Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Gilang Nugraha, S.Si., M.SiTempat/Tanggal Lahir : Serang, Juli 1990
Pekerjaan : Dosen dan Peneliti
Instansi : Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Alamat Rumah : Tawangsari – Sidoarjo
Email : [email protected]
IG : biogilang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
• 2008 – 2011 : D-III Analis Kesehatan, Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung
• 2012 – 2013 : S1 Biomedik, Universitas Nasional Jakarta
• 2014 – 2016 : S2 Kedokteran Laboratorium, Universitas Airlangga
• 2019 – Now : S3 Kedokteran Dasar, Universitas Airlangga
Organisasi
• Pengurus DPW PATELKI Jawa Timur
• Anggota Himpunan Kimia Klinik Indonesia
• Pengurus Pusat Asosiasi Institusi Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (AIPTLMI)
• Kepala laboratorium hematologi, Fakultas Kesehatan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Understanding Graphic Displays
in Hematology Analyzer
Gilang Nugraha, S.Si., M.Si
Webinar #5 DPP PATELKI
Sabtu, 6 Februari 2021
Latar Belakang
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium MedikKepmenkes RI No. HK.01.07/MENKES/313/2020
Keterampilan ATLM meliputi kemampuan verifikasi dan validasi hasil guna
memberikan hasil yang andal dan di percaya.
Hematology analyzer adalah
digunakan untuk menghitung dan
mengidentifikasi sel darah dengan
kecepatan dan akurasi tinggi.
verifikasi aspek pathofisiologis
verifikasi aspek teknis
Verifikasi aspek administratif
Gaurav Chhabra (2018)
SKKNI TLM Unit Q.86TLM00.076.1 : Validasi hasil
Diff CountParameters
Hematology Analyzer
CBC, 3-part Diff and Other
Lymph, Mxd, Mono
CBC, 5-part Diff and Other
Eo, Baso, Neut, Lymph, Mono
CBC, 6-part Diff and Other
Eo, Baso, Band, Seg, Lymph, Mono
Jenis Hematology Analyzer
Pelaporan Hasil
Hasil pemeriksaan hematology analyzerdisajikan dalam bentuk :
• Numerik
• Histogram
• Scattergram
• Tanda
• Flags
Electrical Impendance
teknik penghitungan dan
pengukuran sel yang
didasarkan pada pengukuran
perubahan impedansi listrik
(hambatan) yang dihasilkan
oleh partikel (yaitu sel darah).
Metode PemeriksaanHematology Analyzer 3-part diff
Each pulse = one cell
Height of pulse = cell volume
Time
Puls
e H
eig
ht
(fL)
Teknologi impedansi
melakukan pengukuran
berdasarkan pada
ukuran sel murni.
• RBC,
• PLT dan
• WBC (Lym, Neut, Mix)
Prinsip Pengukuran ImpendansiHematology Analyzer 3-part diff
Time
Puls
e H
eig
ht
(fL)
Osiloskop
Volume (fL)
Cell
Bum
ber
Histogram
Sampel Darah
HCT
PLTRBC
HGB
WBC
Larutan Pengencer
Reagen Litik
PLT RBC Diff Count
• Penumpukan protein pada aperture:
– Jumlah sel menurun palsu (↓) dan volume sel meningkat palsu (↑)
• Perpindahan sel pada aperture :
– Jumlah sel menurun palsu (↓) dan volume sel meningkat palsu (↑)
Kekurangan Metode Impedansi
• Dua sel atau lebih yang saling melewati celah secara bersamaan dapat terhitung satu pulsa, yang artinya terbaca satu sel.
– Jumlah sel menurun palsu (↓) dan volume sel meningkat palsu (↑)
Hydrodynamic Focusing
Tujuan :menghilangkan coincidence loss
dan variant pulse karena aliran
non-axial dan resirkulasi sel ke
zona sensor.
Histogram RBC
• Peak ideally within 80-100 fL
• 2 flexible discriminator
LD (25-75fL)
UD(200-250fL)
RDW-CV
RDW-SD
Lebar dari 20% ketinggian sumbu y
histogram RBC
𝐿2−𝐿1
𝐿2+𝐿1×100
1𝑆𝐷
𝑀𝐶𝑉×100atau
Interpretasi Histogram RBC
Interpretasi Histogram RBC
LD
PLT
LD
RBC
Penyebab:• Mikro-eritrosit• RBC fragments or dysplastic RBC• Giant Platelets• Platelet Clumps
Catatan:Periksa jumlah PLT.
Tindakan Perbaikan:Konfirmasi dengan estimasi PLT (Fonio)
UD
Tinggi abnormal pada LD RBC Tinggi abnormal pada UD RBC
Penyebab:• Cold Agglutinins• Erythroblasts / Normoblasts /NRBC• Aglutinasi RBC• Rouleaux (jarang)
Tindakan Perbaikan:MCV, MCH, MCHC abnormal lakukan slide review
Catatan:Parameter yang ditandai akibat UD tinggi diperiksa.
Interpretasi Histogram RBC
Penyebab:• Terapi pada IDA• Anemia infeksi atau tumor• Transfusi RBC• Leukositosis ekstrem (WBC >600 x 103/µL)
Catatan:Tanda pada RBC, MCV, RDW-SD & RDW-CV
Tindakan Perbaikan:• Penyebab WBC > dicocokkan dengan
parameter dan histogram WBC.• Leukositosis ekstrem : estimasi WBC
Multiple Peaks RBC Distribution Widh (DW) abnormal
Penyebab:• Indikasi aniso- atau poikilositosis
ekstrem.
Tindakan Perbaikan:Lakukan slide review
Catatan:Parameter yang ditandai akibat DW tinggi diperiksa.
Histogram PLT
• Peak ideally within 8-12 fL
• 2 flexible discriminator
LD (2-6fL)
UD(12-30fl)
MPV
PDW
With the peak height assumed to be 100%,
the distribution width at the 20% frequency
level is PDW.
P-LCR adalah rasio trombosit besar dari
diskriminator 12 fL atau lebih besar.
P-LCR
Interpretasi Histogram PLT
Penyebab:• High blank value• Fragmen sel
Catatan:Cek blank value
Tindakan Perbaikan:• Konfirmasi dengan estimasi PLT• Lakukan pembersian (auto rinse)
Tinggi abnormal pada UD PLT
Penyebab:• PLT Clumps
• EDTA-Incombatibility• Clotted sample
• Giant Platelets• Mikroeritrosit
PLT RBC
Tinggi abnormal pada LD PLT
Catatan:Periksa jumlah PLT.
Tindakan Perbaikan:Konfirmasi dengan estimasi PLT (Fonio)
Interpretasi Histogram PLT
Penyebab:Transfusi PLT
Multiple Peaks PLT
Distribution Widh (DW) abnormal
PDW tidak terdeteksi
Fragmentosit
Giant platelets atau micro-clot
Tindakan Perbaikan:Lakukan slide review
Tindakan Perbaikan:Konfirmasi dengan estimasi PLT (Fonio)
Histogram WBC
• 2 flexible discriminator
LD (30-40fL)
UD(300fL)
• 2 TROUGH discriminator
Interpretasi Histogram WBC
Penyebab:• High blank value• Fragmen sel
Catatan:Cek WBC dan parameter lain yang ditandai akibat kurva tidak berahir pada garis.
Tindakan Perbaikan:• Estimasi leukosit• Encerkan sampel 1:5
Tinggi abnormal pada UD PLT
Penyebab:Erythroblasts / Normoblasts /NRBC
Kurva tidak berakhir di garis dasar
Catatan:Periksa jumlah WBC.
Tindakan Perbaikan:• Estimasi WBC• Koreksi WBC jika ditemukan NRBC 5%
Interpretasi Histogram WBC
Neutrophilia
BandSegLymphMonoEoBaso
8 %77 %
7 %7 %1 %0 %
Differential
WBCLYM%MXD%NEUT%
Results
+ 23.8 x 109/L8.1%7.9%
84.0%
Lymphocytosis
BandSegLymphMonoEoBasoAty-Lym
4 %20 %64 %
4 %5 %0 %3 %
Differential
WBCLYM%MXD%NEUT%
Results
7.9 x 109/L+ 64.7%
15.8%– 19.5%
(x 400)(x 1000)
WBC-Histogram WBC-Histogram
Monocytosis
StabSegLymphMonoEoBasoMetAty-Lym
8 %37 %17 %35 %
1 %0 %1 %1 %
Differential
WBCLYM%MXD%NEUT%
Results
7.7 x 109/LF1 * 13.2%F2 * 37.7%
49.1%
Eosinophilia
StabSegLymphMonoEoBasoMyMetAty-Lym
1 %19 %20 %
9 %47 %
1 %1 %1 %1 %
Differential
WBCLYM%MXD%NEUT%
Results
4.3 x 109/L18,3%
+ 62,2%– 19.5%
(x 1000) (x 1000)
WBC-Histogram WBC-Histogram
Radiofrequency
Metode PemeriksaanHematology Analyzer 5-part diff
Optical/Light Scatter
Arus elektromagnetik tegangan
tinggi mendeteksi ukuran sel
berdasarkan kepadatan sel
sehingga memberikan informasi
karakteristik internal sel.
Cahaya monokromatik dipancarkan yang
dipancarkan pada sel akan menyebar kan
cahayake segala arah yang dapat
memberikan informasi ukuran dan
karakteristik sel.
Metode PemeriksaanHematology Analyzer 5-part diff
Hasil hamburan cahaya :
• Difraksi: pembengkokan di sekitar sudut atau permukaan sel,
• Refraksi: pembengkokan karena perubahan kecepatan, dan
• Refleksi: hamburan sinar ke belakang yang disebabkan oleh halangan.
Light Scatter digunakan
sebagai metodologi utama
atau biasanya
dikombinasikan dengan
metode lain.
Jenis Light ScatterHematology Analyzer 5-part diff
0⁰ = Forward-scattered light 90⁰ = Side-scattered light Fluorescent light
Volume sel / ukuran Struktur internal
(bentuk inti, granula, dll)
Kematangan sel
(DNA dan RNA)
Scatter Plot WBCHematology Analyzer 5-part diff
Pencaran cahaya pada sudut yang berbeda dapat diplot satu sama lain untuk
menghasilkan sitogram dua dimensi atau scatter plot.
Untuk membaca scattergram, kita perlu tahu apa yang di
ukur pada sumbu X dan sumbu Y
Forward-scattered light
Side-scattered light
2D Scatter Plot WBCHematology Analyzer 5-part diff
Multi-Angel Polarized Scatter SeparationHematology Analyzer 5-part diff
Teknologi Multi-Angle Polarized Scatter Separation (MAPSS) menggunakan
empat detektor sebaran cahaya untuk menentukan berbagai fitur seluler.
Semakin banyak detektor (diposisikan pada berbagai sudut) yang digunakan
untuk mengumpulkan sinyal pada setiap sel, semakin banyak informasi yang
dihasilkan mengenai karakteristik seluler, sehingga meningkatkan akurasi
identifikasi sel.
• 0 ° atau Axial Light Loss (ALL): ukuran
• 0 ° - 10 ° Intermediate Angle Scatter (IAS):
kompleksitas seluler
• 90 ° Polarized Side Scatter (PSS): lobularitas
/ segmentasi nuleus
• 90 ° Depolarized Side Scatter (DSS):
granula.
Jenis Scattergram
• Sumbu X: kematangan
• Sumbu Y: ukuran
• Digunakan untuk
pemisahan dan
penghitungan jumlah total
WBC, basofil, dan eritrosit
berinti.
Prinsip Pengukuran
Jenis Scattergram
Prinsip Pengukuran
• Sumbu X: Kompleksitas
• Sumbu Y: Kematangan
• Digunakan untuk pemisahan
dan perhitungan neutrofil,
eosinofil, limfosit, monosit,
dan granulosit belum matang
(Immature Granulocyte, IG)
Jenis Scattergram
Prinsip Pengukuran
• Sumbu X: Kematangan
• Sumbu Y: Ukuran
• Digunakan untuk pemisahan
dan perhitungan retikulosit
Pengelompokan
• low fluorescence ratio (LFR)
• medium fluorescence ratio
(MFR)
• high fluorescence ratio
(HFR)
Jenis Scattergram
Prinsip Pengukuran
• Sumbu X: Kematangan
• Sumbu Y: Ukuran
• Digunakan untuk
pemisahan dan
perhitungan platelet
matang (PLT-F) dan
platelet muda (Immature
Platelet Fraction, IPF)
• IPF mencerminkan
peningkatan produksi
platelet pada sumsum
tulang
Jenis Scattergram
Prinsip Pengukuran
• Sumbu X: kompleksitas
• Sumbu Y: lobularitas
• Membedakan Polimorfonuklear dan Mononuklear
kompleksitas
lobula
rita
s
Jenis Scattergram
Prinsip Pengukuran
• Sumbu X: lobularitas
• Sumbu Y: granularitas
• Pemisahan polimorfonuklear menjadi neutrofil dan eosinofil
lobularitas
gra
nula
rita
s
Jenis Scattergram
Prinsip Pengukuran
• Sumbu X: kompleksitas
• Sumbu Y: ukuran
• Pemisahan populasi WBC
kompleksitas
ukura
n
TERIMA KASIH