Click here to load reader
Upload
yoniedward
View
50
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Abstrak – Tesis Magister Manajemen Pendidikan Universitas Bengkulu April 2011
1
STRATEGI KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN 0KEDISIPLINAN GURU (Studi Deskriptif Komparatif di SMP Negeri 10 dan SMP PGRI 3 Lubuklinggau) Chairul Basri‐ NIM. A2K009131 Zakaria Manap Soemantri Permasalahan umum penelitian ini adalah bagaimana perbandingan strategi kepala SMP Negeri 10 dan SMP PGRI 3 Lubuklinggau untuk membina tenaga kependidikan guru untuk meningkatkan kedisiplinannya. Masalah khusus penelitian ini, yaitu : bagaimana perbandingan strategi kepala sekolah meningkatkan kedisiplinan guru atau kehadiran?, bagaimana perbandingan strategi kepala sekolah meningkatkan kedisiplinan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran?, bagaimana strategi kepala sekolah meningkatkan kedisiplinan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran?, bagaimana strategi kepala sekolah meningkatkan kedisiplinan guru dalam melakukan penilaian pembelajaran?, apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru?, bagaimana strategi kepala sekolah dalam mengatasi hambatan dalam meningkatkan kedisiplinan guru? Penelitian ini bertujuan secara umum adalah untuk membandingkan upaya Kepala Sekolah, baik SMP Negeri 10, maupun SMP Negeri 3 Lubuklinggau dalam meningkatkan kedisiplinan guru. Tujuan khususnya adalah untuk membandingkan strategi kepala sekolah dalam : meningkatkan kedisiplinan guru dalam hal kehadiran; meningkatkan kedisiplinan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran; meningkatkan kedisiplinan guru dalam melaksanakan pembelajaran itu sendiri; meningkatkan kedisiplinan guru dalam melakukan penilaian pembelajaran; mendahulukan, dan lebih memprioritaskan pendekatan persuasive kepada guru guna meningkatkan kedisiplinannya; tetap membina hubungan yang baik dengan guru dan pegawai, baik yang sudah tinggi tingkat kedisiplinannya, maupun guru dan pegawai yang indisipliner; mempersiapkan absensi pada setiap upacara, rapat pembinaan, maupun kegiatan sekolah yang lain, atau mencari tahun oknum guru maupun pegawai yang tidak hadir. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif komparatif, dimana data yang diambil dan dikumpulkan dari kedua sekolah yang menjadi sasaran penelitian ini dianalisis secara deskriptif dengan melakukan perbandingan (Compare). Subjek dalam penelitian ini ialah kepala sekolah dan guru‐guru yang ada di SMP Negeri 10 dan SMP PGRI 3 Kota Lubulinggau yang berhubungan dengan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Instrument penelitian utamanya adalah peneliti sendiri. Adapun data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan induktif. Hasil penelitian menunjukkan perbandingan strategi kepala SMP Negeri 10 Lubuklinggau dan SMP PGRI 3 Lubuklinggau dalam meningkatkan kedisiplinan guru dalam kehadiran, merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar sebagaimana di bawah ini. Pertama, perbandingan strategi kepala sekolah dalam menigkatkan kedisiplinan guru dalam kehadiran sebagai berikut strategi kepala sekolah dalam mendisiplinkan kehadiran guru. Dilihat dari strategi mengetahui kehadiran guru persamaannya strategi yang dilakukan kepala sekolah adalah dengan memeriksa secara langsung atau melalui absent kehadiran guru. Sedangkan perbedaan strategi yang dilakukan kepala sekolah adalah mengetahui kehadiran guru melaui guru piket. Dalam hal tindakan yang dilakukan terhadap guru yang tidak hadir adalah dengan memberikan teguran secara lisan maupun tertulis. Perbedaannya
Abstrak – Tesis Magister Manajemen Pendidikan Universitas Bengkulu April 2011
2
pada teknik pembinaan dan melakukan pembinaan. Strategi kepala mendisiplinkan guru dalam kehadiran sama‐sama dilakukan dengan memberi contoh atau teladan dengan hadir lebih awal, perbedaan hanya terletak pada jam pulang kerja. Strategi pembinaan untuk mendisiplinkan guru dalam kehadiran guru sama‐sama dilakukan melalui forum rapat pembinaan dengan guru dan staf. Sedangkan perbedaannya terletak adanya rapat pembinaan secara berkala. Kedua perbandingan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru untuk membuat perencanaan pembelajaran sebagai berikut : strategi kepala sekolah terletak pada merencanakan pembelajaran ada kepala sekolah yang menyiapkan format, ATK dan bahan lain yang diperlukan dan hanya kepala sekolah yang memberikan bimbingan teknis. Tindakan terhadap guru yang tidak membuat rencana pembelajaran dilakukan dengan memanggil dan melakukan pembinaan, serta memberi motivasi, ada juga yang hanya menegur secara lisan. Mengenai waktu pengumpulan tidak memiliki tenggang waktu yang sama. Pembinaan terhadap teknis pembuatan ada yang melakukan in house training dan ada juga yang melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Strategi mendisiplinkan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dilakukan dengan memberikan bimbingan agar guru memiliki perencanaan pembelajaran. Bagi guru yang tidak membuat rencana pembelajaransama‐sama memberikan teguran baik lisan maupun tertulis. Mengenai waktu pengumpulan perangkat sama‐sama memberikan tenggang waktu yang cukup. Pola kegiatan yang dilakukan sama‐sama memberikan teknis pembuatan perangkat pembelajaran. Ketiga, perbandingan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru selama pelaksanaan pembelajaran adalah strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru dalam melaksanakan pembelajaran terutama dalam upaya agar guru melaksanakan pembelajaran terletak pada waktu supervisinya. Tindakan yang dilakukan terhadap guru yang tidak disiplin dalam melaksanakan pembelajaran yaitu dengan masuk kelas dan menggantikan jam mengajar. Sedangkan upaya agar guru melaksanakan tugas dilakukan dengan memberikan penghargaan atau hadiah setiap semester. Strategi yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan gurur dalam melaksanakan pembelajaran adalah sama‐sama melakukan supervise pengajaran, memberi teguran baik lisan maupun tertulis, dan memberikan motivasi agar guru lebih mencintai profesinya. Keempat, perbandingan strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru dalam melakukan penilaian pembelajaran adalah strategi kepala sekolah dalam memberikan bimbingan teknis menyusun kisi‐kisi dan pedoman penilaian, melakukan pembinaan guru agar melaksanakan penilaian, dan menginstruksi guru mengikuti diklat dan pelatihan secara analisis. Strategi kepala sekolah adalah dalam menyiapkan format‐format penilaian, mengumpulkan nilai evaluasi hasil belajar, dan membiasakan guru memberikan latihan atau tugas. Kelima, beberapa factor pendukung dan penghambat strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru adalah sebagai berikut : Faktor pendukung diantaranya banyak guru yang usianya relatif masih muda dan energik serta semangat kerja tinggi dalam mengajar, Tingginya rasa kebersamaan dan kekeluargaan di antara sesame warga sekolah, Adanya kemauan belajar dan keinginan untuk meningkatkan potensi di kalangan guru, Adanya program sertifikasi guru sehingga meningkatkan semangat, Setiap even atau kegiatan selain tugas mengajar diberikan uang insentif sehingga menambah motivasi guru, Sebagian ada guru yang PNS sehingga potensi dan kesejahteraannya relative baik. Sedangkan factor penghambat kepala sekolah dalam menigkatkan kedisiplinan guru diantaranya : jauhnya jarak antara rumah tempat tinggal guru dengan lokasi tempat mengajar, manajemen waktu para guru yang belum optimal, banyaknya guru wanita yang terganggu dalam kegiatan dan
Abstrak – Tesis Magister Manajemen Pendidikan Universitas Bengkulu April 2011
3
urusan rumah tangga, Lokasi sekolah yang tergolong terpencil serta tidak terdapatnya alat transportasi umum, bedanya kekhawatiran guru terutama guru perempuan karena sepi dan kurang aman, banyak guru yang menjadi tenaga honor di sekolah lain sehingga kadang datang terlambat. Keenam, perbandingan strategi kepala sekolah untuk mengatasi factor penghambat dalam meningkatkan kedisiplinan guru untuk di SMP Negeri 10 adalah menyarankan kepada guru yang belum memiliki rumah sendiri supaya dapat menempati rumah dinas, menyaranan guru dapat manajemen waktu, menanamkan pengertian kepada guru walaupun hari hujan atau hambatan lain tetap melaksanakan tugas, menyarankan kepada guru supaya pulang dan pergi secara rombongan. Sedangkan di SMP PGRI 3 adalah memebri contoh dalam keseharian di sekolah dalam hal kedisiplinan, memberi teguran kepada guru yang belum disiplin, mengingatkan kepada guru yang belum disiplin bahwa niatnya untuk menjadi guru atas keinginan sendiri, bukan karena orang lain jadi semestinya harus disiplin, memberikn pembinaan tentang kedisiplinan pada setiap rapat dewan guru. Simpulan umum penelitian ini adalah kepala SMP Negeri 10 Lubuklinggau dan Kepala SMP PGRI 3 Lubuklinggau telah berupaya meningkatkan kedisiplinan guru, strategi yang dilakukan untuk peningkatan kedisiplinan guru dalam hal absensi, kedisiplinan dalam hal merencanakan pembelajaran, kedisiplinan dalam hal merencanakan pembelajaran itu sndiri, serta kedisiplinan dalam melakukan penilaian pembelajaran. Baik kepala SMP Negeri 10 Lubuklinggau dan Kepala SMP PGRI 3 Lubuklinggau, masing‐masing memiliki strategi yang tidak jauh beda antara satu dengan yang lain dalam menerapkan kedisiplinan sekolah, meskipun diakui, masing‐masing memiliki khas tersendiri dalam strategi tersebut. Strategi kepala sekolah dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah strategi kepala sekolah dalam hal menyusun visi dan misi, menyusun program jangka menengah, program jangka pendek, pembinaan guru, program supervise, melaksanakan kegiatan supervise, dan menindaklanjuti hasil supervise, kehadiran tepat waktu, memberikan keteladanan, memiliki kepedulian terhadap kesulitan guru, jujur dalam sikap dan perbuatan, komitmen dengan tugas, kerja sama dan hubungan baik dengan guru, memberikan penghargaan, memberikan hukuman, memprogramkan kegiatan mutu guru. Beberapa saran yang bias peneliti kemukakan disini bagi : 1). Kepala sekolah : dapat menyusun program pembinaan secara teratur, menyusun standar sanksi dan penghargaan bagi guru, memiliki program bimbingan teknis cara menyususn perencanaan pembelajaran, standar proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. 2). Bagi guru : dapat menjalankan tugas dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab terutama dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar. Berusaha agar tugas dilaksanakan berpedoman kepada peraturan yang berlaku seperti Undang‐undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. 3). Bagi Dinas Pendidikan melaui pengawar Pembina dapat meberikan motivasi dan pembinaan secara berkala kepada seluruh dewan guru terutama berkenaan dengan disiplin guru baik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan penilaian penilaian hasil belajar.