Upload
vannhan
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... ii
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ...................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ……………………………..…… v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
ABSTRAK .................................................................................................... xv
ABSTRACT………………………………………………………………….xvi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 4
1.3. Ruang Lingkup Masalah.......................................................... 5
1.4. Orisinalitas Penelitian ............................................................. 6
1.5. Tujuan Penelitian .................................................................... 8
1.5.1 Tujuan Umum ............................................................. 8
1.5.2 Tujuan Khusus ............................................................. 8
1.6. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
1.6.1 Manfaat Teoritis .......................................................... 8
1.6.2 Manfaat Praktis ........................................................... 9
1.7. Landasan Teoritis ................................................................... 9
1.7.1 Teori Negara Hukum ................................................. 9
1.7.2 Teori Kewenangan ..................................................... 11
1.7.3 Teori Efektivitas Penegakan Hukum ......................... 14
1.8. Metode Penelitian ................................................................... 18
1.8.1 Jenis Penelitian ............................................................ 18
1.8.2 Jenis Pendekatan ......................................................... 19
1.8.3 Bahan Hukum ............................................................ 20
1.8.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................... 22
1.8.5 Teknik Analisis .......................................................... 22
BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PEMINDAHAN
KENDARAAN BERMOTOR
2.1 Pengertian Kendaraan Bermotor ............................................. 24
2.2 Istilah dan Pengertian Pemindahan Kendaraan Bermotor ....... 28
2.3 Prosedur Pemindahan Kendaraan Bermotor ........................... 30
BAB III. PENGATURAN DAN PELAKSANAAN PEMINDAHAN
KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA DENPASAR
3.1 Dasar Hukum Pengaturan Pemindahan Kendaraan
Bermotor .................................................................................. 32
3.2 Prosedur Pelaksanaan Pemindahan Kendaraan Bermotor ....... 37
BAB IV. FAKTOR PENDUKUNG DAN KENDALA DALAM
PELAKSANAAN PEMINDAHAN KENDARAAN
BERMOTOR DI KOTA DENPASAR
4.1 Faktor-faktor yang Mendukung Pelaksanaan Pemindahan
Kendaraan Bermotor .............................................................. 44
4.2 Kendala dalam Pelaksanaan Pemindahan Kendaraan
Bermotor .................................................................................. 51
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 55
5.2 Saran ........................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
1. Daftar Rekapitulasi Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (LLAJ) di Kota Denpasar Januari – Desember Tahun 2015 ......... 48
2. Daftar Rekapitulasi Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (LLAJ) di Kota Denpasar Januari – September Tahun 2016......... 49
ABSTRAK
Pemerintah Kota Denpasar melalu Dinas Perhubungan bersama pihak
terkait lainnya telah melakukan berbagai usaha untuk menurunkan tingkat
kepadatan lalu lintas yang diakibatkan oleh kendaraan yang berhenti atau parkir
pada tempat yang dilarang berhenti atau parkir sebagaimana didasarkan pada
Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005.Dengan bertambahnya
kendaraan dan tidak diimbangi dengan perkembangan jalan, sehingga pengendara
memarkir kendaraannya pada ruas jalan yang dilarang untuk parkir. Pemerintah
Kota Denpasar melakukan tindakan berupa pemindahan kendaraan. Pemindahan
kendaraan bermotor di jalan adalah kegiatan untuk memindahkan penempatan
kendaraan bermotor dari jalan/lokasi yang dilarang untuk berhenti dan atau parkir
ke tempat lain yang ditujuk. Hal ini bertujuan untuk mengatasi gangguan terhadap
kenyamanan, keamanan, dan kelancaran lalu lintas. Dengan latar belakang
tersebut permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaturan
dan pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar serta apakah
yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor yang
berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris dengan
pendekatan perundang-undangan (The Statute Approach) dan pendekatan fakta
(The Fact Approach), artinya dalam meneliti masalah dengan menggunakan fakta-
fakta yang terjadi tentang penegakan peraturan daerah terhadap pemindahan
kendaraan bermotor di jalan dengan kajian terhadap perundang-undangan yang
dikaitkan dengan permasalahan yang ada.
Hasil penelitian menunjukan Dinas Perhubungan Kota Denpasar
mempunyai kewenangan dalam pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor
dengan berpedoman pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah Nomor 55
Tahun 2012 tentang Kendaraan, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 28
Tahun 2001 tentang Penetapan Rambu-rambu Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas Pada Ruas-ruas Jalan Tertentu di Kota Denpasar,
Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi
Pemindahan Kendaraaan Bermotor di Jalan, danSOP Nomor
194/007/DISHUB/2010. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemindahan
kendaraan bermotor di Kota Denpasar adalah kurangnya petugas, minimnya
sarana dan prasarana, tidak tersedianya tempat penyimpanankendaraan dan masih
kurangnya kesadaran masyarakat. Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa
pertama Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Perhubungan mempunyai
kewenangan untuk melakukan pemindahan kendaraan yang parkir dipinggir jalan
tidak pada tempatnya. Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala,
seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir
pada tempat yang telah ditentukan.
Kata Kunci : penegakkan, kewenangan, pemindahan, kendaraan bermotor
ABSTRACT
Denpasar City Government through the Department of Transportation
Joint parties Subscribe more has do different efforts to review Lowering the
density level of Traffic that caused by the Vehicle Stop or parking on The
Prohibited Stop or parking as based at Regional Regulation Denpasar No. 5 year
2005. With increasing vehicle and not offset by the development of the road, so
motorists to park their vehicles on roads that area prohibited for parking.
Denpasar city government take action in the from of transfer of a vehicle.
Removal vehicles on the roads is an activity to move the placement of a motor
vehicle from the road/location prohibited to stop or npark to another place
location. It aims to overcome the disruption of comfort, safety, and smooth traffic.
Againts the background of the issues studied in this thesis is how regulation and
implementation of the city of Denpasar and whether that is an obstacle in the
implementation of the transfer of motor vehicles to stop or park in a place that is
prohibited.
This type of research used by the author is the kind of empirical legal
research with the approach of legislation (The Statute Approach) and the
approach of the facts (The Fact Approach), meaning that in researching the
problem by using the facts that occurred on the enforcement of local regulations
on the transfer of motor vehicles on the road with the study of the law associated
with the existing problems.
The results showed Denpasar city transportation department has the
authority in the implementation of the transfer of a motor vehicle by referring to
the Law of the Republic of Indonesia Number 22 Year 2009 regarding Traffic and
Road Transportation, Government Regulation No. 55 Year 2012 on vehicles,
Denpasar City Regional Regulation No. 28 Year 2001 concerning the Stipulation
signs Traffic, trail Marker and Paraphernalia Cues Traffic on sections of road
Certain in Denpasar, Regional Regulation Denpasar Number 5 of 2005
concerning Levies Displacement Motor Vehicles on Roads, and in carrying out
the transfer of a motor vehicle in accordance with SOP No. 194/007 / DISHUB /
2010. Obstacles encountered in the implementation of the transfer of a motor
vehicle in the city of Denpasar is a lack of staff, lack of infrastructure, lack of
storage space and the vehicle is still a lack of public awareness. Of the results of
the study it can be concluded that the first government of Denpasar city through
the transportation department has the authority to transfer vehicle parked
alongside a road is not in place. Both in its implementation are still many
obstacles, such as infrastructure and the lack of discipline motorists for park in a
designated place.
Keywords: enforcement, authority, transport, motor vehicle
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan sektor pariwisata di Bali telah membuka
perkembangan diberbagai sektor seperti sektor jasa, industri kecil, perdagangan,
pendidikan, maupun transportasi. Telah terbukti sektor-sektor tersebut menjadi
pemacu pertumbuhan perekonomian masyarakat Kota Denpasar pada khususnya.
Denpasar sebagai ibu Kota Provinsi Bali tumbuh sangat pesat, karena sebagai
pusat perkantoran baik untuk pemerintah maupun swasta, pusat pendidikan, pusat
perdagangan dan pusat pemasaran produk industri besar dan kecil lainnya.
Berdasarkan data yang di peroleh dari situs resmi Kota Denpasar, jumlah
penduduk Kota Denpasar sesuai dengan hasil sensus pada tahun 2010 berjumlah
788.445 jiwa. Tahun 2010 angka kerja di Kota Denpasar sebanyak 310.832,
dengan rincian 9.506 orang terserap di sektor pertanian, 35.245 terserap di sektor
industri, 127.581 terserap di sektor perdagangan, hotel dan restoran, 20.816 di
sektor transportasi, 17.026 terserap di sektor konstruksi dan 10.658 di sektor jasa-
jasa lainnya.1 Tentunya data ini semakin mendukung perkembangan berbagai
sektor kehidupan di Kota Denpasar.
Implikasi dari jumlah penduduk yang setiap tahunnya terus mengalami
peningkatan berpengaruh terhadap tatanan kehidupan masyarakat Kota Denpasar.
Berbagai permasalahan di tengah masyarakat muncul seperti permasalahan
1http://www.denpasarkota.go.id/index.php/selayang-padang/4/kondisi-kemasyarakatanDiakses
pada tanggal 16 april tahun 2016 pukul 19.20
2
sampah dan limbah pencemaran lingkungan, adanya gelandangan dan pengemis,
kedatangan penduduk pendatang, banyaknya pedagang kakilima, serta
permasalahan yang hampir dapat ditemukan disepanjang jalan Kota Denpasar
yaitu parkir sembarangan.
Permasalahan parkir di Kota Denpasar tidak dapat dilepaskan dari
mobilitas tinggi berlalu lintas oleh masyarakat. Peningkatan kepadatan lalu lintas
sangat dirasakan di jalan-jalan menuju sekolah, perkantoran, pusat perdagangan,
maupun daerah tujuan wisata. Kepadatan yang paling dirasakan pada saat
masyarakat memulai aktivitasnya di pagi hari seperti mengantar anak ke sekolah
maupun berangkat ke tempat kerja. Kepadatan lalu lintas di Kota Denpasar bukan
lagi merupakan kepadatan yang diakibatkan oleh peningkatan jumlah kendaraan,
namun banyaknya kendaraan bermotor yang parkir sembarangan di ruas jalan,
sehingga mengakibatkan berkurangnya bahu jalan untuk berlalu lintas.
Sebagaimana diamanatkan oleh ketentuan Pasal 43 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang
menyatakan bahwa penyediaan fasilitas parkir untuk umum hanya dapat
diselenggarakan di luar ruang milik jalan sesuai dengan izin yang diberikan.
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, fasilitas parkir untuk kepentingan umum
harus diselenggarakan berdasarkan izin atau persetujuan pemerintah. Fasilitas
parkir yang tidak ditujukan untuk umum dan memang tidak diperkenankan
sebagai lahan parkir akan disertai dengan marka jalan berupa petunjuk-petunjuk
yang menjelaskan bahwa di tempat tersebut tidak diperbolehkan untuk parkir.
Namun dalam kenyataannya di Kota Denpasar masih saja ditemukan tindakan
3
pengendara mobil maupun sepeda motor yang melanggar ketentuan larangan
parkir tersebut.
Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Perhubungan bersama pihak
terkait lainnya telah melakukan berbagai usaha untuk menurunkan tingkat
kepadatan lalu lintas yang diakibatkan oleh parkir sembarangan sebagaimana
didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 28 Tahun 2001 tentang
Penetapan Rambu-rambu Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas Pada Ruas-ruas Jalan Tertentu di Kota Denpasar, Peraturan Daerah Kota
Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan
Bermotor di Jalan, dan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 1 Tahun 2015
tentang Ketertiban Umum. Sebagaimana bunyi ketentuan Pasal 2 ayat (1)
Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi
Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan, bahwa kendaraan bermotor dan atau
kereta tempelan yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang berhenti atau
parkir baik yang disengaja atau mengalami kerusakan teknis/mogok wajib
dipindah ketempat lain oleh pengemudi kendaraan dimaksud agar tidak
menggangu kelancaran lalu lintas. Mendasarkan pada ketentuan pasal tersebut,
maka tindakan memarkir kendaraan di tempat yang dilarang berhenti merupakan
tindakan pelanggaran dan mengganggu kelancaran lalu lintas. Bentuk tindakan
mengganggu kelancaran lalu lintas merupakan kegiatan yang mengganggu
ketertiban umum sebagaimana termaksud dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar
Nomor 1 Tahun 2005 tentang Ketertiban Umum.
4
Tindakan penertiban yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota
Denpasar tidak hanya dilakukan satu atau dua kali saja. Tindakan tersebut bahkan
dilakukan berulang-ulang. Tentunya hal tersebut mengindikasikan bahwa
masyarakat di Kota Denpasar tidak jera dengan prosedur pemindahan kendaraan
bermotor yang telah diterapkan sehingga masih saja memarkir kendaraannya
ditempat dengan ketentuan larangan parkir.
Meskipun upaya penertiban tersebut telah dilakukan secara maksimal,
dalam kenyataannya masih saja ditemukan kendaraan-kendaraan yang melanggar
di tempat larangan parkir. Langkah Dinas Perhubungan Kota Denpasar melakukan
pemindahan kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar
terkait terhadap kendaraan-kendaraan yang melanggar tidak mampu menurunkan
tingkat pelanggaran atas larangan parkir. Padahal apabila diperhatikan dengan
seksama, prosedur pemindahan kendaraan ini dianggap mampu membuat jera
pihak-pihak yang melanggar. Mencermati uraian sebagaimana disampaikan
penulis di atas, penulis terdorong untuk menjadikan sebagai penelitian dengan
judul “Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005
Berkaitan Dengan Pemindahan Kendaraan Bermotor”
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu
penelitian, karena dengan perumusan masalah seorang peneliti telah
mengidentifikasi persoalan yang diteliti sehingga sasaran yang hendak dicapai
menjadi jelas, terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan.
5
Berdasarkan hal tersebut, maka masalah yang hendak diteliti dan dibahas
dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaturan dan pelaksanaan pemindahan kendaraan
bermotor berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun
2005 ?
2. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanakan pemindahan kendaraan
bermotor yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang ?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup penelitian merupakan bingkai penelitian untuk membatasi
area penelitian yaitu pembatasan terhadap masalah untuk diperjelas batas
kajiannya. Kajian masalah dalam penelitian ini dibatasi berdasarkan pada
Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi
Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan, yang berkaitan dengan pelaksanaan
pemindahan kendaraan bermotor.
Kajian didahului dengan pembahasan mengenai pengaturan dan
pelaksanaan pemindahaan kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005. Selanjutnya dibahas mengenai faktor-faktor
yang menjadi kendala dalam pelaksanakan pemindahan kendaraan bermotor yang
berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang sesuai dengan penerapan prosedur
pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005.
6
1.4 Orisinalitas Penelitian
Skripsi ini merupakan karya tulis asli dari penulis sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian ini dibuat berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan di Universitas Udayana, melalui buku, peraturan
perundang-undangan, dan internet. Sebelumnya, peneliti telah melakukan riset
apakah ada penelitian dengan judul dan rumusan masalah yang sama atau tidak.
Hasilnya penelusuran menemukan beberapa penelitian yang serupa namun
memiliki judul dan rumusan masalah yang berbeda. Berikut peneliti rangkum
beberapa judul penelitian dan rumusan masalah yang serupa dalam bentuk tabel
sebagai berikut :
No. Nama Peneliti Judul Rumusan Masalah
1 Herman
Setiawan.
Fakultas Hukum.
Universitas
Airlangga.
Tahun 2012.
Perlindungan Hukum Bagi
Wajib Pajak Kendaraan
Bermotor Di-Jatim
Berkenaan Tarif Progresif.
1. Bagaimana prosedur
pemungutan Pajak Progresif
kendaraan bermotor dengan
tarif progresif di Jawa Timur?
2. Apa permasalahan hukum
yang timbul dalam
pemungutan Pajak Kendaraan
Bermotor dengan Tarif
Progresif dan upaya hukum
yang bisa dilakukan wajib
7
pajak apabila terjadi masalah
dalam pemungutan Pajak
Kendaraan Bermotor dengan
Tarif Progresif ?
2 Desak
Widhiatuti.
Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu
Politik.
Universitas
Hasanuddin.
Tahun 2016
Efektivitas Pemungutan
Pajak Kendaraan Bermotor
Di Kantor Bersama Samsat
Polewali Mandar.
Bagaimana efektivitas
pemungutan pajak kendaraan
bermotor di Kantor Bersama
Samsat Polewali Mandar ?
Sumber : http://repository.unair.ac.id/11059/1/8.%20Skripsi.pdf ;
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/17740/LENGKAP.pdf?s
equence=1
Dari hasil penelusuran diatas, dengan ini penulis menyatakan bahwa
tulisan yang berjudul Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5
Tahun 2005 berkaitan dengan Pemindahan Kendaraan Bermotor adalah
sepenuhnya hasil pemikiran dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
8
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan karya ilmiah ini terdiri dari dua tujuan, yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus.
1.5.1 Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengatahui dan mengkaji
pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 berkaitan
dengan pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar.
1.5.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini
pertama adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimanakah pengaturan
dan pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005, kedua untuk mengetahui apakah yang
menjadi kendala dalam pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor yang
berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.6.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
bidang pendidikan terutama dalam bidang Ilmu Hukum khususnya Hukum
Administrasi Negara berkaitan dengan prosedur pemindahan kendaraan bermotor
di Kota Denpasar.
9
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang hendak ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain:
a) Bagi penulis adalah kajian ini bermanfaat untuk mengetahui dan juga
menambah pengetahuan mengenai Peraturan Daerah Kota Denpasar
Nomor 5 Tahun 2005 terutama mengenai prosedur pemindahan kendaraan
bermotor dijalan.
b) Bagi masyarakat diharapkan dengan adanya peraturan daerah ini,
masyarakat memperoleh penjelasan bahwa penerapan Peraturan Daerah ini
guna memberikan ketaatan dan kedisiplinan serta kenyamanan dalam
berlalu lintas bagi masyarakat yang berada di Kota Denpasar.
c) Bagi pemerintah adalah dapat menginformasikan secara jelas kepada
masyarakat tentang penegakan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5
Tahun 2005 khususnya yang berkaitan dengan prosedur pemindahan
kendaraan bermotor.
1.7 Landasan Teoritis
Untuk mengkaji permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini digunakan
beberapa landasan teoritis sebagai berikut:
1.7.1 Teori Negara Hukum
Teori negara hukum dipergunakan sebagai landasan teoritis yang relevan
dipergunakan dalam penelitian ini. Hal ini karena ajaran negara hukum
merupakan hal yang ingin diwujudkan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sejak awal kemerdekaan hingga
10
pasca amandemen. Dalam negara hukum, hukum memiliki kedudukan tertinggi
dalam negara sehingga setiap hal dilaksanakan berdasarkan aturan hukum yang
berlaku. Secara Konstitusional Negara Indonesia adalah Negara Hukum, hal ini
tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, yang menyebutkan bahwa “Negara Indonesia adalah
negara hukum”. Untuk dapat disebut sebagai negara hukum maka harus memiliki
dua unsur pokok yakni adanya perlindungan Hak Asasi Manusia serta adanya
pemisahan dalam negara2.
Istilah negara hukum di Indonesia dipadankan dengan 2 (dua) istilah
bahasa asing yaitu Rechtstaat dan Rule of Law, namun kedua istilah tersebut
haruslah dibedakan. Rechtstaat merupakan istilah dari bahasa Belanda yang
digunakan untuk menunjuk tipe negara hukum yang diterapkan di negara-negara
yang menganut civil law system. Istilah Rule of Law berasal dari bahasa Inggris
dan digunakan untuk menunjuk tipe negara hukum dari negara-negara yang
menganut common law system.3
Kemudian di jelaskan unsur-unsur yang terdapat didalam istilah Rechtsaat
oleh Frederich Julius Stahl yaitu ; Unsur-unsur Rechtstaat menurut Frederich
Julius Stahl terdiri atas 4 (empat) unsur pokok, yaitu:
a. Adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia;
b. Adanya pembagian kekuasaan didasarkan pada teori trias politika;
c. Pemerintah berdasarkan undang-undang (wetmatigheid van bestuur); dan
d. Adanya peradilan administrasi atau peradilan tata usaha negara dalam
perselisihan (ada peradilan administrasi atau peradilan tata usaha negara yang
2Moh Kusnardi dan Bintang R. Saranggih, 2000, Ilmu Negara, Edisi Revisi, Cet 4, Gaya
Media Pratama, Jakarta, h. 132. 3I Dewa Gede Atmadja, 2010, Hukum Konstitusi Problematika Konstitusi
IndonesiaSesudah Perubahan UUD 1945, Setara Press, Malang, h. 157.
11
bertugas menangani kasus perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh
pemerintah).4
Kemudian di jelaskan unsur-unsur yang terdapat didalam Konsep Rule of
Law dikemukakan oleh A.V. Dicey memuat 3 (tiga) unsur. Adapun ketiga unsur
Rule of Law yang dikemukakan oleh A.V. Dicey dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Supremasi hukum (supremacy of low)dari regular law untuk menentang
pengaruh dari arbitrary power dan meniadakan kesewenang-wenangan,
prerogative atau discretionary authority yang luas dari pemerintah;
b. Persamaan di hadapan hukum (equality before the law) dari semua golongan
kepada ordinary law of the land yang dilaksanakan oleh ordinary court. Ini
berarti bahwa tidak ada orang yang berada di atas hukum, baik pejabat maupun
warganegara biasa berkewajiban menaati hukum yang sama;
c. Konstitusi adalah hasil dari the ordinary law of the land, bahwa hukum
konstitusi bukanlah sumber tetapi merupakan konsekuensi dari hak-hak
individu yang dirumuskan dan ditegaskan oleh peradilan, singkatnya, prinsip-
prinsip hukum privat melalui tindakan peradilan dan parlemen sedemikian
diperluas sehingga membatasi posisi Crown dan pejabat-pejabatnya.5
Sebagaimana dikemukakan konsep negara hukum terdapat dua konsep
yaitu Rechtstaat dan Rule of Law, dimana dalam konsep Rechtstaat menyatakan
bahwa tindakan pemerintah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
wetmatigheid van bestuur/Asas Legalitas, dari sini dapat dilihat bahwa terdapat
hubungan antara asas legalitas dengan kepastian hukum karena semua tindakan
pemerintah harus berdasarkan hukum.
1.7.2 Teori Kewenangan
Wewenang merupakan hal yang esensial dalam kajian hukum administrasi
negara karena berhubungan dengan pertanggungjawaban hukum dan penggunaan
wewenang tertentu. Dalam hukum tata negara dan hukum administrasi negara,
4Yopi Gunawan, 2015, Perkembangan Konsep Negara Hukum & Negara Hukum Pancasila
, PT Refika Aditama, Bandung, h. 50. 5Iriyanto A Baso Ence, 2006, Negara Hukum dan Hak Uji Kosnstitusionalalitas Mahkamah
Konstitusi, Alumni, Bandung, h. 41.
12
istilah “kekuasaan” dan “wewenang” terkait erat dengan pelaksanaan fungsi
pemerintahan, karena dalam teori kewenangan dijelaskan bahwa untuk
melaksanakan fungsi pemerintahan, kekuasaan dan kewenangan sangatlah
penting. Bedanya antara kekuasaan dengan wewenang (authority) adalah bahwa
setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan,
sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau
sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari
masyarakat.6
Prajudi Atmosudirdjo berpendapat tentang wewenang dalam kaitanya
dengan kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang
berasal dari kekuasaan legislatif (diberikan oleh Undang-Undang) atau dari
kekuasaan eksekutif/administratif. Kewenangan adalah kekuasaan terhadap
golongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang
pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang
hanya hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja. Di dalam kewenangan
terdapat wewenang-wewenang. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan
sesuatu tindak hukum publik.7
Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama
dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat
atau tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban
(rechten en plichten). Dalam kaitan dengan otonomi daerah, hak mengandung
pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri (zalfregelen) dan mengelola sendiri
6Soerjono Soekanto, 1980, Pokok Pokok Sosiologi Hukum, CV. Rajawali, Jakarta,
(selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h. 80. 7Prajudi Atmosudirdjo, 1981, HukumAdministrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 29.
13
(zelfbesturen), sedangkan kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk
menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mestinya. Vertikal berarti
kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam satu tertib ikatan pemerintahan
negara secara keseluruhan.8
Secara teori kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-
undangan diperoleh dengan tiga cara, yaitu atribusi, delegasi, dan mandat. Dalam
hal ini, Van Wijk mendefinisikan hal-hal tersebut sebagai berikut :
1. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-
undang kepada organ pemerintahan.
2. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah dari satu organ
pemerintah kepada organ pemerintah lainnya.
3. Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangan
dijalankan oleh organ lainnya atas namanya.9
Kewenangan atribusi lazimnya digariskan melalui pembagian kekuasaan
negara oleh Undang-Undang Dasar, sedangkan kewenangan delegasi dan mandat
adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan.
Berdasarkan pemaparan diatas, terkait dengan teori kewenangan pada
penulisan skripsi ini, yang berjudul pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar
Nomor 5 Tahun 2005 berkaitan dengan pemindahan kendaraan bermotor
merupakan kewenangan dari Dinas Perhubungan sebagaimana dijelaskan pada
pasal 8 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang
Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan. Sehingga kewenangan Dinas
Perhubungan dikualifikasikan sebagai mandat. Mandat yang dimaksud merupakan
8Ridwan HR, 2002, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h .99. 9Hutauruk Marulam, 1978, Asas-Asas Ilmu Negara, Erlangga, Jakarta, h. 102.
14
penjabaran dari penegasan Pasal 2 ayat (2) Perda Kota Denpasar Nomor 5 Tahun
2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan.
1.7.3 Teori Efektivitas Penegakan Hukum
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman prilaku dalam
lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Menurut Soerjano Soekanto inti dari penegakan hukum adalah
keserasian hubungan antara nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang
mantap dan berwujud dengan prilaku sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap
akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan
hidup. Oleh karena itu dapatlah dikatakan, bahwa penegakan hukum bukanlah
semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan, walaupun di dalam
kenyataan di Indonesia kecenderungan adalah demikian, sehingga pengertian law
enforcement begitu popular.10
Berdasarkan penjelasan diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan
sementara, bahwa masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada
faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor tersebut mempunyai arti
yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor
tersebut. Faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut :11
a. Faktor hukumnya sendiri
10Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Rajawali Pers, Jakarta, (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h. 7. 11Ibid, h. 8.
15
Dalam faktor hukumnya sendiri, akan dibatasi pada undang-
undang saja.Mengenai faktor hukum dalam hal ini dapat di ambil contoh
pada Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang
Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan.
b. Faktor penegak hukum
Faktor ini meliputi pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum. Proses penegakan hukum dalam kenyataannya
memuncak pada pelaksanaan oleh para pejabat penegak hukum itu
sendiri.12 Penegakan hukum akan dibatasi pada kalangan yang secara
langsung berkecimpung dalam bidang penegakan hukum yang tidak hanya
mencakup law enforcement, akan tetapi juga peace maintenance.13
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin
penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana dan fasilitas
tersebut antara lain, mencangkup tenaga manusia yang berpendidikan dan
terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang
cukup, dan seterusnya. Kalau hal-hal itu tidak terpenuhi, maka mustahil
penegakan hukum akan mencapai tujuannya.14
Penegakan peraturan akan berjalan dengan baik jika aparat
penegakan memiliki pendidikan yang memadai, memiliki tata kelola
organisasi yang baik, ditambah dengan keuangan yang mencukupi.
12Yuniasril Ali, 2007, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h.244. 13Soerjono Soekanto II, op.cit, h. 19. 14Ibid, h.37.
16
d. Faktor masyarakat
Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk
mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari
sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum
tersebut.15 Masyarakat Indonesia mempunyai pendapat mengenai hukum
antara lain :
1. Hukum diartikan sebagai ilmu pengetahuan,
2. Hukum diartikan sebagai disiplin, yakni sistem ajaran tentang
kenyataan,
3. Hukum diartikan sebagai norma atau kaidah, yakni patokan
perilaku pantas yang diharapkan,
4. Hukum diartikan sebagai tata hukum (yakni hukum positif tertulis),
5. Hukum diartikan sebagai petugas ataupun pejabat,
6. Hukum diartikan sebagai keputusan pejabat atau penguasa,
7. Hukum diartikan sebagai proses pemerintahan,
8. Hukum diartikan sebagai prilaku teratur dan unik,
9. Hukum diartikan sebagai jalinan nilai,
10. Hukum diartikan sebagai seni.16
Masalah yang timbul sebagai akibat anggapan masyarakat adalah
mengenai penerapan perundang-undangan. Kalau penegak hukum
menyadari bahwa dirinya dianggap hukum oleh masyarakat, maka tidak
mustahil bahwa perundang-undangan ditafsirkan terlalu luas atau terlalu
sempit. Selain itu, mungkin timbul kebiasaan untuk kurang menelaah
perundang-undangan yang kadangkala tertinggal dengan perkembangan di
dalam masyarakat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, anggapan-anggapan dari
masyarakat tersebut harus mengalami perubahan-perubahan di dalam
15Ibid,h.45. 16Ibid, h. 45-46
17
kadar-kadar tertentu. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan
melalui penerapan atau penyuluhan hukum yang senantiasa dievaluasi
hasil-hasilnya, untuk kemudian dikembangkan lagi. Kegiatan-kegiatan
tersebut nantinya akan dapat menempatkan hukum pada kedudukan dan
peran yang semestinya.17
e. Faktor kebudayaan
Kebudayaan hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang
mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsi-
konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianuti) dan
apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai tersebut,
lazimnya merupakan pasangan nilai nilai yang mencerminkan dua keadaan
ekstrim yang harus diserasikan.
Pasangan nilai yang berperan dalam hukum, adalah sebagai berikut :
1. Nilai ketertiban dan nilai ketentraman,
2. Nilai jasmaniah/kebendaan dan nilai rohaniah/keakhlakan,
3. Nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai kebaruan/inovatisme.18
Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena
merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari pada
efektivitas penegakan hukum.19
17Ibid,h.54-55. 18Ibid, h.59-60. 19Ibid, h. 9.
18
1.8 Metode Penelitian
Penentuan metode penelitian yang tepat sangat penting dalam sebuah
penelitian. Metode merupakan cara untuk melaksanakan pekerjaan, pemilihan,
metode yang tepat akan mempermudah suatu penelitian. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi
ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Hal ini
sejalan dengan esensi ilmu untuk memperoleh interelasi yang sistematis.20
Adapun metode yang digunakan dalam skripsi ini meliputi :
1.8.1 Jenis Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa
dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.21
Penelitian yang dilakukan dalam kaitannya dengan penulisan penelitian ini
termasuk jenis penelitian hukum empiris. Penelitian Hukum empiris merupakan
penelitian ilmiah yang menjelaskan fenomena hukum tentang terjadinya
kesenjangan antar norma dengan prilaku masyarakat (kesenjangan antara das
Sollen dan das Sein atau antara the Ought dan the is atau antara yang seharusnya
dengan senyatanya di lapangan). Obyek penelitian hukum empiris berupa
pandangan, sikap, dan prilaku masyarakat dalam penerapan hukum.22
Peter Mahmud Marzuki berpendapat bahwa penelitian hukum empiris
adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama
20Bambang Sunggono, 2007, Metodelogi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo, Jakarta, h.
44. 21Soerjono Soekanto, 2004, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, (selanjutnya disingkat
Soerjono Soekanto III) h.42. 22Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum
Universitas Udayana, Denpasar, hal. 77.
19
dengan melalui penelitian lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan,
wawancara ataupun penyebaran kuisioner dan data yang diperoleh dari
kepustakaan sebagai sumber kedua.23 Penelitian hukum empiris adalah sebuah
metode penelitian hukum yang berupaya untuk melihat hukum dalam artian nyata
atau dapat dikatakan melihat, meneliti bagaimana bekerjanya hukum di
masyarakat.24
Berdasarkan atas pandangan diatas orientasi pengkajian dalam kajian ini
menitik beratkan mengenai pelaksanaan Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 5
Tahun 2005 berkaitan dengan pemindahan kendaraan bermotor.
1.8.2 Jenis Pendekatan
Penelitian hukum umumnyamengenal 7 (tujuh) jenis pendekatan yakni :
a) Pendekatan Kasus (The Case Approach)
b) Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach)
c) Pendekatan Fakta (The Fact Approach)
d) Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual
Approach)
e) Pendekatan Frasa (Words & Phrase Approach)
f) Pendekatan Sejarah (Historical Approach)
g) Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach)25
Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan-pendekatan.
Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum ini adalah pendekatan
23Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, h. 35. 24Amiruddin dan Zainal Azikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h. 133. 25Buku Pedoman Fakultas Hukum Universitas Udayana, Op.cit, h. 80.
20
perundang-undangan, dan pendekatan fakta. Pendekatan perundang-undangan
dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut
paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.26 Pendekatan fakta dilakukan
dengan cara mengadakan penelitian berupa wawancara dan data-data langsung
pada suatu instansi atau lembaga yang menjadi obyek penelitian.
1.8.3 Bahan Hukum
Dalam penyusunan skripsi ini sumber data yang didapatkan dengan
penelitian lapangan yang menghasilkan data primer dan penelitian kepustakaan
yang menghasilkan data sekunder.
1. Data primer yang sumber datanya diperoleh dari penelitian secara
langsung dilapangan (field research) melalui wawancara.
2. Data sekunder adalah data yang dapat diperoleh dengan metode penelitian
kepustakaan (library Research), yaitu penelitian yang dilakukan terhadap
dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang
berwujud laporan dan seterusnya yang berhubungan dengan masalah yang
di bahas.27
Data dan bahan-bahan hukum yang dipergunakan dalam penulisan ini terdiri dari :
a. Data primer adalah data yang diperoleh dari informasi yang berkaitan
dengan kejadian di lapangan. Dalam hal ini dilakukan di Dinas
Perhubungan Kota Denpasar.
26Peter Mahmud Marzuki,op.cit, h. 93. 27Rony Hanitjo Soemitro, 1988, Metode Penelitian Hukum, dan Jurimetri, Cet III, Ghalia
Indonesia, Jakarta, h. 14.
21
b. Data sekunder adalah data yang di dapat dari dokumen-dokumen, buku-
buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.
Adapun bahan bahn hukum yang diteliti sebagai berikut :
a) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai
otoritas (autoritatif). Bahan hukum primer terdiri atas peraturan
perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam
pembuatan suatu peraturan perundang-undangan, dan putusan
hakim.28 Bahan hukum primer dalam penulisan ini adalah bahan
hukum berupa peraturan perundang-undangan, antara lain yaitu
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan,
Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 28 Tahun 2001 tentang
Penetapan Rambu-rambu Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat
Pemberi Isyarat Lalu Lintas Pada Ruas-ruas Jalan Tertentu di Kota
Denpasar, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005
tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan,
Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Kebersihan dan Ketertiban Umum.
b) Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum
yang merupakan dokumen yang tidak resmi. Publikasi tersebut
28H. Zainuddin Ali, 2016, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 47.
22
terdiri atas (a) buku-buku teks yang membicarakan suatu dan/atau
beberapa permasalahan hukum, termasuk skripsi, tesis, dan
disertasi hukum, (b) kamus-kamus hukum, (c) jurnal-jurnal
hukum, dan (d) komentar-komentar atas putusan hakim.29 Bahan
hukum sekunder dalam penulisan ini adalah buku-buku,
tulisan/karya ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian.
1.8.4 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini yaitu :
a. Teknik wawancara (interview), merupakan salah satu teknik dalam
penelitian untuk mengumpulkan data. Wawancara adalah teknik
penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog baik secara langsung
(tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu antara wawancara
dengan yang diwawancarai sebagai sumber data.30 Dalam hal ini teknik
wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara kepada informan
di Dinas Perhubungan Kota Denpasar.
b. Teknik observasi/pengamatan, merupakan salah satu teknik dalam
penelitian untuk mengumpulkan data. Observasi/pengamatan dilakukan
dengan secara langsung kelapangan guna memperoleh data-data yang
diperlukan dalam penulisan skripsi.
1.8.5 Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan ini dengan menggunakan
teknik analisis kualitatif atau yang juga sering dikenal dengan analisis
29Ibid, h. 54. 30Wina Sanjaya, 2013, Penelitian Pendidikan (Jenis, Metode, dan Prosedur), Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, h. 263.
23
deskriptifkualitatif maka keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer
maupun sekunder, diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara
sistematis, digolongkan dalam pola dan tema, diklasifikasikan, dihubungkan
antara satu data dengan data lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami
makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti
setelah memahami keseluruhan kualitas data.31 Dengan demikian penulisan skripsi
ini dilakukan dengan menelaah data primer dan sekunder yang telah terkumpul,
kemudian dianalisis menurut disiplin ilmu Hukum Administrasi Negara sehingga
menjadi pembahasan yang sinergi dan terpadu. Deskripsi dilakukan untuk
menguraikan dimana duduk permasalahannya dan argumentasi dilakukan untuk
memberikan argumentasi penyelesaian masalah yang terjadi berdasarkan data
yang ada.
31Buku Pedoman Fakultas Hukum Universitas Udayana, Op.cit, h. 88.