30
Case Report Session AKNE VULGARIS OLEH : NISAUL HAFIZA 15100707360803045 PRESEPTOR : Dr. Yose Rizal, Sp.KK SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH 1

Case Report Session.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

css

Citation preview

Page 1: Case Report Session.doc

Case Report Session

AKNE VULGARIS

OLEH :

NISAUL HAFIZA

15100707360803045

PRESEPTOR :

Dr. Yose Rizal, Sp.KK

SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

RSUD DR.ACHMAD MOCHTAR

2015

1

Page 2: Case Report Session.doc

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea

yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (FKUI,

2013). Definisi lain akne vulgaris dijelaskan oleh Dr. Marwali Harahap

adalah peradangan kronis folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya

komedo, papula, pustule, dan kista pada daerah-daerah predileksi, seperti

muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior, dada, dan punggung.

1.2 Epidemiologi

Umumnya akne vulgaris terjadi pada sekitar umur 14-17 tahun pada

wanita, 15-19 tahun pada pria. Pada seorang gadis, acne vulgaris dapat terjadi

pada masa premenarche. Setelah masa remaja kelainan ini berangsur

berkurang. Namun kadang-kadang terutama pada wanita dapat menetap

sampai usia 30-an atau bahkan lebih.

Berdasarkan data statistic, ras oriental (Jepang, Cina, korea) lebih jarang

menderita akne vulgaris dibandingkan dengan ras kaukasia (Eropa, Amerika),

dan lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih dari pada negro. Hasil

penelitian yang dipublikasikan pada buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

FKUI Edisi keenam tahun 2013, diketahui bahwa mereka yang bergenotip

XYY mendapat akne vulgaris yang lebih berat.

1.3 Etiologi dan Patogenesis

Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada 4

pathogenesis yang paling berpengaruh pada timbulnya akne vulgaris, yaitu :

1. Produksi sebum yang meningkat.

Pada individu akne, secara umum ukuran folikel sebasea serta

jumlah lobus tiap eklenjar bertambah. Eksresi sebum ada di bawah

2

Page 3: Case Report Session.doc

control hormone androgen. Hormone androgen berperan pada

perubahan sel-sel sebosit dan sel-sel keratinosit folikular sehingga

menyebabkan terjadinya mikrokomedo dan komedo yang akan

berkembang menjadi sel-sel inflamasi. Selp-sel sebosit dan keratinosit

folikel pilosebasea memiliki mekanisme selular yang digunakan untuk

mencerna hormone androgen, yaitu enzim-enzim 5-alfa-reduktase,

3beta dan 7 beta hidroksisteroid dehidrogenase yang terdapat pada sel

sebosit basal yang belum berdiferensiasi. Setelah sel-sel sebosit

berdiferensisasi kemudian terjadi rupture dengan melepaskan sebum

ke dalam duktus pilosebasea. Proses diferensiasi sel-sel sebosit

tersebut dipicu oleh hormone androgen yang akan berikatan dengan

reseptornya pada inti sel sebosit, selanjutnya terjadi stimulus

transkripsi gen dan diferensiasi sebosit.

2. Hiperproliferasi folikel pilosebasea

Lesi akne dimulai dengan mikrokomedo yang terbentuk karena

kesalahan deskuamasi abnormal folikel yaitu epitel tidak dilepaskan

satu persatu ke dalam lumen. Penelitian menunjukkan adanya

peningkatan proliferasi keratinosit basal dan diferensiasi abnormal sel-

sel keratinosit folikular yang disebabkan karena berkurangnya asam

linoleat sebasea

3. Kolonisasi P.Acne

PA merupakan mikroorganisme pertama yangditemukan di daerah

infra infundibulum dan PA dapat mencapai permukaan kulit dengan

mengikuti aliran sebum. PA akan meningkat jumlahna seiring dengan

meningkatnya jumlah trigliserida dalam sebum yang merupakan nutrisi

bagi PA.

4. Proses inflamasi

PA diduga berperan penting menimbulkan inflamasi pada AV

dengan menghasilkan factor kemotaktik dan enzim lipase yang akan

mengubah trigliserida menjadi asam lemak bebas, sehingga dapat

menstimulasi aktivasi jalur klasik dan alternative komplemen.

3

Page 4: Case Report Session.doc

Gambar 1. Gambaran klinis akne vulgaris

(http://mizzouderm.com/uploads/4/4/2/3/4423869/1328985)

Patogenesa terjadinya akne vulgaris dapat dilihat di dalam gambar 2 di

bawah ini ;

Usia Hormonal Ras StressFamilial Cuaca keratinisasi abnormal Kelenjar palit komedogenik

Trigliserida asam lemak bebas kental sumbatan fol.rambut

Lipase Flora N Pecah Komedo

Papul Nodul

Kemotaktik Peradangan Kulit (pustule, kista)

Jaringan parut Hiperpigmentasi

Gambar 2. Etiopatogenesis acne

4

Page 5: Case Report Session.doc

1.4 Gejala KlinisTempat predileksi akne vulgaris adalah wajah dan leher (99%), punggung

(60%), dada (15%), bahu, lengan atas.

Erupsi kulit polimorf, dengan gejala predominan salah satunya, komedo,

papul yang tidak beradang dan pustule, nodus, dan kista yang beradang.

Kadang-kadang disertai rasa gatal dan nyeri, namun umumnya keluhan

penderita adalah keluhan estetis. Komedo adalah gejala patognomonik bagi

akne vulgaris berupa papul miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan

sebum, bila berwarna hitam akibat mengandung unsure melanin disebut

komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open comedo). Sedang

bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung

unsure melanin disebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup (white

comedo, close comedo).

Di bawah ini diperlihatkan kelenjar sebasea yang normal (gambar 2) dan

yang mengalami sumbatan (gambar 3).

Gambar 3. Kelenjar sebasea yang normal

(https://yumizone.files.wordpress.com/2012/08)

5

Page 6: Case Report Session.doc

Gambar 4. Komedo terbuka

(https://yumizone.files.wordpress.com/2012/08)

Dibawah ini terlihat gejala lesi patognomonik pada akne vulgaris sebagai

komedo baik komedo tertutup atau komedo terbuka (gambar 4).

Gambar 5. Komedo tertutup dan komedo terbuka

(http://nanospraycenter.com/wp-content/uploads/2014/01)

6

Page 7: Case Report Session.doc

1.5 Gradasi

Gradasi yang menunjukkan berat ringannya penyakit diperlukan bagi

pilihan pengobatan. Ada berbagai pola pembagian gradasi penyakit akne

vulgaris yang dikemukakan.

Plewig dan Kligman (1975) :

1. Komedonal yang terdiri atas gradasi :

a. Bila ada kurang dari 10 komedo dari satu sisi muka

b. Bila ada 10-24 komedo

c. Bila ada 25-50 komedo

d. Bila ada lebih dari 50 komedo

2. Papulopustul, yang terdiri atas 4 gradasi

a. Bila ada kurang dari 10 lesi papulopustul dari satu sisi muka

b. Bila ada 10-20 lesi papulopustul

c. Bila ada 21-30 lesi papulopustul

d. Bila ada lebih dari 30 lesi papulopustul

3. Konglobata

Penulis (1982) di bagian ilmu kulit kelamin FKUI/RSUPN Dr.Cipto

Mangunkusumo membuat gradasi akne vulgaris sebagai berikut :

a. Ringan, bila : - komedo < 20, atau

- Lesi inflamasi < 15

- Total lesi < 30

b. Sedang, bila : - komedo 20-100 atau

- Lesi inflamasi 15-50, atau

- Total lesi 30-125

c. Berat, bila : - kista > 5 atau komedo < 100, atau

- Lesi inflamasi > 50, atau

- Total lesi > 125

7

Page 8: Case Report Session.doc

1.6 Diagnosis

Diagnosis acne vulgaris ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik.

1.7 Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk akne vulgaris adalah :

1. Erupsi akneiformis. Adalah peradangan folikular akibat adanya iritasi

epitel duktus pilosebasea yang terjadi karena ekskresi substansi penyebab

(obat) pada kelenjar kulit. Kelainna ini bukan merupakan reaksi alergi.

Kelainan ini terjadi dengan manifestasi klinis papulopustular, monomorfik

atau oligomorfik, pada mulanya tanpa komedo. Komedo dapat terjadi

sekunder setelah system sebum ikut terganggu. Obat-obat yang biasanya

menyebabkan akne ini misalnya kortikosteroid, INH, barbiturate, bromide,

yodida, difenil hidantoin, trimetadion, ACTH, dan lainnya. Akne ini dapat

terjadi pada seluruh tubuh yang memiliki folikel pilosebasea. Dapat

disertai demam, malese, tidak terasa gatal dan dapat terjadi di semua usia.

2. Dermatititis perioral yang terjadi terutama pada wanita dengan gejala

klinis polimorfi eritema, papul, pustule, disekitar mulut yang terasa gatal.

3. Folikulitis pityrosporum (malasezia folikulitis). Adalah penyakit kronis

pada folikel pilosebasea yang disebabkan oleh spesies pitirosporum,

berupa papul merah terang dan pustule folikular yang biasanya gatal dan

terutama berlokasi di batang tubuh, leher, dan lengan bagian atas. Penyakit

ini biasanya mengenai usia dewasa muda ataupun paruh baya. Pada

penyakit ini ditemukan komedo atau kista. Pada penyakit ini jarang

ditemukan d wajah. Penyakit ini tidak mempan dengan antibiotic.

4. Folikulitis. Adalah peradangan folikel rambut disebabkan oleh

stafilococcuus. Paling sering terdapat pada kulit kepala dan ektremitas.

Penyakit ini dapat mengenai semua umur, lebih sering dijumpai pada

anak-anak. Lebih sering pada iklim panas dan daerah tropis. Manifestasi

klinis dari folikulitis adalah macula eritematosa disertai papula atau

8

Page 9: Case Report Session.doc

pustula yang ditembus oleh rambut. Pasien biasanya mengeluhkan rasa

gatal dan rasa terbakar pada daerah rambut.

5. Rosasea. Merupakan penyakit peradangan kronik di daerah muka dengan

gejala eritema, pustule, telangiektasi, dan kadang-kadanag disertai

hipertrofi kelenjar sebasea. Tidak terdapat komedo kecuali bila kombinasi

dengan akne.

6. Dermatititis seboroik. Adalah kelainan kulit papuloskuamosa dengan

predileksi di daerah kaya kelenjar sebasea, scalp, wajah, dan badan. Ini

disebabkan oleh meningkatnya lapisan sebum pada kulit, kualitas sebum,

respon imunoogis terhadap Pityrosporum, degradasi sebum dapat

mengiritasi kulit sehingga terjadi mekanisme eksema. Diagnosis

ditegakkan berdasarkan morfologi khas lesi eksema dengan skuama

kuning berminyak di daerah predileksi.

7. Agne agminata ( Lupus miliaris disseminatus facei). Ini adalah penyakit

kulit yang jarang terjadi, kronis. Agne agminata adalah penyakit kulit

inflamasi yang multiple, monomorfik, diskret, simetris, papula coklat

kemerahan di dagu,

dahi, pipi dan kelopak mata yang menunjukkan histologi khas

granulomatosa. penyakit kulit langka yang biasanya terjadi pada anak

muda

orang dewasa baik

8. Adenoma sebaseum

1.8 Penatalaksanaan

Pencegahan

1. Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dan perubahan isi

sebum dengan cara : diet rendah lemak dan karbohidrat, melakukan

perawatan kulit untuk membersihkan wajah minimal 2 kali sehari.

2. Menghindari terjadinya factor pemicu terjadinya akne misalnya, hidup

teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi tubuh, hindari

9

Page 10: Case Report Session.doc

stress, b) penggunaan kosmetika secukupnya, c) menjauhi terpacunya

kelenjar minyak, misalnya minuman keras, pedas, rokok, lingkungan yang

tidak sehat dan sebagainya, d) menghindari polusi debu, pemencetan lesi

yang tidak lege artis.

3. Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab

penyakit, pencegahan, dan cara maupun lama pengobatannya, serta

prognosisnya.

Pengobatan

1. Pengobatan topical

Pengobatan topical dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo,

menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat topical

terdiri atas :

a. Bahan iritan yang dapat mengelupaskan kulit (peeling), misalnya

sulfur (4-8 %), resorsinol (1-5%), asam salisilat (2-5%), peroksida

benzoil (2,5-10), dan asam azalea (15-20%). Kemudian digunakan

pula asam alfa hidroksi (AHA), misalnya asam glikolat (3-8 %). Obat

lain adalah retinoid. Efek samping obat iritan dapat dikurangi dengan

cara pemakaian berhati-hati dimulai dengan konsentrasi yang paling

rendah. Retinoid ialah suatu molekul yang secara langsung atau

melalui konversi metabolic mengikat dan mengaktifkan reseptor asam

retinoid. Sediaanya ada tiga ialah krim 0,025 %, 0,05 %, dan 0,1 %,

gel 0,01 %, solusio 0,05 %. Obat yang lebih baru ialah gel atau losio

adapolin dan gel atau krim tazarotin 0,1 %. Benzoil peroksida efektif

terhadap papula dan pustule superfisialis.

b. Antibiotic topical yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam

folikel yang berperan dalam etiopatogenesis akne vulgaris, misalnya

oksi tetrasiklin (1%), eritromisin (1%), klindamisin fosfat (1%).

c. Antiperadangan topical, salap atau krim kortikosteroid kekuatan ringan

atau sedang (hidrocortison 1-2,5 %) atau suntikan intralesi

10

Page 11: Case Report Session.doc

kortikosteroid kuat (triamsinolon asetonid 10 mg/cc) pada lesi nodulo-

kistik.

d. Lainnya, misalnya etil laktat 10 % untuk menghambat pertumbuhan

jasad renik.

2. Pengobatan sistemik

Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas

jasad renik di samping dapat juga mengurangi reaksi radang, menekan

produksi sebum, dan mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan

obat sistemik terdiri atas :

a. Antibakteri sistemik; tetrasiklin (250 mg-1 g/hari), doksisiklin (50

mg/hari), eritromisin (4x250 mg/hari), azitromisin 250-500 mg

seminggu 3x, dan trimetroprim-sulfametoksazol untuk akne yang

parah dan tidak responsive dengan obat lain, karena efek sampingnya.

Obat lain adalah klindamicin dan dapson (50-100 mg/hari).

b. Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara

kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea,

misalnya estrogen (50 mg/hari selama 21 hari dalam sebulan) atau

antiandrogen siproteron asetat (2 mg/hari). Pengobatan ini ditujukan

untuk penderita wanita dewasa akne vulgaris beradang yang gagal

dengan terapi yang lain. Kortikosteroid sistemik diberikan untuk

menekan peradangan dan menekan sekresi kelenjar adrenal, misalnya

prednisone 7,5 mg/hari) atau deksametason (0,25-0,5 mg/hari).

c. Vitamin A dan retinoid oral. Vitamin A digunakan sebagai

antikeratinisasi (50.000UI-150.000 UI/hari) sudah jarang digunakan

sebagai obat akne karena efek sampingnya. Isotretinoin (0,5-1

mg/kgBB/hari) merupakan derivate retinoid yang menghambat

produksi sebum sebagai pilihan pada akne nodulokistik atau

konglobata yang tidak sembuh dengan pengobatan lain.

Paska pemberian retinoid oral pada wanita usia produktif hanya dapat

dilakukan setelah melalui prosedur ketat preterapi, dalam masa terapi

dan paskaterapi untuk menjaga terjadinya efek samping terutama

11

Page 12: Case Report Session.doc

teratogenik. Prosedur tersebut sangat diperlukan untuk menghindari

dilakukannya aborsi prenatal pada pasien.

d. Obat lain misalnya, antiinflamasi non-steroid ibuprofen (600 mg/hari),

dapson (2x100 mg/hari), seng sulfat (2x200 mg/hari).

3. Tindakan

Kortikosteroid intralesi (KIL), ekstraksi komedo, laser (misalnya

laser V-beam), electrosurgery, krioterapi, terapi ultraviolet, blue light

(405-420 nm), red light (660 nm), chemical peeling, dll.

Algoritme tata laksana akne :

Ringan Sedang Berat

Pilihan

pertama

Komed

onal

Popular/

pustular

Popular/

pustular

nodular Nodular/

konglobata

Retinoi

d

topikal

Retinoid

topical +

antimikrob

a topikal

Alt.antibio

tik oral +

alt.retinoid

topical +/-

BPO

Isotretinoi

n oral

atau

alt.antibio

tik oral +

alt.retinoi

d topical

+/-

BPO/azel

aic acid

Isotretinoin

oral

Alternat

ive

Alt.reti

noid

topical

Alt.agen

anti

mikroba

Anti

androgen

oral

Anti

androgen

oral

Antibiotic

oral dosis

tinggi

12

Page 13: Case Report Session.doc

atau

Azelaic

acid

atau

asam

salisilat

topical

+alt.retinoi

d topical

atau

azelaicacid

+topical

Retinoid/

azelaic

acid

topical +/-

anti

mikroba

topikal

+retinoid

topical +/-

antibiotic

oral +/-

alt.antimi

kroba

+retinoid

topical +BPO

Alternat

ive

untuk

peremp

uan

Lihat

pilihan

pertama

Lihat

pilihan

pertama

Anti

androgen

oral

+topical

Retinoid/

azelaic

acid

topical +/-

antimikrob

a topikal

Anti

androgen

oral

+retinoid

topical +/-

antibiotik

oral +/-

alt.antimi

kroba

Anti

androgen orl

dosis tinggi

+retinoid

topical +/-

alt.antmikrob

a topikal

Terapi

mainten

ance

Retinoid topikal Retinoid topical +/- BPO

1.9 Prognosis

Umumnya prognosisnya baik. Umumnya sembuh sebelum mencapai usia

30-40 tahunan.

13

Page 14: Case Report Session.doc

BAB II

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. D

Umur : Laki-laki

Jenis Kelamin : 20 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Lukok Kubang Putiah

Status : Belum Kawin

Suku : Minang

Negeri asal : Bukittinggi

ANAMNESIS

Seorang pasien laki-laki berusia 20 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin

RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 28 Juli 2015 pukul 11.00

WIB dengan :

Keluhan Utama :

Muncul jerawat pada daerah wajah, dada, bahu, dan punggung sejak + 4 tahun

yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Jerawat bertambah banyak sejak1 2 tahun terakhir.

Pasien pertama kali berjerawat saat usia 16 tahun. Awalnya hanya

beberapa buah di wajah. Tetapi makin lama semakin banyak di daerah.

wajah, dada bagian atas, bahu, dan punggung.

Kadang-kadang pada jerawat terasa gatal

Pasien merasa jerawat makin banyak setelah olahraga dan begadang.

Pasien sering begadang karena harus mengerjakan tugas-tugas

perkuliahan.

14

Page 15: Case Report Session.doc

Pasien mencuci muka dengan sabun cuci muka BIORE 2 kali sehari sejak

mulai timbul jerawat.

Dulu pasien sering memegang-megang jerawat dengan tangan sehingga

jerawat menjadi pecah dan berdarah.

Pasien sehari-hari menggunakan sepeda motor, paien menggunakan helm,

tapi tidak menggunakan sunblock dan tidak menggunakan masker.

Pasien sering mengkonsumsi gorengan dan makanan yang pedas.

Tipe kulit pasien sangat mudah berkeringat.

Pasien berolah raga sepak bola 2-3 kali seminggu. Setelah berolahraga,

pasien tidak langsung mandi dan tidak mencuci muka

Pasien tidak sedang meminum obat-obatan jangka panjang

Pasien tidak ada riwayat kontak dengan zat kimia

Kumis mulai tumbuh saat pasien umur 16 tahun

Pasien belum pernah berobat ke dokter untuk keluhannya ini.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah menderita penyakit kulit lain selama ini

Riwayat Penyakit Keluarga

Ayah pasien pernah mengalami keluhan jerawat seperti ini pada masa

remajanya.

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis

Keadaan umum : Tidak tampak sakit

Kesadaran : composmentis cooperatif

Status gizi : baik

Pemeriksaan Thorak : diharapkan dalam batas normal

Pemeriksaan Abdomen : diharapkan dalam batas normal

15

Page 16: Case Report Session.doc

16

Page 17: Case Report Session.doc

17

Page 18: Case Report Session.doc

Status Dermatologikus

Lokasi : wajah, dada, bahu, punggung

Distriibusi : terlokalisir

Bentuk : tidak khas

Susunan : tidak khas

Batas : tidak tegas

Ukuran : milier-lentikuler

Efloresensi : papul eritem, nodul, pustule, komedo hitam,

komedo putih, scar

Status venereologikus : tidak terdapat kelainan

Kelainan selaput : tidak terdapat kelainan

Kelainan kuku : tidak terdapat kelainan

Kelainan rambut : tidak terdapat kelainan

Kelainan kelenjar limfe : tidak terdapat kelainan

18

Page 19: Case Report Session.doc

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah : tidak dilakukan

Urin : tidak dilakukan

Feses : tidak dilakukan

PEMERIKSAAN ANJURAN : -

DIAGNOSIS : Akne vulgaris tipe papulopustul derajat sedang

DIAGNOSIS BANDING : Folikulitis

TERAPI :

Umum :

Hindari makanan pedah dan berminyak

Cuci muka secara teratur, teruatam setelah selesai beraktivitas

Hindari factor stress

Jangan memegang-megang jerawat

Istirahat yang cukup

Khusus :

Topical : asam retinoid krim 0,025 % 1x1 hari sebelum tidur

Benzoyl peroksida gel 2,5% 2x1 hari

Sistemik : doksisiklin tablet 100 mg 1x1 hari selama 3 minggu

PROGNOSA :

Quo ad vitam : Bonam

Quo ad sanam : bonam

Quo ad kosmetikum : Dubia et bonam

Quo ad functionam : bonam

19

Page 20: Case Report Session.doc

Dr. NPraktik umumSIP: 21/02/2015

Buka : Senin-JumatPukul : 17.00-20.00 WIB

Komplek Kodam Blok I no.5 BukittinggiTelp. 085222222222

Bukittinggi, 28 Juli 2015

R/ Krim asam retinoid 0,025 % tube I

S1dd applic loc dol (malam sebelum tidur)

R/Gel benzoil peroksida 2,5 % Tube I

S2dd applic loc dol

R/Doksisiklin tab 100 mg No.XXI

S1dd tab I dc

Pro : Tn.D

Umur : 20 tahun

Alamat : lukok kubang putiah

20

Page 21: Case Report Session.doc

RESUME

Seorang pasien laki-laki berumur 20 tahun datang ke poliklinik kulit dan

kelamin RSUD DR.Achmad Mochtar Bukittinggi dengan keluhan utama jerawat

pada wajah, bahu, dada bagian atas, dan punggung sejak 4 tahun yang lalu.

Kadang pasien merasakan gatal pada jerawat. Pasien belum pernah berobat.

Pasien hanya membersihkan wajah dengan sabun cuci muka. Pasien sering

berolahraga dan begadang. Setelah berolahraga, pasien sering tidak mencuci

muka. Pasien juga sering memegang-megang dan memencet jerawatnya. Orangtua

laki-laki pasien juga pernah mengalami jerawat pada saat masih remaja.

Pada pemeriksaan fisik, status generalisnya baik dan dalam batas normal. Pada

status dermatologikus, pada wajah, bahu, dada bagian atas, dan punggung

ditemukan sedikit komedo terbuka, sedikit komedo tertutup, papul, pustule,

nodus. Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik tesebut, pasien didiagnosa akne

vulgaris tipe papulopustul derajat sedang. Pasien disarankan untuk :

Hindari makanan pedas dan berminyak

Cuci muka secara teratur 2 kali sehari, teruamat setelah selesai beraktivitas

Manajemen stress

Jangan memegang-megang jerawat

Istirahat yang cukup

Dan pasien diberi obat :

Topical : asam retinoid krim 0,025 % 1x1 hari sebelum tidur

Benzoyl peroksida gel 2,5% 2x1 hari

Sistemik : doksisiklin tablet 100 mg 1x1 hari selama 3 minggu

Prognosa akne vulgaris : Quo ad vitam: Bonam

Quo ad sanam : bonam

Quo ad kosmetikum : Dubia et bonam

Quo ad functionam : bonam

21

Page 22: Case Report Session.doc

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi, dkk. 2013. Ilmu penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam.

Jakarta : FKUI.

Menaldi, Sri Linuwih, dkk. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh.

Jakarta : FKUI.

Harahap, Marwali. 2010. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : EGC.

Landow, Kenneth. 1997. Kapita Selekta Terapi Dermatologik. Jakrta : EGC.

Maibecach, Howard dan John R.T. Reeves. 1998. Atlas Deratologi Klinik. Jakrta :

EGC.

Polano, M.K. 1995. Terapi Kulit Topikal. Jakarta : EGC.

Rassner, Gernot dan Guinter Kahn. 1995. Atlas Drmatologi dengan Diagnosis

Banding. Jakarta : EGC.

22