51
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. J No RM : 067208 Umur : 30 tahun Alamat : Mekar sari tanjung raya, Mesuji Agama : Islam Pekerjaan : Petani Status : Menikah Suku Bangsa : Jawa Tanggal Masuk RS : 10 Mei 2016 jam: 17.35 wib II. RIWAYAT PENYAKIT ANAMNESIS : Alloanamnesa Keluhan Utama : Sesak nafas yang semakin memberat sejak 2 bulan yang lalu Keluhan tambahan : batuk, bengkak, lemas Riwayat Penyakit Sekarang : Os datang ke IGD RSPBA dengan keluhan sesak nafas yang semakin memberat sejak 2 bulan yang lalu. Os mengaku sesak jika sedang beraktivitas. Dan sesak membaik saat istirahat. Os mengaku sering terbangun pada malam hari karena sesak. Os juga mengaku sulit 1

CASE EFUSI PLEURA.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: CASE EFUSI PLEURA.docx

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. J

No RM : 067208

Umur : 30 tahun

Alamat : Mekar sari tanjung raya, Mesuji

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Status : Menikah

Suku Bangsa : Jawa

Tanggal Masuk RS : 10 Mei 2016 jam: 17.35 wib

II. RIWAYAT PENYAKIT

ANAMNESIS : Alloanamnesa

Keluhan Utama : Sesak nafas yang semakin memberat sejak 2 bulan

yang lalu

Keluhan tambahan : batuk, bengkak, lemas

Riwayat Penyakit Sekarang :

Os datang ke IGD RSPBA dengan keluhan sesak nafas yang semakin

memberat sejak 2 bulan yang lalu. Os mengaku sesak jika sedang beraktivitas.

Dan sesak membaik saat istirahat. Os mengaku sering terbangun pada malam

hari karena sesak. Os juga mengaku sulit untuk tidur dikarenakan sesak. Os

mengaku sesak tidak dipengaruhi oleh cuaca dan emosi. Os juga menyangkal

adanya mengi. Os juga mengaku batuk berdahak sejak 1 minggu yang lalu.

Batuk berdahak berwarna putih kental dan tidak disertai darah. Os mengaku

dalam 1 kali batuk sebanyak 1 sendok makan. Os mengaku kedua kakinya

bengkak. Dan os juga mengaku badan terasa lemas sehingga jika os ingin

beraktifitas sering dibantu oleh keluarga. Os menyangkal adanya nyeri dada.

1

Page 2: CASE EFUSI PLEURA.docx

Os juga menyangkal adanya demam, pilek, mual, muntah, pusing, nyeri

pinggang dan nyeri perut. Os mengaku nafsu makan menurun. Os juga

mengaku buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. Os

menyangkal adanya penyakit darah tinggi, jantung, asma dan diabetes. Os

juga mengaku di keluarga os tidak ada yang memiliki gejala atau penyakit

yang sama dengan os. Os juga menyangkal adanya alergi obat. Os belum

pernah berobat sebelumnya dikarenakan rumah os berada di kampung yang

disana tidak ada dokter serta jauh dari kota.

Riwayat alergi obat:

Os mengatakan selama ini os minum obat tidak menimbulkan alergi.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Sebelumnya os belum pernah mengalami keluhan yang sama.

HT : (-)

DM : (-)

Asma : (-)

Jantung: (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Menurut os dikeluarga tidak ada yang mengeluhkan keluhan sama.

Riwayat Sosial Ekonomi :

Os tinggal di kampung bersama suaminya, os bekerja sebagai petani. Status

ekonomi : kurang

III. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS PRESENT

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

2

Page 3: CASE EFUSI PLEURA.docx

GCS : E4V5M6

Tekanan Darah : 140/90 mmHg

Nadi : 69 x/menit

Pernapasan : 25 x/menit

Suhu : 36,3oC

STATUS GENERALIS

a. Kepala

Bentuk : Normocephali

Rambut : Hitam, tidak mudah rontok

Mata : Sklera normal ka/ki, konjungtiva anemis ka/ki

Telinga : Normotia ka/ki

Hidung : Normonasi, sekret tidak ada, defiasi tidak ada

Mulut : Bibir normal, sianosis tidak ada, pelo tidak ada

b. Leher

Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran

Pembesaran Tiroid : tidak ada pembesaran

JVP : tidak ada peningkatan

Trachea : tidak ada deviasi

c. Thorax

- Cor

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Perkusi

Batas kanan atas : ICS II linea parasternaslis dextra

Batas kiri atas : ICS II linea parasternalis sinistra

Batas kanan bawah : ICS IV linea parasternalis dextra

Batas kiri bawah : ICS V linea midclavikularis sinistra

Auskultasi : BJ I dan II normal, regular, murmur dan gallop

tidak ada

3

Page 4: CASE EFUSI PLEURA.docx

- Pulmo

Inspeksi : statis, dinamis, simetris kanan dan kiri

Palpasi : fremitus suara kanan normal, kiri melemah

Perkusi : kanan sonor, kiri redup

Auskultasi : suara nafas vesikuler kanan normal, kiri vesikuler

melemah, ronki (-) kanan dan kiri, wheezing (-) kanan

dan kiri

d. Abdomen

Inspeksi : datar, acites tidak ada, massa dan jejas tidak

ditemukan

Auskultasi : bising usus positif

Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen

e. Ektremitas

Superior : akral hangat dan edema tidak ada

Inferior : akral hangat dan edema kanan dan kiri

IV. DIAGNOSIS KERJA

Efusi Pleura Sinistra

V. DIAGNOSIS BANDING

- TB paru

VI. PENATALAKSANAAN

Farmakologi :

Ivfd RL X gtt/tpm

O2 3 liter / menit

Ambroxol syr 3 x 1 c

Furosemid 2 x 1 / iv

Levofloxacin 1 x 1

Neurobion 1 x 1 / drip

4

Page 5: CASE EFUSI PLEURA.docx

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- USG

- Torakosintesis

- Sputum BTA

VIII. PROGNOSA

Quo ad Vitam : dubia ad bonam

Quo ad Fungtionam : dubia ad bonam

Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

HASIL LABORATORIUM

HEMATOLOGI

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL

Hemoglobin 8.5Lk: 14-18 gr%

Wn: 12-16 gr%

Leukosit 13200 4500-10.700 ul

Hitung jenis leukosit

Basofil 0 0-1 %

Eosinofil 0 1-3%

Batang 1 2-6 %

Segmen 57 50-70 %

Limposit 28 20-40 %

Monosit 14 2-8 %

Eritrosit 3,0Lk: 4.6- 6.2 ul

Wn: 4.2- 5,4 ul

5

Page 6: CASE EFUSI PLEURA.docx

Hematokrit 26Lk: 40-54 %

Wn: 38-47 %

Trombosit 378000 159-400 ul

MCV 86 80-96

MCH 28 27-31 pg

MCHC 33 32-36 g/dl

URINE

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL

Warna Kuning Kuning

Kejernihan Jernih Jernih

Berat Jenis 1.020 1.005-1.030

pH 6 5-8

Leukosit/lesis - Negatif (10 leuko/ul)

Nitrit - Negatif

Protein 100 Negatif (< 30 mg/dl)

Glukosa - Negatif (< 30 mg/dl)

Keton - Negatif (< 50 mg/dl)

Urobilinogen - Negatif (< 1 mg/dl)

Bilirubin - Negatif (< 2 mg/dl)

Darah Samar 50 Negatif (< 10 ery/dl)

Sedimen

Leukosit 5-6 10 / LPB

Eritrosit 10-12 5 / LPB

Epitel Beberapa

Bakteri Sedikit

Kristal -

Silinder -

6

Page 7: CASE EFUSI PLEURA.docx

Lain-lain -

KIMIA DARAH

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL

Urea 31 10-40 mg/dl

Creatinin 1.2Lk : 0.9-1.5 mg/dl

Wn : 0.7-1.3 mg/dl

Gula Darah Sewaktu 127 < 200 mg/dl

7

THORAX PA

Page 8: CASE EFUSI PLEURA.docx

EXPERTISE

- Posisi trakea di tengah

- Mediastinum superior tidak melebar

- Jantung sulit dinilai, batas kiri tertutup perselubungan

- Sinus costophrenicus kanan normal, kiri tertutup perselubungan

- Sinus cardiophrenicus kanan normal, kiri tertutup perselubungan

- Diafragma kanan normal, kiri tertutup perselubungan

- Pulmo:

o Hilus kanan dan kiri normal

o Corakan bronkovaskuler bertambah

o Tampak perselubungan opak homogen di hemithorax kiri bawah

o Kranialisasi (-)

Skletal : dalam batas normal8

Page 9: CASE EFUSI PLEURA.docx

KESAN :

Effusi pleura kiri

IX. RESUME

Os datang ke IGD RSPBA dengan keluhan sesak nafas yang semakin

memberat sejak 2 bulan yang lalu. Os mengaku sesak jika sedang beraktivitas.

Dan sesak membaik saat istirahat. Os mengaku sering terbangun pada malam

hari karena sesak. Os juga mengaku sulit untuk tidur dikarenakan sesak. Os

juga mengaku batuk berdahak sejak 1 minggu yang lalu. Batuk berdahak

berwarna putih kental dan tidak disertai darah. Os mengaku dalam 1 kali

batuk sebanyak 1 sendok makan. Os mengaku kedua kakinya bengkak. Dan os

juga mengaku badan terasa lemas sehingga jika os ingin beraktifitas sering

dibantu oleh keluarga. Os mengaku nafsu makan menurun. Os juga mengaku

buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. . Os juga mengaku di

keluarga os tidak ada yang memiliki gejala atau penyakit yang sama dengan

os. Os belum pernah berobat sebelumnya dikarenakan rumah os berada di

kampung yang disana tidak ada dokter serta jauh dari kota.

- Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,

kesadaran compos mentis dengan GCS 15.

- Tanda Vital:

Tekanan darah: 140/90 mmHg, Pernafasan: 26 x/menit, Nadi: 69 x/menit,

Suhu : 36,30C.

- Status kepala, leher, cor, abdomen ekstremitas superior dalam batas normal

- Mata : Konjungtiva anemis ka/ki

- Pulmo

Inspeksi : statis, dinamis, simetris kanan dan kiri

Palpasi : fremitus suara kanan normal, kiri melemah

Perkusi : kanan sonor, kiri redup

Auskultasi : suara nafas vesikuler kanan dan kiri, ronki (-) kanan

dan kiri, wheezing (-) kanan dan kiri

9

Page 10: CASE EFUSI PLEURA.docx

Ekstremitas inferior : edem +/+ kanan dan kiri

- Hasil laboratorium :

Hb: 8,5

Leukosit : 13200

Monosit : 14

Eritrosit : 3,0

Hematokrit : 26

Protein : 100

Darah Samar : 50

Sedimen eritrosit : 10-12

- Foto thorax

EXPERTISE

- Posisi trakea di tengah

10

Page 11: CASE EFUSI PLEURA.docx

- Mediastinum superior tidak melebar

- Jantung sulit dinilai, batas kiri tertutup perselubungan

- Sinus costophrenicus kanan normal, kiri tertutup perselubungan

- Sinus cardiophrenicus kanan normal, kiri tertutup perselubungan

- Diafragma kanan normal, kiri tertutup perselubungan

- Pulmo:

o Hilus kanan dan kiri normal

o Corakan bronkovaskuler bertambah

o Tampak perselubungan opak homogen di hemithorax kiri bawah

o Kranialisasi (-)

Skletal : dalam batas normal

KESAN :

Effusi pleura kiri

Berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang os di diagnosa

efusi pleura sinistra.

BAB II

ANALISA KASUS 11

Page 12: CASE EFUSI PLEURA.docx

Pasien Teori

Gejala klinis - sesak nafas yang semakin

memberat sejak 2 bulan yang

lalu.

- sesak jika sedang beraktivitas

- sesak membaik saat istirahat

- sering terbangun pada malam

hari karena sesak

- sesak tidak dipengaruhi oleh

cuaca dan emosi serta tidak

disertai mengi

- batuk berdahak sejak 1

minggu yang lalu

- Batuk berdahak berwarna

putih kental dan tidak disertai

darah sebanyak 1 sendok

makan

- kedua kakinya bengkak

- badan terasa lemas sehingga

jika os ingin beraktifitas

sering dibantu oleh keluarga

- nafsu makan menurun

- dispnea (sesak nafas)

- nyeri dada

- Batuk

- Lemas

- nafsu makan

menurun,

- mudah lelah

Pemeriksaan

fisik

- Dari pemeriksaan fisik

didapatkan keadaan umum

pasien tampak sakit sedang,

kesadaran compos mentis

dengan GCS 15.

- Tanda Vital:

Tekanan darah: 140/90

mmHg, Pernafasan: 26

- Keadaan umum :

Pasien tampak sesak

nafas

- Tingkat kesadaran :

Composmentis

TTV

RR : Takhipnea

12

Page 13: CASE EFUSI PLEURA.docx

x/menit, Nadi: 69 x/menit,

Suhu : 36,30C.

- Status kepala, leher, cor,

abdomen ekstremitas superior

dalam batas normal

- Mata : Konjungtiva

anemis ka/ki

- Pulmo

Inspeksi : statis,

dinamis, simetris kanan

dan kiri

Palpasi :

fremitus suara kanan

normal, kiri melemah

Perkusi : kanan

sonor, kiri redup

Auskultasi : suara

nafas vesikuler kanan dan

kiri, ronki (-) kanan dan

kiri, wheezing (-) kanan

dan kiri

Ekstremitas inferior :

edem +/+ kanan dan kiri

N : Takhikardia

S : Jika ada infeksi bisa

hipertermia

TD : Bisa hipotensia

- Kepala : Mesochepal

- Mata : Conjungtiva

anemis

- Hidung : Sesak nafas,

cuping hidung

- Dada : Gerakan

pernafasan berkurang

Pulmo (paru-paru )

- Inspeksi : Terlihat

ekspansi dada

simetris, tampak

sesak nafas tampak

penggunaan otot

bantu nafas

- Palpasi : Vokal

Fremitus menurun

- Perkusi : Pekak

(skonidulnes), redup

- Auskultasi : Bunyi

nafas menghilang

atau tidak terdengar

diatas bagian yang

terkena

Pemeriksaan - Posisi trakea di tengah Gambaran efusi pleura pada 13

Page 14: CASE EFUSI PLEURA.docx

penunjang

- Mediastinum superior tidak

melebar

- Jantung sulit dinilai, batas kiri

tertutup perselubungan

- Sinus costophrenicus kanan

normal, kiri tertutup

perselubungan

- Sinus cardiophrenicus kanan

normal, kiri tertutup

perselubungan

- Diafragma kanan normal, kiri

tertutup perselubungan

- Pulmo:

o Hilus kanan dan kiri

normal

o Corakan

bronkovaskuler

bertambah

o Tampak

perselubungan opak

homogen di

hemithorax kiri bawah

o Kranialisasi (-)

Skletal : dalam batas normal

KESAN :

Effusi pleura kiri

radiografi toraks posisi tegak

adalah:

1) penumpulan sinus

kostofrenikus bila cairan

>500 ml pada Foto PA, dan

>200 ml pada foto lateral

2) meniscus sign

3) serta perselubungan luas

yang mungkin disertai

pendorongan jantung dan

medistinum.

Hal yang agak berbeda

dijumpai pada posisi supine

dengan ditemukannya tanda-

tanda radiologik berupa:

1) peningkatan densitas

hemitoraks yang terkena,

2) meniscus sign

3) hilangnya bayangan atau

batas hemidiafragma

4) berkurangnya ketajaman

gambaran vaskuler di daerah

basal paru

5) apical capping

6) penebalan fisura minor.

14

Page 15: CASE EFUSI PLEURA.docx

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

15

Page 16: CASE EFUSI PLEURA.docx

Anatomi dan fisiologi

1. Anatomi

Paru-paru terletak pada rongga dada. Masing-masing paru berbentuk kerucut.

Paru kanan dibagi oleh dua buah fisura kedalam tiga lobus atas, tengah dan bawah.

Paru kiri dibagi oleh sebuah tisuda ke dalam dua lobus atas dan bawah . Permukaan

datar paru menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian

tengah terdapat tampuk paru-paru atau hillus paru-paru dibungkus oleh selaput yang

tipis disebut Pleura. Pleura merupakan membran tipis, transparan yang menutupi paru

dalam dua lapisan : Lapisan viseral, yang dekat dengan permukaan paru dan lapisan

parietal menutupi permukaan dalam dari dinding dada.Paru- paru yaitu: paru-pau

kanan, terdiri dara 3 lobus (belah paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus nedia,

dan lobus inferior, tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari, pulmo

sinester, lobus superior, dan lobus inferior, tiap-tiap lobus terdiri dari belahan-

belahan yang lebih kecil bernama segment. Paru-paru kiri mempunyai 10 segment

yaitu: lima buah segment pada lobus superior, dua buah segment pada lobus medialis

tiga buah segmen pada lobus inferior. Kapasitas paru-paru merupakan kesanggupan

paru-paru dalam menampung udara didalamnya.Kapasitas paru-paru dapat dibedakan

sebagai berikut:

- Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat megisi paru-paru pada inspirasi

sedalam dalamnya.

- Kapasitas vital yaitu jumlah udara yang dapat dikrluarkan setelah ekspirasi

maksimal.

2. Fisiologi

a. Pernapasan pulmoner

16

Page 17: CASE EFUSI PLEURA.docx

Merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang trjadi pada pau-paru.

Empat proses yang berhubugan dengan pernapasan polmuner yaitu:

1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli

dengan udara luar.

2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk keseluruh

tubuh, karbondiaksoda dari seluruh tubuh masuk ke 10 paru-paru

3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa degan jumlah yang

tepat yang bias dicapai untuk semua bagian.

4) Difusi gas yang menembus mambran alveoli dan kapiler karbondioksida.

Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi dalam darah

menpengaruhi dan merangsang pusat pernapasan terdapat dalam otak untuk

memperbesar kecepatan dalam pernapasan sehingga terjadi pengambilan O2 dan

pengeluaran CO2 lebih banyak.

b. Pernafasan jaringan (Pernafasan interna)

Darah merah (hemoglobin) yang banyak mengandung oksigen dari seluruh

tubuh masuk kedalam jaringan akhirnya mencapai kapiler, darah mengeluarkan

oksigen kedalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-paru

terjadi pernafasan eksterna.

c. Daya muat paru-paru

Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500 ml – 5000 ml (4,5 - 5 liter)

udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10 %, ± 500 ml

disebut juga udara pasang surut (pidal air) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan

pada pernafasan biasa.

d. Pengendalian pernafasan

Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama kimiawi

dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu merangsang pusat pernafasan yang

17

Page 18: CASE EFUSI PLEURA.docx

terletak di dalam medula oblongata kalau dirangsang mengeluarkan impuls yang

disalurkan melalui saraf spinal.

e. Otot pernafasan (otot diafragma atau interkostalis)

Pengendalian oleh saraf pusat otomatik dalam medula oblongata mengeluarkan

impuls eferen keotot pernafasan melalui radik saraf servikalis diantarkan ke

diafragma oleh saraf prenikus. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot

diafragma dan inter costalis yang kecepatanya kira-kira 15 kali setiap menit.

Pengendalian secara kimia, pengendalian dan pengaturan secara kimia meliputi

frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan, pusat pernafasan dalam

sumsum sangat peka, sehingga kadar alkali harus tetap dipertahankan,

karbondioksida adalah produksi asam dari metabolisme dan bahan kimia yang asam

merangsang pusat pernafasan untuk mengirim keluar impuls saraf yang bekerja atas

otot pernafasan.

f. Kecepatan pernafasan

Pada wanita lebih tinggi dari pada pria, pernafasan secara normal maka

ekspirasi akan menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi adakalanya

terbalik, inspirasi istirahat ekspirasi disebut juga pernafasan terbalik

Kecepatan setiap menit

Bayi baru lahir : 30 – 40 x/menit

12 bulan : 30 x/menit

2 - 5 tahun : 24 x/ menit

Orang dewasa : 10– 20 x/menit

g. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen

18

Page 19: CASE EFUSI PLEURA.docx

Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan, manusia sangat membutuhkan

oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4 menit akan

mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa menimbulkan

kematian, kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau pikiran

dan anoksia serebralis misalnya orang bekerja pada ruangan yang sempit, tertutup,

ruang kapal, kapal uap dan lain-lain, bila oksigen tidak mencukupi maka warna darah

merahnya hilang berganti kebiru- biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga,

lengan dan kaki disebut sianosis.

A. Pengertian

Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di rongga

pleura selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah. Efusi Pleura

adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam kavum Pleura. Efusi Pleura adalah

penumpukan cairan di dalam ruang plaural yang terjadi karena proses penyakit

primer dan dapat juga terjadi karena penyakit sekunder akibat penyakit lain. Efusi

dapat berupa cairan jernih yang merupakan transudat, dan berupa pus atau darah.

B. Etiologi

Menurut Hudak dan Gallo penyebab efusi pleura adalah

1. Peningkatan tekanan negatif intra pleura

2. Penurunan tekanan osmotik koloid darah

3. Peningkatan tekanan kapiler subpleural

4. Ada inflamasi atau neoplastik

5. Penyebab lain dari efusi pleura adalah:

Gagal jantung

Kadar protein yang rendah

Sirosis

Pneumonia

Tuberculosis

Emboli paru

19

Page 20: CASE EFUSI PLEURA.docx

Tumor

Cidera di dada

Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin klorpromazin,

nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin).

Pemasangan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang baik

C. Gambaran Klinis

Gambaran klinis efusi pleura adalah dispnea (sesak nafas), nyeri dada, batuk,

lemas, nafsu makan menurun, mudah lelah, dullness bila dilakukan perkusi pada

area penumpukan cairan, suara nafas melemah atau hilang, pada area penumpukan

cairan. Menurut Hudak dan Gallo dispnea bervariasi, nyeri pleuritik ruang

interkosta menonjol pada efusi yang berat, suara nafas berkurang, vokal fremitus

menurun.

Pada pemeriksaan fisik terdapat:

- Keadaan umum : Pasien tampak sesak nafas

- Tingkat kesadaran : Composmentis

TTV

RR : Takhipnea

N : Takhikardia

S : Jika ada infeksi bisa hipertermia

TD : Bisa hipotensia

- Kepala : Mesochepal

- Mata : Conjungtiva anemis

- Hidung : Sesak nafas, cuping hidung

- Dada : Gerakan pernafasan berkurang

Pulmo (paru-paru )

20

Page 21: CASE EFUSI PLEURA.docx

- Inspeksi : Terlihat ekspansi dada simetris, tampak sesak nafas tampak

penggunaan otot bantu nafas

- Palpasi : Vokal Fremitus menurun

- Perkusi : Pekak (skonidulnes), redup

- Auskultasi : Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar diatas bagian yang

terkena

D. Patofisiologi

Dalam keadaan  normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis dan

pleura vicelaris, karena di antara  pleura tersebut terdapat cairan antara 1 – 20 cc

yang  merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.Cairan yang

sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut

mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura

parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan

hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid  pada pleura

viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian

kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan

cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar

sel – sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap. Karena adanya

keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadan ini bisa terjadi karena adanya

tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm

H2o. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya

adalah infeksi tuberkulosa paru.

Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium

tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer.

Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus

(Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus

(limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah bening akan

mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran akan meningkat

yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura.

21

Page 22: CASE EFUSI PLEURA.docx

Kebanyakan terjadinya effusi  pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus

subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain  dapat juga dari

robeknya pengkejuan kearah saluran getah bening yang menuju  rongga pleura,

iga  atau columna vetebralis.

Adapun bentuk  cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan

eksudat, yaitu  berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena

kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang –

kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias  mengandung

leukosit antara 500 – 2000. Mula – mula yang dominan adalah sel – sel

polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan effusi sangat sedikit

mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah karena adanya

bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat menimbulkan

beberapa perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur, frekwensi

pernapasan meningkat , pergerakan dada asimetris, dada yanbg lebih cembung,

fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal – hal diatas ada perubahan lain

yang ditimbulkan oleh effusi pleura yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru

yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun.

22

Page 23: CASE EFUSI PLEURA.docx

E. Pathway

F. Klasifikasi

1. Transudat

Efusi pleura transudatif terjadi jika terdapat perubahan dalam tekanan hidrostatik

dan onkotik pada membran pleura, misalnya jumlah cairan yang dihasilkan

melebihi jumlah cairan yang dapat diabsorbsi. Pada keadaan ini, endotel pembuluh

darah paru dalam kondisi yang normal, dimana fungsi filtrasi masih normal pula

sehingga kandungan sel dan dan protein pada cairan efusi transudat lebih rendah.

Jika masalah utama yang menyebabkannya dapat diatasi maka efusi pleura dapat

sembuh tanpa adanya masalah yang lebih lanjut. Selain itu, efusi pleura transudat

juga dapat terjadi akibat migrasi cairan yang berasal dari peritoneum, bisa pula

23

Page 24: CASE EFUSI PLEURA.docx

iatrogenik sebagai komplikasi dari pemasangan kateter vena sentra dan pipa

nasogastrik. Penyebab-penyebab efusi pleura transudat relatif lebih sedikit yakni :

• Gagal jantung kongestif

• Sirosis (hepatik hidrotoraks)

• Atelektasis – yang bisa disebabkan oleh keganasan atau emboli paru

• Hipoalbuminemia

• Sindroma nefrotik

• Dialisis peritoneal

• Miksedema

• Perikarditis konstriktif

• Urinotoraks – biasanya akibat obstuktif uropathy

• Kebocoran cairan serebrospinal ke rongga pleura

• Fistulasi duropleura

• Migrasi kateter vena sentral ke ekstravaskular

• Glisinotoraks – sebuah komplikasi yang jarang akibat irigasi kandung kemih

dengan larutan glisin 1,5% yang dilakukan setelah pembedahan urologi.

Ciri-ciri cairan transudat:

a.    Serosa jernih

b.   Berat jenis rendah (dibawah 1.012)

c.    Terdapat limfosit dan mesofel tetapi tidak ada neutrofil

d.   Protein < 3%

24

Page 25: CASE EFUSI PLEURA.docx

2. Eksudat

Efusi pleura eksudat dihasilkan oleh berbagai proses/kondisi inflamasi dan

biasanya diperlukan evaluasi dan penanganan yang lebih luas dari efusi transudat.

Cairan eksudat dapat terbentuk sebagai akibat dari proses inflamasi paru ataupun

pleura, gangguan drainase limfatik pada rongga pleura, pergerakan cairan eksudat

dari rongga peritoneal melalui diafragma, perubahan permeabilitas membran

pleura, serta peningkatan permeabilitas dinding kapiler atau kerusakan pembuluh

darah. Adapun penyebab-penyebab terbentuknya cairan eksudat antara lain :

• Parapneumonia

• Keganasan (paling sering, kanker paru atau kanker payudara, limfoma, leukemia,

sedangkan yang lebih jarang, kanker ovarium, kanker lambung, sarkoma serta

melanoma)

• Emboli paru

• Penyakit-penyakit jaringan ikat-pembuluh darah (artritis reumatoid, sistemic

lupus erythematosus)

• Tuberkulosis

• Pankreatitis

• Trauma

• Sindroma injuri paska-kardiak

• Perforasi esofageal

• Pleuritis akibat radiasi

• Sarkoidosis

• Infeksi jamur

• Pseudokista pankreas

• Abses intraabdominal

• Paska pembedahan pintas jatung

• Penyakit perikardial

• Sindrom Meig (neoplasma jinak pelvis disertai asites dan efusi pleura)

• Sindrom hiperstimulasi ovarian

• Penyakit pleura yang diinduksi oleh obat

25

Page 26: CASE EFUSI PLEURA.docx

• Sindrom yellow nail (kuku kuning, limfedema, efusi pleura)

• Uremia

• Chylothorax (suatu kondisi akut dengan peningkatan kadar trigilerida pada cairan

pleura)

• Pseudochylotoraks (suatu kondisi kronis dengan peningkatan kadar kolesterol

cairan pleura)

• Fistulasi (ventrikulopleural, billiopleural, gastropleural).

. Ciri cairan eksudat:

a. Berat jenis > 1.015 %

b. Kadar protein > 3% atau 30 g/dl

c.  Ratio protein pleura berbanding LDH serum 0,6

d.  LDH cairan pleura lebih besar daripada 2/3 batas atas LDH serum normal

e.   Warna cairan keruh

G. Pemeriksaaan Diagnostik

Adapun beberapa pemeriksaan yang menunjang adanya efusi Plaura adalah :

1. Foto Rontgen

Foto thorax dapat mengetahui adanya cairan dalam cavum plaura walaupun cairan

masih sedikit pada efusi plaura ringan. Permukaan cairan yang terdapat dalam

rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah

lateral lebih tinggi daripada bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral

ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar

atau dalam paru-paru sendiri. Kadang – kadang sulit membedakan antara bayangan

cairan bebas dalam pleura dengan adhesi karena radang (pleuritis). Perlu pemeriksaan

foto dada dengan posisi lateral dekubitus. Cairan bebas akan mengikuti posisi

gravitasi.

Cairan dalam pleura bisa juga tidak membentuk kurva, karena terperangkap atau 26

Page 27: CASE EFUSI PLEURA.docx

terlokalisasi. Keadaan ini sering terdapat pada daerah bawah paru-paru yang

berbatasan dengan permukaan atas diafragma. Cairan ini dinamakan juga sebagai

efusi subpulmonik. Gambarannya pada sinar tembus sering terlihat sebagai diafragma

yang terangkat. Jika terdapat bayangan dengan udara dalam lambung, ini cenderung

menunjukkan efusi subpulmonik. Begitu juga dengan bagian kanan dimana efusi

subpulmonik sering terlihat sebagai bayangan garis tipis (fisura) yang berdekatan

dengan diafragma kanan. Untuk jelasnya bisa dilihat dengan foto lateral dekubitus.

Sehingga gambaran perubahan efusi tersebut menjadi nyata.

Cairan dalam pleura kadang-kadang menumpuk mengelilingi lobus paru, biasanya

lobus bawah dan terlihat dalam foto sebagai bayangan konsolidasi parenkim lobus,

bisa juga mengumpul di daerah paramediastinal dan terlihat dalam foto sebagai fisura

interlobaris, bisa juga terdapat secara paralel dengan sisi jantung, sehingga terlihat

sebagai kardiomegali.

Cairan seperti empiema dapat juga terlokalisasi. Gambaran yang terlihat adalah

sebagai bayangan dengan densitas keras di atas diafragma, keadaan ini sulit

dibedakan dengan tumor paru.

Hal lain yang dapat terlihat dari foto dada pada efusi pleura adalah terdorongnya

mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Di samping itu gambaran foto

dada dapat juga menerangkan asal mula terjadinya efusi pleura yakni bila terdapat

jantung yang membesar, tumor, adanya densitas parenkim yang lebih keras pada

pneumonia atau abses paru.

Gambaran efusi pleura pada radiografi toraks posisi tegak sebagaimana yang lazim

diketahui adalah:

1) Penumpulan sinus kostofrenikus bila cairan >500 ml pada Foto PA, dan >200

ml pada foto lateral

2) Meniscus sign

3) Serta perselubungan luas yang mungkin disertai pendorongan jantung dan

medistinum.

27

Page 28: CASE EFUSI PLEURA.docx

Hal yang agak berbeda dijumpai pada posisi supine dengan ditemukannya tanda-

tanda radiologik berupa:

1) Peningkatan densitas hemitoraks yang terkena,

2) Meniscus sign

3) Hilangnya bayangan atau batas hemidiafragma

4) Berkurangnya ketajaman gambaran vaskuler di daerah basal paru

5) apical capping

6) penebalan fisura minor

Hal tersebut tentu saja tidak terlepas dari sifat cairan yang bergerak menyesuaikan

dengan perubahan posisi penderita. Karena berbagai kondisi, terpaksa dilakukan

posisi foto supine seperti pada penderita dengan kondisi kritis atau kesadaran

menurun, pasien tidak dapat dimobilisasi, bayi dan anak-anak dengan penyakit yang

dapat menyebabkan efusi pleura.

Gambaran efusi pleura pada foto torak posisi supine berbeda dengan gambaran pada

posisi tegak dan lateral dekubitus yang sudah lazim diketahui , sehingga diperlukan

kecermatan untuk mencegah salah diagnosis. Sementara itu, USG adalah sarana

diagnostik radiologis yang sangat tinggi akurasinya ( bisa mencapai 100% ) untuk

mencitrakan efusi pleura dengan adanya gambaran anechoic pada kavum pleura.

Hasil pemeriksaan USG sebagai standar baku emas.

Dua tanda radiologis yang sering luput dicermati sebagai tanda adanya efusi pleura

adalah penebalan fisura minor dan apical capping. Jumlah efusi menentukan

terdeteksi tidaknya pada radiografi torak. Pada posisi tegak, biasanya gambaran efusi

mulai terdeteksi ketika jumlah cairan mencapai 175 cc, sedangkan pada posisi supine

biasanya setelah mencapai 300 cc.

2. Ultra Sonografi

Untuk mengetahui lokasi cairan untuk tujuan fungsi

3. Torakosintesis

28

Page 29: CASE EFUSI PLEURA.docx

Suatu tindakan pengambilan cairan plaura untuk membedakan cairan tersebut

transudat, eksudat, atau pas.

4. CT scan dada

      CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan

adanya pneumonia, abses paru atau tumor

H. Komplikasi

1. Pneumotoraks (karena udara masuk melalui jarum)

2. Hemotoraks ( karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)

3. Emboli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam, menyebabkan udara

dari alveoli masuk ke vena pulmonalis)

4. Laserasi pleura viseralis

I. PENATALAKSANAAN MEDIS

1.   Aspirasi cairan pleura

Punksi pleura ditujukan untuk menegakkan diagnosa efusi plura yang

dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis cairan. Disamping itu punksi

ditujukan pula untuk melakukan aspirasi atas dasar gangguan fugsi restriktif

paru atau terjadinya desakan pada alat-alat mediastinal. Jumlah cairan yang

boleh diaspirasi ditentukan atas pertimbangan keadaan umum penderita, tensi

dan nadi. Makin lemah keadaan umum penderita makin sedikit jumlah cairan

pleura yang bisa diaspirasi untuk membantu pernafasan penderita. Komplikasi

yang dapat timbul dengan tindakan aspirasi :

a. Trauma                                               

Karena aspirasi dilakukan dengan blind, kemungkinan dapat mengenai

pembuluh darah, saraf atau alat-alat lain disamping merobek pleura

parietalis yang dapat menyebabkan pneumothorak.

b. Mediastinal Displacement

Pindahnya struktur mediastinum dapat disebabkan oleh penekaran cairan

pleura tersebut. Tetapi tekanan negatif saat punksi dapat menyebabkan 29

Page 30: CASE EFUSI PLEURA.docx

bergesernya kembali struktur mediastinal.  Tekanan negatif yang

berlangsung singkat menyebabkan pergeseran struktur mediastinal kepada

struktur semula atau struktur yang retroflux dapat menimbulkan

perburukan keadaan terutama disebabkan terjadinya gangguan pada

hemodinamik.

f. Gangguan keseimbangan  cairan, Ph, elektroit, anemia dan hipoproteinemia.

Pada aspirasi pleura yang berulang kali dalam waktu yang lama dapat

menimbulkan tiga pengaruh pokok :

1) Menyebabkan berkurangnya berbagai komponen intra vasculer yang dapat

menyebabkan anemia, hipprotein, air dan berbagai gangguan elektrolit

dalam tubuh

2)  Aspirasi cairan pleura menimbulkan tekanan cavum  pleura  yang negatif

sebagai faktor yang menimbulkan pembentukan cairan pleura yang lebih

banyak

3)  Aspirasi pleura dapat menimbulkan sekunder aspirasi.

2.  Water Seal Drainage

Telah dilakukan oleh berbagai penyelidik akan tetapi bila WSD ini

dihentikan maka akan terjadi kembali pembentukan cairan.

3.  Penggunaan Obat-obatan

Penggunaan berbagai obat-obatan pada pleura effusi selain hasilnya yang

kontraversi juga mempunyai efek samping. Hal ini disebabkan 

pembentukan cairan karena malignancy  adalah karena erosi pembuluh

darah. Oleh karena itu penggunaan citostatic misalnya

tryetilenthiophosporamide, nitrogen mustard, dan penggunaan zat-zat

lainnya seperi atabrine  atau penggunaan talc poudrage tidak memberikan

hasil yang banyak oleh karena tidak menyentuh pada faktor patofisiolgi

dari terjadinya cairan pleura.

30

Page 31: CASE EFUSI PLEURA.docx

Pada prinsipnya metode untuk menghilangkan cairan pleura dapat pula

menimbulkan gangguan fungsi vital . Selain aspirasi thoracosintesis yang

berulang kali, dikenal ula berbagai cara lainnya yaitu :

4.  Thoracosintesis

Dapat dengan melakukan apirasi yang berulang-ulang dan dapat pula

dengan WSD atau dengan suction dengan tekanan 40 mmHg. Indikasi

untuk melakukan torasentesis adalah :

a.  Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam

rongga plera.

b.  Bila therapi spesifik pada penyakit prmer tidak efektif atau gagal.

c.  Bila terjadi reakumulasi cairan.

Pengambilan pertama cairan pleura jangan lebih dari 1000 cc, karena

pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang

banyak dapat menimbulkan oedema paru yang ditandai dengan batuk dan

sesak. Kerugian :

a. Tindakan thoraksentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada

dalam cairan pleura.

b.  Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura.

c.  Dapat terjadi pneumothoraks.

5.  Radiasi

Radiasi pada tumor justru menimbulkan effusi pleura disebabkan oleh

karena kerusakan aliran limphe dari fibrosis. Akan tetapi beberapa

publikasi terdapat laporan berkurangnya cairan setelah radiasi pada tumor

mediastinum..

J. Prognosis

Prognosis efusi pleura bervariasi dan bergantung dari etiologi yang mendasarinya,

derajat keparahan saat pasien masuk, serta analisa biokimia cairan pleura. Namun

demikian, pasien yang lebih dini memiliki kemungkinan lebih rendah untuk

31

Page 32: CASE EFUSI PLEURA.docx

terjadinya komplikasi. Pasien pneumonia yang disertai dengan efusi memiliki

prognosa yang lebih buruk ketimbang pasien dengan pneumonia saja. Namun

begitupun, jika efusi parapneumonia ditangani secara cepat dan tepat, biasanya

akan sembuh tanpa sekuele yang signifikan. Namun jika tidak ditangani dengan

tepat, dapat berlanjut menjadi empiema, fibrosis konstriktiva hingga sepsis. Efusi

pleura maligna merupakan pertanda prognosis yang sangat buruk, dengan median

harapan hidup 4 bulan dan rerata harapan hidup 1 tahun. Pada pria hal ini paling

sering disebabkan oleh keganasan paru, sedangkan pada wanita lebih sering karena

keganasan pada payudara. Median angka harapan hidup adalah 3-12 bulan

bergantung dari jenis keganasannya. Efusi yang lebih respon terhadap kemoterapi

seperti limfoma dan kanker payudara memiliki harapan hidup yang lebih baik

dibandingkan kanker paru dan mesotelioma. Analisa sel dan analisa biokimia

cairan pleura juga dapat menentukan prognosa. Misalnya cairan pleura dengan pH

yang lebih rendah biasanya berkaitan dengan massa keadaan tumor yang lebih

berat dan prognosa yang lebih buruk.

32

Page 33: CASE EFUSI PLEURA.docx

BAB IV

KESIMPULAN

Os datang ke IGD RSPBA dengan keluhan sesak nafas yang semakin

memberat sejak 2 bulan yang lalu. Os mengaku sesak jika sedang beraktivitas.

Dan sesak membaik saat istirahat. Os mengaku sering terbangun pada malam

hari karena sesak. Os juga mengaku sulit untuk tidur dikarenakan sesak. Os

juga mengaku batuk berdahak sejak 1 minggu yang lalu. Batuk berdahak

berwarna putih kental dan tidak disertai darah. Os mengaku dalam 1 kali

batuk sebanyak 1 sendok makan. Os mengaku kedua kakinya bengkak. Dan os

juga mengaku badan terasa lemas sehingga jika os ingin beraktifitas sering

dibantu oleh keluarga. Os mengaku nafsu makan menurun. Os juga mengaku

buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. . Os juga mengaku di

keluarga os tidak ada yang memiliki gejala atau penyakit yang sama dengan

os. Os belum pernah berobat sebelumnya dikarenakan rumah os berada di

kampung yang disana tidak ada dokter serta jauh dari kota.

- Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,

kesadaran compos mentis dengan GCS 15.

- Tanda Vital:

Tekanan darah: 140/90 mmHg, Pernafasan: 26 x/menit, Nadi: 69 x/menit,

Suhu : 36,30C.

- Status kepala, leher, cor, abdomen ekstremitas superior dalam batas normal

- Mata : Konjungtiva anemis ka/ki

- Pulmo

Inspeksi : statis, dinamis, simetris kanan dan kiri

Palpasi : fremitus suara kanan normal, kiri melemah

Perkusi : kanan sonor, kiri redup

Auskultasi : suara nafas vesikuler kanan dan kiri, ronki (-) kanan

dan kiri, wheezing (-) kanan dan kiri

Ekstremitas inferior : edem +/+ kanan dan kiri

33

Page 34: CASE EFUSI PLEURA.docx

- Hasil laboratorium :

Hb: 8,5

Leukosit : 13200

Monosit : 14

Eritrosit : 3,0

Hematokrit : 26

Protein : 100

Darah Samar : 50

Sedimen eritrosit : 10-12

Foto thorax:

- Jantung sulit dinilai, batas kiri tertutup perselubungan

- Sinus costophrenicus kanan normal, kiri tertutup perselubungan

- Sinus cardiophrenicus kanan normal, kiri tertutup perselubungan

- Diafragma kanan normal, kiri tertutup perselubungan

- Pulmo:

o Corakan bronkovaskuler bertambah

o Tampak perselubungan opak homogen di hemithorax kiri bawah

KESAN :

Effusi pleura kiri

Berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah di

lakukan maka os di diagnosa efusi pleura sinistra.

34

Page 35: CASE EFUSI PLEURA.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudoyo A, dkk. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid III. Interna publishing.

Jakarta. 2010; 2329-38

2. Masnjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Jilid II. FK UI. Media

Aesculapius. Jakarta. 1982; 206-8.

3. Bahar A. Penyakit-Penyakit Pleura. Dalam: Soeparman, Sukaton U, Waspadji S,

et al. Editor. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 1998;

785-97.

4. Lesmana L. Efusi Pleura. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Medan. 2011

Di akses tanggal 20 mei 2016:

www.repository.ac.id

35