28
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori Pemasaran (Marketing) II.1.1. Konsep Pemasaran Kotler, (2007): menyatakan bahwa Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep inti: kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands); produk (barang, jasa dan gagasan); nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan; pasar dan pemasaran serta pemasar. II.1.2. Pemasaran Syariah Berbisnis cara Nabi Muhammad, Nabi terakhir yang diturunkan untuk menyempurnakan ajaran-ajaran Tuhan yang diturunkan sebelumnya. Rasulullah adalah suri teladan umat-Nya. QS Al Ahzab ayat 21: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Beliau memberikan contoh yang sangat baik dalam setiap transaksi bisnisnya. Beliau melakukan transaksi secara jujur, adil dan tidak pernah membuat pelanggan Universitas Sumatera Utara

Chapter II.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    II.1. Teori Pemasaran (Marketing)

    II.1.1. Konsep Pemasaran

    Kotler, (2007): menyatakan bahwa Pemasaran adalah suatu proses sosial dan

    manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan

    mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu

    sama lain.

    Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep inti: kebutuhan (needs),

    keinginan (wants), dan permintaan (demands); produk (barang, jasa dan gagasan);

    nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan; pasar dan pemasaran

    serta pemasar.

    II.1.2. Pemasaran Syariah

    Berbisnis cara Nabi Muhammad, Nabi terakhir yang diturunkan untuk

    menyempurnakan ajaran-ajaran Tuhan yang diturunkan sebelumnya. Rasulullah

    adalah suri teladan umat-Nya. QS Al Ahzab ayat 21: Sesungguhnya telah ada pada

    (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang

    mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut

    Allah.

    Beliau memberikan contoh yang sangat baik dalam setiap transaksi bisnisnya.

    Beliau melakukan transaksi secara jujur, adil dan tidak pernah membuat pelanggan

    Universitas Sumatera Utara

  • mengeluh, apalagi kecewa. Beliau selalu menepati janji dan mengantarkan barang

    dagangannya dengan standar kualitas sesuai dengan permintaan pelanggan.

    Reputasinya sebagai pedagang yang benar dan jujur, telah tertanam dengan baik sejak

    muda. Beliau selalu memperlihatkan rasa tanggung jawab terhadap setiap transaksi

    yang dilakukan.

    Sembilan Etika (akhlak) Pemasar yang menjadi prinsip-prinsip bagi Syariah

    pemasar dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran, Kartajaya, (2006) yaitu:

    1. Memiliki kepribadian spiritual (taqwa). 2. Berperilaku baik dan simpatik (shidq). 3. Berlaku adil dalam bisnis (al-adl). 4. Bersikap melayani dan rendah hati (khidmah). 5. Menepati janji dan tidak curang. 6. Jujur dan terpercaya (amanah). 7. Tidak suka berburuk sangka (suuzh-zhann). 8. Tidak suka menjelek-jelekkan (ghibah). 9. Tidak melakukan sogok (riswah).

    II.2. Teori Merek (Brand)

    II.2.1. Pengertian tentang Merek

    Menurut The American Marketing Association (AMA) merek didefinisikan

    sebagai berikut: a brand is a name, term, sign, simbol or design or combination of

    them, intended to identify the goods or services of one seller or groups sellers and

    differentiate them from those of competitors (Kotler, 2007).

    Merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti

    sebuah cap, logo, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa

    dari seorang penjual atau sekelompok penjual tertentu dengan maksud untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • membedakannya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh para pesaing. Sebuah

    merek menunjukkan kepada pelanggan asal/sumber produk dan melindungi

    keduanya, produsen dan pelanggan, dari para pesaingnya yang menyajikan produk

    yang terlihat mirip (Aaker, 2006). Merek dapat juga dibagi dalam pengertian lainnya,

    seperti:

    1. Brand name (nama merek) yang merupakan bagian dari yang dapat diucapkan

    misalnya, Pepsodent, BMW, Toyota dan sebagainya.

    2. Brand mark (tanda merek) yang merupakan sebagian dari merek yang dapat

    dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain huruf atau

    warna khusus. Misalnya: simbol Toyota, gambar trightiga berlian Mitsubishi.

    3. Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau sebagian dari

    merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan

    sesuatu yang istimewa.

    4. Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi oleh

    undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis,

    karya musik atau karya seni.

    Jadi merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan

    feature, manfaat, dan jasa tertentu pada pembeli. Merek terbaik akan memberikan

    jaminan kualitas. Namun pemberian nama atau merek pada suatu produk hendaknya

    tidak hanya merupakan suatu simbol, karena merek memiliki enam tingkatan

    pengertian, yaitu (Rangkuti, 2004):

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Atribut

    Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan agar

    pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja yang

    terkandung dalam suatu merek.

    2. Manfaat

    Selain atribut, merek juga memiliki serangkaian manfaat. Konsumen tidak

    membeli atribut, mereka membeli manfaat yang dapat langsung dirasakan

    konsumen.

    3. Nilai

    Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek yang

    memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang

    berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut.

    4. Budaya

    Merek juga mewakili budaya tertentu. Misalnya, Mercedes mewakili budaya

    Jerman yang terorganisasi dengan baik, memiliki cara kerja yang efisien, dan

    selalu menghasilkan produk yang bermutu tinggi.

    5. Kepribadian

    Merek juga memiliki kepribadian, yaitu kepribadian bagi para penggunanya.

    Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian si pengguna akan

    tercermin bersamaan dengan merek yang digunakan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 6. Pemakai

    Merek juga menunjukkan jenis konsumen pemakai merek tersebut. Itulah

    sebabnya para pemasar selalu menggunakan analogi orang-orang terkenal untuk

    penggunaan mereknya.

    Temporal (2004) memberikan gambaran bahwa tujuan dari merek adalah

    memberikan sesuatu yang unik dan menarik dibandingkan dengan pesaing, sehingga

    dapat memuaskan kebutuhan pelanggan baik secara rasional maupun emosional. Pada

    saat seseorang memikirkan sebuah produk, ia hanya akan mengaitkannya dengan

    atribut dan manfaatnya saja. Tetapi bila seseorang membayangkan sebuah merek, ia

    akan melibatkan dimensi emosional di dalamnya.

    Merek merupakan sesuatu yang dicari konsumen ketika datang untuk

    membeli, sesuatu ini bukan hanya sekedar barang melainkan juga persepsi akan

    kualitas dan gengsi yang diraih. Karena citra dan reputasi merek yang terjaga, suatu

    produk dapat menjadi produk yang bernilai tinggi dan dicari oleh konsumen sehingga

    nilai perusahaan dapat meningkat di atas nilai riil asetnya (Swa, 2005).

    II.2.2. Manfaat Merek

    Merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen, merek

    berperan penting sebagai (Keller, dalam Tjiptono, 2005)

    1. Sarana identifikasi untuk memudahkan proses penanganan atau pelacakan

    produk bagi perusahaan, terutama dalam pengorganisasian sediaan dan

    pencatatan akuntansi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Bentuk proteksi hukum terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Merek

    bisa mendapatkan perlindungan properti intelektual. Nama merek bisa

    diproteksi melalui merek dagang terdaftar (registered trademarks), proses

    pemanufakturan bisa dilindungi melalui hak paten, dan kemasan bisa

    diproteksi melalui hak cipta (copyrights) dan desain. Hak-hak properti

    intelektual ini memberikan jaminan bahwa perusahaan dapat berinvestasi

    dengan aman dalam merek yang dikembangkan dan meraup manfaat dari aset

    bernilai tersebut.

    3. Sinyal tingkat kualitas bagi para pelanggan yang puas, sehingga mereka bisa

    dengan mudah memilih dan membelinya lagi di lain waktu. Loyalitas merek

    seperti ini menghasilkan predictability dan security permintaan bagi

    perusahaan dan menciptakan hambatan masuk yang menyulitkan perusahaan

    lain untuk memasuki pasar.

    4. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari

    pada pesaing.

    5. Sumber keunggulan kompetitif, terutama melalui perlindungan hukum,

    loyalitas, pelanggan, dan citra unik yang terbentuk dalam benak konsumen.

    6. Sumber financial returns, terutama menyangkut pendapatan masa datang.

    Bagi konsumen, merek bisa memberikan beraneka macam nilai melalui

    sejumlah fungsi dan manfaat potensial. Keller (2003) dalam Tjiptono (2005)

    mengemukakan 7 manfaat pokok merek bagi konsumen, yaitu sebagai identifikasi

    sumber produk, penetapan tanggung jawab pada pemanufaktur atau distributor

    Universitas Sumatera Utara

  • tertentu, pengurang resiko, penekan biaya pencarian internal dan eksternal, janji atau

    ikatan khusus dengan produsen, alat simbolis yang memproyeksikan citra diri dan

    sinyal kualitas.

    II.3. Teori tentang Ekuitas Merek

    II.3.1. Pengertian Ekuitas Merek (Brand Equity)

    Aaker (2006): Brand equity was defined as the brand assets (or liabilities)

    linked to a brands name and symbol that add to (or subtract from) a product or

    service.

    Maka, brand equity atau ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas

    merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol yang mampu menambah atau

    mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan

    maupun pada pelanggan (Aaker, 2006).

    Agar aset dan liabilitas mendasari brand equity, maka aset dan liabilitas

    merek harus berhubungan dengan nama atau sebuah simbol sehingga jika dilakukan

    perubahan terhadap nama dan simbol merek, beberapa atau semua aset dan liabilitas

    yang menjadi dasar brand equity akan berubah pula.

    Menurut David A. Aaker (2006), ekuitas merek (Brand Equity) dapat

    dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu:

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Brand awareness (kesadaran merek)

    Menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau

    mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk

    tertentu.

    5. Brand association (asosiasi merek)

    Mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam

    kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis,

    harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain.

    6. Perceived quality (persepsi kualitas)

    Mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas/keunggulan

    suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan.

    7. Brand loyalty (loyalitas merek)

    Mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk.

    8. Other proprietary brand assets (aset-aset merek lainnya).

    Empat elemen ekuitas merek di luar aset-aset merek lainnya dikenal dengan

    elemen-elemen utama dari ekuitas merek. Elemen ekuitas merek yang kelima secara

    langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen utama tersebut. Konsep

    ekuitas merek akan ditampilkan pada Gambar 2.1, yang memperlihatkan bahwa

    ekuitas merek menciptakan nilai bagi perusahaan atau pelanggan atas dasar kategori

    yang disebutkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Sumber: Aaker (2006) Managing Brand Equity: Capitalizing on The Value of a Brand Name

    Gambar 2.1. Konsep Brand Equity

    II.3.2. Brand Awareness

    Brand awareness atau kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon

    pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari

    ketegori produk tertentu. Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena

    terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang

    dilibatkan. Kesadaran merek membutuhkan jangkauan kontinum (continuum ranging)

    dari perasaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu telah dikenal sebelumnya,

    sehingga konsumen yakin bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya merek

    dalam suatu kelompok produk (Aaker, 2006). Kontinum ini dapat terwakili dalam

    Provides Values to Firm by Enhancing: 1. Efficiency and Effectiveness of

    Marketing Programs 2. Brand Loyalty 3. Use Satisfaction 4. Proices/Margins 5. Brand Extensions 6. Trade Leverage 7. Competitive Advantage

    Provides Values to Customer by Enhancing Customers: 1. Interpretation/ Processing of Information 2. Confidence in the Purchase Decision 3. Use Satisfaction

    Brand Awareness

    Brand Assocoation Brand Loyalty Perceived Quality

    Other proprietary brand asssets Brand Equity

    (Name, Symbol)

    Universitas Sumatera Utara

  • tingkatan kesadaran merek yang berbeda seperti ditunjukkan dalam suatu piramida

    berikut ini:

    Sumber: David. A. Aaker (2006) Managing Brand Equity: Capitalizing on The Value of a Brand Name

    Gambar 2.2. Piramida Brand Awareness

    II.3.2.1. Puncak pikiran (top of mind)

    Top of Mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat responden atau

    pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya tentang suatu kategori produk.

    Top of Mind adalah single respon question, artinya satu responden hanya boleh

    memberikan satu jawaban untuk pertanyaan ini.

    Top Of Mind

    Brand Recall

    Brand Recognition

    Unaware Brand

    Universitas Sumatera Utara

  • II.3.2.2. Pengingatan kembali (brand recall)

    Brand recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek-merek

    apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek pertama kali disebut. Brand

    recall merupakan multi response questions yang menghasilkan jawaban tanpa dibantu

    (unaided question).

    II.3.2.3. Pengenalan merek (brand recognition)

    Brand recognition atau pengenalan kesadaran merek merupakan pengukuran

    kesadaran merek responden di mana kesadarannya diukur dengan diberikan bantuan.

    Pertanyaan yang diajukan dibantu dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk merek

    tersebut (aided question). Pertanyaan diajukan untuk mengetahui seberapa banyak

    responden yang perlu diingatkan akan keberadaan merek tersebut. Untuk mengukur

    pengenalan kesadaran merek selain mengajukan pertanyaan dapat dilakukan dengan

    menunjukkan gambar yang menggambarkan ciri-ciri merek tersebut (cara ini lebih

    efektif dilakukan).

    II.3.2.4. Tidak menyadari merek (unaware of brand)

    Untuk pengukuran brand unaware dilakukan observasi terhadap pertanyaan

    pengenalan kesadaran merek sebelumnya dengan melihat responden yang menjawab

    tidak mengenal sama sekali atau yang menjawab tidak tahu tidak ditunjukkan gambar

    produknya.

    II.3.3. Brand Association

    Brand Association adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang yang

    terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek (Aaker, 2006). Kesan-kesan yang

    Universitas Sumatera Utara

  • terkait merek akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman

    konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek atau dengan semakin seringnya

    penampakan merek tersebut dalam strategi komunikasinya, ditambah lagi jika kaitan

    tersebut didukung oleh suatu jaringan dari kaitan-kaitan lain. Berbagai asosiasi merek

    yang saling berhubungan akan menimbulkan suatu rangkaian yang disebut brand

    image (citra merek). Semakin banyaknya asosiasi yang saling berhubungan, semakin

    kuat citra merek yang dimiliki oleh merek tersebut.

    Asosiasi-asosiasi yang terkait dengam suatu merek umumnya dihubungkan

    dengan berbagai tipe asosiasi merek berikut (Aaker, 2006).

    1. Product attributes (atribut produk)

    Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu produk merupakan strategi

    positioning yang paling sering digunakan. Mengembangkan asosiasi semacam ini

    efektif karena jika atribut tersebut bermakna, asosiasi dapat secara langsung

    diterjemahkan dalam alasan pembelian suatu merek.

    2. Intangible attributes (atribut tak berwujud).

    Suatu faktor tak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya persepsi

    kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang mengikhtisarkan serangkaian

    atribut yang objektif.

    3. Customers benefits (manfaat bagi pelanggan)

    Karena sebagian besar atribut produk memberikan manfaat bagi pelanggan, maka

    biasanya terdapat hubungan antar keduanya. Manfaat bagi pelanggan dapat dibagi

    dua, yaitu:

    Universitas Sumatera Utara

  • a. Rational benefit (manfaat rasional) yang berkaitan erat dengan atribut dari

    produk yang dapat menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan yang

    rasional.

    b. Manfaat psikologis sering kali merupakan konsekuensi ekstrim dalam proses

    pembentukan sikap, berkaitan dengan perasaan yang ditimbulkan ketika

    membeli atau menggunakan merek tersebut.

    4. Relative price (harga relatif)

    Evaluasi terhadap suatu merek di sebagian kelas produk ini akan diawali dengan

    penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat harga.

    5. Application (penggunaan)

    Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan suatu

    pengggunaan atau aplikasi tertentu.

    6. User/customer (pengguna/pelanggan)

    Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan sebuah

    tipe pengguna atau pelanggan dari produk tersebut.

    7. Celebrity (orang terkenal)

    Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat mentransfer

    asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek tersebut.

    8. Life style/personality (gaya hidup/kepribadian)

    Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat diilhami oleh asosiasi para

    pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian dan karakteristik gaya hidup

    yang hampir sama.

    Universitas Sumatera Utara

  • 9. Product class (kelas produk)

    Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya.

    10. Competitiors (para pesaing)

    Mengetahui pesaing dan berusaha untuk menyamai atau bahkan mengungguli

    pesaing.

    11. Country/geographic area (negara/wilayah geografis)

    Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki hubungan yang

    erat dengan produk, bahan, dan kemampuan.

    II.3.4. Perceived Quality

    Aaker (2006) mendefinisikan perceived quality (kesan kualitas) sebagai

    persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau

    jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan. Karena

    merupakan kesan dari pelanggan maka perceived quality tidak dapat ditentukan

    secara objektif. Persepsi pelanggan akan melibatkan apa yang penting bagi pelanggan

    karena setiap pelanggan memiliki kepentingan (yang diukur secara relatif) yang

    berbeda-beda terhadap suatu produk atau jasa.

    Perceived quality akan membentuk persepsi kualitas dari suatu produk

    di mata pelanggan. Persepsi terhadap kualitas keseluruhan terhadap suatu produk atau

    jasa dapat menentukan nilai dari produk atau jasa tersebut dan berpengaruh secara

    langsung kepada keputusan pembelian konsumen dan loyalitas mereka terhadap

    merek.

    Universitas Sumatera Utara

  • Perceived quality mencerminkan perasaan pelanggan secara menyeluruh

    mengenai suatu merek. Karenanya perceived quality juga berlaku untuk jasa layanan

    yang melibatkan dimensi kualitas jasa seperti waktu tunggu, keramahan petugas,

    kenyamanan ruangan, dan lain sebagainya.

    II.3.4.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perceived quality

    Berkat dari kesadaran bahwa perceived quality perlu dipahami dan dikelola

    untuk kepentingan perusahaan, pihak manajemen perusahaan perlu mempelajari dan

    mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perceived quality dan

    bagaimana membangun suatu perceived quality yang positif dan kuat. Untuk

    mempelajari dimensi-dimensi tersebut biasanya dilakukan riset untuk mengetahui

    mengapa dimensi suatu merek mempunyai kualitas yang lebih tinggi dibandingkan

    dengan merek lain. Aaker (2006) membagi kualitas produk menjadi tujuh dimensi,

    yaitu:

    1. Performance: Melibatkan berbagai karakteristik operasional utama, misalnya

    karakteristik operasional mobil adalah kecepatan, akselerasi, sistem kemudi,

    serta kenyamanan. Karena faktor kepentingan pelanggan berbeda satu sama

    lain, sering kali pelanggan mempunyai sikap yang berbeda dalam menilai

    atribut-atribut ini. Kecepatan akan diberi nilai tinggi oleh sebagian pelanggan

    lain yang lebih mementingkan atribut kenyamanan.

    2. Serviceability: Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada

    produk tersebut. Misalnya mobil merek tertentu yang memposisikan dirinya

    Universitas Sumatera Utara

  • sebagai mobil tahan lama walau telah berumur 12 tahun tetapi masih

    berfungsi dengan baik.

    3. Reliability: Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu

    pembelian ke pembelian berikutnya.

    4. Features: Bagian-bagian tambahan dari produk (feature), seperti remote

    control sebuah video, tape deck, sistem WAP untuk telepon genggam.

    Penambahan ini biasanya digunakan sebagai pembeda yang penting ketika

    dua merek produk terlihat hampir sama. Bagian-bagian tambahan ini memberi

    penekanan bahwa perusahaan memahami kebutuhan pelanggannya yang

    dinamis sesuai perkembangan.

    5. Conformance with spesifications: Merupakan pandangan mengenai kualitas

    proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang

    telah ditentukan dan teruji. Misalnya sebuah mobil pada kelas tertentu dengan

    spesifikasi yang telah ditentukan seperti jenis dan kekuatan mesin, pintu, dan

    material untuk pintu mobil, ban, sistem pengapian dan lainnya.

    6. Fit and Finish: Mengarah kepada kualitas yang dirasakan yang melibatkan

    enam dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan hasil

    akhir produk yang baik maka kemungkinan produk tersebut tidak akan

    mempunyai atribut kualitas lain yang penting.

    Dimensi-dimensi untuk konteks jasa serupa tapi tidak sama dengan dimensi

    konteks produk. Untuk kualitas pelayanan jasa masih menurut Aaker (2006), ada lima

    dimensi, yaitu:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Tangibles (bentuk fisik), apakah karakteristik fisiknya (fasilitas fisik,

    perlengkapan, dan penampilan pekerjaannya) mengesankan kualitas.

    2. Reliability (kehandalan) yang sangat tergantung pada kinerja yang diberikan.

    3. Responsiveness (ketanggapan), adanya tanggung jawab dan kecakapan

    karyawan dalam membantu dan memberikan pelayanan sebaik-baiknya.

    4. Competence (jaminan) yang mencakup kompetensi baik dari segi pengetahuan

    dan keahlian dalam memberikan pelayanan atau tugas dengan kredibilitas

    tinggi.

    5. Empathy (empati) menunjukkan rasa peduli dan perhatian pada pelanggan

    dengan komunikasi yang baik.

    II.3.4.2. Kualitas pelayanan dalam perbankan Syariah

    Dalam penelitiannya Othman dan Owen menambahkan unsur compliance

    di dalam dimensi kualitas pelayanan yang diteliti sebelumnya Parasuraman, yang

    biasa dikenal dengan Compliance with Islamic Law (Othman & Owen, 2005).

    Penelitian Parasuraman (2004), mengatakan terdapat 5 dimensi kualitas pelayanan,

    ditambah dengan dimensi compliance sebagai syarat produk dan jasa Islami/Syariah,

    yang biasa dikenal dengan CARTER, yaitu:

    1. Compliance, which means the ability to fulfill with Islamic Law and operate

    under the principles of Islamic banking and economy.

    2. Assurance, is the knowledge an courtesy of employees and their ability to

    convey trust and confidence. It also includes verbal and written

    communication between bank staff and customers.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Reliability, ability to perform the promised service, dependability and

    accuracy.

    4. Tangibles, that means the appearance of physical fasilities, equipment,

    personnel, and communication material.

    5. Empathy caring, individualized attention which the Islamic bank provides for

    its customers.

    6. Responsiveness is the willingness to help customers and provide prompt

    service.

    II.3.5. Brand Loyalty

    Brand loyalty merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah

    merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang

    pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada merek (Aaker, 2006).

    Seorang pelanggan yang sangat loyal kepada suatu merek tidak akan dengan mudah

    memindahkan pembeliannya ke merek lain, apapun yang terjadi dengan merek

    tersebut. Bila loyalitas pelanggan terhadap suatu merek meningkat, kerentanan

    kelompok pelanggan tersebut dari ancaman dan serangan merek produk pesaing dapat

    dikurangi.

    Sebaliknya pelanggan yang tidak loyal kepada suatu merek, pada umumnya

    pembelian yang dilakukan terhadap merek tersebut tidak didasarkan karena

    ketertarikan mereka terhadap mereknya namun lebih didasarkan pada karakteristik

    produk, harga dan kenyamanan pemakaiannya.

    Universitas Sumatera Utara

  • Dalam kaitannya dengan brand loyalty suatu produk, didapati adanya

    beberapa tingkatan brand loyalty. Masing-masing tingkatannya menunjukkan

    tantangan pemasaran yang harus dihadapi. Adapun tingkatan brand loyalty tersebut,

    yaitu (Aaker, 2006):

    1. Switcher (berpindah-pindah)

    Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagai pelanggan

    yang berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk

    memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek yang lain

    mengindikasikan merek sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak

    tertarik pada merek tersebut. Ciri yang paling nampak dari jenis pelanggan ini

    adalah merek membeli suatu produk karena harganya murah.

    2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)

    Pembeli yang berada dalam tingkat loyalitas ini dapat dikategorikan sebagai

    pembeli yang puas dengan merek produk yang dikonsumsinya atau setidaknya

    mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk

    tersebut.

    3. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

    Pada tingkatan ini, pembeli merek masuk ke dalam kategori puas bila mereka

    mengkonsumsi merek tersebut, meskipun demikian mungkin saja memindahkan

    pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost (biaya peralihan)

    yang terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan

    tindakan mereka beralih merek. Untuk dapat menarik minat para pembeli yang

    Universitas Sumatera Utara

  • masuk dalam tingkat loyalitas ini maka para pesaing perlu mengatasi biaya

    peralihan yang harus ditanggung oleh pembeli yang masuk dalam kategori ini

    dengan menawarkan berbagai manfaat yang cukup besar sebagai kompensasinya

    (switching cost loyal).

    4. Likes the brand (menyukai merek)

    Pembeli yang masuk dalam kategori loyalitas ini merupakan pembeli yang

    sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pada tingkatan ini dijumpai perasaan

    emosional yang terkait pada merek. Rasa suka pembeli bisa saja didasari oleh

    asosiasi yang terkait dengan simbol, rangkaian pengalaman dalam penggunaan

    sebelumnya baik yang dialami pribadi maupun oleh kerabatnya ataupun

    disebabkan oleh kesan kualitas yang tinggi. Meskipun demikian sering kali rasa

    suka ini merupakan suatu perasaan yang sulit diidentifikasikan dan ditelusuri

    dengan cermat untuk dikategorikan ke dalam sesuatu yang spesifik.

    5. Committed buyer (pembeli yang komit)

    Pada tahapan ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Mereka meliliki suatu

    kebanggaan sebagai pengguna suatu merek dan bahkan merek tersebut menjadi

    sangat penting bagi mereka dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu

    ekspresi mengenai siapa sebenarnya mereka. Pada tingkatan ini, salah satu

    aktualisasi loyalitas pembeli ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan dan

    mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain.

    Universitas Sumatera Utara

  • II.4. Peran Ekuitas Merek

    Salah satu aset perusahaan yang tidak berwujud adalah ekuitas yang diwakili

    oleh merek. Bagi banyak perusahaan, merek dan segala sesuatu yang diwakilinya

    merupakan aset yang paling penting, karena merupakan dasar keuntungan kompetitif

    dan sumber penghasilan masa depan. Ekuitas merek memiliki nilai tambah yang

    potensial bagi perusahaan karena aliran dana terus mengalir sehingga dapat

    membangun laba atau keuntungan perusahaan. Ekuitas merek dapat meningkatkan

    dan mengembangkan program-program pemasaran yang atraktif dan menarik

    sehingga dapat menarik pelanggan baru atau menggaet kembali pelanggan lama.

    Ekuitas merek juga dapat membangun loyalitas pelanggan. Kesan kualitas, asosiasi,

    dan nama yang lebih dikenal baik merupakan alasan untuk membeli dan

    mengakibatkan kepuasan pelanggan. Ekuitas merek juga biasanya menghasilkan

    profit yang lebih tinggi karena mengurangi biaya promosi dan pengenaan harga

    premium. Ekuitas merek dapat mempermudah perluasan dan meningkatkan saluran

    distribusi. Pada akhirnya aset-aset ekuitas merek memberikan keunggulan bersaing

    (competitive advantage) yang seringkali menjadi penghambat yang nyata bagi para

    pesaingnya (Aaker, 2006).

    Bagi pelanggan aset ekuitas merek ini dapat menambah atau mengurangi nilai

    perusahaan. Aset-aset ini dapat membantu pelanggan dalam menafsirkan, memproses,

    dan menyimpan informasi dalam jumlah besar mengenai produk. Ekuitas merek juga

    dapat menambah rasa percaya diri bagi pelanggan dalam mengambil keputusan

    pelangganan dan dalam proses justifikasi keputusan yang diambil pasca pelangganan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Ekuitas merek berpotensi penting dalam hal kesan kualitas dan asosiasi yang dapat

    meningkatkan kepuasan pelanggan (Aaker, 2001).

    II.4.1. Produk

    Menurut Kotler (2007) definisi produk adalah apapun yang dapat ditawarkan

    kepada pasar untuk diberi perhatian, diakuisisi, digunakan atau dikonsumsi, terbatas

    pada barang berbentuk fisik, tetapi juga-termasuk jasa, orang, organisasi bahkan ide.

    Sedangkan yang termasuk produk baru adalah produk orisinal, produk yang

    mengalami perbaikan, produk yang dimodifikasi atau bahkan merek baru yang

    dikembangkan oleh divisi Research and Development konsumen. Kualitas produk

    adalah salah satu sarana positioning utama pemasar (Kotler, 2007).

    II.5. Bank Syariah

    Sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun

    1992 tentang Perbankan, Bank Syariah adalah Bank Umum yang melaksanakan

    kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

    dalam lalu lintas pembayaran.

    Prinsip Syariah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan

    pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau

    kegiatan lainnya yang sesuai dengan Syariah.

    Kegiatan usaha bank Syariah antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi

    hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip usaha patungan (musyarakah),

    Universitas Sumatera Utara

  • jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan

    barang modal berdasarkan prinsip sewa (ijarah).

    II.5.1. Konsep Bank Syariah

    Konsep pengelolaan bank Syariah antara lain adalah:

    1. Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan/amanah

    Allah SWT sehingga cara memperoleh, mengelola dan memanfaatkannya

    harus sesuai ajaran Islam.

    2. Bank Syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan pengelolaan harta

    nasabah (simpanan) sesuai ajaran Islam.

    3. Bank Syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun pengelola

    bank pada posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul

    karimah sebagai sikap dasar hubungan antara nasabah dan bank.

    4. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan,

    prinsip kesederajatan dan prinsip ketrentaman antar pemegang saham,

    pengelola bank dan nasabah atas jalannya usaha bank Syariah.

    5. Prinsip bagi hasil.

    a. Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan

    berpedoman kemungkinan untung dan rugi.

    b. Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang

    diperoleh.

    c. Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan

    jumlah pendapatan.

    Universitas Sumatera Utara

  • d. Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil.

    e. Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika

    proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan

    ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

    II.5.2. Prinsip-prinsip Dasar Produk Syariah

    II.5.2.1. Penghimpunan dana

    Prinsip-prinsip produk Syariah yang dipergunakan dalam penghimpunan

    dana:

    a. Wadiah Yad Dhamanah

    Dalam tradisi fiqih Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-

    wadiah. Al-wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke

    pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan

    dikembangkan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio, 2006). Adapun

    Wadiah yad dhamanah adalah wadiah di mana si penerima titipan dapat

    memanfaatkan barang titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan

    seijin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara

    utuh setiap saat si pemilik menghendakinya.

    b. Mudharabah

    Al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak

    pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak

    lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut

    Universitas Sumatera Utara

  • kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung

    oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola, si

    pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut (Antonio, 2006).

    Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis: mudharabah muthlaqah

    dan mudharabah muqayyadah.

    1. Mudharabah Muthlaqah

    Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja

    sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan

    tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.

    2. Mudharabah Muqayyadah

    Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted

    mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah

    muthlaqah (Antonio, 2006).

    II.5.2.2. Penyaluran dana

    Prinsip-prinsip produk Syariah yang dipergunakan dalam penyaluran dana:

    a. Murabahah

    Adalah suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah dengan Nasabah,

    di mana Bank menyediakan pembiayaan untuk membeli bahan baku atau modal

    kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah yang akan dibayar kembali oleh nasabah

    sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang

    ditetapkan.

    Universitas Sumatera Utara

  • b. Musyarakah

    Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu

    usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi data (atau

    amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan

    ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Antonio, 2006).

    Al-Musyarakah ada dua jenis: Musyarakah pemilikan dan Musyarakah akad

    (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi

    lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.

    Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan di mana dua orang atau lebih

    setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal Musyarakah. Mereka

    pun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian. Musyarakah akad terbagi menjadi:

    al-inan, al-mufawwadhah, al-amaal, al-wujuh, dan al-mudharabah (Antonio,

    2006)

    c. Salam

    Adalah pembiayaan jual beli di mana pembeli memberikan uang terlebih dahulu

    terhadap barang yang dibeli yang telah disebutkan spesifikasinya dengan

    pengantaran kemudian.

    d. Istishna

    Transaksi Bai Al-Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan

    pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari

    pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau

    membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada

    Universitas Sumatera Utara

  • pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran;

    apakah pembayaran dilakukan dimuka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai

    suatu waktu pada masa yang akan datang (Antonio, 2006).

    e. Ijarah

    Al-Ijarah adalah pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran

    upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah)

    atas barang itu sendiri (Antonio, 2006).

    II.5.2.3. Penyelenggaran jasa-jasa perbankan

    Prinsip-prinsip jasa dalam perbankan Syariah antara lain adalah:

    a. Kafalah

    Adalah akad pemberian garansi/jaminan oleh pihak Bank kepada nasabah untuk

    menjamin pelaksanaan proyek dan pemenuhan kewajiban tertentu oleh pihak

    yang dijamin.

    b. Wakalah

    Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat.

    Pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal ini hal yang

    diwajibkan (Antonio, 2006).

    c. Hawalah

    Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain

    yang wajib menanggungnya (Antonio, 2006).

    Universitas Sumatera Utara

  • d. Wadiah Yad Al-Amanah

    Wadiah adalah titipan dari satu pihak ke pihak lain baik individu maupun

    golongan harus dijaga dan dikembalikan setiap saat bila pemilik

    menghendakinya. Adapun Wadiah Yad Al-Amanah adalah wadiah di mana si

    penerima titipan tidak bertanggung jawab atas kehilangan dan kerusakan yang

    terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau

    kecerobohan penerima titipan dalam menerima titipan tersebut.

    e. Rahn

    Ar- Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas

    pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai

    ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk

    dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana

    dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai (Antonio,

    2006).

    f. Qardh

    Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau

    diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan

    imbalan. Dalam literatur fiqih klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwui

    atau akad yang saling membantu dan bukan transaksi komersial (Antonio, 2006).

    Universitas Sumatera Utara