Upload
iik-blegedes
View
215
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
klimakterium
Citation preview
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap suatu objek dan
situasi lingkunganya. Dengan kata lain, tingkah laku seseorang terhadap suatu objek
dipengaruhi oleh persepsinya.
“Persepsi adalah kesan seseorang terhadap objek persepsi tertentu yang
dipengaruhi faktor internal, yakni perilaku yang berada di bawah kendali pribadi dan
faktor eksternal, yakni perilaku yang dipengaruhi oleh situasi di luarnya.” (Depdiknas,
2003).
Sedangkan menurut Walgito (2002:69)
“Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan
yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera
namun proses itu tidak berhenti begitu saja melainkan stimulus tersebut
diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu
penilaian atau kesan seseorang terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal.
2.1.2 Persepsi dan Perilaku
Persepsi dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap objek dan
situasi lingkunganya. Sementara tingkah laku seseorang juga dipengaruhi persepsinya
terhadap sesuatu baik benda maupun peristiwa. Manusia akan selalu dipengaruhi oleh
keadaan sekitarnya, tingkah laku dan cara berfikir untuk menanggapi sesuatu
peristiwa yang terjadi di lingkungannya.
Persepsi akan berarti jika diperlihatkan dalam bentuk pernyataan, baik lisan
maupun perbuatan. Meskipun demikian, terkadang apa yang dinyatakan dalam bentuk
pernyataan perilaku yang terlihat belum tentu sesuai dengan persepsi yang asli.
Menurut Walgito (2002:10) “Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat bahwa
perilaku dapat dibentuk, diperoleh, berubah melalui proses belajar.”
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang dapat
dibentuk dan dipelajari dengan proses belajar.
2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Seseorang belum tentu mempunyai persepsi yang sama tentang suatu objek
yang sama. Perbedaan ini ditentukan bukan hanya pada stimulusnya sendiri, tetapi
juga pada latar belakang keadaan stimulus itu (Mahmud 1990:41). Latar belakang
yang dimaksud mencakup pengalaman-pengalaman sensoris, perasaan saat terjadinya
suatu peristiwa, prasangka, keinginan, sikap, dan tujuan.
Arikunto dalam Ali (2004:19), menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi
faktor-faktor yaitu :
1. Ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang
mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi
seseorang
2. Faktor-faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf
kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya.
3. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain di lingkungannya dapat
memberikan arah kesuatu tingkah laku
4. Faktor perbedaan latar belakang tingkah laku kultural (kebiasaan)
Sedangkan menurut Walgito (2002:70), faktor-faktor yang berperan dalam
persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu :
1. Objek yang dipersiapkan
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersiapkannya tetapi
juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung
mengenai syaraf yang bekerja sebagai reseptor.
2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus di
samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai
pusat kesadaran
Universitas Sumatera Utara
3. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam
rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau
konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada
sesuatu atau sekumpulan objek.
Faktor eskternal pada perpustakaan antara lain: a. Kerjasama antar perpustakaan agar
informasi-informasi tersebut dapat terseleksi dengan baik, b. Menyediakan informasi
yang dapat mendukung perkembangan ilmu dan teknologi, agar mahasiswa dapat
bersaing di pasar kerja, terutama pasar kerja di luar negeri.
Sedangkan faktor internal yaitu: a. Koleksi buku/literatur hukum, b. Sumber
daya manusia yaitu petugas/pustakawan, dan c. Infrastruktur yang dapat mendukung
layanan di perpustakaan seperti OPAC, komputer, ruangan yang nyaman disertai
pendingin ruangan (AC).
Dari uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa banyak faktor yang
mampu mempengaruhi persepsi seseorang yaitu faktor internal yang berasal dari diri
sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari objek yang diperhatikan.
2.1.4 Proses Pembentukan Persepsi
Proses pembentukan persepsi disini merupakan hal yang harus dibahas dalam
penelitian, karena merupakan langkah pertama untuk menentukan bagaimana persepsi
pengguna terhadap bahan pustaka buku di Perpustakaan USU.
Adapun proses pembentukan persepsi menurut Walgito (2002:71) diuraikan sebagai
berikut:
Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor,
perlu dikemukakan antara objek dan stimulus itu menjadi satu misalnya dalam
hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit sehingga akan
terasa tekanan tersebut. Proses stimulus mengenai alat indera ditreuskan oleh
syaraf sensoris ke otak proses ini disebut sebagai proses psiologis. Kemudian
terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari
apa yang dilihat dan apa yang didengar atau apa yang diraba. Proses yang
terjadi diotak atau dalam pusat kesadaran ini yang disebut proses psikologis.
Dengan demikian dapat dikemukakan terakhir dari proses persepsi ialah
Universitas Sumatera Utara
individu menyadari tentang misalnya : apa yang dilihat, apa yang didengar dan
apa yang diraba yaitu stimulus yang ditrima oleh alat indera, proses ini
merupakan proses terakhir dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam
berbagai macam bentuk.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses
pembentukan suatu persepsi melewati beberapa proses seperti penglihatan,
pendengaran dan perabaan melalui alat indera terhadap objek yang dijadikan
perhatian.
2.1. 5 Pengguna Perpustakaan.
Sesuai dengan pengelola perpustakaan perguruan tinggi, sudah tentu pengguna
utama perpustakaan adalah komponen perguruan tinggi atau masyarakat perguruan
tinggi tempat perpustakaan bernaung. Sebagaimana dinyatakan oleh Badollahi
(1996:46), bahwa pengguna suatu perpustakaan perguruan tinggi adalah ”semua
anggota sivitas akademika di perguruan tinggi. Anggota sivitas di suatu perguruan
tinggi adalah mahasiswa, dosen dan pegawai administrasi.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengguna perpustakaan
perguruan tinggi adalah mahasiswa, dosen dan pegawai administrasi.
2.2 Pelayanan Pengguna
2.2.1 Pengertian Pelayanan Pengguna
Pelayanan pengguna merupakan pelayanan yang diberikan oleh suatu
perpustakaan sehubungan dengan pemanfaatan koleksi. Pada dasarnya kegiatan
pelayanan pengguna mengandung pengertian penyebarluasan informasi dan bahan
pustaka pada pengguna. Untuk itu, pustakawan harus mengusahakan agar pengguna
dapat memanfaatkan informasi bahan pustaka semaksimal mungkin. Berdasarkan
uraian di atas maka dapat dikatakan pelayanan pengguna merupakan pelayanan yang
diberikan oleh suatu perpustakaan sehubungan dengan pemanfaatan koleksi.
Menurut Lasa (1994:122) pelayanan pengguna adalah “mencakup semua
kegiatan pelayanan kepada pengguna yang berkaitan dengan pemanfaatan,
penggunaan koleksi perpustakaan dengan tepat guna dan tepat waktu untuk
kepentingan pengguna perpustakaan”.
Universitas Sumatera Utara
Sementara menurut Wahyudi (1994:123), pengertian pelayanan pengguna
secara umum adalah “kegiatan yang melayani peminjaman bahan pustaka”.
Berdasarkan ke dua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pelayanan pengguna
adalah keseluruhan proses peminjaman bahan pustaka sampai pada pengguna.
2.2.2 Tujuan Pelayanan Pengguna
Perpustakaan pada umumnya diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada
pengguna perpustakaan agar bahan pustaka yang ada dapat dimanfaatkan baik bahan
koleksi umum maupun koleksi rujukan sesuai dengan jenis pelayanan yang ada. Serta
pelayanan yang diberikan dapat memberikan kepuasan kepada pengguna
perpustakaan dalam mencari informasi yang diinginkan. Sehingga pengguna
perpustakaan tidak merasa bosan untuk terus berkunjung ke perpustakaan.
Pelayanan pengguna merupakan kegiatan penting dalam suatu perpustakaan.
Menurut Lasa (1994:2), tujuan pelayan pengguna adalah :
a. Supaya mereka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal mungkin.
b. Mudah diketahui siapa yang meminjam koleksi tertentu, dimana alamatnya
serta kapan koleksi itu harus dikembalikan.
c. Terjaminnya pengembalian dan peminjaman dalam waktu yang jelas, dengan
demikian keamanan bahan pustaka akan terjamin.
d. Diperoleh data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan
pemanfaatan koleksi.
e. Apabila terjadi pelanggaran akan diketahui.
2.3 Sistem Pelayanan Pengguna
Sistem pelayanan pengguna pada perpustakaan, pada umumnya dapat
dilaksanakan melalui dua cara. Menurut Sumarji (1992:64) dua cara pelayanan
tersebut adalah dengan sistem layanan terbuka (Opened Acscess) dan sistem layanan
tertutup (Closed Accesss). Salah satu dari kedua sistem pelayanan pengguna inilah
yang biasa diterapkan pada sebuah perpustakaan. Tetapi ada beberapa perpustakaan
besar yang menggunakan kedua sistem layanan sekaligus. Masing-masing sistem
mempunyai kelebihan dan kelemahan, tinggal tergantung pada perpustakaan tersebut
untuk memilih sistem mana yang akan dipakai.
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Sistem Layanan Tertutup (Closed Access)
Sistem layanan tertutup merupakan pelayanan sirkulasi yang tidak
memungkinkan pengguna memilih dan mengambil sendiri bahan pustaka yang
tersedia. Anggota yang ingin meminjam buku harus memilih dan mencari buku
melalui catalog yang berfungsi sebagai wakil buku yang dimiliki perpustakaan.
Kemudian buku yang diminta akan dicarikan oleh petugas perpustakaan. Setelah
ditemukan maka buku tersebut akan diproses peminjamannya dan untuk selanjutnya
diserahkan kepada pengguna yang membutuhkan.
Sistem layanan tertutup ini juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Lasa
(1994:4), mengemukakan beberapa kelebihan dan kelemahan dari sistem tertutup
yaitu:
a. Kelebihan
1. Daya tampung koleksi menjadi lebih banyak, karena jajaran rak satu dengan
yang lain lebih dekat.
2. Susunan buku akan lebih teratur dan tidak mudah rusak.
3. Kerusakan dan kehilangan koleksi lebih sedikit bila dibandingkan dengan
sistem terbuka.
b. Kelemahan
1. Banyak energi yang dibutuhkan pada bagian sirkulasi.
2. Terdapat sejumlah koleksi yang tidak pernah keluar/dipinjam.
3. Sering menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan misal terjadi salah
pengertian antara pengguna dengan pustakawan.
4. Terjadi antrian panjang pada saat peminjaman maupun pengembalian buku
keadaan ini berarti membuang waktu.
2.3.2 Sistem Layanan Terbuka (Opened Access)
Opened Access adalah salah satu sistem pelayanan pengguna pada
perpustakaan. Dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan (1986:25)
dinyatakan bahwa : ”Pelayanan sirkulasi dengan sistem terbuka merupakan pelayanan
sirkulasi yang memungkinkan para pengguna secara langsung memilih dan
mengambil sendiri bahan pustaka yang dikehendaki”.
Pada sistem ini anggota perpustakaan dapat masuk ke ruangan tempat
penyimpanan bahan pustaka. Petugas hanya mengawasi saja, tidak perlu membantu
mereka dalam mencari buku, karena pengunjung dianggap mampu menemukan apa
Universitas Sumatera Utara
yang dicari. Segala fasilitas telah disediakan dengan disertai petunjuk-petunjuk yang
jelas, misal katalog yang dilengkapi dengan petunjuk pemakaian dan sebagainya.
Setelah buku ditemukan, kemudian pengguna menyerahkan pada petugas
perpustakan untuk diproses. Lasa (1994:4) mengemukakan beberapa kelebihan dan
kelemahan sistem layanan terbuka ini, diantaranya:
a. Kelebihan
1. Kartu-kartu katalog tidak mudah rusak, karena sedikit yang menggunakannya.
Pada umumnya mereka langsung menuju rak buku untuk memilih sendiri.
2. Menghemat tenaga. Sebab dalam sistem ini petugas tidak perlu
mengambilkan. Petugas hanya mencatat dan kemudian mengembalikan buku-
buku yang telah dibaca maupun yang dikembalikan hari itu ditempat.
3. Judul-judul yang diketahui dan dibaca lebih banyak.
4. Akan segera diketahui judul buku yang sedang di pinjam, nama dan alamat
peminjam.
b. Kelemahan
1. Frekuensi kerusakan lebih besar.
2. Memerlukan ruangan yang lebih luas. Sebab letak rak satu dengan yang lain
memerlukan jarak yang longgar.
3. Susunan buku menjadi tidak teratur. Oleh karena itu pustakawan harus sering
mengadakan ‘reshelving’.
4. Pemula yang datang ke perpustakaan tersebut untuk mencari buku sering
bingung.
2.4 Pelayanan Sirkulasi
Pelayanan sirkulasi merupakan salah satu bagian penting yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan perpustakaan Perguruan Tinggi. Agar perpustakaan dapat
memainkan peranannya dengan baik/berdayaguna dan berhasil maka perpustakaan
harus didukung oleh sarana, prasarana serta tenaga kerja, pengelola yang handal.
Untuk itu tenaga pengelola Perpustakaan Perguruan Tinggi perlu dibekali
pengetahuan dan ketrampilan mengelola Perpustakaan Perguruan Tinggi khususnya
pada bagian pelayanan sirkulasi. Sebelum mempelajari lebih jauh, kita harus
memahami terlebih dahulu apa pengertian, tujuan, dan fungsi utama dari pelayanan
sirkulasi.
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Pengertian Pelayanan Sirkulasi
Sirkulasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “circulation” yang berarti
peredaran. Layanan sirkulasi adalah salah satu layanan yang diberikan oleh
perpustakaan kepada pengguna untuk memanfaatkan koleksi perpustakaan.
Menurut Sulistyo-Basuki (1994:100), “Pelayanan sirkulasi adalah bagian
terakhir dari automasi perpustakaan, karena sirkulasi menyangkut barbagai kegiatan
yang lebih rumit dari pada kegiatan lainnya.
Menurut Soeatminah (2000:34), “ Pelayanan sirkulasi kegiatan kerja yang
berupa pemberian bantuan kepada pemakai perpustakaan dlam proses peminjaman
dan pengembalian bahan pustaka”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan sirkulasi adalah
kegiatan yang harus ada di dalam perpustakaan yang berhubungan dengan bagian
peminjaman dan pengembalian bahan pustaka agar dapat digunakan oleh pengguna
secara maksimal.
2.4.2 Tujuan Pelayanan Sirkulasi
Fungsi dari pelayanan sirkulasi menurut Soedibyo (2005:190) adalah sebagai
berikut:
1. Melayani pendaftaran anggota.
2. Melayani peminjaman dan pengembalian buku-buku.
3. Menarik denda bagi anggota yang terlambat dalam mengembalikan
buku-buku pinjaman.
4. Penagihan buku-buku.
5. Memberikan surat keterangan bebas pinjam.
6. Membuat laporan harian.
7. Bertanggung jawab atas kerapian buku-buku di rak.
Kegiatan pelayanan sirkulasi yang dilakukan oleh petugas perpustakaan adalah
untuk mengadakan perputaran dan peredaran bahan pustaka yang dimiliki oleh
perpustakaan. Pelayanan ini sangat penting karena berhubungan langsung dengan
pengguna perpustakaan.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan pelayanan sirkulasi menurut Lasa (1994:1) adalah:
1. Supaya mereka mampu memanfaatkan koleksi tersebut semaksimal
mungkin.
2. Mudah mengetahui siapa yang meminjam koleksi tertentu, dimana
alamatnya, serta kapan koleksi kembali. Dengan demikian apabila koleksi
dibutuhkan pengguna lain, akan diketahui alamat peminjam atau
dinantikan pada waktu pengembalian.
3. Adanya jaminan pengembalian pinjaman dalam waktu yang jelas sudah
ditentukan dengan demikian keamanan bahan pustaka akan terjaga.
4. Diperolah data kegiatan perpustakaan terutama yang berkaitan dengan
pemanfaatan koleksi.
5. Apabila terjadi keterlambatan pengembalian akan segera diketahui.
2.4.3 Fungsi Pelayanan Sirkulasi
Menurut Sulistyo-Basuki (1993:257), fungsi pelayanan sirkulasi adalah:
1. Mengawasi pintu masuk dan keluar perpustakaan.
2. Pendaftaran anggota, perpanjangan anggota dan pengunduran diri dari
anggota perpustakaan.
3. Meminjamkan serta mengembalikan buku dan memperpanjang waktu
peminjaman.
4. Menarik denda bagi buku yang terlambat untuk dikembalikan.
5. Mengeluarkan surat peringatan bagi buku yang belum dikembalikan pada
waktunya/surat penagihan.
6. Tugas yang berkaitan dengan peminjaman buku, khususnya buku hilang
atau rusak.
7. Bertanggung jawab atas segala berkas peminjaman.
8. Membuat statistika peminjaman.
9. Peminjaman antar perpustakaan. Bila perpustakaan melakukan kerjasama
koleksi bahan pustaka dengan perpustakaan lain.
10. Mengawasi urusan penitipan tas, jas, mantel, dan sebagainya milik
pengunjung perpustakaan.
11. Tugas lain perpustakaan yang berkaitan dengan peminjaman
Universitas Sumatera Utara
Menurut Darmono (2001:136), agar fungsi pelayanan sirkulasi dapat tercapai secara
maksimal maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini:
1. Adanya iklim yang kondusif untuk menciptakan minat baca, gairah
membaca, dan kebiasaan membaca.
2. Tersedianya koleksi yang sesuai dengan kebutuhan dan selera pengguna
perpustakaan.
3. Perpustakaan diselenggarakan dengan teratur diorganisir secara baik,
artinya perpustakaan dikelola dengan baik dan bertumpu pada manajemen
penyelenggaraan perpustakaan serta adanya tertib administrasi.
4. Pemakai mengetahui cara-cara pemanfaatan perpustakaan dengan baik,
untuk menunjang ini perpustakaan perlu membuat rambu-rambu yang
dapat menuntun pemakai untuk menarik dan menemukan informasi di
perpustakaan.
5. Adanya pustakawan atau tenaga perpustakaan yang memiliki pengetahuan
dan ketrampilan bidang kepustakawanan yang memadai.
2.5 Kegiatan Kerja Pelayanan Sirkulasi
Kegiatan kerja pelayanan sirkulasi pada perpustakaan secara umum terdiri dari
beberapa bidang kegiatan kerja. Kegiatan kerja tersebut saling berkaitan satu dengan
yang lain. Kegiatan ini mencakup beberapa hal:
a. Keanggotaan
b. Peminjaman
c. Pengembalian
d. Perpanjangan
e. Penagihan
f. Pemberian Sanksi
g. Bebas Pinjam
2.5.1 Keanggotaan
Perpustakaan menentukan siapa saja yang berhak menjadi anggota
perpustakaan, dan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi untuk mendaftar
menjadi anggota. Melalui keanggotaan, pihak perpustakaan akan mengetahui jati diri
Universitas Sumatera Utara
penggunanya. Dengan melakukan pencatatan keanggotaan juga mempermudah dalam
prosedur peminjaman.
Sulistyo-Basuki (1991:257) mengatakan bahwa:
“Bila seseorang ingin mendaftarkan diri sebagai anggota perpustakaan maka di
harus mengisi formulir keanggotaan, maka dikembalikan kepada petugas sirkulasi
disertai dengan kelengkapan lainnya. Kelengkapan keanggotaan tergantung kepada
kebijakan masing-masing perpustakaan, ada yang mensyaratkan uang iuran, foto diri,
dan fotokopi tanda pengenal”.
Perpustakaan Cabang Fakultas Hukum USU menetapkan keanggotaan
berdasarkan Kartu Tanda Mahasiswa yang dimiliki oleh mahasiswa itu sendiri.
2.5.2 Peminjaman
Proses peminjaman bahan pustaka adalah proses yang dilakukan pada bagian
sirkulasi. Nurhayadi (1982:4) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan peminjaman
adalah pelayanan sirkulasi yang berupa kegiatan pencatatan bukti bahwa pengguna
meminjam bahan pustaka. Proses peminjaman menggunakan berbagai cara. Ada yang
menggunakan buku besar, kartu buku dan sebagainya sesuai dengan kondisi suatu
perpustakaannya.
Menurut Lasa (1994:3) peminjaman bahan pustaka tidak terlepas dari jangka
waktu peminjaman yang juga sangat bervariasi, misalnya:
1. Jangka lama:1 tahun, persemester, persekuartal, perbulan.
2. Jangka menengah: setengah bulan, 10 hari, 1 minggu.
3. jangka pendek: 3 hari, 2 hari, sehari.
4. Jangka waktu singkat: semalam, sesiang, sejam.
2.5.3 Pengembalian
Pengembalian adalah “Pelayanan sirkulasi yang berupa kegiatan pencatatan
bukti bahwa pemakai mengembalikan bahan pustaka yang dipinjamnya” (Pedoman
Pelaksanan Sirkulasi, 1982:12).
Ada dua cara pengembalian bahan pustaka yang biasa dilakukan di
perpustakaan, yaitu pengguna membawa langsung bahan pustaka yang hendak
dikembalikan dengan memasukkannya dari luar ke dalam kotak pengembalian. Jika
pengguna membawa langsung bahan pustaka yang hendak dikembalikannya ke meja
Universitas Sumatera Utara
sirkulasi, maka sesuai dengan buku Pedoman Pelaksanaan Sirkulasi (1982:16),
prosedur pengembalian bahan pustaka adalah sebagai berikut:
a. Pemakai datang sendiri ke sub-bagian pelayanan sirkulasi atau diwakili orang
lain untuk menyerahkan bahan pustaka yang dipinjamnya ke petugas.
b. Petugas menerima dan memeriksa keutuhannya serta tanggal pengembalian
pengembaliannya pada lembaran tanggal.
c. Petugas mengambil kartu buku baru kotak kartu buku atas dasar tanggal
kembali yang tertera pada lembaran tanggal.
d. Petugas mengambil kartu peminjaman dari kotak kartu peminjaman atas dasar
nomor anggota yang tertera pada lembaran tanggal dan kartu buku
peminjaman.
e. Petugas mengembalikan:
1. Kartu buku pada kantong kartu buku.
2. Kartu peminjaman pada kotak kartu peminjaman.
f. Petugas mengelompokkan bahan pustaka:
1. yang rusak dikembalikan ke rak.
2. yang rusak tetapi masih dapat diperbaiki diusulkan untuk disiangi.
2.5.4 Perpanjangan
Perpanjangan waktu peminjaman tergantung kepada kebijakan perpustakaan
dan kondisi perpustakaan tertentu. Ada perpustakaan yang memberikan perpanjangan
satu kali saja. Berdasarkan buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan (1986: 22),
prosedur perpanjangan masa pinjaman adalah sebagai berikut:
1. Pengguna membawa buku yang dipinjam ke meja layanan.
2. Petugas memeriksa formulir penempahan.
3. Jika tidak ada memesan, petugas membubuhkan tanggal yang baru
pada kartu pinjam dan kartu buku.
4. Jika ada yang menempah, petugas tidak memberikan ijin perpanjangan.
Ada juga sarana yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan perpanjangan
masa pinjam bahan pustaka adalah sebagi berikut:
1. Kartu pinjam
2. Kartu buku
3. Stempel tanggal
Universitas Sumatera Utara
2.5.5 Penagihan
Para pengguna sering melakukan pelanggaran pengembalian bahan pustaka.
Jika terjadi keterlambatan pengembalian yang melebihi batas kewajaran, maka perlu
diadakan penagihan. Menurut Buku Pedoman Pelaksanaan Sirkulasi, 1982:25,
“Penagihan adalah pelayanan sirkulasi yang berupa kegiatan meminta kembali bahan
pustaka yang dipinjam oleh pemakai setelah batas waktu peminjaman dilampaui”.
Penagihan dapat dilakukan dengan cara mengirimkan surat maupun secara
lisan. Pada umumnya perpustakaan melaksanakan kegiatan penagihan dengan cara
pengiriman surat. Pengiriman surat peringatan tergantung pada kebijakan
perpustakaan. Ada perpustakaan yang memberikan tenggang waktu 7 (tujuh) hari
setelah jatuh tempo, setelah itu dikirimkan surat peringatan. Untuk menghindari
terjadinya pelanggran terhadap batas waktu pengembalian bahan pustaka, maka
penagihan sangat penting untuk dilaksanakan.
2.5.6 Pemberian Sanksi
Sanksi diberikan kepada anggota perpustakaan yang melanggar peraturan
perpustakaan. Sanksi yang dikenakan kepada pelanggar hendaknya bersifat mendidik
agar mereka manyadari bahwa bahan pustaka itu juga diperlukan oleh orang lain.
Sanksi dapat berupa denda uang, peringatan, penggantian pustaka maupun sanksi
akademik.
Khususnya bagi penerimaan uang denda dicatat dalam buku denda dan diparaf
oleh peminjam yang membayar denda. Jumlah uang denda harus dapat dipertanggung
jawabkan, maka perlu dicatat secara baik dan benar serta dilaporkan kepada atasan.
Penggunaan uang denda diatur tertulis dan menjadi bagian dari perencanaan
perpustakaan. Menurut Noerhayati (1988:102), menyatakan pelanggaran yang dikenai
sanksi di perpustakaan adalah:
1. Buku Rusak.
2. Buku Kotor.
3. Buku Hilang
4. Terlambat mengembalikan buku berdasarkan tanggal pengembalian.
Universitas Sumatera Utara
5. Apabila seseorang terlambat mengembalikan buku berdasarkan tanggal
kembalinya, maka harus dikenai denda sesuai dengan peraturan denda
di perpustakaan.
2.5.7 Bebas Pinjam
Bebas pinjam adalah salah satu kegiatan pada bagian pelayanan sirkulasi yang
berupa pemeriksaan tanda bukti tidak lagi mempunyai pinjaman buku di
perpustakaan.
Adapun porsedur pemberian surat keterangan bebas pinjam menurut Trimo
(1992:23) adalah sebagi berikut:
1. Pemakai yang membutuhkan tanda bukti bebas pinjam menyerahkan tanda
pengenal.
2. Petugas mengambil kartu peminjaman berdasarkan nomor anggota yang
tertera pada tanda pengenal.
3. Petugas mengambil kartu peminjam berdasrkan nomor anggota yang tertera
pada tanda pengenal.
4. Petugas memeriksa ada tidaknya pinjaman yang belum dikembalikan pada
kartu pinjaman.
5. Kartu peminjam yang menunjukkan bahwa pemakai yang tidak mempunyai
pinjaman distempel “bebas pinjam”.
6. Petugas mengisi tanda bukti “bebas pinjam” dengan identitas pemakai
rangkap dua.
Universitas Sumatera Utara