Upload
almiramadina
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
CONGENITAL ANOMALIES
Congenital Anomalies (Kelainan Kongenital) adalah kerusakan morfologis
yang ada pada saat lahir, namun beberapa kelainan tidak muncul secara nyata sampai
beberapa tahun kemudian, misalnya kelainan jantung atau kelainan ginjal. Kelainan
kongenital merupakan penyebab umum kematian bayi di tahun pertama.
A. Terminologi Kelainan Kongenital
Terdapat beberapa istilah pada kesalahan morfogenesis, yaitu:
1. Malformasi
Malformasi menunjukkan kesalahan primer morfogenesis, dimana terdapat
perkembangan abnormal secara intrinsik. Malformasi bukan disebabkan adanya
kerusakan satu gen tunggal, tapi biasanya multifaktorial. Contohnya adalah kelainan
jantung kongenital dan anencephaly (tidak adanya otak).
2. Disrupsi
Disrupsi dihasilkan dari destruksi sekunder organ atau region tubuh yang
tadinya normal pada perkembangannya. Disruspi disebabkan adanya gangguan
morfogenesis ekstrinsik, misalnya adalah amniotic bands, yaitu kondisi dimana
rupturnya amnion membentuk balutan yang mengkompresi atau menempel di bagian
tertentu pada fetus. Disrupsi tidak diturunkan secara genetik dan tidak berhubungan
dengan risiko akan terjadi kembali pada kehamilan selanjutnya.
3. Deformasi
Deformasi disebabkan karena gangguan perkembangan ekstrinsik.
Pathogenesis dari deformasi adalah adanya kompresi lokal atau general pada fetus
yang sedang tumbuh oleh tenaga biomekanik abnormal, yang menyebabkan
abnormalitas struktural yang bervariasi. Yang paling umum adalah paksaan uterus
(uterine constraint). Pada kehamilan antara minggu ke 35 dan minggu ke 38, ukuran
fetus yang semakin besar menekan pertumbuhan uterus, dan jumlah cairan amnion
berkurang. Terjadilah paksaan uterus. Jika terdapat kelainan pada uterus ibu, maka
dapat terjadi deformasi. Contohnya adalah clubfeet.
4. Sekuens
Sekuens adalah kaskade anomaly yang dipicu oleh satu aberasi abnormal.
Contohnya adalah sekuens oligohydramnios. Oligohydramnios dapat disebabkan oleh
abnormalitas yang bervariasi, misalnya adanya renal agenesis (tidak terbentuk), atau
adanya bocor cairan amnion, dan sebagainya. Hal ini lalu menyebabkan beberapa hal,
misalnya flattened facies, abnormalitas posisi tangan dan kaki, dislokasi panggul, dan
kompresi pertumbuhan paru-paru.
5. Sindrom
Sindrom adalah konstelasi kelainan kongenital, yang tidak bisa dijelaskan
penyebab awalnya. Biasanya disebabkan oleh agen etiologis tunggal, misalnya infeksi
virus atau abnormalitas kromosom.
B. Klasifikasi Kelainan Kongenital
Klasifikasi kelainan kongenital dibedakan berdasarkan dua hal, yaitu:
1. Berdasarkan Kerusakan Fungsi, dibedakan menjadi dua, yaitu:
Minor anomalies, yaitu kelainan anatomi tanpa mengubah fungsi organ
tersebut. Contohnya, jari telunjuk yang panjangnya melebihi jari tengah.
Major anomalies, yaitu kelainan anatomi yang mengakibatkan berubahnya
fungsi organ tersebut. Contohnya adalah bibr sumbing, atau tidak adanya
langit-langit mulut
2. Berdasarkan Jumlah Kerusakan, dibedakan menjadi dua, yaitu:
Single Primary Defect, dimana kelainan dikelompokkan sesuai dengan
kesalahan morfogenesisnya, dan dapat mengakibatkan kelainan struktural.
Meliputi malformasi, deformasi, dan disrupsi.
Multiple Malformation Syndrome, yaitu kelainan yang diakibatkan satu
atau lebih kebanormalan pada perkembangan sistem organ. Disebabkan oleh
kelainan kromosom dan teratogen.
C. Terminologi pada Organ
Agenesis: tidak adanya organ karena tidak terdapat primordiumnya
Aplasia: tidak adanya organ karena primordium yang gagal tumbuh
Atresia: tidak adanya bukaan, yaitu pada organ yang berupa saluran, misalnya
pada trakea dan usus.
Hipoplasia: perkembangan yang tidak sempurna, dimana terdapat penurunan
jumlah sel
Hyperplasia: perkembangan berlebihan karena jumlah selnya bertambah
Hipertrofi: perkembangan berlebihan karena ukuran sel membesar
Hipotrofi: ukuran kecil karena ukuran selnya mengecil
Dysplasia: organisasi yang abnormal
D. Penyebab Kelainan Kongenital
Penyebab kelainan sebagian besar tidak diketahui, namun yang telah diketahui
dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Faktor Genetik, dibedakan menjadi dua, yaitu:
Aberasi kromosom (10-15 %)
Mendelian inheritance (2-10 %)
2. Faktor Lingkungan, dibagi lagi menjadi:
Infeksi maternal atau plasental (misalnya Rubella, toxoplasmosis, syphilis,
cytomegalovirus, human immunodeficiency virus (HIV)) (2-3 %)
Kondisi penyakit maternal (misalnya Diabetes, phenylketonuria,
endocrinopathies) (6-8 %)
Obat-obatan dan zat kimia (misalnya alkohol, asam folat antagonis,
androgen, phenytoin, thalidomide, warfarin) (1 %)
Irradiasi (1 %)
3. Multifaktorial, yaitu adanya polimorfisme genetik ganda yang diturunkan.
(20-25 %)
4. Penyebab lainnya tidak diketahui (40-60 %)
E. Manajemen Kelainan Kongenital
Untuk pencegahan, dapat dilakukan screening kehamilan, dan pencegahan
kehamilan yang berisiko tinggi (misalnya kehamilan di atas usia 35 tahun).
Sedangkan untuk pengobatan, tidak dapat dilakukan secara sempurna. Untuk
membantu pematangan fungsi seksual sekunder, dapat dilakukan terapi hormon,
walaupun penderita kelainan kongenital biasanya akan tetap infertil. Untuk
membantu menghilangkan rasa sakit atas kelainan fungsi organ, dapat diberikan
pengobatan yang simptomatik, namun tidak dapat memperbaiki organnya.
PATOMEKANISME
Mrs. Laura 37 th G2P1A0Faktor Risiko:
- Usia ibu > 35 tahun
- Tidak pernah tes
TORCH, down
syndrome
Infeksi Toxoplasma
Menembus barrier plasenta