6
1 RUMUSAN PERTEMUAN EVALUASI KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 DAN SINKRONISASI PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2011 TINGKAT KAB/KOTA WILAYAH I Dalam rangka meningkatkan kinerja ketahanan pangan dan memantapkan pelaksanaan program ketahanan pangan di tingkat kabupaten/kota Wilayah I Indonesia, maka Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Banten menyelenggarakan "Evaluasi Kegiatan Tahun 2010 dan Sinkronisasi Program Kerja dan Anggaran Ketahanan Pangan Tahun 2011 tingkat Kabupaten/Kota Wilayah I" di Hotel Le Dian Serang Provinsi Banten pada tanggal 1 – 3 Maret 2011. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Eselon I, II, III dan IV lingkup Badan Ketahanan Pangan, perwakilan dari Direktorat Pelaksana Anggaran Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu, Biro Keuangan dan Perlengkapan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, Kepala Badan/Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota Wilayah I (Se Kalimantan, Se Sumatera, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta) serta salah satu Pejabat dari Badan/Unit Kerja Ketahanan Pangan Provinsi Wilayah I. Rumusan hasil informasi dan pemaparan para nara sumber serta hasil diskusi panel dapat dirangkum menjadi langkah-langkah utama yang perlu ditindaklanjuti sebagai berikut : A. Pengembangan Distribusi dan Cadangan Pangan 1. Persyaratan Gapoktan LDPM yang berhak menerima bansos tahap ke 2 adalah Gapoktan yang telah melalui 2 putaran dalam pemanfaatan dana bansos tahap pertama untuk pembelian dan penjualan gabah sebanyak 2 kali dalam satu tahun. Hasil transaksi dicatat dilaporkan melalui sms setiap minggu ke SMS Centre Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. 2. Bansos Pengisian Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) hanya disalurkan kepada Kelompok LPM terpilih yang telah memiliki Bangunan Lumbung yang

contoh soal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

soal

Citation preview

  • 1

    RUMUSAN PERTEMUAN

    EVALUASI KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010 DAN SINKRONISASI

    PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2011

    TINGKAT KAB/KOTA WILAYAH I

    Dalam rangka meningkatkan kinerja ketahanan pangan dan memantapkan pelaksanaan program ketahanan pangan di tingkat kabupaten/kota Wilayah I Indonesia, maka Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian bekerjasama dengan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Banten menyelenggarakan "Evaluasi Kegiatan Tahun 2010 dan Sinkronisasi Program Kerja dan Anggaran Ketahanan Pangan Tahun 2011 tingkat Kabupaten/Kota Wilayah I" di Hotel Le Dian Serang Provinsi Banten pada tanggal 1 3 Maret 2011. Pertemuan tersebut dihadiri oleh Eselon I, II, III dan IV lingkup Badan Ketahanan Pangan, perwakilan dari Direktorat Pelaksana Anggaran Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu, Biro Keuangan dan Perlengkapan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, Kepala Badan/Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota Wilayah I (Se Kalimantan, Se Sumatera, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta) serta salah satu Pejabat dari Badan/Unit Kerja Ketahanan Pangan Provinsi Wilayah I.

    Rumusan hasil informasi dan pemaparan para nara sumber serta hasil diskusi panel dapat dirangkum menjadi langkah-langkah utama yang perlu ditindaklanjuti sebagai berikut :

    A. Pengembangan Distribusi dan Cadangan Pangan

    1. Persyaratan Gapoktan LDPM yang berhak menerima bansos tahap ke 2 adalah Gapoktan yang telah melalui 2 putaran dalam pemanfaatan dana bansos tahap pertama untuk pembelian dan penjualan gabah sebanyak 2 kali dalam satu tahun. Hasil transaksi dicatat dilaporkan melalui sms setiap minggu ke SMS Centre Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan.

    2. Bansos Pengisian Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) hanya disalurkan kepada Kelompok LPM terpilih yang telah memiliki Bangunan Lumbung yang

  • 2

    dibangun oleh Dana Alokasi Khusus (DAK) dan APBN Tahun 2009. Pemerintah Daerah diharapkan dapat mendorong upaya pengembangan dan pembangunan lumbung yang bersumber pada APBD setempat. Selain itu mengingat keterbatasan anggaran pemerintah, pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat di wilayah perkotaan belum menjadi kebutuhan mendesak, mengingat akses transportasi yang relatif lancar serta potensi rawan pangan dan bencana yang lebih rendah dari wilayah perdesaan.

    B. Pengembangan Diversifikasi Pangan dan Keamanan Pangan Segar

    3. Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber pangan lokal dilaksanakan secara sungguh-sungguh dengan memaksimalkan potensi sumber-sumber pangan di daerah. Melalui penerapan sentuhan teknologi pangan, serta promosi dan jalinan pemasaran yang memadai, diharapkan sumber pangan lokal tersebut dapat semakin dikenal dan dikonsumsi oleh masyarakat secara luas.

    4. Agar lebih optimal di dalam pembinaannya, lokasi dan sasaran kelompok penerima manfaat pada kegiatan pengembangan pekarangan P2KP berada satu lokasi dengan atau juga merupakan sasaran kelompok wanita pelaku UMKM yang menerima bantuan peralatan pengolah tepung, kecuali jika di desa penerima manfaat P2KP tidak ada kelompok wanita/dasa wisma, maka dapat dialihkan ke desa lain.

    5. Hasil evaluasi terhadap preferensi masyarakat menyatakan bahwa penggunaan sumber pangan karbohidrat non beras kurang diminati karena bentuknya tidak seperti bentuk beras, dan selama ini hanya digunakan sebagai makanan sampingan. Sehubungan hal tersebut, maka pada tahun 2011 akan dilaksanakan kajian tentang beras analog sebagai bahan dasar pengganti/substitusi beras, selain itu akan dikaji kemungkinan pengembangan dan aplikasi teknologi dan mekanisasi berupa alat ekstruder pembuatan beras analog.

  • 3

    C. Pengembangan Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

    6. Pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan dan Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) tahun 2011 mengacu pada Pedoman Umum dan Pedoman Teknis Kegiatan Desa Mandiri Pangan Tahun 2011 serta Pedoman Teknis Penanganan Daerah Rawan Pangan (PDRP) Tahun 2011. Pada pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan Tahun 2011 peran camat, khususnya dalam gerakan kemandirian pangan untuk memobilisasi sumberdaya di wilayahnya sudah mulai ditingkatkan.

    7. Dana PDRP dapat segera dicairkan setelah ada rekomendasi tim SKPG sesuai dengan Permentan No. 43 Tahun 2010 di daerah yang dinyatakan dalam peta FSVA berwarna kuning dan merah, tanpa harus menunggu terjadinya bencana. Hasil analisis SKPG perlu diekspose dan dikoordinasikan bersama instansi lintas sektor. Untuk itu perlu dukungan APBN dan APBD terkait dengan operasional pelaksanaan SKPG yang sesuai kondisi wilayah.

    8. Pada tahun 2011 akan dilakukan penyusunan FSVA Provinsi dirinci hingga wilayah kecamatan di 19 provinsi, sedangkan penyusunan FSVA kabupaten yang dirinci hingga wilayah desa di 14 provinsi. Diharapkan Provinsi dan Kabupaten/kota sudah mengalokasikan APBD untuk mendukung penyusunan kegiatan tersebut.

    D. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya

    9. Sesuai dengan kebijakan percepatan pelaksanaan kegiatan dan anggaran tahun 2011 dimana pada bulan Maret (Triwulan I) serapan anggaran harus sudah mencapai 20 % dan 50 % pada bulan Juni (Semester) 2011, sehingga diharapkan realisasi anggaran tidak menumpuk di akhir tahun. Implementasi kebijakan tersebut dilaksanakan melalui percepatan penyaluran dana bansos, antara lain Penyaluran Bansos pada kegiatan Lembaga Distribsi Pangan Masyarakat (LDPM) dan Pengembangan Pekarangan pada kegiatan Percepatan Penganekaragaman Pangan (P2KP) tahun kedua (LDPM dan P2KP) dicairkan sebelum Juni, sedangkan penyaluran dana bansos tahun pertama (LDPM, P2KP dan Desa Mapan) akan dilaksanakan pada bulan Juli

  • 4

    sampai Agustus. Meski demikian terdapat beberapa kendala yang ditemukan dalam implementasi langkah percepatan tersebut, antara lain belum ditetapkannya SK Pejabat Pengelola Keuangan (KPA, PPK, Bendaharawan dan Penguji SPM) pada Satuan Kerja Pengelola Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/kota, keterlambatan penyelesaian dokumen Juklak/Juknis dan pemanfaatan dana bansos yang kurang sesuai dengan kondisi wilayah spesifik.

    10. Sehubungan dengan adanya arahan Menteri Keuangan tentang Penghematan Anggaran APBN Kementerian/Lembaga TA. 2011 sebesar 10 % untuk direalokasi pada pembiayaan kebijakan nasional berupa Percepatan Peningkatan Produksi Padi Nasional. Implementasi Kebijakan tersebut akan diperkuat dengan diterbitkannya Inpres pada bulan Maret. Menyikapi hal tersebut, Badan Ketahanan Pangan telah melakukan exercise penghematan terhadap seluruh Satuan Kerja (Kantor Pusat, Dekonsentrasi maupun Tugas Pembantuan) dan telah disampaikan kepada seluruh daerah pelaksana program untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan urgensi kegiatan Ketahanan Pangan. Agar pelaksanaan anggaran dan kegiatan tidak terhambat, seluruh SKPD masih dapat melaksanakan pencairan dana APBN pada pos kegiatan dan anggaran yang tidak dilakukan penghematan. Langkah tersebut diambil agar kinerja penyerapan anggaran tidak terganggu dengan adanya Inpres dimaksud.

    11. Sesuai dengan adanya Surat Edaran Menteri Keuangan tentang batas waktu pengajuan usulan pencairan tanda blokir pada kegiatan dan anggaran di beberapa Satuan Kerja yang ditetapkan bulan Juni 2011, diharapkan seluruh Satuan Kerja yang memiliki anggaran yang diblokir untuk segera mengajukan usulan pencairan tanda blokir dengan dilengkapi Kerangka Acuan Kerja, serta data pendukung lain yang diperlukan. Usulan tersebut ditujukan kepada Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian paling lambat bulan April 2011.

    12. Hasil temuan Inspektorat maupun Badan pemeriksa lainnya, menyatakan bahwa secara umum pemanfaatan dana bansos oleh kelompok sasaran tidak sesuai Rencana Usulan Kegiatan (RUK), sehingga pelaksanaannya dinilai

  • 5

    kurang sesuai dengan Pedoman Teknis. Berkaitan hal tersebut, disarankan agar RUK dapat direvisi untuk disesuaikan dengan kondisi pada saat pencairan.

    13. Hasil evaluasi pelaksanaan SIMAK BMN dan SAI menyatakan bahwa pendataan dan pencatatan aset inventaris hasil perolehan dari dana APBN Ketahanan Pangan masih kurang baik, Hal tersebut disebabkan oleh keberadaan aset digunakan oleh instansi di luar Ketahanan Pangan, sehingga tidak terpantau kondisi dan terkoordinasi penggunaanya. Oleh sebab itu diharapkan kepada seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pengelola dana APBN ketahanan pangan tidak meminjamkan aset inventarisnya kepada pihak lain. Apabila dalam kondisi mendesak, peminjaman aset untuk masa 2 tahun kepada pihak lain wajib mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Selanjutnya apabila masa peminjaman melebihi waktu 2 tahun wajib mendapat persetujuan Kuasa Pengguna Barang di tingkat Eselon I dengan tembusan kepada Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian yang selanjutnya akan dilaporkan kepada Ditjen Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan. Untuk pengalihan aset dari Satker non aktif harus mengikuti langkah-langkah penyerahan aset untuk satker mati yang dikeluarkan oleh Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.

    14. Khusus untuk penyaluran bantuan barang ke masyarakat sasaran program, agar dipastikan barang yang akan disalurkan tidak masuk pada kategori akun Belanja Modal sehingga terhindar dari masalah baik dalam penggunaannya maupun di dalam pelaporan keuangannya. Selain itu, aset modal yang sudah terlanjur disalurkan ke masyarakat pada masa lalu akan diupayakan persetujuan penghapusannya oleh Ditjen Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan melalui Biro Keuangan dan Perlengkapan setelah diperiksa oleh Inspektorat Jenderal, Kementerian Pertanian.

    15. Mekanisme pelaksanaan kegiatan dan anggaran tetap mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian, Kepala Badan Ketahanan Pangan, maupun peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan.

  • 6

    16. Revisi perubahan belanja modal ke belanja sosial pada dana Tugas Pembantuan dapat dilakukan di masing-masing Eselon I, dan dilaporkan ke Kementerian Keuangan. Namun pelaksanaan revisi tersebut akan memerlukan waktu lama, sehingga berpotensi menghambat pelaksanaan anggaran.

    17. Gapoktan/kelompok sasaran program Badan Ketahanan Pangan, pada prinsipnya diperbolehkan mendapat bansos dari program lain, sepanjang pemanfaatannya berbeda dengan peruntukan dan tujuan penyaluran bansos Demapan, LDPM, Lumbung Pangan, dan P2KP.

    18. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam revisi DIPA dan POK antara lain :

    a) Pergeseran akun sebanyak 4 digit atau lebih selama tidak merubah DIPA masih merupakan kewenangan KPA, meskidemikian Arsip Data Komputer (ADK) tetap disampaikan ke Kanwil atau Ditjen Perbendaharaan untuk dilakukan rekonsilisasi keuangan.

    b) Tidak diperkenankan merevisi yang mengurangi spesifikasinya. c) Pergeseran dari 52 (belanja barang) ke 53 (belanja modal)

    kewenangannnya berada di Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat. d) Pengusulan pejabat Pengelola Keuangan atau Pejabat Perbendaharaan

    dapat diusulkan oleh Kepala Badan/Unit Kerja KP Kab/Kota ke Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dengan tembusan kepada Bupati/Walikota;

    e) Salah satu persyaratan menjadi Bendahara adalah memiliki sertifikat pengadaan barang dan jasa, namun jika tidak ada pegawai yang memiliki sertfikat tersebut maka pegawai yang ditunjuk sebagai bendahara minimal berpendidikan Sarjana dan diberi toleransi hingga 1 tahun untuk mendapatkan sertifikat Pengadaan Barang dan Jasa.

    19. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan, ketersediaan pangan di tingkat provinsi pada tahun 2015 sebesar 100 % karena dianggap sarana dan prasarana serta kondisi SDM yang dimiliki dianggap sudah baik.

    Banten, 3 Maret 2011