Upload
erlangga-wibawa
View
121
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hepatitis c
Citation preview
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Proses Pembentukan Plak dan Kalkulus
Sejumlah penelitian menunjukkan, penyebab dari beberapa masalah
rongga mulut adalah dental plaque atau plak gigi. Setelah kita menyikat gigi,
pada permukaan gigi akan terbentuk lapisan bening dan tipis yang disebut
pelikel. Pelikel ini belum ditumbuhi kuman. Apabila pelikel sudah ditumbuhi
kuman disebutlah dengan plak. Plak berupa lapisan tipis bening yang
menempel pada permukaan gigi, terkadang juga ditemukan pada gusi dan
lidah. Lapisan itu tidak lain adalah kumpulan sisa makanan, segelintir bakteri,
sejumlah protein dan air ludah. Plak selalu berada dalam mulut karena
pembentukannya selalu terjadi setiap saat, dan akan hilang bila menggosok
gigi atau menggunakan dental floss. Plak yang dibiarkan, lama kelamaan akan
terkalsifikasi (berikatan dengan kalsium) dan mengeras sehingga menjadi
karang gigi. Mineralisasi plak mulai di dalam 24-72 jam dan rata-rata butuh
12 hari untuk matang.
Karang gigi(kalkulus) menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar
dan menjadi tempat menempelnya plak kembali sehingga kelamaan karang
gigi akan semakin mengendap, tebal dan menjadi sarang kuman. Karang gigi
dapat terlihat kekuningan atau kehitaman, warna kehitaman biasanya akibat
bercampur dengan rokok, teh, dan zat lain yang dapat meninggalkan warna
pada gigi. Jika dibiarkan menumpuk, karang gigi dapat meresorbsi
(menyerap) tulang alveolar penyangga gigi dan akibatnya gigi mudah goyang
dan tanggal.
7
Kalau kita berbicara mengenai gigi, tentu tidak terlepas dari
membicarakan jaringan penyangga gigi (jaringan periodontal). Jaringan
periodontal ini yang menjadi tempat tertanamnya gigi. Jaringan ini terdiri dari
gusi, sementum, jaringan pengikat tulang penyangga gigi (alveolar). Jaringan
penyangga gigi inilah yang mengikat gigi, pembuluh darah dan persarafan
menjadi satu kesatuan.
Karang gigi(kalkulus) mengandung banyak kuman-kuman yang dapat
menyebabkan penyakit lain di daerah sekitar gigi. Bila tidak dibersihkan,
maka kuman-kuman dapat memicu terjadinya infeksi pada daerah penyangga
gigi tersebut. Bila sudah infeksi maka dapat timbul masalah yang lebih lanjut.
Penderita biasanya mengeluh gusinya terasa gatal, mulut berbau tak sedap,
sikat gigi sering berdarah, bahkan adakalanya gigi dapat lepas sendiri dari
jaringan penyangga gigi.
Infeksi yang mencapai lapisan dalam gigi (tulang alveolar) akan
menyebabkan tulang pernyangga gigi menipis sehingga pada perbandingan
panjang gigi yang tertanam pada tulang dan tidak tertanam 1:3, gigi akan
goyang dan mudah tanggal. Selain mengakibatkan gigi tanggal, kuman infeksi
jaringan penyangga gigi juga dapat menyebar ke seluruh tubuh. Melalui aliran
darah, kuman dapat menyebar ke organ lain seperti jantung. Karena itu ada
beberapa kasus penyakit yang sebenarnya dipicu oleh infeksi dari gigi, ini
disebut infeksi fokal. Penyakit infeksi otot jantung (miokarditis) termasuk
penyakit yang dapat disebabkan oleh infeksi fokal.
Oleh karena itu, masalah karang gigi(kalkulus) tidak dapat
disepelekan. Bila plak sudah mengendap menjadi karang gigi maka
penyikatan sekeras apapun dengan sikat gigi biasa tidak akan
menghilangkannya. Satu-satunya cara untuk mengatasi karang gigi adalah
8
dengan pergi ke dokter gigi untuk dibersihkan agar terhindar dari penyakit
yang lebih berat dan tentunya butuh biaya yang lebih besar.
Macam Kalkulus
Berdasakan lokasinya Kalkulus ada 2 macam, yaitu :
1. Kalkulus supragingiva
ª Letak = di sebelah koronal dari tepi gingival (diatas gingival)
ª Kalkulus terdeposit mula-mula pada permukaan gigi yang berlawanan dengan duktus saliva, pada permukaan lingual insisivus bawah dan permukaan bukal molar atas, tetapi dapat juga terdeposit pada setiap gigi dan geligi tiruan yang tidak dibersihkan dengan baik, misalnya permukaan oklusal gigi yang tidak mempunyai antagonis.
ª Warna = agak kekuningan kecuali bila tercemar faktor lain seperti tembakau, anggur, pinang.
ª Bentuk = cukup keras, rapuh, mudah dilepas dari gigi dengan alat khusus
ª Sumber mineral diperoleh dari saliva
ª Dapat terlihat langsung di dalam mulut
2. Kalkulus subgingiva
ª Letak = akar gigi di dekat batas apical poket yang dalam, pada kasus yang parah, bahkan dapat ditemukan jauh lebih dalam sampai ke apeks gigi (dibawah gingival).
ª Bentuk = bewarna hijau tua atau hitam, lebih keras daripada kalkulus supragingiva, melekat lebih erat pada permukaan gigi
9
ª Melekat pada permukaan akar dan distribusinya tidak berhubungan dengan glandula saliva tetapi dengan adanya inflamasi gingival dan pembentukan poket, suatu fakta terefleksi dari namanya ‘kalkulus seruminal’
ª Sumber mineral diperoleh dari serum darah
ª Tidak dapat terlihat langsung dalam mulut
Karang gigi(kalkulus) harus dibersihkan dengan alat yang disebut
scaler. Ada yang manual ataupun dengan ultrasonic scaler. Setelah
dibersihkan dengan scaler, karang gigi akan hilang dan gigi menjadi bersih
kembali. Namun, karang gigi dapat timbul kembali apabila kebersihan gigi
tidak dijaga dengan baik. Dianjurkan melakukan tindakan pencegahan
sebelum karang gigi timbul yaitu dengan menyikat gigi secara teratur dan
sempurna. Dental floss juga perlu digunakan untuk membersihkan permukaan
antar dua gigi yang sering menjadi tempat terselipnya makanan dan menjadi
tempat penimbunan plak. Obat kumur yang mengandung clorhexidine dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya plak, obat ini dapat digunakan setelah
penyikatan gigi.
Beberapa macam teori dikemukakan oleh para peneiti mengenai proses
pembentukan kalkulus, antara lain :
1. Teori CO
Menurut teori ini pengendapan garam kalsium fosfat terjadi akibat
adanya perbedaan tekanan CO dalam rongga mulut dengan tekanan
CO dari duktus saliva, yang menyebabkan pH saliva meningkat
sehingga larutan menadi jenuh. (Disajikan pada seminar
10
Perkembangan Pedodontik dan Periodontik Masa Kini, yang
diselenggarakan oleh PDGI Cabang Bekasi pada tanggal 10 Juli
1993).
2. Teori Protein
Pada konsentrasi tinggi, protein klorida saliva bersinggungan dengan
permukaan gigi maka protein tersebut akan keluar dari saliva,
sehingga mengurangi stabilitas larutannya da teradi pengendapan
garam kalsium fosfat.
3. Teori Fosfatase
Fosfatase berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati atau bakteri.
Fosfatase membantu proses hidrolisa fosfat saliva sehingga terjadi
pengendapan garam kalsium fosfat.
4. Teori Esterase
Esterase terdapat pada mikrorganisme, membantu proses hidrolisis
ester lemak menjadi asam lemak bebas yang dengan kalsium
membentuk kalsiumfosfat.
5. Teori Amonia
Pada waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva akan
membentuk ammonia sehingga pH saliva naik dan terjadi
pengendapan garam kalsium fosfat.
6. Teori pembenihan
11
Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan
fosfor yang akan membentuk kristal inti hidroksi apatit dan berfungsi
sebagai benih kristal kalsium fosfat dari saliva jenuh.
Peran Bikarbonat
Bila Bikarbonat meningkat, maka pH meningkat, lalu rongga mulut bersifat
basa dan mengakibatkan pengendapan kalsium fosfat terbentuklah
kalkulus atau karang gigi. Konsentrasi bikarbonat paling tinggi pada muara
kelenjar parotis dan submandibular sehingga mengakibatkan kalsium fosfat
saliva pada daerah tersebut tidak stabil sehingga mudah mengendap
(brushite).
4.2 Pathogenesis bakteri terhadap gingivitis
Mikroorganisme pada Penyakit Periodontal (Samaranayake,2002)
Kondisi Proporsi bakteri Mikroorganisme Dominan
Sehat Sebagian besar bakteri kokus
Gram positif dengan sedikit
spirochaeta atau motile rods
Streptococcus sanguis
Streptococcus oralis
Actinomyces naeslundii
Actinomyces viscosus
Veillonella spp
Gingivitis
marginalis
Bakteri Gram positif sebanyak
55% dengan sesekali terdapat
Streptococcus sanguis
Streptococcus milleri
12
kronis spirochaeta atau motile rods Actinomyces naeslundii
Actinomyces israelii
Prevotella intermedia
Capnocytophaga spp
Fusobacterium nucleatum
Veillonella spp
Interaksi pejamu-bakteri pada gingivitis
Plak dalam jumlah sedikit dapat ditolerir oleh individu yang sehat tanpa
menimbulkan penyakit gingiva atau penyakit periodontal, hal ini karena
peranan dari mekanisme pertahanan pejamu (host). Apabila bakteri tertentu
yang ada di dalam plak meningkat jumlahnya secara signifikan dan
memproduksi faktor virulensi yang melampaui daya ambang individu, maka
keadaan yang tadinya sehat akan beralih menjadi sakit. Penyakit bisa juga
timbul sebagai akibat penurunan kemampuan pertahanan pejamu.
Keterpaparan terhadap antigen bakteri pada daerah sulkus gingiva dan di
dalam jaringan gingiva akan menginduksi respon pejamu secara sistemik
maupun lokal. Pada gingivitis dan periodontitis, respon imunitas tersebut
mempunyai fungsi protektif atau destruktif. Mekanisme keterlibatan bakteri
subgingiva dalam patogenesis penyakit periodontal adalah bervariasi.
Periodontopatogen (bakteri yang pathogen terhadap periodonsium) memiliki
sejumlah faktor yang memungkinkannya menghancurkan periodonsium
13
secara langsung, atau secara tidak langsung dengan jalan memicu respon
pejamu.
Meknisme keterlibatan bakteri patogenik dalam penyakit gingival
a. Invasi
Sebelum ditemukannya elektron canggih, para pakar berpendapat bahwa
bakteri tidak invasi secara aktif ke jaringan periodonsium. Namun dengan
pemeriksaan mikroskop yang canggih, diketahui bahwa bakteri bisa invasi ke
antara sel-sel epitel penyatu dan dinding epitel dari saku, dan diantara
jaringan ikat. Actinobacilus actinomycetem comitans dapat melewati sel-sel
epitel dan masuk ke jaringan ikat di bawahnya, sedangkan porphyromonas
gingivalis dapat invasi ke antara sel-sel epitel.
b. Memproduksi esksotoksin
Beberapa bakteri plak memproduksi eksotoksin. Actinobacilus
actinomycetem comitans dan camphy lobacter rectus memproduksi
eksotoksin yang diberi nama leukotoksin yang dapat membunuh neutrofil,
sehingga mengganggu mekanisme pertahanan antibakterial yang primer.
Beberapa bahan yang terkandung dalam bakteri gram positif maupun gram
negatif seperti endotoksin, komponen permukaan bakteri, dan komponen
kapsular diduga berperan pada penyakit periodontal. Endotoksin adalah
substansi yang sangat toksik yang mempengaruhi jaringan secara langsung
atau dengan jalan mengaktifkan respon pejamu.
Berperannya endotoksin dalam penyakit periodontal adalah dirasakan
pada kemampuannya:
1. Menyebabkan lekopenia
14
2. Mengaktifkan faktor XII (Faktor Hageman), yang mengganggu koagulasi
intra vascular
3. Mengaktifkan sistem komplemen melalui jalur alternative
4. Memicu fenomena shwartzman yang terlokaliser yang menyebabkan
nekrosis jaringan
5. Memiliki efek sitotoksik terhadap sel seperti fibroblast
6. Menginduksi resorpsi tulang
Peptidoglikan yaitu komponen dinding sel yang terdapat pada bakteri gram
positif maupun gram negatif dapat mempengaruhi bebrbagai respon pejamu,
termasuk aktivasi komplemen, aktivitas immunosupresif, stimulasi sistem
retikulo endothelial, dan sifat-sifat mempotensikan immunitas. Disamping itu,
peptidoglikan mampu menstimulasi resorpsi tulang, dan menstimulasi
makrofag untuk menghasilkan prostaglandin dan kolagenase.
c. Memproduksi Enzim.
Bakteri Plak memproduksi enzym yang turut berperan pada penyakit
periodontal. Enzym tersebut antara lain: Kolagenase, Hyaluronidase,
Gelatinase, Aminopeptidase, Phospolipase dan Phospatase basa dan asam.
Kolagenase berperan dalam degradasi kolagen. Phospolipase berperan dalam
perusakan jaringan superfisial periodonsium. Hyaluronidase mampu
mengubah permeabilitas gingiva. Menghindar dari Sistem Imunitas Host.
Beberapa faktor bakteri turut membantu dalam menghindari dari pertahanan
pejamu. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi respon immunitas seluler
maupun humoral.
Faktor bakterial yang berperan dalam menghindari dari pertahanan pejamu
adalah :
- Menghambat leukosit polimorfonukleus
15
- Leukotoksin
- Inhibitor Kemotaksis
- Mengurangi fagositosis dan pembunuhan intraseluler
- Mengubah fungsi limfosit
- Endotoksisitas
- Degradasi IgA, IgG
- Fibrinolisin
- Dismutasi peroksidase
- Katalase
d. Respons radang terhadap masuknya bakteri:
1. Pertahanan oleh Makrofag
Ketika bakteri masuk ke tubuh melalui kerusakan di kulit, makrofag
yang sudah berada di daerah tersebut segera memfagosit mikroba-mikroba
orang yang masuk tersebut, walaupun biasanya tidak terdapat dalam jumlah
yang cukup untuk menghadapi serangan itu sendirian, makrofag residen yang
menahan infeksi selama periode sekitar satu jam pertama, sebelum mekanisme
lain dapat dimetabolisme. Makrofag biasanya bersifat stasioner , memakan
debris dan kontaminan yang ditemui tetapi apabila ditemukan sel-selnya
menjadi mobilitas.
2. Emigrasi leukosit, terutama monosit, yang matang menjadi makrofag
jaringan, dan neutrofil.
3. Proleferasi Leukosit.
Dilakukan oleh pengeluaran leukosit yang sudah dibentuk sebelumnya
dari sumsum tulang serta peningkatan pembentukan leukosit baru.
4. Desrtruksi bakteri oleh leukosit
16
Dilakukan oleh neutrofil dan makrofag di tempat kejadian, ditingkatkan
oleh kerja opsonim.
4.3 Faktor predisposisi pada gingivitis
Penyebab utama penyakit periodontal adalah plak bakteri bersama dengan
factor predisposisi lainya seperti: kalkulus, material alba, stain, food debris,
1. Kalkulus
Salah satu factor yang memudahkan terjadinya penumpukan plak adalah
kalkulus. Oleh karena itu, terdapatnya kalkulus dalam rongga mulut
merupakan hal yang sangat perlu mendapatkan perhatian dokter gigi.
Kalkulus adalah masa yang mengalami kalsifikasiyang melekat pada
permukaan gigi, dan struktur-struktur keras lain dalam mulut. Kalkulus
diklasifikasikan berdasarkan hubunganya dengan margin gingival sebagai
kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva.
Hubungan yang pasti antara kalkulus dengan penyakit periodontal akhir-
akhir ini banyak mendapat perhatian. Dari studi invivo diketahui bahwa
kalkulus selalu dilapisi oleh plak, konsekwensinya adalah sulit untuk
memisahkan peran kalkulus dan plak pada jaringan periodontal. Hasil dari
suatu longitudinal telah menunjukkan bahwa pada penatalkasanaan
penyakit periodontal, prosedur pengontrolan plak saja tidak cukup efektif
seperti bila dikombinasikan dengan scalling subgingiva atau rootplanning.
Kalkulus subgingiva lebih merupakan hasil awal daripada penyebab
penyakit. Perkembangna terjadi sebagai akibat pertumbuhan kearah apical
dari plak supragingiva yang kemudian mengalami kalsifikasi dan
selanjutnya menyediakan tempat yang baik bagi perkembangan plak. Plak
17
subgingiva tersebut tewrlindung, berada dalam lingkungan yang anaerob
dan akan menjaadi tempat berkoloninya organisme-organisme
periodontopatik.
Disamping kapasitasnya meretensi plak, kalkulus subgingiva, karena
porositasnya dapat mengabsorbsi dan bertindak sebagai tempat
penyimpanan bagi materi-materi antigenic, toksin dan factor yang dapat
menimbulkan resorpsi tulang yang berasal dari bakteri. Kalkulus
subgingiva mungkin berperan dalam proses hilangnya perlekatan
periodontal, maka penghilangnya merupakan keharusan apabila berpikiran
memelihara kesehatan periodontal yang baik.
2. Material Alba
Material alba adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penumpukan plak yang banyak. Material alba diliputi oleh bakteri,
konsistensi lunak, berwarna kuning keabu-abuan, perleakatanya pada gigi
lebih lemah dibandingkan dengan plak. Material alba dapat dengan
muidah terlihat tanpa menggunakan disclosing agent dan menempel pada
permukaan gigi, kalkulus, restorasi dan gingiva.
Material alba cenderung melekat pada permukaan gigi didaerah 1/3
gingiva dan pada gigi yang malposisi. Material alba dapat terbentuk
beberapa jam setelah sikat gigi dan pada keadaan puasa, dapat dihilangkan
dengan sikat gigi. Material alba tyerdiri dari mikroorganisme-
mikroorganisme, sel-sel epitel yang mengalami deskuamasi, leukosit, dan
campuran dari protein dan lipid saliva serta sedikit atau tanpa pertikel
makanan.
Efek material alba pada gingival adalah disebabkan karena bakteri dan
produk-produknya.
18
3. Restorasi yang keliru
Didapatkannya tepi tumpatan yang berlebih atau overhang, yang biasanya
sering ditemukan pada daerah sekitar subgingiva, dapat mengakibatkan
penimbunan plak pada daerah tersebut, sehingga memungkinkan untuk
terjadi gingivitis.
4. Geligi tiruan sebagian lepasan desain buruk
Tubuh merespon geligi tiruan sebagai benda asing bagi rongga mulut
seseorang,yang mana dapat mengiritasi jaringan. Geligi tiruan yang
terpasang longgar, dapat menjadi tempat timbunan plak.
Selain itu, pemakaian geligi tiruan sebagian lepasan selama tidur, dapat
memperburuk oral hygene rongga mulut, sehingga memicu terjadinya
gingivitis.
5. Food Debris
Setelah makan sebagian besar makanan akan segera dilarutkan oleh
enzim-enzim bacterial, dan dibersihkan dari rongga mulut dalam waktu
kurang lebih 5 menit. Namun demikian masih terdapat sisa-sisa makanan
yang tertinggal pada gigi dan mukosa. Aliran saliva, kerja mekanis lidah,
pipi dan bibir serta bentuk dan susunan gigi-geligi dalam lengkung rahnag
yang mempengaruhi kecepatan pembersihan makanan dalam mulut.
Kecepatan pembersihan sisa-sisa makanan dalam mulut bervariasi,
tergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi dan tergantung pula pada
masing-masing individu. Makanan bentuk cair lebih mudah dibersihkan
daripada makanan bentuk padatan.
19
6. Defisiensi vitamin B
Dapat terjadi gingifitis, glositis, glossodyna, angular cheilitis dan inflamasi di
seluruhmukosa rongga mulut. Tanda-tanda klinis gingivitis tidak spesifik
oleh karena lebih disebabkan bakteri plak dari pada defisiensinya.
7. Defisiensi vitamin C
Eodema dan haemorrhage pada ligament periodontal; osteoporosis tulang
alveolar dan kegoyangan gigi;; haemorrhage, eodema, dan degenerasi
serat-serat kolagen gingival, dan akan menyebabkan penyembuhan
gingiiva. Defifiensi vitamin C ini tidak menyebabkan pocket periodontal
tetapi factor bakteri local yang dibutuhkan untuk terjadinya pembentukan
8. Penyakit sistemik Diabetes Mellitus
Penyakit ini merupakan penyakit metabolic yang ditandai dengan
hypofungsi atau berkurangnya fungsi sel β sehingga ekskresi gula dalam
urin dan kadar4 gula darah tinggi.
Setelah dilakukan penelitian, ditemukan bahwa pada pasien diabetes
mellitus:
Loss of attachment lebih besar
Meningkatnya bleeding on probing
Meningkatnya glukosa dalam cairan gingival dan darah yang akan
merubah lingkungan sehingga kualitas bakteri berubah pada akhirnya
terjadi perubahan periodontal.
Meningkatnya kerentana terhadap infeksi karena defisiensi PMNL,
sehingga mengganggu khemotaksis dan fagositosis.
20
4.4 Proses dan Gambaran Klinis dari Setiap Stadium Gingivitis
Inflamasi Gingiva
Perubahan patologis pada gingivitis dihubungkan dengan jumlah
mikrorganisme dalam sulkus gusi. Organisme ini memiliki kemampuan
untuk mensintesis
produk (kolagenase, hialuronidase, protease, kondrotin sulfatase, atau
emdotoksin) yang menyebabkan kerusakan pada epithelial dan jaringan ikat,
juga kandungan interselular seperti kolagen, substansi dasar, dan glikokaliks
(cell coat). Hal ini mengakibatkan perluasan ruang antara sel-sel epithelial
junction selama gingivitis awal yang memungkinkan agen infeksi diperoleh
dari bakteri untuk mendapat jalan masuk ke jaringan ikat.
Meskipun penelitian luas, kita masih tidak dapat membedakan secara tepat
antara jaringan gusi normal dengan initial stage dari gingivitis. Kebanyakan
biopsi dari gingival normal manusia secara klinis mengandung sel-sel
inflamasi yang predominan terdiri dari sel-sel T, dengan sangat sedikit sel B
atau plasma sel. Sel-sel ini tidak merusak jaringan, tetapi mereka akan
menjadi penting pada saat merespon bakteri atau substansi lain yang
mengganggu gingival. Dibawah kondisi normal, karena itu, aliran konstan
neutrofil bermigrasi dari pembuluh darah flexus gingival melewati epitel
junction, ke margin gingival, dan kedalam sulkus gingival kavitas oral.
a. Stage I Gingivitis: Inisial Lesion
Manifestasi pertama dari inflamasi ginggiva adalah perubahan
vaskularisasi yaitu dilatasi kapiler dan peningkatan aliran darah.
Perubahan inflamasi awal ini terjadi, dalam respon terhadap aktivasi
21
mikroba dariresident leukosit dan stimulasi dari sel endothelial. Secara
klinis, respon awal ginggiva terhadap bakteri plak ini tidak kelihatan.
Secara mikroskopik, beberapa ciri klasik inflamasi akut dapat dilihat
pada jaringan ikat dibawah epithelial junction. Ciri morfologi perubahan
pembuluh darah (pelebaran kapiler dan venula) dan adheren dari neutofil
terhadap dinding pembuluh (marginasi) terjadi dalam 1 minggu dan
kadang-kadang lebih cepat 2 hari setelah plak dapat terakumulasi.
Leukosit, Polymorphonuclear Neutrophils (PMN`s) utama, meninggalkan
pembuluh darah kapiler dengan bermigrasi melewati dinding
( diapedesis, emigrasi ). Mereka dapat terlihat dalam jumlah banyak pada
jaringan ikat, epithelial junction, dan sulkus gusi. Eksudat dari cairan
sulkus ginggiva dan protein serum ekstravaskular terdapat disini.
Bagaimanapun, penemuan ini tidak diiringi dengan manifestasi dari
kejelasan kerusakan jaringan pada lampu mikroskop atau level
ultrastruktural; mereka tidak membentuk sebuah rembesan (infiltrate );
dan kehadirannnya tidak dipertimbangkan dalam perubahan patologi.
Perubahan juga dapat terdeteksi dalam epithelial junction dan jaringan
ikat perivaskuler pada tahap awal ini. Limfosit segera terakumulasi.
Peningkatan pada migrasi leukosit dan akumulasinya sampai sulkus gusi
dapat dikorelasikan dengan peningkatan aliran cairan ginggiva dalam
sulkus.
Karakter dan intensitas respon host menentukan apakah lesi inisial dapat
dipecahkan secara cepat, dengan restorasi jaringan kembali ke keadaan
normal, atau perlahan-lahan berkembang menjadi lesi inflamasi kronik.
Jika hal ini terjadi, infiltrasi makrofag dan sel limfoid muncul dalam
beberapa hari.
22
b. Stage II Gingivitis : The Early Lesion
The early lesion berkembang dari initial lesion dalam 1 minggu setelah
permulaan akumulasi plak. Secara klinis, early lesion mugkin tampak
seperti gingivitis awal, yang berkembang dariinisial lesion. Seiring
berjalannya waktu, tanda-tanda klinis eritema dapat terlihat, terutama
proliferasi kapiler dan peningkatan formasi loop kapiler antara rete pegs
atau ridges.Perdarahan pada pemeriksaan mungkin juga terjadi. Aliran
cairan gingiva dan jumlah dari leukosit yang bertransmigrasi mencapai
jumlah maksimum antara 6 sampai 12 hari setelah onset dari gingivitis
klinik. Pemeriksaan mikroskopik gusi memperlihatkan infiltrasi leukosit
pada jaringan ikat dibawah epithelial junction terdiri dari limfosit utama
( 75% dengan sel T mayor ), tetapi juga membuat beberapa migrasi
neutrofil, seperti makrofag, sel plasma, dan mast sel. Semua perubahan
terlihat dalam lesi inisial berlanjut ke intensitas dengan early lesion.
Epithelium junction menjadi infiltrasi padat dengan neutrofil, seperti
sulkus ginggiva, dan epithelium junction mulai menunjukkan
perkembangan rete pegs atau ridges. Terdapat peningkatan jumlah
destruksi kolagen; 70% kolagen dihancurkan disekitar infiltrasi selular.
Kelompok serat utama mengakibatkan kolagen terlihat berbentuk sirkuler
dan kumpulan-kumpulan serat dentoginggiva. Perubahan pada ciri
morfologi pembuluh darah juga dapat dilihat. PMN`s yang telah
meninggalkan pembuluh darah karena respon terhadap stimuli kemotaktik
dari komponen plak yang berjalan ke epithelium, menyebrangi lamina
basalis,dan ditemukan pada epithelium dan muncul di daerah poket..
PMNs menarik bakteri dan terjadi fagositosis. PMN`s mengeluarkan
lisosom berhubungan dengan ingesti bakteri. Fibroblast menunjukkan
perubahan sitotoksik .
23
c. Stage III Gingivitis : The Established Lesion
Established lesion karakteristiknya berupa predominan sel plasma dan
limfosit B dan kemungkinan berhubungan denganpembentukan batas
poket gingival kecil dengan poket epithelial. Sel B yang ditemukan dalam
established lesion predominan oleh imunoglobin G1 (IgG1) dan G3
(IgG3).
Pada gingivitis kronis (stage III), yang terjadi 2 atau 3 minggu setelah
permulaan akumulasi plak, pembuluh darah menjadi engorged dan padat,
vena kembali dirusak, dan aliran darah menjadi lambat. Hasilnya adalah
anoxemia ginggiva local, yang ditandai dengan adanya corak kebiru-
biruan pada gusi yang merah. Ekstravasasi dari sel darah merah kedalam
jaringan ikat dan terganggunya haemoglobin dalam komponen pigmen
dapat juga memperdalam warna kekronisan inflamasi ginggiva.
Established lesion dapat dijelaskan secara klinis selayaknya inflamasi
ginggiva pada umumnya. Secara histology, reaksi inflamasi kronik dapat
diobservasi. Beberapa penelitian.menunjukkan inflamasi gingival kronik.
Ciri kunci yang membedakan established lesion adalah peningkatan
jumlah sel plasma. Sel plasma menyerbu jaringan ikat tidak hanya
dibawah epithelial junction, tetapi juga jauh didalam jaringan ikat, sekitar
pembuluh darah, dan antara kelompok-kelompok serat kolagen. Epithelial
junction menyingkap ruangan interselular diisi dengan debris granular sel,
termasuk lisosom diperoleh dari neutrofil, limfosit, dan monosit yang
terganggu. Lisosom mengandung asam hidrolase yang dapat
menghancurkan komponen jaringan. Epithelial junction berkembang
menjadi rete pegs atau ridges yang menonjol dalam jaringan ikat, dan
lamina basalis dihancurkan pada beberapa area. Pada jaringan ikat, serat
24
kolagen dihancurkan disekitar perembesan dari plasma sel yang intact dan
terganggu.
Predomonan dari sel plasma menjadi karakteristik utama dari
established lesion. Bagaimanapun, beberapa penelitian dari eksperimen
gingivitis pada manusia telah gagal mendemonstrasikan predominansi sel
plasma dalam mempengaruhi jaringan ikat, termasuk satu penelitian
dalam durasi 6 bulan. Peningkatan dari proporsi sel plasma diperjelas
dengan gingivitis yang tahan lama, tetapi waktu untuk perkembangan
established lesion mungkin melebihi 6 bulan.
Stage ini terlihat adanya hubungan terbalik antara jumlah kelompok
kolagen intact dan jumlah sel-sel inflamasi. Aktivitas kolagenolitik
ditingkatkan dalam jaringan gusi yang mengalami inflamasi melalui
enzim kolagenase. Kolagenase secara normal berada pada jaringan gusi
dan dihasilkan melalui beberapa bakteri oral dan PMN`s.
Penelitian menunjukkan bahwa inflamasi ginggiva kronik mengalami
peningkatan level asam dan alkaline fosfat, β- glukuronidase, β -
glukosidase, β -galaktosidase, esterase, aminopeptida,sitokrom oksidase,
elastase, laktat dehidrogenase, dan aril sulfatase, semuanya dihasilkan
dari bakteri dan penghancuran jaringan. Tingkat mukopolisakarida netral
diturunkan, agaknya merupakan hasil dari degradasi substansi dasar.
Established lesion terdapat 2 tipe: beberapa tetap stabil dan tidak
mengalami progress untuk beberapa bulan atau tahun dan yang lain
menjadi lebih aktif dan berubah untuk penghancuran lesi secara progresif.
Established lesion juga tampak reversible. Flora kembali dari
karakteristik yang mendukung kerusakan lesi menjadi asosiasi dengan
25
kesehatan periodontal. Persentase sel plasma menurun drastic, dan jumlah
limfosit meningkat secara proporsional.
d. Stage IV Gingivitis : The Advanced Lesion
Perluasan lesi kedalam tulang alveolar merupakan karakter dari stage
ke empat yang disebut advanced lesion.
TABEL PERBEDAAN STADIUM GINGIVITIS
Lipopolisakarida bakteri juga mendukung terjadinya proses dan progres
resorbsi tulang.
Normal Initial-early
Plak Sedikit,
mayoritas gram +, aerob
Mayoritas gram +, aerob
Junctional epithelium /
poket
Normal,tanpa pembentukan
rete pegs
Terjadi initial alteration dan
proliferasi junctional
epithelium di bagian korona
Infiltrasi sel-sel
keradangan dan eksudat
Tampak beberapa PMN
yang keluar dari
vaskularisasi pada
junctional epithelium,
sangat sedikit eksudat
Vaskulitis, eksudasi serum
protein, adanya migrasi PMN,
akumulasi sel-sel limfoid,
plasma sel sedikit.
26
Jaringan ikat fibroblas,
kolagen
Normal Kehilangan kolagen pada
jaringan ikat yang terisi oleh
mediator keradangan
Tulang alveolar Normal Normal
Tahapan penyakit - Initial lesion : 2-4 hari setelah
akumulasi plak
Early lesion : 4-7 Hari
Established Lesion Advanced Lesion
Plak Gram (+) dan Gram (–)
pada poket gingiva
Adherent Gram (+) dan non-
adherent Gram (–) pada poket
Junctional epithelium /
poket
Proliferasi lateral pada
junctional epithelium
Terjadi initial alteration dan
proliferasi junctional
epithelium di bagian korona
Infiltrasi sel-sel
keradangan dan eksudat
Gambaran keradangan
akut, didominasi oleh sel
plasma, immunoglobulin
pada jaringan ikat,
junctional epithelium,
sulkus gingiva, terjadi
peningkatan eksudat
sulkus.
Gambaran keradangan akut,
didominasi oleh sel plasma,
seperti pada gingivitis,
seringkali supuratif, perluasan
reaksi keradangan dan
imunologis.
Jaringan ikat fibroblas,
kolagen
Cedera jaringan ikat yang
parah, kerusakan kolagen
berlanjut, infiltrasi
Kerusakan kolagen berlanjut
pada jaringan yang
terinfiltrasi, fibrosis pada regio
27
berlanjut. tepi gingiva
Tulang alveolar Normal Attachment loss & bone loss
Tahapan penyakit Bermanifestasi 1 minggu
setelah akumulasi plak,
dapat bertahan hingga
tahunan tanpa progress
Periode eksaserbasi, progresi
AP = pelan, RPP & LJP =
cepat.
4.5 Gambaran Klinis Gingivitis
a. Pendarahan gingival
Bermacam-macam dalam keparahannya, lama, waktu, dan
penyerangannya. Pendarahan pada probing mudah di deteksi secara klinis
dan lebih mudah dibandingkan warna atau tanda lain untuk mendeteksi
peradangan. Pendarahan ini biasanya terjadi dengan kapasitas lebih sering
dari pada perubahan warna untuk diagnosa peradangan gingival.
Pendarahan gingival disebabkan oleh :
1. Faktor local
Pendarahan kronis dirangsang oleh trauma mekanis seperti
menyikat gigi dan penggunaan tusuk gigi. Peradangan gingiva dalam
kasus ini diikuti oleh dilatasi kapiler. Kapiler akan menutup
permukaan dan menipis sehingga degenerasi epitel kurang terlindungi,
adanya rangsangan dapat menyebabkan pecahnya kapiler dan terjadi
pendarahan gingival.
Pendarahan akut disebabkan oleh trauma yakni seperti halnya
rusaknya gingival karena gigi yang bersentuhan selama terjadi kontak
gigi, adanya makanan yang keras mengenai gingival, dan adanya luka
baker karena mekanan panas atau reaksi kimia.
28
2. Faktor sistemik
Defisiensi vitamin C, trombositopenic purpura, hemophilia, leukemia
b. Perubahan warna gingival
Merupakan tanda klinis yang sangat penting pada penyakit gingival.
Warna gingival normal adalah corak pink yang diproduksi oleh
vaskularisasi jaringan dan lapisan epitel. Gingival menjadi lebih merah
oleh karena peningkatan vaskularisasi dan penurunan derajat keratinisasi
epitel.
Beberapa penyakit sistemik dapat menyebabkan perubahan warna
pada mukosa oral, termasuk gingiva. Pada umumnya, pigmentasi
abnormal ini tidak bersifat spesifik dan harus distimulasi oleh upaya
diagnostik yang lebih jauh atau dengan penyerahan pada spesialis yang
tepat.
Pigmentasi oral dapat terjadi karena melanin dan bilirubin.
Pigmentasi oral melanin dapat menjadi pigmentasi fisiologi normal.
Penyakit yang dapat meningkatkan pigmentasi melanin, termasuk
penyakit Addison yang disebabkan oleh disfungsi adrenal dan
memproduksi potongan-potongan pewarna yang merubah dari hitam
menjadi cokelat; sindrom peutz-jeghers yang memproduksi poliposis
intestinal dan pigmentasi melanin pada muosa oral dan bibir; dan
sindrom albright’s serta penyakit von Recklinghausen, yang keduanya
memproduksi daerah pigmentasi melanin oral.
Kulit dan membran mukosa dapat di nodai oleh pigmen empedu.
Penyakit kuning dapat dideteksi paling baik dengan pemeriksan sclera,
tetapi di mukosa oral dapat ditemukan warna kekuning-kuningan.
Deposisi zat besi pada hemokromatosis dapat memproduksi warna abu-
29
abu kehijauan pada mukosa oral.Beberapa endokrin dan kekacauan
proses metabolisme, termasuk diabetes dan kehamilan, dapat
menghasikan perubahan warna.
Rokok dapat menyebabkan hiperkeratosis abu-abu pada gingiva.
Daerah berwarna hitam biasanya dhasilkan dari implan amalgam pada
mukosa.
c. Perubahan konsistensi gingival
Keradangan kronis dan akut mengakibatkan perubahan keadaan
normal. Konsistensi gingival ditentukan oleh keseimbangan antara
kerusakan dan perbaikan. Bila kerusakan lebih banyak akan menjadi lunak
dan bila perbaikan lebih banyak akan menjadi keras.
d. Perubahan tekstur permukaan gingival
Permukaan dari gusi normal umumnya menunjukkan banyak depresi
dan elevasi kecil, yang memberikan gambaran seperti kulit jeruk yang
biasa disebutstippling. Stippling ini terbatas hanya pada bagian attached
ginggiva dan secara dominan dibatasi pada area sub papilari, tetapi ini
akan memperluas ke tingkatan papila interdental. Banyak penelitian yang
menunjukkan bahwa semakin tipisnya atau kehilangannya stippling ini
merupakan sebuah tanda tanda gejala ginggivitis dini. Tetapi ini harus di
sesuaikan pula dengan perbedaan area mulut seseorang, dan umur
seseorang.
Dalam inflamasi kronik permukaan pada gusi juga serupa halusnya,
mengkilap, padat dan bernodul, tergantung apakah perubahan dominan
nya ber eksudat atau berfibrosis. Tekstur permukaan halus juga dihasilkan
oleh atropi epitel dalam atropi gusi, dan kupasan kulit pada permukaan
30
terjadi dalam ginggivitis desquamative kronis. Hiperkeratosis dihasilkan
pada susunan kulit, dan non-inflamasi hperplasia gingival menghasilkan
permukaan nodular.
e. Perubahan posisi gingival
Resesi adalah terbukanya permukaan akar oleh karena margin gingival
turun ke apical. Resesi akan bertambah seiring umur. Penyebab resesi
gingival adalah tehnik menyikat gigi yang salah, perlekatan frenulum yang
tinggi, gigi malposisi, dan keradangan gingival.
f. Perubahan kontur gingival
g. Ukuran gingival
Dari yang normal sampai membesar dan menyebabkan terjadinya
proliferasi jaringan (didukung dengan hasil radiograf).
h. Tendensi perdarahan, dapat diliat pada saat gigi, bila berdarah maka
terdapat proses inflamasi.
i. Rasa sakit, terjadi bila ada pembengkakan.
31