13
111 STRATEGI DASAR PENGUASAAN AKSARA LONTARA SECARA EFEKTIF BERDASARKAN METODE SULO (The Basic Strategy of Mastering Lontara Text Effectively Based on Sulo Method) Muhlis Hadrawi Departemen Sastra Bugis, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Pos-el: [email protected] (Diterima tanggal 16 Oktober 2017, Diterima tanggal 4 Desember 2017) Abstract This article presents a model of learning called the Sulo Method which is designed as an effective learning material to read Bugis texts.This article aims to present: 1) a quick lontara control strategy especially for beginner and non Bugis learners; 2) the flow or learning process of reading lontara based on the concept of star from zero; 3) model of enrichment through the perception of sound-form in the mastery of the script. Critical reading technique is applied to find the word sound by aligning the meaning of word in each sentences. The method of Sulo becomes instructional in reading lontara text quickly and effectively for non Buginese students. The enrichment result practiced in SMP Mangkoso shows the value obtained by the students increases when it is compare with the value they get from the first cycle. In the first cycle some students get zero value, but in the third cycle after getting enrichment in the second cycle, the score of students has a significant increasing between 70–100. The achievement indicator is concluded that the sulo method becomes the learning model of reading the lontara text effectively with the enrichment period of less than 5 hours. Keywords: sulo method, read, bugis, lontara text Abstrak Artikel ini menyajikan sebuah model pembelajaran yang disebut Metode Sulo yang didesain sebagai bahan pembelajaran efektif membaca teks Bugis. Artikel ini bertujuan untuk menyajikan: 1) strategi penguasaan aksara lontara secara cepat, terutama bagi pelajar pemula dan nonpenutur bahasa Bugis; 2) alur atau proses pembelajaran membaca lontara yang bertolak dari konsep star from zero; 3) model pengayaan penguasaan melalui persepsi bentuk-bunyi dalam penguasaan aksara. Teknik membaca kritis diterapkan untuk menemukan bunyi kata dengan menyelaraskan arti dan makna setiap kata kalimat per kalimat. Metode Sulo menjadi instruksional membaca teks lontara secara cepat dan efektif bagi murid nonpenutur Bugis. Hasil pengayaan yang dipraktikkan di sekolah SMP Mangkoso menunjukkan nilai yang diperoleh siswa meningkat apabila dibandingkan dengan nilai yang mereka peroleh pada siklus pertama. Pada siklus pertama beberapa siswa memperoleh nilai 0, namun pada siklus ketiga setelah mendapatkan pengayaan di siklus kedua, skor siswa tersebut mengalami peningkatan signifikan, yakni antara 70-100. Berdasarkan indikator capaian tersebut disimpulkan bahwa Metode Sulo menjadi model pembelajaran membaca teks lontara yang efektif dengan masa pengayaan kurang dari 5 jam. Kata kunci: metode sulo, membaca, bugis, aksara lontara SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (111—123)

(D iterima tanggal 16 Oktober 2017, Diterima tanggal 4

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

111

STRATEGI DASAR PENGUASAAN AKSARA LONTARASECARA EFEKTIF BERDASARKAN METODE SULO

(The Basic Strategy of Mastering Lontara TextEffectively Based on Sulo Method)

Muhlis HadrawiDepartemen Sastra Bugis, Fakultas Ilmu Budaya

Universitas HasanuddinPos-el: [email protected]

(Diterima tanggal 16 Oktober 2017, Diterima tanggal 4 Desember 2017)

AbstractThis article presents a model of learning called the Sulo Method which is designed as aneffective learning material to read Bugis texts.This article aims to present: 1) a quick lontaracontrol strategy especially for beginner and non Bugis learners; 2) the flow or learning processof reading lontara based on the concept of star from zero; 3) model of enrichment through theperception of sound-form in the mastery of the script. Critical reading technique is applied tofind the word sound by aligning the meaning of word in each sentences. The method of Sulobecomes instructional in reading lontara text quickly and effectively for non Buginese students.The enrichment result practiced in SMP Mangkoso shows the value obtained by the studentsincreases when it is compare with the value they get from the first cycle. In the first cyclesome students get zero value, but in the third cycle after getting enrichment in the secondcycle, the score of students has a significant increasing between 70–100. The achievementindicator is concluded that the sulo method becomes the learning model of reading the lontaratext effectively with the enrichment period of less than 5 hours.Keywords: sulo method, read, bugis, lontara text

AbstrakArtikel ini menyajikan sebuah model pembelajaran yang disebut Metode Sulo yang didesain sebagaibahan pembelajaran efektif membaca teks Bugis. Artikel ini bertujuan untuk menyajikan: 1) strategipenguasaan aksara lontara secara cepat, terutama bagi pelajar pemula dan nonpenutur bahasa Bugis;2) alur atau proses pembelajaran membaca lontara yang bertolak dari konsep star from zero; 3)model pengayaan penguasaan melalui persepsi bentuk-bunyi dalam penguasaan aksara. Teknikmembaca kritis diterapkan untuk menemukan bunyi kata dengan menyelaraskan arti dan maknasetiap kata kalimat per kalimat. Metode Sulo menjadi instruksional membaca teks lontara secaracepat dan efektif bagi murid nonpenutur Bugis. Hasil pengayaan yang dipraktikkan di sekolah SMPMangkoso menunjukkan nilai yang diperoleh siswa meningkat apabila dibandingkan dengan nilaiyang mereka peroleh pada siklus pertama. Pada siklus pertama beberapa siswa memperoleh nilai 0,namun pada siklus ketiga setelah mendapatkan pengayaan di siklus kedua, skor siswa tersebutmengalami peningkatan signifikan, yakni antara 70-100. Berdasarkan indikator capaian tersebutdisimpulkan bahwa Metode Sulo menjadi model pembelajaran membaca teks lontara yang efektifdengan masa pengayaan kurang dari 5 jam.Kata kunci: metode sulo, membaca, bugis, aksara lontara

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (111—123)

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM111

112

1. PendahuluanTerjadinya pelemahan kedudukan bahasa

Bugis di dalam masyarakat tuturnya juga serta-merta memunculkan permasalahanpembelajaran bahasa tersebut di sekolah-sekolah. Permasalahan mendasar yang dialamioleh murid adalah pembelajaran membaca teksberaksara lontara. Hal itu umumnya disebabkanoleh sistem fonetik aksara lontara yang sangatrumit. Di samping itu, fenomena lemahnyapembelajaran bahasa Bugis di sekolah-sekolahdisebabkan lemahnya penguasaan kosakatabahasa Bugis oleh para murid. Itulah sebabnya,sejak memasuki abad XXI pembelajaranmembaca lontara menjadi mata pelajaran yangpaling bermasalah dan paling rumit bagi muridpemula atau nonpenutur Bugis sebagai bahasaibu mereka.

Fakta di dalam kelas menunjukkan bahwameskipun seorang murid sudah mampuberbicara bahasa Bugis, mereka belum tentudapat membaca teks lontara dengan baik. Halitu karena sistem aksara Bugis memiliki polabunyi yang unik dan menjadi rumit bagipembelajar, khususnya pembelajar pemula ataupembelajar yang tidak mampu berbahasaBugis. Permasalahan ini kemudian memerlukanstrategi yang dianggap efektif untukpembelajaran membaca dengan melahirkanmodel pembelajaran bahasa Bugis secarapraktis yang secara langsung dapat memberikanpengayaan kepada murid dalam menguasaidasar-dasar membaca lontara.

Metode Sulo adalah sebuah modelpembelajaran dasar-dasar membaca yangdirancang sejak tahun 1995 dengan konsepbelajar bemula dari nol (zero). Sasaranutamanya adalah pembelajar yang bahasaibunya bukan bahasa Bugis. Metode inikemudian diberi nama dengan metode Sulosebagai singkatan dari kata Sulawesi Lontara.Kandungan metode Sulo memuat panduansecara teknis dasar-dasar penguasaan aksaralontara serta mengatasi permasalahanpembelajaran membaca teks-teks Bugis. Sejakperancangan metode Sulo pada tahun 1995,dalam perkembangannya kemudian metode ini

menjadi panduan strategi membaca bagipembelajar pemula, baik murid di sekolah-sekolah, orang asing, serta masyarakat luas.Hanya saja, rancangan pembelajaran dalamwujudnya yang utuh barulah tersusun pada tahun2016. Materi metode ini diramu daripengalaman mengajar sejak tahun 1995 yangditerapkan kepada orang asing yang belajarbahasa Bugis. Pada tahun 2009 hingga 2017metode ini terus-menerus di-update denganmenguji cobakannya pada sekolah-sekolahdasar dan menengah pertama, sekaligusmelakukan pembenahan pada bagian-bagiantertentu. Bahkan, metode ini telah diterapkanpula di dalam kelas-kelas membaca padamahasiswa di Departemen Sastra Bugis danArkeologi, Fakultas Ilmu Budaya UniversitasHasanuddin.

Hingga tahun 2017 ini metode Sulokemudian mengalami penyempurnaan materiuntuk ketiga kalinya melalui programPengabdian Masyarakat dari LPPMUniversitas Hasanuddin tahun 2016 dan 2017.Draf awal yang telah dirancang kemudian diujicobakan pada siswa SMP Pesantren Putri DDIMangkoso 2016 dan SMP Pesantren PutraMangkoso 2017. Kedua uji coba inimenerapkan metode pembelajaran yang telahdiperbarui dan ditata secara terstruktur dari leveldasar hingga tingkat kemahiran membaca tekslontara. Aplikasi metode ini konsisten padapengambilan sampel 30 siswa-siswi SMPsebagai peserta pembelajar. Kegiatanpembelajaran yang dilakukan menunjukkankemajuan yang signifikan. Hasil pengukuranyang dilakukan menunjukkan bahwa persentasekemajuan membaca lontara bagi siswamengalami peningkatan signifikan dengan rata-rata 70 persen dalam masa pengayaan 4 jam.

Tingkat pencapaian dengan persentaserata-rata 70 persen itu menunjukkan bahwametode ini mampu mendongkrak kognisi siswadalam hal penguasaaan aksara danmenerapkannya dalam pembacaan teks.Metode Sulo ini yang kemudian memilikikepatutan dari segi metodologi dapatdihadirkan untuk menjadi acuan bagi guru dalam

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (111—123)

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM112

113

pembelajaran membaca, terutama bagi muriddalam kategori pemula. Konsep pembelajaranini bertolak dari asumsi bahwa seluruh muridyang menjadi peserta pembelajar memilikikemampuan yang sama, yakni belajar dari nol(star from zero) sesuai tingkat taksonomiBloom yang terdasar, yaitu C1. Prosespembelajaran Metode Sulo pada dasarnyamencakup tiga ranah kompetensi, yaitu kaidahbentuk dan bunyi aksara, sistem penulisanaksara, serta penguasaan kata dan kalimat.

Membaca merupakan aktivitas yangkompleks dan perlu dibarengi denganpengetahuan sejumlah besar tindakan yangterpisah-pisah. Demikian Brown (2008)mengatakan sekaligus mengaitkannya denganprinsip membaca. Oleh karena itu, dalamkonteks membaca teks lontara dapatlahdirumuskan bahwa sebaiknya murid lebih awalmemiliki pengetahun dan pengalaman berbahasaBugis sebelum ia memasuki pembelajaranmembaca lontara. Oleh sebab itu, secarakognitif kegiatan pembelajaran membacalontara seharusnya pula terhubungkan denganaktivitas berbahasa lainnya, terutamaketerampilan menulis dan berbicara.

Dari ulasan Metode Sulo di atas, terdapatpermasalahan penting, yaitu bagaimana modelpemecahan terhadap kerumitan sistem aksaraBugis dalam pembacaan secara tepat danakurat? Bagaimana pula model pembelajaranMetode Sulo serta subtansinya yang harusdisajikan kepada pembelajar? Serta, bagaimanapula efektifitas Metode Sulo dalam pencapaianhasil belajar murid di bidang kompetensimembaca lontara?

Tiga pertanyaan di atas akan diulasjawabannya dalam analisis artikel ini. Namun,sebelum memasuki perbicangan tulisan ini,terlebih dahulu akan dideskripsikan perihalidentitas aksara lontara, kerumitannya sertastrategi pemecahannya dalam pembacaan teks-teks lontara.

Artikel ini merupakan hasil dari penerapanpenelitian tindakan kelas (PTK) dengan bentukkajian yang bersifat reflektif. Penelitian ini telahdilakukan dalam tiga siklus, yaitu: 1) siklus

pertama melakukan tes awal; 2) siklus keduapengayaan materi; dan 3) siklus ketigamelakukan tes akhir. Masing-masing siklus telahdipersiapkan perangkatnya, terutama padasiklus kedua disajikan materi dan strateginya.Siklus kedua diterapkan PTK sebagai prosespengayaan kognitif murid untuk meningkatkankemampuan membaca melalui penguatanrefleksi bentuk dan bunyi aksara secara bolak-balik. Sementara itu, siklus pertama dan keduadilakukan untuk mengukur kemampuan awaldan mengukur tingkat keberhasilan pengayaanyang dilakukan pada siklus kedua.

Penelitian terhadap penerapan MetodeSulo ini dilakukan di SMP Pesantren Putri DDIMangkoso pada siswa kelas 7 dengan jumlah30 orang yang semuanya berjenis kelaminperempuan. Penelitian ini berlangsung selama2 hari pada bulan Agustus 2016. Penelitian inimenerapkan tiga siklus: siklus 1 ialah melakukantes awal kepada seluruh peserta, bertujuanmengidentifikasi kemampuan dasar setiapindividu siswa. Siklus ini mencakup beberapakegiatan, yaitu: 1) persiapan, membuatinstrument dan strategi pelaksanaan tes denganmemperoleh gambaran awal siswa, prestasibelajar, dan sikap siswa terhadap bahasa daerah(Bugis); 2) tindakan dengan melaksanakan teksberdasarkan model test awal berdasarkanformat Metode Sulo; 3) pada akhirnyadilakukan penilaian hasil tes melalui pengujiandengan perangkat tes yang telah disusunsedemikian rupa.

Siklus 2, adalah melakukan pengayaanmateri pembelajaran di dalam kelas. Pada siklusini dilakukan dua tahap, yaitu: 1) membagi siswake dalam beberapa kelompok berdasarkankemampuan dasar mereka; 2) tindakan denganmelakukan pengayaan dengan menerapkanpembelajaran Metode Sulo denganmenempatkan siswa pada ruangan yangberbeda-beda sesuai kelompok masing-masing. Pembelajaran yang diterapkan itudilakukan dengan secara bertingkat denganmenyesuaikan kemampuan individuberdasarkan kelompoknya. Bagi kelompokpaling dasar diterapkan materi yang bermula

Muhlis Hadrawi: Strategi Dasar Penguasaan Aksara Lontara Secara Efektif Berdasarkan Metode Sulo

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM113

114

dari aksara hingga wacana; sementarakelompok menengah diterapkan materi kata;sedangkan kelompok mahir, langsungditerapkan materi kalimat dan wacana.Pelaksanaan pengayaan dilakukan denganmenerapkan bahan pembelajaran sesuai denganRPP, menerapkan model latihan persepsibentuk-bunyi, hingga melakukan refleksisebagai penutup siklus 2 dan menjadi prakondisi bagi murid untuk kemudian memasukisiklus 3.

Siklus 3, adalah melakukan kegiatandengan membawa siswa kembali ke dalamruangan untuk diberikan tes akhir. Teks akhirini dilakukan untuk mengukur kemampuan akhirsetiap individu setelah melalui proses pengayaanpada siklus 2. Tingkat materi tes yang diberikankepada mereka adalah persis sama levelnyadengan materi tes awal. Hal ini dilakukan untukmengetahui kemajuan atas kemampuan dasarsetiap siswa setelah melalui proses pengayaanmateri Metode Sulo.

Seperti yang disebutkan di atas bahwasistem aksara lontara memiliki pola bunyi aksaralontara yang rumit, baik segi pola bunyi, bentuk,dan satuan-satuan kata tidak serta-mertamewakilkan bunyi atau lafaznya secaralangsung. Hal itu karena setiap kata dalamaksara lontara berpotensi menghasilkan bunyiatau bacaan lebih dari satu, bahkan berpotensisampai tujuh bunyi. Itulah sebabnya sistemfonetik itu kemudian menjadi kendala utamabagi pembelajar dalam kegiatan membaca teks-teks lontara.

Ciri fonetik aksara lontara Bugis-Makassar memiliki bentuk dan bunyi syllabicdan alphabetis. Setiap bacaan dan arti sebuahkata sangat ditentukan oleh kode-kode bunyi,namun tidak semua bunyi dapat terwakilkansecara langsung pada bentuk atau tipologitulisannya. Akibatnya, pola bunyi aksara Bugisyang muncul sangatlah rumit sehingga memberihambatan bagi para pembelajar pemula,terutama bagi nonpenutur bahasa Bugis(Macknight, 2012). Bunyi-bunyi kata bahasaBugis termasuk sistem persandian yang adamenunjukkan cirinya yang lebih khas sebagai

bahasa tuturan berbanding sebagai bahasatulisan. Fakta aksara Bugis itu kemudianmengondisikan situasi bahwa idealnya seorangpembelajar pemula memiliki kemampuan dasarberbicara atau bertutur bahasa Bugis terlebihdahulu dan kemudian dapat mengikuti prosesmembaca teks Bugis dengan baik.

Kembali pada ciri fonetik aksara lontara,setiap suku kata dalam tulisan potensial dapatdibaca lebih dari satu bunyi meskipun bunyi-bunyi yang ada itu merupakan bunyi yangmengandung arti dan bunyi-bunyi yang samasekali tidak mengandung arti atau sekadar bunyisaja. Sebagai contoh, kata bol dapatmemunculkan bunyi antara lain: bola, bolang,bolla’, bola’ bollang, bongla, bonglang,bongla’. Tiga kata pertama memiliki arti,sementara bunyi kata yang lainnya sama sekalitidak mempunyai arti.Aksara Lontara Bugisjuga memiliki ciri vokalik, yakni setiap aksaradasar yang berupa konsonan mengandungvokal dasar a, contoh: (Pa), (Ba),

(Ma), (Mpa), (Ya), (Ra),(La), (Wa), (Ka), (Ga),

(Nga), (Ngka), dan lain-lain (Nooduyn,1955).

Ciri fonetik aksara Bugis berikutnyaadalah tidak terdapatnya tanda di dalam sistemaksara yang menjadi tanda bunyi nazal “ng”.Bunyi nasal “ng” pada umumnya muncul diakhir, namun sama sekali tidak terdapatpenanda yang menunjukkan adanya bunyi nasal“ng” yang dimaksudkan itu. Contoh, kata

baca Uleng; baca Bellang; baca Ulaweng. Karakteristik aksara

lontara yang lain adalah tidak memiliki tandakhusus yang menunjukkan adanya bunyiglotalstop atau hamzah pada kata atau sukukata. Contoh: kata secara literer dapatdibaca: Be-re’; namun bacaan seharusnyaadalah ‘Bere’yang pada akhir kata atau sukukata terdapat bunyi glotalstop. Demikian puladengan kata lainnya seperti:pusE baca: pu-se’.gEm Ebaca: ge-mme’, dst. Aksara lontarajuga tidak memiliki penanda bunyi geminasi ataupenebalan bunyi pada fonem tertentu. Contoh;kata mkutn (secara literer bentuknya

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (111—123)

p bm P y rl w k g G

K

aulE bElaulwE

bErE

pusEgEm

mkutn

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM114

115

adalah Ma-Ku-Ta-Na, tetapi bunyi dan bentukyang seharusnya adalah Ma-Kku-Ta-Na, yaknikonsonan “k” harus dibaca dengan bunyigeminasi.

Perihal kerumitannya, sistem aksaralontara tersebut menunjukkan fakta bahwaidentifikasi arti atau makna suatu kata dalamteks lontara sesungguhnya sangat tergantungpada kode- kode bunyi yang ditafsirkan secaratepat oleh pembaca. Pada sisi lain, bunyi itutidak diperoleh dari kode-kode fonetik di dalamsistem aksara. Sebuah kata bentuknya tidakberubah, tetapi dapat memunculkan arti ataumakna yang berbeda dengan membuat variasibunyi. Itulah sebabnya dipandang penting untukmenghadirkan adanya metode khusus yangsecara khusus memberi model pembelajaranmembaca secara efektif yang dapat diterapkankepada siswa.

Membaca teks berbahasa Bugis yangberaksara lontara berbeda dengan sistemmembaca teks berbahasa Indonesia atau teksberaksara latin. Dikatakan seperti itu karenaaksara Bugis memiliki karakter yang khas, yaitusyllabik, lagi pula arti setiap kata lebih bersifatkontekstual. Oleh karena itu, strategipembacaan teks lontara yang lebih khususdilakukan dengan model membaca kritis.Model membaca kritis dilakukan denganmenghubungkan kemampuan pihak pembacamengidentifikasi bunyi setiap kata secara tepatdalam konteks kalimat. Adalah perlu untukmengetahui penguasaan kosakata dengansebaik-baiknya, mengetahui objek atausubtansi teks bacaan, di sampingmempertimbangkan pengalaman terhadapkonteks teks. Seluruh aspek itu menjadi faktoryang menentukan mampu atau tidaknyaseseorang dapat membaca teks lontara denganbaik dan cepat. Berikut ini akan digambarkanbagaimana model instruksional pembelajaranmembaca lontara berdasarkan Metode Sulo.

Patut diketahui bahwa secara strukturalkemampuan kognisi siswa menunjukkan levelyang berbeda-beda sehingga proses membacabagi anak-anak menunjukkan pula perbedaan

dengan cara yang dilakukan oleh orang dewasa.Terkait dengan jenjang pendidikan, makaproses membaca bagi anak sekolah dasar (SD)tentu saja berbeda dengan siswa yang dudukdi level SLTP, SLTA, apalagi bagi mahasiswadi Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, sistemmembaca, jenis bacaan, bahkan tujuanmembaca yang dimiliki juga menunjukkan levelyang berbeda-beda pula secara strukturalpendidikan.

Berdasarkan pada taksonomi Bloommengenai strata kognitif, murid sekolah dasaradalah kolektif yang dapat digolongkan padatahap pembelajaran dasar, yakni tahap “tahu”atau level Cl dengan kompetensimengidentifikasi, menunjukkan, memberinama, menyusun daftar, menjodohkan,memilih, memberikan defnisi, danmenyatakan. Pada tahap dasar, hal yangdilakukan dalam proses pembelajaran adalahpengenalan aksara (baca-tulis). Pada intinyaialah penguasaan bunyi dan bentuk aksarasebagai hal yang terpenting.

Fenomena ini mensyaratkan prosespengajaran murid terhadap membaca bahasaBugis sepatutnya didahului dengan penguasaanaksara Latin. Kedudukan aksara Latin adalahsebagai media pembantu untuk mengidentifikasibunyi setiap bentuk-bentuk suku kata dalamaksara Bugis. Bantuan aksara Latin tersebutmemang diperlukan karena fenomena budayaberbahasa pada anak sekolah telah menjadikanaksara Latin sebagai huruf primer dan pada sisilain bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasautama dalam kegiatan berkomunikasi sehari-hari. Oleh karena itu, sepatutnya pembelajaranbahasa Bugis-Makassar (lontara) bolehdiajarkan manakala murid telah menguasaiaksara Latin terlebih dahulu.

Desain materi pembelajaran membacalontara Bugis-Makassar dapat dibagi ke dalamempat tingkatan atau struktur penguasaan.Pertama, penguasaan aksara; kedua,penguasaan tingkatan kata; ketiga, penguasaankalimat; keempat, penguasaan teks atauwacana. Masing-masing segmen itu memiliki

Muhlis Hadrawi: Strategi Dasar Penguasaan Aksara Lontara Secara Efektif Berdasarkan Metode Sulo

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM115

116

bagian-bagian yang dapat disusun menuruthierarkinya dari bagian yang mudah hingga yangtersulit. Pada segmen kata, misalnya, dapatdibagi ke dalam tiga kategori, yaitu kata mudah,kata semi sulit, dan kata sulit; segmen lainnyajuga dibagi tiga atau jumlah lainnya.

2. PembahasanPenguasaan aksara lontara merupakan

tahap pertama dan paling dasar dalam kegiatanpembelajaran membaca teks-teks Bugis. Gurutidak boleh membiarkan ada seorang muridyang gagal pada tahap awal ini karena tahapdasar ini akan menentukan langkah untukmenuju tingkatan membaca kata. Logisnyaadalah tidak mungkin seorang murid dapatmembaca kata, kalimat, atau wacana apabilatidak menguasai aksara terlebih dahulu.Penguasaan aksara sepatutnya mencakupibeberapa hal sebagai berikut.

2.1 Penguasaan Indo’Sure’(Induk Aksara)Aksara Lontara pada dasarnya terdiri atas

19 huruf; pada perkembangannya dari waktuke waktu bertambah menjadi (23) huruf denganmunculnya empat aksara tambahan iaitu: KNgka), P (Mpa),R (Nra), dan C (Nca)Macknight, 2012). Baik dalam naskah Bugismaupun naskah Makassar keempat aksaratambahan ini dipergunakan meskipunintensitasnya berbeda. Aksara lontara memilikitipe aksara dasar dengan pola aksara yangberunsur vokal dasar “a”. Aksara ini dalamistilah Bugis disebut Indo’ Sure’ (induk aksara).Contoh, aksara k bunyi Ka,g bunyi Ga, GBunyi Nga, K bunyi Ngka, p bunyi Pa, bbunyi Ba, dan seterusnya.

Strategi penguasaan aksara dilakukanuntuk memudahkan siswa menghafal bentukdan bunyi aksara secara cepat dan tepat. Adatiga tahap dalam strategi penguasaan ini.(1) Siswa melafaskan aksara pertamak (ka)

hingga h (ha) dengan mengikuti aluraksara secara konvensional. Instrukturmembimbing siswa menghafal bentuk danbunyi aksara dengan menyesuaikan carayang santai dan kreatif. Pada tahap ini,

siswa diberi sugesti untuk melafaskanaksara dengan suara yang nyaring.Selanjutnya pembelajar diberikan latihanpersepsi bentuk dan bunyi setiap aksara.

Tabel1: Daftar Aksara Lontara (Indo’Sure’) dan bunyinya

(1). Instruktur menampilkan daftar aksaradengan menghilangkan lafas (bacaan) padasetiap baris aksara secara bertahap mulai 50%, kemudian 75 %, hingga 100%.

a. Penguasaan Aksara dengan menghilangkan50% panduan bunyi aksara. Setiap siswadiberikan kesempatan untuk melafaskanaksara dengan urutan konvensional, yaituberawal dari ka (k ) sampai ha (h ).Pelafasan bentuk dan bunyi aksara dapatdilakukan pula dengan pola urutan terbalikatau mengacak urutan-urutan aksara.

k g G KKa Ga Nga Ngka

p b m PPa Ba Ma Mpa

t d n RTa Da Na Nra

c j N CCa Ja Nya Nca

y r l wYa Ra La Wa

s a hSa A Ha

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (111—123)

KP R C

k g GK p b

kh

(k) (h).

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM116

117

Tabel 2: Menghilangkan 50 % bunyi bacaanaksara

b. Penguasaan aksara dengan menghilangkan75% panduan bunyi. Setiap siswa diberikankesempatan untuk melafaskan aksaradengan urutan konvensional bermula dariaksara ka (k) sampai dengan ha (h).Pelafasan bentuk dan bunyi aksara dapatdilakukan pula dengan pola urutan terbalikdengan mengacak urutan-urutan aksara.

Tabel 3: Menghilangkan 75 % bunyi bacaanaksara

c. Penguasaan aksara dengan menghilangkan100% panduan bunyinya. Setiap siswadiberikan kesempatan untuk melafaskanaksara dengan urutan konvensional, yaituberawal dari aksara ka (k) sampai denganaksara ha (h). Pelafasan bentuk dan bunyiaksara dapat dilakukan pula dengan polaurutan terbalik atau mengacak urutan-urutanaksara.

k g G KKa

p b m PPa

t d n RTa

c j N CCa

y r l wYa

s a hSa

k g G KKa Ngka

p b m PPa Mpa

t d n RTa Nra

c j N CCa Nca

y r l wYa Wa

s a hSa Ha

Muhlis Hadrawi: Strategi Dasar Penguasaan Aksara Lontara Secara Efektif Berdasarkan Metode Sulo

(k) (h). (k)(h).

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM117

118

Tabel 4: Menghilangkan 100 % bunyi bacaanaksara

d. langkah selanjutnya siswa diarahkan mampumengidentifikasi dan membedakan bunyi daribentuk aksara yang bentuknya mirip. Aksarayang memiliki kemiripan bentuk terlihat padatabel berikut.

Tabel 5: Aksara lontara yang memlikikemiripan bentuk

Pada kesempatan ini guru (instruktur)memberikan pelatihan kepada siswa membaca,menulis, dan memahami aksara yang memilikibentuk yang mirip. Siswa diinstruksikanmembaca aksara lontara dengan menuliskanbunyi aksara pada kolom yang tersedia yangberada di bawah setiap aksara. Contohlembaran atau format latihan ini dapat berupalembaran-lembaran yang dibagikan kepadasiswa, atau dapat pula ditayangkan melaluislide.

Tabel 6: contoh persebaran aksara yangdiacak

Alur pembelajaran hingga pada tahap ini,pihak guru menginstruksikan kepada siswauntuk menulis bentuk aksara lontara sesuaidengan aksara latin sesuai yang ada dalamformat isian pada lembaran latihan yangdibagikan sebelumnya kepada siswa.

2.2 Penguasaan Ana’ Sure’ (Penandavokal)Tanda vokal yang lazim disebut dengan

nama Ana’ Sure’ jumlahnya lima buah, yaitubunyi i, u, é, o, dan e. Tanda vokal i berupatitik posisi di atas aksara (ai), u titik posisi dibawah aksara (au), é garis lengkung (garisbengkok berbentuk cangkul) posisi depanaksara (ea), o garis lengkung belakang aksara(ao), dan e (e pepet) garis lengkung di atasaksara (aE). Pelekatan tanda vokal padaaksara konsonan akan mengakibatkanterjadinya perubahan bunyi. Misalnya padacontoh dengan aksara dasar p Pa: pi bacaPi, pu baca Pu, ep baca Pé, po baca Po,pE baca pe’ (diikuti bunyi glotallstop), sistemini berlaku pada semua aksara lainnya.Ana’sure’ merupakan tanda pengenal bunyidiakritik. Dalam bahasa Bugis terdapat lima

k g G Kp b m Pt d n Rc j N C

y r l

m d t n

Ma Da Ta Na

a y N C

wa a Ya Nya

Kode A B C D E

1 k s d w t

2 N C l d m

3 R G G R C

4 t P h K N

5 l h n P a

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (111—123)

(ai),(au),

(ea),(ao),

(aE).

p pipu ep po

pE

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM118

119

penanda bunyi dan pola pemakaiannya sepertiyang digambarkan pada table 7 di bawah ini.

Bunyi Kode dan Posisi Penanda Vokal Contoh Penggunaan (Dalam

aksara A= a)

I tanda titik (. ) di atas akasara indukai

U tanda titik ( . ) di bawah aksara indukau

É(e taling)

tanda (e ) di depan aksara indukea

O tanda ( o) di belakang aksara indukao

E(e pepet)

Tanda ( E) di atas aksara indukaE

Tabel 7: Pola Penggunaan Ana’sure’ (penanda vokal)

Aksara Bugis memiliki ciri vokalik, yaknisetiap konsonan tidak berdiri sendiri, tetapiselalu dilekati vokal a sebagai bunyi dasarnya.Sebagai contoh, aksarak menghasilkan bunyiKa, aksarag menghasilkan bunyi Ga, aksarab menghasilkan bunyi Ba, dan lain-lainnya.Setiap bunyi aksara dapat diubah denganmenambahkan tanda vokal berupa diakritikpada posisi di atas, bawah, sebelum, atausetelah aksara.Contoh aksara p: pemerian

diakritik di atas aksarapi bunyi pi; pemeriandiakritik di bawahpu menghasilkan bunyi pu;pemerian diakritik di depanep menghasilkanbunyi pé (e taling); pemerian diakritik dibelakang po menghasilkan bunyi po, danpemerian diakritik di atas pE menghasilkanbunyi pe (e pepet). Sistem ini berlaku terhadapsemua aksara, kecuali aksaraa (a) yang terlihatcontoh konfigurasinya pada Tabel 8 sebagaiberikut.

Tabel 8: Contoh penggunaan sistem bunyi aksara lontara kombinasi

K ki ku Ek Ko kE

Ka Ki Ku Kē Ko Ke

G gi gu Eg Go gE

Ga Gi Gu Gē Go Ge

G Gi Gu eG Go GE

Nga Ngi Ngu Ngē Ngo Nge

Muhlis Hadrawi: Strategi Dasar Penguasaan Aksara Lontara Secara Efektif Berdasarkan Metode Sulo

kg

b

p:

pipu

ep

popE

a

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM119

120

2.3 Penguasaan Kombinasi Ana’sure’ danIndo’sure’Penguasaan aksara lontara bagi siswa

dilakukan dengan melakukan pengayaandengan memberikan pelatihan baca-tulis dantulis-baca berulang-ulang melalui media latihanyang telah disiapkan modelnya.

Langkah pertama adalah membacabentuk aksara lontara kemudian siswamenuliskan lafalnya ke dalam aksara latin. For-mat latihan baca-tulis yang telah dibuatkemudian dibagikan lembarannya kepadasiswa.

Kode A B C D E

1 ku si ao wE Et

2 ni Cu li do mE

3 ro gE Gi Ro eC

4 tu Po eh Ku Nu

5 lo wE du Pu ai

Tabel 9: Daftar Aksara Teracak Kombinasi Indo’Sure’ dan Ana’Sure’

Pada bagian ini siswa diberikan instruksiuntuk menulis aksara Latin sesuai denganbentuk-bentuk aksara lontara yang ada dalamformat isian yang telah dibagikan.

Langkah kedua adalah membaca bentukaksara Latin sesuai dengan aksara lontara,kemudian siswa menuliskan lafalnya ke dalamaksara lontara. Format latihan baca-tulis yangtelah dibuat kemudian dibagikan lembarannyakepada siswa.

Kode A B C

1 Ju Si We

2 Te Ko Mi

3 Ru Hē Pi

4 Gē Bu De

5 Co Yē Li

Tabel 9: Isian siswa dengan menulis aksaralontara pada ruang

Secara hierarkis penguasaan aksaramerupakan tingkatan dasar sebelum siswamencapai tahap membaca kata. Tahap ini dapatdilakukan setelah melewati dasar-dasarpenguasaan aksara lontara. Kemampuan muriddalam penguasaan aksara sangat menentukankesuksesannya pada level kompetensi kata ini.Untuk itu pihak guru sepatutnya memastikanmuridnya dapat menguasai bentuk dan bunyiaksara dengan baik.

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (111—123)

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM120

121

2.4 Proses Pembelajaran Metode SULOPembelajaran membaca aksara

menggunakan MetodeSulo memiliki tiga siklus.Siklus Pertama (1) Siklus ini menguji

kemampuan dasar dan persepsi dari bunyi kebentuk aksara dasar lontara (indo’ sure’).Siswa pada siklus ini belum mendapatkanperlakuan pembelajaran dengan memanfaatkanmetode Sulo. Salah satu instruktur berdiri ditengah ruangan dan memandu siswa untukmemahami pelaksanaan siklus pertama ini.Instruktur yang lain bersinergi membagikanselebaran yang berisi format isian dalam bentuktabel kepada 30 orang santri SMP Mangkoso.Setelah siswa mendapatkan selebaran yangberisi format isian dalam bentuk tabel, siswamenyimak dengan baik yang diucapkan olehinstruktur. Instruktur pun mengucapkan(sebagai pembicara) aksara lontara. Di lainpihak, siswa sebagai pendengar pun kemudianmenuliskan bentuk aksara sesuai dengan bunyiaksara yang diucapkan oleh instruktur.

Sekaitan dengan menyimak pada siklussatu, siswa yang teridentifikasi kemampuannyasama sekali tidak mengetahui bentuk aksara,ragu-ragu, atau tidak mendengar dengan jelas,maka diperbolehkan atau dianjurkan untukmengosongkan format isian yang berbentuktabel. Siswa juga tidak dibenarkan mencontekisian format teman. Setelah tabel format isianselesai diisi santri, lembaran itu pun dikumpulkepada instruktur untuk kemudian dinilai.

Siklus kedua (2) Setelah siklus pertamadilaksanakan dan hasilnya dapat diketahuikemampuan siswa melalui tes awal sehinggaindikator kemampuan siswa dalam halkemampuan penguasaan membaca dan menulisaksara lontara dapat dilihat pada nilai yangdiperoleh oleh setiap mereka. Pelaksanaansiklus kedua ini dibagi menjadi tiga tahap untukuntuk mempermudah bagi instruktur dalammemberikan pemahaman kembali danmempercepat siswa menerima instruksi danpembelajaran.

Ketika siklus kedua sedang berlangsung,instruktur memberikan tugas mandiri kepadasiswa dengan tujuan mempertajam kemampuan

individual mereka menguasai materipembelajaran. Di samping tugas dan kerjamandiri, para siswa diperkenankan pula belajardan bekerja secara berpasangan untukmeningkatkan semangat belajar mereka. Halterakhir yang dilakukan pada siklus dua adalahmembentuk kelompok kecil untukmeningkatkan kerja sama dan kekompakanpara siswa. Kelompok kecil ini juga digunakankepada siswa untuk menghadapi kuis-kuispelajaran yang diselingi dengan permainan yangmengasah kecerdasan mereka. Kuis-kuis inidiberikan oleh instruktur agar prosespembelajaran tidak menjemukan para siswa.

Sebelum beralih ke siklus ketiga, parasiswa kemudian dilebur kembali kepadakondisi tempat duduk seperti siklus pertamadilaksanakan dengan tanpa pembagiankelompok lagi. Siklus ketiga ini kembali mengujikemampuan dasar dan persepsi dari bunyi kebentuk aksara dasar lontara (indo’ sure’).Siswa pada siklus ini yang belum mendapatkanperlakuan pembelajaran dengan memanfaatkanMetode Sulo. Setelah siswa mendapatkanselebaran yang berisi format isian dalam bentuktabel, siswa melakukan penyimakan denganbaik yang dipandu oleh instruktur. Instrukturpun mengucapkan aksara demi aksara dalamtabel panduan. Di lain pihak, siswa sebagaipendengar pun kemudian menuliskan bentukaksara dan bunyi aksara sesuai dengan kode-kode yang diucapkan oleh instruktur.

Siklus ketiga (3) Setelah memberikanujian penguasaan aksara yang sama dengansiklus pertama kepada para siswa, format isiankembali dikumpul oleh instruktur untukkemudian diberikan nilai. Nilai yang diperolehsiswa kemudian diolah dan dibandingkan antaraskoring pada siklus pertama (pre test) danskoring pada siklus ketiga (post test). Nilaiinilah yang kemudian menjadi indikatorkeberhasilan penerapan metode pembelajaranSulo di kalangan siswa pembelajar.

Hasil observasi terhadap pelaksanaan ataupenerapan Metode Sulo, seperti di SMPMangkoso Kabupaten Barru, menunjukkanbahwa aplikasi metode pembelajaran ini sangat

Muhlis Hadrawi: Strategi Dasar Penguasaan Aksara Lontara Secara Efektif Berdasarkan Metode Sulo

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM121

122

efektif dalam meningkatkan kemampuanmembaca dan menulis. Ketika penerapanmetode Sulo berlangsung di SMP Mangkoso,siswa yang menjadi peserta aktif adalah 30orang. Sebelum kegiatan di setiap siklusberlangsung, siswa menulis nama di daftar hadir,inilah kemudian yang menjadi dasar penyerahanformat isian data pribadi siswa nantinya.

Siswa yang memperoleh nilai yang tinggiditempatkan pada kelompok mahir. Siswa yangmemperoleh nilai sedang ditempatkan padakelompok sedang. Siswa yang memperoleh nilaiyang rendah ditempatkan pada kelompokdasar. Berdasarkan hasil pelaksanaan sikluspertama, maka jumlah siswa itu disebar kedalam tiga kelompok. Setelah pembagiankelompok, setiap anggota kelompok bergabungke kelompoknya dan mengikuti pengayaan danpembelajaran. Pada siklus kedua ini, instrukturmenanyakan kendala-kendala yang dihadapisantri sekaitan dengan aksara lontara. Misalnyasaja, kendala yang dihadapi adalah pada indo’sure’ khususnya aksara yang mirip. Para santrisulit membedakan bentuk antaraksara yangmirip antara satu dan lainnya.

Kegiatan pembelajaran dan pengayaanpada siklus dua berisi pengayaan aksara indo’sure’dan ana’ sure’; membaca dan menuliskata-kata yang mudah sampai kepada kata-kata yang pendek; membaca dan menulis frasayang mudah sampai kepada frasa yang tingkatkesulitannya tinggi; membaca dan menuliskalimat yang pendek sampai kepada kalimatyang panjang; dan membaca dan menuliswacana sederhana. Pembenahan dilakukanpada berbagai tahap pembelajaran dalam siklus3 ini.

Pada bagian siklus 3 ini pula setiappembelajar itu diasah kemampuan membacadan menulis aksara lontara mereka. Khusus bagikelompok yang memiliki tingkat keahlian yangtinggi diberikan pula pengayaan kemampuanberbicara dengan menekankan padapenguasan kosakata. Di dalam proses inilahdiupayakan agar dapat diminimalisir kesalahan-

kesalahan yang potensial terjadi pada dirisiswa.

Setelah penerapan Metode Sulo inidilakukan melalui siklus ketiga, dari tahap ketahap hingga selesai materi pembelajaran,kemudian diakhiri dengan pemerian post test.Setelah post test dilakukan sebagai evaluasihasil belajar maka diperolehlah nilai setiapsiswa. Hasil yang diperoleh dari 30 orang siswamenunjukkan, 27 siswa memperoleh kemajuanyang signifikan, sementara itu hanya 3 orangyang tidak mengalami pergerakan ataupeningkatan.

3. SimpulanSeperti yang telah diulas di atas bahwa

Metode Sulo merupakan metode pembelajaranbahasa Bugis yang kompetensinya diarahkanuntuk meningkatkan kemampuan siswa dibidang kompetesi membaca aksara lontara.Lebih dari sekadar meningkatkan kompetensimembaca, metode ini juga secara serentakmampu meningkatkan kompetensi menulissiswa apabila di dalam penerapan atau prosespembelajarannya berlangsung dengan baik.Penguasaan atau peningkatan kompetensimembaca yang diikuti dengan peningkatankompetensi menulis dapat diwujudkan ketikasiklus-siklus atau tahapan pelaksanaan dilaluioleh siswa dengan baik.

Penerapan Metode Sulo dalampengayaan pada siklus ketiga menjadi inti dalamproses pembelajaran yang diberikan kepadasiswa. Setelah dilakukan uji kemampuan akhirpada siklus ketiga, hasilnya menunjukkanperkembangan yang signifikan denganpersentase kemajuan mencapai 90 persen.Persentase itu terbaca dari 30 orang siswa yangtergabung dalam satu kelas, sebanyak 27 siswamemperoleh nilai yang menunjukkan kemajuanyang signifikan. Pada akhirnya dapatdisimpulkan bahwaMetode Sulo menjadi salahsatu model pembelajaran efektif sekaligusdapat mengatasi problema membaca lontarabagi siswa di sekolah-sekolah.

SALINGKA, Majalah Ilmiah Bahasa dan Sastra Volume 14 Nomor 2 Edisi Desember 2017 (111—123)

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM122

123

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2002. ProsedurPendekatan Praktek (edisi revisi v).Jakarta: PT. Balai Pustaka.

Brown, H. Douglas. 2008. PrinsipPembelajaran dan pengajaranBahasa. Pearson Education: Kedubes ASJakarta.

Casparis, J.G. de. 1975. IndonesianPalaegraphy; A history of Writing inIndonesia from the Beginings to c. A.D.1500. Leiden: Brill. (Handbuch derOrientalistik III.4.1).

Hadrawi, Muhlis. 2017. Assikalaibinen: KitabPersetubuhan Bugis. Makassar:Ininnawa.

Lauder, Multamia RMT. Tinjauan PemetaanBahasa Nusantara di Indonesia dalamMahsum (ed) Prosiding SeminarBahasa dan Budaya di Dunia Melayu.Yogyakarta: Nadi Ofset

Lukman dan Gusnawaty. 2013. “AncanganModel Pembinaan, Pengembangan, danPelestarian Bahasa-Bahasa Daerah di

Sulawesi Selatan dari AncamanKepunahan”. dalam Prosiding SeminarAntarbangsa ke-2 Arkeologi, Sejarahdan Budaya di Alam Melayu, 26-27November 2013. ATMA-UniversitiKebangsaan Malaysia.

Macknight, Campbell. 2012. Bugis andMakassar Two Short Grammars. SouthSulawesi Studies 1.Karuda Press:Camberra.

Moeliono, Anton M. 2000. “Kedudukan danFungsi Bahasa Indonesia Dalam EraGlobalisasi” dalam Hasan Alwi, DendySugono, dan A. Rozak Zaidan (ed).

Matthes. B.F.1887. BoegineescheChrestomathie: Tweede-stuk. Batavia:Nederlands.

Noorduyn, Jacobus. 1955. Een Achttiende-Eeuwse Kroniek van Wadjo: BugineseHistoriografie. Gravenhage: N.V. deNederlandse Boek.

O’neil F., William. 2008. Ideologi-IdeologiPendidikan. Pengantar: Mansour Fakih.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Muhlis Hadrawi: Strategi Dasar Penguasaan Aksara Lontara Secara Efektif Berdasarkan Metode Sulo

SET DES 17.pmd 3/8/2018, 4:09 PM123