25
2.1. Demam Chikungunya 2.1.1. Definisi. Demam Chikungunya adalah suatu penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk dan dikenal pasti pertama kali di Tanzania pada tahun 1952. Nama chikungunya ini berasal dari kata kerja dasar bahasa Makonde yang bermaksud “membungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi hebat (arthralgia). 1 2.1.2. Etiologi. Penyakit Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV) yang termasuk keluarga Togaviridae, Genus Alphavirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. 2 CHIKV sebagai penyebab Chikungunya masih belum diketahui pola masuknya ke Indonesia. Sekitar 200-300 tahun lalu CHIKV merupakan virus pada hewan primata di tengah hutan atau savana di Afrika. Satwa primata yang dinilai sebagai pelestari virus adalah

chiku dbd.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: chiku dbd.doc

2.1. Demam Chikungunya

2.1.1. Definisi.

Demam Chikungunya adalah suatu penyakit virus yang ditularkan melalui

nyamuk dan dikenal pasti pertama kali di Tanzania pada tahun 1952. Nama

chikungunya ini berasal dari kata kerja dasar bahasa Makonde yang bermaksud

“membungkuk”, mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri

sendi hebat (arthralgia).1

2.1.2. Etiologi.

Penyakit Demam Chikungunya disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIKV)

yang termasuk keluarga Togaviridae, Genus Alphavirus dan ditularkan oleh nyamuk

Aedes aegypti dan Aedes albopictus.2 CHIKV sebagai penyebab Chikungunya masih

belum diketahui pola masuknya ke Indonesia. Sekitar 200-300 tahun lalu CHIKV

merupakan virus pada hewan primata di tengah hutan atau savana di Afrika. Satwa

primata yang dinilai sebagai pelestari virus adalah bangsa baboon (Papio sp),

Cercopithecus sp. Siklus di hutan diantara satwa primata dilakukan oleh nyamuk

Aedes sp.3 Cara transmisi bagi chikungunya ini adalah vector-borne yaitu melalui

gigitan nyamuk Aedes sp yang terinfeksi. Transmisi melalui darah berke mungkinan

bisa terjadi dengan satu kasus pernah dilaporkan. CHIKV dikatakan tidak bisa

ditularkan malalui ASI.4

Page 2: chiku dbd.doc

2.1.3. Tanda Dan Gejala.

Rata-rata masa inkubasi bagi Chikungunya adalah sekitar 2-12 hari tetapi

umumnya 3-7 hari. Gejala yang sering ditimbulkan infeksi virus ini berupa demam

mendadak disertai menggigil selama 2-5 hari. Gejala demam biasanya timbul

mendadak secara tiba-tiba dengan derajat tinggi ( >40ºC). Demam kemudian

menurun setelah 2-3 hari dan bisa kambuh kembali 1 hari berikutnya. Demam juga

sentiasa berhubungan dengan gejala-gejala lainnya seperti sakit kepala, mual dan

nyeri abdomen.5 Nyeri sendi (arthralgia) dan otot(myalgia) bisa muncul pada

penderita chikungunya. Keluhan arthralgia ini ditemukan sekitar 80% pada penderita

chikungunya dan biasanya sendi yang sering dikeluhkan adalah sendi lutut,siku,

pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang. Pada posisi berbaring

biasanya penderita miring dengan lutut tertekuk dan berusaha mengurangi dan

membatasi gerakan. Gejala ini dapat bertahan selama beberapa minggu, bulan bahkan

ada yang sampai bertahan beberapa tahun sehingga dapat menyerupai Rheumatoid

Artritis. Nyeri otot pula bisa terjadi pada seluruh otot terutama pada otot penyangga

berat badan seperti pada otot bagian leher, daerah bahu dan anggota gerak.

Pada kebanyakan penderita , gejala peradangan sendi biasanya diikuti dengan

adanya bercak kemerahan makulopapuler yang bersifat non-pruritic. Bercak

kemerahan ini sering ditemukan pada bagian tubuh dan anggota gerak tangan dan

kaki. Bercak ini akan menghilang setelah 7-10 hari dan kemudiannya diikuti dengan

deskuamasi. Gejala-gejala lain yang bisa ditemukan termasuk sakit kepala,

pembesaran kelenjar getah bening di leher dan kolaps pembuluh darah kapiler.

Page 3: chiku dbd.doc

2.1.4. Pemeriksaan Laboratorium.

Deteksi dini dan diagnosis yang teratur memainkan peran penting dalam

mengontrol infeksi virus ini secara efektif. Pemeriksaan melihat perkembangan IgM

melalui enzyme linked immunosorbent asssay (MAC-ELISA) telah menjadi

pemeriksaan serologi yang major karena teknik pemeriksaan ini sangat cepat dan

reliable. Teknik pemeriksaaan lain yang bisa dilakukan untuk mendeteksi dan

mengindentifikasi antigen virus adalah teknik immunofluorescent antibodi secara

tidak langsung. Reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) juga telah

dikenal sangat berguna dalam mendiagnosa virus chikungunya (CHIKV) dengan

cepat. Malah RT-PCR juga merupakan teknik mendeteksi m-RNA yang paling

sensitif. Dibandingkan dengan 2 teknik lain yang sering digunakan untuk

menkuantifikasi m-RNA level yaitu Northen blot analysis dan RNase protection

assay, RT-PCR dapat digunakan untuk menkuantifikasi m-RNA level dari jumlah

sampel yang kecil. Malah kombinasi RT- PCR dan nested PCR terbukti efisien untuk

deteksi spesifik dan mengenotip CHIKV.6

2.1.5. Pengobatan.

Sehingga kini masih tiada pengobatan spesifik untuk penyakit ini dan vaksin

yang berguna sebagai tindakan preventif juga belum ditemukan. Pengobatannya

hanya bersifat simptomatis dan supportif seperti pemberian analgesik, antipiretik, anti

inflamasi. Pemberian aspirin kepada penderita demam chikungunya ini tidak

Page 4: chiku dbd.doc

dianjurkan karena dikuatiri efek aspirin terhadap platelet. Pemberian chloroquine

phosphate sangat efektif untuk arthritis chikungunya kronis. Penularan wabah

chikungunya yang semakin berkembang membuat para peneliti berminat

mengembangkan agen antivirus baru, RNAi. Ianya bertindak mencegah infeksi yang

ditimbulkan virus dengan mengganggu post transcriptional expression mRNA.6

2.1.6. Komplikasi.

Penyebab morbiditas yang tertinggi adalah dehidrasi berat,

ketidakseimbangan elektrolit dan hipoglikemia. Beberapa komplikasi lain yang dapat

terjadi meskipun jarang berupa gangguan perdarahan, komplikasi neurologis,

pneumonia dan gagal nafas.5

2.1.7. Prognosis.

Penyakit ini bersifat self limiting diseases, tidak pernah dilaporkan adanya

kematian sedangkan keluhan sendi mungkin berlangsung lama. Penelitian

sebelumnya pada 107 kasus infeksi Chikungunya menunjukkan 87,9% sembuh

sempurna, 3,7% mengalami kekakuan sendi atau mild discomfort, 2,8% mempunyai

persistent residual joint stiffness tapi tidak nyeri dan 5,6% mempunyai keluhan sendi

yang persistent, kaku dan sering mengalami efusi sendi.7

Page 5: chiku dbd.doc

2.1.8. Pencegahan.

Melihat masih tiada kematian karena chikungunya yang dilaporkan dan tiada

pengobatan spesifik dan vaksin yang sesuai, maka upaya pencegahan sangat

dititikberatkan. Upaya ini lebih menjurus ke arah pemberantasan sarang nyamuk

penular dengan cara membasmi jentik nyamuk. Individu yang menderita demam

chikungunya ini sebaiknya diisolasi sehingga dapat dicegah penularannya ke orang

lain. Tindakan pencegahan gigitan nyamuk bisa dilakukan dengan menggunakan obat

nyamuk dan repelan tetapi pencegahan yang sebaiknya berupa pemberantasan sarang

nyamuk penular. Pemberantasan sarang nyamuk seharusnya dilakukan pada seluruh

kawasan perumahan bukan hanya pada beberapa rumah sahaja. Untuk itu perlu

diterapkan pendekatan terpadu pengendalian nyamuk dengan menggunakan metode

yang tepat (modifikasi lingkungan, biologi dan kimiawi) yang aman, murah dan

ramah lingkungan.8

2.1.8.1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

PSN ini bertujuan mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

albopictus sehingga penularan Chikungunya dapat dicegah atau dibatasi. Sasaran bagi

PSN ini adalah semua tempat perkembangbiakan nyamuk penular Chikungunya

seperti: a. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari. b. Tempat

penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-TPA). c. Tempat

penampungan air alamiah. Keberhasilan kegiatan PSN Chikungunya antara lain dapat

diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ ≥ 95% diharapkan penularan

Page 6: chiku dbd.doc

Chikungunya dapat dicegah atau dikurangi.9 Cara memberantas nyamuk Aedes

aegypti dan Aedes albopictus yang tepat melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) adalah kegiatan memberantas jentik ditempat berkembang biaknya dengan

cara :

a. Kimiawi (Larvasidasi).

Larvasidasi adalah pemberantasan jentik dengan menaburkan bubuk larvasida.

Terdapat 2 jenis larvasidasi (insektisida) yang dapat digunakan pada wadah yang

dipakai untuk menampung air bersih (TPA) yakni, Temephos 1% dan Insect Growth

Regulators ( Pengatur Pertumbuhan Serangga ), contoh IGRs adalah Methroprene dan

Phyriproiphene. Kegiatan larvasidasi bisa meliputi larvasidasi selektif dan larvasidasi

massal. Tujuan larvasidasi selektif adalah sebagai tindakan sweeping hasil

penggerakan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk sedangakan

larvasidasi massal dilaksanakan di lokasi terjadinya KLB Chikungunya.

b. Biologi

Penerapan pengendalian biologis yang ditujukan langsung terhadap jentik

hanya terbatas pada sasaran berskala kecil. Pengendalian dengan cara ini misalnya

dengan memelihara ikan pemakan jentik atau dengan bakteri.

c. Fisik

Pengendalian secara fisik ini dikenal dengan kegiatan 3M Plus (Menguras,

Menutup, Mengubur) yaitu : Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan

air, seperti bak mandi, drum dan lain-lain seminggu sekali (M1), menutup rapat-rapat

tempat penampungan air, seperti gentong air , tempayan dan lain-lain (M2) dan

Page 7: chiku dbd.doc

Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air

hujan (M3).

2.2. Demam Berdarah Dengue

2.2.1. Pengertian Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan

oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam 2- 7 hari, nyeri otot dan atau

nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan

diatesis hemoragik.10 Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan

manifestasi DBD berat. Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan

sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit

(asimtomatik). Sebagian lagi akan menderita demam dengue saja yang tidak

menimbulkan kebocoran plasma dan mengakibatkan kematian.11

2.2.2. Etiologi

Virus dengue merupakan bagian dari famili Flaviviridae. Keempat serotipe

virus dengue yang disebut DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 dapat dibedakan

dengan metodologi serologi. Infeksi pada manusia oleh salah satu serotipe

menghasilkan imunitas sepanjang hidup terhadap infeksi ulang oleh serotipe yang

sama, tetapi hanya menjadi perlindungan sementara dan parsial terhadap serotipe

yang lain.12 Virus-virus dengue menunjukkan banyak karakteristik yang sama dengan

flavivirus lain, mempunyai genom RNA rantai tunggal yang dikelilingi oleh

Page 8: chiku dbd.doc

nukleotida ikosahedral dan terbungkus oleh selaput lipid. Virionnya mempunyai

panjang kira-kira 11 kb (kilobases), dan urutan genom lengkap dikenal untuk

mengisolasi keempat serotipe, mengkode nukleokapsid atau protein inti (C), protein

yang berkaitan dengan membrane (M), dan protein pembungkus (E) dan tujuh gen

protein nonstruktural (NS).13

2.2.3. Patogenesis

Mekanisme sebenarnya tentang patofisiologi, hemodinamika, dan biokimiawi

DBD belum diketahui secara pasti karena kesukaran mendapatkan model binatang

percobaan yang dapat dipergunakan untuk menimbulkan gejala klinis DBD seperti

pada manusia. Hingga kini sebagian besar masih menganut the secondary

heterologous infection hypothesis yang menyatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila

seseorang setelah terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan infeksi kedua

dengan virus dengue serotipe lain dalam jarak waktu 6 bulan sampai 5 tahun.12 Infeksi

virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks virus-

antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi

makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T-helper dan T-sitotoksik

sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan

mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-α,

IL-1, PAF (platelet activating factor), IL-6 dan histamin yang mengakibatkan

terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma.10

Page 9: chiku dbd.doc

2.2.4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau dapat

berupa demam yang tidak khas, demam dengue, DBD atau sindrom syok dengue

(SSD). Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti

oleh fase kritis 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi

mempunyai faktor risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan

adekuat.10

a. Demam Dengeu (DD)

Gambaran klinis dari DD sering tergantung pada usia pasien. Bayi dan anak

kecil dapat mengalami penyakit demam, sering dengan ruam makropapuler. Anak

yang lebih besar dan orang dewasa dapat mengalami baik sindrom demam atau

penyakit klasik yang melemahkan dengan mendadak demam tinggi, kadang-kadang

dengan 2 puncak (punggung sadel), sakit kepala berat, nyeri di belakang mata, nyeri

otot dan tulang atau sendi, mual dan muntah, dan ruam. Perdarahan kulit (petekie)

tidak umum terjadi. Biasanya ditemukan leukopenia dan mungkin tampak

trombositopenia. Pemulihan mungkin berpengaruh dengan keletihan dan depresi

lama, khususnya pada orang dewasa.12

b. Demam berdarah dengue (DBD)

Kasus khas DBD ditandai oleh empat manifestasi klinis mayor: demam tinggi,

fenomena hemoragis, dan sering hepatomegali dan kegagalan sirkulasi.

Trombositopenia sedang sampai nyata dengan hemokonsentrasi secara bersamaan,

adalah temuan laboratorium klinis khusus dari DBD. Perubahan patofisiologis utama

Page 10: chiku dbd.doc

yang menentukan keparahan penyakit pada DBD dan yang membedakannya dengan

DD adalah rembesan plasma seperti dimanifestasikan oleh peningkatan hematokrit

(hematokonsentrasi, efusi serosa atau hipoprotemia). Anak-anak dengan DBD

umumnya menunjukkan peningkatan suhu tiba-tiba yang disertai kemerahan wajah

dan gejala konstituional non spesifik yang menyerupai DD, seperti anoreksia,

muntah, sakit kepala, dan nyeri otot, atau tulang dan sendi. Beberapa pasien

mengeluh sakit tenggorok dan nyeri faring sering ditemukan pada pemeriksaan, tetapi

rhinitis dan batuk jarang ditemukan. Nyeri konjungtiva mungkin terjadi.

Ketidaknyamanan epigastrik, nyeri tekan pada margin kosta kanan, dan nyeri

abdominal generalisata umum terjadi. Suhu biasanya tinggi (>390C) dan menetap

selama 2-7 hari. Kadang suhu mungkin setinggi 40-410 C; konfulsi virus debris dapat

terjadi terutama pada bayi.12

Untuk penegakkan diagnosa DBD diperlukan sekurang-kurangnya kriteria

klinis 1 dan 2 dan dua kriteria laboratorium. Kriteria klinis menurut WHO adalah : 1.

Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari. 2. Manifestasi

perdarahan minimal uji tourniquet positif dan salah satu bentuk perdarahan lain

(petekia, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi), hematemesis dan atau

melena. 3. Pembesaran hati. 4. Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat disertai

tekanan nadi menurun (< 20 mmHg), tekanan darah menurun (tekanan sistolik < 80

mmHg) disertai kulit teraba dingin dan lembab trutama pada ujung hidung, jari dan

kaki, pasien gelisah, dan timbul sianosis di sekitar mulut. Untuk kriteria

laboratoriumnya adalah trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang) dan adanya

Page 11: chiku dbd.doc

kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, yang ditandai adanya

hemokonsentrasi atau peningkatan hematrokit >20% atau adanya efusi pleura, asites

atau hipoalbuminemia.11

Gejala klinis DBD sendiri terdiri dari beberapa fase, fase demam, fase kritis

dan fase penyembuhan. Fase demam terjadi pada hari pertama dan kedua yang

merupakan awal terjadinya demam mendadak dengan suhu yang dapat mencapai

400C. Pada fase ini juga dapat disertai keluhan lain seperti kemerahan, sakit kepala,

nyeri otot, dehidrasi, bahkan kejang pada anak. Fase kritis terjadi pada hari ke-3

sampai hari ke-6. Pada fase ini demam cenderung tidak ada, suhu tubuh kembali

normal, namun kejadian syok dapat terjadi di fase ini. Suhu pada penderita sekitar

37,50 – 380 C. Namun pada fase ini terjadi kebocoran plasma, kenaikan hematokrit

dan penurunan kadar trombosit. Kegagalan organ juga dapat terjadi pada fase ini

karena kebocoran plasma yang terjadi. Jika penanganan pada fase ini tidak adequat

maka dapat terjadi syok (DSS). Fase penyembuhan adalah fase dimana suhu tubuh

kembali normal dan terjadi reabsorbsi cairan setelah kebocoran plasma di fase kritis.

Pada fase penyembuhan ini dapat terjadi hipervolemia (hanya terjadi jika pemberian

cairan berlebihan). Pada fase ini nafsu makan akan mulai membaik dan keadaan

hemodinamik penderita mulai stabil.13

c. Dengue Shock Syndrome (DSS)

DSS merupakan keadaan syok pada DBD. Hal ini terjadi pada fase kritis

keadaan penderita memburuk. Manifestasi syok antara lain kulit pucat, dingin dan

lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan hidung, sedangkan kuku menjadi

Page 12: chiku dbd.doc

biru. Penderita merasa gelisah, nadi menjadi cepat dan lembut sampai tidak teraba.

Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sistolik menurun

menjadi 80 mmHg atau kurang, oliguria sampai anuria karena menurunnya perfusi

darah.13

2.2.5. Vektor Demam Berdarah Dengue

Pengertian vektor DBD adalah nyamuk yang dapat menularkan,

memindahkan dan atau menjadi sumber penular DBD. Virus dengue ditularkan dari

orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor epidemi

yang paling utama, namun spesies lain seperti Aedes albopictus, Aedes polynesiensis

dan Aedes niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Aedes aegypti

semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Bila

penderita DBD digigit nyamuk penular maka virus akan ikut terisap masuk ke dalam

lambung nyamuk, selanjutnya akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai

jaringan tubuh nyamuk, termasuk kelenjar ludahnya. Nyamuk Aedes aegypti yang

telah menghisap virus dengue akan menjadi penular atau infektif selama hidupnya.13

Penyakit DBD semakin menyebar luas sejalan dengan meningkatnya arus

transportasi dan kepadatan penduduk, semua desa/kelurahan mempunyai resiko untuk

terjangkit penyakit DBD.

Page 13: chiku dbd.doc

2.2.8. Pemberantasan Demam Berdarah

Hingga saat ini pemberantasan nyamuk Aedes aegypti merupakan cara utama

yang dilakukan untuk pemberantasan DBD, karena vaksin untuk mencegah dan obat

untuk membasmi virusnya belum tersedia.

Pemberantasan nyamuk atau pengendalian vektor adalah upaya menurunkan

faktor risiko penularan oleh vektor dengan meminimalkan habitat perkembangbiakan

vektor, menurunkan kepadatan dan umur vektor, mengurangi kontak antara vektor

dengan manusia serta memutus rantai penularan penyakit. Berbagai metode

pengendalian vektor DBD, yaitu: Kimiawi, Biologi, Manajemen lingkungan,

Pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN, dan Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated

Vector Management/IVM).14

a. Kimiawi

Pengendalian vektor cara kimiawi, sasaran insektisida adalah stadium dewasa

dan pra-dewasa. Karena insektisida adalah racun, maka penggunaannya harus

mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan organisme bukan sasaran

termasuk mamalia. Aplikasi insektisida yang berulang di satuan ekosistem akan

menimbulkan terjadinya resistensi serangga sasaran.14

b. Biologi

Pengendalian vektor biologi menggunakan agent biologi seperti

predator/pemangsa, parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium pra dewasa vektor

DBD. Jenis predator yang digunakan adalah Ikan pemakan jentik (cupang, tampalo,

Page 14: chiku dbd.doc

gabus, guppy, dll), sedangkan larva Capung, Toxorrhyncites, Mesocyclops dapat juga

berperan sebagai predator walau bukan sebagai metode yang lazim untuk

pengendalian vektor DBD.14

c. Manajemen Lingkungan

Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan sehingga tidak

kondusif sebagai habitat perkembangbiakan atau dikenal sebagai source reduction

seperti 3M plus (menguras, menutup dan memanfaatkan barang bekas, dan plus:

menyemprot, memelihara ikan predator, menabur larvasida dll); dan menghambat

pertumbuhan vektor (menjaga kebersihan lingkungan rumah, mengurangi tempat-

tempat yang gelap dan lembab di lingkungan rumah dll).14

d. Pemberantasan Sarang Nyamuk / PSN-DBD

Pengendalian Vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah dengan

memutus rantai penularan melalui pemberantasan jentik. Pelaksanaannya di

masyarakat dilakukan melalui upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam

Berdarah Dengue (PSNDBD) dalam bentuk kegiatan 3 M plus. Untuk mendapatkan

hasil yang diharapkan, kegiatan 3 M Plus ini harus dilakukan secara luas/serempak

dan terus menerus/berkesinambungan. Tujuan PSN-DBD adalah mengendalikan

populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan DBD dapat dicegah atau

dikurangi. Sasarannya adalah semua tempat perkembiakan nyamuk, seperti tempat

penampungan air untuk kebutuhan sehari-hari atau tempat penampungan air alamiah.

Page 15: chiku dbd.doc

Keberhasilan kegiatan PSN DBD antara lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik

(ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% diharapkan penularan DBD dapat

dicegah atau dikurangi.14

PSN DBD dilakukan dengan cara “3M-Plus”, 3M yang dimaksud yaitu:

1.Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc,

drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1), 2. Menutup rapat-rapat tempat

penampungan air, seperti gentong air/tempayan, dan lain-lain (M2), dan

Memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air

hujan (M3). Selain itu ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti: 1. Mengganti air

vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya yang sejenis seminggu

sekali. 2. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak, 3. Menutup

lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lainlain (dengan tanah, dan lain-

lain), 4. Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras

atau di daerah yang sulit air, 5. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak

penampungan air, 6. Memasang kawat kasa, 7. Menghindari kebiasaan menggantung

pakaian dalam kamar, 8. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang

memadai, 9. Menggunakan kelambu dan 10. Memakai obat yang dapat mencegah

gigitan nyamuk.14

e. Pengendalian Vektor Terpadu (IVM)

IVM merupakan konsep pengendalian vektor yang diusulkan oleh WHO

untuk mengefektifkan berbagai kegiatan pemberantasan vektor oleh berbagai

institusi. IVM dalam pengendalian vektor DBD saat ini lebih difokuskan pada

Page 16: chiku dbd.doc

peningkatan peran serta sektor lain melalui kegiatan Pokjanal DBD, Kegiatan PSN

anak sekolah dll. Pencegahan dan pengendalian vektor bertujuan untuk mengurangi

transmisi dari penularan demam berdarah dengue, sehingga akan menurunkan

kejadian infeksi dan mencegah terjadinya kejadian luar biasa.14