contoh mini survei public health

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mini survei

Citation preview

Mini Survey di Kecamatan Sibolangit

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangInfeksi saluran pernafasan akut(ISPA) merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak bawah lima tahun ( balita).Menurut temuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikutip dari data DEPKES tahun 2007 diperkirakan sepuluh juta anak meninggal tiap tahun yang disebabkan karena diare, HIV-AIDS, malaria dan ISPA (Irawan, 2009).Di Indonesia kasus infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) menempati ururtan pertama penyebab kematian pada balita 18,2% tahun 2010 dan 38,8% tahun 2011. Selain itu, ISPA juga sering berada pada daftar sepuluh penyakit terbesar di rumah sakit. Berdasarkan data P2 program ISPA tahun 2009 cakupan penderita ISPA melampaui target 13.4%, hasil yang diperoleh 18.479 kasus, sementara target yang ditetapkan hanya 16.534 kasus. Survey mortalitas yang dilakukan di subdit ISPA tahun 2010 menempatkan ISPA dan Pneumonia sebagai penyebab kematian bayo terbesar di Indonesia dengan presentase 22,3% dari seluruh kematian balita (DEPKES RI, 2012)Menurut data dari survey social ekonomi nasional (SUSENAS) tahun 2002, prevalensi keluhan ISPA balita di Indonesia sebesar 18.7%, diperkotaan 21.6% lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Sebanyak 40%-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15%-30% kunjungan berobat di abngian rawat jalan dan bagian rawat inap disebabkan oleh ISPA. Penyebab ISPA palimg berat disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumonia atau Haemophylus influenza (DEPKES, 2000). Di kabupaten Deli serdang pada 2004 diketahui angka morbilitas kasus ISPA sebanyak 12.871 kasus (37.1%) dengan rincian 6.638 kasus terjadi pada kelompok umur bayi (51.5%) dan 6.233 kasus pada usia 1-4 tahun (48.5%)(Agustama, 2005).Selain infeksi bakteri tersebut diatas, factor polusi udara seperti paparan asap( asap dari bakaran sampah, asap rokok) dan debu yang berasal dari kendaraan bermotor merupakan beberapa penyebab ISPA. Tabel 1.1 Data Keadaan Geografis dan Demografis Puskesmas Sibolangit Periode Januari-Febuari 2014

NO.NAMA DESALUAS AREA (KM2)JUMLAH DUSUNJUMLAH KKJUMLAH PENDUDUK (JIWA)PRIAWANITA

1Sibolangit

2Rumah Sumbul

3Rumah Pil-Pil

4Batu Layang

5Betimus

6Puang Aja

7Tambunan

8Tj, Beringin

9Sembahe

10Batu Mbelin

11Kuala

12Bengkurung

13Sayum

14Bingkawan

15Buah Nakar

16Rambung baru

TOTAL

Tabel 1.2. Daftar Penyakit Terbesar di Puskesmas Sibolangit Periode Januari-Febuari 2014

NOPENYAKITJUMLAH%

1.ISPA98041.8%

2.Hipertensi61926.4%

3Penyakit Infeksi Usus44919.1%

4Penyakit Kulit1064.5%

5Penyakit lain (DM &ISK)833.5%

6Penyakit Saluran Bawah (Asma)612.6%

7Penyakit Rongga Mulut361.5%

8Penyakit Sistem Otot80.34%

9Penyakit Telinga20.08%

10Penyakit Lainnya00%

TOTAL2.344100%

Tabel 1.3 Daftar Jumlah Kasus ISPA

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Masyarakat terhadap Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Puang Aja Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.

1.2 Rumusan MasalahDesa1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumTujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Gambaran Perilaku Masyarakat dalam Upaya Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Puang Aja.

1.3.2 Tujuan KhususTujuan Khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:a. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang Gambarana Perilaku Masyarakat dalam Upaya Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Puang Aja.b. Tingkat sikap masyarakat tentang Gambaran Perilaku Masyarakat dalam Upaya Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Puang Aja.c. Tingkat tindakan masyarakat tentang Gambaran Perilaku Masyarakat dalam Upaya Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Puang Aja.

1.4 Manfaat Bagi PuskesmasSebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Sibolangit dalam Upaya Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Puang Aja Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

Bagi Dinas KesehatanSebagai Masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya dalam hal Upaya Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Puang Aja Kecamatan Siboalngit Kabupaten Deli Serdang.

Bagi MasyarakatSebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan tentang Upaya Pencengahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Puang Aja Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku KesehatanMenurut Notoatmodjo (2008), perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organism yang bersangkutan. Jadi perilkau manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri.Menurut Sarwono (2004), perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reakasi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.respon ini dapat bersifat pasif( tanpa tindakan) mauoun aktif(disertai tindakan). Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari kuar subjek. Respon ini berbentuk dua macam yaitu: (Notoatmodjo, 2008).1. Bentuk PasifAdalah respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara alngsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu daoat mencengah suatu penyakit tertentu.contoh lain seseorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuiti Keluarga Berencana (KB) meskipun ia tidak ikut KB. Dari kedua contoh diatas dapat dilihat bahwa si ibu telah mempunyai sikap yang pasif untuk mendukung KB, meskipun dia sendiri belum melakukan secara konkrit terhadap kedua hal tersebut, oelh karena itu perilaku mereka ini masih terselubung (Cover Behavior).

2. Bentuk AtifYaitu apabila perilaku tersebut jelas dapat diobservasi secara langsung, misalnya pada contoh kedua tersebut diatas si ibu sudah membawa anaknya ke Puskesmas atau Fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi dan orang pada kasus kedua seudah menjadi aksptor KB. Oleh karena itu perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata (Overt Behavior).

Berikut ini adalah beberapa domain perilaku yaitu:a. Pengetahuan (Knowledge)Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan poenginderaan terhadap suatu objek tertentu, yakini dengan indera penglihatan, pendengaran, penghidu, rasa dan raba sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2008). Ada enam tingkatan pengetahuan yaitu:1. Tahu (Know)Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi ayng telah dipelajari sebelumnya. Termasuk keadaan pengetahuan tingkat ini adalah meningkat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsanagan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa ornag tahu tentang apa yang dipelajari dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehansion)Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, emnyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)Apilaksi dairtikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)

4. Analisis (Analysis)Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ekdalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan ( membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintetis (Synthesis)Sintesis yaitu menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sitesis adalah suatu kemampuan untuk menyususn formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat metingkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadapt suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)Evaluasi yaitu berkaitan dnegan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu berdasarkan suatu cerita yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat emnanggapi terjadinya diare disuatu tempat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2008).

b. Sikap (Attitude)Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Siakp tidal alngsung dapat dilohat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus social. Allport (1954), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikpa yang utuh (totak attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, brpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo,2008).

c. Tindakan atau Praktek (Practice)Notoatmodjo (2008), mengatakan bahwa suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang dieprlukan factor pendukung (support) dari pihak lain.

2.2 ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)2.2.1Defenisi ISPA Menurut Depkes (2004)merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Repiratory Infection(ARI). Istilah ISPA meliputi 3 unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: infeksi adalah masuknyakuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dna berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.Menurut Depkes RI (1996) istilah ISPA mengandung 3 unsur yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing unsure adalah sebagai berikut:1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.2. Saluran pernafasan adalah organ ayng dimulai dari hdung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti, sinus, rongga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan.3. Infeksi akut adalah ineksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas ni diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA. Proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

2.2.2 Epidiomologi dan Etiologi ISPAPada akhir tahun 2000 ISPA mencapai 6 kasus diantara 1000 bayi dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan bayi akibat ISPA sebanyak 5 dari 1000 balita (Octaviana, 2009). Setiap anak balita diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya dan proporsi kematian yang disebabkan ISPA mecakup 20-30%(Suhandayani, 2007). Untuk menciptakan upaya perbaikan kesehatan masyarakat, departemen kesehatan RI menetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat guna mencapai tujuan Indonesia sehat 2015, dimana salah satu diantaranya adalah program pencengahan penyakit menular termasuk penyakit saluran pernafasan akut (Depkes RI, 2002). Di Kabupaten Deli Serdang pada 2004 diketahui angka morbilitas kasus ISPA sebanyak 12.871 kasus( 31,7%) dengan rincian 6.638 kasus terjadi pada kelompok umur bayi (51,5%) dan 6.233 kasus pada usia 1-4 tahun (48,5%) (Agustama,2005).Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riktesia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah :Genus Steptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordatella dan Caneabacterium . virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikomavirus, Mikoplasma, Herpesvirus (Erlien, 2008).Kebanyakan infeksi saluran pernafasan (ISPA) disebabkan oleh virus seperti virus sinsisial pernapasan (VSP), virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus dan coronavirus, coksakivirus A& B I dan mikoplasma( Nelson,2000). Penyakit infeksi saluran pernafasan (ISPA) juga disebabkan karena factor kelelahan, daya tahan tubuh melemah, polusi udara, asap kendaraan dan pembakaran hutan setelah perganttian musim ( Hatta,2000).Penyebab lainnya yaitu:a. Agent, infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru. Kejadiaanya bias secara akut maupun kronis, yang paling sering adalah rhinitis simpleks, faringitis, tonsillitis dan sinusitis. Berdasarkan hasil penelitian Parhusip (2004), yang meeliti spectrum dari 101 penderita infeksi saluran peernafasan di BP4 Medan didapatkan smeua poenderita terlihat hasil biakan positis, pada 2 penderita dijumpai 2 galur bakteri sedangkan lainnya hanya tumbuh 1 galur. Bakteri gram (+) dijumpai sebanyak 54 galur (52,4%) dan bakteri gram (-) 49 galur (47.6%).b. Manusia UmurPenelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai resiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Ini terjadi karena anak dibawah 2 tahun belum sempurna dan lumen slauran pernafasan masih sempit. Jenis KelaminBerdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan prepalensi insisden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan perempuan.namun menurut beberapa penelitian kejadian ISPA lebih sering didapati pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Status GiziDibanyak Negara di dunia penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi biasanya didahului dengan anak yang berstatus gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibta gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)Kecil dari 2500 gram, bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi daripada bayi dengan berat lebih dari 2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya, hasil uji statistic diperoleh abhwa terdapat hubungan yang bermakna antara kasus ISPA (Pneumonia) dengan balita BBLR. Status ASI EksklusifASI idbutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi, kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolustrum, yaitu ASI awal yang mengandung zat kekebalan (immunoglobulin, lizomin, bifidus faktor) yang sangat penting melindungi bari dari bakteri. Berdasarkan hasil penelitian Syahril(2006). Didaptkan bahwa proporsi balita yang tidak mendapatkan ASI Ekskludsif menserita ISPA sebesar 56,2%, sedangkan yang tidak menderita ISPA 38.8%. hasil uji statistik didapatkan bahwa yang menderita ISPA resikonya 2 kali lebih besar dari anak balita yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Status ImunisasiImuisasi adalah upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencengahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam upaya kesehatan anak. Imunisasi bermanfaat untuk emncengah beberapa jenis penyakit seperti polio (lumpuh layu), TB paru, difteri,hepatitis, tetanus, pertusis. Berdasarkan penelitian Syahril di kota Banda Aceh (2006), di dapatkan bahwa ada hubungan pada balita pada status imunisasi artinya dijumpai tingginya kasus ISPA pada anak yang tidak mendapatkan imunisasi.c. Lingkungan

Kelembapan dalam ruanganBerdasarkan Kep. Menkes RI NO. 829 tahun 1999 tentang kesehatan perumahan menetapkan bahwa kelembapan yang sesuai untuk rumah sehat adalah 40-70%, optimum 60%. Hasil penelitian Cahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004) dengan didapatkan bahwa kelembaoan ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA.

Suhu RuanganSalah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18-30 C. hal ini berarti, jika suhu ruangan < 18 C dan > 30C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi factor terjadinya ISPA sebesar 4 kali.

VentilasiVentialsi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjadi aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oeleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 yang bersifar racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Sirkulasi udara di dalam rumah akan baik dan mendapat suhu yang optimum harus mempunyai ventilasi minimal 10% dari luas lantai.

Penggunaan anti nyamukPenggunaan anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafas. Berdasarkan penelitian Afrida(2007), didapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara oenggunan anti nyamuk dengan kejadian penyakit ISPA.

Bahan bakar untuk memasakBahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Berdasarkan hasil penelitian Affrida (2007), prevalensi rate ISPA pada bayi yang dirumahnya menggunakan bahan bakae untuk memasak adalah minyak tanah sebesar 76.6% sedangkan LPG 33.3%.

Keberadaan PerokokPerokok bukan masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kjmia, 200 diantaranya merupakan racun anatara lain karbon monoksida (CO2), polisiklik aromatic hidrokarbon (PAHs) dan lain-lain.

Debu VulkanikDebu Vulkanik terdiri dari partikel halus batuan vulkanik yang terfragmentasi (,2cm diameter). Debu Vulkanik dapat menyebabkan masalah kesehatan yang relative sedikit, namun lebih banyak menghasilkan kecemasan. Dampak ebu vulkanik terhadap pernafasan menyebabkan masuknya debu vulkanik ke paru-paru ketika bernafas. Apabila paparan terhadap debu cukup tinggi, maka orang yang sehat pun akan mengalami kesulitan bernafas disertai batuk dan iritasi.

Status ekonomi dan pendidikan Persepsi masyarakat mengenai keadaan sehat dan sakit berbeda dari satu individu dengan individu alinnya. Bagi seseorang yang sakit, persepsi terhadap penyakitnya merupakan hal yang oenting dalam menangani penyakit tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun jetika sakit lebih banyak.

2.2.3Patogenesis ISPAMenurut Baum (1980), saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu system pertahanan yang efektif dan efesien. Ketahanan saluran pernafasan infeksi dan partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada 3 unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu :1. Kebutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia.2. Makofrag alveoli terjadi.3. Antibody setempat.Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya rusak, akibat infeksi terdahulu. Selain itu, hal-hal yang dapat menganggu keutuhan mukosa dan gerak silia adalah:1. Debu dan asap ayng berasal dari kendaraan bermotor, pembakaran sampah, asap rokok yang merupakan polutan utama dalam pencemaran udara.2. Sinrom imotil3. Pengobatan dengan O2 dengan konsentrasi tinggi (25%) atau lebih.Makrofrag banyak terdapat di alveolus dan akan dimobilisasikan ketemoat lain bila terjadi infeksi. Asap rook dapat menurunkan kemampuan makrofag membunbuh bakteri, sedangkan alcohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.

2.2.4 Cara Penularan ISPAPenyebaran bibit oenyakit ISPA dapat terjadi dari penderita penyakit ISPA dan carier yang disebut juga reservoir bibit penyakit yang ditularkan kepada orang lain melalui kontak langsung atau melalui benda-benda yang telah tercemar bibit penyakit termasuk udara. Penularan melalui udara id maksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda yang terkontaminasi dan tiddak jarang penyakti yang sebagian ilmu besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandunng penyebab atau mikroorganisme tempat kuman berasa(reservoir)ISPA dapat ditularkan melalui : air ludah, darah, cipratan bersin, yang mengandung kuman yang tehirup oleh orang sehat ke saluran pernafasannya.

2.2.5Tanda dan Gejala Klinis ISPAPenyakit saluran pernafasan akut dapat memberikan gejala klinis yang beragam antara lain:1. Gejala Koriza ( Coryzal Syndrome)Yaitu pengeluaran cairan (discharge) nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis ringan, sakit tenggorokan (sore throat), rasa kering pada bagian posterior palatum mole dan uvula ,sakit kepala, malaise, nyeri otot, lesu, serta rasa kedinginann (chilliness) demam jarang terjadi.2. Gejala FaringealYaitu sakit tenggorokan yagn ringan sampai berat. Peradangan pada faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenois yang dapat menyebabkan obstruksi nasal, batuk sering terjadi, tetapi gejala koriza jarang. Gejala umum seperti rasa kedinginan, malaise, rasa sakit diseluruh badan, skit kepala, demam ringan, dan parau ( hoarseness).

3. Gejala faringkongjungtival Merupakan varian dari gejala faringeal. Gejala faringeal sering disusul oleh kongjutivitis yang disertai fotophobia dan sering pula disertai rasa sakit pada bola mata.4. Gejala Influenza Merupakan kondisi sakit yang berat, demam, menggigil, lesu, sakit kepala, nyeri otot menyeluruh, malaise, anoreksia yang timbul tiba-tiba, batuk, sakit tenggorokan dan nyeri retro sterna. Keadaan ini dapat menjadi berat dan dapat terjadi pandemic yang hebat dan ditumpangi oleh infeksi bacterial.

2.2.6Penatalaksanaan ISPAPenemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai 2 dari 3 tujuan program ( turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotic dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA). Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan pentujuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotic untuk kasus-kasus batuk, pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat.Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut:a. PemeriksaanPemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mngajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak emanngis, untuk ini diusahakan agara anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung nafas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat pergerakkan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan stetoskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklasifikasikan.

b. Klasifikasi ISPAProgram pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut: Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing). Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya nafas cepat Bukan Pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bias disertaidemam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa nafas cepat. Rhinofaringitis, faringitis, dan tonsillitis tergolong bukan pneumonia.

c. Pengobatan Pneumonia berat : dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotic parenteral, oksigen dan sebagainya. Pneumonia: diberi obat antibiotic cotrimoksazole per oral. Bila penderita tidak mungkin diberi cotrimoksazole atau ternyata dengan pemebrian cotrimoksazole keadaan pendertia menetap, dapat dipakai obat antibiotic pengganti yaitu ampicillin, amoxicillin atau oenicillin prokain. Buakn Pneumonia: tanpa pemberian antibiotic. Diberikan perawatan diruamh, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dexthomethorphan, dan anti histamine., nila demam diberikan obat penurun panas yaitu paracetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah(eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening di leher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman Streptococcus dan diberikan antibiotic (penicillin) selama 10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.

2.2.7Pencengahan ISPAMenurut Depkes RI (2002), pencengahan ISPA antara lain:a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik dengan emnjga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencengah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkomsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna, banyak minum air putih, olahraga dengan teratur serta istirahat yang cukup, semuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kikta akan semakin meningkat, sehingga dapat mencengah virus/bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.

b. ImunisasiPemberian imunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Imunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus/bakteri.

c. Menjaga kebersihan perorangan dna lingkunganMembuat ventilisasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi debu dan asap yang ada di lingkungan sehingga dapat mencegah seseorang menghirup debu tersebutyang bias menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara( atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.

d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPAInfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini diesebabkan oleh virus/bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus/bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol yakni, Droplet, Nuclei(sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet( campuran antara bibit penyakit).

BAB IIIKERANGKA KONSEP

3.1 Konsep Penelitian

PengetahuanSikapTindakanAngka Kesakitan Infeksi Saluran Pernafasan Akut

Pada kerangka konsep penelitian tersebut diatas dapat dilihat bahwa untuk mencapai tujuan utama penelitian yaitu upaya pencengahan dan penanggulangan ISPA. Pada penelitian ini terdapat 3 variabel yaitu : pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat di Desa Puang Aja di kecamatan Sibolangit.Variable yang dilakukan dalam penelitian ini ada 2 yaitu variable bebas(variable independent) dan variable tergantung (variable dependent). Variable bebas adalah pengetahuan,sikap dan tindakan masyarakat tentang pencengahan dan penanggulangan Penyakit ISPA. Variable tergantung ada;ah tindakan masyarakat terhadap pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA.

3.2 Defenisi Operasional Defenisi opersional adalah batasan uraian tentang variable yang dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan.1. Variable Bebasa. Pengetahuan adalah hal-hal yang diketahui masyarakat tentang Pencengahan dan penanggulangan penyakit ISPAb. Sikap adalah setuju atau tidaknya masyarakat tentang Pencegahan dan Penanggulangan penyakit ISPAc. Tindakan adalah perilaku atau perbuatan yang telah dilakukan masyarakat selama ini dalam hal Pencegahan dan Penanggulangan penyakit ISPA.2. Variabel Tergantung adalah orang yang dapat merespons, memberikan informasi tentang data penelitian upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perilaku masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA adalah memberikan penyuluhan- penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pencengahan dan penanggulangan penyakit ISPA. Melalui penyebaran brosur atau poster-poster, ataupun melalui media iklan, media masa, media cetak dan media elektronik.Penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar seluruh masyarakat dapat terhindar dari penyakit saluran pernafasan.

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah bersifat survey deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Masyarakat.

4.2 Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di desa Puang Aja, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

4.3 Waktu PenelitianTabel Waktu PenelitianNoKeteranganMaret 2014

28293031010203040506070809

1Pembuatan proposalXXX

2Pengumpulan dataXX

3Pengolahan dataXX

4Penyelesaian hasil laporanXX

4.4 Populasi dan Sampel4.4.1 PopulasiPopulasi dari penelitian ini adalah jumlah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA di Desa Puang Aja, kecamatan sibolangit, Kabupaten Deli Serdang yang memiliki 117 KK dari bulan januari-Maret 2014

4.4.2 SampelSampel ditentukan dengan cara simpel random sampling dimana jumlah sampel ditentukan dengan rumus :

n = Jumlah sampeld = Derajat kesalahan yang diinginkan N =Jumlah populasi Sumber =Metodologi penelitian Kesehatan, Dr. Sukidjo Noto Admojo)

Sampel Kepala Keluarga:

4.5 Teknik Pengumpulan DataUntuk mendapatkan data yang menunjang dan melengkapi penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu data primer dan data sekunder 4.5.1 Data PrimerData primer dalam penelitian ini, diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat dengan pengisian kuesioner yang dibuat.4.5.2 Data SekunderData sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait seperti kantor Kecamatan Camat Sibolangit

4.6 Instrumen PenelitianInstrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang dipakai adalah berupa kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan dan rincian adalah :1. Sepuluh pertanyaan tentang pengetahuan untuk upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA2. Sepuluh pertanyaan tentang sikap untuk upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA3. Sepuluh pertanyaan tentang tindakan untuk upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA

Scoring kuesioner pengetahuan masyarakat dalam upaya Pencegahan dan Penanggulangan penyakit ISPA.

1. a ( 1 )b ( 0 )2. a ( 1 )b ( 0 )3. a ( 1 )b ( 0 )4. a ( 1 )b ( 0 )5. a ( 1 )b ( 0 )6. a ( 1 )b ( 0 )7. a ( 1 )b ( 0 )8. a ( 1 )b ( 0 )9. a ( 1 )b ( 0 )10. a ( 1 )b ( 0 )

Scoring kuesioner sikap masyarakat dalam upaya Pencegahan dan Penanggulangan penyakit ISPA.1. a ( 1 )b ( 0 )2. a ( 1 )b ( 0 )3. a ( 1 )b ( 0 )4. a ( 1 )b ( 0 )5. a ( 1 )b ( 0 )6. a ( 1 )b ( 0 )7. a ( 1 )b ( 0 )8. a ( 1 )b ( 0 )9. a ( 1 )b ( 0 )10. a ( 1 )b ( 0 )

Scoring kuesioner tindakan masyarakat dalam upaya Pencegahan dan Penanggulangan penyakit ISPA.

1. a ( 0 )b ( 1 )2. a ( 0 )b ( 1 )3. a ( 0 )b ( 1 )4. a ( 0 )b ( 1 )5. a ( 1 )b ( 0 )6. a ( 1 )b ( 0 )7. a ( 1 )b ( 0 )8. a ( 1 )b ( 0 )9. a ( 1 )b ( 0 )10. a ( 1 )b ( 0 )

4.7 Tekhnik PengukuranTekhnik pengukuran/penelitian gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA di desa Puang Aja, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang berdasarkan teori dari Notoatmodjo (2010): Baik jika jawaban benar > 80 % dari jumlah pertanyaan Sedang jika jawaban benar 40% 70 % dari jumlah pertanyaan Buruk jika jawaban benar < 40 % dari jumlah pertanyaan

Pengetahuan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA. Maka untuk menilai tingkat pengetahuan responden berdasarkan skor (maksimum untuk kuesioner adalah 10). Baik >80 % x 10 = skor > 8 Sedang = 40 % - 70 % x 10 = skor 4 7 Buruk < 40 % x 10 = skor < 4

Sikap masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA. Maka untuk menilai tingkat pengetahuan responden berdasarkan skor (maksimum untuk kuesioner adalah 10). Baik >80 % x 10 = skor > 8 Sedang = 40 % - 70 % x 10 = skor 4 7 Buruk < 40 % x 10 = skor < 4

Tindakan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA. Maka untuk menilai tingkat pengetahuan responden berdasarkan skor (maksimum untuk kuesioner adalah 10). Baik >80 % x 10 = skor > 8 Sedang = 40 % - 70 % x 10 = skor 4 7 Buruk < 40 % x 10 = skor < 4

4.8 Pengelolaan DataData dibuat secara manual meskipun pengolahan data secara manual saat ini memang jarang dilakukan karena sudah ketinggalan jaman. Namun dalam keterbatasan sarana dan prasarana atau kalau data tidak terlalu besar, pengelolaan data secara manual masih diperlukan. Langkah-langkah pengelolaan data secara manual pada umumnya melalui langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting /edit terlebih dahulu kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out).

2. Membuat lebaran kode atau kartu kode (coding sheet)Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor-nomor pertanyaan.

3. Memasukkan data (data entry)Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

4. TabulasiYakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

4.9 Analisa DataMenganalisis data tidak sekedar mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang telah diolah. Keluaran akhir dari analisis data kita harus memperoleh makna atau arti dari hasil penelitian tersebut. Interpretasi data mempunyai dua sisi, sisi yang sempit dan sisi yang luas. Interpretasi data dari sisi yang sempit, hanya sebatas pada masalah penelitian yang akan dijawab melalui data yang diperoleh tersebut. Sedangkan dari sisi yang lebih luas, interpretasi data berarti mancari makna data hasil penelitian dengan cara tidak hanya menjelaskan hasil penelitian tersebut, tetapi juga melakukan inferensi atau generalisasi dari data yang diperoleh melalui penelitian tersebut.Oleh sebab itu secara rinci tujuan dilakukan analisis data adalah :a. Memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitianb. Membuktikan hipotesis hipotesis penelitian yang telah dirumuskanc. Memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian, yang merupakan kontribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan.BAB VHASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran umum hasil penelitian5.1.1 GeografiKecamatan Sibolangit merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Deli Serdang. Kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan yang terletak di daerah dataran tinggi. Secara geografis Kecamatan Sibolangit mempunyai luas wilayah 17.492 km2 (7126 Ha) yang merupakan wilayah Puskesmas Sibolangit dan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara: Kecamatan Pancur Batu Sebelah Selatan: Kabupaten Karo Sebelah Barat: Kecamatan Kutalimbaru Sebelah Timur: Kecamatan Namo Rambe dan Biru-biruWilayah Kecamatan Sibolangit merupakan daerah wisata beriklim sedang-dingin dan sebagian besar merupakan daerah perbukitan, dimana sebagian besar merupakan daerah perbukitan, dimana sebagian desa masih sulit dilalui oleh kendaraan dan bahkan harus ditempuh dengan berjalan kaki.

5.1.2 Demografi Kecamatan Sibolangit kebupaten Deli Serdang pada tahun 2013 memiliki jumlah penduduk 9.605 jiwa dengan perincian jumlah laki-laki 4.707 jiwa dan perempuan 4.898 jiwa.

5.2 Hasil Penelitian5.2.1 Karakteristik RespondenDari hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat didapatkan karakterikstik dari responden sebagai berikut:

Tabel 5.1Distribusi Responden Menurut Tingkat Umur di Desa Puang Aja Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2014

NOUSIA JUMLAH

FREKUENSIPERSENTASE

1.15-2011.85%

2.21-2547.40%

3.26-3035.55%

4.31-35611.1%

5.36-4047.40%

6.41-4535.55%

7.46-50916.6%

8.51-551018.5%

9.56-6059.25%

10.61-6523.70%

11.66-7011.85%

12.71-75611.1%

JUMLAH54100%

Analisa DataBerdasarkan data table di atas, responden paling banyak berumur 51 hingga 55 tahun dengan jumlah 10 responden ( 18.5%)

Tabel 5.2Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Desa Puang Aja Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2014

NOPEKERJAAN FREKUENSIPRESENTASE

1.TS611.1%

2SD1833.3%

3SMP1527.7%

4SMA916.6%

5STM47.40%

6D323.70%

TOTAL54100%

Analisa DataBerdasarkan data tabel diatas, responden paling banyak adalah tingkat pendidikan SD dengan jumlah 18 responden ( 33.3%)

Tabel 5.3Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Desa Puang Aja Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang tahun 2014

NOPEKERJAANJUMLAH

FREKUENSIPRESENTASE

1.Ibu Rumah Tangga59.25%

2Petani4277.7%

3Pelajar11.85%

4PNS11.85%

5Bidan; Kepala desa23.70%

6Wiraswasta35.55%

TOTAL54100%

Analisa DataBerdasarkan data tabel diatas, responden paling banyak adalah petani dengan jumlah 42 responden ( 77.7%)

5.2.2 Karakteristik Pengetahuan Masyarakat Tentang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA

A. Pengetahuan Responden

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Apa Itu Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

NoJawabanFrekuensi%

1Ya2281,5 %

2Tidak518,5 %

Jumlah27100 %

Analisa DataDari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui apa itu ISPA dan dijumpai responden yang tidak mengetahui apa itu ISPA.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut

NoJawabanFrekuensi%

1Ya1763 %

2Tidak1037 %

Jumlah27100 %

Analisa DataDari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui penyebab ISPA dan dijumpai responden yang tidak mengetahui penyebab ISPA.

Tabel 5.6Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah Bakteri dan Virus.

NoJawabanFrekuensi%

1Ya1452 %

2Tidak1348 %

Jumlah27100 %

Analisa DataDari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui penyebab ISPA adalah bakteri dan virus dan dijumpai responden yang tidak mengetahui penyebab ISPA adalah bakteri dan virus

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden bahwa Asap dan Debu Dapat Menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

NoJawabanFrekuensi%

1Ya2281,5%

2Tidak518,5 %

Jumlah27100 %

Analisa DataDari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui bahwa asap dan debu merupakan penyebab ISPA dan dijumpai responden yang tidak mengetahui bahwa asap dan debu merupakan penyebab ISPA

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden bahwa Asap dan Debu Apa Saja Yang Dapat Menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut.NoJawabanFrekuensi%

1Ya1348 %

2Tidak1452%

Jumlah27100 %

Analisa DataDari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui bahwa asap dan debu apa saja yang dapat menyebabkan ISPA dan dijumpai responden yang tidak mengetahui bahwa asap dan debu apa saja yang dapat menyebabkan ISPA Tabel 5.9Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Gejala Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut.NoJawabanFrekuensi%

1Ya1037 %

2Tidak1763%

Jumlah27100 %

Analisa DataDari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui gejala penyakit ISPA dan dijumpai responden yang tidak mengetahui gejala penyakit ISPA.

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut dapat Ditularkan dari Penderita kepada Orang Sehat

NoJawabanFrekuensi%

1Ya2385 %

2Tidak415%

Jumlah27100 %

Analisa DataDari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut dapat Ditularkan dari Penderita kepada Orang Sehat dan dijumpai responden yang tidak mengetahui tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut dapat Ditularkan dari Penderita kepada Orang Sehat

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang cara pencegahan penularan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

NoJawabanFrekuensi%

1Ya2281,5 %

2Tidak518,5 %

Jumlah27100 %

Analisa DataDari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui cara pencegahan penularan penyakit ISPA dan dijumpai responden yang tidak mengetahui cara pencegahan penularan penyakit ISPA.

Tabel 5.12Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Penanganan Pertama terhadap penderita Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

NoJawabanFrekuensi%

1Ya1763 %

2Tidak1037%

Jumlah27100 %

Analisa DataDari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui cara penanganan pertama terhadap penderita penyakit ISPA dan dijumpai responden yang tidak mengetahui cara penanganan pertama terhadap penderita penyakit ISPA

Tabel 5.13Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut dapat Ditangani dan Diobati di Puskesmas Terdekat.

NoJawabanFrekuensi%

1Ya1244,5 %

2Tidak1555,5%

Jumlah27100 %

Analisa DataDari responden di Desa Puang Aja dijumpai responden yang mengetahui penyakit ISPA dapat diobati di puskesmas dan dijumpai responden yang tidak mengetahui penyakit ISPA dapat diobati di puskesmas terdekat.Secara keseluruhan, responden yang memiliki: Pengetahuan baik (>80% benar) mengenai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA yang sehat sebanyak Pengetahuan Sedang (40-70%) mengenai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA yang sehat sebanyak Pengetahuan kurang (80% benar) mengenai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA yang sehat sebanyak Pengetahuan Sedang (40-70%) mengenai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA yang sehat sebanyak Pengetahuan kurang (80% benar) mengenai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA yang sehat sebanyak Pengetahuan Sedang (40-70%) mengenai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA yang sehat sebanyak Pengetahuan kurang (