13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemangi (Ocimum americanum L.) 2.1.1. Sistematika Tanaman Menurut Pitojo (1996) sistematika tumbuhan kemangi adalah sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Amaranthaceae Famili : Lamiaceae Genus : Ocimum Spesies : Ocimum americanum L. 2.1.2. Deskripsi Tanaman Kemangi dikenal dengan nama daerah Saraung, (Sunda), Lampes (Jawa Tengah), Kemangek (Madura), Uku-uku (Bali), Lufe-lufe (Ternate), Hairy Basil (Inggris). Kemangi merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi 30-150 cm. batangnya berkayu, segi empat, beralur, bercabang, dan memiliki bulu berwarna hijau. Daunnya tunggal dan berwarna hijau, bersilang, berbentuk bulat telur, ujungnya runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, dan pertulangan daun menyirip. Bunga majemuk berbentuk tandan memiliki bulu tangkai pendek berwarna hijau, mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan warna keunguan. Buah berbentuk Universitas Sumatera Utara

Chapter II 7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

m

Citation preview

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Kemangi (Ocimum americanum L.)

    2.1.1. Sistematika Tanaman

    Menurut Pitojo (1996) sistematika tumbuhan kemangi adalah sebagai

    berikut:

    Divisio : Spermatophyta

    Sub divisio : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledonae

    Ordo : Amaranthaceae

    Famili : Lamiaceae

    Genus : Ocimum

    Spesies : Ocimum americanum L.

    2.1.2. Deskripsi Tanaman

    Kemangi dikenal dengan nama daerah Saraung, (Sunda), Lampes (Jawa

    Tengah), Kemangek (Madura), Uku-uku (Bali), Lufe-lufe (Ternate), Hairy Basil

    (Inggris).

    Kemangi merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi 30-150 cm.

    batangnya berkayu, segi empat, beralur, bercabang, dan memiliki bulu berwarna

    hijau. Daunnya tunggal dan berwarna hijau, bersilang, berbentuk bulat telur,

    ujungnya runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, dan pertulangan daun menyirip.

    Bunga majemuk berbentuk tandan memiliki bulu tangkai pendek berwarna hijau,

    mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan warna keunguan. Buah berbentuk

    Universitas Sumatera Utara

  • kotak dan berwarna coklat tua, bijinya berukuran kecil, tiap buah terdiri dari

    empat biji yang berwarna hitam, akarnya tunggang dan berwarna putih kotor

    (Depkes RI, 2001).

    2.1.3. Budidaya Kemangi

    Tanaman kemangi baik di budidayakan di daerah panas beriklim lembab,

    kemangi dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga 1100 m dari permukaan laut,

    tanaman tersebut menyukai tempat terbuka dan mendapat cukup sinar matahari

    (Pitojo, 1996).

    2.1.4. Kandungan Kimia.

    Daun kemangi mengandung minyak atsiri, saponin, flavonoid, dan tanin

    (Irawan, 2008).

    2.1.5. Manfaat Kemangi

    Kemangi bermanfaat untuk memperlancar asi, memperbaiki metabolisme

    pencernaan, menenangkan saraf, selain itu dapat digunakan untuk menurunkan

    panas, obat sariawan, obat rematik, peluruh dahak dan peluruh keringat

    ( Irawan, 2008).

    2.2 Minyak Atsiri

    Minyak atsiri dikenal dengan minyak eteris atau minyak terbang

    ( essential oil atau volatile oil) yang merupakan minyak mudah menguap pada

    suhu kamar tanpa mengalami perubahan komposisi, larut dalam pelarut organik,

    memiliki komposisi yang berbeda beda sesuai dengan sumber penghasilnya.

    Dalam keadaan segar dan murni minyak atsiri umumnya tidak berwarna, namun

    pada penyimpanan yang lama warnanya berubah menjadi lebih gelap

    (Gunawan & Mulyani, 2004).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2.1 Keberadaan Minyak Atsiri

    Minyak atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh protoplasma akibat

    adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel. Minyak atsiri terkandung dalam

    berbagai organ tanaman, seperti didalam rambut kelenjar (pada famili Labiatae),

    di dalam sel-sel parenkim (pada famili Piperaceae), di dalam rongga-rongga

    skizogen dan lisigen (pada famili Pinaceae dan Rutaceae)

    (Gunawan & Mulyani, 2004).

    2.2.2 Penggunaan dan Aktivitas Biologi Minyak Atsiri

    Pada tanaman, minyak atsiri mempunyai tiga fungsi yaitu: membantu

    proses penyerbukan dan menarik beberapa jenis serangga atau hewan, mencegah

    kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan, dan sebagai cadangan makanan

    bagi tanaman. Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai

    industri, misalnya industri parfum, kosmetika, farmasi, bahan penyedap

    (flavouring agent) dalam industri makanan dan minuman (Ketaren, 1985).

    2.2.3 Komposisi Kimia Minyak Atsiri

    Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia

    yang terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada

    umumnya komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu: 1)

    Golongan hidrokarbon, dan 2) Golongan hidrokarbon teroksigenasi.

    a. Golongan hidrokarbon

    Persenyawaan yang termasuk golongan ini terbentuk dari unsur karbon (C)

    dan Hidrogen (H). Jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri sebagian

    besar terdiri dari monoterpen, sesquiterpen, diterpen dan politerpen.

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Golongan hidrokarbon teroksigenasi

    Komponen kimia dari golongan persenyawaan ini terbentuk dari unsur

    Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). Persenyawaan yang termasuk dalam

    golongan ini adalah persenyawaan alkohol, aldehid, keton, oksida, ester, eter, dan

    fenol (Ketaren, 1985).

    2.3 Sifat Fisikokimia Minyak Atsiri

    2.3.1 Sifat Fisika Minyak Atsiri

    Sifat-sifat fisika minyak atsiri, yaitu : bau yang karakteristik, bobot jenis,

    indeks bias yang tinggi, bersifat optis aktif.

    a. Bobot Jenis

    Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu 25oC

    terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penentuan bobot jenis

    menggunakan alat piknometer. Berat jenis minyak atsiri umumnya berkisar antara

    0,800-1,180 Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam penentuan

    mutu dan kemurnian minyak atsiri (Guenther, 1987).

    b. Indeks Bias

    Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara

    dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Penentuan indeks bias menggunakan

    alat Refraktometer. Prinsip penggunaan alat adalah penyinaran yang menembus

    dua macam media dengan kerapatan yang berbeda, kemudian terjadi pembiasan

    (perubahan arah sinar) akibat perbedaan kerapatan media. Indeks bias berguna

    untuk identifikasi suatu zat dan deteksi ketidakmurnian (Guenther, 1987).

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Putaran Optik

    Setiap jenis minyak atsiri memiliki kemampuan memutar bidang polarisasi

    cahaya ke arah kiri atau kanan. Besarnya pemutaran bidang polarisasi ditentukan

    oleh jenis minyak atsiri, suhu, dan panjang gelombang cahaya yang digunakan.

    Penentuan putaran optik menggunakan alat Polarimeter (Ketaren, 1985).

    2.3.2 Sifat Kimia Minyak Atsiri

    Minyak atsiri dapat mengalami kerusakan yang mengakibatkan perubahan

    sifat kimia minyak atsiri yaitu dengan proses oksidasi, hidrolisa, dan resinifikasi

    a. Oksidasi

    Reaksi oksidasi pada minyak atsiri terutama terjadi pada ikatan rangkap

    dalam terpen. Peroksida yang bersifat labil akan berisomerisasi dengan adanya air,

    sehingga membentuk senyawa aldehid, asam organik, dan keton yang

    menyebabkan perubahan bau yang tidak dikehendaki (Ketaren, 1985).

    b. Hidrolisis

    Proses hidrolisis terjadi pada minyak atsiri yang mengandung ester. Proses

    hidrolisis ester merupakan proses pemisahan gugus OR dalam molekul ester

    sehingga terbentuk asam bebas dan alkohol. Ester akan terhidrolisis secara

    sempurna dengan adanya air dan asam sebagai katalisator (Ketaren, 1985).

    c. Resinifikasi

    Beberapa fraksi dalam minyak atsiri dapat membentuk resin, yang

    merupakan senyawa polimer. Resin ini dapat terbentuk selama proses pengolahan

    (ekstraksi) minyak yang mempergunakan tekanan dan suhu tinggi selama

    penyimpanan (Ketaren, 1985).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.4 Cara Isolasi Minyak Atsiri

    2.4.1 Metode Penyulingan

    a. Penyulingan dengan Air

    Pada metode ini, bahan tumbuhan direbus dalam air mendidih dalam satu

    wadah. Minyak atsiri akan dibawah oleh uap air yang kemudian didinginkan

    dengan mengalirkannya melalui pendingin. Hasil sulingan adalah minyak atsiri

    yang belum murni. Perlakuan ini sesuai untuk minyak atsiri yang tidak rusak oleh

    pemanasan (Guenther, 1987).

    b. Penyulingan dengan Air dan Uap

    Pada metode ini bahan tumbuhan yang akan disuling dengan metode

    penyulingan air dan uap ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan

    tengah berlubang-lubang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Ketel diisi

    dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di bawah saringan, uap air

    akan naik bersama minyak atsiri kemudian dialirkan melalui pendingin. Hasil

    sulingan adalah minyak atsiri yang belum murni (Guenther, 1987).

    c. Penyulingan dengan Uap

    Pada metode ini bahan tumbuhan dialiri dengan uap panas dengan tekanan

    tinggi. Uap air selanjutnya dialirkan melalui pendingin dan hasil sulingan adalah

    minyak atsiri yang belum murni. Cara ini baik digunakan untuk bahan tumbuhan

    yang mempunyai titik didih yang tinggi (Guenther, 1987).

    2.4.2 Metode Pengepresan

    Ekstraksi minyak atsiri dengan cara pengepresan umumnya dilakukan

    terhadap bahan berupa biji, buah, atau kulit buah yang memiliki kandungan

    minyak atsiri yang cukup tinggi. Akibat tekanan pengepresan, maka sel-sel yang

    Universitas Sumatera Utara

  • mengandung minyak atsiri akan pecah dan minyak atsiri akan mengalir

    kepermukaan bahan (Ketaren, 1985).

    2.4.3 Ekstraksi dengan Pelarut Menguap

    Prinsipnya adalah melarutkan minyak atsiri dalam pelarut organik yang

    mudah menguap. Ekstraksi dengan pelarut organik umumnya untuk

    mengekstraksi minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan uap dan air,

    terutama untuk mengekstraksi minyak atsiri yang berasal dari bunga misalnya

    bunga cempaka, melati, mawar, dan kenanga. Pelarut yang umum digunakan

    adalah petroleum eter, karbon tetraklorida dan sebagainya (Ketaren, 1985).

    2.4.4 Ekstraksi dengan Lemak Padat

    Proses ini umumnya digunakan untuk mengekstraksi bunga-bungaan,

    untuk mendapatkan mutu dan rendemen minyak atsiri yang tinggi. Metode

    ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu enfleurasi dan maserasi.

    a. Enfleurasi

    Pada proses ini, absorbsi minyak atsiri oleh lemak digunakan pada suhu

    rendah (keadaan dingin) sehingga minyak terhindar dari kerusakan yang

    disebabkan oleh panas. Metode ini digunakan untuk mengekstraksi beberapa jenis

    minyak bunga yang masih melanjutkan kegiatan fisiologinya dan memproduksi

    minyak setelah bunga dipetik (Ketaren, 1985).

    b. Maserasi

    Pada cara ini, absorbsi minyak atsiri oleh lemak dalam keadaan panas pada

    suhu 80oC selama 1,5 jam. Cara ini digunakan terhadap bahan tumbuhan yang bila

    dilakukan penyulingan atau enfleurasi akan menghasilkan minyak atsiri dengan

    rendemen yang rendah. Setelah selesai pemanasan, campuran disaring panas-

    Universitas Sumatera Utara

  • panas, kemudian dilakukan penyulingan untuk memperoleh minyak atsiri

    (Ketaren, 1985).

    2.5 Analisis Komponen Minyak Atsiri dengan GC-MS

    Analisa komponen minyak atsiri merupakan masalah yang cukup rumit

    karena minyak atsiri mengandung campuran senyawa dan sifatnya yang mudah

    menguap pada suhu kamar. Setelah ditemukan kromatografi gas (GC), kendala

    dalam analisis komponen minyak atsiri mulai dapat diatasi. Pada penggunaan GC,

    efek penguapan dapat dihindari bahkan dihilangkan sama sekali. Perkembangan

    teknologi instrumentasi yang pesat akhirnya dapat menghasilkan suatu alat yang

    merupakan gabungan dua sistem dengan prinsip dasar yang berbeda satu sama

    lain tetapi saling melengkapi, yaitu gabungan antara kromatografi gas dan

    spektrometer massa. Kromatografi gas berfungsi sebagai alat pemisah berbagai

    campuran komponen dalam sampel sedangkan spektrometer massa berfungsi

    untuk mendeteksi masing-masing komponen yang telah dipisahkan pada

    kromatografi gas (Agusta, 2000).

    2.5.1 Kromatografi Gas

    Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen campuran

    kimia dalam suatu bahan, berdasarkan perbedaan polaritas campuran. Fase gerak

    akan membawa campuran sampel menuju kolom. Campuran dalam fase gerak

    akan berinteraksi dengan fase diam. Setiap komponen yang terdapat dalam

    campuran berinteraksi dengan kecepatan yang berbeda dimana interaksi

    komponen dengan fase diam dengan waktu yang paling cepat akan keluar pertama

    dari kolom dan yang paling lambat akan keluar paling akhir (Eaton, 1989).

    Universitas Sumatera Utara

  • Waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan di kolom

    disebut dengan waktu tambat (waktu retensi) yang diukur mulai saat penyuntikan

    sampai saat elusi terjadi (Gritter, dkk., 1991).

    Bagian utama dari kromatografi gas adalah gas pembawa, sistem injeksi,

    kolom, fase diam, suhu dan detektor.

    2.5.1.1 Gas Pembawa

    Gas pembawa merupakan fase gerak dalam kromatografi gas, harus

    memenuhi persyaratan antara lain inert, murni, dan mudah diperoleh. Pemilihan

    gas pembawa tergantung pada detektor yang dipakai. Keuntunganya adalah

    karena semua gas ini harus tidak reaktif, dapat dibeli dalam keadaan murni dan

    kering yang dapat dikemas dalam tangki bertekanan tinggi. Gas pembawa yang

    sering dipakai adalah helium (He), Argon (Ar), Nitrogen (N), Hidrogen (H),

    karbon dioksida (Agusta, 2000).

    2.5.1.2 Sistem Injeksi

    Cuplikan dimasukkan kedalam ruang suntik melalui gerbang suntik,

    biasanya berupa lubang yang ditutupi dengan septum atau pemisah karet. Ruang

    suntik harus dipanaskan tersendiri, terpisah dari kolom, dan biasanya pada suhu

    10-15oC lebih tinggi dari suhu maksimum. Jadi cuplikan diuapkan segera setelah

    disuntikkan dan dibawa ke kolom (Gritter, dkk.,1991).

    2.5.1.3 Kolom

    Ada dua macam kolom, yaitu kolom kemas dan kolom kapiler. Kolom

    kemas adalah pipa yang terbuat dari logam, kaca atau plastik yang berisi

    penyangga padat yang inert. Fase diam, baik berwujud padat maupun cair diserap

    atau terikat secara kimia pada permukaan penyangga padat tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • Kolom kapiler banyak digunakan untuk menganalisis komponen minyak

    atsiri. Hal ini disebabkan oleh kelebihan kolom tersebut yang memberikan hasil

    analisis dengan daya pisah tinggi dan sekaligus memiliki sensitivitas yang tinggi.

    Bahan kolom biasanya dari gelas baja tahan karat atau silika. Fase cair berupa

    lapisan film dilapiskan pada dinding kolom bagian dalam. Secara umum

    keuntungan penggunaan kolom kapiler adalah jumlah sampel yang dibutuhkan

    sedikit dan pemisahan lebih sempurna (Agusta, 2000).

    2.5.1.4 Fase Diam

    Fase diam dibedakan berdasarkan kepolarannya, yaitu non polar, semi

    polar, dan polar. Berdasarkan sifat minyak atsiri yang non polar sampai sedikit

    polar, maka untuk keperluan analisis sebaiknya digunakan kolom fase diam yang

    bersifat non polar, misalnya SE-52 dan SE-54 (Agusta, 2000).

    2.5.1.5 Suhu

    Tekanan uap sangat tergantung pada suhu, maka suhu merupakan faktor

    utama dalam kromatografi gas. Pada GC-MS terdapat tiga pengendali suhu yang

    berbeda yaitu: suhu injektor, suhu kolom, dan suhu detektor.

    a. Suhu Injektor

    Suhu pada injektor harus cukup panas untuk menguapkan cuplikan

    sedemikian cepat (Mc Nair and Bonelli, 1988).

    b. Suhu Kolom

    Pemisahan dapat dilakukan pada suhu tetap (isotermal), atau pada suhu

    yang berubah secara terkendali (suhu diprogram). Kromatografi gas suhu

    isotermal paling baik digunakan pada analisis rutin atau jika kita mengetahui agak

    banyak mengenai yang akan dipisahkan. Pada kromatografi gas suhu diprogram,

    Universitas Sumatera Utara

  • suhu dinaikkan mulai dari suhu tertentu sampai suhu tertentu yang lain dengan

    laju diketahui dan terkendali dalam waktu tertentu (Gritter, dkk.,1991).

    c. Suhu Detektor

    Suhu detektor harus cukup panas sehingga cuplikan dan atau fase diam

    tidak mengembun (Mc Nair and Bonelli, 1988).

    2.5.1.6 Detektor

    Menurut Mc Nair and Bonelli, (1988) ada dua detektor yang populer yaitu

    Detektor Hantar Termal (DHT) dan Detektor Pengion Nyala (DPN).

    2.5.2 Spektrometri massa

    Spektrometer massa menembaki cuplikan dengan berkas elektron atau

    dengan molekul dan secara kuantitatif mencatat hasilnya sebagai suatu spektrum

    fragmen-fragmen ion positif. Catatan ini disebut spektrum massa.

    Molekul senyawa organik pada spektrometer massa, ditembak dengan

    berkas elektron dan menghasilkan ion bermuatan positip yang mempunyai energi

    yang tingggi karena lepasnya elektron dari molekul yang dapat pecah menjadi ion

    yang lebih kecil. Spektrum massa merupakan gambaran antara limpahan relatif

    lawan perbandingan massa/muatan.

    Spektrometer massa terdiri dari sistem pemasukan cuplikan, ruang pengion dan

    percepatan, tabung analisis, pengumpul ion dan penguat, dan pencatat

    ( Sastrohamidjojo, 1985).

    2.5.2.1 Sistem Pemasukan Cuplikan

    Bagian ini terdiri dari suatu alat untuk memasukkan cuplikan, sebuah

    makromanometer untuk mengetahui jumlah cuplikan yang dimasukkan, sebuah

    alat pembocor molekul untuk mengatur cuplikan kedalam kamar pengion, dan

    Universitas Sumatera Utara

  • sebuah sistem. Cuplikan berupa cairan dimasukkan dengan menginjeksikanya

    melalui karet silikon kemudian dipanaskan untuk menguapkan cuplikan kedalam

    sistem masukan. Cara pemasukan cuplikan langsung kekamar pengionan

    dilakukan terhadap senyawa yang sukar menguap dan tidak stabil terhadap panas

    (Silverstein, Bassler & Morril, 1986).

    2.5.2.2 Ruang Pengion dan Percepatan

    Arus uap dari pembocor molekul masuk ke dalam kamar pengion

    ditembak pada kedudukan tegak lurus oleh seberkas elektron dipancarkan dari

    filament panas. Satu dari proses yang disebabkan oleh tekanan tersebut adalah

    ionisasi molekul yang berupa uap dengan kehilangan satu elektron dan terbentuk

    ion molekul bermuatan positif, karena molekul senyawa organik mempunyai

    elektron berjumlah genap maka proses pelepasan satu elektron menghasilkan ion

    radikal.

    2.5.2.3 Tabung Analisis

    Tabung yang digunakan adalah tabung yang dihampakan, berbentuk

    lengkung tempat melayangnya berkas ion dari sumber ion ke pengumpul.

    2.5.2.4 Pengumpul Ion dan Penguat

    Pengumpul terdiri dari satu celah atau lebih serta silinder Faraday. Berkas

    ion membentur tegak lurus pada plat pengumpul dan isyarat yang timbul diperkuat

    dengan pelipat ganda elektron (Silverstein, Bassler & Morril, 1986).

    2.5.2.5 Pencatat

    Spektrum massa biasanya dibuat dari massa rendah ke massa tinggi.

    Pencatat yang banyak digunakan mempunyai 3-6 galvanometer yang mencatat

    secara bersama-sama.tiga tahap utama, yaitu (a) pengubahan cuplikan menjadi

    Universitas Sumatera Utara

  • bentuk uap; (b) pengubahan bentuk uap menjadi bentuk ion; (c) ion yang

    terbentuk dipisahkan sesuai dengan perbandingan massa permuatan kemudian

    dideteksi dan dicatat melalui pencatat. Pada spektrometer massa terjadi proses

    dengan Galvanometer menyimpang jika ada ion yang menabrak lempeng

    pengumpul, berkas sinar ultraviolet dapat menimbulkan berbagai puncak pada

    kertas pencatat yang peka terhadap sinar ultraviolet.

    Keuntungan utama spektrometri massa sebagai metode analisis yaitu

    metode ini lebih sensitif dan spesifik untuk identifikasi senyawa yang tidak

    diketahui atau untuk menetapkan keberadaan senyawa tertentu. Hal ini disebabkan

    adanya pola fragmentasi yang khas sehingga dapat memberikan informasi

    mengenai bobot molekul dan rumus molekul. Puncak ion molekul penting

    dikenali karena memberikan bobot molekul senyawa yang diperiksa

    (Silverstein, Bassler & Morril, 1986).

    Universitas Sumatera Utara