Upload
saidahayati
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
1/27
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional-diskriptif dengan
rancangan cross-sectional. Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui prevalensi suatu efek atau penyakit pada suatu waktu,
oleh karena itu disebut juga dengan studi prevalensi (Notoatmodjo, 2005).
Pengambilan data dilakukan dengan pembagian quisioner kepada para responden
dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
ketidakpatuhan pasien penderita hipertensi.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Subjek penelitian ini adalah pasien rawat jalan penderita hipertensi bagian
kardiologi dan penyakit dalam di RSU H. Adam Malik Medan. Subjek penelitian
yang dipilih adalah semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien yang mempunyai tekanan darah diatas
normal dengan atau tanpa penyakit komplikasi, sedangkan kriteria eksklusi adalah
pasien yang mempunyai tekanan darah normal.
3.2.2 Sampel
Sampel diambil dengan cara purposive sampling dengan objek penelitian
seluruh pasien rawat jalan penderita hipertensi di RSU H. Adam Malik Medan.
Pengambilan sampel metodepurposive sampling merupakan suatu metode dimanasebahagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian sehingga sampel
yang diikutsertakan dalam penelitian tersebut berdasarkan pada pertimbangan
peneliti sendiri yang mana pada awalnya telah diidentifikasi berdasarkan
karakteristik populasi secara keseluruhan (Notoatmodjo, 2005). Pengambilan
besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus (Lemeshow,
1997):
Universitas Sumatera Utara
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
2/27
n = Z2
1-a/2p(1-P)
d2
Keterangan : n = Jumlah Sampel Minimal
Z1-a/2 = Derajat Kemaknaan
P = Proporsi Pasien
D = Tingkat presisi / deviasi
Dengan persen kepercayaan yang diinginkan 95%; Z1-a/2 = 1,960; P = 0,5: d =
0,1
Maka diperoleh besar sampel minimal :
n = 1,9602 x 0,5(1 0,5) = 96,04 orang
0,12
Jadi, jumlah sampel minimal adalah 96 orang. Namun demikian, pasien yang ikut
serta dalam penelitian ini berjumlah 110 orang.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di RSU H. Adam Malik Medan tepatnya di bagian
kardiologi dan penyakit dalam pada bulan Juni-Juli 2009.
3.4 Defenisi Operasional
Pembatasan operasional penelitian dijelaskan melalui defenisi operasional
berikut:
a. Hipertensi : suatu peningkatan kronis tekanan darah arteri sistolik dandiastolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Hipertensi
didefenisikan olehJoint National Committee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (JNC) VII sebagai tekanan darah yanglebih tinggi dari 140/90 mmHg. Dalam penelitian ini, penetapan subjek
yang positif hipertensi didasarkan pada defenisi JNC VII. Penelitian ini
tidak mengelompokkan subjek ke dalam tingkatan hipertensi serta tidak
membedakan hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
b. Faktor Ketidakpatuhan : merupakan suatu kondisi yang berpotensi bagipasien untuk tidak melaksanakan terapi obat sesuai yang telah
diinstruksikan kepadanya. Faktor ketidakpatuhan yang diukur dalam
Universitas Sumatera Utara
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
3/27
penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, masalah yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan, masalah yang berhubungan dengan pasien
yang bersangkutan, reaksi obat yang merugikan, pendidikan, jumlah obat
yang diminum, lamanya menderita hipertensi.
Sedangkan defenisi operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut :
a. Jenis Kelamin : penderita hipertensi tersebut berjenis kelamin pria atauwanita
b. Usia pasien: pada penelitian ini, peneliti mengklasifikasi usia tersebutmenjadi 4 kelompok, yaitu:
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
4/27
l. Mahalnya biaya pengobatan: berhubungan dengan kemampuan ekonomipasien untuk membiayai pengobatan penyakitnya.
m. Kemudahan mendapatkan obat: berhubungan dengan kemudahan pasienuntuk memperoleh obat di tempat pelayanan kesehatan, seperti apotek.
n. Pelayanan apotek: meliputi keramahtamahan petugas apotik dankecepatan pengerjaan obat.
3.5 Instrumen Penelitian3.5.1 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian yaitu data primer berupa kuisioner dan
wawancara singkat yang dilakukan secara langsung pada subjek penelitian untuk
menguatkan data yang diperoleh dan mendapatkan informasi tambahan.
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pembagian kuisioner yang akan diisi
oleh responden penderita hipertensi disertai dengan wawancara singkat.
Responden tersebut diketahui menderita hipertensi setelah dilakukan pengukuran
tekanan darah oleh perawat yang bertugas pada saat itu dan pemeriksaan tekanan
darah ini wajib dilakukan bagi setiap responden untuk setiap kali melakukan
kunjungan pengobatan. Jawaban kuisioner yang telah diisi oleh responden
ditabulasikan hasilnya dan setiap faktor ketidakpatuhan dianalisis hingga
diperoleh prevalensi setiap faktor ketidakpatuhan tersebut dengan kepatuhan
responden dalam melaksanakan terapi obat.
3.6
Teknik Analisis DataTeknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara bertahap meliputi
analisis univariat untuk menghitung distribusi frekuensi, analisis bivariat untuk
melihat apakah ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel
independen dengan menggunakan Chi-Square, serta analisis multivariat untuk
mengetahui faktor ketidakpatuhan yang mana yang paling berpengaruh terhadap
ketidakpatuhan responden itu sendiri dalam melaksanakan terapi obat. Analisis
multivariat dihitung dengan menggunakan uji regresi logistik berganda metode
Universitas Sumatera Utara
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
5/27
Backward Wald. Regresi logistik berganda merupakan jenis analisis statistik yang
lazim digunakan pada studi cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara
beberapa variabel independen, baik yang bersifat numerik maupun yang nominal,
dengan satu variabel dependen yang bersifat dikotom seperti iya-tidak atau hidup-
mati (Uyanto, 2009). Keistimewaan analisis regresi ganda logistik dibanding
dengan analisis ganda linier adalah kemampuannya mengkonversi koefisien
regresi (bi) menjadi Odds Ratio (OR) (Murti, 2003).
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan
program SPSS Version 13.0. sehingga diperoleh informasi tentang faktor utama
yang menyebabkan pasien tidak patuh dalam melaksanakan terapi obat.
3.7 Rancangan Penelitian
Adapun gambaran dari pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1
berikut :
Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian
Subjek Penelitian
- Pembagian Quisioner
- Wawancara Singkat
Analisis Faktor yang
Berhubungan
Universitas Sumatera Utara
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
6/27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Umum Subjek
Berdasarkan kuisioner yang telah dibagikan kepada 110 orang subjek
penelitian, diperoleh gambaran umum karakteristik subjek antara lain ; 62,73 %
yang berusia 56-80 Tahun, 50 % berjenis kelamin wanita, dan 58,18% yang
sejauh ini telah menyelesaikan pendidikan lanjutan. Karakteristik umum subjek
yang diteliti ini secara garis besar ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Karakteristik Umum Subjek Penelitian
No Karateristik SubjekJumlah
( n = 110)%
1
Kelompok Usia
32-55 Tahun 41 37,27
56-80 Tahun 69 62,73
2
Jenis Kelamin
Pria 55 50
Wanita 55 50
3
Pendidikan Terakhir
Pendidikan Dasar 46 41,82
Pendidikan Lanjutan 64 58,18
4.2 Analisis Bivariat
Tabel 4.2 Hubungan antara beberapa variabel dengan ketidakpatuhan
pasien
No
(A)
Variabel yang berhubungan
(B)
Jumlah
(C)
%
(D)
Signifikansi
(Nilai p) (E)
1 Usia
0,00032-55 tahun 41 37.27
56-80 tahun 69 62,73
2 Pendidikan0,000
Pend. Dasar 46 41,82
Universitas Sumatera Utara
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
7/27
Pend. Lanjutan 64 58,18
3 Lamanya Menderita
0,0025 tahun 56 52,724 Kesembuhan Pasien
0,000Ada 90 81,81
Tidak Ada 20 18,19
5 Banyaknya Jenis Obat
0,0091 jenis 36 32,72
2 jenis 48 43,63
3-5 jenis 26 23,63
6 Pemeriksaan Ulang (Check Up)
0,001Ada 77 70
Tidak 33 30
7 Reaksi Obat yang Merugikan
0,003Ada 41 37,27
Tidak Ada 69 62,73
8 Pengobatan Lain
0,002Ada 38 34,54
Tidak Ada 72 65,46
9 Pelayanan Kesehatan
0,046Puas 96 87,27
Tidak Puas 14 12,73
10 Pelayanan Dokter
0,010Puas 98 89,09
Tidak Puas 12 10,91
11 Informasi Penyakit
0,000Ada 84 76,36
Tidak Ada 26 23,64
12 Mahalnya Biaya Pengobatan
0,009Ya 14 12,73
Tidak 96 87,27
13 Kemudahan Mendapatkan Obat
0,010Mudah 102 92,73
Tidak Mudah 8 7,27
14 Pelayanan Apotek0,158
Puas 109 99,10
Universitas Sumatera Utara
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
8/27
Tidak puas 1 0,90
4.2.1 Faktor Usia
Berdasarkan tabel hasil uji chi-square pada kelompok umur dapat terlihat
bahwa yang berumur 32-55 tahun ada sebanyak 41 orang (37,27%) dan yang
berumur 56-80 tahun sebanyak 69 orang (62,73%). Dari hasil ini, terlihat jelas
bahwa selama penelitian dilakukan pasien dengan kelompok umur 56-80 tahun
lebih banyak jika dibandingkan dengan kelompok umur 32-55 tahun.
Hasil analisis bivariat dengan chi-square testantara variabel usia dengan
kepatuhan dalam melaksanakan terapi obat menunjukkan hubungan yang
bermakna secara statistik dengan nilai p
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
9/27
4.2.4 Faktor Kesembuhan Pasien
Jumlah pasien yang telah merasakan kesembuhan dalam jangka yang agak
lama (tidak terlalu sering lagi menderita tekanan darah diatas batas normal)
sebanyak 90 orang (81,81%) sedangkan yang masih terlalu sering merasakan
tekanan darah diatas batas normal sebanyak 20 orang (18,18%).
Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel tingkat
kesembuhan pasien dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang
bermakna secara statistik (nilai p
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
10/27
4.2.7 Faktor Reaksi Obat yang Merugikan
Berdasarkan hasil penelitian, banyaknya pasien yang merasakan reaksi
obat yang merugikan sebanyak 41 orang ( 37,27%), sedangkan pasien yang tidak
merasakan efek terapi yang merugikan ini adalah sebanyak 69 orang(62,72%).
Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel reaksi obat
yang merugikan dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang
bermakna secara statistik (nilai p
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
11/27
98 orang (89,09%), sedangkan pasien yang menyatakan tidak puas terhadap
dokter yang menanganinya ada sebanyak 12 orang (10,91%).
Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel pelayanan
dokter yang menanganinya dengan kepatuhan minum obat menunjukkan
hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
12/27
Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel kemudahan
mendapatkan obat dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang
bermakna secara statistik (nilai p0,05) sehingga faktor ini tidak berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam
meminum obatnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.
4.3 Analisis Multivariat
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada 13 variabel independen
yang berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pasien dalam melaksanakan terapi
obat, sedangkan hanya 1 variabel yang tidak menunjukkan hubungan yang
bermakna secara statistik. Selanjutnya, untuk mengetahui bentuk hubungan antara
variabel tersebut dan untuk mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh,
maka dilakukan analisis multivariate terhadap seluruh variabel independen dengan
regresi logistik ganda, menggunakan metodeBackward Waldpada program SPSS
Version 13.0.
Hasil analisis regresi logistik ganda variabel independen yangberhubungan dengan ketidakpatuhan pasien dalam melaksanakan terapi obat
dengan menggunakan metodeBackward Waldditunjukkan pada Tabel 4.3.
Universitas Sumatera Utara
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
13/27
Tabel 4.3 Hasil uji regresi logistik ganda metode Backward Wald
Beberapa variabel yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien
hipertensi dalam melaksanakan terapi obat
B S.E. Wald df Sig.
Exp(B
)
95.0% C.I.for
EXP(B)
Lower Upper
Step
1(a)
Umur2.234 .972
5.28
21
0.02
29.334 1.389 62.712
Pendidik
an-2.991
1.33
5
5.01
61
0.02
5.050 .004 .688
Lama
menderit
a
-1.754 .8524.23
51
0.04
0.173 .033 .920
kesembu
han
pasien
3.0531.49
0
4.19
91
0.04
021.189 1.142 393.056
Banyakn
ya jenis
obat
-.215 .605 .127 10.72
2.806 .246 2.637
Check
Up2.330
1.16
9
3.97
51
0.04
610.283 1.040 101.655
reaksi
obat
merugika
n
-1.739 .8813.89
91
0.04
8.176 .031 .987
pengobat
an lain-2.400 .976
6.04
31
0.01
4.091 .013 .615
pelayana
n
kesehata
n
-1.8551.63
0
1.29
41
0.25
5.156 .006 3.821
pelayana -.813 1.61 .252 1 0.61 .444 .019 10.603
Universitas Sumatera Utara
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
14/27
n dokter 9 6
informasi
penyakit2.728
1.03
3
6.97
81
0.00
815.298 2.022 115.765
mahalnya
pengobat
an
-3.6371.79
8
4.09
41
0.04
3.026 .001 .892
kemudah
an
mendapat
kan obat
2.1651.80
3
1.44
11
0.23
08.711 .254 298.397
Constant-
15.328
401
92.9
74
.000 11.00
0.000
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa variabel usia, pendidikan,
lamanya menderita hipertensi, tingkat kesembuhan yang telah dicapai pasien,
rutinnya pasien melakukan Check Up, adanya reaksi obat merugikan yang
dirasakan oleh pasien, pasien menjalani pengobatan lain serta mahalnya biaya
pengobatan ternyata berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pasien dalam
melaksanakan terapi obat. model persamaan statistik yang diperoleh dari hasil
analisis tersebut adalah :
ln p = -15,328 + 2,234 usia + (-2,991) Pendidikan + (-1,754) Lamanya Menderita
1- p + 3,053 Kesembuhan Pasien + 2,330 Check Up + (-1,739) Reaksi Obat
yang merugikan + (-2,400) Pengobatan Lain + 2,728 Informasi + (-3,637)
Mahalnya Biaya Pengobatan
Universitas Sumatera Utara
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
15/27
4.4 Pembahasan
4.4.1 Hubungan Usia dengan Ketidakpatuhan Pasien
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ditunjukkan bahwa faktor
usia menunjukkan hubungan yang bermakna dengan ketidakpatuhan pasien dalam
melaksanakan pola pengobatan yang telah diinstruksikan kepadanya, hal ini dapat
dilihat dai nilai kebermaknaannya yaitu sebesar 0,022 (p
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
16/27
pasien tersebut mengenai penyakitnya, akibat pengetahuan yang tidak
menyeluruh, pasien sering mengabaikan instruksi yang telah diberikan oleh dokter
kepadanya dan sering menganggap penyakit hipertensi tidak begitu fatal bagi
kesehatannya padahal komplikasi yang timbul dari penyakit tersebut sangat
membahayakan seiring tidak segera mengobatinya.
Hal sebaliknya terjadi pada pasien yang hanya mengenyam pendidikan
sampai sebatas tingkat dasar (SD-SMP), pada umumnya mereka patuh terhadap
instruksi yang diberikan oleh dokter yang menangani penyakitnya, rasa takut akan
semakin parahnya penyakit mereka jika tidak diobati secara intensif mendasari
mereka untuk tetap patuh terhadap terapi yang sedang mereka jalani.
4.4.3 Hubungan Lamanya Menderita dengan Ketidakpatuhan Pasien
Dari tabel 4.3 dapat kita lihat bahwa semakin lama pasien tersebut mengidap
penyakit hipertensi maka prevalensinya untuk tidak patuh menjadi semakin tinggi
hal tersebut dapat kita amati dari nilai kebermaknaan yang telah diperoleh dari
penelitian ini yaitu sebesar 0,040 (p
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
17/27
tersebut telah dijalaninya selama ini. Hubungan antara faktor tingkat kesembuhan
dengan ketidakpatuhuhan pasien ditunjukkan dengan nilai kebermaknaan yaitu
sebesar 0,040 (p
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
18/27
sebelumnya. Faktor ini dapat dijadikan sebagai suatu acuan apakah pasien tersebut
patuh atau tidak terhadap pola pengobatannya. Pasien yang mengabaikan instruksi
dokter untuk melakukan pemeriksaan kembali secara rutin tidak akan mendapat
terapi yang maksimal karena perkembangan penyakitnya tidak di monitor dengan
baik oleh dokter yang menanganinya atau akibat yang lebih berbahaya lagi, pasien
tidak menyadari bahwa penyakit hipertensi yang sedang dideritanya telah
menyebabkan timbulnya penyakit komplikasi lainnya akibat tidak pernah
melakukan pemeriksaan ulang.
Ketidakpatuhan pasien dalam melakukan pemeriksaan ulang pada
dasarnya dapat diminimalisir dengan adanya atensi yang penuh dari semua
perangkat kesehatan dengan menekan faktor ketidakpatuhan tersebut. Terlebih
lagi, motivasi untuk melakukan pemeriksaan ulang dapat meningkat jika pasien
yang bersangkutan mempunyai pengalaman yang baik dengan dokter yang
menanganinya dan mempercayainya (Irmalita, 2003).
4.4.6 Reaksi Obat yang Merugikan dengan Ketidakpatuhan Pasien.
Kita dapat melihat hasil dari data penelitian ini bahwa adanya keterkaitan atau
hubungan antara ketidakpatuhan pasien dan pengalamannya terhadap reaksi obat
yang merugikan, hal ini dapat dilihat dari nilai kebermaknaan yang diperoleh
yaitu sebesar 0,048 (p
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
19/27
pasien terkadang enggan untuk meminum obatnya karena merasa terganggu akibat
efek tersebut.
4.4.7 Hubungan Adanya Pengobatan Lain dengan Ketidakpatuhan Pasien.
Berdasarkan Tabel 4.3, dengan hasil nilai kebermaknaan sebesar 0,014
(p
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
20/27
kebermaknaan yang diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu sebesar 0,043
(p
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
21/27
4.4.9 Hubungan Informasi Mengenai Penyakit dengan Ketidakpatuhan
Pasien.
Informasi merupakan salah satu faktor yang sangat essential dalam
meningkatkan kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat yang telah di
rekomendasikan kepadanya. Dari Hasil penelitian ini, faktor ini menunjukkan
hubungan kebermaknaan yang sangat signifikan secara statistik dengan nilai p
sebesar 0,08 (p
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
22/27
diminum sedangkan pasien yang bersangkutan tidak suka dengan rasa obat. Hal
lain dapat memperparah keadaan ini, jika pasien tersebut telah lama menderita
penyakit hipertensi sehingga rasa jenuh meminum obat dengan jenis yang banyak
akan kerap mendekatinya. Namun demikian, berdasarkan hasil yang telah
diperoleh dari penelitian ini, faktor ini menunjukkan hubungan yang tidak
bermakna secara statistik dengan ketidakpatuhan pasien, hal ini dapat kita lihat
dari nilai kebermaknaan sebesar 0,722 (p>0,05).
Beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa penyebab utama tidak
terjadi penurunan tekanan darah yang optimal adalah karena pasien mengurangi
penggunaan obat. Hal ini sudah menjadi suatu kebiasaan dimana pasien hanya
ingin menggunakan obat sedikit mungkin untuk menyembuhkan tekanan darah
tingginya(begitu pula terhadap obat-obat yang lain). Padahal tindakan ini sangat
membahayakan bagi kesehatannya. Sayangnya, banyak dokter yang tidak
mengetahui bahwa pasien mereka mengkonsumsi obat kurang dari dosis yang
ditetapkan. Pada saat itu dokter berfikir bahwa obat yang diberikan belum cukup
kuat untuk menurunkan tekanan darah, maka tanpa segan-segan dokter tersebut
akan menaikkan dosisnya. Akibat dari masalah ini maka pasien harus
mengkonsumsi lebih banyak obat sehingga akan timbul keengganan untuk
meminum obatnya ke depan akibat tindakan pasien tersebut yang telah
mengurangi penggunaan obat pada awalnya. Kondisi ini dalam waktu jangka
panjang akan menyebabkan penyakit pasien menjadi bertambah parah atau akan
menyebabkan terjadinya komplikasi penyakit (Soetrisno, 1986)
Ketidakpatuhan tersebut dapat meningkat jika pengobatan yang diberikan
tidak praktis, misalnya dengan beberapa kali dosis pemberian per hari. Bahkan
ada suatu penelitian yang dilakukan terhadap pasien penderita hipertensi yangmenyebutkan bahwa pasien-pasien tersebut sering lupa meminum obatnya di akhir
pekan, meningkatkan dosis obat sebelum kontrol ke dokter dan sering kali tidak
teratur meminum obatnya (Irmalita, 2003).
4.4.11 Hubungan Pelayanan Dokter dengan Ketidakpatuhan Pasien.
Tidak dapat dipungkiri bahwa atensi seorang dokter yang begitu besar
terhadap pasien yang ditanganinya dapat membantu meningkatkan kepatuhan
Universitas Sumatera Utara
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
23/27
pasien tersebut. Seperti yang telah dijelaskan pada faktor informasi diatas,
pengalaman baik seorang pasien terhadap dokternya dapat mendorong pasien
tersebut untuk bersungguh-sungguh menjalani instruksi yang telah diberikan
kepadanya. Disini dokter mempunyai peranan yang sangat penting, cepat
tanggapnya seorang dokter menangani keluhan pasien dapat menjadi faktor
penentu dalam mencapai terapi yang diinginkan. Atensi ini dapat dilakukan
dengan berbagai upaya, misalnya menanyakan tentang riwayat pengobatan pasien
sebelumnya, menanyakan apakah ada perkembangan kesembuhan setelah
pengobatan sekarang dijalani, dan yang tidak kalah pentingnya apakah pasien
tersebut ada mengalami efek samping obat yang telah diberikan padanya saat ini.
Hal ini sangat penting untuk ditanyakan kepada pasien yang bersangkutan karena
jika hal ini terjadi maka pasien tersebut sangat memungkinkan untuk
menghentikan pengobatannya maka dari itu ada baiknya dokter yang menangani
pasien tersebut melakukan pendekatan lain(menggunakan terapi obat lainnya)
sehingga motivasi pasien untuk tetap patuh terhadap pengobatannya tetap terjaga.
Namun demikian, berdasarkan hasil penelitian yang telah ditabulasi, dengan nilai
kebermaknaan 0,616 (p>0,05), variabel ini tidak menunjukkan hubungan yang
bermakna secara statistik dengan ketidakpatuhan pasien dalam melaksanakan
pengobatannya.
4.4.12 Hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Ketidakpatuhan Pasien.
Selain dokter, perangkat kesehatan lain juga tidak kalah penting berperan
dalam menurunkan tingkat ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan yang
dijalaninya. Peralatan yang memadai, keramahtamahan petugas dalam melayani,
serta penerapan sistem pelayanan yang efektif dapat merangsang pasien penderitahipertensi secara intensif dan berkala melaksanakan semua pola pengobatan yang
telah diinstruksikan. Keberhasilan terhadap pelayanan ini secara berkepanjangan
tidak hanya menjadi kepuasan tersendiri bagi pasien tersebut, tetapi dapat
membangun citra yang baik akan pengobatan medis di mata masyarakat
.pelayanan yang baik dari semua tenaga kesehatan dapat menghambat pasien
untuk menghentikan pengobatannya. Kepatuhan ini dapat ditingkatkan jika tenaga
kesehatan dapat bekerja secara estafet dan bersatu dalam menangani pasien,
Universitas Sumatera Utara
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
24/27
karena pada dasarnya tidak semua tanggung jawab sosial ini dibebankan kepada
dokter. Ada baiknya seorang farmasis dilibatkan juga dalam memonitor terapi
sehingga penanganan ini menjadi lebih intensif dengan harapan terapi yang
diinginkan dapat dicapai.
Hal kecil lain yang dapat berdampak besar bagi pasien yang dapat
dilakukan oleh perangkat kesehatan lain untuk meningkatkan kepatuhan pasien
yaitu dengan memberikan informasi tambahan yang cukup tentang obat yang telah
diresepkan dokter, misalnya tentang efek samping yang mungkin timbul sehingga
pasien tersebut tidak berfikir negatif jika efek samping tersebut dirasakan yang
pada akhirnya tidak membuat pasien tersebut menghentikan pengobatannya.
Sistem pelayanan yang baik juga memegang peranan penting dalam memotivasi
pasien untuk terus check up atau memantau perkembangan kesembuhannya,
misalnya dengan membuat antrian yang teratur serta pelayanan yang cepat dan
efektif sehingga pasien yang sedang sakit tidak merasa jenuh menunggu.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, variabel ini tidak
menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik dengan ketidakpatuhan
pasien dalam melaksanakan pengobatannya karena nilai kebermaknaan hasil
tabulasi dari faktor ini adalah 0,225 (p>0,05).
4.4.13 Hubungan Mudahnya Mendapatkan Obat dengan Ketidakpatuhan
Pasien.
Sukarnya mendapatkan obat di daerah tertentu terkadang mendesak pasien
menstop meminum obatnya untuk sementara waktu. Masalah ini biasanya dialami
oleh pasien yang bertempat tinggal jauh dari daerah perkotaan. Hal ini terjadi pada
saat obat yang dibawa pasien dari tempat pelayanan kesehatan habis, sedangkanpada saat ingin membelinya kembali di apotik di daerah tempat tinggalnya obat
tersebut sulit didapatkan atau terkadang didapatkan tapi tidak semua jenis obat
yang diresepkan ada terjual. Jika hal ini kita amati, kita akan berfikir bahwa hal
ini sangat berbahaya bagi pasien, karena setelah dilakukan wawancara, pasien
yang mengalami hal ini(tidak menebus resepnya kembali setelah habis akibat
kurangnya persediaan obat di daerah tempat tinggalnya) selalu melakukan
pemeriksaan ulang dengan keadaan tekanan darah diatas normal karena sudah
Universitas Sumatera Utara
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
25/27
tidak meminum lagi obatnya dalam jangka waktu tertentu. Masalah ini perlu kita
waspadai, karena jika pasien tersebut terus-menerus berada dalam keadaan tensi
diatas normal, maka lama-kelamaan hal tersebut sangat berpotensi untuk
menimbulkan komplikasi penyakit. Masalah ini dapat dicegah dengan
memberikan jumlah obat yang dapat dikonsumsi oleh pasien dalam jangka waktu
yang agak lama bagi pasien yang sedikit kesulitan mendapatkan obat di daerah
tempat tinggalnya. Hal ini juga sangat membantu bagi pasien, yaitu efisiensi
waktu dan jumlah uang yang dikeluarkan.
Suatu survei menyebutkan bahwa pasien yang tempat tinggalnya tidak jauh
dari tempat pelayanan kesehatan mempunyai kemungkinan 3 kali untuk teratur
berobat atau disiplin melaksanakan pengobatan dibandingkan dengan pasien yang
menyatakan bahwa tempat tinggalnya jauh dari tempat pelayanan kesehatan
(Senewe, 2002).
Namun demikian, berdasarkan hasil penelitian ini, variabel tersebut tidak
memiliki hubungan yang bermakna secara statistik dengan ketidakpatuhan pasien
dalam melaksanakan pengobatannya, hal ini ditunjukkan dengan nilai
kebermaknaan yang lebih besar dari 0,05 (p = 0,230).
Universitas Sumatera Utara
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
26/27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 110 orang pasien
yang ikut serta sebagai responden dalam penelitian ini, diperoleh gambaran umum
karakteristik subjek yaitu : 62.73 % yang berusia > 55 Tahun, 50 % berjenis
kelamin wanita, dan 41.82 % yang sejauh ini telah menyelesaikan pendidikan
dasarnya.
Hasil analisis data secara statistik terhadap berbagai faktor ketidakpatuhan
pasien penderita hipertensi dalam melaksanakan terapi obatnya diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
a. Faktor utama yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hipertensi diRSU H. Adam Malik Medan adalah mendapatkan informasi tentang
penyakitnya. Hal ini terjadi 15 kali lebih besar pada pasien yang kurang
cukup mendapatkan informasi tentang penyakitnya daripada pasien yang
lebih cukup mendapatkan informasi (Wald = 6,978;OR = 15,298; Cl 95%
= 2,02 - 115,77).
b. Faktor ketidakpatuhan lainnya adalah adanya pengobatan lain yangdijalani oleh pasien (Wald = 6,043;OR = 0,091; Cl 95% = 0,013 0,615),
faktor usia (Wald = 5,282 ;OR = 9,334 ; Cl 95% = 1,389 62,712),
pendidikan (Wald = 5,016 ;OR = 0,050 ;Cl 95% = 0,004 0,688),
lamanya telah menderita penyakit (Wald = 4,235 ;OR = 0,173 ;Cl 95%
=0,033 0,920), tingkat kesembuhan yang telah dicapai (Wald = 4,199
;OR = 21,189 ; Cl 95% = 1,142 393,056), rutinnya melakukanpemeriksaan ulang (Check Up) (Wald = 3,975 ;OR =10,283 ;Cl 95% =
1,040 -101,655), adanya reaksi obat yang merugikan (Wald = 3,899 ;OR=
0,176 ;Cl 95% = 0,013 0,615), mahalnya biaya pengobatan (Wald =
4,094 ;OR = 0,026 ;Cl 95% = 0,001 0,892). Prevalensi ketidakpatuhan
melaksanakan pengobatan 9,3 kali lebih tinggi pada pasien yang berumur
>55 tahun; 10,3 kali lebih tinggi pada pasien yang jarang melakukan check
up, 21,2 kali lebih tinggi pada pasien yang tidak merasakan kesembuhan
Universitas Sumatera Utara
7/22/2019 Chapter III-V Rutin Ht
27/27
penyakit; serta 8,7 kali lebih tinggi pada pasien yang agak kesulitan
mendapatkan obatnya.
5.2 Saran
a. Diharapkan kepada seluruh farmasis agar dapat memberikan edukasi bagipasien akan pentingnya melakukan pengobatan secara regular serta informasi
mengenai penyakit komplikasi yang dapat timbul akibat hipertensi jika pasien
tidak patuh dalam melaksanakan pengobatanya.
b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktorketidakpatuhan lain pada pengobatan hipertensi.