Upload
linta-isna
View
233
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
css
Citation preview
CLINICAL SCIENCE SESSION
Hepatitis
Disusun Oleh :
Murthy Mutmainah 1301-1206-0027
Better Versi Paniroi 1301-1206-0029
Metri Hilma Yunaz 1301-1207-0031
Preceptor :
Teddy Arnold Sihite, dr., SpPD
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2008
HEPATITIS VIRAL AKUT
1
PENDAHULUAN
1. Anatomi dan fisiologis hati
Hati adalah sebuah kelenjar terbesar dan kompleks dalam tubuh, berwarna merah
kecoklatan, yang mempunyai berbagai macam fungsi, termasuk perannya dalam
membantu pencernaan makanan dan metabolisme zat gizi dalam sistem pencernaan. Hati
manusia dewasa normal memiliki massa sekitar 1,4 Kg atau sekitar 2.5% dari massa
tubuh. Letaknya berada di bagian teratas rongga abdominal, disebelah kanan, dibawah
diagfragma dan menempati hampir seluruh bagian dari hypocondrium kanan dan
sebagian epigastrium abdomen. Permukaan atas berbentuk cembung dan berada dibawah
diafragma, permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transverses.
Permukaannya dilapisi pembuluh darah yang keluar masuk hati.
Organ hati terbagi menjadi dua buah lobus, yakni lobus kanan yang lebih besar
serta lobus kiri, dipisahkan oleh ligament falciform. Lobus-lobus dari hati terdiri atas
lobulus-lobulus. Sebuah lobulus terdiri atas sel-sel epitel yang disebut sel-sel hati atau
hepatosit. Disusun secara tak beraturan, bercabang, berlapis-lapis dan dihubungkan
langsung ke sebuah vena pusat. Sel-sel ini mensekresikan cairan empedu. Diantara
lapisan-lapisan sel tersebut ada ruang endothelial-lined yang disebut sinusoid-sinusoid
yang diteruskan ke aliran darah. Sinusoid-sinusoid juga sebagian terdiri atas sel-sel
fagosit dan sel-sel kupffer yang merombak sel-sel darah merah dan sel darah putih yang
telah rusak, bakteri-bakteri dan senyawa-senyawa beracun. Hati terdiri atas sinusoid-
sinusoid yang bergantung pada tipe pembuluh kapilernya.
Sel hepatosit juga berperan dalam mempertahankan homeostasis, yaitu melalui
pembentukan protein darah antara lain albumin, protein carrier, faktor koagulasi,
hormonal dan growth factor. Dan juga berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein serta dalam proses konjugasi senyawa yang bersifat lipofilik (bilirubin, anion,
cation, dan obat-obatan) sehingga dapat diekskresikan melalui bile atau urine.
Hati menerima darah dari usus dan jantung. Pembuluh darah kecil (kapiler) di
dinding usus mengalirkan darahnya ke dalam vena porta, yang akan masuk ke dalam
hati. Selanjutnya darah mengalir melalui saluran-saluran kecil di dalam hati, dimana zat
gizi yang dicerna dan berbagai zat yang berbahaya diproses. Arteri hepatika membawa
2
darah dari hati ke jantung. Darah ini membawa oksigen untuk jaringan hati, kolesterol,
dan zat lainnya. Darah dari usus dan jantung kemudian bercampur dan mengalir kembali
ke dalam jantung melalui vena hepatika.
Kelainan pada hati bisa dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama yaitu:
Kelainan yang disebabkan oleh gangguan fungsi sel-sel di dalam hati (misalnya
sirosis atau hepatitis)
Kelainan yang disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran empedu dari hati melalui
saluran empedu (misalnya batu empedu atau kanker)
Gambar 1: Penampakan Hati Manusia (dilihat dari depan)
II. Pembahasan
3
A. DEFINISI DAN ETIOLOGI HEPATITIS
Hepatitis yaitu suatu kelainan oleh virus maupun mekanisme lain yang
menyebabkan inflamasi sel-sel liver, sehingga terjadi jejas atau kerusakan. Pada sebagian
besar kasus, proses inflamasi dipicu oleh infeksi virus, namun dapat juga disebabkan oleh
suatu proses autoimun, obat-obatan, alkoholisme, bahan-bahan kimia dan toksin.
Hepatitis dibagi menjadi dua golongan, berdasarkan perjalanan penyakitnya,
yaitu: a. Akut
b. Kronis
Hepatitis viral akut dapat dibagi menjadi 5 tipe, berdasarkan etiologinya, yaitu hepatitis
A, B, C, D, E. Sedangkan manifestasi klinis yang dapat ditimbulkannya bisa berupa
asimptomatik (anikterik) ataupun simptomatik (ikterik).
Pada beberapa kasus, hepatitis akut dapat berkembang menjadi hepatitis kronik.
HEPATITIS VIRAL AKUT
Hepatitis viral akut yaitu infeksi sistemik yang terutama menyerang liver.
Hepatitis virus akut terutama disebabkan oleh virus hepatitis ( A,B,C,D,E ), dan dapat
juga disebabkan oleh virus seperti Cytomegalovirus, herpes simpleks, coxasackie,
adenovirus. Hepatitis A dan E bersifat limitting disseases , sedangkan infeksi oleh virus
hepatitis B dan C dapat bersifat kronis.
HEPATITIS VIRAL KRONIK
Hepatitis kronis ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hati
yang berlangsung terus-menerus tanpa penyembuhan dalam waktu paling sedikit 6 bulan.
Stadium akhir dari hepatitis kronik yaitu sirosis hati, bersifat ireversibel ditandai fibrosis
dan pembentukan nodulus-nodulus regeneratif, sehingga hati kehilangan arsitektur yang
normalnya.
Hepatitis viral memberikan suatu spektrum tanda-tanda klinis dan manifestasi
laboratorium yang luas. Ini dapat berkisar menurut parahnya penyakit, dari penyakit yang
tak jelas (innapparent), tanpa gejala (asimptomatik), sampai penyakit yang sangat berat
(fulminan), yang dapat menyebabkan kematian yang sangat cepat.
4
B. Virologi dan Etiologi Hepatitis Akut
Lima agen virus yang telah diketahui dapat menyebabkan hepatitis akut adalah:
1. Hepatitis A
Suatu virus RNA yang tidak berkapsul, berukuran 27 nm, tahan asam, panas, dan
eter. Termasuk picornavirus dari genus virus heparna. Virionnya memiliki empat
polipeptid kapsid (VP1 – VP4). Aktivitas virus dapat dihilangkan dengan cara
mendidihkannya selama satu menit, dengan formaldehid atau klor.
Masa inkubasi virus ini berkisar antara 15 – 45 hari (rata-rata 4 minggu).
Replikasinya terbatas pada hati, dan selama akhir masa inkubasi dan fase praikterus aktif
virus terdapat dalam hati, empedu, feses dan darah.
Pada fase akut terdapat respon atibodi berupa IgM yang menetap selama beberapa
bulan, kadang sampai 6 atau 12 bulan. Akan tetapi, selama masa konvalescen terdapat
anti HAV dari kelas IgG yang menjadi dominan. Oleh karena itu, diagnosis infeksi
hepatitis A dapat ditegakan berdasarkan ditemukannya titer anti-Hav dari kelas IgM.
2. Hepatitis B
5
Termasuk DNA virus yang diklasifikasikan ke dalam hepadna virus. Mengekspresikan
struktur protein di permukaan luar virion yang berbentuk sferis dan tubuler dengan
ukuran lebih kecil, dinyatakan sebagai antigen permukaan hepatitis B (HbsAg). HbsAg
mengelilingi inti nukleokapsid dalam berbentuk virion bulat yang mengandung HbcAg.
Melalui penambahan detergen, partikel inti dapat melepaskan suatu antigen yang terlarut,
disebut HbeAg.
Gambar4.Perrjalanan akut hepatitis tipe B (harrison 16th edition)
Gambar5. Perjalanan kronik hepatitis B Sumber : Harrison. Textbook of Internal
Medicine
Setelah terinveksi virus hepatitis B (HBV), masa inkubasi berkisar antara 30-180 hari
(rata-rata 60-90 hari), muncul HbsAg dalam serum, sebagai penanda virologik pertama
yang terdeteksi, kemudian setelah HbsAg hilang muncul Anti-HBs terdeteksi dalam
serum, sampai waktu yang tidak terbatas. Karena HbcAg tersembunyi dalam mantel
6
HbsAg, HbcAg tidak terdeteksi secara rutin dalam serum pasien yang terinfeksi. Di lain
pihak, antibodi terhadap HbcAg (Anti HBc) dengan cepat terdeteksi dalam serum,
dimulai 1-2 minggu sejak munculnya HbsAg, dan mendahului terdeteksinya kadar Anti
HBs. Terdapat rentang waktu antara hilangnya HbsAg dengan timbulnya Anti HBs.
Tenggang waktu ini disebut window period . Selama window period bukti infeksi HBV
ditandai dengan adanya Anti HBc.
HbeAg timbul segera setelah munculnya HbsAg dalam serum. Penampakannya
sementara bertepatan dengan tingkat replikasi virus yang tinggi dan menyatakan adanya
virion yang utuh dalam sirkulasi tubuh. HbeAg hilang sebelum hilangnya HbsAg, yang
kemudian muncul anti Hbe yang menandakan suatu periode infektivitas yang rendah.
Apabila HbsAg masih tinggi dalam periode waktu lebih dari 6 bulan tanpa adanya anti
Hbs dalam serum atau kadarnya rendah sekali, disertai dengan Anti Hbc dari kelas IgG
menandakan terjadinya infeksi kronuik HBV.
3. Hepatitis D
Merupakan RNA virus yang infeksinya memerlukan bantuan atau bersamaan
dengan HBV. Jadi HDV dapat menginfeksi manusia secara simultan dengan HBV
(koinfeksi) atau memperberat pasien yang telah terinfeksi HBV (superinfeksi). Selama
infeksi HDV akut, anti HDV dari kelas IgM dominan, dan berlangsung selama 30-40 hari
setelah timbulnya gejala. Pada infeksi HDV kronik, titer anti HDV tinggi dalam darah,
baik IgM ataupun IgG.
4. Hepatitis C
HCV diklasifikasikan ke dalam virus RNA Flavivirus. Infeksi virus lebih sering
menyebabkan terjadinya infeksi hepatitis kronis. Masa inkubasi berkisar antara 15 – 160
hari (rata-rata 50 hari). Indikator yang sensitif pada pajanan infeksi virus ini adalah
dengan ditemukannya RNA HCV, sedangkan Anti HCV belum cukup untuk mendeteksi
semua orang yang terinfeksi HCV.
5. Hepatitis E
7
Virus hepatitis E (HEV) adalah virus seperti HAV yang tidak bermantel dsengan
genom RNA tunggal. Diklasifikasikan ke dalam alfavirus yang memiliki masa inkubasi
14-60 hari (rata-rata 40 hari). Pada infeksi akut dapat dideteksi aedanya IgM antiHEV
dan IgG antiHEV, namun keduanya segera turun kadarnya setelah fase akut, mrncapai
kadar terendah dalam 9 sampai 12 bulan.
II. Patogenesis
Virus-virus hepatitis secara primer tidak bersifat sitopatik ( merusak) pada sel-sel
hepar. Gejala klinis yang disebabkan oleh infeksi virus ini disebabkan oleh respons imun
penderita terhadap infeksi tersebut.
Pada infeksi virus hepatitis B, partikel virus ini secara utuh masuk ke dalam
tubuh. DNA, genom virus kemudian diangkut ke dalam inti sel hati, dimana akan terjadi
transkripsi genom virus B dan terjadi replikasi dari DNA virus B dalam inti sel hati. Sel
hati yang terkena infeksi akan membuat partikel virus B. Partikel ini dibuat dalam inti sel
hati sedangkan HbsAg dibuat dalam sitoplasma hati. Kedua bagian tersebut akan
bergabung dan membentuk partikel virus B utuh.
Pembentukan HbsAg lebih banyak dibandingkan dengan pembentukan partikel
inti sehingga banyak terdapat partikel virus B lengkap (partikel Dane) yang diproduksi,
sedang pada fase nonreplikatif produksi partikel virus B utuh hanya sedikit, sehingga
hanya didapatkan partikel HbsAg yang cukup berimbang.
Bila tidak terjadi respon imun maka tidak terjadi kelainan sel hati, tetapi sintesis
partikel virus B tetap berlangsung dan infeksi menjadi persisten. Hal inilah yang terjadi
pada pengidap HbsAg yang sehat.
Sedangkan hepatitis virus akut timbul sebagai akibat respon imun yang normal,
sehingga terjadi peradangan sel hati dan sintesis partikel virus B dapat ditekan. Bila
respon ini berlebihan, maka terjadi hepatitis fulminan dan bila respon ini tidak sempurna
maka terjadi peradangan hati tetapi sintesis partikel virus B tidak dapat ditekan secara
efektif sehingga terjadi hepatitis kronik disertai virus B yang persisten.
III. Perjalanan Penyakit
1. Masa tunas (inkubasi)
8
Masa tunas masing-masing penyebab hepatitis akut berbeda. Sering saat
terserangnya infeksi virus tidak diketahui dengan pasti, sehingga masa tunas
hanya perkiraan saja.
2. fase pre-ikterik
keluhan yang timbul umumnya tidak khas, berlangsung sekitar 2-7 hari. Ditandai
dengan gejala seperti:
demam tidak terlalu tinggi
gejala malaise (flu like syndrome)
Anoreksia, mual, dan muntah
nyeri perut bagian kanan atas
3. fase ikterik
gejala timbul sangat khas, berlangsung kurang lebih 1-8 minggu, dengan gejala-
gejala seperti:
mata kuning
buang air kecil seperti air teh pekat
dapat timbul gatal-gatal (pruritus)
gejala-gejala prodromal berkurang atau menghilang
4. fase konvalesens (fase penyembuhan)
ditandai dengan:
ikterus berkurang atau menghilang
nafsu makan baik
segar kembali
Hepar mengecil kembali
IV. Manifestasi Klinis
Pada umumnya hepatitis tipe A, B, dan tipe C mempunyai perjalanan klinis yang
sama. Gejala prodormal dari hepatitis virus akut bersifat sistemik dan cukup bervariasi.
Gejala konstitusional dapat berupa:
Anoreksia
9
Mual dan muntah
Kelelahan
Malaise
Atralgia dan mialgia
Sakit kepala
Fotofobia
Faringitis
Flu like syndrome
Demam derajat rendah lebih sering ditemukan pada infeksi HaAV dan HEV.
Urin yang berwarna hitm (teh pekat)
Feses yang berwarna dempul
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemuka gambaran;
Ikterik terutama pada sklera dan bagian tubuh lain
Hepatomegali disertai nyeri tekan, mungkin terdapat di kuadran kanan atas
disertai perasaan yang tidak nyaman
Hepar yang memebesar teraba lunak dengan pinggiran yang tajam
Splenomegali dan adenopati servikal dapat dijumpai
Jarang ditemukan spider angioma
Mungkin dapat timbul bradikardi
V. Gambaran laboratorium
a. hematologis:
Peningkatan aminotransferase serum AST dan ALT (SGOT, SGPT) selama fase
prodormal dari hepatitis virus akut mendahului peningkatan bilirubin
Peningkatan bilirubin baik yang terkonjugasi ataupun yang tidak terkonjuugasi,
jika kadar serum bilirubin >2,5 mg/dL dapat bermanifestasi ikterus
Neutropenia, leukopenia dapat ditemukan pada fase preikterik. Dapat disertai
limfositosis relatif
Limfosit atipis dapat ditemukan pada fase akut
Waktu protrombin dapat memanjang pada gangguan fungsi liver
Hipoglikemia
10
Fosfatase alkali serum dapat normal atau meningkat sedikit
Penurunan albumin bila terdapat komplikasi
b. Urin dan Tinja:
Bilirubin muncul dalam urin sebelum timbul ikterus, kemudian menghilang
walaupun kadar dalam darah masih tinggi. Urobilinogenuria dapat ditemukan pada fase
akhir preikterus, pada puncak ikterus sangat sedeikit bilirubin sampai di usus, dengan
demikian urobilinogen menghilang, munculnya kembali urobilinogen dalam urin
menandakan mulainya penyembuhan. Permulaan munculnya ikterus menyebabkan tinja
menjadi pucat. Munculnya kembali warna tinja menandakan dalam fase penyembuhan.
Tes serologik pada pasien hepatitis akut:
HbsAg IgMAnti HAV
IgMAnti HBc Anti
HCV
Interpretasi diagnostik
+ + + + -- --
--
--
----
+ + + +
--
--
+ -- -- + -- +
+
--
-- -- -- -- -- --
--
+
Hepatitis B akutHepatitis B kronikHepatitis A akut + hepatitis B kronikHepatitis A dan B akutHepatitis A akutHepatitis A dan B akut (HbsAg di bawah ambang deteksi)Hepatitis B akut (HbsAg di bawah ambang deteksi)Hepatitis C akut
Biopsi Hati dengan Jarum:
Biopsi hati jarang diperlukan pada stadium akut, pada orang dewasa tua kadang
diperlukan untuk membedakan hepatitis dan kolestasis ekstra hepatik atau kolestasis intra
hepatik jenis lain dan dari ikterus karena obat. Biopsi hati dapat digunakan untuk
mendiagnosa adanya komplikasi kronik beserta tipenya. Jangan sekali-sekali melakukan
biopsi kurang dari enam bulan setelah episode akut, sebab sukar membedakan gambaran
penyembuhan normal dan hepatitis kronik.
11
VI. Diagnosis Banding
Pada stadium pre ikterik, hepatitis dapat dikacaukan dengan penyakit infeksi akut
lain, dengan penyakit abdomen akut yang perlu pembedahan, terutama apendisitis akut,
dan dengan gastroenteritis akut. Hal yang paling membantu adalah cairan empedu dalam
urin, pembesaran hati yang nyeri dan kenaikan transaminase serum. Pemeriksaan serologi
petanda viral sangat diperlukan.
Pada stadium ikterik, perbedaan perlu dibuat dengan kolestasis yang perlu
pembedahan. Diagnosis hepatitis viral akut dibedakan dari ikterus karena obat-obatan
dari riwayat penyakitnya.
Biopsi hati melalui jarum mungkin diperlukan pada kasus problematik. Usaha
untuk diagnosis melalui pembedahan tidak diperlukan. Pada stadium pasca ikterik untuk
membedakan diagnosis komplikasi organik dari yang non organik, memerlukan
pemeriksaan rutin untuk diagnosis hepatitis kronik, termasuk biopsi hati.
VII. Pengelolaan
Tujuan Terapi
Tujuan terapi pada pasien Hepatitis B adalah mengurangi penyebaran virus dalam darah,
dan membatasi kerusakan hepar. Pada pasien dengan HbeAg positif merupakan indikasi
utama untuk dilakukan terapi, karena mereka mempunyai risiko lebih tinggi menjadi
hepatitis kronik aktif, Cirrhosis, dan hepatocellular carcinoma.
Pencegahan:
Penyuluhan mengenai perlunya deteksi dini dan cara penularan infeksi sangat
diperlukan, umpamanya kontaminasi makanan dan minuman, penjalaran penyakit melalui
hubungan seksual atau melalui donor darah.
Efektivitas pemberian vaksin dalam mencegah infeksi HBV adalah 90-95%,
menetap sampai dengan 12 tahun.
12
Pengobatan serangan akut:
Pengobatan hanya memberikan efek sedikit pada perjalanan penyakit. Pada
permulaan penyakit, hal ini sukar dikatakan dan ada baiknya mengobati semua serangan
sebagai suatu yang kemungkinan fatal dan mendesak, dengan istirahat mutlak di tempat
tidur. Secara tradisional ini berlaku hingga pasien bebas dari ikterus. Suatu cara
pengobatan yang tidak terlalu ketat dimungkinkan pada pasien yang masih muda dan
sehat sebelumnya.
Fase konvalesens ditandai sampai pasien bebas gejala, hari tidak lagi nyeri dan
bilirubin dalam serum kurang dari 1,5 mg/dL. Diet rendah lemak, tinggi karbohidrat yang
ternyata cocok untuk pasien yang anoreksia. Kalau nafsu makan sudah kembali, diet
tinggi protein dapat mempercepat penyembuhan. Protein yang terlalu banyak merugikan
untuk pasien sakit keras yang menghadapi koma hepatik.
Medikamentosa
Fitofarmaka, obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Berdasarkan hasil uji coba
Departemen Kesehatan Kurkuma kompleks yang mengandung 20 mg kurkuminoid
efektif terhadap hepatitis akut dan kronik, karena bersifat antihepatotoksik, antioksidatif,
anti inflamasi, melindungi sel kupfer dan meningkatkan kapasitas sintesa sel hati.
Obat kortikosteroid tidak mengubah derajat nekrosis sel hati, tidak mempercepat
penyembuhan, ataupun mempertinggi imunisasi hepatitis viral. Hepatitis condong kepada
penyembuhan spontan dan tak ada faedah menggunakan steroid, kecuali untuk hepatitis
A kolestatik.
Penatalaksanaan pada pasien yang terinfeksi HBV:
1. interferon dosis 5-10 juta unit, secara sub cutan, dosis 3 kali dalam satu minggu,
selama minimal 3 bulan. Pada 30 % pasien yang mendapat terapi interferon,
memiliki response yang baik, antara lain Hbe Ag hilang, terbentuknya antibodi
anti Hbe, dan penurunan kadar serum alanine aminotransferase
2. Anti virus
A. Lamivudine
13
bekerja menghambat replikasi Genome HBV. Lamivudine tidak
bersifat sebagai imunomodulator , tetapi berperan dalam mendukung daya
tahan tubuh penderita.
B. Analog nucleotida lainnya (Adefovir)
Merupakan prodrug yang bekerja pada fase phosphorilasi intracellular
sehingga menjadi active drug , yang berperan dalam menginhibisi
polymerase virus.
Pemantauan lanjutan:
Pasien perlu diperiksa 3-4 minggu setelah pulang dari rumah sakit, dan jika perlu,
kontrol setiap bulan selama tiga bulan berturut-turut. Perhatian khusus perlu diberikan
pada kekambuhan ikterus dan pada ukuran hati dan limfa. Pemeriksaan yang perlu
dikerjakan adalah bilirubin, transaminase, dan petanda hepatitis B jika belum positif.
Alkohol sebaiknya dihindari selama 6 bulan sebab dapat menyebabkan kekambuhan.
VIII. Komplikasi dan Gejala Sisa
1. Relaps hepatitis
Relaps lebih sering pada penderita HAV akut setelah beberapa minggu
atau beberapa bulan pasca sembuh. Ditandai dengan timbulnya kembali gejala
penyakit, peningkatan aminotransferase, kadang ikterus, dan ekskresi HAV dalam
feses.
2. hepatitis kolestasis
Pada hepatitis akut oleh virus tipe A. Ditandai dengan ikterus kolestasis
dan pruritus yang berkepanjangan.
3. Hepatitis fulminan
Keadaan ini terutama dijumpai pada hepatitis B, hepatitis D, dan hepatitis E. Dan
jarang sekali pada hepatitis A. Penyakit ini dapat mematikan dalam kurun waktu
10 hari, dapat berkembang demikian cepatnya sehingga ikterus tidak mencolok
dan penyakit dapat dikacaukan dengan suatu psikosis akut atau suatu
meningoencephalitis. Di lain pihak, setelah mengalami suatu seranganakut yang
khas, pasien akan menjadi sangat kuning, gejala-gejala yang membahayakan
14
adalah muntah yang berulang, fetor hepatik, kebingungan dan rasa mengantuk,
flapping tremor, yang kemudian timbul kekakuan, kemudian pasien secara cepat
timbul ke dalam stadium koma, dan pasien jatuh ke dalam kegagalan hati akut,
temperatur tubuh menuingkat, ikterus bertambah, hati mengecil, serta dapat
timbul perdarahan yang luas.
Terdapat leukositosis, ini justru sebaliknya dari leukopenia yang biasa
didapatkan pada hepatitis viral akut. Perubahan biokimiawi menunjukan
gambaran kegagalan hati akut, tingginya bilirubin dan transaminase serum
merupakan petunjuk yang kurang baik sebagai prognosis, kadar transaminase
dalam serum akan menurun kalau keadaan pasien bertambah buruk, koagulasi
darah akan sangat terganggu dan protrombin merupakan indikator terbaik untuk
prognosis. Frekuensi perjalanan penyakit tergantung dari jenis pasien, dan
prevalensi pembawa.
4. Ensefalopati
Hati pasien biasanya mengecil dan waktu protrombin dapat sangat
memanjang. Kombinasi dari keadaan tersebut dengan peningkatan kadar bilirubin
yang cepat, bersama dengan tanda klinis konvulsi, disorientasi, somnolen, asiotes
dan edema, menunjukan bahwa pasien-pasien tersebut mengalami ensefalopati.
Edema otak lazim ditemukan, kompresi batang otak, perdarahan saluran makanan,
sepsis, gagal pernafasan, kolaps kardiovaskuler dan gagal ginjal merupakan
peristiwa terminal.
5. Hepatitiis kronik aktif
Merupakan komplikasi major yang sangat lambat dari hepatitis B akut .
Gambaran klinis dan laboratorium dapat memperlihatkan:
Gejala konstitusi yang menetap dan hepatomegali
Terjadi bridge necrosis pada hepar dari hasil biopsi selama hepatitis virus
akut yang lama dan berat
Tetap tingginya kadar aminotransferase, bilirubin, dan globulin serum
selama 6-12 bulan setelah perjalanan yang akut
Tetap adanya HbsAg dan HbeAg selama 6 bulan atau lebih setelah
hepatitis akut.
15
HAV dan HEV tidak menimbulkan hepatitis kronik.
6. Superinfeksi
Terjadi pada infeksi virus hepatitis B yang disertai virus hepatitis D,
menyebabkan manifestasi klinis yang lebih berat.
7. komplikasi lain berupa: pankreatitis, miokarditis, pneumonia atipik, anemia
aplastik, mielitis transversa, dan neuropati perifer.
IX. Prognosis
Pada infeksi hepatitis akut tipe A dapat sembuh sempurna tanpa gejala sisa.
Pasien usia tua cenderung mengalami perjalanan klinis yang berlarut-larut dan lebih
berat. Gambaran dini adanya asites, edema perifer, dan gejala enselofati hati memberi
kesan prognosis yang lebih buruk. Selain itu, waktu protrombin yang memanjang, kadar
albumin yang rendah, hipoglikemia, dan nilai bilirubin yang tinggi mengesankan
penyakit hepatoseluler yang sangat berat.
X. Kesimpulan
HAV HBV HCV HDV HEV
Masa
inkubasi
14-45
hari (30)
30-180 (rata-
rata 60-90)
15-160
(rata-rata
50 hari)
30-180,
rata – rata
60-90 hari
14-60,
rata-rata
40 hari
Umur Anak dan
dewasa
Dewasa Semua
umur
Semua
umur
Dewasa
(20-40)
16
Onset akut Akut dan
kronis
kronuis Akut atau
kronis
akut
Transmisi Fekal
oral
Perkutan
Perinatal
seksual
Perkutan
perinatal
seksual
Perkutan
Perinatal
seksual
Fekal oral
Klinis:
Severity
Fulminan
Kronis
Karier
Kanker
Prognosis
Ringan
0,1%
------
--
--
baik
Umumnya
parah
0,1-1%
Jarang(1-10%)
0,1-30%
+
Semakin buruk
dengan
bertambahnya
usia
Sedang
0,1%
Sering(50-
70%)
+
Sedang
sedang
Jarang
menjadi
parah
5-20%
Sering
Variabel
+/-
Akut: baik
Kronis:
buruk
Ringan
1-2%
-------
--
--
Baik
Profilaksis Ig Vaksin HbIg vaksin
rekombinan
-- Vaksin
HbV
Tdk diket
Terapi
-- Interferon
lamivudin
Interferon
+ ribavirin
interferon ---
DAFTAR PUSTAKA
Dienstag, J.L., Isselbacher K.J., Acute Viral Hepatitis. Harrison’s Principles
of Clinical Medicine 16th edition. Volume II. 2001. McGrawHill Co.
Rahardja, H. Hepatitis Viral Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
Ketiga volume I. 2004. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
17
Hadi, Sujono. Hepatitis Virus Akut. Gastroenterologi Edisi ketujuh. 2002.
Bandung: Penerbit P.T Alumni.
Jawetz at al. Virus Hepatitis. Mikrobiologi Kedokteran. 1995. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lee. William. Hepatitis B virus infection.1998. New England of Journal
Medicine, download on January 22, 2008
Don Ganem, M.D., and Alfred M. Prince, M.D. Hepatitis B Virus Infection —
Natural History and Clinical Consequences. 2004. New England of Journal
Medicine, download on January 22, 2008
18