Upload
buithuy
View
239
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
i
COGNITIVE BIAS DAN EMOTIONAL BIAS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI
PORTOFOLIO
Oleh:
PRADIPTIANING UMAIROH NIM : 212008104
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna memenuhi sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS JURUSAN : MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA 2012
ii
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jalan Diponegoro 52-60 Telp: (0298)21212, 311881
Telex 22364 ukwsa ia Salatiga 50711 – Indonesia
Fax. (0298) - 21433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTAS KERJA Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Pradiptianing Umairoh NIM : 212008104 Program Studi : Manajemen – Keuangan
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi, Judul : Cognitive Bias dan Emotional Bias Dalam Pengambilan
Keputusan Investasi Portofolio (Studi pada Investor di Salatiga)
Pembimbing : Hari Sunarto SE.,MBA.,Ph,D Tanggal diuji : 12 Desember 2012
adalah benar-benar hasil karya saya.
Didalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya. Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 12 Desember 2012 Yang memberi pernyataan,
PRADIPTIANING UMAIROH
iii
COGNITIVE DAN EMOTIONAL BIAS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI
PORTOFOLIO
Oleh:
PRADIPTIANING UMAIROH NIM : 212008104
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
guna memenuhi sebagian dari persyaratan-persyaratan untuk mencapai
gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS JURUSAN : MANAJEMEN
Disetujui Oleh:
Hari Sunarto SE.,MBA.,Ph,D Pembimbing
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA 2012
iv
HALAMAN MOTTO
Kebahagiaan dan tidak kebahagiaan manusia tergantung pada diri sendiri
����������� ����������� ����������� ����������� ���
����
����
Anda menunjukan penghargaan pada orang lain bukan karena
‘siapa mereka’ tetapi karena ‘siapakah diri anda’
����������� �������������� �������������� �������������� ������
�
����
Semangat merupakan bahan bakar jiwa dengan kekuatan yang berkobar-
kobar, dan menggerakan pemiliknya untuk melompat lebih tinggi
����� �� �� �� ���������������������
v
ABSTRACT
An investor should take into account the investment decisions to reduce risk. But in practice, there are definitely other aspects apart from a number of alternatives that support decision making. That aspect is the psychological aspect of the study called behavioral finance (cognitive biases and emotional bias) which makes decision-making of investors a less rational or irrational. This study aims to see the influence of cognitive biases and emotional bias in investment decisions making especially investors in Salatiga. The sampling technique was used purposive sampling. The sample that used in this study were 40 respondents from Danareksa Securities in Salatiga SWCU Outlet, and also investors in other financial markets who are domiciled in Salatiga. The results of the data spread is processed using a multiple regression analysis. Partially emotional variables have a positive bias towards portfolio investment decisions of investors in Salatiga. While cognitive bias variables had no significant effect on decision-making portfolio investment in Salatiga investor. Keyword : cognitive bias, emotional bias dan pengambilan keputusan investasi.
vi
SARIPATI
Seorang investor harus memperhitungkan keputusan investasi untuk mengurangi resiko. Tetapi dalam prakteknya, pasti ada aspek lain selain dari sejumlah alternatif yang mendukung pengambilan keputusan. Aspek tersebut merupakan aspek psikologis yang disebut studi behavioral finance (cognitive bias dan emotional bias) yang membuat pengambilan keputusan seorang investor kurang rasional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh cognitive bias dan emotional bias dalam pengambilan keputusan investasi khususnya investor di Salatiga. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 responden dari Danareksa Sekuritas di Outlet UKSW Salatiga, dan juga investor di pasar keuangan lain yang berdomisili di Salatiga. Hasil penyebaran data diolah menggunakan alat analisis regresi berganda. Secara parsial variabel emotional bias berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan investasi portofolio investor di Salatiga. Sedangkan variabel cognitive bias tidak berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi portofolio investor di Salatiga. Kata Kunci : cognitive bias, emotional bias dan pengambilan keputusan investasi.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
berkat dan anugrah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan kertas kerja yang
berjudul “Cognitive dan Emotional Bias dalam Pengambilan Keputusan Investasi
Portofolio (Studi pada Investor di Salatiga)”. Kertas kerja ini digunakan sebagai
melengkapi persyaratan untuk meraih gelar kesarjanaan dari Fakultas Ekonomika dan
Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
Penulis menyadari bahwa kertas kerja ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian
agar penelitian berikutnya menjadi lebih baik lagi. Penulis berharap agar hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian serta memberikan masukan
dalam dunia keilmuan dan dapat menjadi masukan yang riil bagi investor sebagai
tambahan informasi dalam pengambilan keputusan investasi.
Salatiga, 12 Desember 2012
Penulis
viii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia-
Nya, kasih saying, kesehatan dan penyertaan-Nya yang diberikan kepada penulis
selama ini. Keberhasilan dalam menyelesaikan kuliah dan kertas kerja ini juga tidak
lepas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
berterimakasih kepada:
1. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA, PhD. selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis sekaligus sebagai pembimbing yang selalu bersedia meluangkan
waktunya, memberikan saran, ide, dukungan, motivasi, tenaga, perhatian, serta
semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini.
2. Keluarga tercinta: Bapak, Mama, kakak, kedua adikku, dan Om Wahid yang
telah memberikan kasih saying, cinta serta dukungan berupa doa maupun
dukungan secara materiil kepada penulis.
3. Seluruh staff pengajar dan staff tata usaha FEB UKSW yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu yang telah membimbing dan memberikan banyak
bantuan kepada penulis secara langsung maupun tidak langsung selama masa
perkuliahan penulis serta penyusunan kertas kerja ini.
4. Sahabat dan teman: Yustika, Anik Kuswandari (FBS 07), Casey (FBS 07),
mbak Tyas, Eko, Yosua, Bias, Agni, L. Bher, Stevanny Talapessy, Naomi, Cik
Dwi, Cik Dessy, Cik Nor, Dian, Ucik, dan Aimer (Sanny, Titha, Windy, Indri),
yang selalu menjadi sahabat terbaik dan keluarga kedua bagi penulis,
membantu penulis, memberikan dukungan, doa, persahabatan dan semangatnya
selama kuliah dan penulisan kertas kerja ini.
5. Rendhy B. Wisudana (Account Executive Danareksa Sekuritas), selaku nara
sumber yang membantu penulis dalam memperoleh data dari responden, serta
memberikan masukan dan informasi.
6. Teman-teman satu angkatan, terima kasih untuk persahabatan dan waktu kalian.
ix
7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih
sebesar-besarnya.
Namun demikian penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan penelitian ini, dan kiranya hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca sekalian.
Salatiga, 12 Desember 2012
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................ i
Pernyataan Keaslian Kertas Kerja ............................................................... ii
Halaman Pengesahan ................................................................................. iii
Halaman Motto ........................................................................................... iv
Abstrak ....................................................................................................... v
Saripati ....................................................................................................... vi
Kata Pengantar ........................................................................................... vii
Ucapan Terima Kasih ................................................................................. viii
Daftar Isi ..................................................................................................... x
Daftar Tabel ............................................................................................... xii
Daftar Gambar ............................................................................................ xiii
Daftar Lampiran ......................................................................................... xiv
Pendahuluan ............................................................................................... 1
Telaah Teoritis dan Empiris ....................................................................... 4
Keputusan Investasi ............................................................................ 5
Portofolio ............................................................................................. 7
Pengaruh Cognitive Bias terhadap Pengambilan
Keputusan Investasi ............................................................................. 8
Overconvidence bias ........................................................................... 9
Cognitive Dissonance Bias ................................................................. 10
Illusion of Control Bias ....................................................................... 11
Pengaruh Emotional Bias terhadap Pengambilan Keputusan
Investasi ............................................................................................... 12
Loss Aversion Bias .............................................................................. 12
Regret Aversion Bias ........................................................................... 13
Status Quo Bias ................................................................................... 13
Metode Penelitian ....................................................................................... 14
Jenis dan Sumber data ......................................................................... 15
xi
Pengukuran Konsep ............................................................................ 15
Indikator Empirik ................................................................................ 16
Teknik Analisis Data ........................................................................... 18
Model Penelitian ................................................................................. 18
Analisis dan Pembahasan ........................................................................... 19
Karakteristik Responden ..................................................................... 19
Uji Validitas dan Realibilitas .............................................................. 21
Uji Asumsi Klasik ............................................................................... 22
Uji Normalitas ..................................................................................... 23
Uji Multikolinearitas ........................................................................... 23
Uji Heterokedastisitas ......................................................................... 24
Analisis Regresi Berganda .................................................................. 24
Koefisien Determinasi (R²) ................................................................. 25
Hasil Estimasi Model .......................................................................... 25
Kesimpulan ................................................................................................ 31
Implikasi Teoritis ................................................................................ 32
Implikasi Terapan ............................................................................... 33
Keterbatasan Penelitian dan Penelitian Mendatang ............................ 33 Referensi .................................................................................................... 36
Lampiran .................................................................................................... 38
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Range Interval .................................................................... 16
Tabel 3.2 Indikator Empirik ............................................................... 16
Tabel 4.1 Hasil Penelitian Karakteristik Responden .......................... 19
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas .................................... 21
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................. 23
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................. 24
Tabel 4.6 Hasil Estimasi Model: Koefisien Korelasi Koefisien
Determinasi ......................................................................... 25
Tabel 4.7 Hasil Estimasi Model : Koefisien Regresi .......................... 26
Tabel 4.8 Hasil Penelitian ................................................................... 27
Tabel 4.9 Hasil Crosstab sumber dana*tujuan investasi .................... 28
Tabel 4.10 Hasil Crosstab pilihan investasi*usia ................................. 29
Tabel 4.11 Hasil Crosstab sumber dana*cognitive bias ....................... 30
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model Penelitian ................................................................. 18
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ........................................................... 38
Lampiran 2 Data Statistik Responden ................................................... 40
Lampiran 3 Data Statistik Tes Aspek Bias ............................................ 42
Lampiran 4 Portofolio Investor .............................................................. 44
Lampiran 5 Hasil Output SPSS Uji Validitas & Reliabilitas ................. 46
Lampiran 6 Hasil Output SPSS Uji Multikolinearitas ........................... 50
1
COGNITIVE BIAS DAN EMOTIONAL BIAS DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN INVESTASI PORTOFOLIO
(Studi pada investor di Salatiga)
Pradiptianing Umairoh
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
ABSTRAK
An investor should take into account the investment decisions to reduce risk. But in practice, there are definitely other aspects apart from a number of alternatives that support decision making. That aspect is the psychological aspect of the study called behavioral finance (cognitive biases and emotional bias) which makes decision-making of investors a less rational or irrational. This study aims to see the influence of cognitive biases and emotional bias in investment decisions making especially investors in Salatiga. The sampling technique was used purposive sampling. The sample that used in this study were 40 respondents from Danareksa Securities in Salatiga SWCU Outlet, and also investors in other financial markets who are domiciled in Salatiga. The results of the data spread is processed using a multiple regression analysis. Partially emotional variables have a positive bias towards portfolio investment decisions of investors in Salatiga. While cognitive bias variables had no significant effect on decision-making portfolio investment in Salatiga investor. Keyword : cognitive bias, emotional bias dan pengambilan keputusan investasi.
PENDAHULUAN
Investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan
datang. Seorang investor yang akan mengambil pilihan terhadap investasi asset
tertentu hanya memiliki kemungkinan mendapatkan untung atau menanggung
rugi. Keputusan - keputusan yang dibuat tentu haruslah strategis demi tercapainya
efektifitas dan efisiensi. Menurut Supranto (2003) ada beberapa alasan seseorang
melakukan investasi, antara lain adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih
layak di masa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dengan melakukan
2
investasi dalam pemilihan perusahaan atau objek lain, dorongan untuk menghemat
pajak dengan melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.
Investasi dapat dilakukan di pasar uang, pasar modal, dan pasar berjangka
dalam bentuk asset-asset finansial dan asset-asset riil. Di pasar uang, investasi
dapat berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang,
dan lainnya. Sedangkan di pasar modal, dapat berupa obligasi, saham preferen dan
saham biasa, waran, opsi, dan beberapa produk reksa dana (Ahmad, 1996).
Seorang investor tidak hanya bisa berinvestasi melalui pasar-pasar yang ada
dengan instrumen yang disediakan pula, namun mereka juga bisa berinvestasi
dengan asset-asset yang mempunyai nilai lebih di masa yang akan datang.
Contohnya seperti: emas, tanah dan bangunan, asuransi. Asset-asset seperti ini
bisa menjadi alternatif investasi selain instrumen-instrumen yang ada di pasar
modal, pasar uang, maupun pasar berjangka.
Mengurangi risiko kerugian merupakan hal yang tentunya harus dilakukan
oleh seorang pengambil keputusan investasi. Namun, dalam pengambilan
keputusan investasi, para investor tidak hanya mengandalkan estimasi atas
prospek instrumen investasi, tetapi faktor psikologi sudah ikut menentukan
investasi tersebut. Bahkan, berbagai pihak menyatakan bahwa faktor psikologi
investor ini mempunyai peran yang paling besar dalam berinvestasi. Adanya
faktor psikologi tersebut mempengaruhi hasil yang akan dicapai.
Salah satu contoh yang cukup menarik dilihat adanya bounded rationality
(keterbatasan kemampuan berpikir) dalam berinvestasi. Adapun contoh dari
bounded rationality ini yaitu investor selalu melakukannya tidak rasional,
misalnya manajer investasi menawarkan investasi dengan tingkat pengembalian
3
12% per tahun dan ada teman investor menawarkan investasi yang sama dengan
tingkat pengembalian 11% per tahun, investor akan memilih investasi yang
ditawarkan temannya. Pada sisi lain terjadi juga investor menjual secepatnya
saham yang dimiliki bila kelihatan sudah untung dan menahan saham sangat lama
ketika harga saham turun (Shefrin, 1985). Kasus ini memperlihatkan investor
tidak mau mengalami kerugian atas investasi yang dimilikinya. Akan tetapi dalam
prakteknya, asumsi bahwa individu akan berperilaku rasional tidak sepenuhnya
terjadi karena adanya keterbatasan kemampuan berpikir (bounded rationality),
dan menjadi alasan munculnya ilmu keuangan berbasis perilaku.
Menurut Shefrin (2005), behavioral finance merupakan ilmu bagaimana
fenomena psikologi mempengaruhi perilaku keuangan. Menurut Olsen (1998),
behavioral finance berusaha mengungkap pengertian dan prediksi pasar keuangan
yang berfokus pada penerapan prinsip psikologi dan ekonomi sebagai
pengembangan proses pengambilan keputusan keuangan. Sedangkan menurut
Nofsinger dan Hirschey (2008) perilaku keuangan (behavioral finance)
merupakan studi tentang kesalahan kognitif dan emosi dalam keputusan
keuangan. Kesalahan kognitif dan emosi yang ekstrim dapat menyebabkan
investor untuk membuat keputusan investasi yang buruk.
Ada beberapa penelitian yang telah mengangkat topik tentang behavioral
finance. Penelitian yang dilakukan oleh Yohnson (2009), mendapatkan
kesimpulan bahwa para investor muda (studi pada mahasiswa S1 dan S2) di
Jakarta dan Surabaya tidak terpengaruh experienced regret dalam mengambil
keputusan investasi. Selain itu juga ditemukan bahwa para investor muda tidak
terpengaruh anticipated regret dalam mengambil keputusan investasi sama
4
dengan penelitian Bailey dan Kinerson (2005). Hal ini bertentangan dengan hasil
yang sudah diteliti oleh peneliti sebelumnya yaitu Bell (1982) dan Wong dan
Kwong (2007).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Erricha (2010) yang juga dilakukan di
Salatiga (studi pada investor pasar modal di Salatiga dan Semarang) dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa aspek bias yang paling dominan dalam
pengambilan keputusan investasi adalah regret aversion bias. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan modifikasi terhadap penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Erricha (2010) dengan mengkategorikan bias tersebut kedalam dua kategori
yaitu cognitive bias dan emotional bias. Modifikasi dalam penelitian ini juga
dilakukan dengan menggunakan investor yang tidak hanya melakukan investasi di
pasar modal saja dengan instrumen-instrumen pasar modal saja, melainkan
investor yang juga melakukan investasi pada aset-aset lain.
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah mengenai aspek bias dalam cognitive dan emotional bias mana yang lebih
dominan dalam pengambilan keputusan investasi portofolio (studi pada investor
di Salatiga).
TELAAH TEORITIS DAN EMPIRIS
Banyak investor yang tidak menyadari bahwa faktor psikologi dalam dirinya
mempengaruhi keputusannya dalam mengambil keputusan investasi. Behavioral
finance memang topik yang sangat menarik untuk diteliti. Supramono dalam
Agustina (2009), menyatakan bahwa perilaku keuangan yang dipengaruhi oleh
5
ilmu psikologi disebut dengan behavioral finance. Menurut Nofsinger dan
Hirschey (2008):
“behavioral finance is a study of cognitive errors and emotions in financial decisions.” (“Perilaku keuangan merupakan studi tentang kesalahan kognitif dan emosi dalam keputusan keuangan.”) Melalui pendekatan yang digunakan, dapat diketahui bahwa ilmu keuangan
berbasis perilaku menggunakan ilmu psikologi, tepatnya psikologi kognitif dalam
menjelaskan perilaku yang bias, sehingga sinergis antara kedua disiplin ilmu yaitu
ilmu keuangan serta psikologi kognitif dapat membuktikan bahwa perilaku
seseorang dapat menyimpang dari standar normatif (Shefrin 2007, dalam
Supramono et al 2010).
Shefrin (2007) mengkategorikan aspek-aspek yang dapat turut berperan
dalam pengambilan keputusan, yaitu: bias, heuristic, dan framing effect. Dalam
penelitian ini hanya kategori bias yang menjadi fokus penelitian. Sesuai dengan
pernyataan Nofsinger dan Hirschey (2008) diatas, Pompian (2006) membagi bias
menjadi dua kategori yaitu: (1) cognitive bias merupakan proses penerimaan
dengan pemikiran yang dapat mendorong perilaku manusia, (2) emotional bias
yang suatu dorongan hati lebih dari sekedar perhitungan yang masuk akal/rational
untuk bertindak yang melibatkan kegiatan dan perubahan yang mendalam serta
dibarengi dengan perasaan yang kuat.
Keputusan Investasi
Investasi didefinisikan sebagai cara penanaman modal, baik langsung
maupun tidak langsung dengan harapan pada waktu nanti, pemilik modal
mendapatkan sejumlah keuntungan yang diharapkan dari hasil penanaman modal
tersebut (Syamsudin, 1997:130).
6
Menurut Wilson (2008, dalam Purnamasari; 2010), pengambilan keputusan
merupakan proses pemilihan salah satu alternatif. Pengertian ini didukung dengan
definisi yang diungkapkan oleh Goetsch dan Davus (1997:257) sebagaimana
dikutip Supranto (2003:45) sebagai berikut:
“decision making is the process of selecting one course of action from among two or more alternatives.” (“mengambil atau membuat keputusan ialah memilih salah satu alternatif dari sekian banyak alternatif”)
Dalam proses investasi, seorang investor berperan sebagai pengambil
keputusan dari beberapa alternatif investasi. Keputusan yang akan diambil
tentunya bukanlah keputusan yang asal karena dalam proses investasi tersebut
investor sebisa mungkin harus menghindari risiko.
Dalam melakukan proses investasi, sangat diperlukan bagaimana seharusnya
seorang investor membuat keputusan investasi dalam berbagai macam asset (riil
atau finansial). Adapun proses investasi tersebut melalui beberapa tahapan, yaitu:
(1) dengan menentukan tujuan investasi, (2) melakukan analisis, (3) melakukan
pembentukan portofolio, (4) melakukan evaluasi kinerja portofolio, (5) melakukan
revisi kinerja portofolio (Ahmad, 1996).
Ada 3 hal yang menjadi tujuan utama melakukan investasi. Pertama, adanya
kebutuhan masa depan atau kebutuhan yang belum mampu dipenuhi saat ini.
Kedua, adanya keinginan untuk menambah nilai aset dan melindungi nilai aset
yang sudah dimiliki. Ketiga, karena adanya inflasi (Pratomo dan Nugraha
2005:6).
Pada tahapan melakukan analisis biasanya investor akan melakukan riset
seperti mempelajari keadaan perekonomian, laporan keuangan perusahaan, kinerja
keuangan perusahaan, sampai seberapa besar risiko. Sedangkan pada tahapan
7
melakukan pembentukan portofolio, dilakukan identifikasi terhadap asset-asset
mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada
masing-masing asset tersebut. Jadi, keputusan investasi merupakan proses
pengalokasian dana yang dilakukan untuk penanaman modal dengan harapan
pemilik modal mendapatkan keuntungan.
Portofolio
Teori portofolio adalah pendekatan investasi yang diprakarsai oleh Harry M.
Makowitz (1927). Portofolio adalah kumpulan diversifikasi saham dan obligasi
atau aset lainnya dengan tujuan untuk mengurangi risiko maupun menstabilkan
tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) bagi pihak yang
memegang portofolio. Hal ini didukung oleh pernyataan Hirschey dan Nofsinger
(2008) dalam bukunya “Investments Analysis and Behavior” yang dikutip sebagai
berikut,
“A portfolio is a diversified collection of stocks and bounds or other assets. An investor's intent in creating a portfolio of assets is to provide the basis for a stable rate of return.”
Teori portofolio berkaitan dengan estimasi investor tehadap ekspektasi risiko
dan return, yang diukur secara statistik untuk membuat portofolio investasinya.
Markowitz menjabarkan cara mengkombinasikan aset ke dalam diversifikasi
portofolio yang efisien. Portofolio yang efisien adalah portofolio dengan
pengembalian yang diharapkan (expected return) maksimum untuk tingkat resiko
tertentu atau dengan risiko minimal untuk tingkat pengembalian tertentu
(Hirschey dan Nofsinger, 2008). Dalam portofolio ini, risiko dapat dikurangi
dengan menambah jumlah jenis aset ke dalam portofolio dan tingkat expected
8
return dapat naik jika investasinya terdapat perbedaan pergerakan harga dari aset-
aset yang dikombinasikan tersebut.
Pada prakteknya para pemodal pada sekuritas sering melakukan diversifikasi
dalam investasinya dengan mengkombinasikan berbagai sekuritas, dengan kata
lain mereka membentuk portofolio. Pilihan investasi mulai dari cara tradisional
seperti simpan uang di rumah, menyimpan perhiasan, asuransi, deposito di bank.
Sedangkan investasi dalam bentuk modern seperti bermain valas (valuta asing)
lewat internet, pasar uang, surat berharga, obligasi, reksadana, mengelola
portofolio.
Pada saat melakukan pembentukan portofolio, tentunya dilakukan identifikasi
terhadap efek-efek maupun asset-asset mana yang akan dipilih dan berapa
proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing efek maupun asset
tersebut. Efek yang dipilih untuk pembentukan portofolio adalah efek-efek yang
mempunyai koefisien korelasi negatif (mempunyai hubungan berlawanan) agar
dapat memperkecil risiko (Ahmad, 1996).
Pengaruh Cognitive Bias Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi
Istilah cognitive dalam ilmu psikologi merupakan penerimaan, penalaran,
pengetahuan, penafsiran, pemikiran, pengingatan, penkhayalan atau penciptaan,
alasan, kreatif, pemecahan masalah, serta pengambilan keputusan. Pompian
membagi bias menjadi dua tipe, salah satunya adalah cognitive bias ini. Cognitive
bias merupakan proses penerimaan dengan pemikiran yang dapat mendorong
perilaku manusia. Dalam penelitian ini peneliti memilih contoh overconfidence
bias, cognitive dissonance bias, dan illusion of control bias sebagai variabel untuk
mengukur apakah para investor di kota Salatiga berpengaruh terhadap cognitive
9
bias dalam pengambilan keputusan investasinya. Sebagaimana telah dijabarkan
diatas, overconfidence bias, cognitive dissonance bias, dan illusion of control bias
bisa saja mempengaruhi pengambilan keputusan investasi para investor tersebut.
Overconfidence Bias
Overconfidence bias merupakan sebuah kepercayaan yang tidak dijamin
hanya berdasarkan alasan intuisi, judgements, dan kemampuan kognitif (Pompian,
2006). Overconvidence atau sikap terlalu percaya diri berkaitan dengan seberapa
besar prasangka atau perasaan tentang seberapa baik seseorang mengerti
kemampuan mereka dan batas pengetahuan mereka sendiri. Hal ini didukung oleh
pernyataan Shefrin (2007) yang dikutip sebagai berikut,
“overconfidence is a bias that pertains to how well people understand their own abilities and the limits of their knowledge”.
Penyebab dari overconfidence yaitu kepercayaan diri yang berlebihan bahwa
informasi yang diperoleh mampu dimanfaatkan dengan baik karena memiliki
kemampuan analisis yang akurat dan tepat, namun hal ini sebenarnya merupakan
suatu ilusi pengetahuan dan kemampuan dikarenakan adanya beberapa alasan
seperti pengalaman yang kurang dan keterbatasan keahlian mengintepretasi
informasi (Baker & Nofsinger 2002).
Sheffrin (2007) membagi bias overconvidence ini kedalam dua kelompok,
yaitu: (1) terlalu percaya diri akan kemampuan atau overconvidence about ability
dan (2) terlalu percaya diri akan pengetahuan atau overconvidence about
knowledge. Orang yang terlalu percaya diri akan kemampuan mereka biasanya
berpikir bahwa mereka lebih baik daripada mereka yang sebenarnya. Sedangkan
orang yang terlalu percaya diri akan level pengetahuannya sendiri biasanya
berpikir bahwa mereka tahu lebih banyak daripada yang sebenarnya mereka
10
ketahui. Sikap ini tidak selalu berarti bahwa mereka tidak peduli atau tidak
kompeten, masalahnya hanya terletak pada pikiran mereka bahwa mereka lebih
pintar dan lebih baik.
Investor dengan overconfidence bias ini akan mengesampingkan informasi
yang didapat karena dia terlalu percaya pada keyakinan sendiri. Mereka terlalu
yakin dan percaya diri pada pandangan dan pengetahuan mereka sendiri sehingga
informasi lain yang mereka dapat tidak terlalu mereka hiraukan. Rasa percaya diri
yang berlebihan menyebabkan investor menaksir terlalu tinggi terhadap
pengetahuan yang dimiliki, menaksir terlalu rendah terhadap risiko dan melebih-
lebihkan kemampuan dalam hal melakukan kontrol atas apa yang terjadi.
Investor percaya bahwa dengan melakukan investasi akan mendapatkan
return yang tinggi dan resiko yang rendah, padahal hal ini tidak bisa dijamin dan
belum tentu terjadi demikian karena bisa meleset dari perkiraan. Jenis bias ini
mampu mempengaruhi pengambilan keputusan seorang investor.
H1 : overconfidence bias berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan
investasi portofolio
Cognitive Dissonance Bias
Cognitive dissonance adalah keadaan ketidakseimbangan yang terjadi ketika
kognitif itu sendiri tidak sesuai. Suatu keadaan atau situasi ketika konflik muncul
dari informasi baru yang diperoleh berbeda dengan pemahaman yang sudah
diterima sebelumnya - hal ini dikenal dengan istilah cognitive dissonance bias.
Situasi dimana orang tidak nyaman dengan informasi baru yang ia dapatkan ini
mampu menimbulkan keraguan pada pengertian awal yang telah dipahami
(Pompian, 2006). Sebagai contoh: Si A akan membeli sebuah mesin cuci yang “ia
11
anggap” canggih, namun setelah itu ada teman yang menawarkan mesin cuci yang
jauh lebih canggih “menurut pengertian orang tersebut”. Dalam keadaan seperti
ini, cognitive dissonance terjadi sebagai upaya untuk meredakan rasa tidak
nyaman tersebut dengan gagasan bahwa mungkin Si A tidak membeli mesin cuci
yang tepat. Si A akan berusaha keras untuk meyakinkan diri bahwa mesin cuci
yang ia beli benar-benar lebih baik dari yang ditawarkan oleh temannya. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari ketidaknyamanan mental yang berhubungan
dengan pengertian awal mereka. Investor dengan kecenderungan bias tersebut
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, dalam hal ini return investment.
H2 : cognitive dissonance bias berpengaruh positif terhadap pengambilan
keputusan investasi portofolio
Illusion of Control Bias
Illusion of control bias merupakan kecenderungan manusia percaya bahwa
mereka dapat mengontrol atau paling tidak mempengaruhi hasil tetapi pada
kenyataannya mereka tidak dapat (Pompian, 2006). Ketika seorang manajer
membuat sebuah keputusan, ciri-ciri hasilnya bergantung pada keberuntungan dan
skill/kemampuan manajer tersebut. Menurut Nofsinger (2005), ada beberapa hal
yang mendorong seorang investor dalam memilih pilihan investasi, yaitu: pilihan,
urutan hasil, kefamiliaran, kesuksesan masa lalu, informasi, dan keterlibatan aktif.
Jika investor dapat menentukan investasi mana yang akan dipilihnya sendiri,
maka investor tersebut akan yakin akan mendapat keberhasilan dari investasinya
tersebut. Seorang investor yang terkena bias ini biasanya akan merasa bahwa
mereka seolah-olah dapat mengontrol lebih atas lingkungan mereka melebihi
kemampuan mereka sebenarnya. Semakin sering atau aktif mereka mengambil
12
keputusan sendiri maka akan semakin tinggi kejadian illusion of control bias
(http://belajarbisnis.wordpress.com)
H3 : Illusion of control bias berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan
investasi portofolio
Pengaruh Emotional Bias Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi
Emotional bias merupakan suatu dorongan hati lebih dari sekedar
perhitungan yang masuk akal/rational untuk bertindak yang melibatkan kegiatan
dan perubahan yang mendalam serta dibarengi dengan perasaan yang kuat.
Contoh yang digunakan sebagai variabel untuk melihat apakah terdapat pengaruh
emotional bias terhadap pengambilan keputusan investasi para investor di kota
Salatiga yang memiliki portofolio investasi dalam penelitian ini adalah loss
aversion bias, regret aversion bias, dan status quo bias.
Loss Aversion Bias
Dalam kenyataan, secara psikologi manusia lebih sering mengalami
kehilangan daripada pendapatan. Loss aversion bias merupakan perasaan yang
sangat kuat dari dorongan hati untuk menghindari kerugian daripada mendapatkan
keuntungan (Pompian, 2006). Dampak psikologis yang ditimbulkan oleh kerugian
akan lebih besar daripada saat investor mengalami keuntungan. Investor akan
lebih mengingat ketika mereka mengalami kerugian. Kecenderungan bias seperti
ini dapat mempengaruhi keputusan investor dimana investor tersebut akan lebih
berhati-hati ketika akan mengambil keputusan investasi karena investor merasa
tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Mereka tidak ingin merasakan
keterpurukan ketika mereka mengalami kerugian.
13
H4 : loss aversion bias berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan
investasi portofolio
Regret aversion bias
Regret aversion bias merupakan keputusan untuk bertindak menghindari
kesalahan keputusan yang sama secara tegas karena ada perasaan takut (Pompian,
2006). Berusaha mencegah rasa sakit yang pernah dialami saat mengalami
kerugian di masa lalu. Investor yang mengalami regret aversion bias ini cenderung
merasa takut akan mengalami kerugian yang sama dan merasa bersalah.
Regret aversion muncul dari hasrat investor untuk menghindari dari
penyesalan akibat keputusan investasi yang salah. Bias ini mendorong investor
untuk menahan saham yang berkinerja buruk untuk dijual supaya terhindar dari
kerugian. Sebaliknya regret aversion dapat terjadi ketika investor menjual saham
yang dalam trend menurun. Nalarnya adalah ketika menjual saham tersebut dan
secara mengejutkan harga saham tersebut meningkat lagi maka investor akan
menyesali keputusan transaksinya tersebut sehingga pada keputusan-keputusan
keuangan di masa mendatang, investor akan berupaya untuk menghindari
penyesalan tersebut.
H5 : regret aversion bias berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan
investasi portofolio
Status Quo Bias
Menurut Pompian (2006), status quo bias menggambarkan bahwa orang lebih
suka tetap tinggal pada kondisi yang sama atau menghindari perubahan. Status
quo bias ini yang menyebabkan investor untuk memiliki surat berharga yang
mereka rasa lebih akrab atau yang secara emosional lebih mereka suka. Perilaku
14
ini bisa membuat investor lebih kompromi pada tujuan keuangan mereka.
Bagaimanapun, tidak dibenarkan jika penilaian “dirasakan lebih akrab” dengan
tingkat kenyamanan subjektif dijadikan alasan seorang investor untuk mengambil
keputusan meskipun kinerja alternatif asset tersebut buruk. Investor akan
cenderung mempertahankan kondisi yang ada untuk menghindari risiko yang
diakibatkan sulitnya memprediksi masa depan. Investor dengan kecenderungan
bias ini dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investasi.
H6 : status quo bias berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan
investasi portofolio
Berdasarkan hipotesis yang telah diuraikan diatas, maka dapat dikembangkan
kerangka pemikiran bahwa overconfidence bias, cognitive dissonance bias,
illusion of control bias, loss aversion bias, regret aversion bias, dan status quo
bias berpengaruh terhadap pengambilan keputusan investasi.
METODE PENELITIAN
Untuk menguji kedua hipotesa tersebut maka dilakukan penelitian dengan
populasi investor di Salatiga. Penelitian ini meneliti tentang aspek bias yang
paling dominan dalam pengambilan keputusan investasi (studi pada investor di
Salatiga). Dengan meneliti variabel-variabel aspek bias yang berpengaruh, yaitu
overconfidence bias, cognitive dissonance bias, illusion of control bias, loss
aversion bias, regret aversion bias, dan status quo bias.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel dengan teknik yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian, dimana sampel yang digunakan sesuai kriteria-kriteria tertentu yang
15
ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Sugiono, 2009:68). Data ini diperoleh
melalui metode survei dengan cara menyebarkan kuesioner kepada investor di
Salatiga yang memiliki beberapa asset investasi untuk memperoleh data mengenai
aspek bias dalam pengambilan keputusan investasi di Salatiga. Kuisioner yang
disebarkan sebanyak 40, penyebaran dilakukan dengan menitipkan kuisioner pada
salah seorang Account Executive Danareksa Sekuritas di Outlet UKSW Salatiga,
dan juga investor di pasar keuangan lain yang berdomisili di Salatiga.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer. Data primer
merupakan data yang diperoleh melalui penelitian lapangan dan diolah sendiri
(Supramono & Haryanto, 2005). Data primer dalam penelitian ini meliputi data
karakteristik responden, data mengenai jawaban responden terhadap variabel
overconfidence bias, cognitive dissonance bias, illusion of control bias, loss
aversion bias, regret aversion bias, status quo bias, dan data proporsi portofolio
investasi.
Pengukuran Konsep
Konsep yang hendak diukur dalam penelitian ini adalah konsep
overconfidence bias, cognitive dissonance bias, illusion of control bias, loss
aversion bias, regret aversion bias, status quo bias, dan keputusan investasi.
Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah likert scale dengan 5 poin yaitu
dari skala 1 (tidak setuju) sampai skala 5 (sangat setuju). Interval untuk
mengetahui kategorisasi hasil rata-rata setiap variabel dapat diketahui dengan
menggunakan rumus (Supramono dan Haryanto, 2003:67):
I = ����
16
Keterangan: I : Interval H : Nilai tertinggi
L : Nilai terendah K : Klasifikasi yang hendak dibuat
Berdasarkan pada rumus diatas, maka intervalnya adalah:
I = ������
= 0,8
Sehingga dapat ditentukan klasifikasinya sebagai berikut:
Tabel 3.1 Range Interval
Range Kategori 1,00 – 1,80 Tidak setuju 1,81 – 2,60 Kurang setuju 2,61 – 3,40 Cukup setuju 3,41 – 4,2 Setuju 4,21 – 5,00 Sangat setuju
Skala Likert ini memungkinkan responden untuk mengekspresikan persetujuan
atau ketidaksetujuan terhadap masing-masing dari serangkaian pernyataan
mengenai objek stimulasi. Range interval ini juga digunakan untuk
mengelompokan ketegori jawaban dari responden seperti yang digunakan pada
lampiran 3.
Indikator Empirik
Indikator empirik merupakan pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan
beserta kategori jawabannya (Ihalaw, 2000:50). Adapun Indikator empirik untuk
masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (berdasarkan
kutipan dalam penelitian yang dilakukan oleh Erricha, 2010).
Tabel 3.2
Indikator Empirik
Konsep/Sub Konsep
Batasan Konsep Indikator Sumber
Overconfidence Sikap terlalu percaya diri 1. percaya pada Shefrin
17
bias berkaitan dengan seberapa besar prasangka atau perasaan tentang seberapa baik seseorang mengerti kemampuan mereka dan batas pengetahuan mereka sendiri.
kemampuan diri sendiri.
2. percaya pada pengetahuan yang dimiliki.
(2007)
Cognitive Dissonance bias
Informasi baru yang didapat menimbulkan konflik terhadap penilaian atau pengertian awal
3. mendasarkan diri pada informasi awal yang didapat.
4. terjadi keraguan ketika ada informasi lain.
Pompian (2006)
Illusion of control bias
kecenderungan manusia percaya bahwa mereka dapat mengontrol sendiri atau paling tidak mempengaruhi hasil
5. keyakinan dapat mengatasi dengan baik semua masalah yang akan timbul kedepannya.
6. keyakinan dapat melakukan antisipasi jika terjadi masalah ditengah jalan.
Pompian (2006)
Loss Aversion bias
perasaan yang sangat kuat dari dorongan hati untuk menghindari kerugian daripada mendapatkan keuntungan
7. cenderung menghindari kerugian.
8. tetap bertahan pada investasi yang sama untuk menghindari kerugian.
Pompian (2006)
Regret Aversion Bias
tindakan menghindari konsekuensi sama secara tegas karena ada perasaan takut menghadapi kerugian yang sama didalam diri seseorang
9. rasa takut dan tidak yakin terhadap kerugian investasi yang sama.
10. menghindari kerugian yang sama
Pompian (2006)
Status Quo Bias orang lebih suka tetap tinggal pada kondisi yang sama atau menghindari perubahan
11. tetap tinggal pada kondisi yang sama.
12. Lebih memilih surat berharga yang mereka rasa lebih familiar dan yang mereka suka.
Pompian (2006)
Keputusan Investasi
proses pengalokasian dana yang dilakukan untuk penanaman modal dengan harapan pemilik modal mendapatkan keuntungan
13. Pengalokasian dana yang dilakukan untuk penanaman modal.
14. harapan pemilik modal mendapatkan keuntungan.
Teknik Analisis Data
18
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif yang
menyajikan data dalam bentuk tabel dan distribusi frekuensi (Supramono dan
Sugiarto, 1993:2). Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda. Regresi berganda digunakan untuk mengidentifikasikan pengaruh dari
masing-masing variabel yang mempengaruhi keputusan investasi yaitu
overconfidence bias, cognitive dissonance bias, illusion of control bias, loss
aversion bias, regret aversion bias, dan status quo bias.
Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1 : Model Penelitian
Pada bagian ini penulis akan melihat pengaruh cognitive bias dan emotional
bias terhadap keputusan investasi.
Overconvidence bias
Cognitive Dissonance bias
Keputusan Investasi (KI)
Regret Aversion bias
Status Quo bias
Loss Aversion bias
Illusion of Control bias
19
Model regresi yang digunakan pada penelitian ini adalah:
KI = a + b1OC+ b2CD+ b3ILO+ b4LA+ b5RA+ b6SQ+ e
Dimana: KI = keputusan investasi a = konstanta b = koefisien regresi OC = variabel overconvidence bias CD = variabel cognitive dissonance bias ILO = variabel illusion of control bias LA = variabel loss aversion bias RA = variabel regret aversion bias SQ = variabel status quo bias e = error term
Alat analisis yang digunakan untuk menguji regresi ini adalah uji validitas
dan reliabilitas, uji asumsi klasik, dan uji regresi. Uji validitas digunakan agar
pengukuran benar-benar bebas dari kesalahan sistematis dan kesalahan random.
Sedangkan uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur
dapat dipercaya atau yang dapat diandalkan (Singarimbun, 1989). Sedangkan uji
asumsi klasik digunakan untuk menguji data agar memenuhi kriteria Best Linear
Unbiased Estimater (Blue) sehingga dapat menghasilkan parameter penduga yang
sahis (Supramono dan Haryanto, 2005).
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Pada bagian ini menjelaskan mengenai gambaran umum responden, yang
mendukung serta melengkapi hasil analisis data berdasarkan usia, jenis pekerjaan,
lama berinvestasi, sumber dana, dan tujuan berinvestasi. Data diperoleh dari 40
responden pada bulan Agustus 2012 karena penyebaran kuisioner mulai dilakukan
pada bulan Juni 2012 dan kembali hingga memenuhi kuota yang dibutuhkan pada
bulan Agustus 2012.
20
Tabel 4.1 Hasil Penelitian Karakteristik Responden
No Kategori Sub kategori jumlah % 1 Usia 14 – 30 tahun 24 60 31 – 40 tahun 8 20 41 – 50 tahun 8 20
2 Jenis pekerjaan Buruh 0 0 PNS 2 5 Pegawai Swasta 18 45 Wiraswasta 3 8 Praktisi 1 3 Lainnya 16 40
3 Lama berinvestasi 1 – 5 tahun 37 93 6 - 10 tahun 1 3 � 10 tahun 2 5
4 Sumber dana Sendiri 26 65 Pinjaman 12 30 Keduanya 2 5
5 Tujuan berinvestasi Jangka pendek 8 20 Jangka panjang 9 23 Keduanya 23 58 Sumber: Data primer diolah 2012
Dari tabel terlihat bahwa usia investor berkisar antara 14 tahun sampai 61
tahun. Namun investor terkonsentrasi pada responden antara usia 14 tahun dan 30
tahun yaitu sebanyak 24 orang. Investor pada usia ini tergolong usia muda dan
produktif.
Rata – rata jenis pekerjaan responden adalah pegawai swasta yang mungkin
memiliki fleksibel waktu sehingga mereka lebih memilih bermain investasi pada
pasar modal. Rata – rata para investor tersebut telah melakukan investasi antara 1
tahun hingga 5 tahun. Hal ini mungkin dikarenakan perusahaan sekuritas di
Salatiga belum lama dibuka sehingga rata – rata investor di Salatiga baru mencoba
melakukan investasi khususnya di pasar modal Danareksa Sekuritas.
Kebanyakan dari investor tersebut melakukan investasi menggunakan dana
sendiri mungkin dengan pertimbangan jika menggunakan dana pinjaman, risiko
ke depan akan lebih besar karena pengembalian dana pinjaman tersebut.
21
Sedangkan tujuan berinvestasi investor tersebut bermacam – macam. Hal ini
terlihat dari hasil pengisisan tujuan berinvestasi yang menunjukkan hasil lebih
banyak pada kolom keduanya, yang berarti para investor melakukan investasi
dengan tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan investasi yang
menunjukkan jangka panjang dan jangka pendek ini bisa diartikan bahwa para
investor ini telah melakukan investasi portofolio. Portofolio dalam hal ini berarti
kumpulan beberapa jenis asset dengan tujuan waktu yang berbeda.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur apakah pertanyaan maupun pernyataan
dalam kuisioner yang sudah dibuat benar-benar dapat mengukur apa yang hendak kita
ukur (Ghozali, 2011:52). Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r
hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n – 2, dalam hal ini n adalah
jumlah sample. Pada penelitian ini jumlah sample (n)=40, maka besarnya df dapat
dihitung 40 – 2 = 38. Dengan df=38 dan alpha=0,05 didapat r table = 0,263. Jika r
hitung lebih besar dari r tabel maka perrnyataan atau indikator tersebut dinyatakan
valid.
Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuisioner yang
merupakan indikator dari variabel. Suatu kuisioner dinyatakan reliabel atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil. Suatu
variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Nunnally,
1994 dalam Ghozali, 2011:47).
Dari penyebaran kuesioner yang telah diberikan kepada 40 orang responden,
maka diperoleh data yang akan digunakan untuk menjawab persoalan penelitian.
Hasil pengujian validitas dan reliabilitas disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
22
Variabel Indikator Empirik
Validitas (Corrected item - Total Corelation)
> 0,263 Reliabilitas
(Cronbach’s - Alpha)
> 0,70
Overconfidence bias
OC1 0,873 valid 0,932 Reliabel OC2 0,873 valid
Cognitive dissonance bias
CD1 0,632 valid 0,770 Reliabel CD2 0,632 valid
Illusion of control bias
ILO1 0,775 valid 0,870 Reliabel ILO2 0,775 valid
Loss aversion bias LA1 0,690 valid 0,807 Reliabel LA2 0,690 valid
Regret aversion bias
RA1 0,762 valid 0,864 Reliabel RA2 0,762 valid
Status quo bias SQ1 0,646 valid 0,760 Reliabel SQ2 0,646 Valid
Keputusan investasi
KI1 KI2
0,768 0,768
valid 0,867 Reliabel valid
Sumber: Data primer diolah 2012
Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa setiap butir pernyataan dari
masing-masing variabel overconfidence bias, cognitive dissonance bias, illusion
of control bias, loss aversion bias, regret aversion bias, status quo bias dan
keputusan investasi dapat dikatakan valid, karena nilai r hitung > dari r tabel yaitu
0,263. Hal ini berarti setiap butir pernyataan dalam kuisioner penelitian ini
mampu untuk mangungkapkan apa yang hendak diukur.
Dalam penelitian ini suatu variabel dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach
Alpha (�) lebih besar dari 0,70. Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa
keseluruhan variabel dapat dikatakan reliabel, karena variabel overconfidence
bias, cognitive dissonance bias, illusion of control bias, loss aversion bias, regret
aversion bias, status quo bias dan keputusan investasi memiliki nilai Cronbach
Alpha (�) lebih dari 0,70.
Uji Asumsi Klasik
23
Uji asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi yang
digunakan berdistribusi normal, bebas dari adanya gejala Multikolonieritas, gejala
Heteroskedastisitas dan gejala Autokorelasi (Ghozali, 2005).
Uji Normalitas
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan angka Kolmogorov-Smirnov Z sebesar
0, 671 dengan nilai signifikansi 0,759 dan karena angka signifikan (Sig. > 0,05),
sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data residualnya adalah berdistribusi
normal. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel yang telah disajikan pada lampiran
6.
Uji Multikolonieritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi antar
variabel bebas (independen) dalam model regresi (Ghozali, 2005). Hal ini dapat
dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Berikut hasil uji
multikolonieritas pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Uji Multikolonieritas
Variabel Tolerance VIF Overconfidence bias .685 1.459 Cognitive dissonance bias .485 2.064 Illusion of Control bias .711 1.406 Loss aversion bias .610 1.640 Regret aversion bias .653 1.531 Status quo bias .587 1.702 Sumber: Data primer diolah 2012
Dari tabel 4.3 di atas, nilai tolerance diatas menunjukan tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10. Hasil perhitungan
nilai Variance Inflation Factor (VIF) menunjukan tidak ada varibel independen
24
yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada multikolinieritas antar varibel independen dalam model regresi.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengidentifikasi apakah terjadi
ketidaksamaan variance dari residual antara satu pengamatan ke pengamatan yang
lain dalam model regresi. Uji ini dilakukan menggunakan uji Glejser dengan
mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen
(Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2005). Hasil uji Gletser digambarkan pada tabel
4.4 berikut.
Tabel 4.4 Uji Heteroskedastisitas
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta (Constant) .102 .599 .171 .865
TOC .046 .059 .143 .777 .443
TCD -.045 .072 -.137 -.625 .536
TIOC -.076 .086 -.160 -.890 .380
TLA .033 .064 .100 .516 .609
TRA .038 .057 .125 .665 .510
TSQ .145 .067 .432 2.179 .037
a. Dependent Variable: absUt Sumber: Data Primer diolah 2012
Dengan menggunakan uji Glejser, koefisien parameter untuk masing-masing
varibel independen tidak ada yang signifikan (Sig. > 0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Berganda
Pengujian asumsi klasik regresi yang telah terpenuhi meliputi uji normalitas,
multikolinearitas dan heteroskedastisitas sehingga memenuhi persyaratan untuk
25
melakukan analisis regresi berganda. Pengujian Hipotesis menggunakan nilai
koefisien determinasi (R²), uji F dan uji t.
Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variabel dependen. Adapun nilai R² dari hasil
perhitungan terlihat pada tabel 4.5 berikut ini. Dari Tampilan output SPSS model
summary besarnya R Square adalah 0,459. Hal ini berarti 45,9% variasi
pengambilan keputusan investasi investor dapat dijelaskan oleh cognitive bias dan
emotional bias. Sedangkan sisanya yaitu 54,1% (100% - 45,9% = 54,1%)
dijelaskan oleh faktor lain diluar model.
Hasil Estimasi Model
Terdapat dua hasil pengujian estimasi model yaitu (1) estimasi model
koefisien korelasi dengan menggunakan uji F, dan (2) estimasi model koefisien
regresi dengan menggunakan uji t, seperti telah disajikan pada tabel 4.6 dan 4.7
berikut:
Tabel 4.6 Hasil Estimasi Model: Koefisien Korelasi
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 48.140 6 8.023 4.659 .022a Residual 56.835 33 1.722
Total 104.975 39
a. Predictors: (Constant), TEB, TCB b. Dependent Variable: TKI
Sumber: Data Primer diolah 2012
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara variabel
independen dan variabel dependen secara bersama-sama (simultan). Dari uji
ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 4.659 dengan sigifikansi (Sig. <
26
0,05), maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pengambilan
keputusan investasi atau dapat dikatakan cognitive bias dan emotional bias secara
bersama-sama berpengaruh terhadap pengambilan keputusan investasi.
Tabel 4.7 berikut menyajikan hasil estimasi model koefisien regresi dengan
menggunakan uji t untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Tabel 4.7 Hasil Estimasi Model: Koefisien Regresi
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std.
Error Beta (Constant) 5.117 1.212 4.222 .000
X1 (OC) -.376 .120 -.486 -3.142 .004*
X2 (CD) -.062 .147 -.078 -.425 .673
X3 (ILO) .333 .174 .291 1.918 .064
X4 (LA) .332 .130 .418 2.548 .016*
X5 (RA) -.307 .115 -.422 -2.665 .012*
X6 (SQ) .480 .135 .596 3.566 .001*
a. Dependent Variable: TKI Keterangan : *) signifikan pada level 5%
Sumber: Data Primer diolah 2012
Persamaan untuk model regresi berganda variabel overconvidence bias, cognitive
dissonance bias, illusion of control bias, loss aversion bias, regret aversion bias,
dan status quo bias terhadap pengambilan keputusan investasi (KI) adalah:
KI = 5.117 - 0,376OC - 0,062CD + 0,333ILO + 0,332LA – 0,307RA + 0,480SQ
Dari tabel diatas diketahui bahwa uji t menggunakan tingkat signifikansi � = 5%
dengan memasukkan keenam variabel independen kedalam model regresi maka
variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan
investasi adalah variabel-variabel dalam emotional bias.
27
Tabel 4.8 Hasil Penelitian
Hipotesis Pernyataan Hipotesis Sig. Keterangan
H1 Overconfidence bias berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan investasi .004 Signifikan
H2
Cognitive dissonance bias berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan investasi .673
Tidak Signifikan
H3
Illusion of Control bias berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan investasi .064
Tidak Signifikan
H4
Loss aversion bias berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan investasi .016 Signifikan
H5
Regret aversion bias berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan investasi .012 Signifikan
H6
Status quo bias berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan investasi .001 Signifikan
Berdasarkan hasil olah data ditemukan bahwa variabel cognitive dissonance
bias dan illusion of control bias berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
pengambilan keputusan investasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi
yang menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,673 dan 0,064 yang nilanya jauh
lebih besar dari batas toleransi kesalahan yaitu 0,05. Dengan demikian H2 dan H3
tidak didukung oleh data. Hasil ini dapat diartikan bahwa dari sebagian para
investor di Salatiga tidak selalu mengandalkan cognitivenya dan bahwa
pengambilan keputusan investasi para investor memang tidak terpengaruh oleh
cognitive dissonance bias dan illusion of control bias. Investor di Salatiga
cenderung tidak mendasarkan diri pada informasi awal yang mereka dapat,
mereka menjadi ragu – ragu ketika mereka mendapatkan informasi baru dari pihak
lain terhadap alternatif investasi yang akan mereka ambil.
28
Sedangkan pada hasil olah data yang menunjukkan bahwa overconvidence
bias, loss aversion bias, regret aversion bias, dan status quo bias berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi. Dapat dilihat
dari hasil analisis regresi yang menunjukkan tingkat signifikansi yang nilanya
kurang dari batas toleransi kesalahan yaitu 0,05. Hasil ini dapat diartikan bahwa
dari sebagian para investor di Salatiga terpengaruh oleh overconvidence bias, loss
aversion bias, regret aversion bias, dan status quo bias dalam pengambilan
keputusan investasinya. Investor lebih memilih surat berharga atau portofolio
yang mereka rasa lebih familiar, mereka merasa takut dan tidak yakin untuk
melakukan investasi yang sama yang pernah membuat mereka mengalami
kerugian walaupun secara perhitungan atau informasi yang ada menyatakan
bahwa asset yang akan mereka ambil itu akan menguntungkannya.
Sumber dana yang dimiliki dan digunakan oleh para investor untuk
berinvestasi kadang menjadi pertimbangan dalam tujuan investasi dan
pengambilan keputusan investasi mereka. Hal ini dapat mempengaruhi aspek
cognitive dan emotional para investor. Untuk memperdalam analisis data
responden, dalam penelitian ini disajikan hasil crosstabulation antara sumber dana
dan tujuan investasi sebagai berikut:
Tabel 4.9 Hasil Crosstabulation sumber dana * tujuan investasi
Sumber dana Tujuan investasi
Total jangka pendek jangka panjang keduanya sendiri 4 7 15 26
pinjaman 4 1 7 12 keduanya 0 1 1 2
Total 8 9 23 40
29
Dari hasil crosstab diatas dapat diketahui bahwa dari ke 40 investor sebagai
responden, 26 investor menggunakan sumber dana sendiri dan 7 diantaranya
mempunyai tujuan jangka panjang. Dengan menggunakan dana sendiri, investor
bisa lebih leluasa menggunakan dananya untuk tujuan jangka panjang maupun
jangka pendek. Namun dari hasil analisis terlihat bahwa mereka lebih cenderung
melakukan investasi untuk tujuan investasi keduanya (jangka panjang dan jangka
pendek), terlihat dari hasil tersebut angka dalam kolom keduanya menunjukkan
angka 15 yang lebih besar dari jangka panjang sebanyak 7 dan jangka pendek
sebanyak 4.
Tabel 4.10 Hasil Crosstabulation pilihan investasi * usia
Pilihan investasi Usia
Total 14 - 30 th
31 - 40 th > 40 th
Saham 18 7 6 31 Warran 3 0 0 3 Opsi 0 0 1 1 Reksadana 8 2 2 12 Obligasi 3 3 3 9 Deposito 7 5 5 17 tanah dan bangunan 4 5 3 12 Index 1 0 0 1 Komoditi 1 0 0 1 lainnya (forex) 2 0 1 3 lainnya (tabungan investasi jk. Pjg) 1 1 2 4 lainnya (emas) 3 1 2 6 lainnya (asuransi) 1 0 1 2 � 52 24 26 102
Dari hasil tersebut, investor pada usia antara 14 tahun sampai 30 tahun lebih
banyak memilih alternatif saham, deposito, reksadana, dan tanah & bangunan
sebagai sarana investasi mereka karena alternatif investasi tersebut mereka rasa
30
lebih familiar dibandingkan dengan alternatif investasi asset seperti opsi, index,
komoditi, dan lainnya. Hal ini terlihat bahwa lebih dari 50% responden (31 orang)
yang mengisi kuisioner yang telah disebarkan lebih memilih saham sebagai
alternatif investasi portofolio mereka. Mereka merasa takut dan tidak yakin untuk
melakukan investasi yang mereka rasa kurang familiar karena hal tersebut bisa
membuat mereka mengalami kerugian walaupun secara perhitungan atau
informasi yang ada menyatakan bahwa asset yang akan mereka ambil itu akan
menguntungkannya.
Tabel 4.11 Hasil Crosstabulation sumber dana * cognitive bias
Sumber dana Cognitive Bias
Total tidak setuju
cukup setuju
kurang setuju setuju
sangat setuju
Sendiri 4 7 7 2 6 26 pinjaman 2 4 1 1 4 12 keduanya 0 0 2 0 0 2
Total 6 11 10 3 10 40
Investor yang menggunakan sumber dana sendiri biasanya cenderung lebih
percaya diri dalam pengambilan keputusan investasinya karena mereka tidak
mempunyai tanggungan hutang. Namun disisi lain mereka juga sangat berharap
untuk mendapatkan keuntungan dari hasil investasinya tersebut.
Tabel diatas menunjukkan bahwa investor sebanyak 26 orang yang
menggunakan sumber dana sendiri merasa kurang setuju dengan cognitive bias.
Dari ke 12 orang responden yang menggunakan dana pinjaman, ada 4 orang yang
merasa cukup setuju dan 4 orang merasa sangat setuju. Sedangkan sisanya, 2
responden yang memilih keduanya (yaitu sendiri dan pinjaman) merasa kurang
setuju terhadap cognitive bias. Namun dari seluruh sampel yang mengisi baik
31
yang menggunakan sumber dana sendiri, pinjaman maupun keduanya terlihat
bahwa mereka merasa cukup setuju dengan cognitive bias. Hal ini menunjukkan
hasil yang sama pada lampiran 3 yang telah disajikan dibelakang bahwa kategori
rata - rata pada hasil statistik investor di Salatiga menunjukkan kategori cukup
setuju pada kolom cognitive bias. Hasil ini berarti, para investor di Salatiga
cenderung tidak menggunakan aspek cognitive bias dalam pengambilan keputusan
investasinya. Mereka merasa cukup percaya bahwa ketika mereka mendapat
keuntungan dalam berinvestasi, pencapaian tersebut karena kemampuan dan
pengetahuan mereka sendiri. Ketika hendak berinvestasi, mereka cukup yakin
dapat mengatasi semua masalah yang akan timbul setelah mereka melakukan
investasi dan mereka juga cukup yakin dapat melakukan antisipasi jika terjadi
masalah ditengah jalan. Dalam kasus ini terlihat bahwa investor merasa kurang
percaya diri dalam pengambilan keputusan investasi mereka, aspek
overconvidence dan illusion of control bias tidak berpengaruh pada pengambilan
keputusan investasi mereka.
KESIMPULAN
Berdasarkan pada pembahasan yang telah dilakukan diatas maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Dari keenam variabel yaitu overconvidence bias, cognitive dissonance bias,
illusion of control bias, loss aversion bias, regret aversion bias, dan status quo
bias yang berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan investasi adalah
overconvidence bias, loss aversion bias, regret aversion bias, dan status quo bias.
Sedangkan variabel cognitive dissonance bias dan illusion of control bias tidak
32
berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi. Dari hasil
penelitian, investor cenderung lebih memilih alternatif investasi atau portofolio
yang mereka rasa lebih familiar, mereka merasa takut dan tidak yakin untuk
melakukan investasi yang sama yang pernah membuat mereka mengalami
kerugian walaupun secara perhitungan atau informasi yang ada menyatakan
bahwa asset yang akan mereka ambil itu akan menguntungkannya. Hal ini
menandakan bahwa mereka lebih menggunakan aspek emotionalnya.
Implikasi Teoritis
Hasil temuan penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Erricha (2010) dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa aspek-aspek bias dalam cognitve bias seperti overconvidence
bias, cognitive dissonance bias, dan loss aversion bias berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan investasi para investor. Sedangkan dalam penelitian ini,
aspek emotional bias yang berpengaruh positif. Namun hal ini sesuai dengan
pernyataan Kadir (2001, dalam Enawati 2008) bahwa berperilaku irrasional
(biases) biasanya bertindak tanpa logika dan dimungkinkan sebagian besar
tindakannya dipengaruhi oleh suatu respon emosional.
Kecenderungan investor yang lebih menggunakan aspek emosionalnya akan
lebih bias dalam pengambilan keputusan investasinya karena semuanya tidak
dapat dilihat dan terkait langsung dengan proses pikiran atau keyakinan dan
preferensi seseorang, dan hal ini yang membuat seseorang gagal dalam
memahaminya meskipun pada saat itu berada di dalamnya. Hal ini kemungkinan
dikarenakan kurangnya rasa percaya diri terhadap kemampuannya sendiri dalam
33
menganalisis alternatif saham yang akan diambil secara lebih mendalam dan lebih
mudah terpengaruh dengan informasi yang baru mereka dapat. Hal ini mendukung
pendapat Pompian (2006) yang menyatakan bahwa aspek bias merupakan aspek
yang cenderung menghasilkan keputusan yang tidak menjamin ketepatan secara
mutlak dan sebagai konsekuensinya seseorang memiliki kemungkinan untuk
mengambil keputusan yang salah atau perkiraan yang melenceng.
Implikasi Terapan
Dari hasil penelitian yang didapat, investor lebih cenderung menggunakan
aspek emosionalnya dalam pengambilan keputusan investasi dan bukan
berdasarkan aspek kognitif yang mereka miliki, maka keputusan yang diambil
kurang bisa tepat dan hanya cocok untuk keputusan jangka pendek. Ketika
investor akan membuat keputusan keuangan, sebaiknya investor tidak secara
terburu-buru melainkan dipikirkan secara tepat. Dengan kata lain, investor jangan
membuat keputusan keuangan yang terlalu cepat tanpa didahului pertimbangan
yang tepat sasaran, seperti yang diungkapkan oleh Graham (2008) bahwa investor
perlu berpikir dua kali (think twice) sebelum bertransaksi saham.
Sebaiknya investor lebih berusaha menajamkan logikanya, melihat dan
mempertimbangkan dari banyak aspek agar keputusan yang diambil lebih tepat
sehingga tidak terjerumus kedalam permainan bias. Hal ini perlu diperhatikan
karena seperti yang diungkapkan oleh Baker dan Nofsinger (2002) bahwa jika
bias-bias tersebut terindikasi ada korelasi, maka investor yang mengalami salah
satu bias akan berpeluang juga mengalami bias yang lain dan hal ini akan
meningkatkan peluang perolehan risiko dari keputusan keuangan yang dibuat
sebelumnya.
34
Keterbatasan Penelitian dan Penelitian Mendatang
Penelitian ini memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut, karena masih
terdapat beberapa keterbatasan penelitian sebagai berikut:
Seluruh variabel independen dalam penelitian ini hanya menyumbang 45,9% dari
keseluruhan variabel independen, artinya masih terdapat 54,1% variabel-variabel
independen lain yang belum diketahui dan diteliti secara ilmiah, mempengaruhi
pengambilan keputusan investasi investor di Salatiga. Pilihan penggunaan
variabel yang kontribusinya kecil ini dikarenakan pilihan variabel independen
yang kurang tepat. Faktor – faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah sifat,
kesukaan dan berbagai macam hal yang melekat dalam diri manusia (Ricciardi
dan Simon, 2000). Seperti yang disebutkan oleh Ricciardi dan Simon (2000:2)
bahwa behavioral finance dibangun oleh berbagai asumsi dan ide dari perilaku
ekonomi. Keterlibatan emosi, sifat, kesukaan dan berbagai macam hal yang
melekat dalam diri manusia sebagai makhluk intelektual dan sosial akan
berinteraksi melandasi munculnya keputusan melakukan suatu tindakan. Oleh
karena itu untuk penelitian mendatang dapat diteliti variabel lain seperti sifat dan
kesukaan. Indikator dalam penelitian ini juga masih belum baku karena peneliti
merumuskan sendiri sehingga dalam penelitian mendatang bisa dirumuskan
dengan lebih baik lagi.
Cognitive bias dan emotional bias ini juga dapat dikaitkan dengan kinerja
invesasi dimana kinerja investasi juga sangat dilihat oleh para investor sebelum
melakukan investasi. Sebagai bagian dari proses investasi, investor perlu
memantau dan mengevaluasi kinerja investasi portofolionya untuk melihat sejauh
35
mana strategi yang dipilihnya bekerja demi tercapainya tujuan investasi� Kinerja
investasi yang baik akan dapat meminimalisir risiko.
Karena dalam penyebaran kuisioner tidak dilakukan secara langsung (dalam
penelitian ini disebar melalui email) dan tidak dalam pengawasan peneliti, maka
pengisian tidak dapat dipantau dan hasil mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan
kenyataan. Sebaiknya dalam penelitian mendatang, penyebaran dipantau langsung
agar dapat lebih memudahkan responden dalam pengisian dan hasil dapat lebih
sesuai dengan keadaan responden.
36
REFERENSI
Ahmad, Kamaruddin, 1996. “Dasar-dasar Manajemen Investasi”. PT Rineka Cipta : Jakarta.
Anwar, Jusuf., (2008), Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi.
Bandung : P.T. Alumni. Bailey, Jeffrey J & Chris Kinerson, “Regret Avoidance and Risk Tolerance”.
Association for Financial Counseling and Planning Education, 2005 : 23-28.
Baker, K. H. & Nofsinger, R. J. 2002. Psychological biases of investors. Financial
services review 11 (2002) 97-116 Bell, David.E, “Regret in Decision Making under uncertainty”, Operations
Research, vol 30,1982: 961-981. Droms, W G, “Investment asset allocation for PFP clients”, Journal of
Accountancy, vol 163, 1987: 114-118. Erricha, Kusuma D, 2010. Aspek Bias dalam Pengambilan Keputusan Investasi,
Studi Investor Pasar Modal di Salatiga dan Semarang. UKSW. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2011, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,
UNDIP. Graham, B. 2008. The Intelligent Investor. Serambi. Jakarta
Hirschey, Mark & John Nofsinger, “Investments: Analysis and Behavior”, McGraw-Hill Companies, Inc. 2008.
Kahneman,Daniel & Amos Tversky, “Prospect Theory : An Analysis of Decision
Under Risk “, Econometrica vol 47, no:2 1979: 263-292. Kurniawan, Endro Lesmono, 2011, “Potensi Risk Aversion dalam Pengambilan
Keputusan Investasi (Studi pada PT. Tripilar Betonmas)”. UKSW. Loomes, Graham & Robert Sugden, “Regret Theory : An Alternative Theory of
Rational Choice under Undercertainty”, The Economic Journal, vol 92, 1982:805-824.
37
Nagy Robert A. Dan Obenberger Robert W, 1994, “Factors Influencing Individual Investor Behavior,” Financial Analyst Journal, pp. 63-68.
Olsen, R.A.,”Behavioral Finance and its Implication for Stock – Price Volatility”,
Financial Analysts Journal, March 1998: 10-17. Pompian, Michael M, “Behavioral Finance and Wealth Management”, New York:
John Wiley & Sons, Inc, 2006. Purnamasari, Putri, 2010, “Potensi Overconvidence pada Pengambilan Keputusan
Investasi Studi Pada Pengusaha Ekspedisi Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Desa Wangen Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten”
Ricciardi, V. (2000). “A Research Starting Point for a New Scholar: A Unique
Perspective of Behavioral Science.” Working Paper. Golden State University
Shefrin, H., (2007). Behavioral Corporate Finance: Decision that Create Value,
McGraw-Hill/Irwin. Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian. 1989. “Metode Penelitian Survai”.
Jakarta : LP3ES. Supramono, Jony. O. Haryanto. 2005. Desain Proposal Penelitian Studi
Pemasaran. Andi Off, Yogyakarta. Supranto, J. , 2003, “Pengambilan Keputusan dan Pemecahan Masalah di dalam
Manajemen Mutu Terpadu”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 3, No. 1, 1 Februari: 45-46.
Trihendradi, C. 2007. Langkah Mudah Menguasai Statistika Menggunakan SPSS
15. Andi Off, Yogyakarta. Wong, Kin Fai Ellick & Jessica Y.Y Kwong, “The Role of Anticipated Regret in
Escalation of Commitment”, Journal of Applied Psychology, vol 92 no 2, 2007: 545-554.
Yohnson, 2009, ”Regret Aversion Bias dan Risk Tolerance Investor Muda
Jakarta dan Surabaya”. Zeelenberg, Marcel, Wilco W.van Dijk, Antony S.R.Manstead & Joop van der
Pligt, “The Experienced of Regret And Disappointment”, Cognition and Emotion, vol 12, no.2, 1998:221-230.