Upload
dessyana-paulus
View
75
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Computerized Tomografi Scanning (CT Scan)
Computerized Tomografi Scanning (CT Scan) adalah pemeriksaan radiologi dari irisan tubuh
secara Computerized. Prinsip utama CT-Scan adalah Tomografi yaitu, pemotretan dari suatu
irisan tubuh dengan mengaburkan gambaran di atas maupun dibawahnya. Kelemahan
Tomografi adalah kekaburan bayangan di sekitar objek, sehingga kontras dan detail
gambaran menjadi tidak optimal. Dengan adanya CT-Scan keadaan ini dapat diatasi. CT-
Scan merupakan suatu teknik pemeriksaan secara radiologi dengan sistem pengambilan
gambar dari suatu objek yang diperiksa secara crossectional. Dimana berkas X-Ray mengitari
objek. Sinar X yang teratenuasi setelah menembus objek diteruskan ke detektor. Oleh photo
multiplayer tube (PMT) sinar X diubah menjadi signal-signal elektron. Yang kemudian
diperkuat oles DAS (Data Aquastion System) signal-signal listrik tersebut diubah menjadi
data digital. Data inilah yang kemudian menjadi informasi di komputer dan secara
matematika direkonstruksi. Hasil rekonstruksi akan ditampilkan dalam layar monitor berupa
irisan-irisan dari objek dalam bentuk Grey Scale Images, yaitu skala dari hitam ke putih.
Sumber X-Ray :
CT-Scan menggunakan 2 tipe X-Ray, tipe yang sederhana yaitu X-Ray Tube menggunakan
Fixed Anode, ukuran fokus antara 2-16mm. Pada tipe tube ini jumlah pembangkitan yang
kecil dalam menahan panas. Tipe yang banyak digunakan adalah X-Ray tube Rotating
Anode. Tipe ini dapat menghasilkan pembangkitan foto lebih banyak karena memiliki
kemampuan menahan panas yang sangat pesat.
Detektor :
Foto-foto X-Ray dikumpulkan oleh berbagai jenis detektor radiasi. Parameter yang
dipertimbangkan dalam memilih detektor untuk CT-Scan adalah Efisiensi, respon time,
Linierity, Tipe-tipe detektor yang dapat digunakan untuk CT-Scan dibagi 2 yaitu :
1. Detector Scientilasi
Kristal Scientilasi yang digunakan berfungsi menghasilkan kilatan-kilatan cahaya dari
foton-foton yang diserap. Cahaya tersebut kemudian dirubah ke dalam bentuk signal-
signal listrik. Detektor Scientilasi mempunyai kemampuan deteksi yang tinggi.
Amplitudo Signal output yang besar dan kecepatan yang sangat tinggi. Tipe dari
sistem detektor Scientilasi yang biasa digunakan untuk CT-Scan ada 2 tipe, yaitu :
Detector kristal Scientilasi dengan Photo Multiplier dan Detector Kristal dengan
Photo Diode.
2. Detector Ionisasi Gas
Beberapa sistem CT-Scan ada yang menggunakan detector ionisasi gas untuk
meningkatkan efisisensi detector, gas xenon diberi tekanan udara setinggi 20 atm
terdiri dari lempengan tungsten, yang bertindak sebagai anode untuk elektron-elektron
dan ionisasi chamber. Keuntungannya dapat menghasilkan resolusi spatial yang tinggi
dan sederhana, sedangkan kekurangannya adalah walaupun diberi tekanan udara
sangat tinggi tetap memiliki kemampuan deteksi yang rendah.
Perkembangan Generasi CT-Scan :
Berdasarkan kemajuan teknolohgi yang pesat CT-Scan mengalami perkembangan sebagai
berikut :
1. CT-Scan generasi pertama.
Pada CT-Scan generasi pertama digunakan berkas sinar X tipis tunggal ( pensil beam)
dengan jumlah detektor 1-2 detektor. Waktu yang dibutuhkan 4-5 menit untuk sekali
slice. Tube dan detektor berputar 180º.
2. CT-Scan generasi kedua.
CT-Scan generasi kedua mengalami peningkatan yang sangat baik. Berkas sinar X
yang digunakan berupa Fan Beam dengan jumlah 30 detektor atau lebih. Waktu
scanning lebih pendek dengan sekitar 15 detik per slice atau 10 menit untuk
pemeriksaan sampai dengan 40 slice.
3. CT-Scan generasi ketiga
Pada generasi ketiga memasukkan lebih dari 960 detektor berlawanan dengan X-Ray
tube yang bersama-sama berotasi mengelilingi pasien dengan sudut 360º untuk
membuat satu slice data. Waktu scanning berkurang secara signifikan yaitu 1 detik
untuk scanner generasi ketiga yang modern dapat digunakan untuk pemeriksaan full
body scanning.
4. CT-Scan generasi keempat
CT-Scan generasi keempat dikembangkan pada tahun 1980 dan memiliki Fixed Ring
sebanyak 4800 detektor. X-Ray tube berotasi 360 º selama pengumpulan data, rotating
anoda X-Ray tube memberikan waktu scanning lebih pendek yaitu dibawah 1 menit
untuk beberapa slice.
5. Elektron Beam CT-Scan
Pada generasi ini X-Ray tube bergerak mengelilingi pasien, dan sinar elektron
difokuskan pleh elektronmagnetif coil ke focal spot pada tungsten ring. Tidak ada
pergerakan sehingga pada saat ekspose bisa menghasilkan 50 MS per slice. (Daniel
Cartwiguna, ST, MM, M.ACC, 2006)
6. Helical CT-Scan
Pada awal tahun 1990 tipe baru dari scanner dikembangkan yaitu volume (helical atau
spiral) scanner yang menggunakan sistem slip ring.dengan sistem ini, pasien bergerak
perlahan secara terus menerus tanp[a berhenti melewati aperture gantry selama
perputaran 360 º dari X-Ray tube dan detektor. Dengan cara ini volume jaringan
diperiksa dan data dikumpulkan sehingga dapat menghasilkan gambaran 3 dimensi
(Bontranger, L Kenneth, 2001)
7. Multi Slice CT-Scan
CT-Scan generasi ketiga dan keempat dikembangkan sebelum tahun 1992 yang betul-
betul mempertimbangkan single slice scanner dapat menghasilkan gambaran 1 slice.
Pada tahun 1998, 4 pengusaha pabrik CT mengumumkan multi slice scanner yang
mampu mebuat gambaran 4 slice sekaligus. Kecepatan gambaran adalah keuntungam
potensial dari pencitraan multi slice CT. Terutama ketika pergerakan pasien adalah
sebagai faktor pembatas keuntungan kedua yang berhubungan dengan kecepatan
gambaran yaitu kemampuan untuk mendapatkan slice yang tipis dengan cepat dalam
jumlah yang banyak. (Bontranger, L Kenneth, 2001)
8. Dual Source CT-Scan
DSCT ini dipublikasikan pada tahun 2005, keunggulan dual Source CT, terletak pada
dua unit X-Ray serta 2 unit detektor yang bekerja secara bersamaan. Pada single soft
scanner, satu irisan pencitraan dihasilkan setelah perputaran alat 180º. Namun pada
DSCT dengan dua rantai penggambaran yang saling tegak lurus DPT dihasilkan
informasi yang sama dalam putaran 90º hal tersebut menghasilkan resolusi temporal 2
kali lebih cepat, tenaga 2 kali lipat, serta menghasilkan dosis radiasi yang lebih kecil.
(DR. Nina I.S.H Supit, SP,RAD,2008).
Komponen CT-Scan :
Menurut Vinita Meryl (1986), komponen-komponen besar pada CT-Scan terdiri dari
komputer, Gantry, dan Table.
1. Komputer
Komputer adalah suatu bingkai dan fasilitas yang bekerja secara elektronis untuk
melaksanakan suatu pekerjaan secar cermat dengan kecepatan tinggi yang bekerja
berdasrkan instruksi yang terdapat dalam memori. Fungsi komputer pada CT-Scan
adalah mengumpulkan data, menampilkan gambar, menyiapkan gambar, menyimpan
gambar dan melakukan scan. Dilengkapi dengan DAS, Software 3D dan Multiplanner
rekonstruksi (MPR). Bentuk penyimpanan memori berupa magnetic tape, cassette
tape, dan optical disk. Magnetic tape yang umum dipakai dengan penyimpanan 250
memori gambar. Cassette tape dapat menyimpan 2000 memori gambar dan optical
disk dapat menyimpan hingga 9000 memori gambar. Saat ini yang banyak digunakan
ialah kombinasi magnetic tape dan optical disk yaitu, Magnetic Optical Disk.
2. Gantry
Gantry merupakan “rumah” dari tabung sinar-X berfungsi sebagai pembangkit sinar X
dengan kapasitas 2,1 juta HU (Housfield Unit) dengan tolerasi 4-5 juta HU,
dilengkapi dengan detektor dan kolimator, gantry dapat diatur kemiringannya antara -
30º sampai +30º. Kemiringan gantry diatur oleh system pengendali sudut.
3. Meja Pemeriksaan / Table
Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk mengatur posisi pasien dalam
pemeriksaan. Meja digerakkan secara otomatis oleh komputer pada saat pemeriksaan
berlangsung yang dapat digerakkan maju, mundur, keatas, dan kebawah. Meja terbuat
dari bahan karbon komposite rendah. Hal ini untuk menghindari artefak.
4. Artefak gambaran CT-Scan
Adapun artefak-artefak yang terdapat pada gambaran CT-Scan adalah sebagai berikut:
a. Streak Artefak
Berbentuk garis-garis vertical yang disebabkan tidak adanya keseimbangan antara
scanning permulaan atau awal dengan scanning akhir.
b. Beam Hardening Artefak
Berbentuk garis yang disebabkan perubahan komposisi spectrum sinar X akibat
adanya Nutrial yang lebih padat.
c. Partial Volume Artefak
Artefak yang terbentuk pada daerah anatara kedua OS petrosum, disebabkan tidak
adanya korelasi yang tepat antara attenuasi dan absorpsi pada fokel yang tidak
homogen.
d. Noise
Bukan merupakan artefak yang sebenarnya, tetapi menggambarkan penurunan
resolusi dari suatu gambaran CT-Scan akibat ketidaktepatan penentuan CT
number. Noise dapat terjadi akibat posisi yang tidak tepat, adanya penghalang
radiasi optimal untuk mencapai detektor.
e. Shading/bayangan
Perubahan progresif dari densitas suatu bagian dengan bagian dengan bagian yang
lainnya pada suatu gambar. Penyebabnya respon detektor yang tidak sinkron dan
penurunan spektrum energi sinar X.
f. Moire Pattern
Berbentuk garis Radler halus yang biasanya ditemukan di dekat tulang padat.
g. Ring Artefak
Berbentuk cincin, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya keseimbangan
antara detektor yang berputar dengan tabung sinar-X.