Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Community Development Pada Wilayah Pasca Tambang: Kasus PT Antam di Cikotok
Ulva Miftakhul Jannah, Dody Prayogo
1. Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia 2. Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Isu keberlanjutan menjadi kian penting dalam penerapan CSR khususnya bagi industri
pertambangan. PT Aneka Tambang sebagai perusahaan pertambangan melakukan tanggung
jawab sosial perusahaan semenjak tahap eksplorasi, tahap konstruksi dan operasi, hingga tahap
pasca dan penutupan tambang. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui implementasi
community development di wilayah pasca tambang Cikotok. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode kualitatif dengan tehnik wawancara mendalam terhadap beberapa informan yaitu
pihak PT Antam, penerima manfaat, pelaksana program community development, dan pemerintah
daerah setempat. Hasil penelitian ini menemukan bahwa implementasi community development
telah memenuhi prinsip-prinsip yang ada. Pendekatan bottom up diterapkan dalam perencanaanya
sehingga dapat memetakan kebutuhan, potensi, masalah, dan strategi yang sesuai dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat. Selain itu, PT Antam telah melakukan beberapa tingkat dan
metode dalam pembinaan hubungan kepada beberapa pemangku kepentingan dalam melakukan
community development. Strategi pembinaan hubungan ini juga akan menciptakan partisipasi
penerima manfaat terhadap program.
Abstract
Sustainability issues are becoming increasingly important for the implementation of CSR;
especially in the mining industry. PT Aneka Tambang as mining company undertakes corporate
social responsibility since the exploration stage, construction and operation stage, mine closure
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
2
and post mining stage. This research aims to determine the implementation of community
development in the Cikotok post-mining areas. The method used in this research is qualitative
with in-depth interview techniques against multiple informants. The informants are PT Antam,
beneficiaries, practitioner of community development programs, and local government. In this
study, the implementation of community development is in compliance with the existing
principles. Bottom-up approach is applied in order to map out the corporate plans, potential,
problems, and strategies that compatible to the social and cultural conditions. In addition, PT
Antam does some extension and methods to build an engagement of stakeholder; intending for
community development. This stakeholder engagement strategy will also create the participation
of the beneficiaries to the program.
Key Words:
Community development; Post Mining; Local Community; Stakehoder Engagement
Pendahuluan
Kedinamisan pelaksanaan serta dampak dari bisnis terjadi pada berbagai korporasi salah
satunya dalam sektor industri pertambangan (Yakovleva, 2005). Dengan hubungan yang saling
mempengaruhi (reciprocal) antara korporasi dengan masyarakat dan komunitas lokal, maka
penting bagi korporasi dalam menjaga relasi yang positif atau saling mendukung dengan
komunitas lokal, seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Dave Packard “…that a group of
people get together and exist as an institution that we called a company so that they are able to
accomplish something collectively that they could not achieve separately – they make
contribution to the society, a phrase which sounds trite but is fundamental.” (dalam Charles
Handy, 2002:54). Relasi yang positif dapat dilakukan dengan cara meminimalisir dampak negatif
yang terjadi melalui tanggung jawab sosial korporasi (Prayogo, 2011). Secara global,
pelaksanaan CSR diatur melalui ISO 26000 pada tahun 2010 yang disetujui oleh 93% negara
anggota termasuk Indonesia. ISO 26000 ini adalah guideline sehingga dibuat untuk menjadi
standar manajemen. Selain itu juga terdapat organisasi World Business Council for Sustainable
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
3
Development (WBCSD) yang juga memaparkan tentang pelaksanaan CSR. Keduanya
memaparkan tentang definisi CSR. Dari kedua definisi yang dipaparkan, penekanan terhadap
sustainability menjadi penting untuk dilakukan terus menerus dalam jangka panjang.
Permasalahan yang muncul adalah isu kinerja keberlanjutan dalam sektor pertambangan
sendiri masih dilihat rendah di mata para pakar (Sustainability and Globescan, 2011 dalam
www.csrindonesia.com). Berdasarkan data, secara global perusahaan tambang masih dilihat
sangat rendah (7%) dalam kapasitasnya menjalankan kinerja keberlanjutan dengan nilai baik.
Industri pertambangan menempati posisi terendah dibandingkan dengan industri otomotif,
industri elektronik, perbankan, barang kebutuhan konsumen dan sebagainya. Isu keberlanjutan
dalam CSR kini meningkat secara luas. Keberlanjutan yang dimaksudkan adalah keberlanjutan
yang mencakup seluruh siklus kehidupan pertambangan, sehingga penting bagi perusahaan
menyiapkan perencanaan dari tahap eksplorasi hingga tahap penutupan tambang. Pada fase
pasca/penutupan tambang, keberlanjutan seringnya difokuskan kepada aspek lingkungan
mengenai pemulihan lahan bekas eksplorasi tambang. Namun, dampak yang dirasakan tidak
hanya aspek lingkungan melainkan juga juga mencakup aspek sosial dan ekonomi. Seperti yang
dikemukakan oleh James Bond bahwa penutupan tambang secara meningkat dilihat sebagai
proses yang kompleks dan fokusnya terhadap seluruh stakeholder mengenai dampak lingkungan,
sosial, dan ekonomi (World Bank dan IFC, 2002). Dampak yang besar tidak hanya dirasakan
oleh para pekerja tambang melainkan seluruh keluarga dan komunitas lokal disekitarnya. Salah
satu cara untuk memulihkan kondisi pasca tambang secara social ekonomi adalah dengan
implementasi community development terhadap beberapa sektor non-tambang.
Secara umum, program community development membutuhkan kesinergisan peran dari tiga
pihak utama, yaitu perusahaan tambang, komunitas lokal, dan pemerintah lokal. Namun aspek
partisipasi dan modal sosial komunitas dalam community development dapat turut
dipertimbangkan dalam mendukung berjalannya program. Dalam mendukung partisipasi
masyarakat yang memadai, perlu ada pendekatan khusus yang dapat mendorong kerja sama
antara komunitas dengan perusahaan mulai dari tahap perencanaan hingga implementasi.
Pendekatan khusus dengan membangun komunikasi rutin dan terbuka secara dua arah dapat
diadaptasi untuk menciptakan community development yang sesuai dengan community needs dan
menjadi alternatif baru dalam pembangunan ekonomi. Berdasarkan pemaparan permasalahan di
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
4
atas, tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan implementasi community development
PT Aneka Tambang di wilayah pasca tambang Cikotok, dan strategi perusahaan dalam
membangun relasi dengan komunitas lokal melalui stakeholder engagement. Sebelum dipaparkan
hasil penelitian penulis, uraian dibawah ini akan memaparkan perkembangan pelaksanaan
CSR/community development sejak operasi tambang hingga penutupan tambang dari studi-studi
terdahulu.
Tinjauan Teoritis
Community development (CD) adalah a process of social action in which the people of a
community organize themselves for planning and action; define their common and individual
needs and problems; make group and individual plans to meet their needs and solve their
problems; execute this plan with a maximum of reliance upon community resources; and
supplement these resources when necessary with service and material from government and non
government agencies outside the community” (International Cooperation Administration (ICA),
1956 dalam Prayogo, 2011). Praktik program CD bagi pebisnis adalah membangun relasi
korporasi dan komunitas, menghindari resiko terganggunya operasi korporasi serta menghindari
atau bahkan untuk menyelesaikan konflik (prayogo, 2011: 93). Dalam konteks relasi korporasi
dan komunitas, CD dapat dikatakan sebagai strategi bisnis, upaya membangun relasi, legitimasi
sosial korporasi, dan legal obligation.
Terdapat tiga model pendekatan program CD industri tambang dan migas (Prayogo, 2011:
100-103) yakni (1) pendekatan responsif adalah hanya sebagai bentuk tanggung jawab atas
dampak merugikan yang ditimbukan korporasi dan sebagai bentuk dari legal obligation atas
pengaruh negatif stakeholdernya dan dapat berupa charity atau philantrophy, (2) pendekatan
intervensif adalah intervensi karena kepedulian guna memenuhi kebutuhan komunitas lokal,
sebagai obligasi sosial dari bisnis terhadap masyarakat serta dilakukan korporasi demi
mendapatkan legitimasi sosial yakni penerimaan atau pengakuan sosial atas keberadaan korporasi
ditengah-tengah komunitas, (3) pendekatan integratif melihat keberadaan korporasi dan
komunitas sebagai sebuah kesatuan sosial dimana korporasi adalah warga setempat yang sejajar
dan integratif dengan masyarakat dimana ia beroperasi.
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
5
Selanjutnya dalam pelaksanaan CD, penting bagi korporasi untuk membangun relasi yang
positif kepada stakeholdernya, khususnya komunitas lokal. Salah satu cara yang dapat ditempuh
adalah dengan melakukan pembinaan hubungan kepada beberapa pemangku kepentingan atau
stakeholder engagement. Stakeholder dalam hal ini adalah individu, kelompok, atau organisasi
yang berdampak dan terkena dampak oleh aktivitas, produk, atau layanan sebuah organisasi dan
kinerjanya dipengaruhi dengan isu-isu yang harus difokuskan dalam keterlibatan tertentu
(Accountability, 2008: 6). Stakeholder engagement berarti proses membangun relasi terus
menerus diantara korporasi dan para stakeholdernya (Lee Preston dan James E. Post 2005).
Beberapa ahli telah meneliti bagaimana hubungan para korporasi dengan stakholdernya
dilakukan dengan cara-cara yang penting. Berikut ini adalah tipologi stakeholder engagement
oleh Lee Preston dan James E. Post (2005:15-16)
1. Inactive adalah korporasi secara sederhana menolak untuk fokus terhadap stakeholder,
karena korporasi menganggap mereka dapat membuat keputusan secara unilateral,
tanpa memperimbangkan dampaknya terhadap yang lain.
2. Reactive dimana korporasi secara umum bertindak ketika terdapat tekanan dari
masyarakat dan kemudian melakukan cara-cara yang defensif.
3. Proactive dimana perusahaan berusaha untuk mengantisipasi stakeholder concerns.
Stakeholder dan fokusnya dipertimbangkan sebagai sebuah masalah yang harus diatur
daripada dianggap sebagai sebuah sumber keuntungan yang kompetitif.
4. Interactive dimana perusahaan secara aktif terlibat dengan stakeholder dalam sebuah
hubungan yang saling menghargai, terbuka, dan percaya satu sama lain secara terus
menerus. Korporasi dalam pendekatan ini mengakui bahwa relasi yang positif dengan
stakeholder adalah sumber nilai dan keuntungan yang kompetitif bagi korporasi.
Mereka mengetahui bahwa relasi tersebut harus dipelihara sepanjang waktu.
Proses dari keterlibatan itu sendiri dapat melalui berbagai bentuk, namun sering digunakan
adalah stakeholder dialogue. Dalam teori managemen dialog didefinisikan sebagai “the art of
thinking together” (Isaacs, 1999 dalam Anne T. Lawrence, James Weber, and James E. Post,
2005:16). Dalam dialog para korporasi dan stakeholdernya datang bersama untuk melakukan
pembicaraan tatap muka tentang isu-isu yang menjadi fokus utama. Mereka berupaya
mendeskripsikan kepentingannya, menemukan definisi masalah yang dihadapi, menyusun solusi
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
6
yang inovatif untuk keuntungan bersama dan menyusun prosedur untuk mengimplementasikan
solusi tersebut. Proses tersebut membutuhkan partisipan yang menunjukkan sudut pandangnya
masing-masing secara penuh, mendengarkan dengan hati-hati, dan saling menghargai satu sama
lain, serta terbuka terhadap diri sendiri untuk berfikir kreatif dan melihat cara-cara baru dalam
menyelesaikan masalah.
Selanjutnya Arnstein menjelaskan dengan adanya partisipasi memungkinkan terciptanya
perubahan yang berarti bagi kehidupan masyarakat, khususnya bagi orang-orang miskin. Hal
tersebut juga dapat diterapkan dalam engagement relationship ketika tidak ada ketimpangan
kekuasaan. Arnstein (1969) menunjukkan bahwa keterlibatan nyata dimulai dalam kekuasaan
masyarakat. Hal ini dijelaskan bahwa manfaat kekuasaan masyarakat antara lain, keterlibatan
berkelanjutan dan tujuan perkembangan (CSR) yang efektif dan efisien (Arnstein, 1969 dalam
Ihugba, 2012). Berikut adalah tingkat stakeholder engagement oleh Arnstein (1969), yakni
manipulation, therapy, informing, consultation, placation, partnership, delegated power, citizen
control.
Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif karena tujuan penelitian
ini ingin mendeskripsikan dan mengeksplorasi tentang implementasi CSR melalui pengembangan
masyarakat (community development) di wilayah pasca tambang. Penelitian ini dilakukan pada
salah satu situs yang telah mengalami unit pasca tambang oleh PT Antam yaitu unit pasca
tambang Cikotok. Penelitian kualtitatif menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi
dan wawancara mendalam (depth-interview). Dalam hal ini peneliti melakukan observasi
terhadap kegiatan program community development yang sedang berjalan dan face-to-face
interview terhadap informan terkait dengan program community development. Dalam menggali
data, penulis menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terstruktur dan terbuka yang
jumlahnya sedikit namun dimaksudkan untuk memperoleh pandangan dan pendapat informan
secara mendalam (Creswell, 2003). Informan yang diwawancarai meliputi berbagai pihak yaitu
komunitas lokal, pihak Chain UGM (sebagai pelaksana program community development), PT
Antam pusat dan unit pasca tambang Cikotok, dan pemerintah daerah setempat (kepala
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
7
desa/kelurahan). Setelah pengumpulan data di lapangan, penulis melakukan kegiatan olah dan
analisa data yang mencakup sortir dan klasifikasi data, dan coding terhadap semua hasil
wawancara yang dilakukan menurut analisa penelitian kualitatif.
Hasil Penelitian dan Analisa
PT Antam telah melaksanakan kegiatan community development pada komunitas lokal
wilayah Cikotok. Dalam melakukan community development ini PT Antam tidak sendiri,
melainkan bekerja sama dengan lembaga independen yang memiliki kompetensi lebih baik dalam
melaksanakan program community development. PT Antam bekerja sama dengan lembaga
ChAIN Center UGM untuk melakukan community development di Eks Pertambangan Emas
Cikotok. Tim ChAIN Center UGM ini adalah lembaga yang dianggap memiliki kapasitas lebih
baik dalam pelaksanaan teknis program community development dilapangan. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya mereka tetap berkoordinasi dengan pihak Antam di Unit Pasca Tambang Cikotok
dan Antam Pusat karena pihak Antam memiliki pengetahuan dan pengalaman bekerja di
lingkungan masyarakat Cikotok. Program community development yang diimplementasikan oleh
tim ChAIN Center cukup beragam, mulai dari pertanian, peternakan, home industry, lingkungan
dan penguatan kelembagaan. Saat ini program community development telah menyelesaikan
pemberdayaan tahap II dan akan memasuki pemberdayaan tahap III. Berikut akan dipaparkan
perencanaan, implementasi dan evaluasi community development dengan fokus dibidang
pengembangan industri pengolahan pangan skala kecil atau disebut juga home industry
ChAIN Center UGM menyusun perencanaan dasar untuk mengimplementasikan program
tersebut pada masyarakat. Pelaksanaan program dimulai dengan penelusuran kebutuhan terutama
untuk melihat (1) kondisi geografis, demografis, psikografis wilayah sasaran, (2) masalah dan
potensi lokal yang ada guna mengembangkan industri atau usaha kecil berbasis pertanian,
perkebunan, peternakan, perikanan, dan jasa otensial, (3) mengidentifikasi guna kepentingan
kebutuhan pelatihan dan pengembangan (training and development needs assessment).
Penulusuran kebutuhan dilakukan pada tahap awal menggunakan metode Rural Rapid Appraisal
(RRA) sehingga setiap informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cepat dan digunakan
sebagai dasar penyususan program, kegiatan dan alokasi sumber daya (Proposal Pemberdayaan
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
8
Cikotok tahap I, 2010). perencanaan ini dilakukan dengan dua metode yaitu perencanaan
ditingkat internal tim dan perencanaan partisipatif dengan masyarakat. Perencanaan ditingkat
internal tim ChAIN Center UGM seperti contohnya menganalisa program-program yang akan
direalisasikan tanpa melibatkan penerima manfaat ataupun pemda setempat secara langsung.
Selanjutnya perencanaan partisipatif dengan melibatkan masyarakat juga dilakukan oleh tim
ChAIN Center UGM. Perencanaan partisipatif ini penting dilakukan untuk mengetahui potensi
dan kebutuhan apa saja yang ada di masyarakat supaya sesuai dan tepat sasaran. Metode yang
digunakan adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) dan Focus Group Dicussion (FGD)
dengan relawan-relawan dari pihak komunitas lokal.
Dalam hal ini penulis melihat bahwa perencanaan program yang dilakukan telah
melibatkan komunitas lokal dan ditempatkan sebagai stakeholder utama dalam program
community development ini. Penggunaan metode Participatory Rural Appraisal (PRA), Rural
Rapid Appraisal (RRA), dan Focus Group Dicussion (FGD) telah tepat dilakukan dalam
mengetahui dan menganalisa apa yang menjadi kebutuhan, masalah dan potensi yang ada di
komunitas lokal. Dalam ketiga metode tersebut, komunitas lokal disini dapat menunjukkan
bagaimana kehidupan dan kondisi yang mereka alami, dan memberikan masukan dalam
perencanaan program community development kedepannya. Dapat dikatakan proses ini memang
tepat digunakan untuk memberdayakan komunitas lokal dimana RRA dan PRA dapat digunakan
sebagai metode/cara bagi orang luar (outsiders) untuk mengumpulkan informasi pada suatu
daerah tertentu (Chambers, 1996).
Perencanaan yang dilakukan oleh ChAIN Center UGM menggunakan pendekatan
bottom-up dimana masyarakat diajak untuk duduk bersama-sama untuk mendiskusikan hal-hal
yang menjadi kebutuhan dan potensi di komunitas lokal. Penggunaan pendekatan perencanaan
bottom-up tersebut dapat membuat efektivitas dan kesesuaian program community development
dalam lingkup komunitas lokal itu sendiri. Komunitas lokal sudah dilibatkan semenjak tahap
perencanaan program dilakukan yang mengartikan bahwa mereka ditempatkan sebagai subyek
atau pelaku utama yang diberdayakan. Pendekatan ini dilakukan dengan upaya mewujudkan
keberlanjutan di masyarakat dalam jangka panjang. Pendekatan perencanaan bottom-up ini
berkaitan dengan prinsip-prinsip community development bahwa perencanaan program
community development yang dilakukan sudah memenuhi prinsip-prinsip yang ada yaitu pertana,
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
9
partisipasi dalam proses pembuatan keputusan dilakukan secara bebas dan terbuka. Kedua,
metode yang digunakan berupa PRA. RRA, dan FGD dapat menghasilkan informasi akurat
mengenai kebutuhan, masalah, dan potensi di komunitas telah digunakan untuk menilai
komunitas, dan untuk mengidentifikasi isu-isu kritis yang berkembang. Ketiga, kegiatan
transcheck partisipatif juga telah memenuhi prinsip community development tentang perselisihan
penting untuk difokuskan pada isu-isu dan solusi, bukan pada pribadi, kepribadian, dan
kekuasaan politik.
Namun menurut penulis, kekurangan dari perencanaan partisipatif ini adalah tidak semua
komunitas lokal dalam hal ini yang menjadi penerima manfaat dilibatkan dalam perencanaan.
Kemungkinan hal tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan efisiensi waktu dan tenaga dari
pihak ChAIN Center UGM. Menurut YW pihak yang dilibatkan dalam PRA dan FGD adalah
warga yang dibentuk dalam kelompok. Jadi memang beberapa relawan saja yang ikut terlibat
dalam penyusunan perencanaan.
Setelah perencanaan dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah tahap implementasi. Awal
implementasi program community development, ChAIN Center UGM tidak memilih-milih siapa
yang akan menjadi penerima manfaat program dan siapa yang tidak. Ada beberapa serangkaian
kegiatan acara. Kegiatan pelatihan itu sangat beragam, salah duanya adalah pelatihan
kewirausahaan dan koperasi yang sifatnya masih umum. Namun, sejalan dengan berlangsungnya
pelatihan, ChAIN Center UGM menyeleksi para penerima manfaat yang memiliki usaha atau
ingin melakukan usaha. Selanjutnya akan ada tindak lanjut secara intensif bagi masyarakat yang
dinilai tingkat partisipasinya tinggi dalam pertemuan/pelatihan sebelumnya. Begitupun
sebaliknya, jika ada masyarakat yang partisipasinya rendah, maka mereka tidak akan
ditindaklanjuti lebih jauh.
Setelah ada penindakan lebih lanjut terhadap para penerima manfaat, kemudian tim ChAIN
Center UGM melihat perkembangannnya siapa saja masyarakat yang sungguh-sungguh terlibat.
Bagi penerima manfaat yang rutin terlibat, mereka akan mendapatkan pembinaan. Pembinaan
tersebut mencakup pelatihan dan pendampingan khusus terhadap masing-masing penerima
manfaat. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan pada tahap awal adalah pelatihan yang sifatnya
umum. Dalam pelatihan home industry sendiri, misalnya ada pelatihan tentang penambahan
produksi yang sehat, penyuluhan keamanan pangan, dan pelatihan diversifikasi usaha. Dari
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
10
pelatihan diversifikasi usaha, tim ChAIN Center UGM melakukan pelatihan yang tidak berbasis
pada produk yang mereka hasilkan. Pelatihan olahan pisang adalah contohnya. Dalam pelatihan
tersebut, para penerima manfaat yang hadir adalah pelaku usaha yang memproduksi pangsit, ada
yang produksi tempe, dan ada yang produksi lanting. Semua penerima manfaat diundang dalam
kegiatan itu. Begitu juga dalam pelatihan abon dan pelatihan lainnya. Hal ini bertujuan untuk
penguatan kapasitas home industry secara massal. Selain itu, hal ini juga berguna bagi pelaku
usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas mereka dalam diversifikasi produk.
Intensitas pelatihan yang diadakan oleh tim ChAIN Center UGM sifatnya tidak tetap
waktunya, atau dapat dikatakan lebih fleksibel. Hal itu dikarenakan berkaitan dengan kebutuhan
dan juga memperhitungkan kesiapan masyarakat dan kesiapan pembicara. Selain itu juga terkait
hubungannnya dengan tingkat apakah kegiatan mendesak untuk segera dilaksanakan atau tidak.
Kalau kegiatan dianggap tidak terlalu mendesak maka kegiatan tersebut bisa lebih fleksibel lebih
cepat dari perencanaan atau lebih lambat.
Program community development dilakukan dengan beberapa strategi, salah satunya
pemberian bantuan peralatan. Bantuan peralatan dan sarana usaha secara bersamaan diikuti oleh
kegiatan penyadaran, sosialisasi, demo penggunaanya, pelatihan SDM, serta penguatan-
penguatan kelompok kelembagaan. Bantuan-bantuan ini hanya bersifat inisiator dimana setelah
masyarakat mendapatkan manfaat dari program tersebut diharapkan mereka dapat
mengembangkannya secara mandiri. Begitu juga ketika salah seorang penerima manfaat yang
diberikan pelatihan home industry tidak memiliki semangat dan motivasi untuk mengembangkan
pasarnya. Maka ChAIN Center UGM melakukan dorongan-dorongan motivasi dan semangat
serta pembentukan mental yang terus menerus dibangun seiring dengan dorongan pendukung
seperti bantuan alat pengolahan. Selain itu, program community development tidak hanya
diberikan pelatihan dan bantuan fisik saja, namun juga dalam dengan membentuk mindset para
penerima manfaat untuk terus berusaha dengan sumber daya yang ada. Pembentukan mindset
para penerima manfaat juga dilakukan seiring dengan berjalannya pelatihan-pelatihan yang
dilakukan. Hal ini sangat berpengaruh besar karena jika hanya bantuan fisik tanpa perubahan
mindsetnya maka hal itu percuma saja.
Penulis melihat masih terdapat kekurangan yang dilakukan dalam implememntasi program
community development yakni dalam melihat/mengukur keaktifan masyarakat dalam program
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
11
pelatihan ataupun pertemuan rutin yakni dilakukan. Pengukuran tersebut dilakukan dengan cara
tidak diberikannya uang transportasi dalam setiap pertemuan dan pelatihan yang diadakan bagi
penerima manfaat yang hadir. Dampak negatif yang diperhitungkan juga dalam pengadaan dana
transportasi bagi masyarakat yang hadir yakni motivasi mereka ketika hadir bukan terhadap
pelatihan tetapi pada dana transportnya. Terdapat dua argumentasi dimana penulis setuju dan
tidak setuju terhadap strategi tersebut. Di satu sisi memang hal tersebut dapat dijadikan acuan
dalam melihat minat mereka terhadap kegiatan, namun disisi lain peniadaan dana transportasi
juga menghilangkan akses mereka untuk mengikuti pelatihan. Maksud penulis disini bukan untuk
memberikan dana transport pada pelatihan tetapi bagaimana tim ChAIN Center UGM ini juga
memperhatikan aspek aksesibilitas penerima manfaat dalam mengikuti program pelatihan. Hal ini
dikarenakan juga kondisi geografis beberapa desa penerima manfaat yang letaknya berjauhan
antara satu desa dengan yang lainnya. Kemudahan akses tersebut dapat dilakukan dengan adanya
sistem antar jemput di beberapa lokasi titik desa sehingga mereka yang tidak mempunyai dana
transportasi pribadi tetap dapat megikuti pelatihan meskipun rumahnya berada jauh dari tempat
pelatihan berlangsung.
Ketika pelatihan dan pendampingan terdapat komunikasi atau dialog rutin yang dilakukan
antara penerima manfaat dan pendamping lapangan ChAIN Center UGM. Dalam memberikan
bantuan fisik berupa peralatan kepada penerima manfaat, tim ChAIN Center UGM melakukan
komunikasi dengan para penerima manfaat apakah mereka penerima manfaat yang benar-benar
butuh atau tidak. Dialog juga dilakukan untuk menyelesaikan masalah dan memetakan kebutuhan
apa yang dibutuhkan oleh penerima manfaat dalam produksinya. tim ChAIN Center UGM sering
melakukan komunikasi. Biasanya tim akan turun kerumah-rumah penerima manfaat untuk
mengetahui perkembangannya masing-masing. Kegiatan tersebut dilakukan sebulan sekali ke
setiap kampung bertujuan untuk evaluasi. Dengan bantuan pendamping lapangan yang
mengunjungi rumah-rumah penerima manfaat, ChAIN Center UGM dapat mengidentifikasi apa
dan bagaimana saja pengolahan makanan yang harus diperbaiki dan ditingkatkan, apa alat-alat
yang dapat mempermudah kegiatan produksi, dan sebagainya sehingga sesuai dengan
kemampuan/kapasitas mereka untuk mengembangkan usahanya.
Kegiatan komunikasi dua arah antara penerima manfaat dan ChAIN Center UGM dan
dialog secara kontinu yang telah dilakukan dalam implementasi program secara garis besar telah
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
12
memenuhi prinsip-prinsip community development. Pertama, individu dalam hal ini penerima
manfaat memiliki hak untuk didengarkan dalam diskusi terbuka baik itu disetujui atau tidak
disetujui. Hal ini tergambar dari diskusi yang dilakukan dalam mengelola kendala dan masalah
yang terjadi ditingkat individu penerima manfaat seperti kekurangan modal atau bantuan
peralatan fisik. Kedua, dampak positif yang ditimbulkan dalam dari kegiatan komunikasi dua
arah dan dialog tersebut berupa pemahaman akan kebutuhan komunitas lokal dan munculya
persetujuan umum sebagai dasar yang dilakukan untuk komunitas perubahan komunitas. Ketiga,
prinsip community development bahwa dengan hak partisipasi maka muncul tanggung jawab
untuk menghormati satu sama lain dan sudut pandang mereka. Hal tersebut dilakukan dengan
bekerja memfasilitasi proses yang ada sehingga individu merasakan hal positif dari partisipasi
mereka. Keempat, upaya perencanaan partisipatif dengan sebagian komunitas lokal dan
serangkaian kegiatan dalam tahap implementasi juga telah memenuhi prinsip kepercayaan
merupakan esensi dalam efektivitas hubungan kerja dan harus dibangun dalam komunitas.
Ditinjau dari pendekatan community development menurut Prayogo, penulis
mengklasifikasikan implementasi community development menggunakan pendekatan intervensif.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa PT Antam sebagai perusahaan tambang melakukan upaya
intervensi program kepada komunitas lokal di Cikotok karena kepedulian dan komitmennya
untuk membantu permasalahan kemiskinan yang ada disekitar mereka. PT Antam melihat adanya
permasalahan dalam komunitas tersebut yang memerlukan intervensi eksternal untuk membantu
pembangunan setempat. Dalam hal ini Antam telah memiliki komitmen lebih lanjut supaya
membangun legitimasi sosial dari masyarakat dan pemerintah daerah bahwa perusahaan akan dan
diizinkan meninggalkan daerah tersebut dengan turut melakukan pembangunan komunitas lokal.
Tahap selanjutnya adalah tahap monitoring dan evaluasi. Dalam melihat hasil
perkembangan dari program community development, tim ChAIN Center UGM melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap para penerima manfaat. Monitoring kegiatan dilakukan secara
periodik dengan meliputi tiga aspek yaitu (1) penelusuran kegiatan baik dari sisi input, proses,
maupun output; (2) pelaporan tentang kemajuan kegiatan; (3) identifikasi terkait masalah dalam
pengelolaan maupun pelaksanaan kegiatan. Evaluasi dijalankan dilihat dari 2 (dua) aspek, yaitu
evaluasi terhadap proses dan dampak. Evaluasi proses difokuskan pada apa yang telah dilakukan,
bagaimana melakukannya, siapa yang menjadi penerima manfaat, serta respon mereka terhadap
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
13
kegiatan program sedangkan evaluasi dampak berusaha mengungkapkan siapa sebenarnya yang
memperoleh manfaat dari program dan berapa besar manfaatnya; dengan kata lain, sejauh mana
hasil/manfaat (dan dampak) yang diharapkan telah tercapai.
Keseluruhan tahap tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan di
dalam komunitas lokal. Akan tetapi secara khusus tujuan program community development ini
adalah untuk meningkatkan wawasan dan skill, menciptakan inovasi usaha, dan mengembangkan
usaha dalam jangka pendek. Tujuan lainnya adalah untuk menciptakan keberlanjutan dan
kemandirian secara jangka panjang. Dalam perjalanan mencapai tujuan tersebut, terdapat
beberapa kendala yang menghambat seperti kendala pemasaran, mindset masyarakat, PETI,
kefokusan usaha pada home industry, minimnya pengetahuan dan program yang tertunda.
Capaian community development bidang home industry sendiri terfragmentasi hanya mencakup
beberapa penerima manfaat yang terlibat dan berpartisipasi aktif saja dikarenakan kendala dan
faktor-faktor tersebut. Secara umum, penulis melihat bahwa program community development
pasca tambang oleh PT Antam dapat berkelanjutan, sejauh perusahaan dapat meminimalisir
kendala yang ada, penerima manfaat dapat berpartisipasi aktif, memiliki sense of belonging, dan
kesadaran terhadap keberlanjutan bagi mereka sendiri.
Selain menjalankan program community development yang efektif bagi komunitas lokal,
dalam ranah sosiologi penting untuk melihat relasi sosial yang terjalin dalam perusahaan dan
komunitas lokal. Karena dari relasi sosial yang positif antara keduanya, kepentingan masing-
masing pihak dapat terpenuhi. Usaha membangun relasi sosial yang positif dengan komunitas
lokal bukanlah sesuatu yang mudah. Dalam hal ini PT Antam berusaha membangun relasi yang
positif dengan beberapa langkah dan metode, yaitu konsultasi, negosiasi, terlibat, kolaborasi,
pemberdayaan.
Konsultasi adalah tindakan untuk meminta masukan dari pihak yang memiliki kapasitas
dalam isu tertentu serta yang tugas dan fungsinya. Konsultasi dilakukan PT Antam dengan
komunitas lokal, pihak pemerintah daerah setempat, dan kasepuhan sebagai tokoh adat. Pemetaan
sosial mengenai kebutuhan, potensi, dan masalah yang ada di komunitas lokal dikonsultasikan
dengan ketiga pihak tersebut. Selain itu konsultasi dengan pemerintah dilaksanakan melalui
diskusi tentang saran dan masukan program dan rencana kegiatan perusahaan kedepan dengan
melakukan pertemuan dengan fungsi terkait terkait dipemerintah daerah secara berkala.
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
14
Konsultasi dilakukan untuk mendapatkan informasi tepat dalam memahami komunitas dan
menentukan langkah-langkah dalam strategi implementasi community development kedepannya.
Negosiasi adalah tindakan tawar menawar secara kolektif dengan individu ataupun
kelompok. PT Antam dan ChAIN Center UGM juga melakukan negosiasi dengan komunitas
lokal. Keduanya memiliki perbedaan dalam melakukan negosiasi tersebut dimana PT Antam
lebih melakukan negosiasi untuk menyelesaikan konflik atau gejolak yang terjadi di komunitas
lokal sedangkan ChAIN Center UGM lebih menggunakan negosiasi ini untuk strategi dalam
diskusi pemberian bantuan fisik.Negosiasi yang dilakukan oleh PT Antam dilakukan ketika
terjadi perusakan areal tambang di Cikidang dan tuntutan pembangunan infrastruktur jalan yang
rusak. Lain halnya negosiasi dilakukan antara penerima manfaat dan pendamping lapangan
ChAIN Center UGM. Negosiasi dilakukan untuk memberikan bantuan fisik berupa peralatan
kepada penerima manfaat, tim ChAIN Center UGM melakukan diskusi dengan para penerima
manfaat apakah mereka penerima manfaat yang benar-benar butuh atau tidak.
Terlibat adalah dua cara atau multi cara keterlibatan dengan mempelajari segala bidang,
namun stakeholder dan organisasi bertindak secara independen. stakeholder utama dalam
program ini adalah komunitas lokal. Secara umum komunitas lokal telah terlibat semenjak
perencanaan hingga evaluasi meskipun pelibatan itu belum dilakukan secara masif dan luas.
Keterlibatan pemda dalam program community development juga dilakukan semenjak
perencanaan dilakukan. Awal strategi pelibatan komunitas lokal dalam hal ini peneriman
dilakukan dengan meminta data-data sekunder mengenai pelaku usaha kepada kelurahan.
pelibatan pihak desa pada program pemberdayaan dari ChAIN Center UGM. Pihak desa saat itu
selalu memberikan informasi kepada masyarakat ketika ada pemberitahuan dari ChAIN Center
UGM. Ketika itu kepala desa dan masyarakat diundang untuk mengikuti pertemuan dengan pihak
ChAIN Center UGM. Pertemuan tersebut dalam rangka merekrut siapa saja masyarakat yang
ingin bergabung dalam kegiatan perusahaan yang nantinya akan mendapatkan pelatihan rutin.
Kolaborasi adalah tindakan untuk bermitra dengan semua stakeholder terkait berupa joint
learning, pembuatan keputusan, dan tindakan. ketika memasuki pasca tambang, PT Antam
bersama-sama melakukan perencanaan penyelesaian pasca tambang dengan pemerintah
kabupaten setempat yaitu Asda II sebagai ketua dari kegiatan pasca tambang. Dalam melakukan
implementasi community development secara khusus, PT Antam telah melakukan kolaborasi
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
15
dengan ChAIN Center UGM selaku pihak yang melakukan program community development
secara langsung di lapangan. Selain itu, kolaborasi juga dilakukan dengan komunitas lokal
khususnya mereka yang menjadi tenaga pendamping lokal. Tenaga pendamping lokal direkrut
untuk melancarkan implementasi program yang sedang berlangsung. Pendamping lokal ini
sifatnya tidak tetap dan terus berganti orang setiap tahunnya.
Pemberdayaan adalah integrasi stakeholder ke dalam tata kelola, startegi, dan manajemen
operasi. Pemberdayaan ini adalah tingkat tertinggi dari stakeholder engagement yang mana
ditujukan kepada masyarakat atau komunitas lokal yang paling terpengaruh oleh kegiatan
perusahaan. Secara umum, PT Antam telah melakukan pemberdayaan melalui empat topik
utama, yakni (1) penyaluran dan sosialisasi dana Program Kemitraan, (2) penyaluran dan
sosialisasi dana serta program Bina Lingukungan, (3) melakukan diskusi dan masukan untuk
manajemen perusahaan dari para pemangku kepentingan, dan (4) pendampingan sesuai dengan
bidang kerja mitra binaan.
Berdasarkan tingkat stakeholder engagement Arnstein, penulis melihat bahwa implementasi
community development ini termasuk dalam tingkat partnership dimana stakeholder dalam hal ini
komunitas lokal benar-benar memiliki kekuasaan atas tuntutan dan kepentingan mereka.
Komunitas lokal dalam hal ini dapat mempengaruhi langkah implementasi community
development yaitu ketika mereka memiliki kekuasaan dan tanggung jawab dalam perencanaan
dan membuat keputusan, maka program community development akan benar-benar sesuai dengan
kebutuhan dan potensi komunitas lokal. Selain itu, dalam implementasi mereka juga memiliki
kekuasaan atas tuntutan penyelesaian masalah dan kendala yang mereka hadapi. Dalam hal ini
sudah terlihat bahwa stakeholder engagement yang diterapkan sudah mencapai degrees of citizen
power dimana komunitas lokal sebagai stakeholder utama dalam hal ini sudah dapat
menggunakan kekuasaannya dalam pelaksanaan community development yang dijalankan oleh
perusahaan. Ketika hal tersebut sudah tercapai maka dapat dikatakan pula bahwa informing,
consultation, placation sudah dilakukan.
Relasi yang positif, sedikit banyak akan mempengaruhi terhadap partisipasi penerima
manfaat terhadap program. Akan tetapi partisipasi penerima manfaat juga dipengaruhi berbagai
factor dan kendala. Jika dibandingkan, tingkat partisipasi penerima manfaat dengan komunitas
lokal secara luas terhadap program community development ini sangat berbeda yaitu lebih rendah.
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
16
partisipasi komunitas lokal secara umum terhadap program-program pemberdayaan yang
ditawarkan dapat dikatakan relatif rendah. Hal ini terkait dengan sebagian besar sekitar 60%-80%
mata pencaharian masyarakat di sana adalah menambang liar, baik yang dijadikan pekerjaan
utama ataupun pekerjaan sampingan. Hasil pendapatan dari menambang liar jelas lebih tinggi
ketimbang hasil pendapatan dari pertanian, peternakan, dan home industry. Sebaliknya, ada
beberapa penerima manfaat yang berpartisipasi aktif terhadap program. Mereka memiliki
dorongan dan motivasi yang sama untuk terus berpartisipasi aktif dalam mengikuti pelatihan-
pelatihan yang ada, yaitu menambah wawasan pengetahuan, dan keterampilan serta membantu
pengembangan usaha mereka dengan ilmu-ilmu yang baru.
Partisipasi yang dilakukan dalam community development oleh PT Antam ini lebih
menggunakan partisipasi sebagai instrumen atau alat dimana partisipasi dianggap sebagai alat
dalam memajukan atau mencapai tujuan-tujuan pembangunan. Hal ini tergambar dari
pelaksanaan community development bahwa partisipasi dijadikan sebagai alat ukur untuk mencari
calon penerima manfaat atau dengan kata lain menyortir siapa saja komunitas lokal yang
berpartisipasi aktif dibidang pertanian, koperasi, ataupun home industry yang selanjutnya akan
ditindaklanjuti lebih jauh melalui pendampingan dan pengembangan usaha ditingkat individu.
Partisipasi masih terkait dengan pemberdayaan dimana partisipasi masyarakat adalah komponen
penting dalam pembangkitan kemandirian dan proses pemberdayaan. Poin kemandirian ini juga
tertera menjadi isu yang disusun dalam kebijakan community development jangka panjang.
Kesimpulan
PT Antam berkomitmen untuk membuat masyarakat sekitar tambang menjadi lebih mandiri
tanpa keberadaan perusahaan nantinya. Komitmen tersebut diwujudkan dengan dilakukannya
beberapa program CSR yaitu meliputi program kemitraan, program bina lingkungan, program
community development. Community development ini dilakukan dengan melalui beberapa
tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap implementasi, dan tahap monitoring dan evaluasi. Tujuan
utama pelaksanaan community development adalah untuk mencapai kemandirian dan
keberlanjutan dalam jangka panjang, sedangkan tujuan khususnya adalah adalah peningkatan dan
perkembangan usaha mereka; peningkatan pasar; dan peningkatan wawasan dan keterampilan.
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
17
Pendekatan bottom up telah dilakukan dalam tahap perencanaan program commmunity
development. Hal ini tergambar dari dilakukannya perencanaan partisipatif yang mencakup
pemetaan pemangku kepentingan (stakeholder mapping), pengumpulan data-data sekunder,
transcheck partisipatif, dan pemetaan sosial (social mapping). Perencanaan partisipatif tersebut
dilakukan dengan metode studi meja, Rural Rapid Appraisal (RRA), Participatory Rural
Appraisal (PRA) dan Focus Group Dicussion (FGD), dan indepth interview yang dilakukan pada
awal program dengan relawan-relawan dari pihak komunitas lokal.
Dalam tahap implementasi program community development terdapat beberapa serangkaian
kegiatan yang dilakukan diantaranya sosialisasi awal program, pelatihan umum, pendampingan,
fasilitasi pengembangan, mediasi jaringan, bantuan teknis, dukungan sarana dn prasarana,
peningkatan kapasitas, dan motivasional enterpreneurship. Dalam tahap implementasi ini, sudah
terdapat dialog dua arah dan komunikasi rutin antara penerima manfaat baik dengan PT Antam
maupun dengan ChAIN Center UGM. Tahap selanjutnya adalah monitoring dan evaluasi yang
dilakukan secara berkala. Tahap ini juga dilakukan seiring dengan tahap implementasi dan
perencanaan. Tahap monitoring mencakup pada penelusuran kegiatan dan pelaporan kemajuan,
sedangkan tahap evaluasi mencakup penilaian dampak kolektif dan deskripsi keluaran dan hasil.
Selanjutnya PT Antam melakukan strategi dalam membangun relasi dengan komunitas
melalui stakeholder engagement. Dalam pelaksanaannya, PT Antam telah melakukan berbagai
tingkat dan metode stakeholder engagement yang berbeda-beda kepada stakeholder terkait dalam
program community development. Tingkat stakeholder engagement tersebut mencakup kegiatan
konsultasi, negosiasi, terlibat, kolaborasi, dan pemberdayaan. Data temuan penulis
memperlihatkan bahwa PT Antam telah menerapkan lima tingkat stakeholder engagement
tersebut kepada komunitas lokal yang digunakan semenjak tahap awal perencanaan,
implementasi, dan evaluasi berlangsung. Beberapa tingkat dan metode stakeholder engagement
ini juga digunakan untuk mengatasi hambatan dan kendala yang terjadi. Semua tingkat dan
metode stakeholder engagement ini dilakukan bukan lain hanya untuk mencapai keberhasilan
community development dengan membangun relasi yang positif diantara perusahaan dengan para
stakeholder terkait. Dapat dikatakan bahwa relasi positif itu sudah terbangun, digambarkan
dengan dialog yang dilakukan secara kekeluargaan antara penerima manfaat dengan perusahaan
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
18
dan tindakan PT Antam dalam menampung kritik dan saran dari para penerima manfaat yang
kemudian ditindak lanjuti dengan hal yang telah disepakati bersama.
Berdasarkan stakeholder engagement Arnstein, penulis melihat bahwa implementasi
community development ini termasuk dalam tingkat partnership dimana stakeholder dalam hal ini
komunitas lokal memiliki kekuasaan atas tuntutan dan kepentingan mereka. Menurut penulis
design program community development yang lebih tepat digunakan oleh perusahaan untuk
program community development pada tahap pasca tambang adalah program yang sesuai dengan
potensi sumber daya sosial dan ekonomi yang ada dalam komunitas lokal serta membangun
stakeholder engagement di tingkat delegated power. Tingkat delegated power imi menempatkan
perusahaan, pelaksana community development, dan komunitas lokal sebagai kelompok yang
terpisah akan tetapi sejajar dalam memutuskan dan mempertahankan kekuasaan masing-masing.
Dari strategi stakeholder engagement ini maka komunitas lokal dapat memiliki kekuasaan yang
jelas dan juga diajarkan untuk memiliki tanggung jawab atas keberhasilan program.
Terakhir, aspek partisipasi aktif dari komunitas juga menjadi tolak ukur penting dalam
program community development. Karena dengan partisipasi aktif dari berbagai pihak, suatu
program dapat berjalan dengan baik dan lancar. Dalam program community development yang
dilakukan oleh PT Antam, partisipasi digunakan sebagai alat ukur untuk mencari calon penerima
manfaat yang benar-benar memiliki minat tinggi terhadap pelaksanaan program community
development. Dampak positif bagi mereka yang berpartisipasi aktif adalah pengembangan usaha,
peningkatan wawasan dan pengalaman, dan kemandirian dalam jangka panjang. Penjelasan di
atas selaras dengan premis semakin baik kemampuan berpartisipasi seseorang maka akan
semakin banyaknya pengetahuan/keterampilan yang dimilikinya.
Saran
Saran bagi perusahaan adalah kontrak kerjasama dapat dilakukan multi-stage atau dalam
kata lain dilakukan secara langsung tiga atau lima tahap sehingga tujuan jangka panjang dapat
dicapai lebih maksimal dan tidak ada lagi kendala proses kontrak kerja sama yang lama dan
bahkan menghambat kelancaran program itu sendiri. Selain itu perusahaan juga harus lebih
mengetahui dan memahami komunitas lokal dari segi struktur dan kultur sosialnya untuk
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
19
menyusun strategi pasca tambang yang lebih berkelanjutan. Lalu saran bagi ChAIN Center UGM
harus lebih meningkatkan keterlibatan penerima manfaat dalam perencanaan program secara
lebih luas. Perencanaan program yang dimaksud ini bisa dilakukan dengan focus group
discussion (FGD) terhadap penerima manfaat atau adanya sosialisasi program awal yang
mencakup perencanaan menetukan visi misi, tujuan, target waktu dan capaian-capaian sehingga
dari kedua hal tersebut penerima manfaat bisa menyampaikan secara langsung kebutuhan atau
keinginannya serta memperhitungkan aspek aksesibilitas penerima manfaat saat mengikuti
program. Mengingat beberapa penerima manfaat yang terlibat, tinggal dalam suatu desa yang
jaraknya cukup jauh dengan tempat pelatihan berlangsung. Terakhir, saran bagi pemerintah
daerah mulai dari tingkat provinsi, tingkat kabupaten, dan tingkat kecamatan dan tingkat
kelurahan harus bisa bersikap dan bertindak lebih kooperatif dalam mendukung, melancarkan,
dan mensukseskan program community development ini.
Daftar Pustaka
AccountAbility. (2011). AA1000 Stakeholder Engagement Standard 2011: Final Exposure Draft,
from www.accountability.org
Adi, Isbandi Rukminto. (2003). Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas. Jakarta: LP FEUI
Alfitri, (2011). Community Development: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Bethel, U. I. (2012). CSR Stakeholder Engagement and Nigerian Tobacco Manufacturing Sub-
sector. African Journal of Economic and Management Studies, 3(1), 42-63.
doi:http://dx.doi.org/10.1108/20400701211197276
Chambers, Blackburn (1996). The power of participation: PRA and policy. IDS Policy Briefings,
Institute of Development Studies , University of Sussex, Brighton.
Charles Handy, (2002, December). “What’s a Business For?”, Harvard Business Review
Creswell, John W. (2003). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Method
Approach, Second Ed., California: Sage Publications.
Digby, C. (2012). Mine Closure Through the 21st Century Looking Glass. Perth: Australian
Center for Geomechanics, p 33-38. from pdf
http://www.acg.uwa.edu.au/__data/page/2139/04_Digby_v3.pdf
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
20
Haridjaja, Oteng., Wiwik Dwi Haryanti, Rina Oktaviani. (2011). Perencanaan Pengelolaan
Sumberdaya Lahan Yang Terkena Dampak Penggunaan Lahan Untuk Penambangan
Kapur. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 16 No. 1, hal. 35-42
Jenkins, Heledd and Louise Obara. (2008). Corporate Social Responsibility (CSR) In The Mining
Industry – Risk of Community Depedency. Submitted Paper on CRRC 2008 in Queen’s
University Belfast
Kalangit, Holy. (2009 Februari). “Konsep Corporate Social Responsibility, Pengaturan dan
Pelaksanaannya di Indonesia”.
Lawrence, Anne T., James Weber, and James E. Post, (2005) Business and Society: Stakeholders,
Ethics, Public Policy. New York: McGraw-Hill.
Mària, J. F., SJ, & Devuyst, E. (2011). CSR and Development: A Mining Company in Africa.
The Journal of Management Development, 30(10), 955-967.
doi:http://dx.doi.org/10.1108/02621711111182475
Mehrdost, H. (2012). Strategies to Promote Social Responsibility in Cultural Organizations (case
study: Social and Cultural Department of Tehran Municipality, district 8). International
Journal of Business and Social Science, 3(6) from
http://search.proquest.com/docview/924460610?accountid=17242
Mikkelsen, Britha. (1999). Metode Penelitian Partisipatoris Dan Upaya-Upaya Pemberdayaan:
Sebuah Buku Pegangan Bagi Praktisi Lapangan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Neumann, Lawrence W. (2006).“Social Research Method”, sixth ed., US of America: Pearson
Education.
Phillips, Rhonda and Robert H. Pittman. (2009). An Introduction to Community Development.
New York: Routledge.
Prayogo, Dody. (2011). Socially Responsible Corporation : Peta Masalah Tanggung Jawab
Sosial dan Pembangunan Komunitas Pada Industri Tambang dan Migas. Jakarta: UI
Press.
Prayogo, Dody. (2008). Konflik Antara Korporasi Dengan Komunitas Lokal : Sebuah Kasus
Empirik Pada Industri Geotermal di Jawa Barat. Depok: Fisip UI Press
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014
21
Prayogo, Dody dan Yosef Hilarius. (2012). Efektivitas Program CSR/CD dalam Pengentasan
Kemiskinan; Studi Peran Perusahaan Geotermal di Jawa Barat. Jurnal Sosiologi
Masyarakat Vol. 17 No. 1, hal 1-22
Prijono, Onnys dan A.M.W. Pranarka. (1996). Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan, Dan
Implementasi. Jakarta: CSIS
Rosyida, Isma dan Fredian Tonny Nasdian. (2011) Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder
Dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility dan Dampaknya
Terhadap Komunitas Pedesaan. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi
Manusia Vol 05 No. 1, hal 51-70
Soetomo. (1990). Pembangunan Masyarakat: Beberapa Tinjauan Kasus. Yogyakarta: Liberty
United Nation. (n.d) Report of the World Commission on Environment and Development: Our
Common Future. July, 03 2014 From http://www.un-documents.net/wced-ocf.htm
World Bank and International Finance Corporation. (2002) It’s Not Over When It’s Over: Mine
Closure Around the World, Washington DC: Author
Yakovleva, Natalia. (2005). Corporate Social Responsibility in the Mining Industries”. England:
Ashgate Publishing Limited
Implementasi corporate social ..., Ulva Miftakhul Jannah, FISIP UI, 2014