Upload
phamdung
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar
Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar – Bali, 80234 Tel. (0361) 248982 – 88
Fax. (0361) 222988
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
■ Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-
Nya, maka Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan II-2011 dapat diselesaikan dengan
baik. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan baik intern Bank Indonesia maupun pihak ekstern
(external stakeholders) akan informasi perkembangan ekonomi daerah, maupun perkembangan
moneter, perbankan, dan sistem pembayaran.
Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian daerah mempunyai posisi dan peran yang
strategis dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan upaya menstabilkan nilai rupiah. Hal ini
didasari oleh fakta semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional.
Oleh sebab itu, Bank Indonesia memiliki perhatian yang besar dalam rangka ikut mendorong
pertumbuhan ekonomi daerah karena berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah
adalah melalui desiminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders. Kajian yang berada di tangan Saudara
ini juga merupakan bagian dari desiminasi kami kepada stakeholders. Melalui desiminasi ini diharapkan
informasi mengenai perekonomian daerah dapat dipahami secara luas kepada stakeholders. Masing-
masing pihak dapat memanfaatkan informasi yang ada untuk mengambil perannya dalam upaya
perbaikan kinerja ekonomi di masa depan. Kami juga berharap kajian ini dapat menjadi stimulus upaya-
upaya pengembangan daerah melalui kajian-kajian lanjutan. Ide-ide konstruktif yang bermula dari kajian
ini akan memberikan nilai tambah yang sangat berarti bagi kajian ini.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan khususnya Pemerintah Daerah
Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami
menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi Regional masih jauh dari sempurna,
sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna
peningkatan kualitas analisis kajian.
Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para pembaca.
Denpasar, Agustus 2011
BANK INDONESIA DENPASAR
Jeffrey Kairupan
Pemimpin
1
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
■ DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI 2
DAFTAR GRAFIK 4
DAFTAR TABEL 6
DAFTAR BOKS 6
Tabel Indikator Ekonomi 7
Ringkasan Eksekutif 11
BAB 1. MAKRO EKONOMI REGIONAL 15
1.1. SISI PENAWARAN 15
1.1.1. Sektor Pertanian 16
1.1.2. Sektor Industri Pengolahan 17
1.1.3. Sektor Listrik, Gas dan Air 19
1.1.4. Sektor Bangunan 20
1.1.5. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 20
1.1.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 23
1.1.7. Sektor Keuangan dan Persewaan 23
1.1.8. Sektor Jasa-jasa 24
1.2. SISI PERMINTAAN 24
1.2.1. Konsumsi 25
1.2.2. Investasi 26
1.2.3. Ekspor Impor 27
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI 40
2.1. KONDISI UMUM 37
2.2. INFLASI BULANAN M-T-M 37
2.3. DISAGREGASI INFLASI 44
2.4. FAKTOR PENYEBAB INFLASI 41
BAB 3. KINERJA PERBANKAN DAERAH 47
3.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM 47
3.1.1. Kondisi Umum 47
3.1.2. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi 49
3.1.2.1. Penghimpunan Dana 49
3.1.2.2. Penyaluran Kredit 50
3.1.2.3. Non Performing Loan (NPL) 53
2
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Halaman
3.2. PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH 53
3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) 55
BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 59
4.1. PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 59
4.1.1. Perkembangan Aliran Masuk/Keluar dan Kegiatan Penukaran 59
4.1.2. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) 61
4.1.3. Uang Palsu 61
4.2. PERKEMBANGAN TRANSAKSI NON TUNAI 61
4.2.1. Kliring Lokal 62
4.2.2. Real Time Gross Settlement (RTGS) 63
BAB 5. KEUANGAN DAERAH 65
5.1. REALISASI PENDAPATAN 65
5.2. REALISASI BELANJA 65
5.3. PERKIRAAN REALISASI ANGGARAN SELURUH PEMERINTAH KAB, KOTA DAN PROV 66
BAB 6. KESEJAHTERAAN DAN KETENAGAKERJAAN 71
6.1. PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN 71
6.2. PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN 72
BAB 7. OUTLOOK 77
7.1. MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II-2011 77
7.2. INFLASI REGIONAL TRIWULAN II-2011 78
7.3. KINERJA PERBANKAN DAERAH 73
3
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
■ DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1.1. Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB Provinsi Bali 16
Grafik 1.2. Kredit Sektor Pertanian 17
Grafik 1.3. Konsumsi Listrik Industri dan Jumlah Pelanggan Industri 18
Grafik 1.4. Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Manufaktur 18
Grafik 1.5. Kredit Sektor Industri 18
Grafik 1.6. Konsumsi Listrik di Bali 19
Grafik 1.7. Jumlah Pelanggan Listrik 19
Grafik 1.8. Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air 19
Grafik 1.9. Konsumsi Semen 20
Grafik 1.10. Kredit Sektor Bangunan 20
Grafik 1.11. Kunjungan Wisman ke Bali 21
Grafik 1.12. Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap Kamar Hotel 21
Grafik 1.13. Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali 21
Grafik 1.14. Penerimaan Visa on Arrival 22
Grafik 1.15. Transaksi Valas di 18 PVA di Bali 22
Grafik 1.16. Konsumsi Listrik Bisnis dan Jumlah Pelanggan Bisnis 22
Grafik 1.17. Jumlah Penumpang Pesawat 23
Grafik 1.18. Jumlah Pos Melalui Udara 23
Grafik 1.19. Kredit Bank Umum 24
Grafik 1.20. Kredit Bank Perkreditan Rakyat 24
Grafik 1.21. Kredit Sektor Jasa 24
Grafik 1.22. Konsumsi Listrik Rumah Tangga dan Jumlah Pelanggan RT 25
Grafik 1.23. Indeks Keyakinan Konsumen 25
Grafik 1.24. Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 26
Grafik 1.25. Nilai Tukar Petani 26
Grafik 1.26. Kredit Konsumsi 26
Grafik 1.27. Impor Barang Modal 27
Grafik 1.28. Kredit Investasi 27
Grafik 1.29. Perkembangan Nilai Ekspor Bali 28
Grafik 1.30. Perkembangan Volume Ekspor 28
Grafik 1.31. Pangsa Nilai Ekspor Provinsi Bali 28
Grafik 1.32. Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Bali 28
Grafik 1.33. Negara Pembeli Utama Ekspor Bali 29
Grafik 1.34. Perkembangan Nilai Impor Bali 30
4
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Halaman
Grafik 1.36. Perkembangan Volume Impor Bali 30
Grafik 1.37. Pangsa Impor Provinsi Bali Berdasarkan Negara Asal 30
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar 38
Grafik 2.2. Perubahan Harga Komoditas Pangan 38
Grafik 2.3. Perubahan Rata-rata Nilai Konsumsi Kelompok Bahan Makanan 39
Grafik 2.4. Perubahan Rata-rata Nilai Konsumsi Komoditas Kelompok Bumbu-bumbuan 39
Grafik 2.5. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) April 2011 41
Grafik 2.6. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) Mei 2011 42
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras 42
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 43
Grafik 2.9. Inflasi Bulanan Denpasar (% m-t-m) Juni 2011 43
Grafik 2.10. Disagregasi Inflasi (y-o-y) Juni 2011 45
Grafik 2.11. Disagregasi Inflasi (m-t-m) Juni 2011 45
Grafik 2.12. Hasil Survey Perkembangan Kegiatan Usaha dan Kapasitas Produksi Pangan 45
Grafik 2.13. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi 45
Grafik 2.14. Perkembangan Rata-rata Curah Hujan Bulanan 46
Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, Dana, Kredit 48
Grafik 3.2. Komposisi, Kredit, DPK dan Aset Menurut Kelompok Bank 48
Grafik 3.3. Jaringan Kantor Bank Umum 48
Grafik 3.4. Jumlah Nasabah Penyimpan dan Debitur 48
Grafik 3.5. Perkembangan LDR Bank Umum 49
Grafik 3.6. Komposisi DPK Bank Umum 50
Grafik 3.7. Pertumbuhan DPK 50
Grafik 3.8. Pertumbuhan Kredit Perbankan 51
Grafik 3.9. Komposisi Kredit 51
Grafik 3.10. Kredit Berdasarkan Sektor 52
Grafik 3.11. Aset Perbankan Syariah 54
Grafik 3.12. Komposisi Pembiayaan Bank Syariah 54
Grafik 3.13. Komposisi DPK Bank Syariah 54
Grafik 3.14. Pertumbuhan Aset, Kredit, dan LDR 55
Grafik 3.15. Komposisi Kredit terhadap Aset dan Pertumbuhan Kredit 56
Grafik 4.1. Perkembangan Uang Kartal di Bali 60
Grafik 4.2. Perkembangan Kegiatan Kas Keliling 60
Grafik 4.3. Perkembangan Kegiatan PTTB 61
Grafik 4.4. Perkembangan Kliring 63
Grafik 4.5. Perkembangan Tolakan Cek/BG Kosong 63
Grafik 4.6. Perkembangan Transaksi RTGS From 64
5
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Halaman
Grafik 4.7. Perkembangan Transaksi RTGS To 64
Grafik 4.8. Perkembangan Transaksi RTGS From - To 64
Grafik 5.1. Realisasi APBD seluruh Kabupaten, Kota dan Provinsi Bali 66
Grafik 6.1. Penduduk Miskin Provinsi Bali 2005 - 2011 67
Grafik 6.2. Penduduk Miskin Provinsi Bali Berdasarkan Wilayah 72
Grafik 6.3. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja 73
Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali 77
Grafik 7.2. Perkembangan Kegiatan Usaha 77
Grafik 7.3. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Bali Triwulan III-2011 78
Grafik 7.4. Ekspektasi Konsumen Terhadap Barang dan Jasa 79
G
rafik 7.5. Ekspektasi Harga oleh Pedagang 79
■ DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari sisi penawaran, 2009 – 2011 (% y-o-y) 15
Tabel 1.2. Produksi dan Luas Panen Padi – Palawija per subround di Bali, 2010 – 2011 16
Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Permintaan, 2009 – 2011 25
Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) 37
Tabel 2.2. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang 40
Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali (dalam miliar Rp) 47
Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor 52
Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali 55
Tabel 4.1. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali 59
Tabel 4.2. Perkembangan Perputaran Kliring, Cek/BG Kosong di Bali 62
Tabel 4.3. Perkembangan Transaksi RTGS di Bali 63
Tabel 5.1. APBD Provinsi Bali 68
Tabel 6.1. Kondisi Kemiskinan di Bali 2010 68
■ DAFTAR BOKS Halaman
Boks A. Pengembangan Klaster Kopi Sebagai Upaya Peningkatan Produksi dan
Pengembangan Kopi Arabika di Kabupaten Bangli
31
Boks B. Penguatan Infrastruktur Pariwisata Bali sebagai Gerbang Pariwisata di Indonesia 33
Boks C. Faktor Penentu Pilihan Masyarakat Akan Layanan Lembaga Keuangan di Bali 57
Boks D. Karakteristik Pekerja Bali, Studi di Sektor Pertanian 74
6
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
■ Tabel Indikator Ekonomi Bali I. INFLASI DAN PDRB
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw II Tw IV Tw I Tw IMAKRO
Indeks Harga Konsumen 113.84 113.15 115.15 116.33 117.98 119.47 123.97 125.75 127.33 129.36
Laju Inflasi Tahunan (% y-o-y) 8.93 5.80 4.39 4.37 3.64 5.59 7.66 8.10 7.93 7.45
PDRB Harga Konstan (miliar Rp) 6,699 6,761 6,891 6,940 7,024 7,149 7,316 7,391 7,446 7,608
- Pertanian 1,400 1,416 1,426 1,404 1,417 1,458 1,428 1,442 1,457 1,480
- Pertambangan dan Penggalian 39 39 40 40 42 45 50 51 51 52
- Industri Pengolahan 673 683 702 710 717 727 744 748 747 753
- Listrik, Gas, dan Air Bersih 101 102 103 104 107 109 111 112 114 118
- Bangunan 265 266 268 270 278 283 290 295 299 304
- Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2,137 2,151 2,186 2,183 2,226 2,262 2,350 2,371 2,409 2,467
- Pengangkutan dan Komunikasi 751 752 755 758 771 782 817 821 804 831
- Keuangan dan Persewaan 458 460 483 498 501 506 516 518 523 536
- Jasa-jasa 876 891 928 974 964 977 1,011 1,033 1,042 1,067
Pertumbuhan PDRB (% y-o-y) 7.77 5.64 4.34 3.73 4.85 5.74 6.18 6.50 6.01 6.42
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) (*) 130.60 141.38 142.73 141.68 151.32 190.07 165.24 166.43 148.56 160.38
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) (*) 37.85 43.89 89.78 46.23 42.68 117.74 92.67 50.14 32.81 36.19
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) (*) 27.49 33.52 149.24 26.60 26.20 30.68 23.01 49.08 27.52 28.97
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) (*) 6.30 14.86 4.09 2.99 3.31 2.52 1.88 12.14 9.36 5.64
Indikator2009 2010 2011
7
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
s
II. PERBANKAN
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw I
P
ERBANKAN
ank Umum :Total Aset (Rp Triliun) 33.35 33.84 35.49 36.57 36.10 36.76 39.90 43.71 44.52 47.11
PK (Rp Triliun) 29.37 29.50 31.36 32.25 32.30 33.65 35.73 37.85 38.54 40.34- Giro (Rp Triliun) 6.79 6.81 7.18 6.47 6.41 7.01 7.72 7.29 7.93 8.70- Tabungan (Rp Triliun) 12.89 13.05 13.94 15.25 14.71 15.29 16.31 17.86 17.95 18.49- Deposito (Rp Triliun) 9.68 9.64 10.25 10.53 11.18 11.35 11.71 12.70 12.66 13.15
redit (Rp Triliun) - berdasarkan kantor cabang 16.75 17.27 18.31 19.50 20.35 21.78 22.98 24.83 25.35 27.14- Modal Kerja 7.08 7.21 7.71 8.19 8.25 8.93 9.52 10.55 10.54 11.18- Investasi 2.61 2.62 2.81 3.10 3.47 3.78 4.00 4.41 4.46 4.97- Konsumsi 7.06 7.44 7.80 8.21 8.63 9.08 9.46 9.87 10.35 10.99- LDR 57.03 58.53 58.39 60.47 63.00 64.74 64.31 65.61 65.79 67.28- NPL 2.30 2.03 3.05 2.70 2.53 2.45 2.53 1.92 2.16 2.17
redit UMKM (Rp Triliun) 14.10 14.64 15.58 16.39 17.16 18.31 19.13 20.35 21.14 22.55- Rasio kredit MKM (%) 84.20 84.79 85.05 84.07 84.36 84.07 83.23 81.97 83.38 83.09- NPL MKM gross (%) 1.81 1.80 1.93 1.73 1.73 1.70 1.56 1.26 1.43 1.26
BPR : otal Aset (Rp Triliun) 2.39 2.49 2.49 2.69 2.83 2.96 3.14 3.43 3.72 3.96PK (Rp Triliun) 1.53 1.62 1.67 1.81 1.95 2.01 2.13 2.33 2.56 2.67- Tabungan (Rp Triliun) 0.54 0.57 0.58 0.63 0.66 0.67 0.70 0.74 0.80 0.81- Deposito (Rp Triliun) 0.99 1.04 1.08 1.18 1.29 1.34 1.44 1.59 1.76 1.87
redit (Rp Triliun) - berdasarkan lokasi proyek 1.53 1.62 1.67 1.81 1.95 2.01 2.13 2.67 2.86 3.10- Modal Kerja 1.05 1.09 1.13 1.16 1.22 1.27 1.30 1.40 1.48 1.64- Investasi 0.13 0.14 0.14 0.15 0.16 0.18 0.19 0.21 0.23 0.25- Konsumsi 0.66 0.70 0.75 0.81 0.85 0.91 0.99 1.05 1.15 1.21
redit UMKM (Rp Triliun) 1.53 1.62 1.67 1.81 1.95 2.01 2.13 2.67 2.86 3.10asio NPL gross (%) 4.65 6.87 6.99 5.97 6.47 3.94 4.22 3.67 4.43 3.66
DR (%) 79.09 81.30 83.97 81.95 82.22 83.42 83.36 81.03 80.72 82.92
Indikator2009 2010 2011
B
D
K
K
TD
K
KR
L
8
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
III. SISTEM PEMBAYARAN
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw ITransaksi TunaiI
nflow (Rp Triliun) 980 323 251 659 972 584 909 744 1,397 1,299 ow (Rp Triliun) 471 529 1,221 1,067 535 1,023 1,815 1,631 1,111 2,166
Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 154 124 159 132 357 288 284 617 954 1,181 ransaksi Non Tunai
GS From : Nominal Transaksi RTGS From (Milyar Rp) 13,005 16,374 8,147 13,876 14,178 16,533 19,449 23,571 20,341 23,092
olume Transaksi RTGS From (Milyar Rp) 12,166 14,112 13,473 14,855 14,264 15,402 16,239 19,490 15,626 15,789 GS To :
Nominal Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 7,473 8,354 7,557 9,507 8,198 9,378 10,976 11,222 11,207 12,553 olume Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 11,815 14,238 14,605 16,964 16,122 17,570 19,362 20,809 18,347 18,257 GS From -To :
Nominal Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 2,370 2,681 2,008 3,064 2,845 2,905 3,278 3,547 3,357 3,411 olume Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 3,119 3,775 3,457 4,106 4,048 4,216 4,424 4,704 4,751 4,468 liring :
Nominal Kliring (Milyar Rp) 4,959 6,291 6,775 7,137 7,046 7,147 7,817 8,347 8,766 7,922 olume Kliring (Ribu Lembar) 342 433 449 441 446 435 458 450 489 439 ominal Tolakan Cek/BG Kosong (Milyar Rp) 227 173 188 193 198 173 175 341 197 183
Volume Tolakan Cek/BG Kosong (Ribu Lembar) 7,344 7,048 7,455 7,284 7,019 7,540 7,168 7,484 8,125 7,280
Indikator2009 2010 2011
Outfl
TRT
VRT
VRT
VK
VN
9
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Ringkasan Eksekutif
MAKRO EKONOMI REGIONAL Perekonomian Bali pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 6,42% (y-o-y). Sektor PHR masih menjadi pendorong utama pertumbuhan di sisi penawaran. Masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor yang tetap solid menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011
Perekonomian Bali tumbuh positif dengan angka pertumbuhan pada triwulan
II-2011 sebesar 6,42% (y-o-y), meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai
6,01% (y-o-y). Di sektor penawaran, tren peningkatan industri pariwisata mendorong
sektor PHR untuk tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, serta memberikan
andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Bali. Sementara itu sektor terbesar
kedua, yakni sektor pertanian, justru mengalami perlambatan yang diakibatkan oleh
kontraksi di subsektor tanaman perkebunan serta peternakan.
Sedangkan di sisi permintaan, masih kuatnya konsumsi rumah tangga dan
kinerja ekspor yang tetap solid menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di triwulan
II-2011. Tingginya konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh banyaknya perayaan hari
raya keagamaan, hari libur nasional serta pergantian tahun ajaran baru. Sementara itu
ekspor didorong oleh meningkatnya transaksi ekspor antar daerah yang terjadi seiring
dengan meningkatnya aktivitas perdagangan.
PERKEMBANGAN INFLASI Tekanan inflasi kembali mengalami perlambatan, dengan laju inflasi mencapai 0,81% (q-t-q). Inflasi volatile food cenderung melambat dikarenakan peningkatan produksi pangan dan kebijakan impor
Tekanan inflasi Kota Denpasar kembali mengalami perlambatan, dengan laju
inflasi triwulanan pada triwulan II-2011 sebesar 0,81% (q-t-q), lebih rendah dibanding
triwulan sebelumnya sebesar 1,26% (q-t-q). Sumber tekanan inflasi masih didominasi
oleh komoditas pangan dalam kelompok bahan makanan dan kelompok makanan
jadi, minuman, rokok, dan tembakau. Secara tahunan, laju inflasi Kota Denpasar pada
triwulan I-2011 sebesar 7,45% (y-o-y), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya
yang mencapai 7,93% (y-o-y).
Berdasarkan disagregasinya, inflasi volatile food cenderung melambat, yang
dikarenakan peningkatan produksi pangan, serta banyaknya upaya pengambil
kebijakan untuk meredam laju harga beberapa komoditas utama seperti beras, cabai
dan bawang melalui kebijakan impor. Sementara inflasi pada komoditas administered
price dan core inflation cenderung mengalami peningkatan.
KINERJA PERBANKAN DAERAH Kinerja perbankanterus mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan perekonomian yang lebih cepat
Kinerja perbankan terus mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan
perekonomian yang lebih cepat, yang mengakibatkan meningkatnya indicator-
indikator perbankan seperti aset, pengerahan dana masyarakat (DPK) maupun kredit.
Pertumbuhan yang tinggi pada pengerahan dana dan ekspansi kredit menunjukkan
11
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Perkembangan perbankan syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi
bahwa pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan baik. Hal iini juga
ditunjukkan dari tingkat LDR keseluruhan perbankan (bank umum dan BPR) di Bali
mampu meningkat pada kisaran 68,58%. Seiring dengan meningkatnya ekspansi
kredit, jumlah kredit yang dikategorikan kedalam NPL mengalami peningkatan
meskipun masih rasio terbilang masih sangat rendah. Peningkatan NPL terjadi
terutama pada sektor perdagangan yang diakibatkan oleh meningkatnya kebutuhan
dana untuk sektor ini.
Perkembangan perbankan syariah juga menunjukkan pertumbuhan yang cukup
tinggi, dan hingga saat ini tercatat 5 bank syariah yang beroperasi di Bali dengan
pertumbuhan indikator-indikatornya yang sangat cepat. Hal ini disebabkan oleh makin
meningkatnya minat masyarakat terhadap jasa-jasa perbankan syariah yang dianggap
lebih menguntungkan bagi sebagian kalangan masyarakat.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi pembayaran tunai mengalami net outflow, yang mengindikasikan meningkatnya kebutuhan uang tunai untuk transaksi masyarakat Trnsaksi pembayaran tunai dengan RTGS meningkat, mengindikasikan transaksi dengan jumlah besar mulai dilakukan
Pada triwulan II-2011 transaksi pembayaran tunai di provinsi Bali mengalami
net ouflow, yang mengindikasikan meningkatnya kebutuhan uang tunai untuk
transaksi di masyarakat menjelang pertengahan tahun seiring meningkatnya aktivitas
perekonomian. Berdasarkan denominasinya, masyarakat Bali pada umumnya
menggunakan uang kertas dalam transaksi tunai yang dilakukan baik berupa inflow
maupun outflow. Selain itu kebutuhan uang kartal juga tercermin dari besarnya
kegiatan penukaran yang dilakukan serta kas keliling juga mengalami peningkatan
disbanding triwulan sebelumnya.
Sementara itu dari sisi pembayaran non tunai, transaksi menggunakan kliring
mengalami penurunan sementara RTGS meningkat. Hal ini mengindikasikan transaksi
dengan jumlah besar mulai dilakukan seiring mulai direalisasikannya proyek-proyek
baik oleh pemerintah maupun swasta yang lebih banyak menggunakan RTGS.
KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan mencapai 57,51% terutama disumbang oleh pajak daerah. Sementara itu realisasi belanja baru sebesar 23,14%
Pada tahun 2011 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Bali mencapai Rp 2,14
triliun, meningkat 10,57% dibanding anggaran 2010 perubahan, dengan realisasi
sampai dengan triwulan II-2011 mencapai 57,51% yang terutama disumbang oleh
pajak daerah yang merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah. Sementara itu
Anggaran Belanja Daerah Provinsi Bali pada tahun 2011 sebesar RP 2,48 triliun
dengan realisasi sampai dengan triwulan II-2011 sebesar 23,14%. Apabila melihat
anggaran dan realisasi seluruh Kabupaten, Kota dan Provinsi, realisasi pendapatan
sampai dengan triwulan II-2011 diperkirakan sebesar 46,59%, sementara realisasinya
diperkirakan sebesar 25,46%.
12
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
KESEJAHTERAAN DAN KETENAGAKERJAAN Prohram peningkatan kesejahteraan oleh Pemprov Bali mengindikasikan hasil positif, yakni penurunan tingkat kemiskinan Tingkat pengangguran juga mengaami penurunan.
Program peningkatan kesejahteraan masyarakat Bali yang telah dijalankan
sejak tahun 2010 oleh Pemprov Bali mengindikasikan hasil yang positif yang
ditunjukkan oleh penurunan tingkat kemiskinan. Tingkat kemiskinan pada Maret 2011
hanya sebesar 4,20% lebih rendah dibandingkan Maret 2010 yang mencapai 4,88%.
Sementara itu tingkat pengangguran di Bali pada Februari 2011 juga
mengalami penurunan, dengan tingkat pengangguran sebesar 2,86%. Jumlah
tersebut menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 3,06% (Agustus 2010) dan
3,57% (Februari 2010). Pemda terus berupaya melaksanakan program-program kerja
yang bertujuan untuk penyediaan lapangan kerja baru sehingga dapat menekan
tingkat pengangguran, salah satunya melalui bursa lapangan kerja.
OUTLOOK Meningkatnya aktivitas perekonomian diperkirakan mendorong kinerja perekonomian Bali untuk tetap tumbuh tinggi di triwulan III-2011. Tekanan inflasi diperkirakanakan menurun akibat base effect serta stabilnya pasokan
Meningkatnya aktivitas perekonomian diperkirakan mendorong kinerja
perekonomian Bali masih tetap tumbuh tinggi di triwulan III-2011. Di sisi permintaan
masih kuatnya konsumsi diperkirakan masih menjadi penopang perekonomian Bali,
yang terjadi seiring dengan periode libur sekolah dan masukya tahun ajaran baru, dan
maraknya perayaan hari raya keagamaan. Selain konsumsi, investasi diperkirakan juga
akan menigkat karena proyek-proyek pemerintah mulai direalisasikan. Sementara itu
ditengah menguatnya kurs, net ekspor diperkirakan masih tetap positif meskipun
terdapat kekhawatiran terjadi penurunan perdagangan luar negeri akibat
permasalahan ekonomi di negara mitra dagang utama (AS dan Eropa).
Sementara itu di sisi penawaran, sektor PHR diperkirakan masih menjadi
pendorong utama dengan didorong oleh aktivitas perdagangan dan pariwisata yang
terus meningkat. Kunjungan wisman diperkirakan akan mencapai puncaknya pada
triwulan III-2011 seiring menigkatnya kunjungan oleh wisatawan mancanegara.
Dari sisi inflasi, tekanan harga pada triwulan III-2011 diperkirakan masih
relative terjaga dengan inflasi diperkirakan berada di kisaran 5,8 ± 1% (y-o-y). Selain
akibat base effect, stabilnya pasokan diperkirakan mengakibatkan menurunnya inflasi
tahunan di Bali. Namun perlu diwaspadai faktor ekspektasi inflasi kedepan yang
meningkat, seperti yang diindikasikan dari hasil survey yang dilakukan oleh Bank
Indonesia.
13
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Bab 1 Makro Ekonomi Regional
Meningkatnya kinerja roda-roda perekonomian Bali yang utamanya dipicu oleh industri pariwisata
mendorong perekonomian Bali tumbuh positif dengan angka pertumbuhan pada triwulan II-
2011 sebesar 6,42% (y-o-y), meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,01% (y-o-y). Di
sisi penawaran, sektor PHR memberikan andil terbesar yang utamanya didorong oleh meningkatnya
aktivitas perdagangan dan industri pariwisata. Sementara itu di sisi permintaan, masih kuatnya konsumsi
rumah tangga dan net ekspor menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011.
1.1. SISI PENAWARAN
Di sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi mampu tumbuh positif di triwulan II-2011 dan
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Sektor
dengan pertumbuhan tertinggi di triwulan II-2011 adalah sektor pertambangan yang tumbuh 15,07%
(y-o-y), namun andil sektor tersebut terhadap perekonomian Bali sangat kecil, yakni hanya sebesar
0,10%. Sementara itu sektor utama dalam struktur perekonomian Bali, yakni sektor PHR, mampu
tumbuh tinggi dan meningkat dari triwulan sebelumnya, dengan pertumbuhan di triwulan II-2011
sebesar 9,04% (y-o-y). Hal tersebut mengakibatkan sektor PHR menjadi pendorong utama
pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011 dengan andil mencapai 2,86%. Selain sektor PHR, sektor jasa
dan sektor pengangkutan juga memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi yang relatif besar,
dengan andil masing-masing mencapai 1,26% dan 0,68%.
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari sisi penawaran, 2009 – 2011 (% y-o-y)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIPertanian 7.75 8.24 3.53 3.40 5.68 1.27 3.00 0.09 2.70 1.76 2.83 1.50 Pertambangan 12.00 11.60 2.98 (3.66)
(0.47)
5.27 7.61 14.98 26.31 28.52 19.43 22.29 15.07 Industri 9.51 3.18 4.61 4.74 5.43 6.54 6.43 6.04 5.36 6.08 4.10 3.67 Listrik, Gas & Air 4.61 5.05 5.06 4.13 4.71 6.10 6.78 6.90 7.71 6.88 6.84 7.94 Bangunan 1.00 0.89 0.97 0.79 0.91 5.12 6.64 8.20 9.48 7.37 7.50 7.48 Perdg, Hotel & Rest. 10.03 7.31 5.38 2.59 6.24 4.17 5.17 7.52 8.63 6.39 8.23 9.04 Pengangkutan & Kom. 11.93 5.81 2.30 1.05 5.09 2.65 3.92 8.15 8.30 5.77 4.26 6.23 Keuangan & Persewaan 2.58 2.76 5.58 2.63 9.45 9.88 6.84 4.02 7.47 4.29 5.99 Jasa-Jasa 3.09 4.13 6.50 8.65 5.64 10.04 9.57 9.00 6.04 8.60 8.05 9.24 PDRB 7.77 5.64 4.34 3.73 5.33 4.85 5.74 6.18 6.50 5.83 6.01 6.42
2011Sektor
20092009
20102010
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
Berdasarkan kontribusinya (share) terhadap perekonomian Bali, sektor PHR memiliki kontribusi
terbesar terhadap PDRB Provinsi Bali dengan share mencapai 32,46%, diikuti sektor pertanian dengan
share 19,48% serta sektor jasa sebesar 14,03%. Sementara itu sektor dengan angka pertumbuhan
tertinggi, yakni sektor pertambangan hanya masing-masing memiliki share sebesar 0,69%.
15
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Grafik 1.1Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB Provinsi Bali
Pertanian19%
Pertambangan1%
Industri10%
LGA2%
Bangunan4%
PHR32%
Pengangkutan11%
Keuangan7%
Jasa14%
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, diolah
1.1.1. Sektor Pertanian
Perubahan musim tanam mempengaruhi kinerja sektor pertanian. Pasca puncak panen di awal
triwulan II-2011 dan relatif rendahnya peningkatan produksi mengakibatkan kinerja sektor pertanian
mengalami perlambatan dengan pertumbuhan mencapai 1,50% (y-o-y). Pertumbuhan tersebut
lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,83% (y-o-y). Menurunnya kinerja
sektor pertanian terutama diakibatkan oleh kontraksi di subsektor tanaman perkebunan serta subsektor
peternakan dan hasil-hasilnya yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,64% dan 0,59%. Dari
hasil Liaison, kontraksi diakibatkan oleh panen yang kurang maksimal di beberapa komoditas
perkebunan. Kondisi tersebut diakibatkan oleh permasalahan anomali musim dan tingginya curah
hujan yang memicu munculnya organisme pengganggu tanaman, sehingga mengganggu produksi di
triwulan II-2011. Sementara itu subsektor lainnya yakni subsektor tanaman bahan makanan masih
mampu tumbuh positif walaupun tidak setinggi triwulan sebelumnya.
Tabel 1.2. Produksi dan Luas Panen Padi – Palawija per subround di Bali, 2010 – 2011
L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi L. Panen Produksi(ha) (ton) (ha) (ton) (ha) (ton) (ha) (ton)
ARAM II 2011 55,272 317,839 47,626 261,657 48,600 280,764 151,498 860,260ATAP 2010 51,459 307,328 45,609 245,103 55,122 316,730 152,190 869,160
ARAM II 2011 18,576 45,381 1,869 5,779 2,062 10,477 22,507 61,637ATAP 2010 22,629 49,852 1,913 5,728 2,164 10,775 26,706 66,354
ARAM II 2011 535 591 2,776 2,934 1,774 2,448 5,085 5,973ATAP 2010 901 1,124 2,362 2,355 1,565 2,075 4,827 5,555
Jan - Des
Padi
Jagung
Kedelai
Komoditas/tahunJan - April Mei - Agustus Sep - Des
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
16
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Angka Ramalan (ARAM) II oleh BPS Provinsi Bali memperkirakan masih akan terjadi peningkatan
produksi dan luas panen di subround II-2011 (periode Mei – Agustus 2011). Produksi di subround II-
2011 mencapai 261,6 ribu ton atau meningkat 6,75% dibanding realisasi produksi subround II tahun
lalu. Luas panen padi juga meningkat 4,42% dibanding realisasi pada subround I-2010, dengan luas
panen mencapai 47,62 ribu ha. Kondisi tersebut tidak hanya terjadi pada komoditas padi saja. Untuk
komoditas non padi seperti kedelai juga mengalami peningkatan luas panen dan produksi di subround
II-2011, yang meningkat 17,53% dan 24,59% (y-o-y). Peningkatan produksi komoditas pertanian
tersebut mengakibatkan kinerja sektor pertanian masih positif sepanjang triwulan II-2011.
Prompt indicator sektor pertanian
berupa penyaluran kredit bank umum ke
kegiatan usaha pertanian, perburuan dan
kehutanan serta untuk kegiatan usaha
perikanan yang dikucurkan kepada masyarakat
juga menunjukkan pertumbuhan positif.
Realisasi pengucuran kredit di triwulan II-2011
sebesar Rp 593,06 miliar, atau meningkat
27,08% dibanding periode yang sama tahun
lalu. Realisasi tersebut terus meningkat dan
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang
mengalami pertumbuhan mencapai 20,03% (y-
o-y). Masih positifnya sektor pertanian juga
diindikasikan oleh prompt indicator berupa
hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di
sektor pertanian yang menunjukkan saldo berih
tertimbang positif pada triwulan II-2011.
Grafik 1.2 Kredit Sektor Pertanian
-20
0
20
40
60
0
100
200
300
400
500
600
700
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-ymiliar Rp
Kredit Sektor Pertaniang Kredit Sektor Pertanian
Sumber : Bank Indonesia, diolah
1.1.2. Sektor Industri Pengolahan
Laju pertumbuhan di sektor industri pengolahan masih relatif rendah di triwulan II-
2011. Sektor industri pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 3,67% (y-o-y), lebih rendah dibanding
triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,10% (y-o-y). Melambatnya kinerja di sektor ini terutama
diakibatkan oleh subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki yang tumbuh lebih rendah dibanding
triwulan sebelumnya. Resesi yang dialami oleh negara mitra dagang utama yang diiringi dengan tren
apresiasi kurs Rupiah terhadap Dolar turut mempengaruhi daya beli masyarakat mancanegara yang
berimbas pada masih rendahnya permintaan ekspor komoditas tekstil. Selain subsektor tekstil,
penurunan pertumbuhan juga terjadi pada subsektor pupuk, kimia dan bahan dari karet. Namun
demikian subsektor lain yaitu subsektor makanan, minuman dan tembakau justru menunjukkan
peningkatan pertumbuhan yang terjadi seiring dengan tren peningkatan industri pariwisata di triwulan
17
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
II-2011, yang mengakibatkan permintaan terhadap barang dan jasa meningkat sehingga memicu
industri bahan makanan untuk tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya.
Grafik 1.3
Konsumsi Listrik Industri dan Jumlah Pelanggan Industri
500
1000
1500
2000
2500
0
Grafik 1.4 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor
Manufaktur
-100
-50
0
50
100
150
200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-y
g Volume Manufaktur
g Nilai Manufaktur
Sumber : Bank Indonesia
Prompt indicator sektor industri berupa konsumsi listrik untuk golongan industri
mengindikasikan melambatnya pertumbuhan di sektor industri. Konsumsi listrik untuk golongan industri
mengalami kontraksi 7,00% (y-o-y), dengan konsumsi pada triwulan I-2011 sebesar 28.633 ribu KWH.
Jumlah pelanggan listrik industri juga kontraksi 2,80% (y-o-y), dengan jumlah pelanggan sebanyak
1.941 unit. Kondisi ekspor manufaktur juga mengalami perlambatan pada triwulan II-2011 baik dari sisi
nilai maupun volume ekspornya. Permintaan ekspor manufaktur diperkirakan akan meningkat kembali
di pertengahan tahun seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian.
Namun demikian prompt indicator lain
berupa penyaluran kredit bank umum ke sektor
industri justru menunjukkan pertumbuhan tinggi
di triwulan II-2011. Penyaluran kredit ke sektor
industri pada triwulan II-2011 sebesar Rp 899,74
miliar, atau tumbuh 34,75% (y-o-y).
Pertumbuhan tersebut bahkan lebih tinggi
dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh
27,85% (y-o-y). Hal ini mengindikasikan prospek
industri masih cukup besar, mengingat kredit
yang disalurkan ke sektor tersebut juga terus
meningkat.
10000
000
30000
000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
unitRibu KWH
40 Konsumsi Listrik Industri Jumlah Pelanggan (RHS)
20
Sumber : PLN Distribusi Bali
Grafik 1.5 Kredit Sektor Industri
-5
5
15
25
35
45
55
0
200
400
600
800
1000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% yoymiliar Rp
Nominal Kredit g kredit (RHS)
Sumber : Bank Indonesia
18
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
1.1.3. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
Sektor industri pada triwulan II-2011 juga menunjukkan kinerja yang meningkat dari
triwulan sebelumnya. Pertumbuhan pada triwulan II-2011 sebesar 7,94% (y-o-y), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,84% (y-o-y). Beberapa prompt indicator sektor ini
juga mengkonfirmasi pertumbuhan di sektor ini. Konsumsi dan jumlah pelanggan listrik mengalami
peningkatan pada triwulan II-2011, masing-masing sebesar 2,80% dan 7,09% (y-o-y). Hasil SKDU di
sektor LGA juga menunjukkan saldo bersih tertimbang positif pada triwulan II-2011.
Grafik 1.6 Konsumsi Listrik di Bali
-4
0
4
8
12
16
0
200
Grafik 1.7 Jumlah Pelanggan Listrik
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1800
1900
2000
2100
2200
2300
2400
2500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yRibu Unit
Jumlah Pelanggan g Jumlah Pelanggan (RHS)
Sumber : PLN Distribusi Bali
Namun demikian prompt indicator
berupa penyaluran kredit LGA oleh bank
umum ke masyarakat belum menunjukkan
pertumbuhan di triwulan II-2011. Penyaluran
kredit LGA pada triwulan II-2011 sebesar Rp
12,40 triliun, atau hanya meningkat 0,86% (y-
o-y). Angka pertumbuhan tersebut relatif stabil
dibandingkan periode-periode sebelumnya.
400
600
800
1000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yjuta KWH
Konsumsi Listrik g Konsumsi Listrik (RHS)
Sumber : PLN Distribusi Bali
Grafik 1.8 Kredit Sektor Listrik, Gas, dan Air
-100
0
100
200
300
0.0
4.0
8.0
12.0
16.0
20.0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-ymiliar RpKredit Sektor Listrikg Kredit Sektor Listrik - (RHS)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
19
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
1.1.4. Sektor Bangunan
Memasuki paruh kedua tahun 2011, kinerja sektor bangunan relatif stabil dan belum
mengindikasikan adanya peningkatan. Pertumbuhan pada triwulan II-2011 mencapai 7,48% (y-o-y),
tidak jauh berbeda dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,50% (y-o-y). Namun demikian
pertumbuhan tersebut relatif masih tinggi sebagaimana diindikasikan dari hasil Survey Harga Properti
Residensial yang menunjukkan rata-rata peningkatan indeks harga properti residensial sebesar 0,49%
(q-t-q), atau secara tahunan sebesar 1,40% (y-o-y).
Prompt indicator sektor bangunan seperti kredit yang disalurkan ke sektor konstruksi juga
mengalami pertumbuhan positif di triwulan II-2011, yaitu meningkat 11,56% (y-o-y) dengan realisasi
kredit yang disalurkan mencapai Rp 608,52 miliar. Konsumsi semen juga mengalami peningkatan di
triwulan II-2011, dengan konsumsi semen mencapai 350,11 ribu ton atau tumbuh 15,71% dibanding
periode yang sama tahun lalu. Hal ini mengindikasikan adanya potensi peningkatan kinerja sektor ini
kedepannya.
Grafik 1.9 Konsumsi Semen
-40
-20
0
20
40
60
80
100
0
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yRibu Ton
Konsumsi Semen g (y-o-y) - (RHS)
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Grafik 1.10 Kredit Sektor Bangunan
-20
0
20
40
60
80
100
0
100
200
300
400
500
600
700
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-ymiliar Rp
Kredit Sektor Bangunang Kredit Sektor Bangunan - (RHS)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
1.1.5. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Tren meningkatnya industri pariwisata mendorong sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran (PHR) tumbuh meningkat pada triwulan II-2011. Pertumbuhan sektor ini sebesar 9,04%
(y-o-y), meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 8,23% (y-o-y). Peningkatan kinerja sektor PHR
didorong oleh aktivitas perdagangan dan pariwisata yang mulai meningkat menjelang pertengahan
tahun. Aktivitas pariwisata yang terus meningkat diindikasikan oleh jumlah kunjungan wisman ke Bali
secara kumulatif hingga triwulan II-2011 yang mencapai 1.271.470 orang, meningkat 10,95%
dibanding periode yang sama tahun lalu. Jumlah kunjungan tersebut mendominasi dari keseluruhan
jumlah kunjungan wisman ke Indonesia, dengan share sebesar 38,5%. Hal tersebut semakin
20
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
memperkuat posisi Bali sebagai pintu masuk utama wisatawan ke Indonesia. Selain wisatawan
mancanegara, wisatawan domestik yang datang ke Bali juga mengalami peningkatan. Masuknya
musim libur sekolah, banyaknya hari libur nasional sepanjang triwulan II-2011 (antara lain Wafatnya
Yesus Kristus, Hari Raya Waisak, Kenaikan Yesus Kristus, serta Isra Miraj Nabu Muhammad SAW) dan
penetapan cuti bersama oleh pemerintah turut mempengaruhi perilaku wisata wisatawan domestik
untuk berlibur ke Bali.
Peningkatan jumlah wisman yang datang ke Bali juga mengakibatkan rata-rata tingkat
penghunian kamar meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Rata-rata tngkat penghunian kamar
hotel bintang untuk triwulan II-2011 sebesar 65,80% dengan rata-rata masa tinggal selama 3,45 hari
(triwulan sebelumnya sebesar 63,35% dengan rata-rata masa tinggal 3,43 hari). Sementara itu untuk
hotel non bintang, tingkat penghunian kamar sebesar 33,53% dengan rata-rata masa tinggal selama
2,47 hari (triwulan sebelumnya sebesar 35,89% dengan rata-rata lama tinggal selama 2,99 hari).
Grafik 1.11 Kunjungan Wisman ke Bali
-40
-20
0
20
40
60
80
0
200000
400000
600000
800000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yorang Jumlah Wisman g Jumlah Wisman (RHS)
Grafik 1.12 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama
Menginap Kamar Hotel
0
1
2
3
4
5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010 2011
TPK Bintang (LHS)TPK Non Bintang (LHS)Rata-rata menginap Bintang (RHS)Rata-rata menginap Non Bintang (RHS)
% Hari
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah
Grafik 1.13 Asal Wisman yang Berkunjung Ke Bali
Australia26%
PRC9%
Japan9%
Malaysia7%
Taiwan5%
South of Korea
5%
Rusia4%
Singapore4%
UK3%
USA3%
Other Nationality
25%
Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali
Kunjungan wisatawan mancanegara
jika di breakdown berdasarkan negara asalnya,
mayoritas wisman yang berlibur ke Bali berasal
dari Australia (27,59%), China (8,37%), Jepang
(7,04%), Malaysia (6,57%), serta Taiwan
(5,14%). Jumlah wisman asal Australia
meningkat cukup pesat dengan kontribusi yang
terus meningkat dari waktu ke waktu, dan
mendominasi wisman yang berkunjung ke Bali.
Semenjak 2008 wisman asal segara tersebut
menggeser dominasi wisman asal Jepang yang
jumlahnya terus menurun pasca krisis keuangan
21
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
global. Meningkatnya jumlah kunjungan oleh wisman asal Australia selain diakibatkan oleh dekatnya
jarak serta kemudahan transportasi dari Bali ke Australia, juga diakibatkan oleh meningkatnya kondisi
perekonomian negara tersebut seiring booming harga komoditas internasional.
Prompt indicator lain seperti Visa on Arrival (VoA) juga mengindikasikan pertumbuhan di sektor
PHR, dengan angka pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Penerimaan VoA pada triwulan II-2011
sebesar 13,62 juta dolar AS atau tumbuh 10,95% (y-o-y). Sementara itu transaksi valas di 18 authorized
money changer di Bali juga mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi dengan jumlah transaksi yang
dilakukan pada triwulan II-2011 sebesar 175,66 juta dolar AS atau tumbuh 31,03% (y-o-y).
Grafik 1.14 Penerimaan Visa on Arrival
-20
0
20
40
60
80
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yribu USDPenerimaan VoA g Penerimaan Voa
Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia
Grafik 1.15 Transaksi Valas di 18 PVA di Bali
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
0.00
40.00
80.00
120.00
160.00
200.00
I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011
Transaksi Valas (Juta USD)
growth valas (% yoy) - (RHS)
Juta USD % y-o-y
Sumber : 18 Pedagang Valuta Asing di Bali
Grafik 1.16 Konsumsi Listrik Bisnis dan Jumlah
Pelanggan Bisnis
40,000
80,000
120,000
160,000
200,000
240,000
0
100,000
200,000
300,000
400,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
unitRibu KWH
Konsumsi Listrik Bisnis KWH
Jumlah Pelanggan Bisnis
Sumber : PLN Distribusi Bali
Prompt indicator lain berupa konsumsi
dan jumlah pelanggan listrik untuk golongan
bisnis (seperti mall, pasar, pertokoan, dan pusat
bisnis lainnya) meningkat di triwulan I-2011.
Konsumsi listrik tercatat mencapai 367,20
MWH atau tumbuh 4,31% (y-o-), dengan
jumlah pelanggan sebanyak 226.431 unit,
meningkat 15,87% (y-o-y).
22
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
1.1.6. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh meningkat pada triwulan II-2011. Sektor
tersebut tumbuh 6,23% (y-o-y), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,26% (y-o-y).
Meningkatnya pertumbuhan di sektor ini juga dikonfirmasi oleh jumlah penumpang pesawat di Bandara
Ngurah Rai yang meningkat baik untuk kedatangan maupun keberangkatan, yang masing-masing
meningkat sebesar 16,77% dan 14,37% (y-o-y).
Grafik 1.17
Jumlah Penumpang Pesawat
-40
-20
0
20
40
60
0
400
800
1200
1600
2000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yRibu Orang
Kedatangan Keberangkatang Kedatangan g Keberangkatan
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 1.18 Jumlah Pos Melalui Udara
-100
0
100
200
300
400
500
0
40000
80000
120000
160000
200000
240000
280000
320000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yUnitMasuk Keluar
g Masuk g Keluar
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
1.1.7. Sektor Keuangan dan Persewaan
Pertumbuhan sektor keuangan dan persewaan di triwulan II-2011 sebesar 5,99% (y-o-
y), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 4,29% (y-o-y). Pertumbuhan
positif di triwulan II-2011 juga dikonfirmasi oleh indikator-indikator pembiayaan. Dari sisi pembiayaan
bank,outstanding kredit yang disalurkan oleh bank umum pada triwulan II-2011 tercatat sebesar Rp
27,14 triliun, atau tumbuh 24,59% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara itu penyaluran
kredit BPR juga terus meningkat dengan realisasi kredit yang dikucurkan oleh BPR mencapai Rp 3,10
triliun atau tumbuh 31,50% (y-o-y).
23
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Grafik 1.19 Kredit Bank Umum
0
10
20
30
40
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yTriliun Rp
Kredit Bank Umum g Kredit (RHS)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.20 Kredit Bank Perkreditan Rakyat
0
10
20
30
40
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yTriliun RpKredit BPR g Kredit (RHS)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
1.1.8. Sektor Jasa-jasa
Sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan
meningkat di triwulan II-2011, dengan angka
pertumbuhan mencapai 9,24% (y-o-y).
Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding
triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,05% (y-o-y).
Prompt indicator di sektor jasa-jasa seperti
penyaluran kredit bank umum di sektor jasa
(penyaluran kredit untuk kegiatan administrasi
pemerintahan & jamsos ; jasa pendidikan ; jasa
kesehatan dan kegiatan sosial, jasa
kemasyarakatan, sosbud dan perorangan lainnya ;
serta jasa perorangan yang melayani rumah
tangga) tumbuh tinggi di triwulan II-2011
mencapai 53,37% (y-o-y) dengan realisasi kredit
yang disalurkan mencapai Rp 1.119,02 triliun.
Grafik 1.21 Kredit Sektor Jasa
0
10
20
30
40
50
60
70
80
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2010 2011
Kredit Jasa g kredit (RHS)Milyar Rp % y-o-y
Sumber : Bank Indonesia, diolah
1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, seluruh komponen perekonomian mampu tumbuh positif di
triwulan II-2011. Meningkatnya pertumbuhan terutama diakibatkan oleh kinerja konsumsi rumah
tangga yang tetap kuat serta kinerja ekspor yang tetap solid. Komponen konsumsi pemerintah dan
ekspor mencatatkan pertumbuhan tertinggi di triwulan II-2011, masing-masing sebesar 16,66% dan
10,95% (y-o-y). Jika dilihat dari andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi, komponen konsumsi rumah
24
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
tangga yang memiliki share 59,92% terhadap pembentukan PDRB di sisi permintaan memberikan andil
tertinggi sebesar 5,67% terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2011. Selain konsumsi rumah
tangga, komponen investasi juga memberikan andil relatif besar mencapai 2,19%.
Tabel 1.3. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Permintaan, 2009 – 2011 (% y-o-y)
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw IIKonsumsi Rumah Tangga 18.89 23.67 19.96 12.21 18.38 5.68 9.83 12.53 11.21 9.89 13.07 9.76Konsumsi Lembaga Nirlaba 19.52 23.26 15.27 3.80 14.85 4.22 6.15 8.02 8.01 6.62 7.74 6.71Konsumsi Pemerintah 3.66 13.48 11.58 12.69 10.44 9.12 5.39 14.88 10.44 10.01 23.25 16.66Investasi/PMTB 10.01 8.00 8.42 5.71 7.93 19.48 20.75 16.31 11.92 16.92 12.05 8.58Ekspor 2.88 6.90 12.89 22.41 11.46 29.66 17.82 11.43 15.74 18.08 8.31 10.95Impor 31.05 13.95 20.55 13.15 18.84 21.04 12.05 6.45 8.38 11.39 12.64 9.37PDRB 7.77 5.64 4.34 3.73 5.33 4.85 5.74 6.18 6.50 5.83 6.01 6.42
2011Komponen
2009 Total 2009
2010 Total 2010
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
1.2.1. Konsumsi
Masih kuatnya konsumsi rumah tangga di triwulan II-2011 menjadi penopang utama
pertumbuhan ekonomi Bali di sisi permintaan. Pada triwulan II-2011 konsumsi rumah tangga
tumbuh sebesar 9,76% (y-o-y), masih relatif tinggi walaupun menurun dibanding triwulan sebelumnya
yang tumbuh 13,07% (y-o-y). Masih tingginya kegiatan konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh
banyaknya perayaan hari libur keagamaan sepanjang triwulan II-2011. Selain itu banyaknya hari libur
nasional serta pergantian tahun ajaran baru diperkirakan juga turut meningkatkan konsumsi masyarakat
di triwulan ini. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga diindikasikan oleh prompt indicator berupa
konsumsi dan jumlah pelanggan listrik rumah tangga yang tumbuh 6,06% dan 9,31% (y-o-y) pada
triwulan II-2011.
Grafik 1.22 Konsumsi Listrik dan
Jumlah Pelanggan Rumah Tangga
1500
1700
1900
2100
2300
0
100000
200000
300000
400000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
ribu unitribu KWHKonsumsi Listrik RTJumlah Pelanggan RT (RHS)
Sumber : PLN Distribusi Bali
Grafik 1.23 Indeks Keyakinan Konsumen
50
60
70
80
90
100
110
120
130
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010 2011
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi (IKE)
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks = 100
Sumber : Survey Bank Indonesia
25
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Grafik 1.24 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010 2011
Indeks Kondisi Ekonomi Penghasilan Saat IniSupply Lap. Kerja Konsumsi Durable GoodsIndeks = 100
Sumber : Survey Bank Indonesia
Seiring dengan kondisi tersebut Indeks
Keyakinan Konsumen (IKK) dari hasil Survey
Konsumen KBI Denpasar juga mengalami
peningkatan, dengan rata-rata IKK di triwulan II-
2011 sebesar 96,08%, meningkat dari rata-rata
triwulan sebelumnya yang mencapai 91,69%.
Dari komponen pembentuknya, peningkatan
IKK didorong oleh optimisnya Indeks Ekspektasi
Konsumen (IEK) terutama pada komponen
penghasilan yang akan datang, supply lapangan
kerja serta optimisme terhadap kegiatan usaha 6
bulan yang akan datang.
Prompt indicator lain berupa kredit
konsumsi juga menunjukkan pertumbuhan positif dan tumbuh tinggi di triwulan II-2011. Realisasi
penyaluran kredit konsumsi pada triwulan II-2011 mencapai Rp 10,99 triliun, dengan angka
pertumbuhan mencapai 21,09% (y-o-y). Rata-rata nilai tukar petani pada triwulan II-2011 tercatat
sebesar 106,80, meningkat dari rata-rata NTP triwulan sebelumnya yang mencapai 105,09. Peningkatan
tersebut mengindikasikan meningkatnya daya beli petani, sehingga diperkirakan turut mempengaruhi
perilaku konsumen.
Grafik 1.26 Kredit Konsumsi
0
4
8
12
16
20
24
28
32
36
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011
% yoymiliar Rp
Nominal Kredit g Kredit Konsumsi (RHS)
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.25 Nilai Tukar Petani
80
90
100
110
120
130
140
150
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010 2011
NTPIndeks yg Diterima PetaniIndeks yg Dibayar PetaniGaris 100
Indeks
Sumber : Badan Pusat Statistik
1.2.2. Investasi
Komponen Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) Provinsi Bali masih tetap
tumbuh tinggi, dan menjadi salah satu penopang utama pertumbuhan di sisi permintaan. Pada
triwulan II-2011 Investasi mampu tumbuh tinggi sebesar 8,58% (y-o-y), walaupun lebih rendah
26
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,05% (y-o-y). Positifnya prospek
perekonomian kedepan diperkirakan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan optimisme pelaku
usaha mengenai kondisi kedepan, yang ditunjukkan dengan positifnya saldo bersih tertimbang
perkembangan kegiatan usaha dari Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU). Indikasi positifnya kinerja
investasi juga ditunjukkan dari tren peningkatan realisasi investasi baik berupa Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN( maupun Penanaman Modal Asing (PMA) dalam 3 tahun terakhir.
Namun demikian impor barang modal ke Bali pada triwulan II-2011 justru menunjukkan
pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 30,12% (y-o-y) dengan realisasi impor barang modal sebesar
11,06 juta dolar AS. Hal ini sesuai dengan perkiraan sebelumnya bahwa impor akan mencapai
puncaknya pada triwulan II dan III.
Grafik 1.28
Grafik 1.27 Impor Barang Modal
-100
0
100
200
300
400
500
600
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Impor Barang Modal g impor barang modal (rhs)
Ribu USD ($) % y-o-y
Sumber : Bank Indonesia
Kredit Investasi
-50510152025303540
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-ymiliar Rp Nominal g (y-o-y) - axis kanan
Sumber : Bank Indonesia
Prompt indicator lain yang mengkonfirmasi positifnya pertumbuhan investasi pada triwulan II-
2011 adalah kredit investasi yang meningkat 24,06% (y-o-y) dengan realisasi penyaluran kredit
mencapai Rp 4,97 triliun. Peningkatan investasi juga diindikasikan oleh penjualan semen di Bali yang
mengalami peningkatan pada triwulan II-2011 dengan jumlah penjualan mencapai 350,11 ribu ton atau
meningkat 26,48% (y-o-y). Hal ini mengindikasikan meningkatnya aktivitas investasi di Bali dari sisi
bangunan. Peningkatan aktivitas perekonomian diperkirakan mendorong investasi meningkatnya
indicator-indikator tersebut.
1.2.3. Ekspor Impor
Ekspor
Nilai tambah ekspor dalam komponen PDRB Bali pada triwulan II-2011 tumbuh
meningkat. Pertumbuhan pada ekspor mencapai 10,95% (y-o-y), meningkat dibanding triwulan
sebelumnya yang tumbuh 8,31% (y-o-y). Namun demikian dari sisi perdagangan internasional, tren
27
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
menguatnya kurs Rupiah terhadap Dolar mengakibatkan realisasi perdagangan internasional Bali
triwulan II-2011 mengalami penurunan. Realisasi ekspor pada triwulan II-2011 sebesar 160,38 juta dolar
AS, menurun 15,62% dibanding realisasi ekspor periode yang sama tahun 2010. Sementara itu dari sisi
volume, realisasi ekspor pada triwulan II-2011 sebesar 36,19 ribu ton atau menurun 69,26% (y-o-y).
Grafik 1.29
Perkembangan Nilai Ekspor Bali
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
0
40
80
Grafik 1.30 Perkembangan Volume Ekspor Bali
Terdapat lima jenis produk yang merupakan komoditas ekspor unggulan di Provinsi Bali, dengan
nilai ekspor kelima komoditas tersebut memiliki porsi 67,08% terhadap keseluruhan nilai ekspor di
Provinsi Bali. Komoditas utama adalah ikan dan udang yang menyumbang 21,26% dari keseluruhan
nilai ekspor Bali, diikuti komoditas pakaian (12,05%), komoditas perhiasan/permata (14,02%),
komoditas kayu dan barang olahan dari kayu (10,99%), serta komoditas perabot rumah tangga
(8,76%).
Pada triwulan II-2011, sebagian besar komoditas mampu tumbuh positiif kecuali komoditas ikan
dan udang serta komoditas perabot yang mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing sebesar
120
0
0
0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yta USD
16
20
24ju
Nilai Ekspor g Nilai Ekspor (RHS)
Sumber : Bank Indonesia, diolah
-100
-50
0
50
100
150
200
-
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011
Volume Export
g Volume Export (RHS)
Ribu Ton % y-o-y
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.31 Pangsa Nilai Ekspor Provinsi Bali
Ikan dan Udang21.26%
Kayu, Barang dari Kayu10.99%
Pakaian Jadi Bukan
Rajutan12.05%Perhiasan /
Permata14.02%
Perabot, Penerangan
Rumah8.76%
Lainnya32.92%
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Grafik 1.32 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama
Bali 03 - Ikan dan Udang
(40.00)
(20.00)
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011
44 - Kayu, Barang dari Kayu62 - Pakaian Jadi Bukan Rajutan71 - Perhiasan / Permata94 - Perabot, Penerangan Rumah
% y-o-y
Sumber : Bank Indonesia, diolah
28
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
8,31% (y-o-y) dan 5,32% (y-o-y). Berdasarkan hasil Liaison oleh KBI Denpasar, kegiatan penangkapan
ikan memang masih diwarnai permasalahan keterbatasan pasokan akibat kendala cuaca dan anomali
iklim yang mengganggu penangkapan ikan di laut lepas. Namun demikian ekspor berpotensi meningkat
seiring dengan membaiknya pasar ekspor yang berpotensi meningkatkan permintaan ekspor dari Bali.
Berdasarkan negara pembelinya, ekspor terbesar pada triwulan II-2011 masih didominasi oleh
Amerika Serikat (21,93%), diikuti Jepang (16,22%) dan Australia (10,15%). Walaupun mendominasi
ekspor dari Bali, namun ekspor ke Amerika Serikat
mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar
43,19% (y-o-y) pada triwulan II-2011.
Grafik 1.33 Negara Pembeli Utama Ekspor Bali
US21.93%
Japan16.22%
Australia10.15%Singapore
7.78%
Hongkong6.78%
Other Countries37.13%
Sumber : Bank Indonesia, diolah
Di sisi lain, ekspor ke Jepang yang baru
saja mengalami bencana tsunami pada Maret
2011 masih tumbuh positif di triwulan II-2011,
dan diperkirakan hal tersebut relatif tidak
berdampak terhadap penurunan permintaan
ekspor. Ekspor ke Jepang dan Australia pada
triwulan II-2011 masing-masing tumbuh 1,97%
dan 47,85% (y-o-y), dengan nilai ekspor masing-
masing sebesar 26,01 juta dolar AS dan 16,28 juta
dolar AS.
Impor
Nilai tambah impor Bali pada triwulan II-2011 tumbuh 9,37% (y-o-y), menurun dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,64% (y-o-y). Dari sisi perdagangan internasional, nilai impor
pada triwulan II-2011 tercatat sebesar 28,97 juta dolar AS dan mengalami kontraksi sebesar 5,59% (y-
o-y). Walaupun nilai impor mengalami kontraksi, volume impor pada periode ini justru meningkat
124,29% (y-o-y) dengan realisasi impor sebesar 5,64 ribu ton. Impor pada triwulan II-2011 didominasi
oleh produk-produk industri (share 99,10%). Sementara itu impor prodyk oertanian belum banyak
dilaksanakan hingga pertengahan tahun ini.
29
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Grafik 1.35 Perkembangan Volume Impor Bali
-200-1000100200300400500600700800
0
2
4
6
8
10
12
14
16
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011
Volume Impor g volume impor (RHS)
Ribu Ton % y-o-y
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 1.34 Perkembangan Nilai Impor Bali
-200
-100
0
100
200
300
400
0
40
80
120
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011
% y-o-yjuta USD
Nilai Impor g Nilai Impor (RHS)
Sumber : Bank Indonesia
Negara asal impor pada triwulan II-
2011 masih didominasi oleh Hongkong (share 18%) dengan komoditas utama yang diimpor adalah
automatic data processing (15,17%), perhiasan emas dan perak (13,58%), serta parts and accessories
(13,23%). Selain Hongkong, impor juga berasal dari Amerika Serikat (share 14%) dengan komoditas
utama yang diimpor adalah barang-barang optic (21,68%), serta instrumen pengukuran (13,13%).
Sementara itu impor dari Singapura (share 13%) utamanya berbentuk perak dan platinum (28,37%),
automatic data processing machines (15,34%), dan part-part mesin (9,46%).
Grafik 1.36
Pangsa Impor Provinsi Bali berdasarkan Negara Asal
Hongkong18%
USA14%
Singapore13%RRC
12%Taiwan
14%
Australia7%
Thailand2%
Germany3%
Other Countries
17%
Sumber : Bank Indonesia
30
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Boks A.
Pengembangan Klaster Kopi Sebagai Upaya Peningkatan Produksi dan Pemasaran Kopi Arabika Kabupaten Bangli
Kopi terutama berjenis Kopi Arabika termasuk komoditas yang potensial di Bali, dengan luas tanam
lebih dari 8000 hektar dengan total produksi lebih dari 3,4 juta ton per tahun. Kabupaten Bangli merupakan
produsen terbesar Kopi Arabika dengan total produksi per tahun lebih dari 1,8 juta ton atau 52,59% dari
total produksi Bali dengan luas lahan mencapai 3,9 ribu hektar lebih, diikuti Kabupaten Karangasem yang
hanya menghasilkan produksi kopi sebanyak 260 ribu ton dengan luas lahan sekitar 600 hektar. Oleh sebab
itu pengembangan klaster kopi akan dilakukan di Kabupaten Bangli dengan memanfaatkan potensi lahan
yang belum digarap mencapai 8,6 ribu hektar.
Letak geografis Kabupaten Bangli yang terletak pada ketinggian rata-rata lebih dari 400 m di atas
permukaan laut sangat cocok bagi pengembangan tanaman pertanian. Tercatat 8 komoditas pertanian yang
dapat dikembangkan di Kabupaten Bangli seperti kopi, kakao, jambu mete dan cengkeh. Namun demikian,
Kopi Arabika memiliki potensi terbesar untuk dikembangkan dalam skala yang lebih besar. Alasan
pendukung dipilihnya Kopi Arabika sebagai komoditas yang lebih potensial untuk dikembangkan di
Kabupaten Bangli adalah pertama, kopi arabika sudah dibudidayakan sejak lama oleh masyarakat Bali dan
merupakan komoditas dengan luas areal terluas di Kabupaten Bangli (lihat Tabel 1). Kedua, komoditas kopi
arabika memberikan kontribusi sekitar 50% terhadap total produksi di Provinsi Bangli.Ketiga, kopi arabika
mempunyai rata-rata produktivitas lebih tinggi dibandingkan rata-rata produktivitas provinsi. Keempat,
budidaya kopi arabika menyediakan lapangan kerja paling tinggi dibandingkan dengan tanaman perkebunan
lainnya.
Tabel 1. Potensi Pengembangan Komoditas Pertanian di Kabupaten Bangli 2011
No KOMODITI UNGGULAN
POTENSI (Ha)
CAPAIAN LUAS AREAL (Ha)
SISA POTENSI (Ha)
1 Kopi Arabika 12.571,09 4.003,05 8.568,04
2 Kopi Robusta 1.189,14 363,87 825,27
3 Kakao 706,54 71,00 638,50
4 Jambu Mete 200,00 - 200,00
5 Cengkeh 235,64 194,43 41,21
6 Kelapa 1.093,50 873,00 220,30
7 Vanili 294,00 27,77 266,23
8 Tembakau 3.428,00 16,00 3.412,00
Sumber: Paparan Bupati Bangli pada FGD Klaster Kopi Arabika, 31 Mei 2011
Bank Indonesia mendukung upaya pengembangan Kopi Arabika melalui inisiasi pembentukan klaster
Kopi Arabika di Kabupaten Bangli yang didukung penuh oleh pemerintah daerah Kabupaten Bangli dan
pemerintah daerah Provinsi Bali melalui Dinas Perkebunan. Kerjasama juga diperkuat melalui keikutsertaan
31
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
berbagai institusi seperti BPD Bali dari perbankan, Eksportir Kopi dari kalangan usaha dan LPPM Universitas
Udayana dari kalangan akademisi dalam upaya pengembangan klaster Kopi Arabika.
Klaster dikembangkan dengan pendekatan pengembangan industri dari hulu ke hilir dengan output
berupa klaster aktif dengan indikator utama adalah adanya peningkatan kualitas produk dan penjualan,
perluasan pasar, penyerapan tenaga kerja, dukungan pemerintah dan dukungan pembiayaan dari perbankan.
Proses pembentukan klaster aktif akan dilakukan melalui bantuan teknis meliputi aspek pemasaran, aspek
produksi, aspek manajemen dan aspek keuangan.
Pada upaya perwujudan klaster aktif tersebut diperlukan peran aktif seluruh stakeholders terkait
untuk berupaya menyediakan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan klaster tersebut. Ketersediaan
faktor input seperti infrastruktur teknologi, informasi, energi serta ketersediaan sumber daya manusia harus
terus diupayakan. Industri pendukung dan penunjang seperti industri penghela selain meningkatkan
produktivitas juga menjamin penyerapan hasil produksi. Di samping itu, persaingan yang sehat antara usaha-
usaha yang beraktifitas di dalam klaster serta modal sosial masyarakat yang berkualitas juga menjadi penentu
keberhasilan klaster.
Gambar 1 Rencana Program Kerja Klaster
Sumber: Paparan Bank Indonesia FGD Klaster Kopi Arabika, 31 Mei 2011
Program kerja yang telah disusun guna perwujudan klaster aktif mencakup keseluruhan proses dari hulu
hingga ke hilir (lihat Gambar 1). Sasaran program kerja dimulai dari penguatan kelompok tani sebagai tempat
proses produksi kopi berlangsung hingga perbaikan kelompok pemasaran. Program kerja yang akan
dilaksanakan antara lain pelatihan pada kelompok tani, kerjasama dengan produsen sarana produksi
pertanian guna menekan biaya produksi, pengolahan produk kopi serta kemitraan dengan sektor usaha
seperti eksportir. Aplikasi program kerja diharapkan dapat mewujudkan konsep pengembangan klaster pada
tataran praktis sehingga upaya pengembangan produksi kopi arabika di Kabupaten Bangli dapat benar-benar
terealisasi.
32
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Boks B.
Penguatan Infrastruktur Pariwisata Bali sebagai Gerbang Pariwisata Indonesia
Sebagai daerah tujuan wisata utama di
Indonesia, Bali terus berupaya memberikan
pelayanan optimal bagi wisatawan yang berkunjung
ke Bali. Peningkatan kunjungan wisatawan baik
domestik (wisdom) maupun mancanegara (wisman)
dapat menjadi pintu masuk bagi pengembangan
daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia. Data
menunjukkan bahwa jumlah wisman yang masuk ke
Indonesia melalui Bandara Ngurah Rai di Bali
mencapai 36% dari total wisman yang masuk ke
Indonesia (lihat Grafik 1). Jumlah kunjungan wisman
di Bali sampai dengan bulan Juni 2011 mencapai
1,27 juta orang atau naik 10,95% dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah ini
masih 47% dari target kunjungan wisman ke Bali sebesar 2,7 juta orang. Jumlah kunjungan wisman ini
masih dapat ditingkatkan melampaui target mengingat tingginya potensi daerah tujuan wisata di Bali. Saat
ini, kunjungan wisman di Bali masih terkonsentrasi di wilayah selatan dengan dua pusat wisata yaitu Kuta di
Kabupaten Badung dan Ubud di Kabupaten Gianyar. Penguatan infrastruktur pariwisata dapat meningkatkan
kenyamanan wisatawan dalam berwisata sehingga angka kunjungan wisatawan khususnya wisman dapat
bertambah pesat.
Terkait dengan upaya pengembangan pariwisata di Bali, Bank Indonesia mengadakan survey kepada
wisman di Bali yang dipublikasikan secara berseri dimulai dari Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali
mulai dari edisi triwulan IV – 2010. Pada edisi ini, pembahasan difokuskan pada indikator pariwisata Bali yang
dapat dikembangkan untuk mengetahui kualitas layanan industri pariwisata Bali kepada wisman dalam
berbagai elemen. Pembahasan ini juga merupakan adaptasi dari Prirayani dan Awirya (2011) yang
mengembangkan indikator kunci layanan pariwisata Bali. Indikator dinyatakan secara relatif terhadap
indikator lainnya dan didasarkan atas penilaian wisman sebagai konsumen dan pemerintah daerah sebagai
pengambil kebijakan. Indikator dikembangkan pada elemen yang merepresentasikan berbagai fasilitas seperti
imigrasi, transportasi jarak jauh, transportasi jarak dekat, tempat inap, obyek wisata, promosi dan
infrastruktur pendukung. Pendekatan yang digunakan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk
menganalisis data dari pengambil kebijakan dan Structural Equation Modeling (SEM) untuk menganalisis data
dari wisman.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kenyamanan pada saat menginap (hospitality) menjadi elemen
yang harus diprioritaskan dalam upaya pengembangan industri pariwisata di Bali (lihat Tabel 1). Elemen ini
sangat penting untuk memberikan kesan kenyamanan terhadap wisman sehingga mereka menikmati
perjalanan wisatanya ke Bali. Elemen ini terdiri dari fasilitas hotel, kemanan lingkungan tempat menginap,
Grafik 1. Wisman ke Indonesia menurut Pintu Masuk
2010 Soekarno-
Hatta26%
Ngurah Rai36%
Batam14%
Tanjung Uban5%
Juanda3%
Lainnya16%
Sumber : Badan Pusat Statistik
33
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
keramahan dan kebersihan. Hanya kebersihan saja yang mendapatkan indikator relatif lebih buruk
dibandingkan sub elemen lainnya. Pemerintah daerah perlu memberikan perhatian lebih terhadap upaya
peningkatan kebersihan pada wilayah-wilayah publik. Sementara pengelola tempat penginapan seperti hotel
dan villa perlu menciptakan sarana penginapan yang bersih dan nyaman bagi wisatawan.
Tabel 1. Indikator Kualitas Industri Pariwisata Bali
Elemen Prioritas Sub Elemen Indikator
Fasilitas hotel
Keamanan lingkungan tempat inap
Keramahan penduduk lokal Tempat Inap 1
Kebersihan lingkungan tempat inap
Kebersihan obyek wisata
Obyek wisata yang menarik
Obyek wisata terkenal di negara asal Obyek Wisata 2
Keamanan obyek wisata
Ketersediaan transportasi jarak dekat
Kenyamanan transportasi
Harga transportasi
Transportasi jarak
pendek 3
Kondisi lalu lintas
Ketersediaan jalur penerbangan
Harga tiket pesawat Transportasi jarak
jauh 4
Kenyamanan penerbangan
Jalan raya
Jaringan telefon
Jaringan internet Sarana pendukung 5
Energi listrik
Kemudahan pengurusan visa
Kemudahan imigrasi
Kemudahan bea cukai Imigrasi 6
Kemudahan komunikasi
Promosi internasional
Pusat informasi wisata
Pameran dalam negeri Promosi 7
Informasi di internet
Optimal
Kurang optimal
Sumber: Adaptasi dari Prirayani dan Awirya (2011)
Masalah kebersihan tidak hanya terjadi pada kebersihan lingkungan tempat inap saja, namun juga pada
kebersihan obyek wisata. Masalah pengelolaan sampah sepertinya masih menjadi fokus utama bagi
34
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
pemerintah daerah Bali untuk mewujudkan daerah tujuan wisata yang bersih dan nyaman. Tabel 1 juga
menunjukkan bahwa obyek wisata di Bali masih belum tersosialisasi dengan baik di Negara asal wisman. Oleh
karena itu, promosi obyek wisata ke luar negeri terutama melalui media internet perlu dilakukan dengan
skala yang lebih tinggi.
Infrastruktur pariwisata Bali juga memerlukan perbaikan khususnya berkaitan dengan kondisi jalan
raya dan kelistrikan. Tidak adanya sarana publik yang memadai menyebabkan ketersediaan transportasi jarak
dekat mempunyai indikator yang kurang optimal. Elemen-elemen lainnya yang masih belum optimal terkait
dengan proses masuk (entry) ke Bali melalui jalur penerbangan nasional. Sub elemen yang masih belum
optimal adalah kemudahan pengurusan visa dan bea cukai. Perbaikan layanan proses entry terutama
pengurusan yang lebih cepat akan meningkatkan kenyamanan wisatawan dalam berwisata.
Pemerintah daerah dapat memberikan perhatian lebih pada elemen-elemen yang relatif kurang
optimal untuk upaya meningkatkan kinerja industri pariwisata. Jika dilihat dari prioritasnya, perbaikan yang
paling mendesak adalah kondisi tempat inap, kondisi obyek wisata dan transportasi jarak pendek. Alokasi
sumber daya yang ada dapat dialokasikan pada ketiga elemen tersebut sebagai langkah awal perbaikan
industri pariwisata di Bali.
35
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Bab 2 Perkembangan Inflasi
Tekanan Inflasi Kota Denpasar pada triwulan II-2011 kembali mengalami pelambatan, laju inflasi
triwulanan pada triwulan II sebesar 0,81% (q-t-q), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar
1,26% (q-t-q). Penahan laju inflasi pada triwulan II terjadi pada sub kelompok komoditas bumbu-
bumbuan, sedangkan sumber tekanan inflasi terjadi pada sub kelompok tembakau dan minuman
beralkohol dan sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya. Triwulan II-2011 diwarnai
dengan satu bulan deflasi dan dua bulan inflasi sebagai akibat dari perubahan harga beras.
2.1. KONDISI UMUM
Pada triwulan II-2011, inflasi tahunan masih relatif tinggi sebesar 7,45% (y-o-y), namun
tercatat lebih rendah dibanding dengan dengan triwulan sebelumnya sebesar 7,93% (y-o-y).
Meskipun melemah, inflasi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada periode yang
sama yang mencapai 5,54% (y-o-y). Tingginya inflasi tahunan dipengaruhi oleh tekanan inflasi yang
tinggi di akhir tahun 2010, sementara inflasi tahun berjalan sampai dengan triwulan II sebesar 2,08%
(y-t-d). Tabel 2.1
Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) 2010 2011
No. Kelompok Barang Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
1 Bahan Makanan 3.60 14.43 15.04 18.32 16.93 10.01 2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau 9.45 8.14 11.43 10.20 10.00 11.03 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar 5.30 4.71 7.83 7.31 6.69 8.56 4 Sandang (0.89) 1.73 1.74 2.92 4.64 5.49 5 Kesehatan 1.40 1.29 1.13 1.13 1.99 2.96 6 Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga (2.46) (2.75) 4.81 4.57 4.63 5.87 7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0.68 0.51 0.22 0.25 1.09 1.86
UMUM 3.64 5.59 7.66 8.10 7.93 7.45 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Sumber tekanan inflasi masih didominasi oleh komoditas pangan dalam kelompok bahan
makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau. Inflasi tertinggi terjadi pada
kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau pada level 11,03% (y-o-y), lebih tinggi dibanding
triwulan sebelumnya sebesar 10,00% (y-o-y). Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok ini lebih
disebabkan oleh peningkatan harga pada komoditas air kemasan dan rokok kretek. Sedangkan inflasi
pada kelompok bahan makanan masih tercatat ralatif tingg sebesar 10,01% (y-o-y), walaupun telah
37
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
mengalami pelemahan dibanding triwulan
sebelumnya sebesar 16,93% (y-o-y), dan
merupakan pelemahan inflasi satu-satunya dari
seluruh kelompok komoditas. Melemahnya
tekanan inflasi pada kelompok bahan manakan
disebabkan oleh meredanya tekanan inflasi
pada sub kelompok bumbu-bumbuan, sayur-
sayuran dan sub kelompok daging dan hasil.
Pelemahan terbesar terjadi pada sub kelompok
bumbu-bumbuan dari 94,07% (y-o-y) pada
riwulan I menjadi 19,68% (y-o-y), komoditas
bumbu yang terpantau mengalami penurunan
harga adalah cabai rawit dan cabai merah. Namun demikian, berlalunya puncak panen beras pada
pertengahan Mei 2011, telah menekan inflasi pada sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan
hasilnya. Tekanan inflasi pada sub kelompok lemak dan minyak juga tercatat meningkat pada level
10,90% (y-o-y).
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Denpasar
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2008 2009 2010 2011
(%)
m-t-m
q-t-q
y-o-y
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Meskipun secara tahunan inflasi pada kelompok bahan makanan masih tercatat tinggi, namun
dalam tahun berjalan, harga pada kelompok ini tercatat mengalami deflasi sebesar 0,13% (y-t-d) atau
1,45% (q-t-q). Dilihat dari pergerakan harga
beberapa komoditas pangan yang terdapat
dalam kelompok ini, dapat diindikasikan
bahwa perubahan harga secara tahunan masih
menunjukkan peningkatan namun perubahan
dalam tahun berjalan menunjukkan terjadinya
penurunan. Komoditas yang masih mengalami
peningkatan baik secara tahunan maupun
dalam tahun berjalan adalan telur ayam, beras
kualitas premium, bawang putih, ikan tongkol
dan minyak dalam kemasan. Sedangkan
komoditas yang telah mengalami penurunan
harga sepanjang 2011 adalah cabai merah,
cabai rawit, bayam, kacang panjang, daging
ayam dan ikan bandeng. Penurunan harga
umumnya terjadi pada sub kelompok sayur-
sayuran dan bumbu-bumbuan, seiring dengan
peningkatan produksi yang didukung oleh
kondisi cuaca dengan curah hujan yang cukup
untuk komoditas tersebut.
Grafik 2.2 Perubahan Harga Komoditas Pangan
‐60 ‐40 ‐20 0 20 40
Cabe Merah Keriting
Cabe Rawit
Sawi Hijau
Bayam
Kacang Panjang
Daging Ayam
Ikan Bandeng
Daging Sapi
Minyak Goreng Kemasan
Beras Medium C4
Ikan Tongkol
Bawang Putih
Beras Premium
Telur Ayam
Minyak Goreng Curah
Bawang Merah
ytd yoy
Sumber : SBH Bank Indonesia, diolah
38
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Grafik 2.3 Perubahan Rata-rata Nilai Konsumsi
Kelompok Bahan Makanan
0 1 2 3 4 5 6 7
Padi‐padian, Umbi‐umbian …
Daging dan Hasil‐hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu dan Hasil‐…
Sayur‐sayuran
Kacang ‐ kacangan
Buah ‐ buahan
Bumbu ‐ bumbuan
Lemak dan Minyak
Bahan Makanan Lainnya
Rerata Bobot Tr. I
Rerata Bobot Tr. II
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.4 Perubahan Rata-rata Nilai Konsumsi
Komoditas Kelompok Bumbu-bumbuan
0.00 0.50 1.00 1.50
BAWANG MERAH
BAWANG PUTIH
PENYEDAP …
BUMBU MASAK JADI
GARAM
GULA MERAH
KECAP (ISI)
KEMIRI
LADA/MERICA
CABE MERAH
CABE RAWIT
TERASI UDANG
Rerata Bobot Tr. I
Rerata Bobot Tr. II
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Sementara kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau yang secara tahunan tercatat
inflasi sebesar 11,03% (y-o-y), atau 1,85% (q-t-q),dan dalam tahun berjalan telah mengalami inflasi
sebesar 4,10% (y-t-d), dan merupakan kelompok dengan inflasi tertinggi. Inflasi tertinggi pada
kelompok ini terjadi pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 13,36% (y-o-y)
atau 7,69% (y-t-d). peningkatan pada kelompok ini terjadi karena adanya peningkatan cukai rokok
pada tahun 2011, yang menyebabkan inflasi pada rokok kretek sebesar 11,31% (q-t-q). Selain cukai
rokok peningkatan inflasi juga dipicu oleh kenaikan harga air minum dalam kemasan yang terjadi pada
awal tahun, sebagai akibat penurunan produksi karena penurunan debit air bahan baku air minum
dalam kemasan.
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, pada triwulan II-2011 mengalami inflasi
sebesar 8,56% (y-o-y) atau 3,16% (y-t-d). Kelompok dengan bobot pembentukan inflasi terbesar ini,
mengalami tekanan inflasi terutama pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar
15,31% (y-o-y) atau 3,93% (y-t-d). Inflasi yang cukup tinggi pada sub kelomok ini dipicu oleh
peningkatan harga pada komoditas bahan bakar rumah tangga khususnya pada minyak tanah yang
pemasarannya sangat terbatas namun masih digunakan oleh sebagian kalangan masyarakat. Sementara
pada sub kelompok biaya tempat tinggal terjadi inflasi sebesar 7,60% (y-o-y) atau 3,19% (y-t-d). Inflasi
pada sub kelompok ini didorong oleh peningkatan tariff sewa dan kontrak rumah, yang secara
konsisten mengalami peningkatan dalam setiap bulannya. Peningkatan tariff sewa dan kontrak pada
akhir triwulan II menjadi lebih tinggi dikarenakan faktor musiman, pergantian tahun ajaran,yang
medorong permintaan bagi kedua komoditas tersebut.
Inflasi yang tinggi pada triwulan II-2011 juga tercatat pada kelompok pendidikan rekreasi dan
olah raga, sebesar 5,87% (y-o-y), 0,94% (y-t-d) atau 1,24% (q-t-q). Faktor utama yang mendorong
inflasi kelompok ini adalah peningkatan biaya pendidikan yang mencapai 9,71% (y-o-y). Hal ini terjadi
seiring dengna penyesuaian tariff penyelenggaran pendidikan yang disesuaikan setiap pergantian tahun
39
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
ajaran. Kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan juga ikut mendorong inflasi, terutama pada
sub kelompok transport yang mengalami inflasi sebesar 2,89% (y-o-y) atau 3,07% (y-t-d) dan 1,13%
(q-t-q). Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pada komoditas sepeda motor sebesar
4,21% (q-t-q), baik karena peningkatan harga barang maupun karena peningkatan tariff yang terkait
dengan kepemilikan sepeda motor.
2.2. INFLASI BULANAN M-T-M
Laju inflasi sepanjang triwulan II-2011 diwarnai dengan satu bulan deflasi pada April
dan dua bulan inflasi pada Mei dan Juni. Deflasi pada April sebesar 0,04% (m-t-m), dipicu oleh
deflasi yang cukup dalam pada kelompok bahan makanan yang mencapai 0,80% (m-t-m). Walaupun
rendah, deflasi juga terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Sementara pada
kelompok lain terjadi inflasi yang relatif rendah, inflasi terbesar terjadi pada kelompok makanan jadi,
minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,76% (m-t-m), diikuti oleh kelompok sandang dan kelompok
kesehatan dengan inflasi masing-masing sebesar 0,45% (m-t-m) dan 0,11% (m-t-m).
Tabel 2.2
Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang
II-2011 No. Kelompok Barang
Apr Mei Jun
1 Bahan Makanan (0.80) (0.97) 0.32
2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0.76 0.24 0.84
3 Perumahan, Air, Lisrik, Gas, dan Bahan Bakar 0.02 0.55 1.35
4 Sandang 0.45 0.82 0.15
5 Kesehatan 0.11 0.28 0.81
6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (0.01) 0.01 1.23
7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 0.02 0.05 0.71
UMUM (0.04) 0.02 0.84
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Deflasi pada April didorong oleh 67 komoditas yang mengalami penurunan harga. Komoditas
yang umumnya mengalami deflasi adalah komoditas pada kelompok bahan makanan, khususnya pada
sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok ikan segar yang masing-masing mengalami deflasi
sebesar 12,70% dan 1,16%. Deflasi sub kelompok bumbu-bumbuan terjadi karena peningkatan
produksi pertanian. Penurunan terbesar terjadi pada komoditas cabai, khususnya cabai merah keriting
yang sempat mencapai harga tertinggi Rp. 97.400 / kg, pada bulan April minggu terakhir menjadi
Rp.20.000 / kg. Penurunan serupa juga terjadi pada cabai merah besar dan cabai rawit yang
menyebabkan harga kedua komoditas tersebut mengalami deflasi masing-masing sebesar 23,05% dan
40
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
32,17%. Salah satu penyebab terjadinya deflasi pada komoditas cabai adalah peningkatan pasokan
sebagai akibat panen yang berhasil di sentra-sentra petani cabai baik yang terdapat di Pulau Bali
maupun sentra di luar Pulau Bali. Impor cabai pada bulan Februari dan Maret juga diperkirakan ikut
mepengaruhi deflasi pada kedua komoditas ini. Komoditas bumbu-bumbuan lain yang turut
mendorong deflasi adalah bawang merah dan bawang putih yang masing-masing mengalami deflasi
sebesar 14,67% dan 2,35%.
Selain deflasi pada sub kelompok
bumbu-bumbuan, deflasi pada kelompok bahan
makanan juga terjadi pada sub kelompok ikan
segar yang tercatat sebesar 1,16%. Kelompok
ikan segar yang cenderung mengalami
penurunan harga adalah jenis ikan tangkap non
musiman, sedangkan untuk ikan-ikan tangkapan
yang mengenal musim seperti tuna dan cakalang
cenderung mangalami inflasi.
Untuk komoditas beras, walaupun pada bulan
April tengah mengalami puncak panen, namun
harganya cenderung mengalami peningkatan.
Peningkatan harga beras terjadi karena faktor
base effect dimana pada bulan Maret telah
terjadi deflasi yang cukup dalam sebesar 4,99%.
Selain faktor ini, peningkatan harga pada April juga disebabkan oleh tingginya harga beras di level
petani, yang disebabkan oleh tingginya permintaan gabah dari luar pulau. Permintaan beras ini
umumnya untuk keperluan industi pengolahan gabah, dimana gabah yang beli di Bali, akan diolah lebih
lanjut menjadi beras dalam kemasan dan selanjutnya akan disalurkan kembali ke Bali. Hal ini juga
berimplikasi pada kemampuan BULOG dalam penyerapan beras dari masyarakat menjadi berkurang.
Grafik 2.5 Inflasi Bulanan Kota Denpasar (% m-t-m)
April 2011
(0.04)
(0.80)
0.76
0.02
0.45 0.11
(0.01)
0.02
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
UMUM Bahan Makanan
Makanan Jadi Perumahan
Sandang Kesehatan
Pendidikan Transpor
% (m-t-m)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Meskipun kelompok bahan makanan mengalami deflasi, namun kelompok makanan jadi,
minuman, rokok & tembakau mengalami inflasi yang cukup tinggi sebesar 0,76%. Tekanan inflasi
terjadi pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 3,28% yang khususnya pada
komoditas rokok kretek yang mengalami peningkatan hingga 11,31%. Peningkatan harga rokok ini
disebabkan oleh peningkatan cukai rokok rata-rata sebesar 5,9%, yang diberlakukan pada awal tahun.
Selain kelompok makanan jadi, inflasi April juga didorong oleh peningkatan indek harga pada kelompok
sandang yang mengalami inflasi sebesar 0,45%. Komoditas yang menjadi penyumbang utama
peningkatan inflasi pada kelompok ini adalah kaos oblong (12,36%), kemeja panjang katun (6,25%),
dan kemeja pendek katun (5,00%).
Pada bulan Mei, tekanan harga melambat hingga terjadi inflasi sebesar 0,02% (m-t-m).
Fenomena deflasi pada kelompok bahan makanan masih berlanjut hingga bulan Mei sebesar 0,98%,
41
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
dengan sumbangan deflasi sebesar 0,23%. Deflasi pada kelompok bumbu-bumbuan mencapai 10,34%
dengan sumbangan 0,33%. Komoditas yang menyumbang deflasi masih berasal dari cabai rawit dan
cabai merah masing-masing sebesar 13,22% dan 45,79% disebabkan oleh peningkatan produksi dan
impor cabai khususnya cabai merah besar. Sedangkan cabai rawit yang memiliki sumbangan terbesar
dalam pembentukan deflasi sebesar 0,29%, pada awal tahun mencapai harga puncaknya, fenomena ini
telah mendorong petani untuk melakukan budidaya cabai, dan pada bulan Mei terjadi panen raya untuk
komoditas ini. Demikian pula dengan komoditas bawang merah, walaupun rendah namun masih
terjadi deflasi 1,91%.
Komoditas lain yang turut mendorong deflasi pada kelompok bahan makanan adalah susu
bubuk (0,08%), susu fermentasi (9,83%) dan susu cair kemasan (3,43%). Demikian pula dengan harga
telur yang cenderung mengalami penuruanan walaupun rendah. Penurunan pada komoditas susu dan
telur ini menyebabkan deflasi pada sub kelompok susu, telur dan hasilnya sebesar 0,46%. Deflasi juga
terjadi pada sub kelompok buah-buahan sebesar 1,17%. Komoditas yang mengalami deflasi adalah
anggur (1,66%), apel (4,17%), jeruk (4,11%), dan pepaya (3,34%). Deflasi pada komoditas buah
tersebut lebih disebabkan karena adanya penyesuaian harga setelah harga komoditas tersebut melonjak
pada bulan sebelumnya akibat peningkatan permintaan sehubungan dengan perayaan hari besar
keagamaan umat Hindu, hari raya Saraswati dan Pagerwesi.
Pada sub kelompok ikan segar mengalami inflasi 2,01% meskipun sebagian besar komoditasnya
masih mangalami deflasi. Inflasi lebih disebabkan oleh peningkatan harga ikan tuna sebesar 12,50%
dan teri 13,02%, yang diperkirakan karena meningkatnya permintaan sementara jumlah tangkapan
cenderung menurun.
Inflasi juga terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar sebesar 0,55%
dengan sumbangan sebesar 0,15%. Inflasi terbesar pada kelompok ini terjadi pada sub kelompok
penyelenggaraan rumah tangga sebesar 1,06% dengan sumbangan 0,03%, sedangkan yang
Grafik 2.6 Inflasi Bulanan Kota Denpasar (% m-t-m)
Mei 2011
0.02
(0.97)
0.24
0.55 0.82
0.28
0.01 0.05
-1.2
-1.0
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
0.0
2
4
6
8
0
0.
0.
0.
0.
1.
UMUM Bahan Makanan
Makanan Jadi Perumahan
Sandang Kesehatan
Pendidikan Transpor
% (m-t-m)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.7 Perkembangan Harga Beras
5000
7000
9000
11000
13000
15000
5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2009 2010 2011
IR 64 - Putri Sejati IR 64 - C4 Beras Bali
Rojolele (Premium)
Rp / kg
Sumber : Bank Indonesia
42
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
memberikan sumbangan terbesar adalah sub kelompok biaya tempat tinggal dengan laju inflasi 0,69%
dengan sumbangan 0,12%. Inflasi pada kelompok perumahan didorong oleh komoditas sewa rumah
rumah yang mengalami inflasi 1,23% dengan sumbangan 0,12%. Inflasi sewa rumah terjadi karena
penyesuaian tarif sewa rumah yang secara periodik dilakukan pada awal, tengah dan akhir tahun.
Grafik 2.8
Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
0
Grafik 2.9 Inflasi Bulanan Kota Denpasar (% m-t-m)
Juni 2011
0.84
0.32
0.84
1.35
0.15
0.81
1.23
0.71
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6UMUM Bahan MakananMakanan Jadi PerumahanSandang KesehatanPendidikan Transpor
% (m-t-m)
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Kelompok lain yang turut mendorong inflasi adalah kelompok sandang sebesar 0,82% dengan
sumbangan sebesar 0,03%. Inflasi pada kelompok ini didorong oleh peningkatan harga seragam
sekolah anak yang meningkat sebesar 17,82% dengan sumbangan sebesar 0,02%. Peningkatan
seragam sekolah dan beberapa komoditas perlengkapan sekolah mulai terjadi pada bulan Mei
menjelang berakhirnya tahun ajaran sekolah. Selain kelompok sandang, kelompok makanan jadi juga
turut memberikan sumbangan dalam pembentukan inflasi bulan Mei sebesar 0,04% dengan laju inflasi
sebesar 0,24%.
Inflasi pada Juni sebesar 0,84%, tercatat sebagai inflasi tertinggi pada triwulan II-2011.
Seiring dengan berlalunya puncak panen beras, kelompok bahan makanan juga mengalami inflasi yang
cukup besar pada level 0,32%, dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,08%. Namun demikian
inflasi tertinggi terjadi pada kelompok perumahan, sebesar 1,35% dengan sumbangan 0,38%, diikuti
dengan kelompok pendidikan sebesar 1,24% dengan sumbangan 0,08% dan kelompok makanan jadi
dengan inflasi 0,84% dengan sumbangan 0,14%.
Inflasi kelompok bahan makanan sebesar 0,32%, terutama didorong oleh inflasi pada sub
kelompok padi-padian yang mencapai 3,60%. Inflasi ini dipicu oleh peningkatan harga beras dari Mei
ke Juni yang rata-rata berkisar Rp 250,00 /kg untuk semua kualitas, yang mendorong inflasi beras
sebesar 3,84% dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,21%. Tingginya sumbangan inflasi beras,
dikarenakan bobot komoditas beras yang sangat tinggi dalam pembentukan inflasi di Kota Denpasar.
Peningkatan harga beras pada Juni diperkirakan terjadi karena berlalunya masa panen yang
menyababkan berkurangnya pasokan beras di pasaran dan cadangan beras dimasyarakat (rumah
20000
40000
0000
0000
5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2009 2010 2011
6
8Cabe Merah Keriting Cabe Rawit
Bawang Merah
Rp / kg
Sumber : Bank Indonesia
43
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
tangga). Selain inflasi pada sub kelompok padi-padian, inflasi juga terjadi pada sub kelompok kacang-
kacangan, buah-buahan, lemak dan minyak serta bahan makan lainnya.
Inflasi terbesar pada Juni terjadi pada kelompok perumahan, yang tercatat sebesar 1,35%
dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,38%. Inflasi pada kelompok ini dipicu oleh peningkatan
harga pada komoditas bahan bakar rumah tangga khususnya minyak tanah yang mengalami
peningkatan harga dari rata-rata Rp.9.500,00 / lt menjadi rata-rata Rp.10.000,00 /lt pada bulan Juni.
Peningkatan ini terjadi karena terbatasnya pasokan minyak tanah sehubungan dengan program
konversi, sementara sebagian masyarakat masih menggunakan minyak tanah tersebut. Selain minyak
tanah, tarif sewa dan kontrak rumah pada Juni juga mengalami peningkatan, masing-masing sebesar
0,90% dan 1,03% dengan sumbangan masing-masing sebesar 0,09% dan 0,05%. Peningkatan tarif
kedua komoditas tersebut pada bulan Juni dipengaruhi faktor musiman, dimana pelaku usaha
melakukan penyesuaian tarif pada pertengahan tahun khususnya pada saat pergantian tahun ajaran
pendidikan.
Komoditas lain yang ikut mendorong inflasi pada bulan Juni adalah sepeda motor yang
mengalami inflasi sebesar 4,21% dengan sumbangan sebesar 0,13%. Peningkatan pada sepeda motor
selain terjadi pada harga komoditas sepeda motornya juga terjadi pada biaya administrasi atau tarif
pajak kepemilikan sepeda motor tersebut.
2.3. DISAGREGASI INFLASI
Pada triwulan II-2011 inflasi pada komoditas volatile food cenderung melambat,
sementara pada komoditas administered price dan komoditas inti / core cenderung
mengalami peningkatan. Tekanan inflasi pada komoditas pangan secara tahunan melemah dari
17,16% pada triwulan I, menjadi 9,71% di akhir triwulan II. Pelemahan pada kelompok ini disebabkan
oleh penurunan harga pada sub kelompok buah-buahan dari 94,07% menjadi 19,68% dan sub
kelompok sayur-sayuran dari 10,49% menjadi 5,25%. Perubahan harga komoditas tersebut umumnya
terjadi pada triwulan II-2011. Sepanjang triwulan berjalan, kelompok ini mengalami deflasi sebesar
2,61% (q-t-q) dikarenakan peningkatan produksi komoditas bumbu-bumbuan khususnya cabai dan
bawang, serta komoditas sayur-sayuran. Deflasi ini terjadi selain karena peningkatan produksi pangan
juga disebabkan adanya upaya pengambil kebijakan untuk meredam laju harga beberapa komoditas
utama, beras, cabai, dan bawang melalui kebijakan impor.
Sementara tekanan inflasi pada kelompok komoditas administered price, yang pembentukan
harganya diatur oleh pemerintah cenderung mengalami peningkatan dari kisaran 5,33% (y-o-y) pada
triwulan I menjadi 7,61% (y-o-y), atau sebesar 2,42% (q-t-q). Tekanan inflasi terbesar pada kelompok
ini terjadi di bulan Juni sebesar 1,98% (m-t-m) yang disebabkan oleh peningkatan harga minyak tanah,
dan cukai rokok. Meskipun komoditas lain cenderung stabil, namun peningkatan pada bahan bakar
rumah tangga memiliki bobot yang besar sehingga memiliki pengaruh yang besar dalam inflasi
kelompok ini.
44
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Inflasi inti pada triwulan II cenderung stabil walaupun secara tahunan inflasi inti mendapat
tekanan. Pada triwulan II-2011 inflasi inti mencapai 6,52% (y-o-y) meningkat dari triwulan sebelumnya
sebesar 5,55% (y-o-y). Tekanan inflasi inti terbesar terjadi pada bulan Juni sebesar 0,59% (m-t-m) yang
disebabkan oleh inflasi pada komoditas sewa dan kontrak rumah, komoditas sepeda motor dan
beberapa komoditas pada sub kelompok pendidikan. Sumbangan inflasi ketiga sub kelompok ini
mencapai 0,33%, sumbangan terbesar pada sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 0,14% di
bulan Juni 2011.
Grafik 2.10 Disagregasi Inflasi (% y-o-y)
Juni 2011
15
20
25 Inflasi IHK (yoy)Inflasi Core (yoy)Inflasi Volatile (yoy)Inflasi Adm Price (yoy)
% yoy
10
-5
0
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2009 2010 2011
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.10 Disagregasi Inflasi (% m-t-m)
Juni 2011
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2009 2010 2011
Inflasi IHK (mtm)Inflasi Core (mtm)Inflasi Volatile (mtm)Inflasi Adm Price (mtm)
% mtm
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 2.12 Hasil Survei Perkembangan Kegiatan Usaha dan
Kapasitas Produksi Usaha Tanaman Pangan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
‐8
‐6
‐4
‐2
0
2
4
6
8
10
12
14
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
2007 2008 2009 2010 2011
(SB)
(SB)
Perkembangan kegiatan usaha pertanian
Kapasitas produksi sekrtor pertanian (Rhs)
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 2.13 Perkembangan Luas Panen dan Produksi Padi
200
250
300
350
400
30
35
40
45
50
55
60
Jan -Apr
Mei -Ags
Sep -Des
Jan -Apr
Mei -Ags
Sep -Des
Jan -Apr
Mei -Ags
Sep -Des
2009 2010 2011
Luas Panen Produksi - RHS
ribu ha ribu ton
Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah
45
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Grafik 2.14Perkembangan Rata-rata Curah Hujan Bulanan
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Oct Nov Des
(mm)
2009 2010 2011
Sumber : BMKG
46
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Sampai dengan pertengahan tahun 2011, kinerja perbankan terus mengalami peningkatan.
Baik aset, pengerahan dana masyarakat maupun kredit mengalami peningkatan, seiring dengan
kegiatan perekonomian yang lebih cepat. Pertumbuhan yang tinggi pada pengerahan dana dan
ekspansi kredit menunjukkan bahwa pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan baik.
Hal ini juga ditunjukkan dari tingkat LDR keseluruhan perbankan (bank umum dan BPR) di Bali yang
relative tinggi pada kisaran 68,58%
3.1. PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1.1. Kondisi Umum
Sampai dengan triwulan II-2011, aset bank umum di Bali mencapai Rp 47.111miliar atau
tumbuh sebesar 28,26% (y-o-y). Peningkatan pengerahan dana masyarakat (DPK) mencapai 43.239
rekening dan penambahan jumlah bank yang beroperasi di Bali menjadi pendorong peningkatan asset
bank umum tersebut. Penambahan kantor dan cabang baru meningkatkan aset perbankan melalui
peningkatan inflow dana antar kantor (antar kantor pasiva) yang cukup besar dari luar Bali, khususnya
untuk mendukung operasional perbankan. Penambahan jumlah bank yang beroperasi di Bali juga
mengindikasikan bahwa industri keuangan di Bali masih dipandang potensial oleh kalangan perbankan.
Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah rekening tabungan menyebabkan DPK tumbuh
sebesar Rp 6.692 miliar atau 19,89% (y-o-y), terutama terjadi karena peningkatan pada simpanan
dalam bentuk giro sebesar 24,10% (y-o-y). Selain itu, sumber pendanaan dalam bentuk tabungan juga
mengalami pertumbuhan sebesar 20,98% (y-o-y) dan simpanan dalam bentuk deposito tumbuh
15,82% (y-o-y). Tingginya pertumbuhan DPK diperkirakan dipicu oleh peningkatan DPK milik
perorangan, dan pemerintah daerah, sedangkan DPK milik perusahaan mengalami pelambatan. Hal ini
mengindikasikan bahwa pada triwulan II-2011 kegiatan perekonomian berada dalam tahap awal
ekspansi.
Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum Di Bali (dalam miliar Rp)
Bab 3 Kinerja Perbankan Daerah
Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II34,203 35,415 36,098 36,759 39,897 43,706 44,517 47,111 31,364 32,247 32,299 33,649 35,735 37,848 38,536 40,340
Deposito 10,246 10,526 11,179 11,350 11,709 12,703 12,656 13,146 Giro 7,182 6,470 6,414 7,013 7,719 7,287 7,931 8,703 Tabungan 13,936 15,251 14,707 15,285 16,306 17,858 17,949 18,491
18,314 19,498 20,348 21,783 22,981 24,832 25,354 27,140 Modal Kerja 7,713 8,188 8,250 8,926 9,519 10,546 10,538 11,176 Investasi 2,806 3,101 3,468 3,778 4,005 4,414 4,463 4,968 Konsumsi 7,795 8,209 8,630 9,080 9,457 9,873 10,353 10,995
15,576 16,393 16,853 17,934 18,750 19,964 20,584 22,549 85.05% 84.07% 84.14% 83.86% 83.06% 81.81% 83.16% 83.09%
2011
AssetDana Pihak Ketiga
Kredit UMKM
2010
Kredit Umum
Pangsa kredit UMKM
INDIKATOR2009
47
3.05% 2.70% 2.56% 2.48% 2.56% 1.95% 2.20% 2.17%LDR 58.39% 60.47% 61.55% 63.56% 63.17% 64.47% 64.24% 67.28%NPL (Gross)%
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Pembentukan aset perbankan di Bali, masih sangat didominasi oleh bank-bank pemerintah
(termasuk Bank Pembangunan Daerah) yang mencapai Rp 27.744 miliar atau 58,89% dari total aset
seluruh bank. Besarnya aset bank pemerintah didukung oleh besarnya dana pihak ketiga yang dapat
dihimpun sebesar Rp 23.522 miliar dengan share 58,31%. Demikian juga penyaluran kredit mencapai
Rp 18.210 miliar atau 67,10% dari total kredit perbankan. Sementara bank swasta nasional memiliki
jumlah kantor paling besar dengan konsentrasi di Denpasar dan Badung, memiliki share dalam
pembentukan aset sebesar 38,36% dengan nilai Rp 18.072 miliar. Sedangkan dana pihak ketiga
mencapai Rp 15.532 miliar atau 38,50%. Pada sisi penyaluran kredit, meskipun mampu tumbuh
signifikan, namun pangsanya masih relatif lebih kecil dibandingkan dengan kemampuan penghimpunan
dana, sebesar Rp 8.735 miliar atau sebesar 32,18% dari total kredit perbankan.
Grafik 3.1 Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit
0
5
10
15
20
25
30
35
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
%
AssetDPK Kredit
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.2 Komposisi Kredit, DPK dan Aset Menurut
Kelompok Bank
58.89
58.31
67.10
38.36
38.50
32.18
2.75
3.19
0.72
‐ 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
Aset
DPK
Kredit
Bank Asing & Campuran Bank Swasta Bank Persero & BPD
Sumber : Bank Indonesia
Dilihat dari jenis kegiatan usaha bank, dalam beberapa tahun terakhir bank syariah mulai
tumbuh di Bali, dengan penguasaan aset yang relatif kecil sebesar 1%. Sedangkan kemampuannya
menghimpun dana masyarakat baru mencapai Rp.330 miliar atau 1% dari total DPK bank, dan
penyaluran pembiayaan mencapai Rp 431 miliar atau 1,59%.
Grafik 3.3
Jaringan Kantor Bank Umum
0
100
200
300
400
500
600
Bank Cabang KCP KK PP ATM
Bank Campuran
Bank Persero & BPD
Bank Swasta Nasional
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.4 Jumlah Nasabah Penyimpan dan Debitur
‐
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
‐
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
Bank Campuran Bank Persero & BPD Bank Swasta
(ribu rekening)
(miliar Rp)
Nominal Jumlah Rekening (Rhs)
Sumber : Bank Indonesia
48
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
3.1.2. Pelaksanaan Fungsi Intermediasi
Peningkatan kegiatan ekonomi pada triwulan II-2011, menyebabkan kebutuhan dana di sektor
riil meningkat, seiring hal tersebut, tingkat pendapatan faktor-faktor produksi juga mengalami
peningkatan. Hal ini menyebabkan tingginya pengerahan dana masyarakat khususnya yang bersumber
dari DPK perorangan yang diikuti dengan peningkatan ekspansi kredit khususnya kepada debitur
perusahaan. Ekspansi kredit pada triwulan II-2011 tercatat sebesar 24,59% (y-o-y) atau sebesar Rp
5.356 miliar. Sedangkan pertumbuhan dana mencapai 19,89% (y-o-y), pertumbuhan dana yang lebih
lambat dibanding ekspansi kredit menyebabkan LDR bank umum Bali pada triwulan II-2011 menjadi
lebih tinggi pada level 67,28% dibanding triwulan sebelumnya di level 65,79%.
Pembentukan LDR tertinggi terjadi pada kelompok bank pemerintah yang mencapai 77,42%,
diikuti oleh bank swasta nasional sebesar 56,24% dan bank asing sebesar 15,16%. Sementara itu tiga
bank lokal, yang berkantor pusat di Bali memiliki LDR sebesar 94,83%. Hal ini menunjukkan bahwa
bank pemerintah lebih ekspansif dalam penyaluran
kredit dibanding bank swasta, demikian pula
dengan bank yang berkantor pusat di Bali.
Beberapa hal yang mempengaruhi kondisi tersebut
antara lain, jaringan kantor bank pemerintah dan
bank lokal yang mencapai seluruh pelosok Bali,
fokus usaha bank pemerintah dan bank lokal
adalah penyaluran kredit, sementara fokus usaha
beberapa bank swasta adalah menghimpun dana
dengan penyaluran pada cabang lain, serta skim
kredit bank pemerintah dan bank lokal yang lebih
bervariasi.
Grafik 3.5 Perkembangan LDR Bank Umum
55.455.8 55.753.9
55.954.2
53.1
56.658.93
55.59
58.39
63.00 64.74 65.79
67.28
45
48
51
54
57
60
63
66
69
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010 2011
%
Sumber : Bank Indonesia
3.1.2.1. Penghimpunan Dana
Peningkatan pendapatan faktor-faktor produksi seiring dengan peningkatan kegiatan dan aliran
dana yang masuk dalam perekonomian Bali, menyebabkan DPK mengalami peningkatan 19,89%
dibanding periode sebelumnya sebesar 19,31%. Sesuai dengan karakteristik pengendapan DPK, maka
DPK yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah dana dalam bentuk giro sebesar 24,10% diikuti
dengan tabungan sebesar 20,98% masing-masing mencapai Rp 1.690 miliar dan Rp 3.206 miliar.
Sementara itu simpanan berjangka, meskipun mampu tumbuh, namun pertumbuhannya tercatat paling
rendah sebesar 15,82% atau Rp 1.796 miliar, hal ini mengindikasikan bahwa kegiatan menabung
dilakukan untuk jangka pendek karena perekonomian masih membutuhkan dana yang relatif mudah
diacairkan.
49
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Komposisi DPK dari waktu ke waktu belum menunjukkan adanya perubahan, sebagian besar
penempatan simpanan dilakukan dalam bentuk tabungan, sebesar 45,84%, nominal tabungan tercatat
sebesar Rp18.491 miliar. Rekening tabungan umumnya dimiliki oleh perorangan yang mencapai
Rp16.880 miliar atau 91,29% dari total simpanan dalam bentuk tabungan.
Sementara DPK dalam bentuk deposito sebesar Rp 13.146 miliar merupakan simpanan terbesar
kedua dengan andil 32,59%, tumbuh sebesar 15,82% (y-o-y), lebih tinggi dibanding triwulan
sebelumnya yang mencapai 13,22% (y-o-y). Peningkatan deposito umumnya terjadi pada perbankan
persero dan BPD yang tumbuh sebesar 19,30%. Peningkatan simpanan dalam bentuk deposito ini
terjadi pada deposito milik perseorangan yang mencapai Rp 9.440 miliar atau 71,81% dari total
deposito.
Simpanan dalam bentuk giro sebesar Rp 8.703 miliar atau 21,57% dari total DPK, menjadi salah
satu bentuk simpanan yang paling aktif digunakan dalam kegiatan perekonomian, hal ini diindikasikan
oleh pertumbuhannya yang tinggi sebesar 24,10%. Giro memiliki struktur kepemilikan rekening yang
lebih tersebar dibandingkan kedua jenis simpanan lainnya, yang mana giro lebih banyak dimiliki oleh
badan hukum atau perusahaan atau lembaga non keuangan (35,47%), diikuti oleh pemerintah daerah
(31,11%) dan perseorangan (27,50%). Peningkatan giro terbesar terjadi pada giro milik badan hukum
atau perusahaan atau lembaga non keuangan yang mencapai 27,43%. Peningkatan yang cukup besar
ini terjadi karena adanya peningkatan transaksi pembayaran dunia usaha yang menuntut adanya sistem
pembayaran yang cepat dan aman. Sementara peningkatan giro pemda terjadi seiring dengan
meningkatnya kebutuhan dana untuk membiayai proyek-proyek investasi yang mulai direalisasikan pada
triwulan II-2011.
3.1.2.2 Penyaluran Kredit
Grafik 3.6 Komposisi DPK Bank Umum
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.7Pertumbuhan DPK
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
-
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010 2011
(milia
r Rp)
%
Nominal DPK (Rhs) Pertumbuhan DPK
Sumber : Bank Indonesia
Pada triwulan II-2011, kredit tumbuh sebesar 24,59% (y-o-y) atau sedikit melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 24,61% (y-o-y). Meskipun secara tahunan mengalami
50
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
mengalami pelambatan namun secara triwulanan kredit mengalami peningkatan yang cukup tinggi
sebesar 7,04% (q-t-q) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,10% (q-t-q). Peningkatan
kredit pada triwulan berjalan tersebut diperkirakan karena peningkatan kegiatan perekonomian dan
konsumsi rumah tangga.
Secara nominal, kredit mencapai Rp 27.140
miliar dan mencapai 57,61% dari total aset,
meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 53,81%.
Ekspansi kredit pada triwulan II-2011 yang cukup
tinggi diperkirakan karena adanya kebutuhan dana
untuk kegiatan perdagangan dan akomodasi yang
cenderung meningkat, kegiatan usaha properti serta
kebutuhan pendidikan. Peningkatan ekspansi kredit
pada sektor-sektor tersebut diperkirakan karena
industri pariwisata sebagai pendorong utama
perekonomian sedang memasuki periode peak
season, sehingga sektor-sektor ekonomi turunannya
ikut tumbuh bersama peningkatan industri ini.
Jenis kredit yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah kredit jenis investasi sebesar 31,52%
(y-o-y), sebesar Rp 4.968 miliar. Peningkatan kredit investasi terutama didorong oleh peningkatan pada
sektor real estate dan usaha persewaan, sektor industri olahan serta sektor perdagangan eceran yang
tumbuh relatif stabil. Peningkatan kegiatan investasi diperkirakan sebagai akibat dari pertumbuhan
perekonomian yang membutuhkan tambahan infrastruktur. Sementara kredit jenis modal kerja tumbuh
sebesar 25,22% mencapai Rp 11.176 miliar, melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar
27,73%. Pelambatan ini diperkirakan terjadi karena
melemahnya permintaan kredit dari sektor
perdaganan besar dan eceran yang melambat dari
sebesar 42,10% menjadi 33,25%. Sementara kredit
jenis konsumsi, tercatat sedikit meningkat dari
sebesar 19,97% menjadi 21,09%, peningkatan ini
diperkirakan karena peningkatan konsumsi
masyarakat seiring dengan perayaan hari
keagamaan dan pergantian tahun ajaran sekolah.
Selain untuk kebutuhan tersebut kredit konsumsi
juga didorong oleh pembelian kendaraan
khususnya kendaraan roda dua.
Grafik 3.8 Pertumbuhan Kredit Perbankan
-
5
10
15
20
25
30
35
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011
(%)
(Mili
ar ru
piah
)
Kredit Pertumbuhan kredit (Rhs)
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.9 Komposisi Kredit
Modal kerja
41.18%
Investasi18.31%
Konsumsi 40.51%
Sumber : Bank Indonesia
51
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor
(dalam miliar Rp)
2010 2011 Kategori
Tr III Tr IV Tr I Tr II Tr I Tr II
Perdagangan 4,861 5,296 6,434 6,784 6,869 7,180
Penyedia akomodasi dan makan minum 1,659 1,849 1,968 2,233 1,844 2,014
Real estate, sewa dan Konstruksi 1,346 1,129 1,130 1,338 1,721 1,237
Pertanian dan perikanan 433 467 546 512 519 593
Industri olahan 665 668 764 850 850 900
Bukan Lapangan Usaha 8,630 9,080 9,457 9,873 10,353 10,995
Lainnya 2,745 3,287 2,566 3,037 3,198 4,221
Secara sektoral, kredit produktif didominasi oleh
kredit untuk kegiatan perdagangan yang
mencapai Rp 7.180 miliar dengan andil sebesar
26,46%, diikuti kegiatan peyediaan akomodasi
dan makan minum sebesar Rp 2.014 miliar
dangan andil 7,42%. Kredit yang disalurkan
untuk sektor perdagangan umumnya disalurkan
untuk kredit perdagangan eceran yang
mencapai Rp 5.183 miliar dengan andil 72,18%
dari total kredit perdangan dan 19,10% dari
total kredit. Sedangkan andil kredit untuk
kegitan yang diklasifikasikan bukan lapangan
usaha atau konsumsi mencapai Rp 10,995 miliar atau sebesar 40,51%. Kredit bukan lapangan usaha
umumnya disalurkan untuk kredit kepemilikan rumah yang mencapai Rp 5.756 miliar atau sebesar
21,21% dari total kredit, atau sebesar 52,35% dari kredit bukan lapangan usaha.
Grafik 3.10 Kredit Berdasar Sektor
26.46%
7.42%
4.56%
2.19%3.32%
40.51%
15.55%
Perdagangan
Penyedia akomodasi dan makan minum
Real estate, sewa dan Konstruksi
Pertanian dan perikanan
Industri olahan
Bukan Lapangan Usaha
Lainnya
Sumber : Bank Indonesia
Sementara kredit untuk pertanian, peternakan dan perikanan hanya sebesar Rp 593 miliar atau
2,19%. Kegiatan unit usaha budidaya sapi potong, budidaya babi dan unggas, merupakan jenis usaha
yang mendapatkan kredit paling besar dari perbankan, sedangkan unit pada sektor perikanan adalah
unit pangkapan ikan tuna. Konsentrasi kredit kepada kedua unit usaha tersebut disesuaikan dengan
karakteristik pertanian dan perikanan serta tingkat risiko sektor pertanian di Bali. Berbagai upaya telah
dilakukan untuk meningkatkan ekspansi kredit perbankan ke sektor pertanian, namun demikian belum
memberikan hasil seperti yang diharapkan.
3.1.2.3 Non Performing Loan (NPL)
52
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Seiring dengan meningkatnya ekspansi kredit, jumlah kredit yang dikategorikan dalam non
performing loan, mengalami peningkatan meskipun sangat kecil. NPL pada triwulan II-2011 tercatat
sebesar Rp 588 miliar, dengan rasio 2,17% sedikit lebih tinggi dibanding dengan periode sebelumnya
sebesar Rp 543 miliar dengan rasio 2,16%. Peningkatan rasio diperkirakan terjadi pada sektor
perdagangan, terkait dengan meningkatnya kebutuhan dana untuk sektor ini.
Secara nominal, sektor ekonomi yang paling besar menyumbang NPL adalah kredit sektor
perdagangan besar dan eceran sebesar Rp 159 milyar dengan rasio sebesar 2,21%, diikuti dengan
sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar Rp 97 miliar dengan rasio sebesar 4,82%.
Sementara nominal NPL kredit sektor lain-lain sebesar Rp 90 miliar dengan rasio sebesar 0,81%. Sektor
dengan NPL tertinggi dimiliki oleh kredit sektor konstruksi dengan rasio sebesar 13,50%, diikuti sektor
jasa pendidikan dan jasa kesehatan dengan rasio masing-masing sebesar 7,67% dan 6,37%.
Kredit untuk sektor pertanian yang penyalurannya relatif rendah 1,56% dari total kredit
memiliki rasio NPL 2,76%. Dua sektor utama lainnya yaitu sektor industri pengolahan dan sektor real
estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan masing-masing memiliki rasio NPL sebesar 11,16% dan
4,07%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyaluran kredit sektor lain-lain relatif lebih aman
dibandingkan sektor produktif lainnya terutama PHR, yang dikarenakan kredit sektor lain-lain sebagian
besar adalah kredit jenis konsumsi yang sebagian besar krediturnya adalah pegawai (baik negeri
maupun swasta) sehingga tingkat kolektibilitas sangat baik karena pembayaran atau pelunasan
dilakukan dengan pemotongan gaji secara langsung. Selain golongan debitur yang relatif sangat aman,
kredit konsumtif yang sebagian besar dialokasikan untuk kepemilikan rumah/tempat tinggal dan
kendaraan bermotor umumnya telah direncanakan skema pembayarannya oleh debitur, sehingga
kelancaran pembayarannya relatif cukup terjaga.
3.2. PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
Perbankan syariah di Provinsi Bali menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi, sampai
dengan triwulan II-2011 telah tercatat 5 bank syariah yang beroperasi di Bali. Peningkatan jumlah bank
berdampak pada peningkatan kemampuan untuk melakukan kegiatan intermediasi. Asset bank syariah
tercatat sebesar Rp 454 miliar atau tumbuh sebesar 127,21% (y-o-y), pertumbuhan yang sangat tinggi
ini disebabkan oleh bertambahnya bank syariah baru pada satu tahun terakhir. Selain hal tersebut,
pertumbuhan ini juga disebabkan oleh semakin meningkatnya minat masyarakat terhadap jasa-jasa
perbanan syariah yang dianggap lebih menguntungkan oleh sebagian kalangan masyarakat.
53
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Pertumbuhan asset terutama didorong
oleh peningkatan kemampuan bank dalam
menghimpun DPK yang tumbuh sebesar
101,88% mencapai Rp 330 miliar. Pertumbuhan
dana terbesar terjadi pada giro sebesar 403,31%
mencapai Rp 56 miliar. Namun demikian
konsentrasi terbesar DPK terdapat pada
simpanan dalam bentuk deposito sejumlah Rp
146 miliar atau 44,09% dari total DPK, dengan
pertumbuhan sebesar 85,35%. Sedangkan
tabungan tercatat sebesar Rp 115 miliar dengan
pangsa sebesar 34,71% dari total kredit dan
tercatat tumbuh sebesar 61,16%.
Grafik 3.11 Aset Perbankan Syariah
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2010 2011
(%)
(miliar Rp)
Aset
Share (Rhs)
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 3.12. Grafik 3.13.
Komposisi Pembiayaan Bank Syariah Komposisi DPK Bank Syariah
Giro21.21%
Tabungan34.71%
Deposito44.09%
industri olahan1.55%
perdagangan6.56%
real estate0.56%
pendidikan 1.27%
kesehatan0.11%
jasa masyarakat38.21%
bukan lapangan usaha51.75%
Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia
Pembiayaan perbankan syariah di provinsi Bali menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada
triwulan II-2011 pembiayaan mencapai Rp 260 miliar atau tumbuh sebesar 152,08%, sehingga
financing to deposit ratio (FDR) bank syariah mencapai 130,59%. Ekspansi pembiayaan bank syariah
lebih difokuskan pada jenis konsumsi yang mencapai Rp 223 miliar atau 51,75% dari total pembiayaan
diikuti dengan jenis modal kerja sebesar Rp 201 miliar atau 46,85%. Sementara untuk kegiatan
investasi alokasi pembiayaan syariah masih sangat terbatas sebesar Rp 6 miliar dengan andil 1,40% dari
total pembiayaan. Berbeda dengan pola ekspansi kredit pada bank umum, konsentrasi pembiayaan
bank syariah lebih terkonsentrasi pada sektor jasa kemasyarakatan, sosial, budaya, hiburan dan
perorangan lainnya yang mencapai Rp 165 miliar dengan andil 38,21%. Sementara sektor perdagangan
yang memiliki porsi kredit terbesar di bank umum, hanya mendapatkan fasilitas sebesar Rp 28 miliar
dengan pangsa 6,56%.
54
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Kinerja BPR pada triwulan II-2011 mengalami peningkatan yang signifikan, aset BPR tercatat
tumbuh sebesar 33,52% (y-o-y) meningkat dibanding periode sebelumnya yang tumbuh sebesar
31,58%. Seluruh indikator kinerja perbankan menunjukkan terjadinya peningkatan, selain aset, DPK
dan kredit masing-masing tumbuh sebesar 32,63% (y-o-y) dan 31,50% (y-o-y). Pertumbuhan aset
perbankan pada triwulan II-2011 sangat dipengaruhi oleh meningkatnya DPK yang mampu dihimpun
oleh BPR, hal ini mengindikasikan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap BPR tetap terjaga.
Peningkatan pada sisi DPK memungkinkan BPR untuk meningkatkan ekspansi kreditnya, sehingga pada
triwulan I–2011 loan to deposit ratio mencapai 82,94%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya
sebesar 76,98%.
Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Bali
(dalam miliar Rp)
Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II Tr. III Tr. IV Tr. I Tr. II
1. T
otal Aset 2,489 2,690 2,826 2,963 3,142 3,431 3,718 3,956 . Dana Pihak Ketiga 1,667 1,810 1,952 2,013 2,133 2,331 2,559 2,670
a. Tabungan 583 634 660 671 698 743 799 805 b. Deposito 1,084 1,177 1,292 1,342 1,435 1,588 1,759 1,865
redit 2,022 2,113 2,231 2,359 2,487 2,666 2,862 3,103 4. LDR (%) 83.97 81.95 82.22 83.42 83.36 81.07 80.74 82.94
PLs gross (%) 6.99 5.97 6.47 3.94 4.22 3.67 4.43 3.66
2009INDIKATOR
20112010
2
3. K
5. N
Sumber : Bank Indonesia
Peningkatan ekspansi kredit dan
penghimpunan dana menunjukkan terjadinya
peningkatan pelaksanaan fungsi intermediasi BPR.
DPK BPR yang berbentuk dari deposito dan
tabungan tumbuh sebesar Rp 657 miliar. Dari
jenisnya, DPK umumnya didominasi oleh simpanan
dalam bentuk deposito yang mencapai Rp 1.865
miliar dengan andil 69,85%. Deposito tercatat
tumbuh sebesar 37,97%, jauh lebih tinggi
dibanding dengan pertumbuhan tabungan yang
hanya mencapai 19,96% pada periode yang sama,
hal ini diindikasikan didorong oleh tingginya suku bunga deposito yang ditawarkan oleh BPR. BPR
sebagai lembaga keuangan skala kecil, dengan infrastruktur dan jasa yang terbatas, menggunakan
instrument suku bunga deposito sebagai daya tarik utama untuk menarik minat deposan. Hal ini
berpotensi menyebabkan BPR tidak beroperasi secara efisien dan memicu suku bunga kredit.
Grafik 3.14 Pertumbuhan Aset, Kredit dan LDR
72%
74%
76%
78%
80%
82%
84%
86%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010 2011
(LDR)
(miliar Rp)
ASET
KREDIT
LDR (aksis kanan)
Sumber : Bank Indonesia
55
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Sementara kredit tumbuh sebesar Rp
743 miliar atau sebesar 31,50% dibandingkan
posisi yang sama tahun sebelumnya dan
tercatat mengalami peningkatan dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 28,25% (y-o-y). Dilihat dari komposisi
kredit terhadap aset BPR, komposisi kredit
terhadap aset mengalami peningkatan dari
76,98% pada triwulan I-2011 menjadi 78,43%
pada triwulan II-2011. Tingginya komposisi
kredit dibandingkan aset mengindikasikan
bahwa aktiva produktif BPR dikonsentrasikan
melalui penyaluran kredit.
Grafik 3.15 Komposisi Kredit terhadap Aset dan
Pertumbuhan Kredit
0
5
10
15
20
25
30
35
40
70
72
74
76
78
80
82
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2008 2009 2010 2011
(%)
(%)
komposisi Kredit
Pertumbuhan Kredit (Rhs)
Penyebaran kredit yang disalurkan oleh BPR dapat dikatakan tidak merata, konsentrasi
penyaluran kredit dilakukan untuk sektor perdagangan yang mencapai Rp 1.197 miliar atau 38,57%
dari total kredit. Fokus kredit lainnya adalah kredit konsumsi dan kredit kepada sektor yang belum jelas
batasannya masing-masing sebesar Rp 1.215 miliar atau 39,15% dan Rp 372 miliar atau 11,99%.
Sementara penyaluran kredit untuk sektor lainnya relatif cukup rendah dengan rata-rata andil untuk 15
sektor lainnya tidak lebih dari 1%. Konsentrasi kredit pada jenis konsumsi dan sector perdagangan
berpotensi menimbulkan risiko kredit yang cukup besar, mengingat kredit konsumsi BPR umumnya
bukan merupakan kredit dengan pola pelunasan yang terjamin seperti pola pemotongan gaji bagi kredit
konsumsi yang terdapat di bank umum.
Meskipun kredit mengalami pertumbuhan yang tinggi, namun kualitas kredit dapat dijaga oleh
bank, hal ini diindikasikan dari penurunan rasio NPL dari 4,43% pada triwulan I-2011 menjadi 3,66%
pada triwulan II-2011. Penurunan rasio NPL ditengah ekspansi yang tinggi menunjukkan BPR dapat
semakin selektif dan berhati-hati dalam alokasi aktiva produktifnya. Selain itu hal ini juga menujukkan
fungsi monitoring kredit yang berjalan dengan baik sehingga kredit non perform dapat ditekan dan
dikurangi.
56
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Boks C.
Faktor Penentu Pilihan Masyarakat akan Layanan Lembaga Keuangan di Bali
Peran lembaga keuangan pada peningkatan kegiatan ekonomi adalah menjadi penghubung
(intermediaries) bagi pemilik dana kepada pengguna dana. Peran lembaga keuangan yang kuat akan
mengoptimalkan injeksi dana kepada sektor usaha sehingga mendorong pertumbuhan output ekonomi.
Peningkatan peran lembaga keuangan salah satunya dapat dicapai dengan pemberian akses yang lebih luas
kepada masyarakat melalui pelayanan jasa keuangan, baik dari sisi pengumpulan dana maupun pembiayaan.
Namun demikian upaya menjangkau masyarakat tentunya harus memperhatikan karakteristik sosial, ekonomi
dan budaya untuk mewujudkan efektifitas layanan lembaga keuangan yang sesuai bagi suatu daerah.
Masyarakat Bali sudah dikenal dengan warna budaya yang kuat. Ketaatan akan pelestarian tradisi
yang kuat menyebabkan masyarakat Bali sangat unik dan memiliki corak sosial ekonomi yang berbeda
dengan masyarakat lainnya di Indonesia. Bagi lembaga keuangan di Bali, selain menarik untuk dipelajari lebih
lanjut, keunikan ini juga menuntut strategi pendekatan yang berbeda bagi upaya perluasan usaha.
Untuk melihat pola masyarakat terhadap pilihan lembaga keuangan, Bank Indonesia Denpasar
melakukan survey mengenai layanan jasa keuangan yang dibutuhkan dengan mengkhususkan pada layanan
simpanan (investasi) dan pinjaman. Survei dilakukan pada penduduk di sekitar banjar yang aktif dalam
kegiatan banjar, dengan jumlah responden yang dikumpulkan sebanyak 141 responden yang tersebar di 60
banjar di Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Pilihan lokasi survey didasarkan pada
kegiatan ekonomi yang relatif besar pada ketiga wilayah tersebut.
Hasil survey menunjukkan bahwa sebagian
besar responden atau 82,26% dari total responden
memanfaatkan lembaga keuangan sebagai tempat
menabung. Lembaga keuangan sebagai sumber
pinjaman dana dinyatakan oleh 41,48% responden,
sementara untuk transaksi maupun investasi hanya
dinyatakan oleh 26,95% dan 20,57% responden.
Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan jasa
lembaga keuangan masih terbatas pada sarana
simpan pinjam.
Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa bank komersial tetap menjadi pilihan utama
responden dalam memanfaatkan jasa lembaga keuangan. Penurunan proporsi pemanfaatan layanan bank
komersial adalah pada layanan pinjaman dana, yaitu hanya dinyatakan oleh 41,13% responden
dibandingkan dengan layanan penyimpanan dan investasi yang dinyatakan oleh 64,54% dan 67,38%
responden. Alternatif kedua selain bank komersial adalah layanan koperasi dan Lembaga Pekreditan Desa
(LPD). Sementara penggunaan layanan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) masih dibawah ketiga lembaga
tersebut. Rendahnya penggunaan layanan BPR disebabkan oleh karakteristik responden yang berada di
Grafik 1. Jasa Lembaga Keuangan yang Dimanfaatkan
0
20
40
60
80
100
120
Menabung Pinjam Transaksi Investasi Lainnya
resp
on
den
Sumber : Survey Bank Indonesia Denpasar, diolah
57
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
banjar-banjar dengan tradisi budaya yang kuat. Khusus untuk layanan investasi, hasil survey menunjukkan
perayanan yang relatif meningkat dari institusi Asuransi. Pengetahuan masyarakat yang tinggi akan alternatif
investasi pada berbagai lembaga keuangan banyak dimanfaatkan oleh lembaga asuransi.
Tabel 1. Proporsi Responden yang Memanfaatkan Layanan Lembaga Keuangan (dalam %)
Bank
Syariah
Pasar
Modal
Bank Umum BPR LPD Koperasi Asuransi lainnya
64.54 0.00 6.38 15.60 18.44 0.71 7.09 0.71 Penyimpanan
67.38 0.71 10.64 24.82 39.72 2.13 17.02 3.55 Investasi
41.13 0.71 7.09 24.11 Pinjaman 31.21 0.71 1.42 3.55
Sumber : Survey Bank Indonesia Denpasar, diolah
Analisis mengenai faktor utama penentu pilihan akan lembaga keuangan menunjukkan bahwa
kemudahan transaksi merupakan penentu utama pilihan responden. Hasil ini merupakan indikasi awal
kebutuhan masyarakat akan transaksi yang mudah dan cepat serta terpercaya. Khusus untuk transaksi
pinjaman, transaksi tanpa agunan merupakan pilihan utama responden. Kesulitan masyarakat akan
kecukupan agunan kemungkinan masih banyak terjadi di masyarakat. Terobosan-terobosan untuk mengatasi
permasalahan ini seperti pembentukan lembaga penjaminan kredit dapat menjadi alternatif penyaluran
pinjaman yang lebih ekspansif kepada masyarakat. Faktor aksesibilitas fisik seperti kedekatan, kelancaran lalu
lintas dan ketersediaan parkir belum merupakan faktor yang dianggap penting oleh responden. Demikian
pula untuk faktor yang terkait sosial budaya seperti kepemilikan lembaga keuangan oleh banjar juga bukan
merupakan faktor yang menentukan.
Hasil survei menunjukkan bahwa potensi
penggunaan layanan lembaga keuangan yang tidak
terbatas pada aktivitas simpan pinjam cukup besar.
Pendidikan keuangan kepada masyarakat dapat lebih
ditingkatkan agar pemanfaatan jasa layanan keuangan
menjadi lebih luas. Lembaga keuangan juga dapat
berinovasi dengan cara menyediakan produk-produk
yang mudah dipahami dan mudah diakses masyarakat
untuk penetrasi pasar yang lebih luas. Perluasan
layanan lembaga keuangan akan mendorong inklusi
keuangan (financial inclusion) sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemerataan perekonomian.
Tabel 2. Faktor Penentu Pilihan Lembaga Keuangan
Faktor Ranking Rata-rata
Kepentingan
Kemudahan Transaksi 1 5.3072
Keuntungan 2 5.1164
Aksesibilitas Fisik 3 4.9951
Sosial Budaya 4 4.0150
Sumber : Survey Bank Indonesia Denpasar, diolah
58
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Bab 4 Perkembangan Sistem Pembayaran
Transaksi pembayaran tunai di Provinsi Bali pada triwulan II-2011 mengalami net outflow, yang
mengindikasikan kebutuhan uang tunai untuk transaksi di masyarakat mulai meningkat menjelang
pertengahan tahun yang terjadi seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian yang dilakukan di
triwulan II-2011. Sementara itu transaksi non tunai menggunakan kliring mengalami penurunan, yang
mengindikasikan transaksi berjumlah besar mulai dilakukan karena mulai direalisasikannya proyek-
proyek pemerintah dan swasta, sehingga transaksi lebih banyak menggunakan RTGS.
4.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI
4.1.1 Perkembangan Aliran Masuk/Keluar dan Kegiatan Penukaran
Aliran uang kartal antara Bank Indonesia dengan perbankan di wilayah Bali di triwulan
II-2011 mengalami net outflow. Kondisi tersebut terjadi karena aliran uang keluar (outflow) dari Bank
Indonesia ke masyarakat lebih tinggi dibandingkan aliran uang masuk (inflow) ke Bank Indonesia. Hal ini
mengingikasikan bahwa kebutuhan uang tunai untuk transaksi mulai meningkat, yang terjadi seiring
dengan mulai meningkatnya aktivitas perekonomian yang dilakukan oleh masyarakat di triwulan II-
2011.
Dari masing-masing jenis transaksi yang dilakukan, transaksi masuk ke Bank Indonesia (inflow)
mengalami penurunan di triwulan II-2011, dengan nominal inflow tercatat sebesar Rp 1.299 miliar.
Transaksi tersebut mengalami penurunan 7,01% dibanding transaksi triwulan II-2011 yang tercatat
sebesar Rp 1.397 miliar. Sementara itu aliran uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) yang
diakibatkan oleh penarikan bank-bank umum tercatat sebesar Rp 2.166 miliar, meningkat 94,98% dari
transaksi triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 1.111 miliar. Penurunan transaksi inflow yang
disertai peningkatan outflow mengakibatkan terjadinya net inflow pada triwulan II-2011 sebesar Rp 868
miliar. Hal ini mengindikasikan transaksi menggunakan uang kartal mulai banyak dilakukan di
pertengahan tahun. Banyaknya liburan keagamaan serta musim libur sekolah diperkirakan turut
mempengaruhi meningkatnya kebutuhan uang kartal oleh masyarakat, sehingga outflow yang terjadi di
triwulan II-2011 relatif besar.
Tabel 4.1. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali (Miliar Rp)
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
I II III IV I II III IV I II Inflow 980 323 251 659 972 584 909 744 1,397 1,299 Outflow 471 529 1,221 1,067 535 1,023 1,815 1,631 1,111 2,166 Net flow 508 437 286 Penukaran 41 68 120 73 73 72 94 84 84 92
g Palsu (dalam lembar) 622 669 469 450 606 537 875 904 1,017 881
INDIKATOR2009 2010 2011
(206) (970) (408) (440) (906) (888) (868)
Uan
59
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Berdasarkan denominasinya, masyarakat Bali pada umumnya menggunakan uang kertas dalam
transaksi tunai yang dilakukan. Hal tersebut diindikasikan dari dominasi uang kertas baik berupa inflow
maupun outflow yang rata-ratanya mencapai 99,75%. Untuk transaksi tunai menggunakan uang
kertas, transaksi inflow didominasi oleh pecahan Rp 100.000,- dengan nominal mencapai Rp 725,04
miliar atau 55,84% dari keseluruhan inflow uang kertas, diikuti pecahan Rp 50.000,- dengan nominal
mencapai Rp 488,12 miliar atau 37,59% dari keseluruhan transaksi inflow uang kertas. Sementara itu
transaksi outflow juga didominasi oleh kedua pecahan tersebut dengan nomial transaksi masing-masing
sebesar Rp 1.230,18 miliar (56,96%) dan Rp 803,21 miliar (37,19%). Peningkatan outflow yang cukup
tinggi di triwulan II-2011 mengakibatkan kenaikan transaksi outflow hampir di seluruh pecahan mata
uang kertas, terutama pada mata uang pecahan besar yakni Rp 100.000,- dan Rp 50.000,- yang
mengalami peningkatan nominal sangat signifikan di triwulan II-2011 (masing-masing meningkat
99,09% dan 114,54% (q-t-q)).
Sementara itu untuk uang logam, transaksi inflow didominasi oleh uang pecahan Rp 500,-
dengan nominal mencapai Rp 309,0 juta (92,40% dari keseluruhan transaksi inflow uang logam).
Sementara itu transaksi outflow didominasi oleh pecahan Rp 1.000,- dengan nominal mencapai Rp 3,92
miliar (57,92% dari keseluruhan transaksi outflow uang logam), diikuti pecahan Rp 500,- dengan
nominal mencapai Rp 1,62 miliar (24,38% dari keseluruhan transaksi outflow uang logam).
Selain dari inflow dan outflow, kebutuhan uang kartal di Provinsi Bali juga tercermin dari
besarnya kegiatan penukaran yang dilakukan. Kegiatan penukaran uang pecahan kecil yang sudah
dicabut dilakukan dengan membuka loket penukaran di Kantor Bank Indonesia Denpasar, serta dengan
menggunakan sarana kas keliling untuk menjangkau penukaran uang di daerah yang relatif jauh dari
Kantor Bank Indonesia atau di pusat-pusat transaksi di suatu daerah.
Frekuensi kas keliling yang dilakukan oleh Bank Indonesia Denpasar pada triwulan II-2011
sebanyak 13 kali, dengan nominal transaksi sebesar Rp 6,54 miliar. Sementara itu total kegiatan
penukaran yang dilakukan pada triwulan II-2011 mencapai Rp 92,03 miliar dengan rata-rata penukaran
Grafik 4.1. Perkembangan Uang Kartal di Bali
(1,500)
(1,000)
(500)
-
500
1,000
1,500
2,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Grafik 4.2. Perkembangan Kegiatan Kas Keliling
-
5
10
15
20
25
30
35
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010 2011
Nominal Frekuensi Miliar Rp Frekuensi
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
Inflow Outflow Net flow
Mil
iar
Rp
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
60
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
sebesar Rp 1,51 miliar per hari. Nominal penukaran tersebut meningkat 9,23% dibandingkan triwulan
sebelumnya.
4.1.2 Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Selain melakukan pengedaran uang,
Bank Indonesia juga melakukan kebijakan
clean money policy untuk menjaga dan
mempertahankan uang yang beredar dalam
keadaan layak edar. Bank Indonesia melakukan
pemberian tanda tidak berharga (PTTB) pada uang
yang telah dicabut dan tidak layak edar. Pada
triwulan II-2011, jumlah uang yang dimusnahkan
meningkat 23,80% dibanding transaksi triwulan
sebelumnya. Tingginya transaksi menjelang
pertengahan tahun diperkirakan berdampak pada
meningkatnya jumlah uang tidak layak edar pada
triwulan II-2011.
4.1.3 Uang Palsu
Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Denpasar mengalami penurunan
dibandingkan periode sebelumnya. Uang palsu yang ditemukan sepanjang triwulan II-2011 tercatat
sebanyak 881 lembar, menurun 13,37% dibanding triwulan sebelumnya yang ditemukan sebanyak
1.017 lembar. Untuk meminimalisir peredaran uang palsu di Bali, KBI Denpasar terus berupaya
memberikan sosialisasi cirri-ciri keaslian nilai rupiah kepada masyarakat.
Grafik 4.3. Perkembangan Kegiatan PTTB
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011
Inflow PTTBMiliar Rp Frekuensi
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
4.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI
Semakin berkembangnya perekonomian domestik turut mendorong peningkatan kebutuhan
terhadap transaksi non tunai, sehingga membutuhkan dorongan kebijakan yang ditempuh oleh Bank
Indonesia terkait pembayaran non tunai, yang diarahkan pada terciptanya sistem pembayaran yang
efektif, efisien, aman dan handal. Untuk itu Bank Indonesia secara terus menerus melakukan
penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem pembayaran non tunai, baik melalui kliring
maupun Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (RTGS), antara lain melalui kebijakan untuk
mengurangi risiko pembayaran dan peningkatan kualitas, serta kapasitas pelayanan sistem pembayaran.
61
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
4.2.1 Kliring Lokal
Perkembangan transaksi non tunai menggunakan kliring mengalami penurunan
sepanjang triwulan II-2011. Transaksi kliring pada triwulan II-2011 sebanyak 439 ribu lembar dengan
nilai transaksi Rp 7.922 miliar, dan jumlah transaksi yang dilakukan tersebut menurun dibandingkan
triwulan sebelumnya. Dari sisi volume transaksi menurun 10,26% (q-t-q) dari transaksi triwulan
sebelumnya yang mencapai 489 ribu lembar, sementara dari sisi nominal menurun 9,63% (q-t-q)
dengan nilai transaksi Rp 8.766 miliar. Secara triwulan hal tersebut mengindikasikan nominal transaksi
masyarakat melalui kliring relative menurun di pertengahan tahun, dan diperkirakan transaksi dengan
jumlah besar mulai banyak dilakukan seiring maraknya realisasi proyek swasta dan pemerintah,
sehingga transaksi diperkirakan lebih banyak menggunakan RTGS.
Tabel 4.2. Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong (Miliar Rp)
I II III IV I II III IV I II
PERPUTARAN KLIRING
Lemb
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
ar (Ribuan Lembar) 342 433 449 441 446 435 458 450 489 439
Nominal Kliring 4,959 6,291 6,775 7,137 7,046 7,147 7,817 8,347 8,766 7,922
Rata-rata lembar per hari (Satuan) 5,805 6,982 7,477 7,117 7,435 7,371 6,365 7,384 8,020 7,198
Rata-rata nominal per hari 84 101.36 113 115 117 121.13 109 137 144 130
TOLAKAN CEK/BG KOSONG 1.66
Lembar (Satuan) 7,344 7,048 7,455 7,284 7,019 7,540 7,168 7,484 8,125 7,280
inal Cek/ BG kosong 227 173 188 193 198 173 175 341 197 183
Rata-rata lembar per hari (Satuan) 41 71.22 124 117 117 127.80 100 123 133 119
Rata-rata nominal per hari 1.28 1.80 3.13 3.12 3.31 2.94 2.43 5.59 3.22 3.00
20102009 2011KETERANGAN
-
-
Nom
-
-
Sementara itu penolakan cek/bilyet giro kosong pada triwulan II-2011 sebanyak 7.280 lembar
dengan nominal penolakan sebesar Rp 183 miliar. Lembar penolakan sepanjang triwulan II-2011
menurun 10,40% dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 8.125 lembar. Nominal penolakan
kliring juga menurun sebesar 7,04% (q-t-q) dibandingkan nominal penolakan triwulan sebelumnya yang
mencapai Rp 197 miliar. Secara umum nominal penolakan kliring tersebut mencapai 2,31% dari
keseluruhan transaksi kliring yang dilakukan di triwulan II-2011, dengan jumlah lembar yang ditolak
sebesar 1,66% dibandingkan keseluruhan lembar kliring yang ditransaksikan. Menurunnya tolakan di
triwulan II-2011 terjadi seiring dengan penurunan transaksi kliring yang dilakukan. Relatif rendahnya
angka tolakan tersebut mengindikasikan bahwa system pembayaran yang diselenggarakan dapat
dikatakan handal.
62
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
4.2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS)
Grafik 4.5. Perkembangan Tolakan Cek/BG Kosong
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
0
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011
Nominal Cek/ BG kosong Lembar (Satuan)
Miliar Rp Lembar (dlm satuan)
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
Grafik 4.4. Perkembangan Kliring
200
300
400
500
600
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011
Nominal Kliring Lembar (Ribuan Lembar)
Miliar Rp Ribu Lembar
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
Perkembangan transaksi non tunai dengan menggunakan RTGS pada triwulan II-2011
dari sisi nominal meningkat, baik untuk transaksi keluar (RTGS from), transaksi masuk ke Bali (RTGS
to), maupun transaksi antara (RTGS from – to). Transaksi pengiriman uang keluar Bali (RTGS from)
tumbuh 13,53% (q-t-q), atau meningkat Rp 2.752 miliar dibanding triwulan sebelumnya. RTGS to juga
mengalami peningkatan transaksi sebesar Rp 1.345 miliar (tumbuh 12,01% (q-t-q)), sementara transaksi
RTGS from – to meningkat Rp 54 miliar (tumbuh 1,62% (q-t-q)).
Tabel 4.3. Perkembangan Transaksi RTGS (Miliar Rp)
I II III IV I II III IV I II
RT
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
GS
om
TGS (From) 13,005 16,374 8,147 13,876 14,178 16,533 19,449 23,571 20,341 23,092
Volume 12,166 14,112 13,473 14,855 14,264 15,402 16,239 19,490 15,626 15,789
TGS (To) 7,473 8,354 7,557 9,507 8,198 9,378 10,976 11,222 11,207 12,553
lume 11,815 14,238 14,605 16,964 16,122 17,570 19,362 20,809 18,347 18,257
From - To
TGS (From - To) 2,370 2,681 2,008 3,064 2,845 2,905 3,278 3,547 3,357 3,411
lume 3,119 3,775 3,457 4,106 4,048 4,216 4,424 4,704 4,751 4,468
20102009 2011KETERANGAN
Fr
R
To
R
Vo
R
Vo
Namun dari sisi volume, jumlah transaksi yang masuk ke Bali (RTGS to) dan transaksi antara
(RTGS from – to) menurun masing-masing sebesar 0,49% dan 5,96% (q-t-q). Menurunnya volume yang
diiringi dengan peningkatan nominal transaksi mengindikasikan rata-rata nominal transaksi yang
dilakukan oleh masyarakat meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan mulai dilaksanakannya proyek-
proyek baik oleh pemerintah maupun swasta di pertengahan tahun.
63
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Grafik 4.6. Perkembangan Transaksi RTGS From
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011
RTGS (From) Volume
Miliar Rp Volume
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
Grafik 4.7. Perkembangan Transaksi RTGS To
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011
RTGS (To) Volume
Miliar Rp Volume
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
Grafik 4.8. Perkembangan Transaksi RTGS From – To
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
0
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010 2011
RTGS (To) Volume
Miliar Rp Volume
Sumber : Bank Indonesia Denpasar
64
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Bab 5 Keuangan Daerah
Pada tahun anggaran 2011, Anggaran Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Bali mencapai
Rp 2,14 triliun meningkat 10,57% dibandingkan anggaran 2010 Perubahan. Realisasi pendapatan
sampai dengan triwulan II – 2011 mencapai 57,51%. Sementara itu, Anggaran Belanja Daerah
Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2011 sebesar Rp 2,48 triliun dengan realisasi sampai dengan
triwulan II – 2011 sebesar 23,14%. Apabila melihat anggaran dan realisasi seluruh Kabupaten, Kota dan
Provinsi, realisasi pendapatan sampai dengan triwulan II – 2011 diperkirakan sebesar 46,59% sementara
realisasi belanjanya diperkirakan sebesar 25.46%.
5.1. REALISASI PENDAPATAN
Anggaran Pendapatan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali pada tahun 2011 sebesar Rp
2,14 triliun bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan yang
masing-masing memberikan kontribusi sebesar 56,10% dan 33,89%. Realisasi pendapatan daerah
sampai dengan triwulan II – 2011 mencapai Rp1,23 triliun atau 57,51% lebih rendah dibandingkan
realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 58,20%. Realisasi pendapatan daerah sebagian
besar disumbang oleh pajak daerah yang merupakan bagian dari Pendapatan Asli Daerah sebesar
Rp803,57 juta (realisasinya mencapai 64,31%). Sementara sisanya disumbangkan oleh dana
perimbangan dengan realisasi sebesar Rp367,48 juta (52,05% dari rencana) dan lain-lain pendapatan
yang sah sebesar Rp61,74 juta (32,84% dari rencana).
Penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan
keuangan daerah lain telah terealisasi sebesar Rp65,79 juta melebihi rencana sebelumnya yang hanya
sebesar Rp64,23 juta. Apabila melihat realisasi tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 210% ,
rencana untuk tahun 2012 mendatang dapat diperbesar. Pajak daerah merupakan realisasi pendapatan
terbesar pada sisi jumlah dengan besaran mencapai Rp668,62 juta. Besarnya pajak daerah didominasi
oleh pajak kendaraan bermotor. Realisasi dana perimbangan sampai dengan triwulan II – 2011
mencapai Rp367,48 juta atau sebesar 52,05% dari rencana.
5.2 REALISASI BELANJA
Anggaran Belanja Daerah Pemprov Bali 2011 sebesar 2,48 triliun rupiah lebih besar
daripada anggaran pendapatan daerah. Realisasi belanja daerah masih dibawah realisasi
pendapatan yaitu hanya sebesar Rp0,57 triliun atau 23,14% dari yang direncanakan. Apabila
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi belanja tahun ini relatif lebih bagus.
65
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Realisasi belanja triwulan II- 2010 hanya sebesar 19,77% dari rencana. Peningkatan ini menunjukkan
perbaikan kinerja Pemprov Bali dalam mempercepat pencairan dana sebagai injeksi pada perekonomian.
Realisasi belanja daerah yang paling jauh dengan target adalah belanja modal dan belanja
bantuan sosial dengan pencapaian masing-masing sebesar 2,65% dan 12,98%. Sebagaimana periode
sebelumnya, realisasi anggaran belanja terbesar adalah belanja yang sifatnya rutin yaitu belanja bantuan
keuangan kepada Prov/Kab/Kota/Desa dan belanja hibah dengan realisasi masing-masing sebesar
41,31% dan 41,23% dari rencana. Belanja modal sebagai representasi dari investasi pemerintah masih
direalisasikan dalam skala kecil yaitu hanya sebesar 2,65% dari rencana. Realisasi ini jauh lebih kecil
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 12,39%. Rendahnya realisasi belanja modal
kemungkinan disebabkan oleh proses tender yang seringkali menyulitkan pelaksanaan realisasi
anggaran.
5.3. PERKIRAAN REALISASI ANGGARAN SELURUH PEMERINTAH KABUPATEN, KOTA DAN PROVINSI DI BALI
Total anggaran pendapatan pemerintah daerah seluruh kabupaten, kota dan provinsi
di Bali pada tahun 2011 mencapai Rp 9,07 triliun dengan Pemprov Bali dan Kabupaten Badung
sebagai pemilik anggaran terbesar masing-masing sebesar Rp2,14 triliun dan Rp1,29 triliun.
Sementara kabupaten dengan anggaran pendapatan terkecil adalah Kabupaten Klungkung sebesar
Rp454,72 juta.
Realisasi anggaran pendapatan seluruhnya pada triwulan I – 2011 mencapai 28,52% atau
sebesar Rp 2,57 triliun. Realisasi pada triwulan II – 2011 diperkirakan mencapai 46,59% atau sebesar
Rp4,23 triliun. Kabupaten Tabanan mempunyai tingkat realisasi yang paling tinggi dibandingkan
sembilan pemerintah daerah lainnya, sedangkan tingkat realisasi terkecil adalah Kabupaten Jembrana
(lihat Tabel 5.1).
Grafik 5.1. Realisasi APBD seluruh Kabupaten, Kota dan Provinsi di Bali 2011
Sumber : Pemerintah Provinsi Bali
66
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Total anggaran belanja pemerintah daerah di seluruh Bali pada tahun 2011 mencapai Rp10,11
triliun lebih besar dibandingkan anggaran pendapatan. Anggaran belanja yang lebih besar
menunjukkan seluruh pemerintah daerah menerapkan kebijakan defisit anggaran. Pemprov Bali dan
Kabupaten Badung juga merupakan pemilik anggaran belanja terbesar di Bali dengan besaran masing-
masing adalah Rp2,48 triliun dan Rp1,50 triliun. Kabupaten Klungkung juga merupakan kabupaten
dengan anggaran belanja terkecil yaitu sebesar Rp511,67 juta.
Realisasi anggaran belanja seluruhnya di Bali sampai dengan triwulan I – 2011 mencapai
11,63% atau sebesar Rp1,18 triliun dan diperkirakan terealisasi sebesar 25,14% pada triwulan II –
2011. Realisasi belanja terbesar dilakukan oleh Pemerintah Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar,
sedangkan Pemerintah Provinsi Bali memiliki tingkat realisasi belanja terendah.
67
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Tabel 5.1. APBD Provinsi Bali (dalam juta rupiah)
URAIAN APBD 2011 REALISASI APBD TW I
2011 %
REALISASI APBD TW II
2011 %
PENDAPATAN DAERAH 2,143,518 554,391 25.86 1,232,796 57.51
PEND. ASLI DAERAH (PAD) 1,249,492 344,668 27.58 803,574 64.31
- Pendapatan Pajak Daerah 1,101,873 325,225 29.52 668,621 60.68
- Retribusi Daerah 24,778 4,911 19.82 11,872 47.91
- Hsl PMD & Hsl Pengel. Kek. Daerah yg dipisahkan 64,229 328 0.51 65,792 102.43
- Lain-Lain PAD yg Sah 58,611 14,204 24.23 57,288 97.74
DANA PERIMBANGAN 706,007 209,723 29.71 367,483 52.05
- Bagi hasil pajak dan bukan pajak 124,113 16,466 13.27 34,057 27.44
- Dana Alokasi Umum (DAU) 560,674 186,891 33.33 327,060 58.33
- Dana Alokasi Khusus (DAK) 21,221 6,367 30.00 6,367 30.00
- Dana Penguatan Infrastruktur Daerah - - -
LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH 188,019 - - 61,739 32.84
- Pendapatan Hibah 3,538 - - 1,571 44.39
- Dana bagi hsl pajak dr Prov & pemda lainnya 103,226 - - 49,483 47.94
- Dana Penyesuaian & otonomi khusus - - 10,685 -
- - Bantuan Keuangan dr Prov atau Pemda lain 81,255 - -
- Sumbangan Pihak Ketiga - - -
- Alokasi Kurang Bayar DAK - - -
BELANJA DAERAH 2,483,316 150,513 6.06 574,566 23.14
BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,721,709 125,685 7.30 464,651 26.99
- Belanja Pegawai 644,936 85,119 13.20 209,184 32.43
- Belanja Barang - - - -
- Belanja Subsidi 4,480 - - - -
- Belanja Hibah 216,814 33,595 15.49 89,383 41.23
- Belanja Bantuan Sosial 324,818 6,972 2.15 42,170 12.98
- Belanja Bagi Hsl kpd Prov/Kab/Kota & Pemda 475,287 - - 109,301 23.00
- Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota/Desa 35,373 - - 14,613 41.31
- Belanja Tidak Terduga 20,000 - - - -
BELANJA LANGSUNG 761,607 24,827 3.26 109,915 14.43
- Belanja Pegawai 30,523 933 3.06 6,708 21.98
- Belanja Barang dan Jasa 476,585 23,618 4.96 96,464 20.24
- Belanja Modal 254,499 276 0.11 6,743 2.65
SURPLUS/(DEFISIT) (339,798) 403,879 -
118.86 658,230
PEMBIAYAAN
68
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
PENERIMAAN DAERAH 340,379 730,821 704,385
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 340,379 730,821 704,385
PENGELUARAN DAEARAH - - -
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah - - -
Penguatan Modal Pemerintah Daerah - - -
PEMBIAYAAN NETTO 340,379 730,821 704,385
SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA) 580.83 1,134,699.52 1,362,615.57
Sumber : Pemda Provinsi Bali
69
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Bab 6 Kesejahteraan dan Ketenagakerjaan
Program peningkatan kesejahteraan masyarakat Bali yang telah dijalankan sejak tahun 2010
oleh Pemprov Bali mengindikasikan hasil yang positif yang ditunjukkan oleh penurunan tingkat
kemiskinan. Tingkat kemiskinan pada Maret 2011 hanya sebesar 4,20% lebih rendah dibandingkan
Maret 2010 yang mencapai 4,88%.
6.1. PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN
Jumlah penduduk miskin di Bali pada Maret 2011 sebesar 166,2 ribu orang atau sebesar 4,20%
dari total penduduk Bali. Tingkat kemiskinan ini lebih rendah 0,68% dibandingkan kondisi Maret 2010
yang mencapai 4,88% atau sebanyak 174,9 ribu orang (lihat Grafik 6.1). Pencapaian ini menunjukkan
program kerja pemprov melalui program utama bedah rumah dan Simantri mulai menunjukkan
keberhasilan. Namun demikian angka ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan target yang
ditetapkan oleh Pemprov Bali yaitu sebesar 3.95% atau hanya sebanyak 142,6 ribu orang. Oleh karena
itu berbagai terobosan kebijakan yang lebih efektif harus terus dilakukan untuk dapat mencapai target
penurunan tingkat kemiskinan.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa indeks keparahan kemiskinan meningkat dari 0,14
pada Maret 2010 menjadi 0,16 pada Maret 2011. Sementara indeks kedalaman kemiskinan mengalami
penurunan dari 0,05 menjadi 0,02. Kombinasi kedua indeks ini menunjukkan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin sudah mendekati garis kemiskinan dalam arti terjadi peningkatan
kesejahteraan. Namun demikian ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin lebar.
Upaya penanggulangan kemiskinan memerlukan waktu yang lebih lama untuk dapat menjangkau
wilayah masyarakat yang lebih luas.
Grafik 6.1. Penduduk Miskin Provinsi Bali 2005 – 2011 (ribu Jiwa)
Sumber : BPS
71
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Apabila ditelusuri lebih jauh, jumlah penduduk miskin di kota lebih banyak daripada di desa
yaitu 92,9 ribu orang berbanding 73,3 orang. Namun secara persentase, tingkat kemiskinan di kota
lebih rendah yaitu hanya sebesar 3,91% dibandingkan 4,20% di desa. Kebijakan peningkatan
kesejahteraan tidak hanya dilakukan pada masyarakat miskin kota saja, namun perlu mencapai
masyarakat miskin di desa yang relatif jauh dari pusat-pusat kegiatan ekonomi.
Sebagai informasi lebih lanjut, garis kemiskinan yang digunakan sebagai dasar penghitungan
penduduk miskin di Bali pada Maret 2011 mengalami peningkatan sebesar 12,02% yaitu dari Rp
208.152,00 pada Maret 2010 menjadi Rp 233.172,00. Garis kemiskinan di perkotaan mengalami
peningkatan sebesar 11,47% sementara garis kemiskinan di perdesaan meningkat 11,74%. Hal ini
menunjukkan kenaikan harga di perdesaan relatif lebih cepat.
Grafik 6.2. Penduduk Miskin Provinsi Bali Berdasarkan Wilayah 2007 – 2011
%
Sumber : BPS
Upaya penanggulangan kemiskinan di perdesaan diindikasikan lebih agresif dibandingkan di
perkotaan. Jumlah penduduk miskin di desa pada tahun 2011 relatif menurun dibandingkan di kota.
Demikian juga dengan penurunan tingkat kemiskinan perdesaan yang lebih tajam dibandingkan di
perkotaan. Peningkatan jumlah penduduk miskin di perkotaan diperkirakan sejalan dengan kuatnya arus
urbanisasi di kota. Semakin padatnya penduduk kota ditunjukkan dengan meningkatnya intensitas
kemacetan di Kota Denpasar.
6.2. PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN
Tingkat pengangguran di Bali pada Februari 2011berada pada level 2,86% atau sebanyak
65.604 orang. Jika bandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 3,06% (Agustus 2010) dan
3,57% (Februari 2010), telah terjadi penurunan tingkat pengangguran. Pemerintah daerah terus
berupaya melaksanakan program-program kerja yang bertujuan untuk penyediaan lapangan kerja baru
72
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
sehingga dapat menekan tingkat pengangguran. Program kerja yang akan dilaksanakan adalah bursa
lapangan kerja pada bulan Juli 2011 yang diikuti oleh 44 perusahan dengan jumlah lowongan lebih dari
200 lowongan pekerjaan. Selain itu, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali juga mentargetkan
penyerapan 1000 tenaga kerja oleh koperasi di seluruh Bali pada tahun 2011. Jumlah ini relatif kecil jika
dibandingkan dengan pertumbuhan koperasi saat ini yang mencapai lebih dari 4000 koperasi dengan
jumlah karyawan lebih dari 17.000 orang.
Sumber : SKDU Tw II – 2011
Ancaman peningkatan jumlah pengangguran justru ditunjukkan oleh hasil survei Bank
Indonesia. Survei yang dilakukan kepada dunia usaha untuk triwulan II – 2011 menunjukkan terjadinya
penurunan jumlah penggunaan tenaga kerja (lihat Grafik 6.2). Indeks penggunaan tenaga kerja masih
menunjukkan level di bawah nol yang menunjukkan lebih banyak usaha yang menyatakan jumlah
karyawan tetapnya mengalami penurunan. Hasil penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa
kehilangan karyawan tidak segera diantisipasi dengan perekrutan karyawan baru karena jumlah
karyawan masih mampu memenuhi kebutuhan proses produksi.
Hasil survey menunjukkan bahwa dunia usaha masih belum bekerja pada kapasitas penuh.
Penggunaan kapasitas produksi mengalami peningkatan hingga 67,77% pada Triwulan II – 2011 lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya berada pada level 56,66%. Peningkatan
penggunaan kapasitas produksi sudah terjadi sejak akhir tahun 2010. Namun demikian, pencapaian ini
masih lebih rendah dibandingkan penggunaan kapasitas produksi pada awal tahun 2010 yang
mencapai 81,30%. Penggunaan kapasitas produksi yang belum optimal menyebabkan relatif kecilnya
penyerapan tenaga kerja baru untuk menggantikan tenaga kerja sebelumnya yang mengundurkan diri
atau telah masuk masa pensiun.
73
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Boks D.
Karakteristik Pekerja Bali, Studi di Sektor Pertanian (Agribusiness)
Bali dengan karakteristik masyarakat yang terikat dengan adat istiadat yang kuat mempunyai
keunikan tersendiri termasuk kehidupan sosial ekonominya. Kondisi ini memberikan konsekuensi pada
struktur tenaga kerja yang ada di Bali. Tulisan ini akan membahas lebih lanjut mengenai presepsi tenaga
kerja di Bali terhadap pola manajemen tenaga kerja yang diinginkan dan dikomparasikan dengan
kelompok budaya lainnya yaitu Jawa Barat yang direpresentasikan oleh Bogor, Minahasa oleh Manado,
dan Bali oleh Denpasar. Pembahasan ini diadaptasi dari disertasi Mark Christopher Kelly (2008) yang
meneliti praktek manajemen sumber daya manusia dan persepso tenaga kerja di ketiga kelompok
budaya tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lebih mendalam mengenai perbedaan tipe
pengelolaan sumber daya manusia dan persepsi tenaga kerjanya pada tiga sub kelompok budaya di
Indonesia. Unit analisis yang digunakan adalah tenaga kerja dalam industri pertanian. Data dikumpulkan
melalui penyebaran kuesioner yang disertai diskusi lebih lanjut untuk memastikan tidak terjadi bias
dalam jawaban responden.
Tabel 1. Kecenderungan Tipe Kepemimpinan yang Disukai
Region Tipe Manajemen
Bogor Manado Denpasar
Exploitive Authority Frek 21 28 8
Persentase (%) 10.05 8.7 4.06
Benevolent Authoritative Frek 74 82 63
Persentase (%) 35.41 25.47 31.98
Consultative Frek 61 57 63
Persentase (%) 29.19 17.7 31.98
Paticipative Frek 53 155 63
Persentase (%) 23.36 48.14 31.98
Sumber : Kelly, 2008
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja di Bali lebih memilih consultative management
yang berciri ada proses konsultasi antara bawahan dan atasan. Sementara pekerja di Manado lebih
memilih partisipative management yang mengikutkan pekerja dalam pengambilan keputusan pimpinan
(lihat Tabel 1).
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa pekerja di Bali lebih menyukai pembayaran lebih
meningkatkan motivasi bekerja dan sesuai dengan kinerja daripada sesuai dengan senioritas. Namun
demikian pekerja di Bali tidak menginginkan gap pendapatan yang terlalu jauh antara pekerja dengan
kinerja tinggi dan rendah (lihat Tabel 2). Hal ini juga berlaku untuk pekerja dari Minahasa. Perbedaan
74
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
yang relatif tipis terdapat pada pekerja dari Jawa Barat yang memberikan poin yang lebih tinggi pada
pembayaran yang dapat memotivasi pekerja. Hasil ini menunjukkan bahwa pekerja Bali cukup
kompetitif dan berorientasi pada kinerja.
Tabel 2. Sistem Pembayaran yang Diharapkan*
Region Item
Bogor Manado Denpasar
Gaji terkait senioritas Kondisi saat ini 2.67 3.02 2.91
Kondisi diharapkan 3.54 3.90 3.75
Gaji yang dapat Kondisi saat ini
memotivasi 2.11 2.81 2.67
Kondisi diharapkan 4.06 4.17 4.13
Gaji sesuai kinerja Kondisi saat ini 2.39 2.94 2.69
Kondisi diharapkan 3.98 4.22 4.13
Kesenjangan yang
signifikan antara pekerja Kondisi saat ini
yang berkinerja baik dan
rendah 2.44 2.93 2.74
Kondisi diharapkan 3.51 3.82 3.70
*) skala 1 – 5 ( 5 adalah setuju)
Sumber : Kelly, 2008
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja di Bali menginginkan komunikasi yang lebih
informal dalam aktivitas pekerjaan. Selain itu mereka juga menginginkan manajemen yang memberikan
nasehat secara berkala dan tujuan pekerjaan yang jelas. Sementara untuk pekerja di Minahasa dan Jawa
Barat relatif tidak menginginkan komunikasi yang informal dalam dunia kerja dibandingkan pekerja di
Bali. Hal ini menunjukkan pekerja di Bali relatif lebih tidak formal yang diperkirakan sejalan dengan
karakteristik pekerja Bali yang lebih menekankan pada aspek seni dan kreatifitas.
Perbedaan persepsi pengelolaan sumber daya manusia dapat memberikan masukan bagi
pengelola usaha untuk menyesuaikan kebijakan terkait sumber daya manusia sesuai kondisi tenaga
kerjanya. Bagi pengusaha di Bali yang menggunakan tenaga kerja local dapat mengembangkan sistem
penggajian yang beriorientasi pada hasil kerja dan mengembangkan hubungan yang lebih erat dengan
bawahan dalam bentuk konsultasi maupun komunikasi yang lebih informal.
75
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Bab 7 Outlook
Meningkatnya aktivitas perekonomian diperkirakan mendorong kinerja perekonomian Bali
masih tetap tumbuh tinggi di triwulan III-2011. Meningkatnya daya beli masyarakat dan mulai
direalisasikannya proyek-proyek investasi yang dilakukan menjadi pendorong utama pertumbuhan di sisi
permintaan. Sementara itu di sisi penawaran, sektor PHR diperkirakan masih menjadi pendorong utama
dengan didorong oleh aktivitas perdagangan dan pariwisata yang terus meningkat.
Dari sisi inflasi, tekanan harga pada triwulan III-2011 diperkirakan masih relative terjaga dengan
inflasi diperkirakan berada di kisaran 5,8 ± 1% (y-o-y). Selain akibat base effect, stabilnya pasokan
diperkirakan mengakibatkan menurunnya inflasi tahunan di Bali. Namun perlu diwaspadai faktor
ekspektasi inflasi kedepan yang meningkat, seperti yang diindikasikan dari hasil survey yang dilakukan
oleh Bank Indonesia.
7.1 MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III-2011
Perekonomian Bali diperkirakan masih mampu tumbuh tinggi pada triwulan III-2011,
dengan angka pertumbuhan diperkirakan berada di kisaran 6,0% – 6,5% (y-o-y). Optimisme
meningkatnya pertumbuhan ekonomi diindikasikan oleh hasil Survey Kegiatan Dunia Usha (SKDU) yang
dillakukan oleh KBI Denpasar berupa Saldo Bersih Tertimbang (SBT) positif sebesar 21,40%, yang
menunjukkan optimisme pelaku usaha dalam memandang kegiatan usaha pada triwulan III-2011.
Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali
Grafik 7.2 Perkembangan Kegiatan Usaha
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2007 2008 2009 2010 2011
TotalPertanian, Peternakan, Kehutanan & PerikananPerdaganga, Hotel, dan RestoranJasa-jasa
SBT
Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia Denpasar Keterangan :
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000PDRB (LHS) growth (yoy) (RHS)
Miliar Rp % y-o-y
I II III IV I II III IV I II III*
2009 2010 2011
Sumber : Badan Pusat Statistika Keterangan : *) angka proyeksi
Tw I-2007 s.d Tw II-2011 adalah angka realisasi Tw III-2011 adalah angka ekspektasi
Sektor yang diperkirakan akan memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Bali di
triwulan III-2011 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor jasa. Hasil SKDU
77
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
juga menunjukkan kedua sektor tersebut mengalami perkembangan positif. Tren peningkatan
kunjungan wisman baik domestik maupun mancanegara diperkirakan mengakibatkan sektor ini terus
tumbuh tinggi dan menopang perekonomian Bali di sisi penawaran pada triwulan III-2011.Kunjungan
wisman diperkirakan akan mencapai puncaknya pada triwulan III-2011, seiring dengan masuknya
liburan tengah tahun bagi wisatawan mancanegara. Sementara itu kinerja sektor dominan lain di Bali,
yakni sektor pertanian, diperkirakan akan menurun di triwulan III-2011.
Di sisi permintaan, perekonomian Bali masih ditopang oleh konsumsi (terutama konsumsi rumah
tangga) yang secara rata-rata memberikan kontribusi hampir 60% terhadap pembentukan PDRB
Provinsi Bali di sisi permintaan. Masih kuatnya konsumsi rumah tangga mendorong tingginya
pertumbuhan dari sisi permintaan. Masih kuatnya konsumsi masyarakat selain didorong oleh periode
liburan sekolah (Juli), perayaan hari raya keagamaan seperti Galungan dan Kuningan serta Idul Fitri
diperkirakan juga meningkatkan konsumsi masyarakat. Selain konsumsi, peranan investasi juga makin
meningkat karena proyek-proyek pemerintah mulai direalisasikan. Realisasi belanja modal APBD Provinsi
Bali hingga triwulan II-2011 masih 2,65%, dan diperkirakan akan meningkat di triwulan III-2011.
Sementara itu ditengah menguatnya kurs, net ekspor diperkirakan masih tetap positif meskipun
terdapat kekhawatiran terjadi penurunan perdagangan luar negeri akibat permasalahan ekonomi di
negara mitra dagang utama (AS dan Eropa).
Hasil survey konsumen KBI Denpasar berupa rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
sepanjang triwulan II-2011 juga berada di level optimis (diatas 100), dan rata-rata tersebut meningkat
dibanding triwulan sebelumnya. Meningkatnya rata-rata indeks terutama didorong oleh optimisme
konsumen mengenai kegiatan usaha 6 bulan yang akan datang serta penghasilan yang akan datang.
7.2 INFLASI REGIONAL TRIWULAN III-2011
Grafik 7.3 Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Bali Tw III-2011
Tekanan inflasi diperkirakan akan
menurun pada triwulan III-2011, dengan
inflasi yang diperkirakan berada dalam
kisaran 5,8 ± 1% (y-o-y). Level proyeksi
tersebut sesuai dengan ekspektasi inflasi dari
hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU),
dimana 39,47% responden memiliki
ekspektasi bahwa inflasi pada triwulan III-
2011 akan berada di level 5-6%. Penurunan
inflasi terutama diakibatkan oleh base effect
inflasi, berakhirnya pengaruh kenaikan TDL
dan harga komoditas pada 2010 terhadap
inflasi.
10.76
11.57
9.43
4.3
4.05
3.775.31
5.917.12
7.71
9.289.62
8.93
5.80
4.394.37
3.64
5.59
7.66
8.10
7.93
-1
1
3
5
7
9
11
13
15
Tw 1
Tw 2
Tw 3
Tw
4Tw
1Tw
2Tw
3
Tw 4
Tw 1
Tw 2
Tw 3
Tw
4Tw
1Tw
2Tw
3
Tw 4
Tw 1
Tw 2
Tw 3
Tw 4
Tw 1
Tw 2
Tw 3
*
2006 2007 2008 2009 2010 2011
% (y-o-y)
Sumber : Badan Pusat Statistik Keterangan : *) Angka proyeksi
78
KER Provinsi Bali Triwulan II-2011
Namun demikian dari hasil Survey Konsumen justru mengindikasikan peningkatan ekspektasi
masyarakat, dimana sebagian besar responden berpendapat akan terjadi kenaikan harga baik untuk 3
maupun 6 bulan yang akan datang. Survey Pedagang Eceran juga mengindikasikan peningkatan
ekspektasi inflasi oleh pedagang baik untuk periode 3 maupun 6 bulan yang akan datang. Potensi
peningkatan tekanan inflasi juga dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas perekonomian Bali yang
utamanya didorong oleh industry pariwisata yang memasuki peak season kunjungan wisatawan
domestic (liburan sekolah pada periode Juni - Juli) maupun mancanegara (liburan tengah tahun pada
Juli – September), yang diperkirakan akan mendorong peningkatan harga barang dan jasa.
Grafik 7.4 Ekspektasi Konsumen thd Harga Barang dan
Jasa
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
100
110
120
130
140
150
160
170
180
190
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7
2009 2010 2011
Ekspektasi Harga 3 bln yad.Ekspektasi Harga 6 bln yad.Inflasi (yoy) - RHS
Indeks % yoy
Sumber : Survey Konsumen KBI Denpasar
Grafik 7.5
S b S K KBI D
Ekspektasi Harga oleh Pedagang
012345678910
0
40
80
120
160
200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7
2009 2010 2011
Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 3 bln yadIndeks Ekspektasi Harga Pedagang 6 bln yadInflasi IHK aktual (yoy) - RHS
Indeks %yoy
Namun kebijakan dibukanya kembali impor daging dari Australisa dan relatif terkendalinya
harga bumbu-bumbuan diperkirakan mampu menahan tekanan inflasi dari sisi volatile food, sehingga
inflasi masih sejalan dengan perkiraan semula walaupun harga komoditas pangan lain terutama beras
sudah mulai mengalami tren peningkatan harga akibat keterbatasan pasokan.
79