yang banyak
sekali membentuk duplikasi (lipatan-lipatan) yang disebut Valve of Heister, yang
mengatur pasase bile ke dalam kandung empedu dan menahan alirannya dari
kandung empedu.8
Saluran empedu ekstrahepatik terletak di dalam ligamentum
hepatoduodenale dengan batas atas porta hepatis sedangkan batas bawahnya distal
papila Vateri. Bagian hulu saluran empedu intrahepatik bermuara ke saluran yang
paling kecil yang disebut kanikulus empedu yang meneruskan curahan sekresi
empedu melalui duktus interlobaris ke duktus lobaris dan selanjutkan ke duktus
hepatikus di hilus.
Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri masing-masing antara 1-4 cm.
Panjang duktus hepatikus komunis sangat bervariasi bergantung pada letak muara
duktus sistikus. Ductus choledochus berjalan menuju duodenum dari sebelah
belakang, akan menembus pankreas dan bermuara di sebelah medial dari
duodenum descendens. Dalam keadaan normal, ductus choledochus akan
bergabung dengan ductus pancreaticus Wirsungi (baru mengeluarkan isinya ke
duodenum) Tapi ada juga keadaan di mana masing-masing mengeluarkan isinya,
pada umumnya bergabung dulu. Pada pertemuan (muara) ductus choledochus ke
dalam duodenum, disebut choledochoduodenal junction. Tempat muaranya ini
disebut Papilla Vatteri. Ujung distalnya dikelilingi oleh sfingter Oddi, yang
mengatur aliran empedu ke dalam duodenum.
Pembuluh arteri kandung empedu adalah a. cystica, cabang a. hepatica
kanan. V. cystica mengalirkan darah lengsung kedalam vena porta. Sejumlah
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
12/25
arteri yang sangat kecil dan vena vena juga berjalan antara hati dan kandung
empedu.
Pembuluh limfe berjalan menuju ke nodi lymphatici cysticae yang terletak
dekat collum vesica fellea. Dari sini, pembuluh limfe berjalan melalui nodi
lymphatici hepaticum sepanjang perjalanan a. hepatica menuju ke nodi lymphatici
coeliacus. Saraf yang menuju kekandung empedu berasal dari plexus coeliacus.7
Gambaran anatomi kandung empedu
Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan
empedu. Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 45 ml empedu yang
dihasilkan hati. Empedu yang dihasilkan hati tidak langsung masuk ke duodenum,
akan tetapi setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus sistikus
dan disimpan di kandung empedu. Pembuluh limfe dan pembuluh darah
mengabsorbsi air dan garam-garam anorganik dalam kandung empedu sehingga
cairan empedu dalam kandung empedu akan lebih pekat 10 kali lipat daripada
cairan empedu hati. Secara berkala kandung empedu akan mengosongkan isinya
ke dalam duodenum melalui kontraksi simultan lapisan ototnya dan relaksasi
sfingter Oddi. Rangsang normal kontraksi dan pengosongan kandung empedu
adalah masuknya kimus asam dalam duodenum. Adanya lemak dalam makanan
merupakan rangsangan terkuat untuk menimbulkan kontraksi.9
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
13/25
C. PatofisiologiPembentukan batu empedu dibagi menjadi tiga tahap: (1) pembentukan
empedu yang supersaturasi, (2) nukleasi atau pembentukan inti batu, dan (3)
berkembang karena bertambahnya pengendapan. Kelarutan kolesterol merupakan
masalah yang terpenting dalam pembentukan semua batu, kecuali batu pigmen.
Supersaturasi empedu dengan kolesterol terjadi bila perbandingan asam empedu
dan fosfolipid (terutama lesitin) dengan kolesterol turun di bawah harga tertentu.
Secara normal kolesterol tidak larut dalam media yang mengandung air. Empedu
dipertahankan dalam bentuk cair oleh pembentukan koloid yang mempunyai inti
sentral kolesterol, dikelilingi oleh mantel yang hidrofilik dari garam empedu dan
lesitin. Jadi sekresi kolesterol yang berlebihan, atau kadar asam empedu rendah,
atau terjadi sekresi lesitin, merupakan keadaan yang litogenik.10
Pembentukan batu dimulai hanya bila terdapat suatu nidus atau inti
pengendapan kolesterol. Pada tingkat supersaturasi kolesterol, kristal kolesterol
keluar dari larutan membentuk suatu nidus, dan membentuk suatu pengendapan.
Pada tingkat saturasi yang lebih rendah, mungkin bakteri, fragmen parasit, epitel
sel yang lepas, atau partikel debris yang lain diperlukan untuk dipakai sebagai
benih pengkristalan.10
D. Klasifikasi KolelitiasisMenurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di
golongkankan atas 3 (tiga) golongan:7,11
1. Batu kolesterolBerbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih
dari 70% kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu
yang mengandung > 50% kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol
diperlukan 3 faktor utama :
a. Supersaturasi kolesterolb. Hipomotilitas kandung empedu
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
14/25
c. Nukleasi/ pembentukan nidus cepat.2. Batu pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang
mengandung
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
15/25
E. EpidemiologiInsiden kolelitiasis di negara barat adalah 20% dan banyak menyerang
orang dewasa dan usia lanjut. Angka kejadian di Indonesia di duga tidak berbeda
jauh dengan angka di negara lain di Asia Tenggara dan sejak tahu 1980-an
agaknya berkaitan erat dengan cara diagnosis dengan ultrasonografi. Kolelitiasis
dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin
banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk
terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain :
1. Jenis Kelamin.
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh
terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan,
yang menigkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko terkena
kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (esterogen) dapat
meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas
pengosongan kandung empedu.
2. Usia.
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk
terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang dengan usia yang lebih muda.
3. Berat badan (BMI).
Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih
tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka
kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam
empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
4. Makanan.
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah
operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari
empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
16/25
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
17/25
kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain :
(12,14,15)
1. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)2. Usia lebih dari 40 tahun .3. Kegemukan (obesitas).4. Faktor keturunan5. Aktivitas fisik6. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)7. Hiperlipidemia8. Diet tinggi lemak dan rendah serat9. Pengosongan lambung yang memanjang10.Nutrisi intravena jangka lama11.Dismotilitas kandung empedu12.Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)13.Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati,
pankreatitis dan kanker kandung empedu) dan penyakit ileus (kekurangan
garam empedu)
14.Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit putih,baru orang Afrika).
H. Manifestasi klinis1. Batu Kandung Empedu (Kolesistolitiasis)
a. AsimtomatikBatu yang terdapat dalam kandung empedu sering tidak
memberikan gejala (asimtomatik). Dapat memberikan gejala nyeri akut
akibat kolesistitis, nyeri bilier, nyeri abdomen kronik berulang ataupun
dispepsia, mual. Studi perjalanan penyakit sampai 50 % dari semua
pasien dengan batu kandung empedu, tanpa mempertimbangkan
jenisnya, adalah asimtomatik. Kurang dari 25 % dari pasien yang benar-
benar mempunyai batu empedu asimtomatik akan merasakan gejalanya
yang membutuhkan intervensi setelah periode waktu 5 tahun. Tidak ada
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
18/25
data yang merekomendasikan kolesistektomi rutin dalam semua pasien
dengan batu empedu asimtomatik.13,6
b. SimtomatikKeluhan utamanya berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran
kanan atas. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang berlangsung
lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam
kemudian. Kolik biliaris, nyeri pascaprandial kuadran kanan atas,
biasanya dipresipitasi oleh makanan berlemak, terjadi 30-60 menit
setelah makan, berakhir setelah beberapa jam dan kemudian pulih,
disebabkan oleh batu empedu, dirujuk sebagai kolik biliaris. Mual dan
muntah sering kali berkaitan dengan serangan kolik biliaris. 7,12
I. KomplikasiKolesistitis akut merupakan komplikasi penyakit batu empedu yang paling
umum dan sering meyebabkan kedaruratan abdomen, khususnya diantara wanita
usia pertengahan dan manula. Peradangan akut dari kandung empedu, berkaitan
dengan obstruksi duktus sistikus atau dalam infundibulum. Gambaran tipikal dari
kolesistitis akut adalah nyeri perut kanan atas yang tajam dan konstan, baik
berupa serangan akut ataupun didahului sebelumnya oleh rasa tidak nyaman di
daerah epigastrium post prandial. Nyeri ini bertambah saat inspirasi atau dengan
pergerakan dan dapat menjalar kepunggung atau ke ujung skapula. Keluhan ini
dapat disertai mual, muntah dan penurunan nafsu makan, yang dapat berlangsung
berhari-hari. Pada pemeriksaan dapat dijumpai tanda toksemia, nyeri tekan pada
kanan atas abdomen dan tanda klasik Murphy sign (pasien berhenti bernafas
sewaktu perut kanan atas ditekan). Masa yang dapat dipalpasi ditemukan hanya
dalam 20% kasus. Kebanyakan pasien akhirnya akan mengalami kolesistektomi
terbuka atau laparoskopik.13,8,15
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
19/25
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
20/25
3. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan laboratorium
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak
menunjukkan kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi
peradangan akut, dapat terjadi leukositosis. Apabila terjadi sindroma
mirizzi, akan ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum akibat
penekanan duktus koledukus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang
tinggi mungkin disebabkan oleh batu di dalam duktus koledukus.
Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amilase serum
biasanya meningkat sedang setiap setiap kali terjadi serangan akut.
Alanin aminotransferase ( SGOT = Serum Glutamat Oksalat
Transaminase ) dan aspartat aminotransferase ( SGPT = Serum
Glutamat Piruvat Transaminase ) merupakan enzym yang disintesis
dalam konsentrasi tinggi di dalam hepatosit. Peningkatan serum sering
menunjukkan kelainan sel hati,tapi bisa timbul bersamaan dengan
penyakit saluran empedu terutama obstruksi saluran empedu.
Fosfatase alkali disintesis dalam sel epitel saluran empedu. Kadar
yang sangat tinggi, sangat menggambarkan obstruksi saluran empedu
karena sel ductus meningkatkan sintesis enzym ini.
Pemeriksaan fungsi hepar menunjukkan tanda-tanda obstruksi.
Ikterik dan alkali fosfatase pada umumnya meningkat dan bertahan
lebih lama dibandingkan dengan peningkatan kadar bilirubin.
Waktu protombin biasanya akan memanjang karena absorbsi
vitamin K tergantung dari cairan empedu yang masuk ke usus halus,
akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan pemberian vitamin K secara
parenteral.7,14
b. Pemeriksaan radiologis- Foto polos Abdomen
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang
khas karena hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang
bersifat radioopak. Kadang kandung empedu yang mengandung
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
21/25
cairan empedu berkadar kalsium tinggi dapat dilihat dengan foto
polos. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang
membesar atau hidrops, kandung empedu kadang terlihat sebagai
massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang menekan gambaran
udara dalam usus besar, di fleksura hepatica.
- Ultrasonografi (USG)Ultrasonografi mempunyai derajat spesifisitas dan sensitifitas
yang tinggi untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran
saluran empedu intrahepatik maupun ekstra hepatik. Dengan USG
juga dapat dilihat dinding kandung empedu yang menebal karena
fibrosis atau udem yang diakibatkan oleh peradangan maupun sebab
lain. Batu yang terdapat pada duktus koledukus distal kadang sulit
dideteksi karena terhalang oleh udara di dalam usus. Dengan USG
punktum maksimum rasa nyeri pada batu kandung empedu yang
ganggren lebih jelas daripada dengan palpasi biasa.7
- KolesistografiUntuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras cukup
baik karena relatif murah, sederhana, dan cukup akurat untuk melihat
batu radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan ukuran batu.
Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan ileus paralitik, muntah,
kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi pilorus, dan hepatitis
karena pada keadaan-keadaan tersebut kontras tidak dapat mencapai
hati. Pemeriksaan kolesitografi oral lebih bermakna pada penilaian
fungsi kandung empedu.7
- CT scanCT scan dapat memperlihatkan saluran empedu yang melebar,
massa hepatik dan massa retroperitoneal (misalnya, massa
pankreatik).Bila hasil ultrasound masih meragukan, maka biasanya
dilakukan CT scan.15
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
22/25
K. PenatalaksanaanPenatalaksanaan dari batu empedu tergantung dari stadium penyakit. Saat
batu tersebut menjadi simptomatik maka intervensi operatif diperlukan. Biasanya
yang dipakai ialah kolesistektomi. Akan tetapi, pengobatan batu dapat dimulai
dari obat-obatan yang digunakan tunggal atau kombinasi yaitu terapi oral garam
empedu ( asam ursodeoksikolat), dilusi kontak dan ESWL. Terapi tersebut akan
berprognosis baik apabila batu kecil < 1 cm dengan tinggi kandungan kolesterol.
1. AsimptomatikPenanganan operasi pada batu empedu asimptomatik tanpa komplikasi
tidak dianjurkan. Indikasi kolesistektomi pada batu empedu asimptomatik
ialah :
- Pasien dengan batu empedu > 2cm
- Pasien dengan kandung empedu yang kalsifikasi yang resikko tinggi
keganasan
- Pasien dengan cedera medula spinalis yang berefek ke perut
a. Disolusi batu empeduAgen disolusi yang digunakan ialah asam ursodioksikolat. Pada
manusia, penggunaan jangka panjang dari agen ini akan mengurangi
saturasi kolesterol pada empedu yaitu dengan mengurangi sekresi
kolesterol dan efek deterjen dari asam empedu pada kandung empedu.
Desaturasi dari empedu mencegah kristalisasi.
Dosis lazim yang digunakan ialah 8-10 mg/kgBB terbagi dalam 2-
3 dosis harian akan mempercepat disolusi. Intervensi ini membutuhkan
waktu 6-18 bulan dan berhasil bila batu yang terdapat ialah kecil dan
murni batu kolesterol.
b. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)Litotripsi gelombang elektrosyok meskipun sangat populer
beberapa tahun yang lalu, analisis biaya-manfaat pada saat ini hanya
terbatas untuk pasien yang benar-benar telah dipertimbangkan untuk
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
23/25
menjalani terapi ini. Efektifitas ESWL memerlukan terapi adjuvant
asam ursodeoksilat.8,15
2. SimptomatikKolesistektomi
Kolesistektomi adalah pengangkatan kandung empedu yang secara
umum diindikasikan bagi yang memiliki gejala atau komplikasi dari batu,
kecuali yang terkait usia tua dan memiliki resiko operasi. Pada beberapa
kasus empiema kandung empedu, diperlukan drainase sementara untuk
mengeluarkan pus yang dinamakan kolesistostomi dan kemudian baru
direncanakan kolesistektomi elektif. Indikasi yang paling umum untuk
kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.
Komplikasi yang berat jarang terjadi, meliputi trauma CBD, perdarahan,
dan infeksi.
8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
24/25
DAFTAR PUSTAKA
1. Lindseth Glenda N. Ikterus dan Metabolisme Bilirubin. Dalam :HartantoHuriawati et al. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
volume 1Edisi 6. Jakarta :EGC, 2006. h.481-4855.
2. Anonim. Diagnosa Dini Ikterus Obstruktif Pada Bayi. Dalam : RusepnoHassan, Husein Alatas. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid II Edisi
VII.Jakarta : Info Medika, 1997. h. 538-5416.
3. Guyton, Arthur C. dan Hall John E. Fisiologi Gastrointestinal. Dalam:Setiawan Irawati (Editor Edisi Bahasa Indonesia). Buku Ajar
FisiologiKedokteran Edisi 9. Jakarta : E
GC, 1997. h. 1108-1109
4. Ningrum. 2010 February 03. Ikterus Obstruktif (ObstructiveJaundice).[Online] [Cited 2011 November 14]; Available from
URL:http://ningrumwahyuni.wordpress.com
5. Balistreri F. William. Kolestasis Neonatus. Dalam : Wahab A. Samik(Editor Bahasa Indonesia). Nelson Ilmu Kesehatan Anak Volume 2 Edisi 15. Jakarta
: EGC, 1996. h. 1392-1397
6. Dorlan WA Newman. Kamus Kedokteran Dorlan. Edisi 29.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.2002. Maryan Lee F, Chiang W.
Cholelithiasis. Avaliable from :
http://www.emedicine.com/emerg/Gastrointestinal/topic97.htm.[diakses
pada tanggal 22 Januari 2008].
7. Doherty GM. Biliary Tract. In : Current Diagnosis & Treatment Surgery13th edition. 2010. US : McGraw-Hill Companies,p544-55.
8. Heuman DM. Cholelithiasis. 2011. Diunduh dari :http://emedicine.medscape. com/article/175667-overview
9. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005. 570-579.
http://ningrumwahyuni.wordpress.com/http://ningrumwahyuni.wordpress.com/http://www.emedicine.com/emerg/Gastrointestinal/topic97.htmhttp://www.emedicine.com/emerg/Gastrointestinal/topic97.htmhttp://www.emedicine.com/emerg/Gastrointestinal/topic97.htmhttp://ningrumwahyuni.wordpress.com/8/12/2019 Case Cholelitiasis Nisa
25/25
10.Schwartz S, Shires G, Spencer F. Prinsip-prinsip Ilmu Bedah (Principlesof Surgery). Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000. 459-
464
11.Webmaster. Cholelithiasis. Avaliable from :http://www.merck.com/mmpe/sec03/ch030/ch030a.html. [diakses pada
tanggal 28 Januari 2008].
12.Sjamsuhidayat R, de Jong W. Kolelitiasis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 1. 1997. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 767-73.
13.Hunter JG. Gallstones Diseases. In : Schwarts Principles of Surgery 8thedition. 2007. US : McGraw-Hill Companies.
14.Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Biliary Tract. In :Sabiston Textbook of Surgery 17th edition. 2004. Pennsylvania : Elsevier.
15.Klingensmith ME, Chen LE, Glasgow SC, Goers TA, Spencer J. BiliarySurgery. In : Washington Manual of Surgery 5th edition. 2008.
Washington : Lippincott Williams & Wilkins.
http://www.merck.com/mmpe/sec03/ch030/ch030a.htmlhttp://www.merck.com/mmpe/sec03/ch030/ch030a.htmlhttp://www.merck.com/mmpe/sec03/ch030/ch030a.html