20
BAB I PENDAHULUAN LANDASAN TEORI Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. (Farmakope Indonesia IV : 6) Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, emulsi digolongkan menjadi dua macam, yaitu : Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (Minyak dalam Air), adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal. Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau A/M (Air dalam Minyak), adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal. Pemerian

Contoh Formula

Embed Size (px)

DESCRIPTION

deeeett

Citation preview

Page 1: Contoh Formula

BAB I

PENDAHULUAN

LANDASAN TEORI

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut

atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan

untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai

emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.

Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak

dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam

air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan

estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. (Farmakope Indonesia

IV : 6)

Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, emulsi

digolongkan menjadi dua macam, yaitu :

Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (Minyak dalam Air), adalah emulsi yang terdiri

dari butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal

dan air sebagai fase eksternal.

Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau A/M (Air dalam Minyak), adalah emulsi yang terdiri

dari butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal dan

minyak sebagai fase eksternal.

Pemerian

Spermaceti / Cetaceum (Farmakope Indonesia III : 141)

Masa hablur, bening, licin, putih mutiara, memiliki bau dan rasa yang lemah.

Titik Lebur : 42○ – 50○ C

Fungsi : Zat Tambahan

White Wax / Cera Alba (Hand Book of Pharmaceutical Excipient : 187)

Padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis, bau khas

lemah dan bebas bau tengik.

Titik Lebur : 62○ – 65○ C

Fungsi : Penstabil

Sodium Borate / Borax (Hand Book of Pharmaceutical Excipient : 669)

Putih, kristal keras, granul atau serbuk kristal.

Page 2: Contoh Formula

Titik Lebur : 75○ C

Fungsi : Antimikroba, Emulsi Agent

Stronger Rose Water

Bening, bau khas, encer.

Fungsi : Zat tambahan, Pewangi

Purified Water / Aqua Destilata (Farmakope Indonesia III : 96)

Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak punya rasa.

Rose Oil / Minyak Mawar (Farmakope Indonesia III : 459)

Tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25○ C

kental, jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika

dipanaskan mudah melebur.

Fungsi : Pengaroma

Stearyl Alcohol / Cetostearyl Alcohol (Hand Book of Pharmaceutical Excipient : 151)

Putih atau hampir putih atau granul, larut dalam etanol.

Titik Lebur : 57○ – 60○ C

Fungsi : Pelembut

Sorbitan Monooleate / Span 80 (Hand Book of Pharmaceutical Excipient : 714)

Seperti krim atau cairan atau padatan yang berwarna dengan bau dan rasa yang berbeda.

Titik Beku : -12○ C

Fungsi : Nonionik Surfaktan, Suspending Agent, Emulgator

Sorbitol Solution 70% (British Pharmakope Vol.I: 1331)

Jernih, tidak berwarna, cairan seperti sirup, dapat dicampur dengan air, gliserol 85% dan

dengan propilen glikol, larut dalam alkohol.

Titik Lebur : 110○ – 112○ C

Fungsi : Pemanis

Polysorbate 80 / Tween 80 (Farmakope Indonesia III : 509)

Cairan kental seperti minyak, jernih, kuning, bau asam lemak khas.

Fungsi : Zat tambahan

Methyl Paraben / Nipagin (Farmakope Indonesia III : 378)

Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak punya rasa, agak membakar diikuti

rasa tebal.

Titik Lebur : 125○ – 128○ C

Fungsi : Zat Pengawet

Page 3: Contoh Formula

Propyl Paraben / Nipasol (Farmakope Indonesia III : 535)

Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.

Titik Lebur : 95○ – 98○ C

Fungsi : Zat Pengawet

Coconut Oil / Minyak Kelapa (British Pharmakope Vol.I: 403)

Putih, berbau kelapa, mudah larut dalam alkohol 96%, sedikit larut dalam temperatur rendah.

Titik Lebur : 23○ – 26○ C

Fungsi : Pelembut

Stearic Acid / Asam Stearat (Farmakope Indonesia III : 57)

Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur, putih atau kuning pucat mirip lemak

lilin.

Titik Lebur : Tidak kurang dari 54○ C

Fungsi : Emulsi Agent

Cetyl Alcohol (Hand Book of Pharmaceutical Excipient : 155)

Putih, granul, bau yang khas.

Titik Lebur : 45○ C sampai 52○ C

Fungsi : Emulgator, Pengental

Gliserin / Gliserol (Farmakope Indonesia III : 271)

Cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat.

Fungsi : Antimikroba

Potassium Hidroxide / Kalium Hidroksida (Hand Book of Pharmaceutical Excipient : 61)

Massa berbentuk batang atau bongkahan, putih, sangat mudah meleleh.

Fungsi : Anticaking

LATAR BELAKANG

Adapun dibuatnya sediaan krim ini karena mudah menyebar rata, praktis, lebih mudah

dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe m/a ( minyak dalam air ), cara kerja

langsung pada jaringan setempat, tidak lengket, terutama pada tipe m/a ( minyak dalam air ),

bahan untuk pemakaian topical jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun sehingga

pengaruh aborpsi biasanya tidak diketahui pasien, aman digunakan dewasa maupun anak –

anak, memberikan rasa dingin, terutama pada tipe a/m ( air dalam minyak ), bisa digunakan

untuk mencegah lecet pada lipatan kulit terutama pada bayi, pada fase a/m ( air dalam minyak

) karena kadar lemaknya cukup tinggi, bisa digunakan untuk kosmetik, misalnya mascara,

krim mata, krim kuku, dan deodorant, bisa meningkatkan rasa lembut dan lentur pada kulit,

tetapi tidak menyebabkan kulit berminyak.

Page 4: Contoh Formula

Namun di samping kelebihan tersebut, ada kekurangan di antaranya yaitu mudah kering dan

mudah rusak khususnya tipe a/m ( air dalam minyak )

karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan

perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau

pencampuran 2 tipe crem jika zat pengemulsinya tidak tersatuka, .susah dalam

pembuatannya, karena pembuatan cream mesti dalam keadaan panas, mudah lengket,

terutama tipe a/m ( air dalam minyak ), gampang pecah, disebabkan dalam pembuatan

formulanya tidak pas, pembuatannya harus secara aseptik.

BAB II

BAHAN, PERHITUNGAN BAHAN DAN CARA KERJA

FORMULA V

Bahan

Cream Base W/O

Oleaginous Phase

Spermaceti 12,5 %

White Wax 12,0 %

Coconut Oil 55,58 %

Aqueous Phase

Sodium Borate 0,5 %

Stronger Rose Water 2,5 %

Purified Water 16,5 %

Aromatic

Rose Oil 0,02 %

m.f 50 g

Perhitungan Bahan

Spermaceti : 12,5/100 x 50 = 6,25 g

White Wax : 12,0/100 x 50 = 6 g

Coconut Oil : 55,58/100 x 50 = 27,79 g = 27,8 g

Sodium Borate : 0,5/100 x 50 = 0,25 g = 250 mg

Stronger Rose Water : 2,5/100 x 50 = 1,25 g

Purified Water : 16,5/100 x 50 = 8,25 g

BJ air = 1 g/ml

Page 5: Contoh Formula

Volume= Massa/BJ =(8,25 g)/(1 g/ml)=8,25 ml

Rose Oil : 0,02/100 x 50 = 0,01 g = 10 mg ≈ 50 mg

Cara Kerja

Siapkan alat dan bahan, timbang sesuai kebutuhan

Lelehkan Spermaceti dan White Wax di penangas air

Tambahkan Coconut Oil dan teruskan pemanasan sampai 70○ C

Larutkan Sodium Borate dalam Purified Water dan Stronger Rose Water, dihangatkan

samapai 75○ C

Secara bertahap tambahkan fase air ke fase minyak dengan pengadukan

Dinginkan hingga 45○ C dengan pengadukan dan tambahkan Rose Oil

FORMULA VI

Bahan

Cream Base O/W

Oleagenous Phase

Stearyl Alcohol 15 %

White Wax 8 %

Sorbitan Monooleate 1,25 %

Aqueous Phase

Sorbitol Solution 70 % 7,5 %

Polysorbate 80 3,75 %

Methyl Paraben 0,025 %

Propyl Paraben 0,015 %

Purified Water qs ad 100 %

m.f 50 g

2.2.2 Perhitungan Bahan

- Stearyl Alcohol : 15/100 x 50 = 7,5 g

White Wax : 8/100 x 50 = 4 g

- Sorbitan Monooleate : 1,25/100 x 50 = 0,625 g = 625 mg

- Sorbitol Solution 70 % : 7,5/100 x 50 = 3,75 g

- Polysorbate 80 : 3,75/100 x 50 = 1,875 g

- Methyl Paraben : 0,025/100 x 50= 0,0125 g = 12,5 mg ≈ 50 mg

- Propyl Paraben : 0,015/100 x 50 = 0,0075 g = 7,5 mg ≈ 50 mg

Page 6: Contoh Formula

- Purified Water : 50 – (7,5 + 4 + 0,625 + 3,75 + 1,875 +

0,0125 + 0,0075) = 32,23 g

BJ air = 1 g/ml

Volume= Massa/BJ =(32,23 g)/(1 g/ml)=32,23 ml

Cara Kerja

Siapkan alat dan bahan, timbang bahan sesuai kebutuhan

Panaskan fase minyak dan fase air hingga 70○ C

Tambahkan fase minyak dengan perlahan ke fase air dengan pengadukan untuk membentuk

emulsi minyak mentah

Dinginkan sekitar 55○ C dan homogenkan

Dinginkan dengan pengadukan hingga mengental

2.3 FORMULA VII

2.3.1 Bahan

Cream Base O/W

Oleagenous Phase

Stearic Acid 13 %

Stearyl Alcohol 1%

Cetyl Alcohol 1%

Aqueous Phase

Glycerine 10%

Methyl Paraben 0,1%

Propyl Paraben 0,05%

Potassium Hidroxide 0,9%

Purified Water qs ad 100%

m.f 50 g

2.3.2 Perhitungan Bahan

Stearic Acid : 13/100 x 50 = 6,5 g

Stearyl Alcohol : 1/100 x 50 = 0,5 g = 500 mg

Cetyl Alcohol : 1/100 x 50 = 0,5 g = 500 mg

Glycerine : 10/100 x 50 = 5 g

Methyl Paraben : 0,1/100 x 50 = 0,05 g = 50 mg

Propyl Paraben : 0,05/100 x 50 = 0,025 g = 25 mg

Potassium Hidroxide : 0,9/100 x 50 = 0,45 g = 450 mg

Purified Water : 50 – (6,5 + 0,5 + 0,5 + 5 + 0,05 + 0,025

Page 7: Contoh Formula

+ 0,45) = 36,975 g

BJ air = 1 g/ml

Volume= Massa/BJ=(36,975 g)/(1 g/ml)=36,975 ml

2.3.3 Cara Kerja

Siapkan alat dan bahan, timbang bahan sesuai kebutuhan

Panaskan fase minyak dan fase air sekitar 65○ C

Tambahkan fase minyak dengan perlahan ke fase air dengan pengadukan untuk membentuk

emulsi minyak mentah

Dinginkan sekitar 50○ C dan homogenkan

Dinginkan dengan pengadukan hingga mengental

BAB III

PEMBAHASAN DAN HASIL KERJA

3.1 PEMBAHASAN

Rose Oil / Minyak Mawar dimasukkan pada saat temperatur rendah sekitar 45○ C, ini

dilakukan untuk memungkinkan terjadinya kehilangan aroma karena penguapan saat

pembuatan. (Modern Pharmaceutical : 309)

Surfaktan atau Emulsi Agent yang terdapat pada Formula V dan Formula VI yaitu Sodium

Borate, Stearyl Alcohol, Sorbitan Monooleate, dan Polysorbate 80.

Bobot Jenis (BJ) minyak mawar adalah 0,848 sampai 0,863, penetapan dilakukan pada suhu

30○ C dan air akan ditetapkan pada suhu 15○ C. (Farmakope Indonesia III : 459)

3.2 HASIL KERJA

3.2.1 FORMULA V

Bobot pot kosong : 7,5 g

Bobot pot + isi : 51 g

Bobot isi : 51 – 7,5 = 43,5 g

Bobot penyusutan : 50 – 43,5 = 6,5 g

Persentase bobot penyusutan : 6,5/50 x 100 % = 13 %

3.2.2 FORMULA VI

Bobot pot kosong : 10,5 g

Bobot pot + isi : 53 g

Bobot isi : 53 – 10,5 = 42,5 g

Page 8: Contoh Formula

Bobot penyusutan : 50 – 42,5 = 7,5 g

Persentase bobot penyusutan : 7,5/50 x 100 % = 15 %

3.2.3 FORMULA VII

Bobot pot kosong : 9,3 g

Bobot pot + isi : 54,5 g

Bobot isi : 54,5 – 9,3 = 45,2 g

Bobot penyusutan : 50 – 45,2 = 4,8 g

Persentase bobot penyusutan : 4,8/50 x 100 % = 9,6 %

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN

Dari hasil praktikum di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi bobot penyusutan pada saat

pengerjaan, hal itu terjadi karena pada saat proses peleburan terjadi penguapan yang

berlebihan, bahan yang masih melekat pada cawan uap pada saat proses peleburan serta

cream yang masih melekat pada lumpang pada saat proses pengadukan hingga mengental.

1. Penjelasan Singkat Uji Disolusi

Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera

dalam masing – masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket

dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Persyaratan disolusi ini tidak berlaku untuk kapsul

gelatin lunak, kecuali bila dinyatakan dalam masing – masing monografi. Bila dalam etiket

dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam masing – masing monografi, uji

disolusi atau uji waktu hancur tidak secara khusus dinyatakan untuk sediaan bersalut enteric,

maka digunakan cara pengujian untuk sediaan lepas lambat, seperti yang tertera pada Uji

Pelepasan Obat , kecuali dinyatakan lain dalam masing – masing monografi. (Farmakope

Indonesia Edisi IV, Halaman 1083).

2. Alat yang digunakan pada Uji Disolusi

Alat terdiri dari sebuah wadah tertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang

inert, suatu motor, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk

silinder. Wadah tercelup sebagian didalam suatu tangas air yang sesuai berukuran sedemikian

Page 9: Contoh Formula

sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah pada 370 ± 0.50 selama pengujian

berlangsung dan menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Bagian dari alat,

termasuk lingkungan tempat alat diletakkan tidak dapat memberikan gerakan goncangan atau

getaran signifikan yang melebihi gerakan akibat perputaran alat pengaduk. Penggunaan alat

yang memungkinkan pengamatan contoh dan pengadukan selama pengujian berlangsung.

Lebih dianjurkan wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160

mm hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm dan kapasitas nominal 1000ml.

Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan dapat digunakan

suatu penutup yang pas. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya

tidak lebih dari 2 mm pada tiap titik dari sumbu vertical wadah, berputar dengan halus dan

tanpa goyangan yang berarti. Suatu alat pengatur kecepatan digunakan sehingga

memungkinkan untuk memilih kecepatan putaran yang dikehendaki dan mempertahankan

kecepatan seperti yang tertera dalam masing – masing monografi dalam batas lebih kurang

4%.

Filed under Uncategorized | Leave a comment

OCT23

Gel dan   Pasta

Posted on October 23, 2011 by abethpandiangan

Standard

BAB I

PENDAHULUAN

LANDASAN TEORI

1.1.1 PASTA

Pasta adalah sediaan berupa massa lunak yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya

dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan

vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol,

mucilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung kulit (Farmakope

Indonesia edisi III).

Di samping itu, Pasta yang akan dibahas disini adalah tipe Pasta Berlemak. Dimana Sebagai

bahan dasar salep digunakan Vaseli, Paraffin cair. Bahan tidak berlemak seperti Glycerinum,

Mucilago atau sabun dan digunakan sebagai antiseptic atau pelindung kulit.

Karena itu, merupakan salep yang tebal, kaku, keras, dan tidak meleleh pada suhu badan.

Page 10: Contoh Formula

Komposisi salep ini memungkinkan penyerapan pelepasan cairan berair yang tidak normal

dari kulit.

Karena jumlah lemak lebih sedikit dibanding serbuk padatnya supaya homogeny lemak –

lemak ini harus dilelehkan dulu (Ilmu Meracik Obat, Moh.Anief, Gajah Mada University

Press, Hal 68).

Adapun bahan yang diformulasikan dalam pembuatan Pasta (Zinc Oxide Paste, USP)

menurut Modern Pharmaceutical Hal, 310 yaitu meliputi Zinc Oxide , Starch , Calamine ,

White Petrolatum,qs,ad.

1.1.2 GEL

Gel didefinisikan sebagai suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang

tersusun baik dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar atau saling

diserapi cairan. Gel satu fase merupakan gel dalam amna makro molekulnya disebarkan

keseluruh cairan sampai tidak terlihat ada batas diantaranya. Dalamm hal dimana massa gel

terdiri dari kelompok-kelompok partikel kicil yang berbeda, maka gel dikelompokkan

sebagai sistim dua fase dan sering disebut magma atau susu. Gel dan magma dianggap

sebagai dispersi koloidal oleh karena masing-masing mengandung partikel-partikel dengan

ukuran koloidal. ( Ansel,C. H. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press).

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik

yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. gel kadang –

kadang disebut jeli. (Farmakope Indonesia edisi IV, hal 7)

Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari zarah kecil senyawaan

organik atau makromolekul senyawa organik, masing-masing terbungkus dan saling terserap

oleh cairan (Formularium Nasional, hal 315)

Adapun bahan – bahan yang diformulasikan untuk membuat Gel (Lubicating Jelly) menurut

Modern Pharmaceutical, Hal 308 yaitu meliputi Methocel 90 H.C. 4000 , Carbopol 934 ,

Propylene Glycol , Methyl Paraben , Sodium Hydroxide,qs ad , dan Purified Water.

1.1.3 PEMERIAN

Zinc Oxide : Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, lambat

laun akan menyerap karbondioksida dari udara (Farmakope Indonesia edisi III, Hal 536).

Starch/Pati : Serbuk hablur putih, larut dalam air panas membentuk larutan agak keruh

(Farmakope Indonesia edisi III, Hal 720).

Calamine : Serbuk halus, merah jambu, tidak berbau praktis, tidak berasa. Praktis tidak larut

dalam air, larut dalam asam mineral (Farmakope Indonesia edisi III, Hal 119).

Page 11: Contoh Formula

White Petrolatum : Putih/Kekuningan pucat, massa berminyak transparan dalam lapisan tipis

pada cahaya setelah didinginkan pada suhu 0oC. Titik Lebur antara 380-600C. Fungsi

sebagai Zat tambahan, Emollient (Farmakope Indonesia edisi III, Hal 822).

Methocel 90 H.C. 4000: Putih, granul, bau khas, larut dalam air. Fungsi sebagai penyalut.

Titik Lebur : 1900 – 2000C (Handbook of Pharmaceutical Excipients, Hal 462).

Carbopol 934 (Carbomer): Putih, lembut, higroskopis, bau khas. TL nya meliputi 260oC, 30

menit. Fungsinya sebagai Emulgator dan Suspending Agent (Handbook of Pharmaceutical

Excipient, Hal 111).

Propylene Glycol (Methyl Glycol): Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis

tidak berbau, menyerap air pada udara lembab (Farmakope Indonesia edisi IV, hal 712).

Methyl Paraben (Nipagin): Hablur kecil, tidak berwarna/serbuk hablur, putih, tidak

berbau/bau khas lemah, memiliki rasa terbakar, mudah larut dalam etanol dan eter. Jarak

lebur 125o – 128o. Khasiat sebagai Pengawet (Farmakope Indonesia edisi IV hal, 551).

Sodium Hydroxide: Bentu batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering, keras, rapuh,

dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah, sangat mudah larut dalam air

dan dalam ethanol (95%). Khasiat sebagai Zat tambahan (Farmakope Indonesia edisi III, Hal

412).

Purified Water: Cairan Jernih , tidak berwarna , tidak berbau. (Farmakope Indonesia ed IV,

Hal 112). Fungsi : Sebagai Pelarut

LATAR BELAKANG

Pada umunya Pasta memiliki Karateristik yang berbeda dengan sediaan padat yang lain, yaitu

daya absorbsinya lebih besar, digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada

tempat pemakaian, tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu, mengandung satu atau

lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topical, konsistensi lebih kenyal dari

unguentum, tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum, memiliki persentase bahan

padat lebih besar dari pada salep yaitu mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 %- 50 %.

Disamping itu, Pasta mengikat cairan secret, pasta lebih baik dari unguentum untuk luka akut

dengan tendensi mengeluarkan cairan, bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit

sehingga meningkatkan daya kerja local, konsentrasi lebih kental dari salep, daya adsorpsi

sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep. Dan pasta

pun memiliki kekurangan, yaitu karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta

pada umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu, Dapat

mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis, dapat mengeringkan kulit dan

Page 12: Contoh Formula

merusak lapisan kulit epidermis, dapat menyebabkan iritasi kulit.

Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak

bereaksi dengan komponen lain Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan

penggunaan sediaan yang diharapkan. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya

sangat tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau

digunakan).

BAB II

BAHAN, PERHITUNGAN BAHAN DAN CARA KERJA

FORMULA VIII

Bahan

Zinc Oxide 25 %

Starch 25 %

Calamine 5 %

White petrolatum qs ad 100 %

m.f 50 g

Perhitungan Bahan

Zinc Oxide : 25/100 x 50=12,5 g

Starch : 25/100 x 50=12,5 g

Calamine : 5/100 x 50=2,5 g

White Petrolatum : 50 – (12,5 + 12,5 + 2,5) = 22,5 g

Cara Kerja

Siapkan alat dan bahan, timbang sesuai kebutuhan

Ayak Zinc Oxide dengan ayakan No.100 sebelum ditimbang

Campur Zinc Oxide, Starch, dan Calamine, aduk ad homogen

Lebur sebagian Vaselin Putih , tambahkan dalam campuran serbuk, aduk ad homogen

Tambahkan sisa Vaselin Putih yang tidak di lebur, aduk ad homogen

Masukkan ke dalam wadah

2.2 FORMULA IX

2.2.1 Bahan

Methocel 60 H.C.4000 0,8 %

Carbopol 0,24 %

Page 13: Contoh Formula

Propylene Glycol 16,7 %

Methyl Paraben 0,015 %

Sodium Hidroxide qs ad pH 7, 1 %

Purified Water qs ad 100 %

m.f 50 g

2.2.2 Perhitungan Bahan

Methocel : 0,8/100 x 50=0,4 g=400 mg

Carbopol : 0,24/100 x 50=0,12 g=120 mg

Propylene Glycol : 16,7/100 x 50=8,35 g

Methyl Paraben : 0,015/100 x 50=0,0075 g

=7,5 mg≈50 mg

Sodium Hidroxide : 1/100 x 50=0,5 g=500 mg

Purified Water : 50/100 x 12 ml=6 ml

50 – (0,4 + 0,12 + 8,35 + 0,0075) = 41,1225 g

BJ air = 1 g/ml

Volume= Massa/BJ =(41,1225 g)/(1 g/ml)=41,1225 ml

2.2.3 Cara Kerja

1. Larutkan Methocel dalam 20 ml air (80○ – 90○) panas

2. Larutkan Carbopol dalam 10 ml air panas

3. Larutkan Methyl Paraben dalam Propylene Glycol

4. Campur ketiga larutan tersebut dengan hati-hati untuk menghindari penggabungan udara

5. Sesuaikan pH larutan menjadi 7,0 dengan menambahkan Natrium 1 % (sekitar 12 ml

diperlukan) dan volume hingga 40 ml dengan aquadest

6. Aduk ad homogen

BAB III

PEMBAHASAN dan HASIL KERJA

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil yang di praktekkan banyak yang dijadikan perubahan. Umumnya Starch

terdiri dari 5 golongan , yaitu :

Amylum Manihot (Pati Singkong)

Amylum Maydis (Pati Jagung)

Page 14: Contoh Formula

Amylum Oryzae (Pati Beras)

Amylum Solani (Pati Kentang)

Amylum Tritici (Pati Gandum)

(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipients, Hal 483)

Tetapi dari kelima Starch tersebut yang digunakan sebagai formulasi untuk sediaan Pasta

adalah Pati Jagung (Corn Starch).

Dan cara kerja pada pasta pun harus sangat teliti agar pasta homogeny yaitu dengan cara

menyisihkan sebagian sediaan Starch, Zinc Oxyde, dan Calamine yang telah dicampur ad

homogeny dan tambahkan White Petrolatum sedikit demi sedikit lalu gerus perlahan-lahan

sampai sediaan menyatu dan terbentuk homogeny.

3.2 HASIL KERJA

3.2.1 FORMULA VIII

Bobot pot kosong : 13,6 g

Bobot pot + isi : 62,55 g

Bobot isi : 62,55 – 13,6 = 48,95 g

Bobot penyusutan : 50 – 48,95 = 1,05 g

Persentase bobot penyusutan : 1,05/50 x 100 % = 2,1 %

3.2.2 FORMULA IX

Bobot pot kosong : 13,7 g

Bobot pot + isi : 59,5 g

Bobot isi : 59,5 – 13,7 = 45,8 g

Bobot penyusutan : 50 – 45,8 = 4,2 g

Persentase bobot penyusutan : 4,2/50 x 100 % = 8,4 %

BAB IV

KESIMPULAN

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang dipraktekkan bahwa terjadinya penyusutan drastis yang

disebabkan oleh efek peleburan yang terlalu lama sehingga terjadi penguapan yang banyak

dan melekatnya bahan pada cawan atau beaker glass serta penimbangan bahan yang tidak

sesuai dengan yang diperintahkan. Dan homogenitas yang kurang akibat dari cara

pengadukan yang tidak sesuai pada saat pengerjaan.