Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
JURNAL
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI YOUNG ON TOP SOLO DALAM
MEMBANGUN PERSONAL BRANDING ANAK MUDA KOTA SOLO
Disusun oleh :
MEILISA PUTRI D1216040
Diajukan Guna Memenui Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Ilmu Komunikasi
ILMU KOMUNIKASI NON-REGULER
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
2
POLA KOMUNIKASI ORGANISASI YOUNG ON TOP SOLO DALAM MEMBANGUN PERSONAL BRANDING ANAK MUDA KOTA SOLO
Meilisa Putri
Ch. Heny Dwi Surwati
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
AbstractThis research have to know the pattern of communication which is conducted
by Young On Top Solo in building personal branding to its members. To build personal branding, an individual will need to have the basic ability to be able to introduce himself to the public or the environment. The communication pattern in a community is one of the ways to improve the competence each of the individual through several methods, namely in the form of discussion or the making of the work program. In analyzing these researchers report using the communication pattern introduced by Josep a. Devito i.e. patterns of communication network.
The method used is descriptive qualitative methods. Data collection techniques used are observation, interview, and documentation such a photo. Interviewees in this study is the core and members of the Young On Top Solo Batch 4 with a choosen criteria before. The research was carried out during 1 (one) month in November 2018.
The results of this research show that the communication pattern in all directions making members feel more open and have the opportunity to participate in activities that can develop themselves. Through these opportunities, each individual should be more practice the values that exist in the Young On Top Solo especially in building their personal branding.
Keywords: patterns of communication, personal branding, Young On Top
3
Pendahuluan
Indonesia dikenal sebagai penyumbang 70% jumlah pemuda di seluruh
dunia sehingga menempati peringkat ke-19 dalam hal partisipasi masyarakat,
kesempatan ekonomi, pendidikan, kesehatan, teknologi informasi, serta keamanan
dan keselamatan. Hal tersebut menjelaskan jika generasi muda memiliki andil yang
cukup tinggi dalam kemajuan dan kesejahteraan sebuah negara. Melihat potensi yang
dimiliki oleh tiap-tiap negara akan sumber daya manusia, beberapa orang dalam
lingkup yang lebih kecil mulai menerapkan konsep tersebut pada sebuah kelompok
sosial secara lebih efektif. Komunikasi dalam sebuah organisasi menitikberatkan pada
produktivitas dan deskripsi tugas yang jelas sehingga para anggota dapat menjalankan
tugas dan tanggung jawab secara lebih baik.
Dalam alur komunikasi organisasi dibagi kedalam beberapa jaringan yang
disesuaikan dengan konstruksi organisasi itu sendiri. Sering kita menemui macam-
macam kelompok yang terbentuk karena adanya kesamaan hobi, minat, atau tujuan
yang sama. Melihat hal tersebut, komunikasi dalam organisasai dapat dilihat dari
salah satu kegiatan yang dilakukan oleh komunitas-komunitas yang banyak terbentuk
salah satunya yaitu Young On Top. Young on Top merupakan salah satu organisasi
berskala nasional yang fokus pada pengembangan diri khususnya bagi anak muda
dari berbagai kota di seluruh Indonesia. Founder dari Young On Top sendiri yaitu
Billy Boen melihat bahwa anak muda sesungguhnya dapat mencapai kesuksesan di
usia muda mereka saat ini. Seluruh kegiatan yang diadakan bertujuan untuk dapat
mengembangkan potensi dari anak muda yang ada dari seluruh kota di Indonesia
terutama dalam membangun nama mereka melalui satu komunikasi yang terorganisir.
Seperti namanya, Young On Top memiliki sasaran yaitu anak muda yang ingin
mencapai puncak karirnya pada usia muda.
Dalam membangun personal branding, seseorang dapat memulainya dari
lingkup yang kecil yaitu komunitas. Dalam sebuah komunitas terdapat banyak
4
individu dari berbagai latar belakang yang berbeda. Melalui keragaman itulah,
personal branding diperlukan agar seorang individu dapat menemukan keunikan
dalam dirinya yang menjadi pembeda dengan orang lain. Young On Top Solo sendiri
berdiri ditengah banyaknya komunitas semacam yang ada di kota Solo. Hal tersebut
yang membuat Young On Top Solo semakin menegaskan bahwa brand yang
dimilikinya memiliki perebedaan dari komunitas pengembangan diri lainnya dilihat
dari umur yang dimiliki oleh anggotanya yang berkisar 21-25 tahun. Selain itu,
Founder Young On Top sendiri yaitu Billy Boen merupakan salah satu sosok anak
muda yang berhasil mencapai kesuksesan karirnya di usia muda, dan tidak banyak
komunitas sejenis yang lahir dari pengalaman pribadi seperti Young On Top.
Untuk Young On Top Solo sendiri juga memiliki kelebihan dibandingkan
dengan Young On Top di beberapa kota lain dilihat dari partisipasi anak muda kota
Solo dalam mengikuti kegiatan Young On Top Solo pada akun instagram yang
dimiliki. Memiliki fokus pada anak muda dengan semangat yang tinggi, Young On
Top Solo menunjukkan engagement kepada masyarakat kota Solo dengan banyaknya
postingan yang ada pada laman instagram yang dimiliki. Sebanyak 1.249 postingan
berupa informasi dan pengumuman yang dikelola secara baik sehingga menarik anak
muda untuk mengikuti setiap kegiatan yang akan berlangsung. Sampai saat ini,
terhitung sebanyak 6.156 pengikut dalam akun @yotsolo yang aktif dalam memberi
tanggapan maupun memberikan like pada postingan Young On Top Solo.
Melalui komunikasi yang dikelola dengan baik, potensi yang ada pada diri
generasi muda dapat dikembangkan untuk kemudian menjadi identitas diri mereka
dalam mencapai karir yang diinginkan. Maka dari itu, penting bagi individu
khususnya generasi muda untuk memahami tentang personal branding karena hal
tersebut juga yang akan mempengaruhi bagaimana pola komunikasi yang akan kita
lakukan. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengamati bagaimana pola komunikasi
yang terjadi pada Young on Top Solo dalam membangun personal branding anak
muda Kota Solo dimana saat ini Kota Solo menjadi salah satu kota yang sedang
berkembang di berbagai sektor.
5
Rumusan Masalah
Bagaimana pola komunikasi organisasi Young On Top Solo dalam
membangun personal branding anak muda kota Solo ?
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan aspek terpenting dalam interaksi yang terjalin antar
individu untuk mengungkapkan perasaan dan gagasannya. Onong Uchyana dalam
Sosiologi Komunikasi (2008: 31) menjabarkan pengertian komunikasi sebagai proses
yang pada hakikatnya adalah penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada
orang lain yang timbul dari lubuk hati. Komunikasi muncul sebagai hasil dari proses
pertukaran informasi, konsep, ide, dll. Pada pengertian lain yang dikemukakan oleh
Garbner dalam Komunikasi Organisasi Lengkap (2011: 33) mengatakan bahwa
komunikasi dipandang sebagai interkasi sosial yang dilakukan melalui pesan-pesan,
komunikasi sering diartikan sebagai proses pengiriman pesan atau simbol-simbol
yang mengandung makna kepada komunikan dengan tujuan tertentu. Pengertian
komunikasi yang sesuai dengan konteks penelitian ini dikemukakan oleh Wilbur
Schramm (1955) dalam Komunikasi Sosial Budaya (2010: 2) yaitu :
Communication as an act of establishing contact between a sender and
receiver, with the help of message; the sender and receiver some common
experience which meaning to the message incode and sent by the sender; and
receiver and decode by the receiver.
Komunikasi dalam pengertian Wilbur Schramm menitikberatkan pada pesan yang
disampaikan kepada komunikan yang memiliki pengalaman yang sama terhadap
pesan tersebut, sehingga pean yang dikirimkan dapat diterima dan ditafsirkan oleh
penerima pesan.
6
Komunikasi dibangun berdasarkan beberapa komponen yang dapat mendukung
terciptanya komunikasi yang efektif dan berkesinambungan. Menurut Effendy dalam
Sosiologi Komunikasi (2006: 33) komponen komunikasi meliputi :
a. Komunikator
b. Pesan
c. Media
d. Komunikan
Kesatuan dalam unsur tersebut menciptakan proses komunikasi yang berlangasung
baik secara langsung maupun melalui media. Menurut Ruslan dalam Manajemen
Public Relation dan Media Komunikasi, proses komunikasi diartikan sebagai
“transfer informasi” atau pesan dari pengirim pesan sebagai komunikator dan
penerima pesan sebagai komunikan yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan atau
pengertian bersama (mutual understanding) (Ruslan, 2005: 101). Proses komunikasi
yang berlangsung baik secara primer maupun sekunder memiliki tujuan yang sama
yaitu menciptakan komunikasi yang efektif sesuai dengan tujuan dari komunikasi itu
sendiri.
2. Pola Komunikasi
Dalam beberapa pola yang telah disusun dalam komunikasi organisasi, kegiatan-
kegiatan yang direncanakan dapat terpantau dan dapat dianalisis guna mewujudkan
tujuan yang telah disepakati bersama. (Sunarto, “Pola Komunikasi Dalam Proses
Interaksi Sosial Di Pondok Pesantren Nurul Islam Samarinda”, eJournal Ilmu
Komunikasi, Volume 3, Nomor 3, 2015: 497) Dalam hal ini, peran individu sebagai
salah satu aspek komunikasi ditentukan oleh hubungan antar satu individu dengan
individu lain. Dalam kelompok sosial, antar individu akan membentuk pola atau
struktur komunikasi yang telah disepakati bersama agar seluruh informasi dapat
diterima maupun disebarkan secara efektif kepada seluruh anggota. Josep A Devito
7
dalam Masmuh (2008: 57-58) menjabarkan pola aliran komunikasi yang kerap
dijumpai dalam beberapa organisasi maupun kelompok yaitu:
a. Pola Lingkaran
Pola ini menerapkan kesamaan wewenang yang dimiliki setiap anggota untuk
mempengaruhi kelompok. Pola lingkaran ini tidak memiliki pemimpin, sehingga
semua anggota dapat melakukan komunikasi melalui satu jenis pengulangan
pesan. Akses yang dimiliki oleh masing-masing anggota juga terbatas, mereka
hanya bisa berkomunikasi dengan satu hingga dua anggota saja terhadap seluruh
informasi yang diperlukan.
b. Pola Roda
Hampir sama dengan pola lingkaran, pada pola ini, terdapat pemimpin yang
jelas dan memiliki posisi sentral. Peran pemimpin disini sangat pentinng sebagai
pengirim dan penerima pesan dari semua anggota. Masing-masing anggota disini
dapat berkomunikasi dengan anggota lain melalui pemimpin dari kelompok
tersebut. Pola ini dikatakan efektif karena dapat meminimalisir kesalahpahaman
yang terjadi antar anggota kelompok.
c. Pola Y
Pada pola Y, setiap anggota dapat mengirim dan menerima pesan dari dua
anggota lain. Dua anggota tersebut berperan sebagai sentral dari segala informasi
yang masuk maupun keluar pada kelompok tersebut. Pada pola ini sejumlah
saluran terbuka dibatasi dan komunikasi bersifat disentralisasi. Beberapa orang
hanya bisa berkomunikasi dengan beberapa orang tertentu yang dianggap sebagai
sumber informasi.
8
d. Pola Rantai
Sama halnya dengan pola lingkaran, araus informasi yang diterima maupun
dikirim hanya terbatas kepada satu hingga dua anggota terkecuali pada anggota
paling ujung yang hanya memiliki akses kepada satu anggota saja. Pada pola ini,
pemimpin biasanya terdapat pada posisi tengah.
e. Pola Bintang
Pada pola ini seluruh anggota memiliki kekuatan yang sama dalam
mempengaruhi anggota lainnya. Pola ini memungkinkan partisipasi anggota dapat
maksimal karena setiap anggota dapat menjalin komunikasi ke banyak anggota
tanpa terkecuali.
3. Personal Branding
Dalam membuat sebuah reputasi atau personal branding, seorang individu perlu
menemukan keunikan yang dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Ciri khas
inilah yang menjadi salah satu syarat yang perlu dimiliki dalam membangun
kompetensi. Kompetensi merupakan salah satu dari 5 formula yang dijabarkan dalam
buku Personal Branding Code. Dalam buku ini menjelaskan tentang apa saja hal-hal
yang diperlukan dalam membangun reputasi positif individu, 5 hal yang perlu
dibangun yaitu :
1. Kompetensi
Sekitar 50% energi personal branding akan digunakan untuk membangun
kompetensi, karena hal tersebut merupakan ujung tombak dari personal branding
itu sendiri. Dalam sebuah kompetensi diperlukan autentisitas yang membedakan
antar satu individu dengan individu lain. Autentisitas bukan lahir dengan
sendirinya melainkan perlu ketekunan melatih diri dan kegigihan menemukan
keberuntungan. Hal tersebut harus muncul dari dalam diri individu itu sendiri yang
9
kemudian terus dikembangkan untuk kemudian dapat dilihat oleh orang lain
(Wasesa, 2018: 31).
2. Koneksi
Konektivitas merupakan pupuk agar kompetensi yang telah dimiliki dapat
dilihat dan dirasakan oleh orang lain. Wasesa (2018: 107) dalam bukunya
Personal Branding Code mengatakan bahwa konektivitas membangun jalur
khusus agar target audiensi bisa merasakan manfaaat personal branding secara
langsung. Konektivitas dan kompetensi merupakan gugusan yang saling terhubung
yang membuat personal branding mencapai tujuan akhir yaitu reputasi yang
positif. Yang terpenting dalam membuka koneksi yaitu memberikan sinyal
pertanda terlebih dahulu agar audiens memahami eksistensi kita melalui media
sosial, media online, hingga media massa yang pengelolaannya juga perlu
diperhatikan agar kedepannya dapat memberikan feedback yang baik.
3. Kreativitas
Kreativitas dalam diri seorang individu diperlukan kaitannya dalam
membangun kedekatan dengan audiens. Dalam personal branding, disiplin
merupakan kunci dari kreativitas, serta dibutuhkan kesungguhan untuk mengikuti
proses kreativitas tersebut. kreativitas sepenuhnya diperlukan dalam personal
branding untuk menciptakan keberlangsungan hidup dari reputasi yang ingin
dibangun (Wasesa, 2018: 179-180). Kreativitas sendiri bukan tentang menciptakan
sesuatu yang belum ada menjadi ada, tetapi lebih dari itu, kreativitas menciptakan
apa yang sudah menjadi sesuatu yang baru. Billy Boen mengatakan bahwa kreatif
bukan menciptakan hal-hal hebat dari nol, tetapi meng-improve hal-hal yang sudah
ada sebelumnya. Untuk menciptakan hal tersebut, orang kreatif perlu memiliki
wawasan yang luas dan berani untuk mencoba.
10
4. Kerelaan
Kerelaan dan kontribusi di ibarartkan sebagai sesuatu yang tidak begitu
bermanfaat tetapi banyak dicari oleh orang lain. Kedua unsur tersebut merupakan
rambu-rambu untuk melihat pada titik mana sajakah reputasi seseorang menguat
atau melemah, dan bagaimana memperbaikinya. Beberapa prinsip yang harus ada
dalam personal branding yaitu; integritas, kejujuran, dan keterbukaan
berpendapat. Hal tersebut adalah nilai-nilai etis yang menjadi komitmen dalam
budaya masyarakat (Wasesa, 2018: 252).
5. Kontribusi
Berbicara kontribusi berhubungan dengan pemberian solusi atas kesalahan
yang terjadi pada proses membangun personal branding. Kontribusi disini melihat
seberapa jauh solusi yang kita buat bisa memberikan dampak terhadap masyarakat.
Setiap program yang dilaksanakan bukan hanya sekedar acara tetapi bagaimana
masyarakat bisa ikut menikmati atau bahkan berpartisipasi dalam pemberian solusi
tersebut. Kontribusi dalam hal ini dapat dapat dikatakan berhasil jika menilik dari
indikator peningkatan ekonomi, kenaikan lapangan kerja, kegiatan sosial, dan
penguatan budaya. Dalam kontribusi, kunci terpenting yaitu terletak pada
ketulusan dan kreativitas. Wasesa mengatakan semakin tulus individu membantu,
semakin terlihat pula sikap pribadi kita dalam membantu orang lain.
Metodologi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif dimana
penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang sedang terjadi
menggunakan pengumpulan data sedalam-dalamnya melalui wawancara yang
dilakukan dengan narasumber. (Moleong, 2000: 6). Mayer dan Greenwood
menjelaskan penelitian deskriptif kualitatif mengacu pada identifikasi karakteristik
sekelompok manusia, benda, maupun peristiwa. Hal tersebut melibatkan proses
11
konseptualisasi dan menghasilkan pembentukan skema-skema klasifikasi (Silalahi,
2012: 27). Dengan kata lain, penelitian kualitatif bertujuan untuk menggambarkan
karakteristik suatu gejala atau fenomena yang sedang diteliti. Penelitian ini berfokus
pada pertanyaan “bagaimana” dengan berusaha menyampaikan fakta-fakta secara
jelas, teliti, dan lengkap.
Teknik pengambilan sample dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian
kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, sample yang dicari menggambarkan
representasi dari data atau informasi, bukan populasi. Pada penentuan jenis sampel,
peneliti menggunakan non probability sampling dengan teknik purposive sampling
yang merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik
pengambilan sample ini berfokus pada alasan atau pertimbangan-pertimbangan
tertentu sesuai tujuan penelitian (Pawito 2007: 87-88). Dalam menentukan sample
pada purposive sampling subjek dipilih karena dianggap memiliki posisi terbaik
dalam memberikan informasi yang dibutuhkan.
Peneliti melalkukan penelitian pada komunitas Young On Top Solo periode 2018
seperti Presiden, Sekretaris, Bendahara serta perwakilan dari masing-masing divisi
serta anggota yang ada dalam komunitas Young On Top. Young On Top sendiri
memiliki 3 divisi yaitu Marcomm, Program, dan PGA. Masing-masing perwakilan
dari ketiga divisi tersebut serta jajaran lain akan di wawancara secara mendalam
terkait pola komunikasi mereka dalam membangun personal branding. Dalam
penelitian ini, peneliti ingin mengamati bagaimana komunitas ini membangun
personal branding para anggota serta pengurus melalui berbagai kegiatan dan
komunikasi yang mereka sering lakukan baik kepada sesama anggota maupun dengan
masyarakat.
12
Sajian dan Analisis Data
Pola komunikasi Young On Top
Dalam proses komunikasi, terdapat gagasan serta pendapat dari individu yang
menjadi representasi dari keinginan dirinya untuk menjadi bagian dalam sebuah
organisasi. Gagasan disini disampaikan melalui bahasa yang jelas dan mudah
dimengerti oleh semua anggota dari organisasi tersebut. Penggunaan bahasa yang
baik dan efektif sangat diperlukan karena bahasa merupakan media yang jelas yang
dapat menyampaikan perasaan, ide, pikiran, dan gagasan tentang satu hal atau
peristiwa yang ingin diungkapkan. (Effendy 2011:11). Seperti dalam komunikasi
yang terjadi pada Young On Top Solo, ada dua bentuk komunikasi yang sering
digunakan oleh anggota Young On Top Solo yaitu secara langsung dan melalui
media.
1. Komunikasi secara langsung
Dalam komunikasi secara langsung, baik anggota maupun pengurus memiliki
porsi yang sama dalam mengirim maupun memberikan respon pada pesan
tersebut. Dalam wawancara yang dilakukan dengan Rosista sebagai director
treasure Young On Top Solo batch 4, menurutnya efektivitas sebuah komunikasi
hanya akan berlangsung ketika seseorang bertemu dan berkomunikasi secara
langsung.
“Ketemu langsung mba, karena ketika ketemu langsung tu kita bisa ngomong....gimana ya mba…ngomong sejelas-jelasnya dan sedetail-detailnya gitu kepada orang tersebut, kalo semisalnya by chat itu rada kalo misalnya kita ingin membicarakan sesuatu dengan sedetail-detailnya tu pasti panjang banget kan mba, dan kebanyakan orang itu kan punya kesibukannya masing-masing, dan bakalan jarang gitu ngebuka chat ataupun ngeliat chat dengan sedetail-detailnya itu, lebih baik lewat ini sih, lewat ketemu langsung meskipun itu pasti bakalan menyulitkan untuk mengatur jadwal satu sama lain.” (Wawancara Rosista tanggal 8 November 2018)
13
2. Komunikasi secara tidak langsung
Ketika berkomunikasi secara langsung, baik dalam lingkup interpersonal
ataupun kelompok, pesan yang diberikan akan lebih tersampaikan karena adanya
faktor pendukung seperti ekspresi dan bahasa tubuh. Bahasa non verbal tersebut
merupakan lambang berupa bahasa, isyarat, warna, gambar, dll yang secara
langsung mampu mengungkapkan maksud pengirim pesan (Effendy 2011: 11).
Walaupun pada divisi treasure dan secretary memiliki jumlah anggota yang
sedikit, mereka juga kerap menemukan hambatan dalam berkomunikasi yaitu
waktu bertemu yang bersamaan dengan kegiatan kuliah ataupun perbedaan
universitas dalam satu divisi.
Biasanya lebih sering lewat wa group sih ya, karna kita kan banyak univ kan jadi kita kaya susah gitu ngontrol kapan kita mau dateng rapatnya kaya gini, makanya biasanya sih wa group sih yang ini.” (Wawancara Catur tanggal 31 Oktober 2018)
Dalam komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung, Young On Top Solo
menggunakan beberapa media yang digunakan untuk dapat terhubung satu sama
lain. Selain melalui media chating seperti line dan whatsapp, Young On Top Solo
juga menggunakan form yang juga dipakai untuk berinterkasi antar satu anggota
dengan anggota lain. Form penilaian disini bertujuan untuk monitoring dan
evaluasi kinerja masing-masing individu.
Pola komunikasi yang dilakukan oleh komunitas Young On Top lebih
menggunakan pola komunnikasi segala arah atau bintang, dimana pola tersebut
memungkinkan individu satu sama lain memiliki kekuatan yang sama dalam
membangun diri mereka maupun orang lain secara demokratis. Dapat diambil contoh
pada sebuah kegiatan yang hendak dilaksanakan, masing-masing individu dapat
melempar masukan maupun kritik terhadap individu lain dalam hal ini sesama
14
stakeholder dimana mereka saling membangun karakter dan kompetensi yang mereka
miliki untuk dapat mensukseskan kegiatan tersebut.
Pada pola ini juga memungkinkan partisipasi anggota dapat maksimal karena
setiap anggota dapat menjalin komunikasi ke banyak anggota tanpa terkecuali.
Partisipasi disini dapat dilihat melalui pola komunikasi bintang dan merujuk pada
keaktifan anggota dalam mengikuti berbagai pertemuan, diskusi serta kegiatan yang
diadakan oleh Young On Top Solo.
a. Pola komunikasi dalam hubungan antar individu Young On Top Solo
Alur komunikasi pada tiap divisi memiliki cara penyampaian yang berbeda.
Meskipun pada pola komunikasi bintang, masing-masing anggota memiliki
kesempatan yang sama, tetapi dalam kesempatan tertentu seorang anggota perlu
meminta konfirmasi kepada ketua divisi mereka. Garis putus-putus disimpulkan
sebagai alur komunikasi yang bersifat formal yang merupakan perwakilan dari alur
komunikasi per divisi.
anggota
anggota anggota
anggota
anggota
Ketua divisi
15
b. Pola komunikasi dalam kegiatan Young On Top Solo
Pada alur diatas, pola komunikasi tersebut lebih menegaskan pada koordinasi
secara lebih intensif menjelang berlangsungnya acara. Garis tebal yang saling
terhubung merupakan garis koordinasi yang menghubungkan antar satu divisi
dengan divisi lain yang saling berkesinambungan. Pada setiap acara atau kegiatan
yang berlangsung, komunikasi yang terjadi pada masing-masing divisi lebih sering
digunakan untuk saling mengkoordinasi dan memastikan persiapan yang ada.
TreasureSekretaris
Presiden
Divisi Program Divisi Marcomm
Divisi PGA
Anggota divisi MarcommAnggota divisi Program
Anggota divisi PGA
Anggota TreasureAnggota Sekretaris
Presiden
16
Pada pola diatas, komunikasi yang digunakan oleh setiap anggota hampir
sama dengan pola komunikasi bintang pada umumnya. Yang membedakan yaitu
pada garis putus-putus yang menjelaskan bahwa komunikasi antar individu
terbatas pada beberapa orang saja dan lebih banyak kepada sesama anggota pada
satu divisi tersebut. Bentuk partisipasi lain dapat dilihat dari respon anggota
terhadap kegiatan yang diadakan oleh Young On Top Solo. Salah satu kegiatan
yang juga merupakan acara tahunan Young On Top yaitu Connect Conference
yang diselenggarakan oleh hampir seluruh Young On Top di seluruh Indonesia.
Acara yang diselenggarakan pada hari Sabtu, 28 Juli 2018 lalu melibatkan
partisipasi dari semua anggota Young On Top Solo serta masyarakat khususnya
anak muda di kota Solo.
Personal branding dalam Young On Top
Mencapai kesuksesan di usia muda merupakan tujuan awal yang ingin dicapai dari
masing-masing individu pada komunitas Young On Top Solo. Untuk mencapai
kesuksesan tersebut, perlu ditanamkan suatu hal positif yang dapat melekat kuat
dalam diri anak muda sehingga dapat mnejadi identitas diri mereka. Dalam Young
On Top sendiri selalu menanamkan moto learn and share yang harus selalu di
aplikasikan dalam setiap kehidupan mereka. Beberapa tujuan yang dimiliki oleh
pengurus Young On Top Solo sendiri yaitu untuk dapat mengembangkan hal positif
dalam diri mereka yang nantinya dapat bermanfaat bukan hanya bagi dirinya tetapi
juga orang lain. Hal tersebut juga merupakan tujuan personal branding itu sendiri
yaitu mengonversikan kompetensi yang dimiliki menjadi manfaat bagi banyak orang,
dalam hal ini soerang individu perlu membangun reputasi diri sesuai dengan
kompetensi dan passion (Boen, 2018: 6).
1. Kompetensi
Dalam Young On Top sendiri, baik anggota maupun pengurus selalu dilatih
untuk meningkatkan kompetensi yang mereka miliki melalui kegiatan-kegiatan
17
baik yang mereka rencanakan maupun kegiatan dari Young On Top pusat. Hal
tersebut juga dijelaskan oleh Wasesa dalam bukunya Personal branding Code
bahwa melatih kompetensi merupakan salah satu faktor keberhasilan dari personal
branding (Wasesa 2018: 25). Untuk mengasah kompetensi para anggota Young
On Top Solo, sejak awal mereka sudah dibekali tentang bagaimana menjadi
seorang pengurus dalam organisasi.
“Nah di upgrading sama makrab itu juga kaya apasih ya sekarang itu kaya semacam diklat kah yang kaya jadi pengurus tu harus begini begini begini begini jadi gak cuma kaya sekedar makrab aja.” (Wawancara Ayunin tanggal 2 November 2018)
Melalui kegiatan tersebut juga, softskill yang mereka miliki akan
dikembangkan lebih lagi melalui bimbingan seorang pemimpin. Mengembangkan
potensi yang ada pada individu dalam organisasi merupakan sebuah langkah awal
untuk membangun sebuah kompetensi diri
2. Konektivitas
Koneksi disini dikaitkan dengan relasi yang diciptakan oleh individu agar
dirinya dapat dikenal melalui kompetensi yang dimiliki. Seperti tujuan yang
dimiliki Rosista bergabung dengan Young On Top Solo.
Kalo dari saya sendiri sih kan ya mbak, saya itu kenal YOT sebelumnya dari mbak saya yang dari Bali. Jadi kemarin itu dia jalan-jalan ke Solo karena acara Young On Top, nah dari sanalah saya kenal Young On Top. Nah menariklah, menarik banget gitu Young On Top bisa kemana-mana dan ada di setiap kota kan lumayan untuk mencari relasi. Terus juga dari bidangnya sendiri, yang Young On Top nya itu yang saya search dari awal itu lebih ke branding diri sendiri, branding ourself. Jadi dari sanalah saya tertarik mengikuti Young On Top.” (Wawancara Rosista tanggal 8 November 2018)
Dalam hal ini, media sosial yang dimiliki secara pribadi maupun organisasi
merupakan jalan yang dapat digunakan untuk membuka dan mencari koneksi
18
secara luas. Seperti pada penggunaan media sosial yang dilakukan oleh salah satu
anggota Young on Top Solo yaitu Bunga. Dia menggunakan sosial media sebagai
sarana dalam mengasah kemampuannya dalam mengembangkan bisnis serta
mencari relasi. Didalamnya juga terdapat kreativitas yang terus dilatihnya guna
mendapatkan identitas produk yang sesuai dengan targetnya.
3. Kreativitas
Beberapa hasil dari kegiatan baru Young On Top Solo yaitu YOT Store, Box
of Opini, YOT Visit, YOT Celebration, Telisik, dan YOT Internship. Walaupun
dalam praktek di lapangan masih ada beberapa kegiatan yang masih belum
terealisasikan, tetapi program-program kegiatan baru tersebut dapat dijadikan
sebagai indikator bahwa mereka berani untuk menjabarkan ide mereka dalam
sebuah kegiatan konkrit. Contoh lain dapat dilihat ketika Young On Top Solo
mengadakan makrab, pembuatan konsep dan acara yang berbeda dari tahun
sebelumnya membuat acara tersebut layak mendapat apresiasi.
“Yaa trus kreatif yang lain itu mungkin waktu upgrading itu kaya keliatan semua sih mba kreatif kaya mereka nyusun panggungnya sedemikian rupa dengan acaranya, itu padahal Cuma tumblr, Cuma aa apaya gatau mereka itu dapet aja kayu bamboo dapet aja kaya kain2 gajelas itu tu gatau dapet darimana gitu, jadi mereka punya konsep yang mateng banget di acara itu tu kaya sehingga acara itu worth it banget gitu untuk didatengin.” (Wawancara Selistia tanggal 24 Oktober 2018).
4. Kerelaan
Dalam buku Personal branding Code, beberapa prinsip yang harus ada dalam
personal branding yaitu; integritas, kejujuran, dan keterbukaan berpendapat. Hal
tersebut adalah nilai-nilai etis yang menjadi komitmen dalam budaya masyarakat
(Wasesa 2018:252). Menurut Selistia, motivasi yang membuat dirinya ingin
bergabung dengan Young On Top karena beberapa prinsip yang menurutnya kecil
19
tapi ternyata itu hal yang penting, sehingga ia ingin lebih tau lagi tentang Young
On Top.
“Pertama itu terinspirasi dari bukunya, dari buku pak Billy Boen yang disitu ada young on top. Dulu tu masih 33 kunci sukses, sekarang udah update udah lebih dari 38 kunci sukses, dan itu ternyata ada kaya komunitasnya, di masing-masing kota ada komunitasnyya gitu. Jadi saya tertarik aja. Kunci pertama tu ada be on time, trus tu kaya masalah kecil yang kita sering abaikan gitu.” (Wawancara Selistia tanggal 24 Oktober 2018)
Kerelaan atau compliance dapat digunakan juga sebagai alat dalam mengukur
sebuah reputasi. Melalui pemberian makna yang ada pada setiap kegiatan, anggota
yang ada dapat melihat bagaimana nilai yang tertanam dalam organisasi tersebut
dan bagaimana nilai tersebut berdampak pada masyarakat luar.
5. Kontribusi
Kontribusi disini melihat sejauh mana solusi yang bisa diberikan memiliki
dampak kepada masyarakat. Sebagai sebuah organisasi, kontribusi merupakan
sebuah tanggung jawab sosial untuk memajukan kesejahteraan masyarakat di
sektor tertentu. Dalam Young On Top Solo sendiri, kontribusi tersebut dinamakan
social project. Social project merupakan bentuk kepedulian dari Young On Top
Solo kepada masyarakat dalam membangun kesejahteraan di beberapa bidang
seperti kesehatan (energy), pendidikan (catalis), dan lingkungan (green). Beberapa
kegiatan yang terlaksana pada tahun ini yaitu love donation (donor darah) dan
mengajar serta bermain dengan anak-anak di SLB di daerah Solo Barat khususnya
yang menderita down syndrome dalam rangkaian kegiatan menyambut World
Down Syndrome Day
20
Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap pola komunikasi Young On Top Solo
dalam membangun personal branding anak muda di kota Solo, mereka cenderung
menggunakan alur pola jaringan segala arah. Dalam pola komunikasi ini anggota
Young On Top Solo memiliki kebebasan dalam menyampaikan gagasan serta
memiliki kesempatan yang sama dalam berpartisipasi pada setiap kegiatan yang
dilakukan. Komunikasi yang terjadi masih banyak dipengaruhi oleh kegiatan diluar
kampus sehingga berdampak juga pada pengembangan diri masing-masing individu.
Selain itu, forum diskusi yang dilakukan oleh Young On Top Solo lebih banyak
menggunakan media (whatsapp atau line chat) dibanding dengan bertemu secara
langsung. Walaupun mereka mengakui bahwa bertemu secara langsung merupakan
cara terbaik dalam diskusi, tetapi beberapa hambatan masih kerap ditemui seperti
anggota yang masih malu atau sungkan dalam menyampaikan pendapat serta anggota
yang kurang memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya.
Dalam hal ini pemimpin memiliki peran penting dalam membangun pola
komunikasi yang baik dan sehat. Young On Top Solo Batch 4 merupakan salah satu
keberhasilan pemimpin yang dapat membangun komunikasi dan partisipasi para
anggotanya menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan tahun lalu. Dalam hal ini,
keberhasilan yang dilakukan dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu bertambahnya
jumlah program kerja baru, sistem komunikasi yang lebih terbuka dan efektif, dan
meningkatnya engagement terhadap masyarakat luar.
Pada aspek personal branding, beberapa nilai sudah dipahami dan juga
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh para anggota Young On Top Solo.
Dalam hal ini kompetensi dan krearivitas merupakan aspek yang sering menjadi
fokus dalam pengembangan diri para anggota Young On Top Solo melalui kegiatan-
kegiatan yang dilakukan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aw, Suranto. (2010). Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Boen, Billy. (2018). Young On Top Updated. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.Bungin, Burhan. (2006). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group.Moleong, Lexy J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
RosdakaryaRomli, Khomsahrial. (2011). Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: PT.
GramediaRuslan, Rosady. (2007). Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi. Jakarta:
PT. Raja Grafindo PersadaSilalahi, Ulber. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.Wasesa, Silih A. (2018). Personal Branding Code. Jakarta: PT. Mizan Publika.Prasetyo, Wisnu., Palupi. (2017, Februari). Pola Komunikasi Komunitas Rumah
Hebat Indonesia dalam Memberdayakan Anak-anak Rejosari, Surakarta. The 5 Th Urecol Proceeding. Diunduh dari http://lpp.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/41.-wisnu-dwi-314-327.pdf
Sentosa, Amrin Tegar. (2015). Pola Komunikasi Dalam Proses Interaksi Sosial Di Pondok Pesantren Nurul Islam Samarinda. Samarinda. Ejournal Ilmu Komunikasi. Volume 3, Nomor 3, hal 491-500. Diunduh dari http://www.portal.fisip-unmul.ac.id/site/?p=3319
Bohang, Fatimah K. (22 Februari 2018). Berapa Jumlah Pengguna Internet Indonesia ?. Dikutip dari https://tekno.kompas.com/read/2018/02/22/16453177/berapa-jumlah-pengguna-internet-indonesia diunduh pada tanggal 12 Februari 2019
www.youngontop.com/visi dan misi diunduh pada tanggal 20 November 2018Young On Top Solo (instagram @yotsolo) diunduh mulai bulan agustus 2018 – januari 2019