11
CHECKLIS PEMERIKSAAN TELINGA Nama : …………………………………… NIM : ………………………………… ASPEK YANG DINILAI NILAI 0 1 2 Definisi : Telinga adalah organ untuk pendengaran dan keseimbangan yang terdiri dari telinga luar, dalam, dan tengah. Tujuan : Pemeriksaan telinga digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit. Indikasi : Klien dengan keluhan gangguan telinga Pelaksanaan Persiapan Pasien : a. Pasien anak 1) Pasien duduk dikursi dipangku oleh orang tua 2) Dokter duduk dikursi pemeriksa 3) Kaki orang tua pasien bersilangan dengan kaki pemeriksa. 4) Tangan orang tua memegang kedua tangan pasien, lalu tangan perawat memegangi kepala pasien 5) Bila tidak ada asisten, minta orang tua untuk memfiksasi kepala anak dengan memegangi dahi anak menggunakan

Checklis Pemeriksaan Telinga 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Telinga

Citation preview

CHECKLIS PEMERIKSAAN TELINGANama : NIM : ASPEK YANG DINILAINILAI

012

Definisi : Telinga adalah organ untuk pendengaran dan keseimbangan yang terdiri dari telinga luar, dalam, dan tengah.

Tujuan : Pemeriksaan telinga digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit.

Indikasi :Klien dengan keluhan gangguan telinga

Pelaksanaan

Persiapan Pasien :

a. Pasien anak

1) Pasien duduk dikursi dipangku oleh orang tua

2) Dokter duduk dikursi pemeriksa

3) Kaki orang tua pasien bersilangan dengan kaki pemeriksa.

4) Tangan orang tua memegang kedua tangan pasien, lalu tangan perawat memegangi kepala pasien

5) Bila tidak ada asisten, minta orang tua untuk memfiksasi kepala anak dengan memegangi dahi anak menggunakan 1 tangan, bagian belakang kepala anak menempel didada orang tua sementara tangan yang lain melingkari badan anak.

b. Pasien dewasa

Pasien duduk dikursi penderita dengan kaki bersilangan dengan kaki pemeriksa.a. Persiapan alat dan bahan :

a. Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan telinga :

1) Lampu kepala

2) Garpu tala

3) Spekulum telinga beberapa ukuran (kecil, sedang, besar)

4) Pinset telinga

5) Aplikator (plintir kapas)

6) Aligator (cunam) : untuk mengambil benda asing dan untuk mengangkat polip liang telinga.

7) Cerumen haak dan cerumen spoon : cerumen haak yang tumpul dan tajam (dengan kait) dan cerumen spoon yang ujungnya seperti sendok.

8) Obat anestesi lokal : larutan lidokain 2 %

9) Balon politzer

10) Pneumatoskop siegel

11) Otoskop

12) Tampon steril

Tahap pre interaksi1. Cuci tangan

2. Siapkan alat-alat

Tahap orientasi

1. Memberi salam, periksa identifikasi klien dengan membaca gelang identifikasi dan menanyakan nama klien.2. Memperkenalkan nama perawat

3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan keluarga.

4. Menanyakan kesiapan dan persetujuan pasien sebelum tindakan

5. Memposisikan pasien senyaman mungkin

6. Menjelaskan tentang kerahasiaan.

Tahap KerjaPemeriksaan telinga

1) Untuk inspeksi liang telinga dan membran timpani, pergunakan spekulum telinga atau otoskop.

2) Untuk visualisasi terbaik pilih spekulum telinga ukuran terbesar yang masih pas dengan diameter liang telinga pasien. Diameter liang telinga orang dewasa adalah 7mm, sehingga untuk otoskopi pasien dewasa, pergunakan spekulum dengan diameter 5mm, untuk anak 4mm dan untuk bayi 2,5-3mm.

3) Lakukan pemeriksaan terhadap kedua telinga. Bila telinga yang sakit hanya unilateral, lakukan pemeriksaan terhadap telinga yang sehat terlebih dahulu.

4) Menggunakan otoskopi :

Otoskop dipegang menggunakan tangan yang sesuai dengan sisi telinga yang akan diperiksa, misalnya : akan memeriksa telinga kanan, otoskop dipegang menggunakan tangan kanan.

Otoskop dapat dipegang dengan 2 cara yaitu seperti memegang pensil atau seperti memegang pistol. Kedua teknik ini memastikan otoskop dan pasien bergerak sebagai 1 unit.

Untuk pasien : berikan informasi bahwa prosedur ini tidak menyakitkan, pasien hanya diminta untuk tidak bergerak selama pemeriksaan.

Pastikan daya listrik otoskop dalam keadaaan penuh (fully charged)

Bila terdapat serumen yang menghalangi visualisasi liang telinga telinga dan membran timpani, lakukan pembersihan serumen terlebih dahulu

Inspeksi telinga : untuk melihat kelainan pada telinga luar :

1) Kulit daun telinga: normal/abnormal

2) Muara/lubang telinga : ada atau tidak

3) Keberadaan telinga : terbentuk/tidak terbentuk, besarnya kecil/sedang/besar/normal/abnormal, adakah kelainan seperti hematoma pada daun telinga.

4) Liang telinga : mengenal pars ossea, isthmus dan pars cartilaginea dari liang telinga, adakah tanda-tanda radang, apaka keluar cairan/tidak, adakah kelainan dibelakang/depan telinga.

5) Gendang telinga : dinilai warnanya, besar kecilnya, ada tidaknya refleks cahaya, perforasi, sikatrik, retraksi, penonjolan prosessur brevis.Palpasi telinga , Sekitar telinga :1) Belakang daun telinga

2) Depan daun telinga

3) Adakah rasa sakit atau tidak

Auskultasi :Menilai adakah bising disekitar liang telinga.

Tes pendengaran meliputi :

1) Tes bisik( whispered voice test)

Tes bisik dipergunakan untuk skrining adanya gangguan pendengaran dan membedakan tuli hantaran dengan tuli sensory neural.

Prosedur :

Pasien duduk dikursi pemeriksaan

Pemeriksa berdiri 60cm dibelakang pasien

Pemeriksa membisikkan serangkaian angka dan huruf (misal 5-k-2) dan meminta pasien untuk mengulangi urutan kata dan huruf yang dibisikkan. Sebelum berbisik, sebaiknya pemeriksa mengeluarkan nafas (ekspirasi maksimal) secara perlahan supaya nafas pemeriksa tidak menggangu suara bisikan.

Jika pasien dapat mengulang bisikan dengan benar berarti tidak ada gangguan pendengaran. Jiak pasien tidak dapat mengulang rangkaian kata dan huruf yang dibisikkan, ulangi pemeriksaan dengan menggunakan kombinasi angka dan huruf yang lain

Dilakukan pemeriksaan terhadap telinga kanan dan kiri diawali dengan telinga yang normal (tidak ada gangguan pendengaran/pendengaran lebih baik). Selama pemeriksaan lubang telinga kontra lateral ditutup dengan kapas.

Telinga yang lain diperiksa dengan cara sama, tetapi dengan kombinasi angka dan huruf yang berbeda

Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran jika pasien dapat mengulang dengan benar paling sedikit 3 dari 6 kombinasi angka dan huruf yang dibisikkan.

2) Tes penala/ garputala

Bertujuan untuk menilai ada tidaknya gangguan pendengaran (tuli) dan membedakan tuli hantaran dan tuli sensory neural.

Tes penala didasarkan pada 2 prinsip utama yaitu :

Telinga dalam lebih sensitif terhadap hantaran suara oleh udara, dibandingkan oleh tulang

Bila ada gangguan pada hantaran suara oleh udara, telinga yang terganggu lebih sentif terhadap hantaran oleh tulang, disebut tuli hantaran murni (conductive hearring loss).

Yang dipakai biasanya adalah garputala frekuensi 512hz.

Tes penala meliputi :

a) Tes rinne

Tes rinne berberguna untuk membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang, sehingga membantu menegakkan diagnosis tuli hantaran.

Untuk menilai hantaran udara, ujung lengan panjang garputala yang sudah digetarkan dipasang 1 inci didepan meatus auditorius eksternus

Pasien ditanya apabila sudah tidak mendengar garpu tala dipindah ke prosesus mastoidea

Setelah itu, prosedur diatas dibalik. Pemeriksaan dimulai dari prosesus mastoidea kedepan meatus auditorius eksternus.

Interpretasi hasil :

Tes rinne positif : suara dari konduksi udara lebih keras dibandingkan konduksi tulang (tidak ada tuli hantaran)

Tes rinne negatif : suara dari konduksi tulang lebih keras menunjukkan adanya tuli hantaran atau tuli sensory neural total (suara garputala ditransmisikan melalui konduksi tulang tengkorak dan diterima oleh telinga kontralateral.

b) Tes weber :

Tes ini dilakukan setelah tes rinne, bertujuan untuk membedakan tuli hantaran dan tuli sensory neural

Garputala yang sudah digetarkan diletakkan di verteks atau ditengah dahi

Pasien ditanya suara terdengar sama keras atau lebih keras disatu sisi (kiri atau kanan

Interpretasi hasil :

Suara terdengar sama keras ditelinga kiri dan kanan : tidak ada lateralisasi/ normal.

Suara terdengar lebih keras disatu sisi : ada lateralisasi

jika lateralisasi kearah telinga yang terganggu (tuli hantaran)

jika lateralisasi kearah telinga kontralateral atau telinga yang sehat (tuli sensory neural.

Tahap terminasi

1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan.

2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan

3. Melakukan kontrak waktu selanjutnya.

4. Berikan reinforcement sesuai kemampuan pasien

Tahap EvaluasiCatat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan, dan respon klien terhadap tindakan yang dilakukan

Tahap dokumentasiMendokumentasikan seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan, dan respon klien terhadap tindakan yang dilakukan.

.

Keterangan :

0 = tidak dikerjakan

1= di kerjakan tapi tidak lengkap/ tidak sempurna

2= dikerjakan dengan sempurna