14
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap suatu objek dan situasi lingkunganya. Dengan kata lain, tingkah laku seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsinya. “Persepsi adalah kesan seseorang terhadap objek persepsi tertentu yang dipengaruhi faktor internal, yakni perilaku yang berada di bawah kendali pribadi dan faktor eksternal, yakni perilaku yang dipengaruhi oleh situasi di luarnya.” (Depdiknas, 2003). Sedangkan menurut Walgito (2002:69) “Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera namun proses itu tidak berhenti begitu saja melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu penilaian atau kesan seseorang terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. 2.1.2 Persepsi dan Perilaku Persepsi dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap objek dan situasi lingkunganya. Sementara tingkah laku seseorang juga dipengaruhi persepsinya terhadap sesuatu baik benda maupun peristiwa. Manusia akan selalu dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya, tingkah laku dan cara berfikir untuk menanggapi sesuatu peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Persepsi akan berarti jika diperlihatkan dalam bentuk pernyataan, baik lisan maupun perbuatan. Meskipun demikian, terkadang apa yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan perilaku yang terlihat belum tentu sesuai dengan persepsi yang asli. Menurut Walgito (2002:10) “Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat bahwa perilaku dapat dibentuk, diperoleh, berubah melalui proses belajar.” Universitas Sumatera Utara

Chapter II 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

klimakterium

Citation preview

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Persepsi

2.1.1 Pengertian Persepsi

Persepsi dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap suatu objek dan

situasi lingkunganya. Dengan kata lain, tingkah laku seseorang terhadap suatu objek

dipengaruhi oleh persepsinya.

“Persepsi adalah kesan seseorang terhadap objek persepsi tertentu yang

dipengaruhi faktor internal, yakni perilaku yang berada di bawah kendali pribadi dan

faktor eksternal, yakni perilaku yang dipengaruhi oleh situasi di luarnya.” (Depdiknas,

2003).

Sedangkan menurut Walgito (2002:69)

“Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan

yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera

namun proses itu tidak berhenti begitu saja melainkan stimulus tersebut

diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu

penilaian atau kesan seseorang terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal.

2.1.2 Persepsi dan Perilaku

Persepsi dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap objek dan

situasi lingkunganya. Sementara tingkah laku seseorang juga dipengaruhi persepsinya

terhadap sesuatu baik benda maupun peristiwa. Manusia akan selalu dipengaruhi oleh

keadaan sekitarnya, tingkah laku dan cara berfikir untuk menanggapi sesuatu

peristiwa yang terjadi di lingkungannya.

Persepsi akan berarti jika diperlihatkan dalam bentuk pernyataan, baik lisan

maupun perbuatan. Meskipun demikian, terkadang apa yang dinyatakan dalam bentuk

pernyataan perilaku yang terlihat belum tentu sesuai dengan persepsi yang asli.

Menurut Walgito (2002:10) “Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat bahwa

perilaku dapat dibentuk, diperoleh, berubah melalui proses belajar.”

Universitas Sumatera Utara

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang dapat

dibentuk dan dipelajari dengan proses belajar.

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Seseorang belum tentu mempunyai persepsi yang sama tentang suatu objek

yang sama. Perbedaan ini ditentukan bukan hanya pada stimulusnya sendiri, tetapi

juga pada latar belakang keadaan stimulus itu (Mahmud 1990:41). Latar belakang

yang dimaksud mencakup pengalaman-pengalaman sensoris, perasaan saat terjadinya

suatu peristiwa, prasangka, keinginan, sikap, dan tujuan.

Arikunto dalam Ali (2004:19), menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi

faktor-faktor yaitu :

1. Ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang

mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi

seseorang

2. Faktor-faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf

kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya.

3. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain di lingkungannya dapat

memberikan arah kesuatu tingkah laku

4. Faktor perbedaan latar belakang tingkah laku kultural (kebiasaan)

Sedangkan menurut Walgito (2002:70), faktor-faktor yang berperan dalam

persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu :

1. Objek yang dipersiapkan

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersiapkannya tetapi

juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung

mengenai syaraf yang bekerja sebagai reseptor.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus di

samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan

stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai

pusat kesadaran

Universitas Sumatera Utara

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya

perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam

rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau

konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada

sesuatu atau sekumpulan objek.

Faktor eskternal pada perpustakaan antara lain: a. Kerjasama antar perpustakaan agar

informasi-informasi tersebut dapat terseleksi dengan baik, b. Menyediakan informasi

yang dapat mendukung perkembangan ilmu dan teknologi, agar mahasiswa dapat

bersaing di pasar kerja, terutama pasar kerja di luar negeri.

Sedangkan faktor internal yaitu: a. Koleksi buku/literatur hukum, b. Sumber

daya manusia yaitu petugas/pustakawan, dan c. Infrastruktur yang dapat mendukung

layanan di perpustakaan seperti OPAC, komputer, ruangan yang nyaman disertai

pendingin ruangan (AC).

Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa banyak faktor yang

mampu mempengaruhi persepsi seseorang yaitu faktor internal yang berasal dari diri

sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari objek yang diperhatikan.

2.1.4 Proses Pembentukan Persepsi

Proses pembentukan persepsi disini merupakan hal yang harus dibahas dalam

penelitian, karena merupakan langkah pertama untuk menentukan bagaimana persepsi

pengguna terhadap bahan pustaka buku di Perpustakaan USU.

Adapun proses pembentukan persepsi menurut Walgito (2002:71) diuraikan sebagai

berikut:

Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor,

perlu dikemukakan antara objek dan stimulus itu menjadi satu misalnya dalam

hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit sehingga akan

terasa tekanan tersebut. Proses stimulus mengenai alat indera ditreuskan oleh

syaraf sensoris ke otak proses ini disebut sebagai proses psiologis. Kemudian

terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari

apa yang dilihat dan apa yang didengar atau apa yang diraba. Proses yang

terjadi diotak atau dalam pusat kesadaran ini yang disebut proses psikologis.

Dengan demikian dapat dikemukakan terakhir dari proses persepsi ialah

Universitas Sumatera Utara

individu menyadari tentang misalnya : apa yang dilihat, apa yang didengar dan

apa yang diraba yaitu stimulus yang ditrima oleh alat indera, proses ini

merupakan proses terakhir dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam

berbagai macam bentuk.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses

pembentukan suatu persepsi melewati beberapa proses seperti penglihatan,

pendengaran dan perabaan melalui alat indera terhadap objek yang dijadikan

perhatian.

2.1. 5 Pengguna Perpustakaan.

Sesuai dengan pengelola perpustakaan perguruan tinggi, sudah tentu pengguna

utama perpustakaan adalah komponen perguruan tinggi atau masyarakat perguruan

tinggi tempat perpustakaan bernaung. Sebagaimana dinyatakan oleh Badollahi

(1996:46), bahwa pengguna suatu perpustakaan perguruan tinggi adalah ”semua

anggota sivitas akademika di perguruan tinggi. Anggota sivitas di suatu perguruan

tinggi adalah mahasiswa, dosen dan pegawai administrasi.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengguna perpustakaan

perguruan tinggi adalah mahasiswa, dosen dan pegawai administrasi.

2.2 Pelayanan Pengguna

2.2.1 Pengertian Pelayanan Pengguna

Pelayanan pengguna merupakan pelayanan yang diberikan oleh suatu

perpustakaan sehubungan dengan pemanfaatan koleksi. Pada dasarnya kegiatan

pelayanan pengguna mengandung pengertian penyebarluasan informasi dan bahan

pustaka pada pengguna. Untuk itu, pustakawan harus mengusahakan agar pengguna

dapat memanfaatkan informasi bahan pustaka semaksimal mungkin. Berdasarkan

uraian di atas maka dapat dikatakan pelayanan pengguna merupakan pelayanan yang

diberikan oleh suatu perpustakaan sehubungan dengan pemanfaatan koleksi.

Menurut Lasa (1994:122) pelayanan pengguna adalah “mencakup semua

kegiatan pelayanan kepada pengguna yang berkaitan dengan pemanfaatan,

penggunaan koleksi perpustakaan dengan tepat guna dan tepat waktu untuk

kepentingan pengguna perpustakaan”.

Universitas Sumatera Utara

Sementara menurut Wahyudi (1994:123), pengertian pelayanan pengguna

secara umum adalah “kegiatan yang melayani peminjaman bahan pustaka”.

Berdasarkan ke dua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pelayanan pengguna

adalah keseluruhan proses peminjaman bahan pustaka sampai pada pengguna.

2.2.2 Tujuan Pelayanan Pengguna

Perpustakaan pada umumnya diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada

pengguna perpustakaan agar bahan pustaka yang ada dapat dimanfaatkan baik bahan

koleksi umum maupun koleksi rujukan sesuai dengan jenis pelayanan yang ada. Serta

pelayanan yang diberikan dapat memberikan kepuasan kepada pengguna

perpustakaan dalam mencari informasi yang diinginkan. Sehingga pengguna

perpustakaan tidak merasa bosan untuk terus berkunjung ke perpustakaan.

Pelayanan pengguna merupakan kegiatan penting dalam suatu perpustakaan.

Menurut Lasa (1994:2), tujuan pelayan pengguna adalah :

a. Supaya mereka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal mungkin.

b. Mudah diketahui siapa yang meminjam koleksi tertentu, dimana alamatnya

serta kapan koleksi itu harus dikembalikan.

c. Terjaminnya pengembalian dan peminjaman dalam waktu yang jelas, dengan

demikian keamanan bahan pustaka akan terjamin.

d. Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan

pemanfaatan koleksi.

e. Apabila terjadi pelanggaran akan diketahui.

2.3 Sistem Pelayanan Pengguna

Sistem pelayanan pengguna pada perpustakaan, pada umumnya dapat

dilaksanakan melalui dua cara. Menurut Sumarji (1992:64) dua cara pelayanan

tersebut adalah dengan sistem layanan terbuka (Opened Acscess) dan sistem layanan

tertutup (Closed Accesss). Salah satu dari kedua sistem pelayanan pengguna inilah

yang biasa diterapkan pada sebuah perpustakaan. Tetapi ada beberapa perpustakaan

besar yang menggunakan kedua sistem layanan sekaligus. Masing-masing sistem

mempunyai kelebihan dan kelemahan, tinggal tergantung pada perpustakaan tersebut

untuk memilih sistem mana yang akan dipakai.

Universitas Sumatera Utara

2.3.1 Sistem Layanan Tertutup (Closed Access)

Sistem layanan tertutup merupakan pelayanan sirkulasi yang tidak

memungkinkan pengguna memilih dan mengambil sendiri bahan pustaka yang

tersedia. Anggota yang ingin meminjam buku harus memilih dan mencari buku

melalui catalog yang berfungsi sebagai wakil buku yang dimiliki perpustakaan.

Kemudian buku yang diminta akan dicarikan oleh petugas perpustakaan. Setelah

ditemukan maka buku tersebut akan diproses peminjamannya dan untuk selanjutnya

diserahkan kepada pengguna yang membutuhkan.

Sistem layanan tertutup ini juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Lasa

(1994:4), mengemukakan beberapa kelebihan dan kelemahan dari sistem tertutup

yaitu:

a. Kelebihan

1. Daya tampung koleksi menjadi lebih banyak, karena jajaran rak satu dengan

yang lain lebih dekat.

2. Susunan buku akan lebih teratur dan tidak mudah rusak.

3. Kerusakan dan kehilangan koleksi lebih sedikit bila dibandingkan dengan

sistem terbuka.

b. Kelemahan

1. Banyak energi yang dibutuhkan pada bagian sirkulasi.

2. Terdapat sejumlah koleksi yang tidak pernah keluar/dipinjam.

3. Sering menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan misal terjadi salah

pengertian antara pengguna dengan pustakawan.

4. Terjadi antrian panjang pada saat peminjaman maupun pengembalian buku

keadaan ini berarti membuang waktu.

2.3.2 Sistem Layanan Terbuka (Opened Access)

Opened Access adalah salah satu sistem pelayanan pengguna pada

perpustakaan. Dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan (1986:25)

dinyatakan bahwa : ”Pelayanan sirkulasi dengan sistem terbuka merupakan pelayanan

sirkulasi yang memungkinkan para pengguna secara langsung memilih dan

mengambil sendiri bahan pustaka yang dikehendaki”.

Pada sistem ini anggota perpustakaan dapat masuk ke ruangan tempat

penyimpanan bahan pustaka. Petugas hanya mengawasi saja, tidak perlu membantu

mereka dalam mencari buku, karena pengunjung dianggap mampu menemukan apa

Universitas Sumatera Utara

yang dicari. Segala fasilitas telah disediakan dengan disertai petunjuk-petunjuk yang

jelas, misal katalog yang dilengkapi dengan petunjuk pemakaian dan sebagainya.

Setelah buku ditemukan, kemudian pengguna menyerahkan pada petugas

perpustakan untuk diproses. Lasa (1994:4) mengemukakan beberapa kelebihan dan

kelemahan sistem layanan terbuka ini, diantaranya:

a. Kelebihan

1. Kartu-kartu katalog tidak mudah rusak, karena sedikit yang menggunakannya.

Pada umumnya mereka langsung menuju rak buku untuk memilih sendiri.

2. Menghemat tenaga. Sebab dalam sistem ini petugas tidak perlu

mengambilkan. Petugas hanya mencatat dan kemudian mengembalikan buku-

buku yang telah dibaca maupun yang dikembalikan hari itu ditempat.

3. Judul-judul yang diketahui dan dibaca lebih banyak.

4. Akan segera diketahui judul buku yang sedang di pinjam, nama dan alamat

peminjam.

b. Kelemahan

1. Frekuensi kerusakan lebih besar.

2. Memerlukan ruangan yang lebih luas. Sebab letak rak satu dengan yang lain

memerlukan jarak yang longgar.

3. Susunan buku menjadi tidak teratur. Oleh karena itu pustakawan harus sering

mengadakan ‘reshelving’.

4. Pemula yang datang ke perpustakaan tersebut untuk mencari buku sering

bingung.

2.4 Pelayanan Sirkulasi

Pelayanan sirkulasi merupakan salah satu bagian penting yang tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan perpustakaan Perguruan Tinggi. Agar perpustakaan dapat

memainkan peranannya dengan baik/berdayaguna dan berhasil maka perpustakaan

harus didukung oleh sarana, prasarana serta tenaga kerja, pengelola yang handal.

Untuk itu tenaga pengelola Perpustakaan Perguruan Tinggi perlu dibekali

pengetahuan dan ketrampilan mengelola Perpustakaan Perguruan Tinggi khususnya

pada bagian pelayanan sirkulasi. Sebelum mempelajari lebih jauh, kita harus

memahami terlebih dahulu apa pengertian, tujuan, dan fungsi utama dari pelayanan

sirkulasi.

Universitas Sumatera Utara

2.4.1 Pengertian Pelayanan Sirkulasi

Sirkulasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “circulation” yang berarti

peredaran. Layanan sirkulasi adalah salah satu layanan yang diberikan oleh

perpustakaan kepada pengguna untuk memanfaatkan koleksi perpustakaan.

Menurut Sulistyo-Basuki (1994:100), “Pelayanan sirkulasi adalah bagian

terakhir dari automasi perpustakaan, karena sirkulasi menyangkut barbagai kegiatan

yang lebih rumit dari pada kegiatan lainnya.

Menurut Soeatminah (2000:34), “ Pelayanan sirkulasi kegiatan kerja yang

berupa pemberian bantuan kepada pemakai perpustakaan dlam proses peminjaman

dan pengembalian bahan pustaka”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan sirkulasi adalah

kegiatan yang harus ada di dalam perpustakaan yang berhubungan dengan bagian

peminjaman dan pengembalian bahan pustaka agar dapat digunakan oleh pengguna

secara maksimal.

2.4.2 Tujuan Pelayanan Sirkulasi

Fungsi dari pelayanan sirkulasi menurut Soedibyo (2005:190) adalah sebagai

berikut:

1. Melayani pendaftaran anggota.

2. Melayani peminjaman dan pengembalian buku-buku.

3. Menarik denda bagi anggota yang terlambat dalam mengembalikan

buku-buku pinjaman.

4. Penagihan buku-buku.

5. Memberikan surat keterangan bebas pinjam.

6. Membuat laporan harian.

7. Bertanggung jawab atas kerapian buku-buku di rak.

Kegiatan pelayanan sirkulasi yang dilakukan oleh petugas perpustakaan adalah

untuk mengadakan perputaran dan peredaran bahan pustaka yang dimiliki oleh

perpustakaan. Pelayanan ini sangat penting karena berhubungan langsung dengan

pengguna perpustakaan.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan pelayanan sirkulasi menurut Lasa (1994:1) adalah:

1. Supaya mereka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal

mungkin.

2. Mudah mengetahui siapa yang meminjam koleksi tertentu, dimana

alamatnya, serta kapan koleksi kembali. Dengan demikian apabila koleksi

dibutuhkan pengguna lain, akan diketahui alamat peminjam atau

dinantikan pada waktu pengembalian.

3. Adanya jaminan pengembalian pinjaman dalam waktu yang jelas sudah

ditentukan dengan demikian keamanan bahan pustaka akan terjaga.

4. Diperolah data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan

pemanfaatan koleksi.

5. Apabila terjadi keterlambatan pengembalian akan segera diketahui.

2.4.3 Fungsi Pelayanan Sirkulasi

Menurut Sulistyo-Basuki (1993:257), fungsi pelayanan sirkulasi adalah:

1. Mengawasi pintu masuk dan keluar perpustakaan.

2. Pendaftaran anggota, perpanjangan anggota dan pengunduran diri dari

anggota perpustakaan.

3. Meminjamkan serta mengembalikan buku dan memperpanjang waktu

peminjaman.

4. Menarik denda bagi buku yang terlambat untuk dikembalikan.

5. Mengeluarkan surat peringatan bagi buku yang belum dikembalikan pada

waktunya/surat penagihan.

6. Tugas yang berkaitan dengan peminjaman buku, khususnya buku hilang

atau rusak.

7. Bertanggung jawab atas segala berkas peminjaman.

8. Membuat statistika peminjaman.

9. Peminjaman antar perpustakaan. Bila perpustakaan melakukan kerjasama

koleksi bahan pustaka dengan perpustakaan lain.

10. Mengawasi urusan penitipan tas, jas, mantel, dan sebagainya milik

pengunjung perpustakaan.

11. Tugas lain perpustakaan yang berkaitan dengan peminjaman

Universitas Sumatera Utara

Menurut Darmono (2001:136), agar fungsi pelayanan sirkulasi dapat tercapai secara

maksimal maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini:

1. Adanya iklim yang kondusif untuk menciptakan minat baca, gairah

membaca, dan kebiasaan membaca.

2. Tersedianya koleksi yang sesuai dengan kebutuhan dan selera pengguna

perpustakaan.

3. Perpustakaan diselenggarakan dengan teratur diorganisir secara baik,

artinya perpustakaan dikelola dengan baik dan bertumpu pada manajemen

penyelenggaraan perpustakaan serta adanya tertib administrasi.

4. Pemakai mengetahui cara-cara pemanfaatan perpustakaan dengan baik,

untuk menunjang ini perpustakaan perlu membuat rambu-rambu yang

dapat menuntun pemakai untuk menarik dan menemukan informasi di

perpustakaan.

5. Adanya pustakawan atau tenaga perpustakaan yang memiliki pengetahuan

dan ketrampilan bidang kepustakawanan yang memadai.

2.5 Kegiatan Kerja Pelayanan Sirkulasi

Kegiatan kerja pelayanan sirkulasi pada perpustakaan secara umum terdiri dari

beberapa bidang kegiatan kerja. Kegiatan kerja tersebut saling berkaitan satu dengan

yang lain. Kegiatan ini mencakup beberapa hal:

a. Keanggotaan

b. Peminjaman

c. Pengembalian

d. Perpanjangan

e. Penagihan

f. Pemberian Sanksi

g. Bebas Pinjam

2.5.1 Keanggotaan

Perpustakaan menentukan siapa saja yang berhak menjadi anggota

perpustakaan, dan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk mendaftar

menjadi anggota. Melalui keanggotaan, pihak perpustakaan akan mengetahui jati diri

Universitas Sumatera Utara

penggunanya. Dengan melakukan pencatatan keanggotaan juga mempermudah dalam

prosedur peminjaman.

Sulistyo-Basuki (1991:257) mengatakan bahwa:

“Bila seseorang ingin mendaftarkan diri sebagai anggota perpustakaan maka di

harus mengisi formulir keanggotaan, maka dikembalikan kepada petugas sirkulasi

disertai dengan kelengkapan lainnya. Kelengkapan keanggotaan tergantung kepada

kebijakan masing-masing perpustakaan, ada yang mensyaratkan uang iuran, foto diri,

dan fotokopi tanda pengenal”.

Perpustakaan Cabang Fakultas Hukum USU menetapkan keanggotaan

berdasarkan Kartu Tanda Mahasiswa yang dimiliki oleh mahasiswa itu sendiri.

2.5.2 Peminjaman

Proses peminjaman bahan pustaka adalah proses yang dilakukan pada bagian

sirkulasi. Nurhayadi (1982:4) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan peminjaman

adalah pelayanan sirkulasi yang berupa kegiatan pencatatan bukti bahwa pengguna

meminjam bahan pustaka. Proses peminjaman menggunakan berbagai cara. Ada yang

menggunakan buku besar, kartu buku dan sebagainya sesuai dengan kondisi suatu

perpustakaannya.

Menurut Lasa (1994:3) peminjaman bahan pustaka tidak terlepas dari jangka

waktu peminjaman yang juga sangat bervariasi, misalnya:

1. Jangka lama:1 tahun, persemester, persekuartal, perbulan.

2. Jangka menengah: setengah bulan, 10 hari, 1 minggu.

3. jangka pendek: 3 hari, 2 hari, sehari.

4. Jangka waktu singkat: semalam, sesiang, sejam.

2.5.3 Pengembalian

Pengembalian adalah “Pelayanan sirkulasi yang berupa kegiatan pencatatan

bukti bahwa pemakai mengembalikan bahan pustaka yang dipinjamnya” (Pedoman

Pelaksanan Sirkulasi, 1982:12).

Ada dua cara pengembalian bahan pustaka yang biasa dilakukan di

perpustakaan, yaitu pengguna membawa langsung bahan pustaka yang hendak

dikembalikan dengan memasukkannya dari luar ke dalam kotak pengembalian. Jika

pengguna membawa langsung bahan pustaka yang hendak dikembalikannya ke meja

Universitas Sumatera Utara

sirkulasi, maka sesuai dengan buku Pedoman Pelaksanaan Sirkulasi (1982:16),

prosedur pengembalian bahan pustaka adalah sebagai berikut:

a. Pemakai datang sendiri ke sub-bagian pelayanan sirkulasi atau diwakili orang

lain untuk menyerahkan bahan pustaka yang dipinjamnya ke petugas.

b. Petugas menerima dan memeriksa keutuhannya serta tanggal pengembalian

pengembaliannya pada lembaran tanggal.

c. Petugas mengambil kartu buku baru kotak kartu buku atas dasar tanggal

kembali yang tertera pada lembaran tanggal.

d. Petugas mengambil kartu peminjaman dari kotak kartu peminjaman atas dasar

nomor anggota yang tertera pada lembaran tanggal dan kartu buku

peminjaman.

e. Petugas mengembalikan:

1. Kartu buku pada kantong kartu buku.

2. Kartu peminjaman pada kotak kartu peminjaman.

f. Petugas mengelompokkan bahan pustaka:

1. yang rusak dikembalikan ke rak.

2. yang rusak tetapi masih dapat diperbaiki diusulkan untuk disiangi.

2.5.4 Perpanjangan

Perpanjangan waktu peminjaman tergantung kepada kebijakan perpustakaan

dan kondisi perpustakaan tertentu. Ada perpustakaan yang memberikan perpanjangan

satu kali saja. Berdasarkan buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan (1986: 22),

prosedur perpanjangan masa pinjaman adalah sebagai berikut:

1. Pengguna membawa buku yang dipinjam ke meja layanan.

2. Petugas memeriksa formulir penempahan.

3. Jika tidak ada memesan, petugas membubuhkan tanggal yang baru

pada kartu pinjam dan kartu buku.

4. Jika ada yang menempah, petugas tidak memberikan ijin perpanjangan.

Ada juga sarana yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan perpanjangan

masa pinjam bahan pustaka adalah sebagi berikut:

1. Kartu pinjam

2. Kartu buku

3. Stempel tanggal

Universitas Sumatera Utara

2.5.5 Penagihan

Para pengguna sering melakukan pelanggaran pengembalian bahan pustaka.

Jika terjadi keterlambatan pengembalian yang melebihi batas kewajaran, maka perlu

diadakan penagihan. Menurut Buku Pedoman Pelaksanaan Sirkulasi, 1982:25,

“Penagihan adalah pelayanan sirkulasi yang berupa kegiatan meminta kembali bahan

pustaka yang dipinjam oleh pemakai setelah batas waktu peminjaman dilampaui”.

Penagihan dapat dilakukan dengan cara mengirimkan surat maupun secara

lisan. Pada umumnya perpustakaan melaksanakan kegiatan penagihan dengan cara

pengiriman surat. Pengiriman surat peringatan tergantung pada kebijakan

perpustakaan. Ada perpustakaan yang memberikan tenggang waktu 7 (tujuh) hari

setelah jatuh tempo, setelah itu dikirimkan surat peringatan. Untuk menghindari

terjadinya pelanggran terhadap batas waktu pengembalian bahan pustaka, maka

penagihan sangat penting untuk dilaksanakan.

2.5.6 Pemberian Sanksi

Sanksi diberikan kepada anggota perpustakaan yang melanggar peraturan

perpustakaan. Sanksi yang dikenakan kepada pelanggar hendaknya bersifat mendidik

agar mereka manyadari bahwa bahan pustaka itu juga diperlukan oleh orang lain.

Sanksi dapat berupa denda uang, peringatan, penggantian pustaka maupun sanksi

akademik.

Khususnya bagi penerimaan uang denda dicatat dalam buku denda dan diparaf

oleh peminjam yang membayar denda. Jumlah uang denda harus dapat dipertanggung

jawabkan, maka perlu dicatat secara baik dan benar serta dilaporkan kepada atasan.

Penggunaan uang denda diatur tertulis dan menjadi bagian dari perencanaan

perpustakaan. Menurut Noerhayati (1988:102), menyatakan pelanggaran yang dikenai

sanksi di perpustakaan adalah:

1. Buku Rusak.

2. Buku Kotor.

3. Buku Hilang

4. Terlambat mengembalikan buku berdasarkan tanggal pengembalian.

Universitas Sumatera Utara

5. Apabila seseorang terlambat mengembalikan buku berdasarkan tanggal

kembalinya, maka harus dikenai denda sesuai dengan peraturan denda

di perpustakaan.

2.5.7 Bebas Pinjam

Bebas pinjam adalah salah satu kegiatan pada bagian pelayanan sirkulasi yang

berupa pemeriksaan tanda bukti tidak lagi mempunyai pinjaman buku di

perpustakaan.

Adapun porsedur pemberian surat keterangan bebas pinjam menurut Trimo

(1992:23) adalah sebagi berikut:

1. Pemakai yang membutuhkan tanda bukti bebas pinjam menyerahkan tanda

pengenal.

2. Petugas mengambil kartu peminjaman berdasarkan nomor anggota yang

tertera pada tanda pengenal.

3. Petugas mengambil kartu peminjam berdasrkan nomor anggota yang tertera

pada tanda pengenal.

4. Petugas memeriksa ada tidaknya pinjaman yang belum dikembalikan pada

kartu pinjaman.

5. Kartu peminjam yang menunjukkan bahwa pemakai yang tidak mempunyai

pinjaman distempel “bebas pinjam”.

6. Petugas mengisi tanda bukti “bebas pinjam” dengan identitas pemakai

rangkap dua.

Universitas Sumatera Utara