Upload
tri-febrianti
View
51
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
penelitian tentang mda
Citation preview
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
1/87
TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA
MENURUNKAN MALONDIALDEHID PADA TIKUS
YANG DIBERI MINYAK JELANTAH
TRIJONO SUWANDI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
2/87
TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA
MENURUNKAN MALONDIALDEHID PADA TIKUS
YANG DIBERI MINYAK JELANTAH
TRIJONO SUWANDI
NIM 0890761018
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
3/87
TESIS
PEMBERIAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA
MENURUNKAN MALONDIALDEHID PADA TIKUS
YANG DIBERI MINYAK JELANTAH
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik
Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
TRIJONO SUWANDI
NIM 0890761018
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
4/87
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 19 Januari 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And, FAACS Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FKNIP. 194606191976021001 NIP. 194606191976021001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik DirekturProgram Pasca Sarjana Program PascasarjanaUniversitas Udayana Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, SpAnd,FAACS Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp. S(K)NIP. 194612131971071001 NIP. 195902151985102001
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
5/87
Tesis Ini Telah Diuji padaTanggal 19 Januari 2012
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No. 0144/UN14.4/HK/2012, Tanggal 16 Januri 2012
Ketua : Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila,SpAnd., FAACS
Anggota :1. Prof. dr. I Gusti Made Aman, SpFK
2. Prof. Dr. dr. N. Adiputra, MOH
3. Prof. dr. N. Agus Bagiada, Sp.BIOK
4. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc., SpAnd
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
6/87
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya tesis yang berjudul Pemberian
Ekstrak Kelopak Bunga Rosela Menurunkan Malondialdehid pada Tikus yang Diberi
Minyak Jelantahdapat diselesaikan.
Tesis ini untuk memenuhi persyaratan tugas akhir pendidikan yang dijalani
penulis untuk memperoleh gelar magister pada Program Magister Program Studi Ilmu
Kedokteran Biomedik, Kekhususan Anti-Aging Medicine, Program Pasca Sarjana
Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat,
penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And, FAACS selaku Ketua Program SudiIlmu Kedokteran Biomedik Universitas Udayana dan selaku pembimbing I yang
telah memberikan banyak dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan kepada
penulis selama penyusunan tesis ini.
2.
Prof. dr. I Gusti Made Aman, Sp.FK. selaku pembimbing II yang dengan penuh
perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan dan masukan
kepada penulis selama penyusunan tesis ini.
3. Prof. Dr. dr, N. Adiputra, MOH. selaku pembimbing akademik dan selaku
penguji yang telah memberikan banyak dorongan, semangat, bimbingan dan
masukan kepada penulis selama penyusunan tesis ini.
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
7/87
4. Prof. dr. N. Agus Bagiada, SpBIOK. selaku penguji yang telah memberikan
banyak dorongan, semangat, bimbingan dan masukan kepada penulis selama
penyusunan tesis ini.
5.
Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc. Sp.And. selaku penguji yang dengan penuh
perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan masukan
selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyusunan tesis
ini.
6. Drs. I Ketut Tunas, M.Si., yang telah memberikan masukan dan saran ilmiah
terutama dalam metode penelitian dan statistik yang sangatlah berguna bagi
penulis dalam menyusun tesis ini.
7. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc., selaku kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi
Universitas Gajah Mada dan Bapak Yulianto selaku staf yang telah banyak
membantu dalam menyediakan binatang pecobaan serta fasilitas tempat,peralatan dan bantuan teknis bagi terlaksananya penelitian di Laboratorium Pusat
Studi Pangan dan Gizi Universitas Gajah Mada.
8. Para dosen pengajar dan staf di Universitas Udayana yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, yang selalu memberikan dorongan dan bantuan.
9. Segenap staf administrasi dan teman-teman mahasiswa yang telah membantu
dan memberikan dorongan semangat bagi penulis.
10. Istri yang sangat mengasihi, Endang Setiawati, anak-anak tersayang, William,
Kevin dan Charissa, atas segala doa, dukungan dan pengertiannya selama
penulis menempuh pendidikan.
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
8/87
11. Keluarga tercinta, Papa, Mama dan adik-adik, atas doa, perhatian, semangat
selama penulis menempuh pendidikan.
12. Rekan-rekan sejawat yaitu Eve, Jess, Fifin, Kris, Teguh, Juli, dr. Oka dan rekan-
rekan sejawat lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu
memberikan dorongan, semangat, dan saran selama penulis mengikuti program
magister, khususnya dalam penulisan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pelaksanaan dan peyelesaian tesis ini.
Penulis berharap tesis ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis pribadi,
bagi program pendidikan Magister Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pasca
Sarjana Universitas Udayana, serta bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari semuapihak akan menjadi masukan yang sangat diharapkan.
Akhir kata, Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan kasih, berkat,
damai sejahtera dan anugerah-Nya kepada kita semua.
Denpasar, Juli 2011
Penulis
Trijono Suwandi
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
9/87
ABSTRAK
PEMBERIAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELA MENURUNKANMALONDIALDEHID PADA TIKUS YANG DIBERI MINYAK JELANTAH
Minyak jelantah adalah minyak goreng bekas yang sudah dipakai untukmenggoreng berbagai jenis makanan dan sudah mengalami perubahan padakomposisi kimianya. Penggunaaan minyak jelantah dapat terbentuk radikal bebas.Radikal bebas yang berlebihan menimbulkan stres oksidasi yang memicu prosesperoksidasi lipid, kerusakan oksidatif protein dan mutasi DNA, sehingga dapatmempercepat terjadinya proses penuaan. Rosela dapat dijadikan sumber antioksidan,karena mengandung vitamin C, vitamin E, beta karoten, omega 3, dan flavanoid.Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kelopak bunga rosela
pada tikus jantan yang diberi minyak jelantah. Penurunan stres oksidasi dapatdiketahui salah satunya dengan mengukur MDA yang merupakan produk akhir dariperoksidasi lipid.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan pre testand post test control group design, yang dilaksanakan di Laboratorium Pusat StudiPangan dan Gizi Universitas Gajah Mada, Jogjakarta. Penelitian ini menggunakan 18ekor tikus jantan galur Wistar yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompokkontrol (P0) diberi minyak jelantah dan aquades, kelompok perlakuan 1 (P1) diberiminyak jelantah dan ekstrak kelopak bunga rosela dosis 250 mg/kg BB dan kelompokperlakuan 2 (P2) diberi minyak jelantah dan ekstrak kelopak bunga rosela dosis 500mg/kg BB. Perlakuan terhadap ketiga kelompok ini dilakukan selama 14 hari.
Uji perbandingan sesudah diberikan ekstrak kelopak bunga rosela antara ketigakelompok menggunakan One Way Anova. Rerata kadar MDA kelompok kontroladalah 7,790,32, rerata kelompok P1 adalah 5,190,30, dan rerata kelompok P2adalah 3,410,36. Terjadi penurunan kadar MDA secara bermakna pada ketigakelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak kelopak bunga rosela secaraperoral selama 14 hari (p < 0,05).
Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak kelopak bunga rosela dosis 250 mg/kgBB menurunkan malondialdehid sebesar 28,0% pada tikus yang diberi minyakgoreng jelantah dan pemberian ekstrak kelopak bunga rosela dosis 500 mg/kg BBmenurunkan malondialdehid sebesar 50,2%. Hasil penelitian ini diharapkan dapatdipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis maksimal
ekstrak kelopak bunga rosella pada hewan coba dan perlu dilakukan clinical trial.
Kata kunci : rosela, malondialdehid, minyak jelantah.
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
10/87
ABSTRACT
ADMINISTRATION OF ROSELLA PETAL FLOWER EXTRACTDECREASES MALONDIALDEHYDE IN RATS FED WITH WASTE
COOKING OIL
Waste cooking oil is used oil that has been used to fry many kinds of food andchanges in their chemical composition. The use of waste cooking oil, especiallywith deep frying method can form free radicals. Excessive free radicals will causeoxidative stress that triggers the process of lipid peroxidation, oxidative damage ofprotein and DNA mutation, which can accelerate the aging process. Lipidperoxididation products can be measured as MDA levels. Rosella contains vitaminC, vitamin E, beta carotene, omega 3, and flavonoids, is a natural antioxidant which
can reduce the negative impact of oxidants including free radicals. This research aimsto determine the effect of rosella petal flower extract against MDA in rats fed withwaste cooking oil. Decrease in oxidative stress can be determined by measuringMDA which is the end product of lipid peroxidation.
This research was an experimental study which applies randomized Pre test andPost test Control Group design. Research conducted at the Food and Nutrition Centreof Study Laboratory, Gajah Mada University, Jogjakarta. This research was done on18 male Wistar strain rats, were divided into three research groups. The first groupwas the control group (P0) which were administrated with waste cooking oil andaquades. The second group was the treatment group 1 (P1) which were administratedwith waste cooking oil and rosella petal flower extract dose of 250 mg/kg. While the
third group was the treatment group 2 (P2) were administrated with waste cooking oiland rosella petal flower extract dose of 500 mg/kg. The treatment of the three groupswas conducted for 14 days.
The analysis result between the three groups using One Way Anova, comparisontest after roselle petals flower extract administration among the three groups wasMDA level. The average of the control group was 7.79 0.32, the average P1 groupwas 5.19 0.30, and the average P2 group was 3,41 0.36. There were significantdifferences in MDA levels decreased in all three groups after the treatment rosellapetal flower extract administration orally for 14 days (p
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
11/87
DAFTAR ISI
Hal
SAMPUL DALAM............................................................................ i
PRASYARAT GELAR..................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI.................................................. iv
UCAPAN TERIMA KASIH............................................................. v
ABSTRAK......................................................................................... viii
ABSTRACT....................................................................................... ix
DAFTAR ISI...................................................................................... x
DAFTAR TABEL.............................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR......................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 6
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................ 8
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
12/87
2.1. Proses Penuaan ........................................................................... 8
2.2. Radikal Bebas ............................................................................. 9
2.2.1. Definisi Radikal Bebas .......................................................... 9
2.2.2. Sumber Radikal Bebas ........................................................... 10
2.2.3. Sifat Radikal Bebas ................................................................ 11
2.3. Antioksidan ............................................................................ 12
2.3.1. Definisi Antioksidan .............................................................. 12
2.3.2. Jenis Antioksidan ................................................................... 13
2.4. Stres Oksidasi ........................................................................ 14
2.5. Malondialdehid (MDA) ......................................................... 15
2.6. Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) ............................................. 15
2.6.1. Taksonomi ............................................................................. 15
2.6.2. Nama Lain ............................................................................. 16
2.6.3. Karakteristik dan Morfologi ................................................. 17
2.6.4. Kandungan Senyawa Kimia .................................................. 18
2.6.5. Manfaat Rosela ..................................................................... 18
2.6.6. Toksisitas .............................................................................. 20
2.7. Minyak Goreng Jelantah ....................................................... 20
2.8. Dampak Minyak Jelantah terhadap Kesehatan ..................... 23
2.9. Hewan Coba Tikus (Rattus novergicus L.) ........................... 25
2.9.1. Penggunaan Tikus ................................................................. 25
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
13/87
2.9.2. Pemberian Makanan Dan Minuman ...................................... 26
2.9.3. Pemantauan Keselamatan Tikus ............................................ 27
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ... 28
3.1. Kerangka Berpikir ................................................................. 28
3.2. Konsep ................................................................................... 29
3.3. Hipotesis ................................................................................ 30
BAB IV METODE PENELITIAN ................................................... 31
4.1. Rancangan Penelitian ............................................................ 31
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 32
4.3. Subjek Penelitian ................................................................... 33
4.3.1. Subjek Penelitian ................................................................... 33
4.3.2. Kriteria Subjek ....................................................................... 33
4.3.3. Besar Sampel ......................................................................... 33
4.3.4. Teknik Penentuan Sampel ..................................................... 35
4.4. Variabel Penelitian ................................................................ 35
4.4.1. Klasifikasi Variabel Penelitian ............................................. 35
4.4.2. Definisi Operasional Variabel ............................................... 36
4.5. Bahan Penelitian .................................................................... 37
4.6. Alat Penelitian ....................................................................... 38
4.7. Prosedur Penelitian ................................................................ 38
4.7.1. Pengambilan Subjek dan Jumlah Subjek Penelitian ............. 38
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
14/87
4.7.2. Penentuan Dosis .................................................................... 39
4.7.3. Prosedur Kerja ...................................................................... 41
4.7.4. Alur Penelitian ...................................................................... 43
4.8. Analisis Data ......................................................................... 44
BAB V HASIL PENELITIAN.......................................................... 45
5.1. Uji Normalitas Data Kadar MDA........................................... 45
5.2. Uji Homogenitas Varians Kadar MDA Antar Kelompok
Sebelum dan Sesudah Perlakuan............................................ 46
5.3. Kadar MDA............................................................................ 46
5.3.1. Uji Komparabilitas Kadar MDA............................................ 46
5.3.2. Analisis Efek Pemberian Minyak Goreng Jelantah antar
Kelompok............................................................................... 47
5.3.3. Analisis Efek Pemberian Ekstrak Kelopak Bunga Rosela
antar Kelompok ..................................................................... 48
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN............................ 51
6.1. Subjek Penelitian.................................................................... 51
6.2. Pengaruh Ekstrak Kelopak Bunga Rosela terhadap Kadar
MDA Darah............................................................................ 51
BAB VII SIMPULAN dan SARAN.................................................. 56
7.1 Simpulan................................................................................. 56
7.2 Saran....................................................................................... 56
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
15/87
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 57
LAMPIRAN.. 62
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
16/87
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1. Data Biologis Tikus ................................................... 26
Tabel 5.1. Hasil Uji Normalitas Kadar MDA ............................. 45
Tabel 5.2. Homogenitas Kadar MDA antar Kelompok
Perlakuan ................................................................... 46
Tabel 5.3. Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum
Diberi Minyak Jelantah .............................................. 46
Tabel 5.4. Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah Diberi
Minyak Jelantah (Pre Test) ........................................ 47
Tabel 5.5. Perbedaan Rerata Kadar MDA antar Kelompok
Sesudah Diberikan Ekstrak Kelopak Bunga Rosela
(Post Test)................................................................... 48
Tabel 5.6 Beda Nyata Terkecil Kadar MDA Sesudah Diberikan
Ekstrak kelopak Bunga Rosela antar Dua Kelompok.. 49
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
17/87
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konsep ........................................... 30
Gambar 4.1. Rancangan Penelitian ................................................ 31
Gambar 4.2. Hubungan Antar Variabel .......................................... 37
Gambar 4.3. Skema Alur Penelitian ............................................... 43
Gambar 5.1. Perbedaan Rerata Kadar MDA pada Kelompok
Kontrol, Kelompok Perlakuan 1 dan Kelompok
Perlakuan 2 ................................................................ 50
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
18/87
DAFTAR SINGKATAN
SINGAKATAN
AAM : Anti Aging Medicine
KAP : Kedokteran Anti Penuaan
LSD : Least Significance Difference
MDA : Malondialdehid
MUFA : Mono Unsaturated Fatty Acid
PUFA : Poly Unsaturated Fatty Acid
ROS : Reactive Oxygen Species
TBARS : Thiobarbituric Acid Reactive Substance
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
19/87
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Konversi Perhitungan Dosis Laurence &
Bacharach ................................................................... 62
Lampiran 2. Uji Normalitas Data MDA Sebelum dan
Sesudah Perlakuan ..................................................... 63
Lampiran 3. Uji One Way Anova.................................................... 64
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
20/87
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada umumnya manusia menginginkan hidup berumur panjang, mempunyai
kualitas hidup yang baik, sehat dan berkualitas serta tidak mau tampak cepat tua.
Untuk mencapai hal tersebut, maka manusia melakukan berbagai upaya untuk
mencegah proses penuaan.
Penuaan dapat digambarkan sebagai proses penurunan fungsi fisiologis tubuh
secara bertahap yang mengakibatkan hilangnya kemampuan tumbuh dan kembang
serta meningkatnya kelemahan (Bludau, 2010).
Dengan berkembangnya Ilmu Kedokteran Anti Penuaan (KAP) atau Anti-Aging
Medicine (AAM) tercipta suatu konsep baru dalam dunia kedokteran. AAM adalahbagian ilmu kedokteran yang didasarkan pada penggunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi kedokteran terkini untuk melakukan deteksi dini, pencegahan, pengobatan,
dan perbaikan ke keadaan semula berbagai disfungsi, kelainan, dan penyakit yang
berkaitan dengan penuaan, yang bertujuan untuk memperpanjang hidup dalam
keadaan sehat. Dengan demikian, penuaan bukan lagi merupakan suatu keadaan
normal yang memang harus terjadi, namun dianggap sama sebagai suatu penyakit,
yang dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke keadaan semula,
sehingga berakibat usia harapan hidup manusia dapat menjadi lebih panjang dengan
kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2007).
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
21/87
Proses penuaan dapat disebabkan oleh banyak hal, dapat disebabkan faktor dari
luar, misalnya makanan yang tidak sehat, kebiasaan yang tidak sehat, polusi
lingkungan, stres dan faktor kemiskinan, dan dapat disebabkan faktor dari dalam,
salah satunya adalah radikal bebas (Pangkahila, 2007). Ada banyak teori tentang
penuaan, di antaranya adalah teori radikal bebas yang dikemukakan oleh Gerschman
pada tahun 1954 dan kemudian dikembangkan oleh Denham Harman pada tahun
1982. Teori ini menjelaskan bahwa radikal bebas dapat merusak sel-sel dalam tubuh
manusia. Penimbunan radikal bebas akan menyebabkan stres oksidatif yang pada
akhirnya dapat menimbulkan kerusakan, bahkan kematian sel dalam tubuh (Goldman
dan Klantz, 2003).
Radikal bebas dapat berasal dari dalam dan dari luar tubuh. Yang berasal dari
dalam tubuh, misalnya akibat proses respirasi sel, proses metabolisme, proses
inflamasi, sedangkan yang berasal dari luar tubuh dapat disebabkan oleh karenapolutan, seperti asap rokok, asap kendaraan bermotor, radiasi sinar matahari,
makanan berlemak, kopi, alkohol, obat, minyak goreng jelantah, bahan racun
pestisida, dan masih banyak lagi yang lainnya. Juga dapat dipicu oleh stres atau olah
raga yang berlebihan (Pham-Huy et al., 2008).
Pada penggunaaan minyak goreng jelantah, khususnya yang digunakan dengan
cara deep frying dapat terbentuk radikal bebas. Yang dimaksud dengan minyak
jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari berbagi jenis minyak goreng,
minyak jelantah ini merupakan minyak bekas yang sudah dipakai untuk menggoreng
berbagai jenis makanan dan sudah mengalami perubahan pada komposisi kimianya
(Rukmini, 2007; Lestari, 2010). Sedangkan deep fryingadalah cara menggoreng yang
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
22/87
menggunakan minyak goreng dalam jumlah banyak, dengan pemanasan berulang dan
pada suhu yang tinggi (Sartika, 2009). Pemanasan yang lama atau berulang-ulang
akan mempercepat terjadinya destruksi minyak akibat meningkatnya kadar peroksida.
Hal tersebut terjadi karena pada saat pemanasan akan terjadi proses destruksi berupa
degradasi, oksidasi dan dehidrasi dari minyak goreng. Proses ini dapat meningkatkan
kadar peroksida dan pembentukan radikal bebas yang bersifat toksik, sehingga
membahayakan bagi tubuh (Mulyati dan Meilina, 2007; Oktaviani, 2009).
Radikal bebas dapat merusak makromolekul seperti protein, asam nukleat dan
lipid. Radikal bebas menimbulkan reaksi rantai, misalnya peroksidasi lipid yang
berdampak merusak komponen membran sel yang mengandung asam lemak tidak
jenuh ganda menjadi senyawa toksis terhadap sel seperti malondialdehid, 9-hidroksi-
noneal, F2-isoprostan, etana dan pentana (Murray et al., 2000). Malondialdehid
(MDA) merupakan salah satu petanda terjadinya kerusakan oksidatif oleh radikalbebas pada membran sel (Suryohudoyo, 2000).
Untuk mencegah terjadinya efek buruk dari radikal bebas diperlukan antioksidan.
Penggunaan antioksidan mulai marak akhir-akhir ini seiring dengan semakin
meningkatnya pemahaman pada masyarakat tentang peranan antioksidan dalam
menghambat penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, arteriosklerosis,
penyakit kanker dan gejala penuaan (Goldman dan Klantz, 2003; Kuncahyo dan
Sunardi, 2007). Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat atau
mencegah terjadinya oksidasi. Cara kerja senyawa antioksidan adalah (Utami et al.,
2009):
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
23/87
1. Bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas tidak reaktif
yang relatif stabil.
2. Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan
elektron yang dimiliki radikal bebas.
3. Menghambat terjadinya reaksi rantai dari pembentukan radikal bebas.
Rosela (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan salah satu tanaman yang dapat
dijadikan sebagai sumber antioksidan.Di beberapa daerah, masyarakat menggunakan
kelopak bunga rosela ini sebagai teh, biasanya disebut dengan teh merah.
Menurut DEPKES RI. kelopak bunga rosela mengandung vitamin C, vitamin D,
vitamin B1, B2, niacin, riboflavin, betakaroten, zat besi, asam amino, polisakarida,
omega 3, kalsium. Tiap 100 gram kelopak bunga rosela mengandung vitamin C yang
cukup tinggi, yaitu sekitar 260-280 mg (Maryani dan Kristiana, 2008).
Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kandungan dan manfaatrosela. Pada penelitian yang dilakukan Arellano et al. (2004), didapat kandungan
vitamin A, vitamin C, theaflavins, cathecins. Kandungan theaflavins dan cathecins
membantu menjaga kolesterol dalam darah dengan cara membatasi penyerapan
kolesterol dan meningkatkan pembuangan kolesterol LDL dari hati. Vitamin C
berfungsi dalam menetralisir lemak dalam tubuh, sehingga bermanfaat untuk body
slimming, body firming. Vitamin A dan vitamin C menjaga, mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan tubuh serta mencegah penuaan dini dan munculnya katarak.
Vitamin A, vitamin C dan kalsium berguna untuk kesehatan mata, kulit dan tulang
sedangkan serat untuk memperbaiki sistem pencernaan. Pada penelitian lain tentang
efek kelopak bunga rosela terhadap kerusakan sel hati tikus, ditemukan senyawa
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
24/87
polifenol (Liu et al., 2002; Lin et al., 2003), dan anthocyanidins (Lazze et al., 2003;
Ojokoh et al., 2006). Amin dan Hamza (2005) yang meneliti efek hepatoprotektif
rosela mendapatkan kandungan flavanoid. Flavonoid yang terdapat dalam kelopak
bunga rosela bermanfaat untuk mencegah kanker, terutama karena radikal bebas,
seperti kanker lambung dan leukemia. Selain itu flavonoid juga mempunyai efek
protektif terhadap penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi (Kusmardiyana et al.,
2007).
Jadi kelopak bunga rosela mengandung antioksidan, asam amino, vitamin,
mineral, dan lain-lain. Kandungan antioksidan kelopak bunga rosela antara lain:
vitamin C, vitamin E, beta karoten, omega 3, flavanoid. Antioksidan berperan penting
dalam konsep Ilmu KAP dalam meredam efek buruk dari radikal bebas, salah satu
penyebab proses penuaan (Pangkahila, 2007).
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan, penggunaan minyak goreng jelantahyang banyak terjadi di masyarakat dapat menyebabkan pembentukan radikal bebas,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang berakibat terjadinya
kerusakan, bahkan kematian sel. Hal ini bisa ditanggulangi dengan pemakaian
kelopak bunga rosela yang mengandung antioksidan.
Berdasarkan pengamatan penulis, belum ada penelitian ilmiah yang dilakukan
untuk membuktikan manfaat dari kelopak bunga rosela dalam menurunkan
malondialdehid yang diakibatkan oleh pemakaian minyak goreng jelantah. Oleh
karena itu penulis melakukan penelitian untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak
kelopak bunga rosela dapat menurunkan malondialdehid (MDA) pada tikus putih
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
25/87
(Rattus norvegicus L.) jantan galur Wistar sehat yang diberi/diinduksi minyak goreng
jelantah.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: Apakah
pemberian ekstrak kelopak bunga rosela dapat menurunkan MDA pada tikus jantan
(Rattus novergicus L.) galur Wistar yang diberi minyak goreng jelantah?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian antioksidan dalam
menurunkan terjadinya kerusakan oksidatif.
2. Tujuan KhususUntuk mengetahui pemberian ekstrak kelopak bunga rosela dapat menurunkan
MDA pada tikus jantan galur Wistar yang diinduksi minyak goreng jelantah.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Memberikan informasi ilmiah mengenai peranan pemberian ekstrak kelopak
bunga rosela dalam menurunkan malondialdehid pada tikus jantan galur Wistar yang
diberi minyak goreng jelantah.
2. Manfaat Praktis
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
26/87
Memberikan informasi bahwa pemberian ekstrak kelopak bunga rosela
menurunkan malondialdehid yang merupakan salah satu hasil dari terjadinya
kerusakan oksidatif, salah satu penyebab penting terjadinya proses penuaan. Selain
itu, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
penelitian selanjutnya.
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
27/87
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Proses Penuaan
Penuaan dapat digambarkan sebagai proses penurunan fungsi fisiologis tubuh
secara bertahap yang mengakibatkan hilangnya kemampuan tumbuh dan kembang
serta meningkatnya kelemahan (Bludau,2010). Banyak faktor yang mempengaruhi
terjadinya proses penuaan. Faktor-faktor ini terbagi menjadi faktor internal meliputi
radikal bebas, genetik, hormon yang berkurang dan faktor eksternal meliputi pola
hidup tidak sehat, diet tidak sehat, stres, dan polusi lingkungan. Faktor-faktor ini
dapat dicegah, diperlambat bahkan mungkin dihambat, sehingga usia harapan hidup
dapat lebih panjang dengan kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2007).
Bermodalkan kesadaran tentang pentingnya menjaga kesehatan dan menghindariberbagai faktor penyebab proses penuaan dilengkapi dengan pengobatan, masyarakat
memiliki kesempatan untuk hidup lebih sehat dan berusia lebih panjang dengan
kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2007).
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menghambat proses penuaan antara
lain adalah menjaga kesehatan tubuh dan jiwa dengan pola hidup sehat meliputi
berolahraga teratur, makanan sehat dan cukup, atasi stres, melakukan pemeriksaan
kesehatan berkala yang diperlukan dan disesuaikan dengan kondisi, menggunakan
obat dan suplemen yang diperlukan sesuai petunjuk ahli untuk mengembalikan fungsi
berbagai organ tubuh yang menurun. Namun, terdapat pula hambatan atau kesulitan
melakukan upaya menghambat proses penuaan, antara lain karena lingkungan tidak
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
28/87
sehat, pengetahuan rendah dan budaya yang tidak benar. Yang juga termasuk
hambatan adalah adanya pola hidup yang tidak sehat seperti diet yang tinggi
karbohidrat dan lemak jenuh (Pangkahila, 2007).
Dengan berkembangnya AAM tercipta suatu konsep baru dalam dunia
kedokteran. AAM adalah bagian ilmu kedokteran yang didasarkan pada penggunaan
ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran terkini untuk melakukan deteksi dini,
pencegahan, pengobatan, dan perbaikan ke keadaan semula berbagai disfungsi,
kelainan, dan penyakit yang berkaitan dengan penuaan, yang bertujuan untuk
memperpanjang hidup dalam keadaan sehat. Dengan demikian, penuaan bukan lagi
suatu keadaan normal yang memang harus terjadi, namun dianggap sama sebagai
penyakit yang dapat dan harus dicegah atau diobati bahkan dikembalikan ke keadaan
semula, sehingga usia harapan hidup dapat menjadi lebih panjang dengan kualitas
hidup yang baik (Pangkahila, 2007).
2.2. Radikal Bebas
2.2.1. Definisi Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki elektron yang tidak
berpasangan (unpaired electron) pada bagian terluar orbitnya, sehingga menjadi
komponen yang tidak stabil dan menjadi sangat reaktif. Elektron yang tidak
berpasangan ini, akan berusaha menarik elektron dari molekul lainnya untuk
mendapatkan kembali konfigurasi pasangan elektron, oleh karena itu radikal bebas
sangat reaktif. Sebuah radikal bebas yang berhasil mengambil elektron dari suatu
molekul lain yang stabil, akan menyebabkan molekul tersebut kehilangan satu
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
29/87
elektron dan akibatnya akan berubah menjadi radikal bebas baru. Proses rantai ini
dapat menyebabkan perubahan struktur pada molekul lainnya (Pham-Huy et al.,
2008).
Dalam kepustakaan kedokteran, pengertian radikal bebas sering dibaurkan
dengan oksidan, karena keduanya memiliki sifat-sifat yang mirip. Aktivitas keduanya
sering menghasilkan akibat yang sama, akan tetapi sebenarnya melalui proses yang
berbeda. Keduanya harus dibedakan. Oksidan mempunyai pengertian senyawa
penerima elektron (electron acceptor). Jadi radikal bebas adalah oksidan, tetapi tidak
semua oksidan merupakan radikal bebas (Suryohudoyo, 2000).
2.2.2. Sumber Radikal Bebas
Pembentukan radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh.
Adapun sumber radikal bebas antara lain (Pham-Huy et al., 2008):
1. Radikal bebas yang berasal dari dalam tubuh, yang timbul sebagai akibat dariberbagai proses enzimatik di dalam tubuh, berupa hasil sampingan dari proses
oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada proses respirasi sel, pada
proses pencernaan dan pada proses metabolisme. Diproduksi oleh mitokondria,
membran plasma, lisosom, retikulum endoplasma, dan inti sel.
2. Radikal bebas yang berasal dari dalam tubuh, yang timbul sebagai akibat dari
bermacam-macam proses non-enzimatik di dalam tubuh, merupakan reaksi
oksigen dengan senyawa organik dengan cara ionisasi dan radiasi. Contohnya
adalah proses inflamasi dan iskemia.
3. Radikal bebas yang berasal dari luar tubuh, yang didapat dari polutan, seperti asap
rokok, asap kendaraan bermotor, radiasi sinar matahari, makanan berlemak, kopi,
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
30/87
alkohol, obat, bahan racun, pestisida, minyak goreng jelantah (deep frying) dan
masih banyak lagi yang lainnya. Peningkatan radikal bebas pun dapat dipicu oleh
stres atau olah raga yang berlebihan.
2.2.3. Sifat Radikal Bebas
Radikal bebas memiliki dua sifat, yaitu :
1. Reaktivitas tinggi, karena kecenderungannya menarik elektron.
2. Dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal oleh karena hilangnya
atau bertambahnya satu elektron pada molekul lain.
Namun perlu diingat, bahwa radikal bebas adalah oksidan, tetapi tidak setiap
oksidan adalah radikal bebas. Radikal bebas lebih berbahaya dibanding dengan
oksidan yang bukan radikal. Hal ini disebabkan oleh kedua sifat radikal bebas di atas,
yaitu reaktivitas yang tinggi dan kecenderungan membentuk radikal bebas baru, yang
pada gilirannya nanti apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal barulagi, sehingga terjadilah reaksi rantai (chain reaction) (Halliwell dan Gutteridge,
2007).
Perusakan sel oleh radikal bebas reaktif didahului oleh kerusakan membran sel,
melalui terjadinya rangkaian proses sebagai berikut (Halliwell dan Gutteridge,
2007):
1. Terjadi ikatan kovalen antara radikal bebas dengan komponen-komponen membran
(enzim-enzim membran, komponen karbohidrat membran plasma), sehingga
terjadi perubahan struktur dari fungsi reseptor.
2. Oksidasi gugus tiol pada komponen membran oleh radikal bebas yang
menyebabkan proses transpor lintas membran terganggu.
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
31/87
3. Reaksi peroksidasi lipid dan kolesterol membran yang mengandung asam lemak
tidak jenuh majemuk (PUFA = poly unsaturated fatty acid). Hasil peroksidasi
lipid membran oleh radikal bebas, berefek langsung terhadap kerusakan pada
membran sel, antara lain dengan mengubah fluiditas, struktur dan fungsi
membran, dalam keadaan yang lebih ekstrim akhirnya akan menyebabkan
kematian sel.
Efek biologik peroksidasi lipid membran bergantung antara lain pada populasi
sel yang bersangkutan dan profil asam lemak pada membran fosfolipid. Contoh
membran mitokondria dan mikrosom sensitif terhadap peroksidasi lipid karena
kandungan PUFA pada fosfolipid membran cukup tinggi. Umumnya semua membran
peka terhadap reaksi peroksidasi lipid dalam derajat yang berbeda-beda. Kerusakan
struktur subseluler secara langsung mempengaruhi pengaturan metabolisme. Sebagai
contoh adalah disrupsi membran lisosom menyebabkan pelepasan enzim-enzimhidrolitik lisosom yang selanjutnya mampu mengakibatkan perusakan intraseluler,
dan memperkuat kemampuan radikal bebas dalam menginduksi kerusakan sel
(Halliwell dan Gutteridge, 2007).
2.3. Antioksidan
2.3.1. Definisi Antioksidan
Kalau radikal bebas adalah penerima elektron (electron acceptor), maka
antioksidan adalah pemberi elektron (electron donor). Antioksidan dapat
didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat menghambat/memperlambat proses
oksidasi. Oksidasi adalah jenis reaksi kimia yang melibatkan pengikatan oksigen,
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
32/87
pelepasan hidrogen atau pelepasan elektron. Proses oksidasi adalah peristiwa alami
yang terjadi di alam dan dapat terjadi dimana-mana, tak terkecuali di dalam tubuh
kita (Halliwell dan Gutteridge, 2007).
Dalam pengertian kimia, antioksidan adalah senyawa-senyawa pemberi elektron,
tetapi dalam arti biologis pengertian antioksidan lebih luas lagi, yaitu semua senyawa
yang dapat meredam dampak negatif oksidan, termasuk enzim-enzim dan protein-
protein pengikat logam (Pangkahila, 2007).
2.3.2. Jenis Antioksidan
Berdasarkan dua mekanisme pencegahan dampak negatif oksidan, maka
antioksidan dapat dibagi menjadi dua golongan (Murray et al., 2000), yaitu:
1. Antioksidan pencegah (preventive antioxidants)
Pada dasarnya tujuan antioksidan ini mencegah terjadinya radikal hidroksil, yaitu
radikal yang paling berbahaya. Diperlukan tiga komponen untuk terbentuknya radikalhidroksil, yaitu logam transisi Fe atau Cu, H2O2 dan ion superoksid. Agar reaksi
Fenton tidak terjadi, maka harus dicegah keberadaan ion Fe2+atau Cu2+bebas. Untuk
itu berperan beberapa protein penting, yaitu transferin atau feritin (untuk Fe) dan
seruloplasmin atau albumin (untuk Cu).
Penimbunan ion superoksid (O2-) dapat dicegah oleh enzim SOD (superoksid
dismutase) dengan mengkatalisis reaksi dismutase ion superoksid:
2O2- + 2H+ H2O2+ O2
Penimbunan H2O2 dapat dicegah melalui aktivitas dua enzim, yaitu katalase
(mengkatalisis reaksi dismutasi H2O2)dan peroksidase.
2. Antioksidan pemutus rantai (chain-breaking antioxidants)
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
33/87
Dalam kelompok ini terdapat vitamin E (tokoferol), vitamin C (asam askorbat),
beta karoten, glutation dan sistein. Vitamin E dan beta karoten bersifat lipofilik,
sehingga dapat berperan pada membran sel untuk mencegah peroksidasi lipid.
Sedangkan vitamin C, glutation dan sistein bersifat hidrofilik dan berperan dalam
sitosol.
2.4. Stres Oksidasi
Stres oksidasi (oxidative stress) secara terminologi menunjukkan adanya
produksi radikal bebas yang berlebihan melebihi kapasitas perlindungan antioksidan.
Radikal bebas adalah substansi yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak
berpasangan. Radikal bebas yang berasal dari oksigen diklasifikasikan sebagai
Reactive Oxigen Species (ROS), termasuk disini radikal superoksida (O2-), radikal
hidroksil (OH
+
) dan radikal hidrogen peroksida (H2O2). Enzim yang berperan dalampeningkatan produksi ion superoksidtermasuk rantai transport elektron mitokondria,
NAD(P)H Oxidase, dan Xanthin Oxidase, serta e NOS (Rush et al., 2005).
Di dalam tubuh, ROS secara konstan diproduksi dan dieliminasi, selama sel
masih memiliki pertahanan endogen melawan zat oksidan tersebut. Diduga bahwa
kadar yang rendah ROS berperanan dalam fisiologi signalingantar sel secara normal,
atau penting untuk memelihara homeostasis. Sedangkan produksi ROS yang
berlebihan atau terjadinya kerusakan perlindungan terhadap ROS menimbulkan stres
oksidasi, sehingga mengakibatkan terjadinya beberapa kelainan patologis (Rush et
al., 2005).
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
34/87
Stres oksidasi menyebabkan kerusakan oksidatif terhadap lemak, protein, dan
DNA. ROS dapat memicu proses peroksidasi terhadap lipid. Peroksida lipid tidak
saja bertanggung jawab atas perusakan makanan, tetapi yang lebih penting adalah
perusakan jaringan tubuh in vivo, sehingga dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit, seperti penyakit kanker, inflamasi, aterosklerosis, dan proses penuaan.
Peroksidasi terhadap lipid dalam membran sel akan sangat mengganggu fungsi
membran, menimbulkan kerusakan yang ireversibel terhadap fluiditas dan elastisitas
membran, yang dapat menyebabkan ruptur membran sel (Szocs, 2004). Untuk
mengetahui terjadinya peroksida lipid salah satunya adalah dengan mengukur kadar
MDA (Suryohudoyo, 2000).
2.5. Malondialdehid (MDA)
MDA merupakan produk akhir dari peroksidasi lipid, dan biasanya digunakansebagai biomarkerbiologis untuk menilai stres oksidatif (Suryohudoyo, 2000).
Pada proses peroksidasi lipid, selain MDA terbentuk juga radikal bebas yang lain,
tetapi radikal bebas tersebut mempunyai waktu paruh yang pendek sehingga sulit
diperiksa dalam laboratorium (Cherubini et al., 2005).
Pengukuran kadar MDA serum dapat dilakukan dengan Test thiobarbituric acid-
reactive subtance (TBARS) yang berdasar pemeriksaan reaksi spektrofotometrik
(Konig dan Berg, 2002).
2.6. Rosela (Hibiscus sabdariffa L.)
2.6.1. Taksonomi
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
35/87
Klasifikasi tanaman rosela adalah (Mardiah et al., 2009):
Regnum : Plantae
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Subkelas :Dilleniidae
Ordo :Malvales
Familia :Malvaceae
Genus :Hibiscus L.
Spesies :Hibiscus sabdariffa L.
2.6.2. Nama Lain
Tanaman rosela dapat tumbuh baik di daerah yang beriklim tropis dan yang
beriklim subtropis. Tanaman ini mempunyai habitat asli yang sangat luas, terbentangdari India hingga Malaysia, namun saat ini tanaman rosela telah tersebar luas di
daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Karena itu rosela mempunyai nama
umum yang berbeda-beda di berbagai daerah (Mardiah et al., 2009).
Tumbuhan Hibiscus sabdariffa Linn ini dalam bahasa Indonesia disebut rosela.
Hibiscus sabdariffa Linn di daerah Sunda dikenal dengan nama gamel walanda, di
daerah Ternate dengan nama kasturi rortha, di daerah Jawa Tengah dengan nama
mrambos hijau, di daerah Padang dengan nama asam jarot, di daerah Sumatra Selatan
dengan nama kesew jawe, dan di daerah Muara Enim dikenal dengan nama asam
rejang (Maryani dan Kristiana, 2008; Mardiah et al., 2009).
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
36/87
Di Malaysia, rosela dikenal sebagai asam susur, asam paya, atau asam kumbang.
Di Cina dikenal lou shen kui, lou shen hua. Di Thailand dikenal sebagai kachieb
priew. Di Belanda dikenal Zuring, dan di Sinegal dikenal sebagai bisap. Di Inggris
dikenal dengan roselle, rozelle, sorrel, sour-sour, queensland jelly plant, jelly okra,
lemon bush dan florida cranberry. Di Afrika Utara dikenal karkade atau carcade.
Nama carcade inilah yang dipakai sebagai nama dagang rosela, baik dalam dunia
pengobatan maupun sebagai bahan makanan di benua Eropa (Mardiah et al., 2009).
2.6.3. Karakteristik dan Morfologi
Tanaman rosela merupakan herba tahunan yang bergetah. Tinggi tanaman ini
dapat mencapai ketinggian 0.53 meter, serta mengeluarkan bunga hampir sepanjang
tahun. Batangnya berbentuk bulat, tegak, berkayu dan berwarna merah. Daunnya
berupa daun tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan daunnya menjari, berujung
tumpul, tepi bergerigi dan dengan pangkal berlekuk. Panjang daunnya 6-15 cm dandengan lebar daun 5-8 cm. Tangkai daun bulat berwarna hijau dengan panjang 4-7 cm
(Mardiah et al., 2009).
Bunga tanaman rosela yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga tunggal,
artinya pada setiap tangkai tanaman rosella hanya terdapat satu bunga. Bunga dari
tanaman rosela ini mempunyai 8-11 helai kelopak bunga yang berbulu dengan
panjang sekitar 1 cm, dengan pangkal yang saling berlekatan, dan berwarna merah.
Kelopak bunga ini sering dianggap sebagai bunga oleh masyarakat, bagian inilah
yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman (Maryani dan
Kristiana, 2008). Mahkota bunga berbentuk corong terdiri dari 5 helaian, panjangnya
sekitar 3-5 cm. Tangkai sari yang merupakan tempat melekatnya kumpulan benang
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
37/87
sari berukuran pendek dan tebal, panjang sekitar 5 mm dan lebar sekitar 5 mm. Putik
berbentuk tabung berwarna kuning atau merah (Mardiah et al., 2009).
Buah berbentuk kotak kerucut, berambut, terbagi menjadi 5 ruang, berwarna
merah. Bentuk biji menyerupai ginjal, berbulu dengan panjang 5 mm dan lebar 4 mm.
Saat masih muda, biji berwarna putih dan setelah tua berubah menjadi abu-abu
(Mardiah et al., 2009; Devi, 2009).
2.6.4. Kandungan Senyawa Kimia
Bahan aktif dari kelopak bunga rosela adalah grossypeptin, antosianin, gluside
hibiscin dan flavonoid. Menurut DEPKES RI. kelopak bunga rosela mengandung
vitamin C, vitamin D, vitamin B1, B2, niacin, riboflavin, betakaroten, zat besi, asam
amino, polisakarida, omega 3, kalsium. Rasa asam dari kelopak bunga rosela
disebabkan kandungan vitamin C, asam sitrat dan asam glikolik (Maryani dan
Kristiana, 2008).Hasil studi kimia pada kelopak bunga kering H.sabdariffa L. ditemukan
alumunium, chromium, copper, besi (Arellano et al., 2004), polifenol (Liu et al.,
2002; Lin et al., 2003), anthocyanidins (Lazze et al., 2003; Ojokoh et al., 2006),
asam polisakarida heterogen dan komponen fenol termasuk gossypetine-3-glycoside,
flavonoid (Amin dan Hamza, 2005).
2.6.5. Manfaat Rosela
Rosela dilaporkan memiliki efek antiseptik, aphrodisiak, astringent, diuretik,
emolien, sedatif, dan tonik (Okasha et al., 2008).
Karakteristik fisiokimia kelopak bunga rosela memiliki kadar vitamin C yang
tinggi dengan kandungan gula yang rendah, juga mengandung asam suksinat dan
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
38/87
asam oksalat yang merupakan dua asam organik yang dominan. Rosela memiliki
kandungan asam askorbat yang lebih tinggi daripada jeruk dan mangga. Kelopak
bunga rosela mengandung vitamin A dan 18 jenis asam amino yang diperlukan
tubuh. Salah satunya adalah arginin yang berperan dalam proses peremajaan sel
tubuh. Di samping itu, rosela juga mengandung protein, kalsium, dan unsur-unsur
lain yang berguna bagi tubuh. Asam amino yang terdapat dalam tanaman ini antara
lain arginine, cystine, histidine, isoleucine, leucine, lysine, methionine,
phenylalanine, threonine, trytophan, tyrosine, valine, aspartic acid, glutamic acid,
alanine, glycine, proline danserine(Okasha et al., 2008).
Kandungan theaflavins dan cathecins membantu mengontrol kadar kolesterol
dalam darah, dengan cara membatasi penyerapan kolesterol dan meningkatkan
pembuangan kolesterol LDL dari hati. Sedangkan vitamin C dapat berfungsi untuk
menetralisir lemak dalam tubuh, sehingga cukup bermanfaat untuk body slimming,
body firming. Selain itu, kandungan vitamin C yang tinggi secara farmakologis
berfungsi dalam membantu penyerapan semua vitamin dan mineral. Vitamin dan
mineral membantu metabolisme tubuh. Vitamin A dan vitamin C mempunyai fungsi
menjaga dan meningkatkan kesehatan tubuh serta mencegah penuaan dini dan
munculnya katarak. Vitamin C sebagai salah satu antioksidan eksternal. Kandungan
kalsium yang tinggi sangat membantu pertumbuhan serta kekuatan tulang dan gigi.
Vitamin A, vitamin C dan kalsium berguna untuk kesehatan mata, kulit dan tulang
sedangkan serat untuk memperbaiki sistem pencernaan (Arellano et al., 2004).
Flavonoid dalam kelopak bermanfaat untuk mencegah kanker, terutama yang
dikarenakan radikal bebas, seperti kanker lambung dan leukimia. Selain itu flavonoid
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
39/87
juga mempunyai efek protektif terhadap penyakit-penyakit kardiovaskular termasuk
hipertensi (Kusmardiyana et al., 2007). Senyawa flavonoid dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme, karena mampu membentuk senyawa kompleks dengan
protein melalui ikatan hidrogen. Polifenol atau fenol bekerja sebagai antibakteri
dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak membran plasma (Arellano et al.,
2004).
2.6.6. Toksisitas
Toksisitas ekstrak kelopak bunga rosela sangat rendah, LD 50 dari ekstrak
kelopak bunga rosela tersebut ditemukan di atas 5000 mg/kg, penelitian dilakukan
pada tikus (Ali et al., 2005).
2.7. Minyak Goreng Jelantah
Berdasarkan ada atau tidak ikatan ganda dalam struktur molekulnya, minyakgoreng terbagi menjadi (Ketaren, 2005):
a. Minyak dengan asam lemak jenuh (saturated fatty acids).
Merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai
hidrokarbonnya. Bersifat stabil dan tidak mudah bereaksi atau berubah menjadi
asam lemak jenis lain. Asam lemak jenuh yang terkandung dalam minyak goreng
pada umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat, asam laurat dan asam
kaprat.
b. Minyak dengan asam lemak tak jenuh tunggal (mono-unsaturated fatty
acids/MUFA) maupun majemuk (poly-unsaturated fatty acids/PUFA).
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
40/87
Merupakan asam lemak yang memiliki ikatan atom karbon rangkap pada rantai
hidrokarbonnya. Semakin banyak jumlah ikatan rangkap itu (poly-unsaturated),
semakin mudah bereaksi atau berubah menjadi asam lemak jenuh. Asam lemak
tidak jenuh yang terkandung dalam minyak goreng adalah asam oleat dan asam
linoleat dan asam linolenat.
Minyak yang baik adalah minyak dengan kandungan asam lemak tak jenuh yang
lebih banyak dibandingkan dengan kandungan asam lemak jenuhnya, salah satunya
adalah minyak nabati. Minyak goreng jenis ini mengandung sekitar 80% asam lemak
tak jenuh, kecuali minyak goreng kelapa sawit (Sartika, 2009).
Minyak goreng kelapa sawit dibuat melalui dua fase yang berbeda, yaitu fase padat
disebut stearin dengan asam lemaknya stearat dan fase cair disebut olein dengan asam
lemaknya oleat. Dengan penyaringan (pemisahan fase padat dari fase cair) sebanyak
2 kali, kandungan asam lemak tak jenuh dalam minyak kelapa sawit menjadi lebihtinggi sehingga minyak menjadi lebih mudah rusak oleh proses penggorengan deep
frying (Sartika, 2009; Lestari, 2010).
Yang dimaksud dengan minyak goreng jelantah adalah minyak limbah yang bisa
berasal dari berbagi jenis minyak goreng, minyak jelantah ini merupakan minyak
bekas yang sudah dipakai untuk menggoreng berbagai jenis makanan dan sudah
mengalami perubahan pada komposisi kimianya (Rukmini, 2007; Lestari, 2010).
Sedangkan deep frying adalah cara menggoreng yang menggunakan minyak goreng
dalam jumlah banyak, dengan pemanasan berulang dan pada suhu yang tinggi
(Sartika, 2009). Pemanasan yang lama atau berulang-ulang akan mempercepat
terjadinya destruksi minyak akibat meningkatnya kadar peroksida. Hal tersebut
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
41/87
terjadi karena pada saat pemanasan akan terjadi proses destruksi berupa degradasi,
oksidasi dan dehidrasi dari minyak goreng. Proses ini dapat meningkatkan kadar
peroksida dan pembentukan radikal bebas yang bersifat toksik, sehingga
membahayakan tubuh (Mulyati dan Meilina, 2007; Oktaviani, 2009).
Temperatur pada proses penggorengan adalah sekitar 150-2000C. Pada
temperatur tersebut, setiap bahan pangan rata-rata memerlukan waktu 8 menit untuk
matang. Minyak goreng akan diganti atau ditambahkan dengan minyak baru bila
sudah digunakan untuk menggoreng tiga kali atau lebih. Proses penggorengan di atas
dapat menyebabkan minyak goreng kelapa sawit menjadi rusak karena proses
oksidasi (Andik, 2001).
Selama proses penggorengan, minyak mengalami reaksi degradasi yang
disebabkan oleh panas, udara, dan air, sehingga mengakibatkan terjadinya oksidasi,
hidrolisis, dan polimerisasi. Reaksi oksidasi juga dapat terjadi selama masapenyimpanan (Lee et al., 2002).
Reaksi oksidasi terjadi akibat serangan oksigen terhadap asam lemak tak jenuh
yang terkandung dalam minyak kelapa sawit. Reaksi antara oksigen dengan lemak
akan membentuk senyawa peroksida yang selanjutnya akan membentuk asam lemak
bebas, aldehida dan keton yang menimbulkan bau yang tidak enak pada minyak
(ketengikan) (Herawati dan Akhlus, 2006).
Oksidasi dapat terjadi melalui dua jenis mekanisme, yaitu auto-oksidasi dan foto-
oksidasi. Reaksi auto-oksidasi melibatkan pembentukan radikal bebas yang sangat
tidak stabil, yang merupakan inisiator terjadinya reaksi rantai. Pada reaksi foto-
oksidasi, terjadi interaksi antara ikatan rangkap minyak dan radikal oksigen bebas
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
42/87
yang sangat reaktif. Kedua jenis reaksi oksidasi ini menghasilkan produk reaksi
primer, yaitu hidroperoksida, yang sangat tidak stabil. Senyawa ini bukan penyebab
terjadinya perubahan rasa dan bau yang berkaitan dengan oxidative rancidity. Namun
karena sifatnya yang tidak stabil, hidroperoksida akan segera terdekomposisi dan
menghasilkan produk reaksi sekunder, misalnya senyawa aldehid, yang merupakan
penyebab adanya oxidative rancidity (Azeredo et al., 2004).
Oksidasi juga dapat menyebabkan warna minyak menjadi gelap, tetapi
mekanisme terjadinya komponen yang menyebabkan warna gelap ini masih belum
sepenuhnya diketahui. Diperkirakan bahwa senyawa berwarna pada bahan yang
digoreng terlarut dalam minyak dan menyebabkan terbentuknya warna gelap
(Yustinah, 2009).
Pemberian minyak jelantah pada tikus menyebabkan kenaikan kadar MDA,
dimana kadar MDA dapat mencapai konsentrasi 0,285 mg/ml. Sedangkan padakeadaan normal konsentrasi MDA tikus adalah 0,1 mg/ml. Ini menunjukkan bahwa
antioksidan yang ada di dalam hewan coba tidak mencukupi untuk menangkal radikal
bebas yang disebabkan pemberian minyak jelantah (Ulilalbab, 2010).
2.8. Dampak Minyak Jelantah terhadap Kesehatan
Ketika lemak masuk ke dalam makanan dapat terjadi modifikasi terhadap
komposisi makanan. Perubahan yang dihasilkan bergantung pada beragam faktor,
seperti komposisi lemak yang digoreng dan yang dikandung dalam makanan tersebut,
tekstur, ukuran, bentuk makanan dan kondisi penggorengan seperti lama durasi dan
temperatur. Faktor-faktor terkait mempengaruhi perubahan yang terjadi pada nilai
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
43/87
nutrisi makanan. Perubahan ini dapat meliputi hilangnya nutrisi terutama vitamin dan
mineral (Ghidurus et al.,2010).
Pada umumnya makanan hasil penggorengan mengandung 4% - 14% lemak dari
total beratnya. Kualitas minyak goreng yang digunakan juga mempengaruhi
penyerapan minyak ke dalam makanan. Penggunaan minyak jelantah akan meningkat
polaritas minyak dan menurunkan tegangan permukaannya antara bahan pangan dan
minyak sehingga penyerapan lemak akan semakin meningkat (Ghidurus et al.,2010).
Selain menyerap minyak, makanan yang digoreng menggunakan minyak jelantah
juga menyerap produk degradasi seperti radikal bebas, keton, aldehid, polimer yang
menyebabkan perubahan pada organ misalnya bertambahnya berat organ ginjal dan
hati serta timbulnya berbagai penyakit seperti kanker, disfungsi endotelial, hipertensi
dan obesitas (Rukmini, 2007; Castillon et al.,2011).
Sebuah penelitian tentang pengaruh suhu dan lama proses deep frying terhadap
pembentukan asam lemak trans menunjukkan bahwa setelah proses deep frying yang
ke-2 akan terbentuk asam lemak trans baru terbentuk dan kadarnya akan semakin
meningkat sejalan dengan penggunaan minyak. Akibat dari kenaikan asam lemak
trans adalah peningkatan kadar low density lipoprotein (LDL), trigliserol dan
lipoprotein, penurunan high density lipoprotein (HDL), dan mempengaruhi
metabolisme asam lemak bebas yang akan menyebabkan dislipidemia dan
arterosklerosis (Sartika,2009).
Beberapa studi pada tikus menunjukkan bahwa pemberian diet tinggi lemak
trans menyebabkan terjadinya resistensi insulin, peningkatan berat badan, akumulasi
massa lemak terutama trigliserida pada organ hati karena terjadi penurunan oksidasi
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
44/87
lipid dan peningkatan sintesis asam lemak. Hal ini dapat memicu terjadinya obesitas,
sindrom metabolik dan hepatik steatosis dan lipotoksisitas (Dorfman et al.,2009).
Lipotoksisitas adalah toksisitas sel akibat akumulasi abnormal lemak. Asam
lemak bebas bersifat hidrofobik sehingga dapat menembus membran sel atau melalui
transporter yaitu fatty acid transport protein (FATP) atau fatty acid transporter
CD36. Asam lemak tersaturasi dapat menginduksi apoptosis (programmed cell death)
(Malhi, 2008).
Salah satu dampak berbahaya dari penggunaan minyak jelantah adalah
meningkatnya radikal bebas, substansi yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak
berpasangan.Radikal bebas yang berlebihan akan menimbulkan stress oksidasi yang
memicu proses peroksidasi terhadap lipid, sehingga dapat menimbulkan penyakit
kanker, inflamasi, aterosklerosis, dan mempercepat terjadinya proses penuaan (Koch
et al., 2007; Jusup dan Raharjo, 2010).
2.9. Hewan Coba Tikus (Rattus novergicus L.)
2.9.1. Penggunaan Tikus
Penggunaan hewan coba tikus galur Wistar dikarenakan tikus telah diketahui
sifat-sifatnya dengan baik, mudah dipelihara, merupakan hewan yang relatif sehat dan
cocok untuk berbagai macam penelitian. Terdapat beberapa galur tikus antara lain
galur Sprague-dawley yang berwarna albino berkepala kecil dengan ekor lebih
panjang daripada badannya dan galur Wistar yang ditandai dengan kepala yang besar
dan dengan ekor yang lebih pendek. Tikus galur Wistar lebih besar daripada famili
tikus umumnya, dimana tikus galur Wistar ini dapat mencapai ukuran 40 cm, yang
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
45/87
diukur dari hidung sampai ujung ekor dan berat berkisar antara 140-500 gram. Tikus
betina biasanya memiliki ukuran lebih kecil dari tikus jantan dan memiliki
kematangan seksual pada umur 4 bulan dan tikus ini dapat hidup selama 4 tahun
(Kusumawati, 2004).
Adapun data biologis tikus dapat dilihat dari tabel 2.1. di bawah ini
(Kusumawati, 2004):
Tabel 2.1. Data Biologis Tikus
2.9.2. Pemberian Makanan Dan Minuman
Bahan dasar makanan tikus dapat bervariasi, misalnya protein 20-25%, lemak
5%, karbohidrat 45-50%, serat kasar 5%, abu 4-5%, vitamin A 4000 IU/kg, vitamin D
1000 IU/kg, alfa tokoferol 30 mg/kg, asam linoleat 3 g/kg, tiamin 4 mg/kg, riboflavin
Karakteristik Ukuran
Berat badanJantan : 300-400 gramBetina : 250-300 gramBerat lahir : 5-6 gramLama hidup : 2,5-3 tahunTemperatur tubuh : 35,9-37,5CKebutuhan air : 8-11 ml/100 g BBKebutuhan makanan : 5 g/kg BB
Frekuensi denyut jantung : 330-480/ menitFrekuensi respirasi : 66-114/ menitTidal volume : 0,6-1,25 mlPubertas : 50-60 hariSaat dikawinkanJantan : 65-110 hariBetina : 65-110 hariLama siklus birahi : 4-5 hariLama kebuntingan : 21-23 hariJumlah anak perkelahiran : 6-12Umur sapih : 21 hari
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
46/87
3 mg/kg, pantotenat 8 mg/kg, vitamin B12 50 g/kg, biotin 10 g/kg, piridoksin
40g/kg dan kolin 1000 mg/kg. Untuk memenuhi kebutuhan makanan tikus, di
Indonesia digunakan makanan ayam petelur dengan kandungan protein 17%, yang
mudah didapatkan di toko makanan ayam dan pemberian minum tikus ad libitum
(Ngatidjan, 2006).
2.9.3. Pemantauan Keselamatan Tikus
Diperlukan pemantauan keselamatan tikus di laboratorium antara lain (Ngatidjan,
2006):
1. Kandang tikus harus cukup kuat, tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (satu kali
seminggu), mudah dipasang lagi, hewan tidak mudah lepas, harus tahan terhadap
gigitan tikus dan hewan tampak jelas dari luar. Alas kandang harus mudah
menyerap air, pada umumnya yang dipakai serbuk gergaji atau sekam padi.
2. Untuk tikus dengan berat badan 200-300 gram, luas alas kandang tiap ekor tikusadalah 600 cm2dan tinggi 20 cm.
3. Menciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan
fisiologis tikus. Diatur suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang
ekstrim harus dihindari.
4. Tikus harus diperlakukan dengan kasih sayang.
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
47/87
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Berpikir
Proses penuaan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari luar,
misalnya polusi, stres dan makanan yang tidak sehat, maupun bisa disebabkan faktor
dari dalam, di antaranya radikal bebas, genetik, hormon yang berkurang dan lain-lain.
Kerangka berpikir penelitian ini didasarkan pada teori bahwa proses penuaan
dapat terjadi salah satunya oleh karena radikal bebas. Peran radikal bebas pada proses
penuaan sangat penting, karena radikal bebas akan menyebabkan stres oksidatif yang
pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan, bahkan kematian sel dalam tubuh.
Salah satu penyebab timbulnya radikal bebas yang berasal dari luar tubuh adalah
penggunaan minyak goreng jelantah, khususnya yang digunakan dengan cara deep
frying. Penggunaan minyak goreng yang berulang-ulang, dipanaskan dengan suhu
tinggi (deep frying) menyebabkan oksidasi asam lemak tidak jenuh dalam minyak
goreng tersebut. Minyak goreng yang dipanaskan berulang-ulang (deep frying)
mengandung radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel.
Meningkatnya kadar radikal bebas dapat diketahui dengan mengukur kadar
MDA. Malondialdehid merupakan petanda terjadinya kerusakan oksidatif oleh
radikal bebas pada membran sel yang sering digunakan.
Untuk mencegah terjadinya efek buruk dari radikal bebas diperlukan antioksidan.
Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat atau mencegah
terjadinya oksidasi. Cara kerja senyawa antioksidan adalah bereaksi dengan radikal
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
48/87
bebas reaktif membentuk radikal bebas tidak reaktif yang relatif stabil. Antioksidan
menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki
radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal
bebas.
Rosela merupakan salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai sumber
antioksidan. Rosela mengandung bermacam-macam antioksidan, di antaranya
vitamin C, vitamin E, betakaroten, polifenol dan flavanoid.
Pemberian ekstrak kelopak bunga rosela yang mengandung antioksidan dapat
menurunkan pembentukan radikal bebas yang disebabkan penggunaan minyak
goreng jelantah, yang ditandai dengan menurunnya kadar MDA.
3.2. Konsep
Berdasarkan uraian di atas, dapat disusun kerangka konsep seperti gambar 3.1.Stres oksidatif yang dapat diketahui dengan mengukur kadar MDA yang meningkat,
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi genetik,
hormonal dan sistem kekebalan. Faktor eksternal meliputi polusi, stres, nutrisi dan
minyak goreng jelantah.
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
49/87
Gambar 3.1. Bagan Kerangka Konsep
3.3. Hipotesis
Pemberian ekstrak kelopak bunga rosela menurunkan malondialdehid pada tikusyang diberi minyak jelantah.
Faktor eksternal
Polusi
Stres
Nutrisi
Minyak goreng jelantah
Tikus
Stres oksidatif
Kadar MDA meningkat
Faktor internal
Genetik
Hormonal
Sistem kekebalan
Ekstrak kelopak
bunga rosela
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
50/87
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan
rancangan penelitian pre test and post testcontrol group design (Pocock, 2008).
Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
P0
O1 O2
P1
P S R O3 O4
P2O5 O6
Gambar 4.1. Rancangan Penelitian
Keterangan:
P : Populasi tikus jantan sehat, berumur 2-3 bulan, berat badan 180-200
gram
S : Sampel tikus dengan kadar MDA meningkat diatas 2,05mmol/l
R : Randomisasi
O1 : Observasipre testkelompok kontrol (MDA)
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
51/87
O3 : Observasipre testkelompok P1 (MDA)
O5 : Observasipre testkelompok P2 (MDA)
P0 : Perlakuan dengan pemberian minyak jelantah dan aquades
P1 : Perlakuan dengan pemberian minyak jelantah dan pemberian ekstrak
kelopak bunga rosela dosis 250 mg/kg BB
P2 : Perlakuan dengan pemberian minyak jelantah dan pemberian ekstrak
kelopak bunga rosela dosis 500 mg/kg BB
O2 : Observasipost testkelompok kontrol (MDA)
O4 : Observasipost testkelompok P1 (MDA)
O6 : Observasipost testkelompok P2 (MDA)
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Pangan dan Gizi UniversitasGajah Mada, Jogjakarta. Waktu penelitian dilakasanakan mulai tanggal 24 Mei 2011
sampai dengan 29 Juni 2011. Penelitian membutuhkan waktu selama 35 hari, dengan
perincian sebagai berikut: waktu yang diperlukan untuk adaptasi subjek penelitian
adalah selama 7 hari dan waktu yang diperlukan untuk perlakuan adalah selama 28
hari, 14 hari pertama digunakan untuk perlakuan dengan pemberian minyak jelantah
pada semua kelompok untuk mendapatkan data pre test dan 14 hari berikutnya
digunakan untuk perlakuan dengan pemberian minyak jelantah ditambah aquades
pada kelompok kontrol (P0), sedangkan pada kelompok perlakuan (P1 dan P2)
pemberian minyak jelantah ditambah pemberian ekstrak kelopak bunga rosela untuk
mendapatkan datapost test.
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
52/87
4.3. Subjek Penelitian
4.3.1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah tikus putih galur Wistar dengan jenis kelamin jantan,
berumur antara 2-3 bulan, dengan berat badan 180-200 gram dan dengan kadar MDA
yang meningkat di atas rata-rata dibandingkan dengan kadar MDA tikus sebelum
diinduksi dengan minyak jelantah, tikus dalam keadaan sehat dan aktif. Didapatkan
data awal kadar MDA rata-rata dari tikus sebelum diberi minyak jelantah adalah 2,05
mmol/l.
4.3.2. Kriteria Subjek
1. Kriteria Inklusi
a. Tikus jantan galur Wistar sehat
b. Umur 2-3 bulan
c. Berat badan 180-200 gramd. Kadar MDA meningkat di atas 2,05 mmol/l
2. KriteriaDrop Out
Tikus mati
4.3.3. Besar Sampel
Besarnya sampel ditentukan berdasarkan rumus Pocock (Pocock, 2008):
2 2
n = ------------ x (, )
(2-1)2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
= Simpang baku
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
53/87
2 = Rerata hasil pada kelompok perlakuan
1 = Rerata hasil pada kelompok kontrol
(, ) = Sesuai dengan table Pocock
Pada penelitian yang sudah dilakukan oleh Usoh et al. (2005) tentang efek
antioksidan ekstrak bunga kering rosela terhadap stress oksidatif, didapatkan data
sebagai berikut:
= 9,05
2 = 86,53
1 = 102,60
dalam penelitian ini, (, ) = 6,6. Untuk mendapatkan jumlah sampel tiap kelompok,
(n) maka angka yang diperoleh tersebut di atas dimasukkan ke dalam rumus:
2 x 9,052
n = ------------------------------ x 6,6
(86,53 102,60)2
2 x 81,90
n = ---------------------- x 6,6(-16,07)2
163,80
n = --------------------- x 6,6
258,24
n = 0,63 x 6,6
n = 4,16
didapatkan hasil n = 4,16, dibulatkan ke atas menjadi 5. Jadi jumlah sampel
perkelompok adalah 5 ekor. Untuk mengantisipasi drop out (tikusnya mati), maka
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
54/87
dalam penelitian ini jumlah tikus ditambah 20% menjadi 6 ekor perkelompok,
sehingga seluruhnya berjumlah 18 ekor tikus.
4.3.4. Teknik Penentuan Sampel
Teknik pengambian sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Dilakukan pemilihan sampel dari populasi tikus berdasarkan kriteria inklusi,
yaitu tikus jantan sehat, berumur 2-3 bulan, berat badan tikus antara 180-200 gram
dan dengan kadar malondialdehid yang meningkat di atas rata-rata kadar MDA
tikus sebelum diinduksi dengan minyak jelantah, yaitu yang meningkat di atas 2,05
mmol/l.
2. Dari sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi, diambil secara random
untuk mendapatkan jumlah sampel penelitian.
3. Dari sampel yang telah dipilih kemudian dibagi menjadi 3 kelompok secararandom yaitu kelompok kontrol (P0), kelompok perlakuan I (P1) dan kelompok
perlakuan II (P2).
4.4. Variabel Penelitian
4.4.1. Klasifikasi Variabel Penelitian
Klasifikasi variabel penelitian dibedakan menjadi:
1. Variabel bebas : ekstrak kelopak bunga rosela
2. Variabel tergantung : MDA serum
3. Variabel terkendali : a. varian tikus
b. jenis kelamin, usia, berat badan
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
55/87
c. kandang, nutrisi, cahaya, suhu
4.4.2. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel bebas : ekstrak kelopak bunga rosela
Ekstrak kelopak bunga rosela yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dari
Litbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Pusat. Pembuatan
ekstrak kelopak bunga rosela menggunakan metode maserasi dengan pelarut
etanol. Ekstrak kelopak bunga rosela diberikan peroral sekali dalam sehari
menggunakan sonde lambung dengan dosis 250 dan 500 mg/kg BB tikus,
diberikan pada pukul 12.00. Skala variabel ekstrak kelopak bunga rosela
merupakan skala rasio.
2. Variabel tergantung : MDA serum
MDA merupakan produk akhir peroksida lipid, dan bisa digunakan sebagai
petanda (biomarker) terjadinya kenaikan radikal bebas. Diukur dari plasma darahdengan metode TBARSC spektrometri. Satuan dalam mmol/l. Skala pengukuran
adalah rasio.
3. Variabel terkendali
a. Varian tikus dari galur Wistar yang bewarna putih berkepala besar dan
ekornya lebih pendek daripada badannya.
b. Jenis kelamin jantan, usia 2-3 bulan dan berat badan 180-200 gram.
c. Kandang pemeliharaan dilengkapi dengan tempat pemberian makanan dan
minuman, dan disediakan satu kandang untuk setiap tikus. Diberi makanan
secukupnya berupa makanan tikus standar dengan kadar protein 17% dan
minuman diberikan secara tidak terbatas (ad libitum). Ruang tempat kandang
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
56/87
dengan ventilasi yang baik, penyinaran normal, suhu dan kelembaban udara
diperhatikan.
Gambar 4.2. Hubungan antar variabel
4.5. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah:
1. Ekstrak kelopak bunga rosela
2. Minyak jelantah
3. Makanan tikus berupa makanan tikus standar dengan kandungan protein 17%
4. Larutan H3PO4
5. Larutan TBA
6. Metanol
7. Aquades
Variabel bebas
Ekstrak kelopak bunga rosela
Variabel tergantung
MDA serum
Variabel terkendali
Varian tikus
Jenis kelamin, usia, berat badan
Kandang, nutrisi, cahaya, suhu
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
57/87
4.6. Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan adalah:
1. Kandang tikus beserta kelengkapan tempat makanan dan minuman
2. Timbangan berat badan
3. Sarung tangan
4. Termometer
5. Tabung mikrohematokrit untuk mengambil sampel darah
6. Tabung ependorf
7. Timbangan analitik
8. Sonde lambung
9. Homogeneser
10. Mikro pipet dan tip
11. Water bath
12. Vortex
13. Tabungpolypropylene
14.Ice bath
15. Sentrifuge
16. Cartridges C18
17. Spektrofotometer untuk pemeriksaan kadar MDA
4.7. Prosedur Penelitian
4.7.1. Pengambilan Subjek dan Jumlah Subjek Penelitian
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
58/87
Hewan coba pada penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Pusat Studi Pangan
dan Gizi Universitas Gajah Mada, Jogjakarta. Penelitian ini mengambil sampel tikus
berumur 2-3 bulan, karena pada usia tersebut tikus sudah dewasa. Tikus yang
diambil adalah tikus jantan, karena tikus jantan lebih sedikit dipengaruhi faktor
hormonal dibandingkan dengan tikus betina. Tikus berjumlah 25 ekor, diinduksi
dengan minyak jelantah selama 14 hari. Tikus yang dipilih sebagai subjek penelitian
adalah tikus dengan kadar MDA meningkat di atas 2,05 mmol/l.
Tikus jantan galur Wistar yang dijadikan subjek penelitian berjumlah 18 ekor. Tikus
dibagi secara random menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok
perlakuan P1 dan kelompok perlakuan P2, masing-masing terdiri dari 6 ekor tikus
tiap kelompok.
4.7.2. Penentuan Dosis
1. Perhitungan dosis minyak jelantahMinyak jelantah yang digunakan didapat dari pedagang kaki lima yang menjual
aneka makanan gorengan di kota Solo, adalah minyak goreng kelapa sawit yang
dipakai untuk menggoreng bermacam makanan gorengan pada pemanasan tinggi
secara berulang-ulang (deep frying). Dari penelitian yang dilakukan Hidayat (2005),
dosis minyak jelantah yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif sel hati pada
mencit adalah 0,3 ml/100 gram BB atau 0,06 ml/20 gram BB. Faktor konversi mencit
(20 gram) ke tikus (200 gram) adalah 7,0 (Kusumawati, 2004). Maka dosis minyak
jelantah (deep frying) yang digunakan pada penelitian ini adalah = 0,06 x 7,0 = 0,42
ml/ 200 gram BB tikus putih setiap kali pemberian.
2. Penentuan dosis ekstrak kelopak bunga rosela
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
59/87
Pada penelitian yang sudah dilakukan, Dahiru et al. (2003) menggunakan dosis
250 dan 500 mg/kg BB. Pada penelitian yang dilakukan Ali et al. (2003), dosis
ekstrak kelopak bunga rosela yang digunakan adalah dengan dosis 50, 100 dan 200
mg/kg BB, didapatkan dalam dosis di bawah 200 mg/kg BB tidak memberikan hasil
yang efektif.
Dosis ekstrak kelopak bunga rosela yang digunakan pada penelitian ini adalah
250 dan 500 mg/kg BB tikus. Jumlah ekstrak kelopak bunga rosela yang dibutuhkan
= (kelompok I 50 mg + kelompok II 100 mg) x 14 hari x 6 ekor tikus = 12600 mg.
Pada proses pembuatan ekstrak kelopak bunga rosela, didapatkan 465 gram
ekstrak kelopak bunga rosela dari 1160 gram kelopak bunga rosela kering. Jadi untuk
setiap gram ekstrak mengandung 2,495 gram rosela, dibulatkan menjadi 2,5 gram.
Untuk pembuatan larutan ekstrak kelopak bunga rosela, diambil 6 gram ekstrak
kelopak bunga rosela lalu ditambahkan aquades sampai mencapai volume 75 ml,sehingga didapatkan dosis 15000 mg/75 ml atau 200 mg ekstrak kelopak bunga
rosela/ml larutan. Setiap tikus ditimbang berat badannya setiap minggu. Larutan
ekstrak kelopak bunga rosela yang diberikan sesuai dosis kelompok perlakuan dan
berat badan masing-masing tikus. Tikus 200 gram BB pada kelompok perlakuan P1
(dosis 250 mg/kg BB) mendapat larutan ekstrak kelopak bunga rosela sebanyak 0,25
ml setiap kali pemberian, sedangkan pada kelompok perlakuan P2 (dosis 500 mg/kg
BB) 0,5 ml setiap kali pemberian.
Pemberian dosis ekstrak kelopak bunga rosela 500 mg/kg BB bertujuan untuk
mengetahui apakah dengan peningkatan dosis 2 kali, efek penurunan MDA juga
meningkat, atau terjadi sebaliknya, dimana rosela yang bersifat antioksidan pada
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
60/87
pemberian dosis 2 kali lipat menjadi prooksidan, selain untuk mengetahui
toksisitasnya.
4.7.3. Prosedur Kerja
1. Tikus jantan yang berjumlah 25 ekor dengan umur 2-3 bulan ditimbang, satu
ekor tikus ditempatkan dalam satu kandang. Selama penelitian, tikus diberi
makan berupa makanan tikus standar dengan kandungan protein 17% dan
pemberian minum tikus ad libitum.
2. Setelah adaptasi selama 7 hari, setiap tikus diambil darah untuk pemeriksaan kadar
MDA dengan menggunakan mikrohematokrit melalui pleksus retroorbitalis.
3. Selama penelitian, setiap tikus ditimbang setiap minggu untuk menentukan dosis
minyak jelantah dan larutan ekstrak kelopak bunga rosela yang diberikan
Masing-masing tikus ditimbang berat badannya dan diberi minyak jelantah
dengan dosis 0,42 ml/200 gram BB/hari selama 14 hari. Minyak jelantahdiberikan peroral sekali sehari menggunakan sonde lambung. Diberikan pada
pukul 08.00 setiap hari.
4. Pada hari ke-22 dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar
MDA pada masing-masing tikus (datapre test).
5. Dari hasil pengukuran kadar malondialdehid tikus, dilakukan penentuan subjek
penelitian secara random sejumlah 18 ekor tikus dengan melihat peningkatan
kadar malondialdehid. Tikus dengan kadar malondialdehid yang meningkat di atas
2,05 mmol/l, dipilih sebagai subjek penelitian.
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
61/87
6. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok secara random, yaitu kelompok kontrol,
kelompok perlakuan P1 dan kelompok perlakuan P2, masing-masing kelompok
terdiri dari 6 ekor tikus.
7. Kelompok kontrol diberi minyak jelantah dengan dosis 0,42 ml/200 gram BB/hari
dan aquades sebanyak 0,5 ml selama 14 hari. Minyak jelantah dan aquades
diberikan peroral sekali sehari menggunakan sonde lambung. Minyak jelantah
diberikan pada pukul 08.00, sedangkan aquades diberikan pada pukul 12.00 setiap
hari.
8. Kelompok P1 diberi minyak jelantah dengan dosis 0,42 ml/200 gram BB/hari dan
ekstrak kelopak bunga rosela dengan dosis 250 mg/kg BB selama 14 hari. Minyak
jelantah dan ekstrak kelopak bunga rosela diberikan secara peroral masing-masing
sekali sehari menggunakan sonde lambung. Minyak jelantah diberikan pada pukul
08.00, sedangkan ekstrak kelopak bunga rosela diberikan pada pukul 12.00 setiaphari.
9. Kelompok P2 diberi minyak jelantah dengan dosis 0,42 ml/200 gram BB/hari dan
ekstrak kelopak bunga rosela dengan dosis 500 mg/kg BB selama 14 hari. Minyak
jelantah dan ekstrak kelopak bunga rosela diberikan secara peroral masing-masing
sekali sehari menggunakan sonde lambung. Minyak jelantah diberikan pada pukul
08.00, sedangkan ekstrak kelopak bunga rosela diberikan pada pukul 12.00 setiap
hari.
10. Pada hari ke-36 penelitian, dilakukan pengambilan darah lagi pada semua tikus
untuk pemeriksaan kadar MDA setelah perlakuan (datapost test).
11. Dilakukan analisis dari data yang diperoleh.
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
62/87
4.7.4. Alur Penelitian
Gambar 4.3. Skema Alur Penelitian
Tikus jantan 25 ekor, 2-3 bulan, BB 180-200 gram
Adaptasi 7 hari
Pengukuran MDA (rata-rata 2,05 mmol/l)
Minyakjelantah 0,42 ml/200 gram BB 14 hari
Pengukuran MDA (datapre test)
Tikus 18 ekor dengan kadar MDA > 2,05 mmol/l
dibagi secara random menjadi 3 kelompok @ 6
Kelompok kontrol Kelompok 1 Kelompok 2
Minyakjelantah 0,42ml/200 gram BB +
aquades 0,5 ml
selama 14 hari
Minyakjelantah 0,42ml/200 gram BB +
ekstrak kelopak
bunga rosela dosis
250 mg/kg BB selama
14 hari
Minyakjelantah 0,42ml /200 gram BB +
ekstrak kelopak
bunga rosela dosis
500 mg/kg BB selama
14 hari
Pengukuran MDA
(datapost test)
Pengukuran MDA
(datapost test)
Pengukuran MDA
(datapost test)
Data Data Data
Analisis
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
63/87
4.8. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah :
1. Analisis deskriptif.
Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis)
untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki. Analisis deskriptif dilakukan
dengan program SPSS. Pemilihan penyajian data dan uji hipotesis tergantung dari
normal tidaknya distribusi data.
2. Analisis normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk dan Uji homogenitas dengan
Levenes Test.
3. Dari hasil penelitian didapatkan data menyebar normal dan homogen, maka
analisis perbandingan antar 3 kelompok dilakukan dengan Uji One Way Anova,.
4. Terdapat perbedaan yang signifikan dari uji Anova ini, maka dapat dilanjutkan
dengan uji Least Significance Difference (LSD) untuk melihat lebih jelas letakperbedaan antar kelompok perlakuan.
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
64/87
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 18 ekor tikus jantan galur Wistar sebagai
sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok masing-masing berjumlah 6 ekor, yaitu
kelompok kontrol, kelompok ekstrak kelopak bunga rosela 250 mg/kg BB, dan kelompok
ekstrak kelopak bunga rosela 500 mg/kg BB. Dalam bab ini akan diuraikan uji normalitas
data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.
5.1 Uji Normalitas Data Kadar MDA
Data kadar MDA diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya
menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05) seperti yang disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Hasil Uji Normalitas Kadar MDA
Kelompok Subjek n p Keterangan
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
65/87
MDA Kontrol awalMDA (Ekstrak dosis 250 mg/kg BB) awalMDA (Ekstrak dosis 500 mg/kg BB) awalMDA Kontrol Pre2MDA (Ekstrak dosis 250 mg/kg BB) PreMDA (Ekstrak dosis 500 mg/kg BB) PreMDA Kontrol PostMDA (Ekstrak dosis 250 mg/kg BB) PostMDA (Ekstrak dosis 500 mg/kg BB) Post
666666666
0,831
0,528
0,880
0,650
0,137
0,331
0,978
0,701
0,931
NormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormalNormal
5.2 Uji Homogenitas Varians Kadar MDA Antar Kelompok Sebelum dan Sesudah
Perlakuan
Data kadar MDA diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenes test. Hasilnya
menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2
Homogenitas Kadar MDA antar Kelompok Perlakuan
Kelompok Subjek F p Keterangan
MDA (awal)
MDA Sebelum Perlakuan (pre)
MDA Sesudah Perlakuan (post)
0,227
1,600
0,092
0,799
0,234
0,912
Homogen
Homogen
Homogen
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
66/87
5.3 Kadar MDA
5.3.1 Uji Komparabilitas Kadar MDA
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA antar kelompok
sebelum diberi minyak jelantah. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
disajikan pada Tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3
Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sebelum Diberi Minyak Jelantah
Kelompok Subjek nRerata Kadar
MDASB F
p
Kontrol
Ekstrak kelopak bungarosella 250 mg/kg BB
Ekstrak kelopak bungarosella 500 mg/kg BB
6
6
6
2,02
2,01
2,12
0,23
0,20
0,17
0,533 0,598
Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar MDA kelompok kontrol adalah
2,020,23, rerata kelompok ekstrak kelopak bunga rosela 250 mg/kg BB adalah 2,010,20,
dan rerata kelompok ekstrak kelopak bunga rosela 500 mg/kg BB adalah 2,12
0,17. Analisis
kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 0,533 dan nilai p =
0,598. Hal ini berarti bahwa semua kelompok sebelum diberi minyak jelantah, rerata kadar
MDA tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05).
5.3.2 Analisis Efek Pemberian Minyak Goreng Jelantah antar Kelompok
7/17/2019 Contoh Tesis MDA
67/87
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar MDA antar kelompok
sesudah diberikan minyak goreng jelantah. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One Way
Anova disajikan pada Tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.4
Rerata Kadar MDA antar Kelompok Sesudah Diberi Minyak Jelantah (Pre Test)
Kelompok Subjek nRerata Kadar
MDASB F
p
Kontrol (P0)
Ekstrak kelopak bunga rosela250 mg/kg BB (P1)
Ekstrak kelopak bunga rosela500 mg/kg BB (P2)
6
6
6
7,40
7,22
6,85
0,33
0,57
0,49
2,144 0,152
Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar MDA ke