Upload
dinda24
View
118
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
case
Citation preview
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 81 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Janda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Ciwaringin Kalim RT 01/05
Masuk RS : 14 Mei 2013 Pukul : 08.45
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara Autoanamnesis dan alloanamnesis dengan anak-anak pasien pada tanggal
15 Mei 2013 pukul 16.00
a. Keluhan Utama
Nyeri pinggang ± sejak 11 hari SMRS
b. Keluhan Tambahan
Lutut sering kaku pada pagi hari
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD RSMM bogor dengan keluhan nyeri pinggang sejak 11
hari SMRS. Nyeri yang dirasakan pasien menjalar ke kaki sebelah kanan serta nyeri yang
dirasakan terus – menerus dan semakin nyeri dan yang dirasakan sangat nyeri sampai
pasien sulit untuk duduk dan juga berdiri serta sulit menggerakan kakinya akibat nyeri
sehingga pasien hanya dapat tidur saja. Pasien menyangkal adanya kebas, tebal ataupun
kesemutan pada kaki yang dirasakan sakit ataupun pada kaki yang sebelahnya. Namun
pasien mengeluhkan lutut pasien sering kaku di pagi hari, kaku yang dirasakan pasien di
1
pagi hari berlangsung ± sekitar 15 menit dan setelah itu kaku yang dirasakan tidak ada
lagi. Pasien menyangkal adanya gangguan dalam BAB dan juga BAK.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami hal seperti ini dahulunya yang terjadi pada kaki sebelah
kiri saat juli 2012 namun pasien masih dapat berdiri dan berjalan dan tidak semakin
parah. Pasien kontrol untuk masalah kaki kirinya ke poli neurologi di RSMM dan
dikatakan menderita osteoporosis dan sampai saat ini pasien sudah tidak mengeluhkan
pada kaki kiri pasien. Keluarga pasien mengatakan pasien sempat mengalami jatuh ±
sebanyak 4x namun keluarga tidak ada yang benar-benar mengetahui pastinya
kronologisnya hanya sempat yang terakhir jatuhnya pasien terjadi pada bulan april
ditemukan pasien sudah berada di lantai akibat terjatuh dengan posisi setengah duduk.
Pasien menyangkal adanya hipertensi, DM dan juga alergi terhadap obat maupun
makanan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang serupa dengan os dan juga tidak
ada yang memiliki penyakit hipertensi, DM, alergi, dan asma pada keluarga pasien.
f. Riwayat Kebiasaan
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien sering membawa benda berat serta
dahulunya mencuci pakaian sering dengan posisi membungkuk. Dan pasien sering
olahraga serta jalan saat dahulu.
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS INTERNA SINGKAT
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
Tanda Vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
2
Nadi : 84 x/ menit
Pernapasan : 22 x/ menit
Suhu : 36,6 ˚ C
BB : 75 kg
TB : 165 cm
Jantung : BJ I-II regular, Murmur (-), Gallop (-)
Paru : Suara napas Vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Abdomen : datar, supel, Nyeri tekan (-), BU + normal
Extremitas : Akral Hangat +/+/+/+, Oedem -/-/-/-
STATUS PSIKIATRI SINGKAT
Emosi dan Afek : Stabil, Serasi
Proses Berpikir : Baik
Kecerdasan : Baik
STATUS NEUROLOGI
Kesan Umum
Kesadaran : CM, GCS E4V5M6
Pembicaraan :
o Disartri : Tidak
o Monoton : Tidak
o Scanning : Tidak
o Afasia : Tidak
Kepala :
o Besar : normocephali
o Tortikolis : Tidak
o Mask (topeng) : Tidak
o Fullmoon : Tidak
o Lain-lain : Tidak
3
Pemeriksaan Khusus
1. Tanda Rangsang Meningeal
o Kaku kuduk : (-)
o Kerniq : 1350/1350
o Brudzinsky I : -/-
o Brudzinsky II : -/-
o Brudzinsky III : -/-
o Brudzinsky IV: -/-
2. Nervus Kranialis
Nervus I
Normosmia
Nervus II
Visus : tidak dilakukan
Campus warna : baik
Melihat warna : baik
Funduscopi : tidak dilakukan
Nervus III, IV, VI
Kedudukan bola mata : ortoforia / ortoforia
Pergerakan bola mata
Ke atas : (+)/(+)
Ke temporal : (+)/(+)
Ke bawah : (+)/(+)
Ke temporal bawah : (+)/(+)
Eksopthalmus : (-)/(-)
Ptosis : (-)/(-)
Pupil
Bentuk : bulat/bulat
Lebar : Ø 3mm/3mm
Anisokoria : tidak
4
Reaksi cahaya langsung : +/+
Reaksi cahaya konsensuil :+/+
Reaksi akomodasi :+/+
Reaksi konvergensi :+/+
Nervus V
Cabang motorik
Otot masseter : dalam batas normal
Otot temporal : dalam batas normal
Otot pterygoidus int./eks. : dalam batas normal
Cabang sensorik
I : baik
II : baik
III : baik
Refleks kornea langsung : +/+
Refleks kornea konsensuil : +/+
Nervus VII
Waktu diam
Kerutan dahi : simetris
Tinggi alis : simetris
Sudut mata : simetris
Lipatan nasolabial : simetris
Sudut mulut : simetris
Waktu gerak
Mengerut dahi : simetris
Menutup mata : simetris
Bersiul : simetris
Memperlihatkan gigi : simetris
Pengecapan 2/3 depan lidah : tidak dilakukan
Hiperakusis : tidak dilakukan
Sekresi air mata : tidak dilakukan
Nervus VIII
5
Vestibular
Vertigo : (-)
Nistagmus : (-)
Tinnitus aureum : tidak dapat dilakukan
Cochlear
Weber : tidak dilakukan
Rinne : tidak dilakukan
Schwabach : tidak dilakukan
Nervus IX, X
Bagian motorik
Suara biasa/ parau/ tidak bersuara : biasa
Kedudukan arcus faring : simetris
Kedudukan uvula : di tengah
Pergerakan arcus faring/ uvula : simetris
Detak jantung : reguler, murmur -, gallop -
Bising usus : (+)
Menelan : dapat
Bagian sensorik
Pengecapan 1/3 belakang lidah : tidak dilakukan
Refleks muntah : tidak dilakukan
Refleks palatum molle : tidak dilakukan
Nervus XI
Mengangkat bahu : baik
Memalingkan kepala : baik
Nervus XII
Kedudukan lidah waktu istirahat : di tengah
Atrofi : tidak
Fasikulasi/tremor : tidak
Kekuatan lidah menekan pada bagian dalam pipi : baik
6
3. Sistem Motorik
Kekuatan otot
Tubuh
Otot perut : baik
Otot pinggang : baik
Kedudukan diafragma:
Gerak : simetris
Istirahat : simetris
Lengan
M. deltoid (adduksi lengan atas) : 5/5
M. biceps (fleksi lengan atas) : 5/5
Fleksi sendi pergelangan tangan : 5/5
Ekstensi sendi pergelangan tangan : 5/5
Membuka jari-jari tangan : 5/5
Menutup jari-jari tangan : 5/5
Tungkai
Fleksi artic. Coxae : 5/5
Ekstensi artic. Coxae : 5/5
Fleksi sendi lutut : 5/5
Ekstensi sendi lutut : 5/5
Fleksi plantar kaki : 5/5
Ekstensi dorsal kaki : 4/5
Gerakan jari-jari : 5/5
Besar otot
Atrofi : (-)
Pseudoatrofi : (-)
Respon terhadap perkusi
Myoedema : (-)
Reaksi myotonik : (-)
7
Palpasi otot
Nyeri : (-)
Kontraktur : (-)
Konsistensi : baik
Tonus otot
Tonus otot Lengan Tungkai
Hipotoni (-) (-)
Spastik (-) (-)
Rigid (-) (-)
Rebound phenomen (-) (-)
Gerakan involunter
Tremor : (-)
Chorea : (-)
Athetose : (-)
Myokloni : (-)
Ballismus : (-)
Torsion spasme : (-)
Fasikulasi : (-)
Myokymia : (-)
Koordinasi
Jari tangan-jari tangan : baik
Jari tangan-hidung : baik
Ibu jari kaki-jari tangan : tidak dilakukan
Tumit-lutut : baik
Pronasi-supinasi : baik
Tapping dengan jari-jari tangan : tidak dilakukan
Station
Romberg test: tidak dilakukan
8
4. Sistem Sensorik
Rasa eksteroseptif
Rasa nyeri superfisial : baik
Rasa suhu (panas/dingin) : tidak dilakukan
Rasa raba ringan : kurang
Rasa propioseptif
Rasa getar : tidak dilakukan
Rasa tekan : baik
Rasa nyeri tekan : baik
Rasa gerak dan posisi lengan tungkai : baik
Rasa enteroseptif
Referred pain : tidak dilakukan
5. Gangguan Fungsi Luhur
Apraksia : (-)
Alexia : (-)
Agraphia : (-)
Fingeranogsia : (-)
Membedakan kanan dan kiri : (-)
Acalculia : (-)
6. Refleks
Refleks tendon/periost
Refleks biceps : +/+
Refleks triceps : +/+
Refleks patella : +/+
Refleks achilles : +/+
Refleks patologik
9
Tungkai
Babinski : -/-
Chaddock : -/-
Oppenheim : -/-
Rossolimo : -/-
Gonda : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
Lengan
Hoffman-tromer : -/-
Leri : -/-
Mayer : -/-
7. SSO
Miksi : baik
Defekasi : baik
Sekresi keringat : baik
Salivasi : baik
Gangguan vasomotor : tidak ada
Gangguan tropic kulit, kuku, rambut : tidak ada
8. Columna Vertebralis
Kelainan local
Pada perabaan : teraba spasme otot pada daerah m. trapezius
Skoliosis : (+) tampak curvature mayor pada daera
thoracal
Khyposis : (+)
Khyposkoliosis : (-)
Nyeri tekan/ketok lokal : (-)
Gerakan cervical vertebrae
Fleksi : baik
10
Ekstensi : baik
Lateral deviasi : baik
Rotasi : baik
Gerakan dari tubuh
Membungkuk : tidak nyeri, hanya sulit bangun karena pasien merasa berat
sehingga harus dibantu
Ekstensi : tidak dilakukan
Lateral deviasi : baik
9. Tes Provokasi
Lasseq -/-
Patrick -/-
Anti patrick -/-
Braggard -/-
Sicard -/-
IV. RESUME
Seorang perempuan 81 tahun datang ke IGD RSMM Bogor dengan keluhan nyeri
pinggang sejak 11 hari SMRS. Nyeri yang dirasakan pasien menjalar ke kaki sebelah kanan serta
nyeri yang dirasakan terus – menerus dan semakin nyeri dan yang dirasakan sangat nyeri sampai
pasien sulit untuk duduk dan juga berdiri serta sulit menggerakan kakinya akibat nyeri sehingga
pasien hanya dapat tidur saja. . Pasien menyangkal adanya kebas, tebal ataupun kesemutan pada
kaki yang dirasakan sakit ataupun pada kaki yang sebelahnya. pasien mengeluhkan lutut pasien
sering kaku di pagi hari, kaku yang dirasakan pasien di pagi hari berlangsung ± sekitar 15 menit
dan setelah itu kaku yang dirasakan tidak ada lagi. Pasien menyangkal adanya gangguan dalam
BAB dan juga BAK. Pasien juga mengalami jatuh sebanyak 4 kali yang terakhir terjadi di bulan
april.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, dengan
kesadaran compos mentis. Tanda vital pasien didapatan TD 130/80 mmHg, nadi 84x/m, suhu
36,6 0C dan pernafasan 22 x/ menit.
11
Pada status generalis pasien masih dalam batas normal. Status neurologis didapatkan GCS
E4M6V5 (15). Pada pemeriksaaan columna vertebralis, di dapatkan pundak kiri terlihat lebih
rendah dari pundak kanan, saat membungkuk : curvature mayor (+), dan palpasi : spasme daerah
m. trapezius, didapatkan.Lengan kanan/kiri : 5555/5555 tungkai kanan / kiri : 5555/5555.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 1 4 Mei 2013
Radiologi (Foto LumboSacral 2 Posisi) 03 Mei 2012
12
HEMATOLOGI
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hemoglobin 13.1 g/dl 13-18
Leukosit 7080 Mm3 4000-10.000
Trombosit 236.000 Mm3 150.000-400.000
Hematocrit 39 % 40-54
KIMIA DARAH
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
SGOT 21 U/l < 42
SGPT 13 U/l < 47
Ureum 30.3 Mg/dl 10-50
Kreatinin 0.89 Mg/dl 0.67-1.36
GDS 111 Mg/dl < 140
Deskripsi :
Scoliosis V Lumbalis
Corpus Vertebrae VTh XII, VL IV, tampak kompresi fraktur
Densitas/Trabeculasi tulang menurun, porotic
Discus Intervertebralis tak menyempit
Pedicles baik
KESAN :
Scoliosis V Lumbalis
Fraktur Kompresi VTh XII, VL IV
Spondilosis V Lumbalis I-V
Osteoporosis
V. DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Klinis : ischialgia
Diagnosis Topis : vertebrae lumbal
13
Diagnosis Etiologi : low back pain et causa fraktur kompresi, spondylosis lumbal
dengan osteoarthritis genu dextra, dengan skoliosis lumbal
VI. PEMERIKSAAN ANJURAN
- MRI
VII. PENATALAKSANAAN
Non-Farmakologi :
Tirah Baring dengan mobilidasi perlahan
Fisioterapi
Farmakologi :
IVFD Asering + Tramal 50 mg / 16 ttm
Toraxic 2 x 1
Ozid 1 x 1
Meloxicam 1 x 1
Metilprednisolon 3 x 1
Glucosamine 2 x 1
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : dubia ad Bonam
Ad sanationam : dubia ad Bonam
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Pendahuluan
Low Back Pain (nyeri pinggang belakang) sering dijumpai, terutama di negara-negara
industri. Diperkirakan 70 – 85 % dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama
hidupnya.
Data epidemiologi mengenai Low Back Pain di Indonesia belum ada, namun diperkirakan
40 % penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang,
prevalensi pada laki-laki 18.2% dan pada wanita 13.6%.
Low Back Pain merupakan nyeri pada daerah punggung antara sudut bawah costae sampai
lumbosakral. dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. LBP atau
nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh
aktivitas tubuh yang kurang baik.
II.2. Anatomi Vertebrae
Kolumna vertebralis terdiri dari 33 vertebrae (yang dihubungkan oleh kartilago dan
ligamenta), yaitu 7 vertebrae cervikalis (v. C 1-7), 12 vertebrae thorakalis (v T 1-12), vertebrae
lumbalis (v L 1-5), 5 vertebrae sakralis (v S 1-5), dan 4 vertebrae koksigealis (v. Co 1-4) yang
bergabung menjadi satu. (1)
15
Gambar.II.1. Anatomi Vertebrae 1
Setiap vertebrae memiliki korpus kecuali atlas dan arkus vertebrae yang membentuk
kanalis spinalis. Dua vertebrae yang berdekatan, besera jaringan penghubungnya embentuk 1
unit fungsional, setip unit fungsional terdiri dari :
- Bagian depan berfungsi sebagai penyangga (weight bearing). Terdiri dari 2 korpus
vertebrae dengan diskus inervertebralis diantaranya ( sebagai hydraulic shock
absorbing system). Dinding luar diskus intervertebralis, yaitu anulus fibrosus terdiri
dari jaringan fibroelastik yang kuat, membungkus nukleus pulposus (suatu matriks
gelatinosa)
- Bagian belakang berfungsi seagai pemandu gerak (gliding guiding). Terdiri dari 2
arkus vertebrae, 2 prosesus transversus, 1 prosesus spinosus posterior dan 2 pasang
persendian. (2)
Ligamentum yang membungkus dan menjaga stabilitas kolumna vertebralis, serta
melindungi myelum, diantaranya ligamntum longitudinalis anterior, ligamentum longitudinalis
posterior, ligamentum flavum, ligamentum supraspinosum, ligamentum interspinosum, dll.
Myelum atau medula spinalis berbentuk panjang, silindrik dan dibungkus oleh selaput
meningen, berada dalam (+ 2/3 bagan atas) kanalis spinalis. Secara imajiner, myelum dibagi
menjadi 31 segmen yaitu 8 segmen servikal, 12 segmen torakal, 5 segmen lumbal, 5 segmen
sakrum, dan 1 segmen koksigeal. Tiap segmen ini berhubungand engan 1 pasang saraf spinal
yang terdiri dari akar dosal (sensorik) dan akar ventral (motorik).
16
Gambar.II.2. Anatomi Vertebrae 2
II.3. Definisi (3)
Low Back Pain merupakan nyeri pada daerah punggung antara sudut bawah costae sampai
lumbosakral. dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. LBP atau
nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh
aktivitas tubuh yang kurang baik.
II.4. Etiologi (4)
II.4.1 Organ yang Mendasari
Berdasarkan organ yang mendasari, Low Back Pain dapat dibagi menjadi beberapa
jenis, yaitu :
a) LBP Viserogenik
Disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera didaerah pelvis, serta
tumor retroperitoneal. Nyeri yang dirasakan tidak bertambah berat dengan aktivitas
tubuh, juga tidak berkurang dengan istirahat. Penderita LBP viserogenik yang
mengalami neri hebat akan selalu menggeliat untuk mengurangi nyeri, sedang
penderita LBP spondilogenik akan lebih memilih berbaring diam dalam posisi
tertentu untuk menghilangkan nyerinya.
b) LBP vaskulogenik
Aneurisma atau penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri punggung atau
nyeri menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteria glutealis superior dapat menimbulkan
nyeri di daerah bokong, yang makin memberat saat jalan dan mereda saat berdiri.
Nyeri dapat menjalar ke bawah sehingga sangat mirip dengan iskialgia, tetapi rasa
nyeri ini tidak terpengaruh oleh presipitasi tertentu misalnya: membungkuk,
mengangkat benda berat yang mana dapat menimbulkan tekanan sepanjang kolumna
vertebralis. Klaudikatio intermitten nyerinya menyerupai iskialgia yang disebabkan
oleh iritasi radiks.
c) LBP neurogenik
17
o Neoplasma:
Rasa nyeri timbul lebih awal dibanding gangguan motorik, sesibilitas dan
vegetatif. Rasa nyeri sering timbul pada waktu sedang tidur sehingga
membangunkan penderita. Rasa nyeri berkurang bila penderita berjalan.
o Araknoiditis:
Pada keadaan ini terjadi perlengketan – perlengketan. Nyeri timbul bila
terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut
o Stenosis kanalis spinalis:
Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi discus
intervertebralis dan biasanya disertai ligamentum flavum. Gejala klinis
timbulnya gejala klaudicatio intermitten disertai rasa kesemutan dan nyeri
tetap ada walaupun penderita istirahat.
d) LBP spondilogenik
o Nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis
yang terdiri dari osteogenik, diskogenik, miogenik dan proses patologik di
artikulatio sacroiliaka.
e) LBP psikogenik
o Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau
campuran keduanya.
f) LBP osteogenik
o Radang atau infeksi misalnya osteomielitis vertebral dan spondilitis tuberculosa,
trauma yang dapat mengakibatkan fraktur maupun spondilolistesis, keganasan,
kongenital misalnya scoliosis lumbal, nyeri yang timbul disebabkan oleh iritasi
18
dan peradangan selaput artikulasi posterior satu sisi, metabolik misalnya
osteoporosis, osteofibrosis, alkaptonuria, hipofosfatemia familial.
o Fraktur kompresi lumbal : Pada seseorang yang mengalami osteoporosis rentan
sekali mengalamni fraktur dimanapun, pada fraktur kompresi terutama di lumbal
pada beberapa orag mungkin tidak menimbulkan keluhan namun ada juga yang
menimbulkan keluhan berupa nyeri pada tulang belakang yang biasanya bersifat
tajam, dan kadang – kadang fraktur itu sendiri dapat menyebabkan iritasi pada
akar syaraf sehingga dapat menimbulkan keluhan nyeri yang mejalar ke
sekitarnya. Selain itu gejala lain dan pemeriksaan fisik yang ada berupa ; kifosis,
tinggi badan berkurang.
g) LBP diskogenik
o Spondilosis
Proses degenerasi yang progresif pada discus intervertebralis, sehingga
jarak antar vertebra menyempit, menyebabkan timbulnya osteofit,
penyempitan kanalis spinalis dan foramen intervertebrale dan iritasi
persendian posterior. Rasa nyeri disebabkan oleh terjadinya osteoarthritis
dan tertekannya radiks oleh kantong duramater yang mengakibatkan
iskemi dan radang. Gejala neurologik timbul karena gangguan pada radiks
yaitu: gangguan sensibilitas dan motorik (paresis, fasikulasi dan atrofi
otot). Nyeri akan bertambah apabila tekanan LCS dinaikkan dengan cara
penderita disuruh mengejan (percobaan valsava) atau dengan menekan
kedua venajugularis (percobaan Naffziger).
o Hernia nucleus pulposus (HNP):
Keadaan dimana nucleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian
menekan kearah kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang robek.
19
Dasar terjadinya HNP yaitu degenerasi discus intervertebralis. Pada
umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang berlebihan misalnya
mengangkat benda berat, mendorong barang berat. HNP lebih banyak
dialami oleh laki – laki dibanding wanita. Gejala pertama yang timbul
yaitu rasa nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot – otot sekitar lesi
dan nyeri tekan ditempat tersebut. Hal ini disebabkan oleh spasme otot –
otot tersebut dan spasme ini menyebabkan berkurangnya lordosis lumbal
dan terjadi scoliosis. HNP sentral menimbulkan paraparesis flaksid,
parestesia dan retensi urin. HNP lateral kebanyakan terjadi pada L5-S1
dan L4-L5. pada HNP lateral L5-S1 rasa nyeri terdapat dipunggung
bawah, ditengah – tengah antara kedua bokong dan betis, belakang tumit
dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari V kaki juga berkurang dan reaksi
achilles negative. Pada HNP lateral L4-L5 rasa nyeri dan nyeri tekan
didapatkan di punggung bawah, bagian lateral bokong, tungkai bawah
bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki
berkurang dan refleks patella negative. Sensibilitas pada dermatom yang
sesuai dengan radiks yang terkena, menurun. Pada tes lasegue akan
dirasakan nyeri di sepanjang bagian belakang. Percobaan valsava dan
naffziger akan memberikan hasil positif.
o Spondilitis ankilosa:
Proses ini mulai dari sendi sakroiliaka yang kemudian menjalar keatas, ke
daerah leher. Gejala permulaan berupa rasa kaku dipunggung bawah
waktu bangun tidur dan hilang setelah mengadakan gerakan. Pada foto
roentgen terlihat gambaran yang mirip dengan ruas – ruas bamboo
sehingga disebut bamboo spine.
h) LBP miogenik
o Ketegangan otot
20
sikap tegang yang berulang – ulang pada posisi yang sama akan
memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa
nyeri timbul karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang
berlebihan pada perlekatan miofasialterhadap tulang, serta regangan pada
kapsula.
o Spasme otot atau kejang otot
Disebabkan oleh gerakan yang tiba – tiba dimana jaringan otot
sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang pemanasan.
Gejalanya yaitu adanya kontraksi otot yang disertai dengan nyeri yang
hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah
kontraksi.
o Defisiensi otot
Disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisasi yang
berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena imobilisasi.
o Otot yang hipersensitif
Menciptakan suatu daerah yang apabila dirangsang akan menimbulkan
rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu.
II.4.2. Berdasarkan mekanisme patologiknya (4)
a) Trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama Low Back Pain. Pada
orang-orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas
dengan beban yang berat dapat menderita nyeri pinggang yang akut.
21
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan
dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma
punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh
dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang berat
memerlukan pertolongan medis agar tidak mengakibatkan gangguan yang lebih
lanjut. Menurut Soeharso (1978), secara patologis anatomis, pada Low Back Pain
yang disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan, seperti:
o Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os
sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat
posisi supine. Pada pemerikasaan, lassague symptom positif dan pergerakan kaki
pada hip joint terbatas.
o Perubahan pada sendi Lumba Sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum, dan
dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan
nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan
keterbatasan gerak.
b) Infeksi
Infeksi pada sendi terbagi atas dua jenis, yaitu infeksi akut yang disebabkan oleh
bakteri dan infeksi kronis, disebabkan oleh bakteri tuberkulosis. Infeksi kronis
ditandai dengan pembengkakan sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.
Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada vertebra. Artritis
rematoid merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal.
Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis ankilosa atau
bamboo spine terutama mengenai pria dan teruta mengenai kolum vertebra dan
persendian sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri lokal dan menyebar
di daerah pnggang disertai kekakuan (stiffness) dan kelainan ini bersifat progresif.
22
c) Neoplasma
Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor jinak dapat
mengenai tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang sering dijumpai pada tumor
vertebra ialah adanya nyeri yang menetap. Sifat nyeri lebih hebat dari pada tumor
ganas daripada tumor jinak. Contoh tumor tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang
menyebabkan nyeri pinggang terutama waktu malam hari. Tumor ini biasanya
sebesar biji kacang, dapat dijumpai di pedikel atau lamina vertebra. Hemangioma
adalah contoh tumor benigna di kanalis spinal yang dapat menyebabkan nyeri
pinggang. Meningioma adalah tumor intradural dan ekstramedular yang jinak, namun
bila ia tumbuh membesar dapat mengakibatkan gejala yang besar seperti kelumpuhan.
d) Low Back Pain karena Perubahan Jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan jaringan pada tempat
yang mengalami sakit. Perubahan jaringan tersebut tidak hanya pada daerah
punggung bagian bawah, tetapi terdapat juga disepanjang punggung dan anggota
bagian tubuh lain. Beberapa jenis penyakit dengan keluhan LBP yang disebabakan
oleh perubahan jaringan antara lain:
o Osteoartritis (Spondylosis Deformans)
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan otot-ototnya juga menjadi
berkurang sehingga sangat memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau
sendi. Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang vetebra yang
menyebabkan tulang belakang menjadi tidak fleksibel seperti saat usia muda. Hal
ini dapat menyebabkan nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang.
o Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan Reumatism Muskuler. Penyakit ini ditandai
dengan nyeri dan pegal di otot, khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri
memberat saat beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan.
23
e) Kongenital
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah yang penting.
Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah adalah :
o Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae ( in
utero ) arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri. Pada
spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke depan.
Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam kandungan,
namun ( oleh karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif ) sesudah berumur
35 tahun, barulah timbul keluhan nyeri pinggang. Nyeri pinggang ini berkurang
atau hilang bila penderita duduk atau tidur. Dan akan bertambah, bila penderita itu
berdiri atau berjalan.
Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5 sehingga timbul nyeri
radikuler.
o Spina Bifida
Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh kulit
yang berbulu, maka hendaknya kita waspada bahwa didaerah itu ada tersembunyi
suatu spina bifida okulta.
Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus di
daerah lumbal atau sakral. Karena adanya defek tersebut maka pada tempat itu
tidak terbentuk suatu ligamentum interspinosum. Keadaan ini akan menimbulkan
suatu “lumbo-sakral sarain” yang oleh si penderita dirasakan sebagai nyeri
pinggang.
o Stenosis kanalis vertebralis
Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun penyakit telah ada
sejak lahir, namun gejala-gejalanya baru tampak setelah penderita berumur 35
24
tahun. Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri radikuler bila si penderita jalan
dengan sikap tegak. Nyeri hilang begitu penderita berhenti jalan atau bila ia
duduk. Untuk menghilangkan rasa nyerinya maka penderita lantas jalan sambil
membungkuk.
o Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus
intervertebralis, yang menyebabkan nyeri dan kekakuan.
o Spondylitis
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang . ini merupakan
penyakit sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama mengenai orang
muda dan menyebabkan rasa nyeri dan kekakuan sebagai akibat peradangan
sendi-sendi dengan osifikasi dan ankilosing sendi tulang belakang.
f) Low Back Pain karena Pengaruh Gaya Berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan berjalan dapat
mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan dapat menimbulkan komplikasi pada
bagian tubuh yang lain, misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan
sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengaharuskan berdiri dan duduk dalam waktu
yang lama juga dapat mengakibatkan terjadinya. Kehamilan dan obesitas merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya LBP akibat pengaruh gaya berat. Hal
ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang belakang akibat penumpukan lemak,
kelainan postur tubuh dan kelemahan otot.
II.5. Faktor Resiko (4)(5)
1. Usia
Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa saja, pada umur
berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10
25
tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih
sering dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada
mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima.
Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur
sekitar 55 tahun.
2. J enis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan nyeri
pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang
dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan
ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu
proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat
penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
3. Faktor Indeks Masa Tubuh
Berat Badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri pinggang
lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga
dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
Tinggi Badan
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban
anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.
4. Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat,
sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab serta
penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang
biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari
25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.
26
5. Aktifitas atau Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak
disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan
seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat
menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk
dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang
seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang
salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah
seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas
lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi
mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban
merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok
terlebih dahulu.
27
Gambar.II.3. Posisi yang benar
II.6. Klasifikasi Low Back Pain
Menurut Bimariotejo (2009), berdasarkan perjalanan kliniknya LBP terbagi
menjadi dua jenis, yaitu:
a. Acute Low Back Pain
Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba
dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa
minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat
disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri
dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan,
juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius,
fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai
saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
b. Chronic Low Back Pain
Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan. Rasa
nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki
onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain
dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang
termasuk dalam low back pain terdiri dari :
a) Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi:
Superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari
vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal
tangensial terhadap batas lateral spina lumbalis.
28
b) Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis transversal
imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra sakralis pertama, inferior
oleh garis transversal imajiner yang melalui sendi sakrokoksigeal posterior dan
lateral oleh garis imajiner melalui spina iliaka superior posterior dan inferior.
c) Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan
1/3 atas daerah sacral spinal pain. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah
daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain.
II.7. Diagnosis (4)
II.7.1. Anamnesis
Nyeri pinggang bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala dari suatu
penyakit. Karena itu diperlukan anamnesis dan pemeriksaan yang seksama.
Pada anamnesis perlu ditanyakan bagaimana awal permulaan terjadinya nyeri,
seperti apa rasa nyerinya, lokasi nyeri, dan apakah ada penjalaran. Selain itu ditanyakan
apakah ada hal hal yang memperingan atau memperberat nyerinya. Apakah ada riwayat
trauma sebelumnya. Ditanyakan juga apakh ada gangguan sensorik atau motorik seperti
rasa tebal atau kesemutan. Untuk sistem otonom, dapat ditanyakan apakah ada gangguan
buang air kecil atau buang air besar dan ditanyakan juga apakah sudah berobat
sebelumnya dan apakah ada perngaruh dari pengobatan itu.
II.7.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri punggung
meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi
evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks.
a) Inspeksi :
o Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan
menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.
29
o Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat
nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya
skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh
spasme otot paravertebral.
o Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita:
Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
Ekstensi ke belakang (back extension) seringkali menyebabkan nyeri
pada tungkai bila ada stenosis foramen intervertebralis di lumbal dan
artritis lumbal, karena gerakan ini akan menyebabkan penyempitan
foramen sehingga menyebabkan suatu kompresi pada saraf spinal.
Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri
pada tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang
terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan
pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada
fragmen yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).
o Tanda Minor
o Penderita bangun dari posisi uduk dengan bertopag pada sisi yang sehat,
tangan di punggung,, sambil menekuk tungkai yang sakit.
b) Palpasi :
o Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan
menekan pada ruangan intervertebralis.
o Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidak-rataan (step-off)
pada palpasi di tempat/level yang terkena.
30
o Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari
adanya fraktur pada vertebra.
c) Pemeriksaaan Motorik
o Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk
menemukan abnormalitas motoris.
o Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
Berjalan dengan menggunakan tumit.
Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )
d) Pemeriksaan Sensorik
o Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian dari
penderita dan tak jarang keliru
o Nyeri dalam otot.
o Rasa gerak
e) Refleks
o Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella,
respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya
lesi pada saraf spinal.
Special Test (6)
Tes Lasegue:
31
Mengangkat tungkai dalam keadaan ekstensi. Positif bila pasien tidak
dapatmengangkat tungkai kurang dari 60° dan nyeri sepanjang nervus
ischiadicus. Rasa nyeri dan terbatasnya gerakan sering menyertai radikulopati,
terutama pada herniasi discus lumbalis / lumbo-sacralis.
Gambar II.4. Test Lasegue
Tes Patrick dan anti-patrick:
Fleksi-abduksi-eksternal rotation-ekstensi sendi panggul. Positif jika
gerakan diluar kemauan terbatas, sering disertai dengan rasa nyeri. Positif pada
penyakit sendi
panggul,
negative pada
ischialgia.
32
Gambar II.5. Tes Patrick dan anti-patrick
Tes Kernig
Pasien terlentang, paha difleksikan, kemudian meluruskan tungkai bawah
sejauh mungkin anpa timbul rasa nyeri yang berarti. Positif jika terdapat spasme
involunter otot semimembraneus, semitendinosus, biceps femoris yang
membatasi ekstensi lutut dan timbul nyeri.
Tes Naffziger
Dengan menekan kedua vena jugularis, maka tekanan LCS akan meningkat,
akan menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, timbul nyeri radikuler.
Positif pada spondilitis.
Tes valsava
Penderita disuruh mengejan kuat maka tekanan LCS akan meningkat,
hasilnya sama dengan percobaan Naffziger.
Spasme m. Psoas
Diperiksa pada pasien yang berbaring terlentang dan pelvis ditekan kuat –
kuat pada meja oleh sebelah tangan pemeriksa, sementara tangan lain
33
menggerakkan tungkai ke posisi vertical dengan lutu dalam keadaan fleksi
tegak lurus. Panggulsecara pasif mengadakan hiperekstensi ketika pergelangan
kaki diangkat. Terbatasnya gerakan ditimbulkan oleh spasme involunter
m.psoas.
Tes Gaenselen
Terbatasnya fleksi lumbal secara pasif dan rasa nyeri yang diakibatkan
sering menyertai penyakit pada art. Lumbal / lumbo-sacral. Dengan pasien
berbaring terlentang, pemeriksa memegang salah satu ekstremitas bawah
dengan kedua belah tangan dan menggerakkan paha sampai pada posisi fleksi
maksimal. Kemudian pemeriksa menekan kuat – kuat ke bawah kearah meja
dan ke atas kearah kepala pasien, yang secara pasif menimbulkan fleksi
columna spinalis lumbalis.
II.7.3. Pemeriksaan Penunjang (4)
a) Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap darah
(LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi ginjal.
b) Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen biasa (plain photos) : sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang
terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu
skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level neurologis
telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
34
Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama pada pasien
yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau dengan alat fiksasi metal. CT
mielografi dilakukan dengan suatu zat kontras berguna untuk melihat dengan lebih
jelas ada atau tidaknya kompresi nervus atau araknoiditis pada pasien yang
menjalani operasi vertebra multipel dan bila akan direncanakan tindakan operasi
terhadap stenosis foraminal dan kanal vertebralis.
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan menunjukkan
berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah ortopedi tetap
memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang paling terkena. MRI
sangat berguna bila:
vertebra dan level neurologis belum jelas
kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan lunak
untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
Elektromiografi (EMG) :
Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/neurofisiologis sangat
berguna pada diagnosis sindroma radiks. Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :
Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks
Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer
Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks
II.8. Penatalaksanaan (7)
Konservatif
o Tirah baring 2-3 hari pertama untuk mengurangi nyeri.
35
o Medikasi: obat anti-nyeri diberikan dengan interval biasa dan
digunakan hanya jika diperlukan. Mulai dengan parasetamol atau
NSAID. Jika tidak ada perbaikan, coba campuran parasetamol dengan
opioid. Pertimbangkan tambahan muscle relaxant tetapi hanya untuk
jangka pendek, mengingat bahaya ketergantungan.
o Manipulasi: dipertimbangkan untuk kasuskasus yang membutuhkan
obat penghilang nyeri ekstra dan belum dapat kembali bekerja dalam 1-
2 minggu. Terapi dan intervensi lain: belum ada penelitian mengenai
terapi dengan traksi, termis ultrasound, akupuntur, sabuk penyangga,
ataupun pijatan.
o Edukasi kepada pasien mengenai keadaan pasien, berika dorongan
positif mengenai penyakit pasien.
Operatif
Dilakukan pada keadaan :
o Cara konservatif yang adekuat selama 3-4 minggu tidak berhasil
o Kompresi akar saraf yang megakibatkan kelumpuhan otot (misanya
footdrop)
II.9. Penyakit yang Sering Menyebabkan Low Back Pain
II.9.1. Hernia Nucleus Pulposus
II.9.1.1. Definisi
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menonjolnya nucleus pulposus ke
dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi annulus fibrosus korpus vertebralis
yang merupakan penyebab tersering nyeri pugggung bawah yang bersifat akut,
kronik atau berulang. HNP mempunyai banyak sinonim antara lain Herniasi
Diskus Intervertebralis, ruptured disc, slipped disc, prolapsus disc.
36
Gambar.II.6. HNP
II.9.1.2. Etiologi dan Patofisiologi
HNP terjadi karena proses degeneratif diskus intervetebralis. Keadaan
patologis dari melemahnya annulus merupakan kondisi yang diperlukan untuk
terjadinya herniasi. Penyebab utama terjadinya HNP adalah cidera, cidera dapat
terjadi karena terjatuh tetapi lebih sering karena posisi menggerakkan tubuh yang
salah.
Akibat peregagan ada ligamentum longitudinalis posterior, timbul rasa
nyeri pinggang bawah. Sedangkan pnekanan pada akar saraf dapat menimbulkan
nyeri radikuler, gangguan sensorik/motorik yang sesuai dengan distribusi segmen
saraf yang terganggu.
Paling sering mengenai diskus L4-L5 (dengan kegala kompresi akar saraf
L5) atau L5-S1 (degan gejala kompresi akar saraf S1).
37
Gambar II.7. HNP 2
II.9.1.3. Gambaran Klinis
Nyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal
(jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan
perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya.
Penekanan terhadap radiks posterior yang masih utuh dan berfungsi
mengakibatkan timbulnya nyeri radikular. Jika penekanan sudah menimbulkan
pembengkakan radiks posterior, bahkan kerusakan structural yang lebih berat
gejala yang timbul ialah hipestesia atau anastesia radikular. Nyeri radikular yang
bangkit akibat lesi iritatif diradiks posterior tingkat cervical dinamakan brakialgia,
karena nyerinya dirasakan sepanjang lengan. Sedangkan nyeri radikular yang
dirasakan sepanjan tungkai dinamakan iskialgia, karena nyerinya menjalar
sepanjang perjalanan. iskiadikus dan lanjutannya ke perifer.
Gejala klasik dari HNP lumbal adalah : nyeri punggung bawah yang
diperberat dengan posisi duduk dan nyeri menjalar hingga ekstremitas bawah.
Nyeri radikuler atau sciatica, biasanya digambarkan sebagai sensasi nyeri tumpul,
rasa terbakar atau tajam, disertai dengan sensasi tajam seperti tersengat listrik yang
intermiten. Level diskus yang mungkin mengalami herniasi dapat dievaluasi
berdasarkan distribusi tanda dan gejala neurologis yang timbul. Sindrom lesi yang
terbatas pada masing – masing radiks lumbalis :
38
o L3 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L3, parestesia
otot quadrisep femoris, reflex tendon kuadrisep (reflex patella) menurun atau
menghilang.
o L4 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L4, parestesia
otot kuadrisep dan tibialis anterior dan tibialis anterior, reflex patella berkurang.
o L5 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom L5, parestesis
dan kemungkinan atrofi otot ekstensor halusis longus dan digitorium brevis, tidak
ada reflex tibialis posterior.
o S1 : Nyeri, kemungkinan parestesia atau hipalgesia pada dermatom S1, paresis
otot peronealis dan triseps surae, hilangnya reflex triseps surae (reflex tendon
Achilles).
Gambar II.8. Nerve
II.9.1.4. Penatalaksanaan
Terapinya berupa konservatif dan pembedahan.
a. Terapi konservatif :
39
- Pada penderita dengan gejala klinik ringan :
Mencegah gerakan gerakan yang menimbukan keluhan dan tirah baring pada saat timbul keluhan.
Analgesik bila perlu
Terapi fisik (dengan terapi panas, latihan, korset lumbal)
- Pada penderta dengan gejala klinik berat
Tirah baring (alas keras)
Analgesik, pelemas otot (misalnya diazepam), antiinflamasi (aspirin, NSAID)
Terapi fisik (traksi pinggul)
b. Terapi pembedahan
Dilakukan pada keadaan keadaan berikut ini :
1. Cara konservatif yang adekuat selama 3-4 minggu tidak berhasil
2. Midline disc protrusion dengan gejala kompresi kauda
Gambar II.9 Midline disc protrusion
3. Kompresi akar saraf yang megakibatkan kelumpuhan otot (misanya footdrop)
II.9.2. Spondilosis Lumbal (4)
Yaitu keadaan patologik yang ditandai dengan adanya generasi intevertebralis serta korpus vertebrae diatas dan dibawahnya.
40
Gambar II.10. Spndilosis Lumbal
Patofisiologi :
Dengan bertambahnya usia, teradi perubahan degeneratif dari diskus intervertebralis, kalsifikasi anulus fibrosus, serta perubahan hipertrofik pada perrmukaan korpus vertebrae yang berupa tonjolan tulang (osteofit). Dengan terjadinya penyempitan diskus intervertebralis maupun subluksasi sendi intervertebralis, mengakibatkan foramen intervertebralis makin menyempit.
Gambaran klinik:
a. LBP, terutama saat berdiri atau berjalan dan berkurang pada posisi berbaring
b. Gejala penekanan akar saraf,myelum atau kauda ekuina sebagai akibat terbentuknya osteofit dan stenosis lumbalis.
II.9.3. Spondylolisis dan Spondylolisthesis
Spondylolistesis adalah bergesernya korpus vertebralis ke arah depan terhadap korpus vertebra di bawahnya. Sering kali disertai dengan spondylolisis, yaitu fraktur atau lepasnya bagian belakang vertebra yang mengakibatkan hilangnya kontinuitas prosesus artikularis superior dan inferior.
41
Gambar II.10 Spondylolisthesis
Patofisiologi:
Spondylolisis dan spondylolistsis dapat kongenital atau pun didapat (karena kelainan degeneratif pada tulang belakang)
Gambaran klinik:
a. LBP,dapat dialami sejak kecil dan semakin berat dengan bertambahnya usia, terutama pada gerakan ekstensi
b. Dapat pula disertai dengan gejala penekanan akar saraf atau kauda ekuina
Pemeriksaan tambahan dapat dengan foto rontgen lumbosakra yang menunjukkan gambaran scotty dog
Terapinya berupa konservatif dan pembedahan.
II.9.4. Stenosis Kanalis Lumbal
Adalah penyempitan kanalis spinalis serta foramen intervertebralis yang mengakibatkan kompresi akar saraf lumbosakral.
42
Gambar II.21 Stenosis Kanalis Spinalis
Patofisiologi:
Penyempitan kanalis spnalis dapat disebabkan karena kelainan kongenital atau didapat, seprerti hipertrofi vertebra dan ligamentum interspinalis, displacement diskus intervertebralis.
Gambaran klinik :
a. Nyeri radikuler bilateral
b. Klaudikasio yang berarti nyeri pada tungkai makin hebar pada saat berjalan dan berkurang pada saat duduk
c. Nyeri bertambah hebat pada posisi berdiri atau saat meliukkan badan ke belakang
Pemeriksaan tambahan berypak myelografi, CT scan atau MRI
Terapinya berupa konservatif atau pembedahan.
43
Disease or condition
Patient age (years)
Location of pain Quality of pain
Aggravating or relieving factors Signs
Back strain 20 to 40 Low back, buttock, posterior thigh
Ache, spasm Increased with activity or bending
Local tenderness, limited spinal motion
Acute disc herniation
30 to 50 Low back to lower leg
Sharp, shooting or burning pain, paresthesia in leg
Decreased with standing; increased with bending or sitting
Positive straight leg raise test, weakness, asymmetric reflexes
Osteoarthritis or spinal stenosis
>50 Low back to lower leg; often bilateral
Ache, shooting pain, “pins and needles” sensation
Increased with walking, especially up an incline; decreased with sitting
Mild decrease in extension of spine; may have weakness or asymmetric reflexes
Spondylolisthesis Any age Back, posterior thigh
Ache Increased with activity or bending
Exaggeration of the lumbar curve, palpable “step off” (defect between spinous processes), tight hamstrings
Ankylosing spondylitis
15 to 40 Sacroiliac joints, lumbar spine
Ache Morning stiffness Decreased back motion, tenderness over sacroiliac joints
Infection Any age Lumbar spine, sacrum
Sharp pain, ache
Varies Fever, percussive tenderness; may have neurologic abnormalities or decreased motion
Malignancy >50 Affected bone(s)
Dull ache, throbbing pain; slowly progressive
Increased with recumbency or cough
May have localized tenderness, neurologic signs or fever
BAB III
44
KESIMPULAN
Low back pain adalah nyeri pada daerah punggung antara sudut bawah costae sampai
lumbosakral. dapat menyerupai nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. LBP atau
nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh
aktivitas tubuh yang kurang baik.
Yang dimana penyebabnya merupakan multifaktorial, dan banyak juga factor resiko yang
dapat meningkatkan terjadinya low back pain itu sendiri.
Perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang untuk
menegakan diagnosis dengan tepat sehingga dapat diterapi dengan tepat. Terapi yang dilakukan
pada keluhan “low back pain” meliputi terapi konservatif hingga terapi pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA
45
1. Heinemann, S. Functional Anatomy of The Spine. Edisi kedua.Philadelphia:
Elsevier. 2005. P.3-13.
2. Vinjamaram, S. Anatomy of The Spine. 2010. http://www.scoi.com/spine.php.
[diakses 15 Mei 2013].
3. Anonnymous. Definition of Low Back Pain . 2011.
http://www.google.co.id/search?
tbm=bks&hl=id&q=definition+low+back+pain&btnG=. [diakses 15 Mei
2013].
4. Anonnymous. Low Back Pain . 2009.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24616/4/Chapter%20II.pdf.
[diakses 15 Mei 2013].
5. Turk, D. From Acute to Chronic Back Pain. Edisi pertama.New York.: Oxford
University. 2012. P84-86.
6. Hunterpshysics. Orthopaedic and Muscles Test . 2012.
http://quizlet.com/15687357/phmd-orthopedic-and-muscle-tests-quiz-1-flash-
cards/. [diakses 15 Mei 2013].
7. Simon, D. Evidence Based Management of Low Back Pain .Edisi Pertama.
Philadelphia: Elsevier. 2012. P45-50.
46