Upload
kholisenang
View
70
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Peningkatan Kwalitas Daya Listrik
www.tridinamika.co.id
TR
IDIN
AM
IN
WS
KA
E
TR
IDIN
AM
IN
WS
KA
E
1
Spirit of Excellencee ae-pap r vai ablel
Penghematan adalah solusi terbaik dalam upaya menyiasati kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan salah satu bentuk excellence action dalam penghematan energi adalah meningkatkan kualitas daya listrik.
PT.Tridinamika Jaya Instrument copyright@2010 - All Right Reserved
Vol.4.11.2010
berlangsung pada tanggal 28 Oktober 2010 di
Gedung Jakarta Design Center. Dalam event rutin
tiga bulanan TRIDINAMIKA tersebut, Pak Iwa yang
juga menjabat sebagai Direktur Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia
mengemukakan bahwa konsumsi energi di Indonesia
untuk menghasilkan satu buah produk termasuk
boros bahkan mencapai 3 kali konsumsi energi n e g a r a m a j u
seperti Jepang. Sedangkan konsumsi energi per kapita masyarakat
Indonesia termasuk paling rendah di ASEAN. Hal ini tentunya akan
sangat kontradiktif dan menunjukkan bahwa masyarakat di Indonesia
yang daerahnya terjangkau oleh listrik memiliki sikap yang boros
sementara daerah lain yang pasokan listriknya terbatas memiliki
berbagai kendala dalam pemenuhan kebutuhan listrik.
Hal senada juga di ungkapkan oleh Aditya Minarto selaku General
Manager PT.TRIDINAMIKA JAYA INSTRUMENT, “ Kenaikan TDL adalah
satu hal yang wajar karena tarif listrik kita tergolong murah jika
dibandingkan dengan negara lain. Hal terbaik yang dapat dilakukan saat
ini adalah melakukan pengehematan dengan cara mengoptimalisasikan
penggunaan energi. Penghematan akan lebih dirasakan bila kita mampu
mempertahankan lifetime dari peralatan listrik yang kita punya ”
“Di wilayah Jakarta ini terdapat kurang lebih dari 11.000 trafo dan erkenaan dengan kenaikan Tarif Dasar Listrik yang dimulai pada semuanya harus segera diganti. Harmonisa telah menyebabkan beberapa bulan yang lalu, seruan tentang pengehematan kembali terjadinya derating pada trafo-trafo tersebut. Trafo mengalami overheat akrap terdengar baik di kalangan Industri maupun konsumsi sebelum mencapai rating puncaknya dan harmonisa adalah salah satu B
rumah tangga. ak dapat dipungkiri bahwa persepsi masyarakat tentang T penyebab utama terjadinya overheat. Jika sebuah trafo mengalami penghematan energi terkadang selalu identik dengan mengurangi overload maka trafo tersebut akan overheat, namun trafo overheat belum konsumsi listrik. tentu disebabkan oleh overload”, tambah pak Iwa berkenaan “Penghematan adalah optimalisasi penggunaan energi, atau dengan peningkatan lifetime electrical equipment.
kata lain kita berusaha untuk menggunakan energi serendah mungkin Dari beberapa penyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menghasilkan produksi yang se maksimal mungkin”. Demikian permasalahan power quality haruslah mendapat perhatian yang lebih ditegaskan oleh Prof.Dr.Ir Iwa Garniwa, selaku nara sumber dalam talk karena efek dari buruknya power quality akan sangat terasa baik dalam show Customer Gathering PT.TRIDINAMIKA JAYA INSTRUMENT yang jangka pendek maupun jangka panjang. EDED
Permasalahan tentang power quality pada dasarnya adalah semua
permasalahan daya listrik yang berupa penyimpangan tegangan, arus
dan frekwensi dari kondisi normalnya yang dapat menyebabkan buruknya
kinerja peralatan konsumen.
Bila mengacu UU No 30 Tahun 2009, permasalahan power quality di
Indonesia seharusnya telah memiliki regulasi yang berkaitan dengan
mutu kelistrikannya. Didalam pasal 28 undang-undang tersebut
disebutkan bahwa “pihak penyelenggara wajib menyediakan tenaga
listrik sesuai dengan standar mutu yang berlaku.
Sementara itu pasal 29 menyebutkan bahwa konsumen mendapatkan
tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan keadalan yang baik
dan wajib menaati persyaratan teknis dibidang ketenagalistrikan.
Bila ditelaah lebih detail sedikitnya terdapat 10 permasalahan power
quality yang harus segera di regulasikan. Regulasi ini akan seperti
ulangan dari regulasi beberapa tahun yang lalu ketika permasalahan
power factor menjadi satu hal yang wajib untuk ditata sehingga tidak ada
pihak yang merasa dirugikan. sTransien teganganKesepuluh permasalahan tersebut berkenaan dengan :
s Sag/DIP (tegangan turun) dan Swell (tegangan naik)s Netral dan Grounding
s Flicker (fluktuasi naik turunnya tegangan secara periodik)s Distorsi Harmononisa
1. Payung Regulasi Permasalahan Power Quality
Gambar 1. Harmonisa, salah satu problem power quality yang harus segera diregulasi
Prof Dr.Ir Iwa Garniwa MT menjelaskan tentang permasalahan Power Quality (insert : General Manager TRIDINAMIKA JAYA INSTRUMENT)
2
Spirit of ExcellenceVol.4.11.2010TR
IDIN
AM
IN
WS
KA
E
TR
IDIN
AM
IN
WS
KA
E
perkembangan yang luar biasa pesat. Penggunaan sistem kontrol s Noise (derau)berbasis elektronik, inverter, variable speed drive dan power supply s Interruption (pemadaman)switching memberikan kontribusi yang besar terhadap munculnya
s Variasi Frekwensi harmonisa. s R.F.I (Radio Frequency Interference) Maraknya penggunaan beban non linier adalah sebuah jawaban dari
s E.M.F (Electro Magnetic Force) tuntutan zaman yang mengharuskan tingginya tingkat efisiensi dari
sebuah sistem elektrik. Tak dapat dipungkiri bahwa kehadiran beban non s E.S.D (Electro Static Discharge)linier memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap sistem elektrik
Beberapa sumber mengatakan bahwa permasalahan pada jalur netral dan
grounding muncul akibat dari :
s Instalasi tidak mengikuti standard-standard pemasangan listrik yang
ada (secara tidak disengaja maupun tidak dimengerti)
s Sambungan kabel ground maupun netral tidak sempurna
s Adanya kemungkinan sambungan kendor atau terlepas akibat efek
thermal maupun perangkat
Permasalahan pada line netral dan grounding semakin diperparah dengan
meningkatnya penggunaan beban-benar non linier. Pada news edisi 3
bulan oktober yang lalu telah dibahas bahwa beban non linier akan
menghasilkan harmonisa dan harmonisa orde 3 akan berdampak pada
penambahan arus netral hingga 1,7 sampai dengan 2 kali lipat arus fasa.
Bila kondisi ini terjadi, dapat dipastikan beda potensial antara netral
terhadap ground akan melebihi batas normal. Bila tegangan netral
terhadap ground naik, dapat dipastikan pula tegangan fasa terhadap netral
akan turun. Nilai rms tegangan yang rendah disertai flat top signal voltage
adalah kombinasi mematikan yang dapat merusak beban-beban
terutama dalam hal konsumsi daya. Disisi lain, pengematan daya yang
dihasilkan harus kita bayar mahal dengan menurunnya lifetime dari sistem
itu sendiri. Seperti kita ketahui bahwa peralatan elektrik maupun elektronik
saat ini jauh lebih canggih dan efisien jika dibandingkan dengan peralatan
serupa yang menjadi tren pada 10 tahun yang lalu. Namun peralatan
modern nan canggih tersebut ternyata lebih rentan terhadap buruknya
power quality terutama harmonisa.
Sinyal harmonisa bersifat merusak dan proporsi perusakan sinyal
harmonisa terhadap sinyal fundamental sering dinyatakan
dengan istilah % THD F. Sedangkan hubungan distorsi
harmonisa dengan penurunan nilai rms sinyal secara
keseluruhan dinyatakan dalam % THD R. Semakin tinggi
prosentase THD, maka semakin parah pula distorsi elektronik. Selain keberadaan harmonisa, ketidakseimbangan beban sinyalnya.(unbalance) dapat menyebabkan timbulnya arus pada jalur netral.Akibat yang ditimbulkan dari harmonisa adalah :Akibat lain yang ditimbulkan dari permasalahan power quality dalam netral s Meningkatnya aliran arus pada kawat netral bahkan dapat dan grounding adalah:
mencapai 1,7 hingga 2 kali lipat dari arus fasa.s Benda kerja memiliki tegangan yang lebih tinggi
s Motor dan trafo akan lebih cepat panas (overheating) s Menyebabkan kemungkinan fatal terhadap jiwa manusia apabila sehingga mengurangi umur pemakaianterjadi hubung singkat pada salah satu peralatan
s Mengurangi efisiensi dari kerja transformer (derating)s Masuknya noise ke dalam sistem yang berdapak pada rusaknya
peralatan s Munculnya noise berupa suara serta getaran-getaran
mekanis (bising).s Terganggunya aliran data yang dapat menyebabkan eror di terminal
maupun printer s Terbakarnya kabel / konduktor penghantar meskipun
belum mencapai nilai maksimum
s Circuit breaker tidak bekerja dengan sebagaimana
Pada ulasan terdahulu (news edisi oktober) telah dibahas bahwa mestinya
kehadiran distorsi harmonisa adalah sebuah konsekwensi logis dari s Kacaunya peralatan-peralatan yang menggunakan maraknya penggunaan beban-beban non linier. Sinyal arus maupun frekwensi 50 hz sebagai referensitegangan yang mengandung harmonisa tak lagi berbentuk sinusoidal. Di s Kerusakan pada peralatan elektronikdalam dunia industri, beban-beban non linier telah mengalami
A. Netral dan Grounding
2. Sumber Masalah Power Quality
VLN = Beda potensial Line terhadap NetralVNG = Beda potensial Netral terhadap GroundVLN1 = Beda potensial Line terhadap Netral setelah terjadi penambahan arus netralVNG1 = Beda potensial Netral terhadap Ground setelah terjadi penambahan arus ne tral
VLN1
VNG1
L
N
G
VLN
VNG
B. Distorsi Harmonisa (Total Harmonic Distortion)
Gambar 2. Ilustrasi naiknya tegangan Netral terhadap Ground
Gambar 3. Sinyal yang mengalami distorsi harmonisa
www.tridinamika.co.id PT.Tridinamika Jaya Instrument copyright@2010 - All Right Reserved
Gambar 4. Tampilan pengukuran harmonisa menggunakan PQA 3196
sPersyaratan tentang limit harmonisa yang diperbolehkan tertulis dalam
sIEEE , Recomended Practices and Requirements for Harmonic Control in
sElectrical Power Systems Std 519-1992
Sedangkan untuk THD s
arus, besarnya THD yang
diperbolehkan tergantung
dari perbandingan arus
hubung singkat pada Point Berkurangnya nilai rms tegangan dari 1 siklus hingga beberapa menit
of Common Coupling dikenal dengan istilah voltage DIP (Sags). Fenomena voltage DIP sering
(PCC) dengan arus beban diakibatkan oleh penyalaan beban-beban yang memerlukan supply arus
fundamental nominal. dalam kuantitas yang besar. Selain switching beban-beban besar, adanya
U n t u k f o r m u l a petir yang dihubungsikatkan dengan arrester dapat pula menyebabkan
penghitungan beserta penurunan tegangan. Kebalikan dari voltage DIP, Swell adalah fenomena
detail tabelnya dapat dilihat pada materi premium training Power Quality naiknya rms tegangan. Salah satu penyebab terjadinya voltage swell adalah
Analyzer PT.TRIDINAMIKA JAYA INSTRUMENT.dimatikannya beban-beban berat. Kedua fenomena tersebut saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Dapat kita analogikan dengan
suatu arena tarik tambang dimana kekuatan dari masing-masing kelompok
Gejala Trasient diakibatkan oleh 2 tidak seimbang. Ketika keduanya sama-sama menarik, maka kelompok
faktor yakni faktor eksternal seperti lingkungan (environtment) dan faktor yang lemah akan tertarik ke arah kelompok yang kuat (voltage DIP). Namun
internal seperti switching beban-beban berat. Selain itu, Fault Clearing begitu tambang dilepaskan secara mendadak, maka kelompok yang lemah
(putusnya sekering) dapat pula menimbulkan terjadinya trasient tegangan. akan terpental ke belakang (voltage swell).
Dalam sesi seminar Customer Gathering PT.TRIDINAMIKA JAYA Penjelasan mengenai dampak yang ditimbulkan oleh voltage DIP pada
motor asinkron adalah sebagai berikut. Saat terjadi DIP maka
torsi motor akan turun secara drastis bahkan dapat terjadi stall.
Pada saat recovery tegangan, motor akan berakselerasi
kembali dengan cepat. Hal ini akan memicu terjadinya inrush
current yang besarnya hampir sama dengan pada saat
pertama kali start. Seperti kita ketahui bahwa inrush current
akan memicu terjadinya over current. Over current akan
memicu overheat pada motor. Pada ulasan bulan lalu
disebutkan bahwa umur isolasi winding motor akan berkurang
separuhnya pada setiap kenaikan 10 derajat. Misalnya, pada
nameplate sebuah motor tertera suhu kerja 30 derajat dan INSTRUMENT, Prof.Dr.Ir Iwa Garniwa mengemukakan tentang sebuah
memiliki life time 10 tahun. Maka ketika motor dipaksa bekerja penelitian yang menyatakan bahwa ketika petir menyambar dan
menginduksi kawat yang dibentangkan sepanjang 100 meter, maka induksi dengan temperature yang meningkat menjadi 50 derajat, life
tersebut akan menimbulkan tegangan sebesar 100.000 volt pada time motor akan berubah menjadi 2,5 tahun saja.
bentangan kawat itu. Untuk voltage swell, fenomena ini dapat menyebabkan
Dampak yang ditimbulkan oleh transient adalah : rusaknya perangkat keras maupun perangkat lunak dari
s komputer.
s
Thermal stress.
Kesalahan pada tape atau disk.
Kerusakan perangkat keras.
Kesalahan proses (error process)
Selain potensi kerusakan, fenomena transient dapat membahayakan
keselamatan kerja.
Transient adalah fenomena naiknya peak tegangan hingga ribuan volt dan
terjadi dalam waktu yang sangat singkat.
Degradasi kemampuan electrical equipment
Dielektrik breakedown (sistem isolasi rusak)
Tabel 1Voltage Distortion Limit
Gambar 5. Transient Tegangan
Gambar 6. Rekaman fenomena transient pada software analyzer PQA Hi view PRO 9624-50
Spirit of ExcellenceVol.4.11.2010
3www.tridinamika.co.id PT.Tridinamika Jaya Instrument copyright@2010 - All Right Reserved
TR
IDIN
AM
IN
WS
KA
E
TR
IDIN
AM
IN
WS
KA
E
Voltage at PCC % THD
< 69 KV
Antara 69 KV - 191 KV
Diatas 191 KV
5%
2.5%
1.5%
C. Transient (impuls)
t
D. Sag (DIP) dan Swell
Normal DIP/ SAG Swell
Gambar 7.Ilustrasi terjadinya voltage DIP dan Swell
Pemadaman atau interruption dapat terjadi dalam tempo yang singkat
maupun lama. Dalam ulasan news edisi oktober telah dijelaskan kriteria
pemadaman listrik berdasarkan durasi waktunya. Pemadaman dapat
menyebabkan kerusakan yang fatal meskipun hanya terjadi dalam orde
milisecond (1/1000 detik).
Pemadaman terjadi karena beberapa faktor yaitu :
s Petir
s Putusnya sekring panel utama
s Adanya pembatasan dari PLN (pemadaman bergilir)
s Beban yang berlebih pada gardu sehingga seluruh distribusi padam
s Kecelakaan dan lain sebagainya
Variasi frekwensi sering dikenal dengan istilah ketidakstabilan frekwensi.
Permasalahan terhadap ketidakstabilan frekwensi dulunya sering
dirasakan di daerah-daerah yang menggunakan suplay listrik dari PLTD.
Namun, seiring dengan sering terjadinya pemadaman bergilir oleh PLN,
pemakaian genset sebagai catu cadangan mulai marak digunakan. Tak
hanya industri besar, industri skala menengah dan kecilpun mulai memburu
sumber listrik ini. Kendala ketidakstabilan frekwensi pada genset dapat
menyebabkan kerusakan pada data maupun perangkat keras.
Gambar 8. Analisa voltage DIP menggunakan Power Quality Analyzer
Spirit of ExcellenceVol.4.11.2010
4www.tridinamika.co.id PT.Tridinamika Jaya Instrument copyright@2010 - All Right Reserved
TR
DN
AM
WS
II
IKA
NE
TR
DN
AM
WS
II
IKA
NE
E. Pemadaman (interruption)
Gambar 9. Analisa voltage Interruption menggunakan Power Quality Analyzer
F. Variasi Frekwensi
Frek.Normal Frek.Tinggi Frek.Rendah
Gambar 10. Ilustrasi variasi frekwensi pada genset
3. Dampak dari Permasalahan Power Quality
A. Terhadap Peralatan Komputer *
B. Terhadap Imaging System (MRI,CT Scan dsb) *
C. Terhadap Proses Kontrol *
D. Terhadap Peralatan Telekomunikasi *
PROBLEMSPROBLEMS DIPDIP TRANSTRANS PADAMPADAMTEGANGAN
N-GTEGANGAN
N-G NOISENOISE SWELLSWELL
PROBLEMSPROBLEMS DIPDIP TRANSTRANS PADAMPADAMTEGANGAN
N-GTEGANGAN
N-G NOISENOISE SWELLSWELL
E. Performance Impact *
Kerusakan Circuit Board
Soft Error
Hard Disk Crash
Lock Up
Parity Error
Kerusakan Power Supply
Reset / Reboot
Ya
Ya
-
-
-
-
-
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
-
-
-
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
-
-
-
-
-
-
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
-
-
-
-
Ya
Ya
Ya
Kerusakan Circuit Board
Dropped Calls
Suara Berisik
Lock Up
Parity Error
Kerusakan Power Supply
Reset / Reboot
Ya
Ya
-
-
-
-
-
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
-
Ya
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ya
Ya
Ya
Ya
-
-
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
-
-
-
-
PROBLEMSPROBLEMS DIPDIP TRANSTRANS PADAMPADAMTEGANGAN
N-GTEGANGAN
N-G NOISENOISE SWELLSWELL
-
Dropped Calls
Suara Berisik
Lock Up
Parity Error
Kerusakan Power Supply
Reset / Reboot
Ya
Ya
-
-
-
-
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya Ya
-
-
-
-
-
Ya
Ya
Ya
Ya
-
- Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
-
Ya
Ya
-
-
-
-
NoNo POWER QUALITY ITEMPOWER QUALITY ITEM DurasiDurasi MagnitudeMagnitude PeralatanPeralatan IndustriIndustri
1
2
3
4
5
6
7
Variasi Frekwensi
Transient
Impuls
Isolasi
Variasi Tegangan
Flicker
Voltage SAG / DIP
Voltage Swell
Harmonic
Ketidakseimbangan Tegangan
Keandalan (pemadaman)
SAIDI, CAIDI, MAIDI
SAIFI, CAIFI, MAIFI
Faktor Daya Rendah
< 10 s
< 1 ms
< 5 ms
< 25 Hz
0.5 - 30 cycle
0.5 - 30 cycle
-
Tipikal
Tipikal
-
+ 1 Hz
0 - 8 pu
0 - 4 pu
0.1 - 0.2 pu
0.1 - 0.9 pu
1.1 - 1.4 pu
THD 5%,Parsial 3%
0.5 - 7 %
85 %
Motor
Electronik
Electronik
Lamp
Contactor, Drive
Capasitor
Transformer
Motor 3 phase
All
All
Trafo, Motor
Listrik
Data Server
Komunikasi
Office
Garmen, Stell
Distribution
Industri, Residence
All
All
All
* Sumber : Slide seminar Peningkatan Kualitas daya listrik oleh Prof.Dr.Iwa Garniwa MT
PROBLEMSPROBLEMS DIPDIP TRANSTRANS PADAMPADAMTEGANGAN
N-GTEGANGAN
N-G NOISENOISE SWELLSWELL
Kerusakan Circuit Board
Low Voltage Inhibit
High Voltage Tabk Failure
Residu Gambar Jelek
Kerusakan Power Supply
Reset / Reboot
Lock Up
Ya
Ya
-
-
-
-
-
-
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
-
-
-
-
-
Ya
Ya
-
-
-
-
- Ya
Ya
Ya
-
-
-
-
-
-
Ya
-
Ya
-
--
Spirit of ExcellenceVol.4.11.2010
www.tridinamika.co.id PT.Tridinamika Jaya Instrument copyright@2010 - All Right Reserved 5
TR
DN
AM
WS
II
IKA
NE
TR
DN
AM
WS
II
IKA
NE
Berkaitan dengan permasalahan harmonisa, IEC /EN 61000-3-2(1995-03) Pemerintah Indonesia sendiri hingga saat ini belum menentukan regulasi + (am 1 + am 2 1998-04) menjelaskan tentang “Limits for harmonic current yang khusus membahas mengenai permasalahan Power Quality. Satu- emissions” khususnya pada equipment input current <16 A per phase single satunya dasar hukum yang dapat dijadikan payung adalah UU No.30 Tahun & 3 phase. Dalam regulasi tersebut disebutkan standar emisi harmonik dari 2009. Meski payung hukum telah dibuat, tentunya masih diperlukan tiap kelas peralatan. Sementara itu IEEE 519 th 1992 menyebutkan limits peraturan pendukung yang akan membahas permasalahan power quality dari THD tegangan adalah 5% THD 3% Partial.secara lebih detail. Peraturan pendukung tersebut kelak akan berupa
sebuah standarisasi kelistrikan yang wajib ditaati oleh penyedia layanan
listrik maupun pengguna listrik. Harus kita akui bahwa di Indonesia, market alat ukur energy khususnya
Dalam sesi seminar Customer Gathering yang bertema “Excellence Action Power Quality Analyzer masih sangatlah minim jika dibandingkan dengan
to Reduce Power Quality Problems”, Prof Dr.Ir Iwa Garniwa menjelaskan Power Meter. Banyak faktor yang menyebabkan minimnya market dari
tentang skema pembuatan regulasi power quality di Indonesia. Power Quality Analyzer. Salah satu di antaranya adalah keterbatasan
pengetahuan kita mengenai pentingnya pemeliharaan power quality.
Padahal, permasalahan power quality sangat terkait dengan pengukuran.
Diperlukan alat dengan kemampuan khusus agar semua gejala-gejala
distruktif dapat terekam dengan baik. Kemampuan ini sering dikenal
dengan event detection. Fitur event detection inilah yang membedakan
antara Power Quality Analyzer dengan Power Meter. Ketika market power
Quality Analyzer minim, maka pengukuran Power Quality akan menjadi satu
pengukuran yang mahal. Disisi lain, permasalahan power quality saat ini
berbeda dengan 5 atau 10 tahun lalu dimana kita masih berkutat dengan
problem power factor / cos phi. Ini membuktikan bahwa pengukuran listrik di
Indonesia cenderung bermuara pada permasalahan kuantitas, bukan
kualitas. Bandingkan dengan negara-negara maju seperti Italia yang
menargetkan 20 juta digital meter sejak tahun 2002, atau Canada yang
menargetkan 10 juta pada tahun 2010.
Kembali ke masalah pengukuran, ada baiknya kita melihat beberapa
standarisasi pengukuran internasional seperti dari IEC, EN (Eropa), IEEE
(Amerika)dsb. Berikut adalah beberapa standarisasi yang berkaitan
dengan pengukuran power quality :
o IEC 61000 4-7 : Harmonic and interharmonics measurements
o IEC 61000-4-13-am1 (5/13/2009) Amendment 1 - Part 4-13: Testing Di Indonesia, aturan mengenai batasan fluktuasi frekwensi diatur dalam and measurement techniques - Harmonics and interharmonics regulasi SNI 04-1922-2002 yang menyatakan bahwa frekwensi standard including mains signalling at a.c. power port, low frequency immunity dari sumber listrik adalah 50 + 1% Hz. Sementara itu, adopsi dari tests standarisasi internasional menganut dari IEC 60196 (6/17/2009) tentang
o IEC 61000 4-11 : Voltage DIPs, Short Interruption and voltage variation IEC standard frequency.immunity test
o IEC 61000-4-14-am2 (5/13/2009) Amendment 2 - Part 4-14: Testing Aturan SNI 04-0227-2003 menyatakan bahwa Tegangan Standar untuk
and measurement techniques - Voltage fluctuation immunity test for kelistrikan AC 220V adalah 220 V (+5% / -10%). Aturan IEC yang
equipment with input current not exceeding 16 A per phasemembahas tentang standard voltage adalah IEC60038-25 (1983-01)+
o IEC 61000-4-34-am1 (5/13/2009) Amendment 1 - Part 4-Amd1 (1994-09) + Amd 2 (1997-0)
34: Testing and measurement techniques - Voltage dips,
short interruptions and voltage variations immunity tests
Aturan SNI belum membahas tentang E.M.C secara detail. Dalam SNI 04- for equipmentwith mains current more than 16 A per phase
6204.2.4-2000 hanya membahas Kesesuaian Elektromagnetik (KEM) yang o IEC 61000 4-15 (1997 2003 A1) : Flicker meters -
berupa pedoman, bukan spesifikasi. Aturan lebih detail terdapat pada IEC Functional and design specifications
61000- 2-3 (1995) tentang Electro Magnetic Compatibility. o EN 61000-4-27:2000/A1:2009 (5/7/2009) Part 4-27:
Testing and measurement techniques - Unbalance,
immunity test for equipment with input current not Pengaturan power factor atau lebih dikenal dengan istilah cos phi diatur
exceeding 16 A per phase dalam Keppres 104 2003 TDL 2004 yang menyatakan batasan Power
o E N 6 1 0 0 0 - 4 - 2 8 : 2 0 0 0 / A 2 : 2 0 0 9 ( 5 / 7 / 2 0 0 9 ) Factor sebesar 85%. Sementara itu untuk standarisasi SNI sendiri belum
Electromagnetic compatibility (EMC) -- Part 4-28: Testing ada.
and measurement techniques - Variation of power
frequency, immunity test for equipment with input current
not exceeding 16 A per phase
o EN 50160 1995, 1999 revised : Voltage characteristic of Dalam hal regulasi peralatan, standard SNI saat ini hanya memuat tentang
electricity supplied by public distribution systems (General 7 jenis peralatan yang seluruhnya tidak terkait secara langsung dengan
power quality standard)peningkatan mutu listrik. Namun, informasi terakhir menyebutkan bahwa
o IEEE 1159 :1995 : Recommendation Practice for regulasi tentang standard peralatan yang sesuai batasan power quality
Monitoring Electric Power Quality (Standards for harmonic sedang dalam tahap penyusunan dan kemungkinan akan disosialisasikan
limit value)pada tahun 2011.
4. Regulasi Power Quality
Electricity Market
Market Rule
Electricity Price
Structure
PQREGULASI
PQREGULASI
Tarif/Penalty
Scheme
TargetPemerintah
Efisiensi
Penghematan
5. Standard Mutu Listrik di Indonesia
A. Frekwensi
B. Tegangan Standard
C. Elektromagnetik
D. Power Factor
6. Standard Peralatan di Indonesia
A. Regulasi SNI
B. International Standard
7. Pengukuran Power Quality di Indonesia
Gambar 11. Skema regulasi power quality di Indonesia
Spirit of ExcellenceVol.4.11.2010
6
TR
DN
AM
WS
II
IKA
NE
TR
DN
AM
WS
II
IKA
NE
www.tridinamika.co.id PT.Tridinamika Jaya Instrument copyright@2010 - All Right Reserved
8. Kesimpulan
engehematan biaya adalah satu hal yang wajib kita lakukan dalam
menyikapi kenaikan TDL. Hakikat dari pengehematan adalah Poptimalisasi kinerja dari elemen-elemen kelistrikan yang mendukung
berjalannya roda produksi. Jika elemen tersebut dapat bertahan sesuai
dengan lifetime yang seharusnya, kita dapat bayangkan berapa juta
rupiah pengeluaran yang bisa tereduksi. Dengan mengurangi resiko
terjadinya premature downtime, maka dapat dipastikan 90 % line
produksi dapat bekerja sesuai dengan target yang diinginkan. Salah satu
penyumbang terbesar dari terjadinya premature downtime adalah
buruknya power quality. Berbagai ulasan didepan telah membahas
mengenai berbagai dampak yang ditimbulkan oleh buruknya kualitas
listrik. Beragam parameter power quality yang dijelaskan setidaknya
menjadi bahan pertimbangan kita bahwa problem power quality saat ini
berbeda dengan 5 atau 10 tahun yang lalu dimana permasalahan power
factor lebih mendominasi.
Pemerintah Indonesia sendiri belum menetapkan regulasi yang
membahas tentang permasalahan power quality secara detail. Saat ini
hanya UU No.30 Tahun 2009 lah yang menjadi dasarnya. Sementara itu,
regulasi standarisasi SNI yang diharapkan dapat mengatur
permasalahan power quality barulah sebatas tahapan lobi-lobi tanpa
dapat dipastikan kapan dapat tersosialisasi. Bandingan dengan
beberapa negara tetangga yang telah terlebih dahulu membuat regulasi
meski sebagian besar adalah hasil adopsi dari aturan IEC. Di Eropa,
skema power quality umumnya menyatu dengan program penghematan
energi dan efisiensi di dunia Industri. Artinya, dari awal mereka telah
menyadari bahwa perbaikan power quality akan memberikan kontribusi
yang sangat signifikan terhadap program penghematan energi.
Berkenaan dengan permasalahan power quality, seorang guru
besar sekaligus pakar dibidang kelistrikan seperti Prof.Dr.Ir Iwa Garniwa
sekalipun mengamini bahwa penyelesaian problem power quality akan
sangat berhubungan dengan pengukuran. Artinya, pengukuran akan
kunci utama dalam membuka problem power quality yang mungkin saat
ini telah menjadi aktor utama kerusakan electrical equipment kita.
Dalam pengukuran power quality, diperlukan sebuah alat ukur yang
bukan hanya merekam berdasarkan interval waktu, tapi juga
berdasarkan event threshold. Hal ini lebih dikarenakan hampir sebagian
besar fenomena merusak tersebut terjadi dalam tempo yang sangat
cepat. Event detector adalah fitur yang menjadi ciri khas dari sebuah alat
ukur berlabel Power Quality Analyzer. Fitur inilah berfungsi untuk
memonitor fenomena distruktif super cepat yang tidak bisa direkam oleh
power meter biasa.
Terlepas dari semua penjelasan diatas, keputusan tetaplah
ditangan kita. Kita akan melangkah ke depan atau kita tetap menunggu
munculnya regulasi dari pemerintah. Pada akhirnya kedua pilihan
tersebut akan berujung pada satu muara yakni penghematan.
Pengehematan akan diperoleh bila kita dapat memaksimalkan kinerja
peralatan. Alat akan bekerja dengan maksimal bila ia dapat bekerja
sesuai dengan lifetimenya. Untuk mempertahankan life time peralatan
maka dibutuhkan supply listrik yang berkualitas dan untuk mengetahui
kualitas listrik maka pengukuran adalah jalan satu satunya. Untuk itu
semakin cepat kita melakukan pengukuran, semakin cepat pula kita
mengetahui “apa” biang keladinya sehingga kita dapat menentukan
counter measure yang tepat. Untuk itu, jangan tunggu sampai peralatan
tersebut rusak baru kita menyadarinya. Segeralah melakukan action
karena semuanya telah jelas baik dan buruknya.
SEKILAS INFO
Sebagai centre of instrument, PT.TRIDINAMIKA JAYA INSTRUMENT
menyediakan beragam training yang berkaitan dengan Power Quality
Analyzing. Training terdiri dari 2 macam yakni :
A. Reguler Training
Yakni training yang ditawarkan kepada customer yang telah memiliki Power
Quality Analyzer. Reguler Training terdiri dari :
o Fundamental Operation of HIOKI PQA Training
o Fundamental Power Quality Analyzer Training
o Professional Power Quality Analyzer Training
o Advanced Power Quality Analyzer Training
B. Premium Training
Premium training adalah training yang dapat diikuti oleh customer yang telah
memiliki alat PQA maupun customer yang belum memilikinya. Training akan
berlangsung selama 4 hari berturut-turut yang akan membahas tentang :
o Sistem kelistrikan di Indonesia
o Karakteristik kelistrikan modern
o Power System Reliability
o Fenomena distruktif dalam powerline
o Harmonisa
o Power Quality Monitoring Tool
o Power Quality Trobleshooting
o Power Quality Recording
o Power Quality Analysis
Selain layanan training, kami memiliki layanan jasa pengukuran yang
dikemas dalam bentuk paket titik pengukuran yang menarik :
o Paket Transformator I
o Paket Transformator II
o Paket Transformator III
o Paket Panel Cabang I
o Paket Panel Cabang II
o Paket Beban 3 phasa I
o Paket Inverter / Variable Speed Drive I
o Paket Inverter / Variabel Speed Drive II
o Paket Sensitive Load
Paket-paket tersebut memiliki beragam content pengukuran yang dapat
anda gunakan sebagai bahan referensi dalam pencarian solusi
penghematan, untuk informasi lebih detailnya, silahkan menghubungi kami
via telephon maupun email
PT.TRIDINAMIKA JAYA INSTRUMENTJl. Boulevard Raya Blok BA.3 No.15Gading Serpong - TangerangTel : 62-21-5467617 - 5467618Fax : 62-21-5467617email : [email protected]
Sole Agent HIOKI di INDONESIA
POWERED BY :
ED