31
i Dampak Ekologi Ekstraksi Gambut DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT Dipersiapkan oleh Afentina, S.Hut., MP. Penelitian ini Diperuntukkan bagi Perkumpulan Save Our Borneo

DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

iDampak Ekologi Ekstraksi Gambut

DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT

Dipersiapkan oleh Afentina, S.Hut., MP.

Penelitian ini Diperuntukkan bagi Perkumpulan Save Our Borneo

Page 2: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

ii Save Our Borneo

DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT

PENULIS Afentina, S.Hut., MP.

TIM PERUMUS Muhammad Habibi Safrudin MahendraFrans DS Sani Lake, SVD

COVERJahrul Husin

KERJASAMA

Save Our Borneo Jl. Temanggung Tilung XI Gg. Savero No.4 Palangka Raya Kalimantan Tengah 73111 Telp. (0536) 4211726 Email : [email protected] website : www.saveourborneo.org

Misereor

Page 3: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

iiiDampak Ekologi Ekstraksi Gambut

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................. 4 1.2. Tujuan ............................................................... 7

II. METODOLOGI

II.1. Lokasi Penelitian .............................................. 9 2.1.2 Kebun Kelapa Sawit .............................. 9 2.1.3 Hutan Galam ......................................... 10 2.1.4 Bekas Ladang ........................................ 10 II.2. Waktu Penelitian .............................................. 11 II.3. Metode Pengambilan Data .............................. 12 2.3.1 Pengukuran Cadangan Karbon dipermukaan tanah ................................ 12 2.3.2 Pengukuran Tinggi Muka Air Tanah...... 14

III. HASIL PEMBAHASAN

3.1. Biodiversuty Tumbuhan .................................. 15 3.2. Kandungan Karbon di Atas Permukaan Tanah (Above Ground Biomass) ..................... 18 3.3. Kedalaman Gambut ......................................... 25 3.4. Permukaann Air Tanah .................................... 26

IV. KESIMPULAN

REFERENSI

Page 4: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

4 Save Our Borneo

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lahan gambut memegang peranan penting secara ekologi, ekonomi

dan sosial budaya pada beberapa komunitas masyarakat di Kaliman-

tan Tengah. Akumulasi bahan organik selama berabad-abad yang

membentuk lahan ganbut meruapakan ekosistem penting bagi ke-

seimbangan hidrology, penyedia habitat, dan keseimbangan siklus

karbon. Karbon yang tersimpan di lahan gambut dierkirakan 18 kali

karbon di atas permukaan tanah (Jaenicke et al., 2008).

Selama lebih dari dua puluh tahun terakhir, hutan di Indonesia telah

mengalami degradasi yang signifikan sebagai konsekuensi dari ke-

giatan logging, kebakaran hutan dan lahan serta ekspansi perkebu-

nan (Mudiarso dan lebel, 2007; Fuller et al., 2004 dan Hansen et

al., 2009). Degradasi hutan ini juga terjadi di lahan gambut, akibat

pesatnya perkembangan perkebunan dan ekstraksi lahan gambut.

Keprihatinan masyarakat global meningkat karena kandungan kar-

bon di lahan gambut sangat tinggi, degradasi lahan gambut dikuat-

Page 5: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

5Dampak Ekologi Ekstraksi Gambut

irkan akan mempengaruhi iklim global (Page et al., 2002; van der

Werf et al., 2008). Kalimantan sendiri masih memiliki cadangan

lahan gambut yang sangat besar yang biasanya terdapat pada daerah-

daerah rendah yang tergenang air, kondisi unaerobik dan memiliki

ph rendah (Page et al., 2009).

Subsiden lahan gambut merupakan hasil dari proses mengkerut,

memadat dan oksidasi gambut, yang kesemuanya itu diakibatkan

menurunnya permukaan air tanah gambut. Mengerutnya lahan gam-

but diakibatkan oleh keluarnya air dari lapisan tanah paling atas

yang kemudian akan mempengaruhi lapisan gambut pada lapisan di

bawahnya (Schothorst, 1977).

Ekosistem lahan gambut telah mengalami kerusakan, deforestasi

dan drainase sejak tahun 1970an (Sorensen, 1993). Selama kurun

waktu dua puluh tahun terakhir areal hutan di lahan gambut menu-

run secarsa drastis, dari 77% ke hanya 36% di wilayah Malaysia dan

Indonesia (Miettinen et al., 2012). Sebagai akibat dari banyak hutan

rawa gambut yang telah dikonversi menjadi lahan pertanian, hutan

Page 6: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

6 Save Our Borneo

sekunder, areal terbuka dan padang pakis (Miettinen et al., 2012).

Diperkirakan emisi karbon dari lahan gambut dari tahun 2000 sam-

pai dengan 2004 mencapai 1.6 sampai 2.4 gigaton, dan dua pertiga

dari emisi ini dihasilkan dari perubahan fungsi lahan. Perkebunan

kelapa sawit dan akasia mencapai 20% dari luasan lahan gambut di

Malaysia dan Indonesia pada tahun 2010. Dan diperkirakan oksidasi

karbon tahunan mencapai 63–85 TgC yr -1 (Miettinen et al., 2012).

Deforestasi meningkatkan suhu lahan gambut (Sano et al., 2010)

dan pembangunan drainase secara langsung menurunkan permukaan

air tanah. Konversi lahan yang melibatkan deforestasi dana drain-

ase mempercepat oksidasi dari dekomposisi lahan gambut dengan

meningkatnya suhu dan aerasi gambut (Couwenberg et al., 2009;

Hooijer et al., 2012). Terdegradasinya lahan gambut lebih jauh akan

meningkatkan resiko kebakaran karena meningkatnya suhu permu-

kaan serta serpihan bahan organik yang mudah terbakar (Page et al.,

2002; Cochrane, 2003).

Lahan gambut tidak hanya penting secara ekologis, namun juga

penting untuk mengakomodasi berbagai kepentingan seperti eko-

nomi dan sosial. Alokasi lahan untuk berbagai kepentingan ini

merupakan hal yang perlu dipertimbangkan secara khusus. Sering

Page 7: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

7Dampak Ekologi Ekstraksi Gambut

kali trade-off antara fungsi lingkungan (carbon sequestration, erosi

control, dan habitat bagi biodiversity) dengan fungsi ekonomi tidak

dapat terelakkan. Untuk dapat memberi rekomendasi jenis peman-

faatan lahan yang memiliki dampak minimal bagi ekosistem, perlu

dipelajari karakteristik dari tiap penggunaan lahan dan dampak yang

ditimbulkan pada lahan gambut. Pengukuran dampak berbagai akti-

fitas ekstrasi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut dapat

menjadi langkah awal bagi penyusunan strategy, program dan policy

pengelolaan lahan gambut.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak berbagai aktifitas

ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara

lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui biodiversity vegetasi di kebun kelapa sawit, hu-

tan galam dan bekas ladang

2. Mengetahui cadangan karbon di permukaan tanah pada ber-

bagai type penggunaan lahan di lahan gambut yaitu perkebu-

nan kelapa sawit,hutan galam dan bekas ladang.

Page 8: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

8 Save Our Borneo

3. Mengetahui penurunan cadangan karbon di permukaan ta-

nah dari hutan sekunder ke perkebunan kelapa sawit , hutan

galam dan bekas ladang

4. Mengetahui perbedaan tinggi muka air tanah lahan gambut

pada kebun kelapa sawit, hutan galam dan bekas ladang

5. Mengetahui kedalaman gambut pada kebun kelapa sawit, hu-

tan galam dan bekas ladang

Page 9: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

9Dampak Ekologi Ekstraksi Gambut

II. METHODOLOGY

II.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Sebangau Kuala Kabupaten Pu-

lang Pisau Kalimanantan Tengah. Pengukuran cadangan karbon di

atas permukaan tanah dilakukan pada kebun kelapa sawit, hutan

galam dan bekas ladang. Ketiga bentuk penutupan lahan di atas me-

wakili perubahan fungsi lahan dari hutan menjadi peruntukan lain.

2.1.1. Kebun Kelapa Sawit

Perkebunan kelapa sawit yang dijadikan lokasi penelitian adalah

perkebunan kelapa sawit Suryamas Cipta Perkasa. perkebunan kela-

pa sawit ini mulai dibangun pada tahun 2007 dan mencakup areal se-

luas 20 ribu ha. Berdasarkan wawancara dengan salah satu tokoh di

Paduran Sebangau, gambut di areal perkebunan kelapa sawit terse-

but berkisar antara 7-9 m. Pada tahun 1997, sebelum proyek PLG

dilaksanakan, dilakukan pengeboran untuk mengetahui kelayakan

tanah bagi pengembangan pertanian. Dari kajian tersebut diketahui

kedalaman gambut di sekitar desa Paduran Sebangau.

Page 10: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

10 Save Our Borneo

2.1.2. Hutan Galam

Menurut keterangan penduduk local, hutan galam di desa Paduran

Sebangau terbentuk setelah kebakaran besar tahun 1997 dan 2017.

Pohon galam merupakan spesies pioneer yang tumbuh setelah ke-

bakaran dan kemudian mendominasi ecosystem hutan yang terba-

kar. Galam dapat bertahan terhadap kebakaran hutan dan lahan yang

berulang.

2.1.3. Bekas Ladang

Areal ladang di desa ini mulai dibuka tahun 2000. Saat itu setiap

kepala keluarga di Desa Paduran Sebangau mendapatkan 2 ha untuk

berladang. Total terdapat 108 ha lahan yang dibuka untuk ladang.

Pembukaan lahan, pembersihan dan pembakaran lahan dilakukan

secara handep (gotong royong). Proses perladangan biasanya dimu-

lai Bulan Mei. Penebangan pohon dan semak dilakukan mulai bulan

Mei sampai dengan Juli. Diikuti proses pembakaran pada bulan Sep-

tember. Penanaman dengan system tugal dapat mulai dilakukan pada

Bulan Oktober dan padi dapat mulai dipanen pada bulan February.

Untuk mendapatkan lahan yang sesuai untuk budidaya padi dan tana-

man semusim, ladang biasanya dikembangkan di areal gambut dan-

Page 11: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

11Dampak Ekologi Ekstraksi Gambut

gkal dengan kedalaman gambut maksimal 3 meter. Secara bertahan

gambut dikupas hingga dalam beberapa tahun dapat mencapai tanah

mineral. Setiap tahun pada fase persiapan lahan, gambut dicangkul

sedalam 0.5 m dikumpulkan di beberapa titik untuk kemudian diba-

kar. Abu hasil pembakaran kemudian disebarkan di seluruh ladang

untuk memasok kebutuhan mineral dan bahan organik.

2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei sampai dengan July

2018.

Page 12: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

12 Save Our Borneo

2.3. Metode pengambilan data

2.3.1. Pengukuran cadangan karbon dipermukaan tanah

Pengukuran cadangan karbon di atas permukaan tanah menggunak-

an plot observasi yang dikembangkan oleh ICRAF. Plot observasi

berukuran 20 x 100 m yang didalamnya terdapat sepuluh plot beru-

kuran 0.5 x0.5 m yang digunakan untuk mengukur cadangan karbon

pohon dengan diameter < 5 cm dan vegetasi bawah serta seresah.

Gambar 1. Skema plot observasi

Perhitungan cadangan karbon pohon menggunakan metode yang

dikembangkan oleh ICRAF. Setiap pohon di dalam plot pengamatan

Page 13: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

13Dampak Ekologi Ekstraksi Gambut

diukur diameternya pada jarak setinggi dada dari atas permukaan

tanah (1.3 m). Biomassa pohon kemudian dihitung dengan meng-

gunakan persamaan allometric yang dikembangkan oleh Chave et

al., 2005.

(AGB)est = ρ * exp(-1.449+2.148 ln(D)+0.207 ((ln(D))2 – 0.0281

((ln(D))3)

Dimana:

(AGB)est = Estimasi cadangan carbon diatas permukaan tanah

ρ = massa jenis kayu

D = DBH

Pengukuran biomassa untuk tanaman sawit menggunakan persa-

maan allometric yang dikembangkan oleh Khasanah et al. 2015.

(AGB)est = 0.25 x p x D2 x H x ρ

Dimana:

(AGB)est = Estimasi cadangan carbon diatas permukaan tanah

ρ = massa jenis kayu

D = DBH

p = 3.14

Page 14: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

14 Save Our Borneo

Pendugaan cadangan karbon yang tersimpan pada tumbuhan bawah

dilakukan dengan metode destruktif. Semua tumbuhan yang ada di

dalam 0.5 x0.5 observation plot diambil dan ditimbang berat segar-

nya. Sampel dari setiap plot diambil untuk kemudian dikeringkan

dalam oven hingga beratnya konstan.

2.3.2. Pengukuran tinggi muka air tanah

Pengukuran tinggi muka air tanah dilakukan dengan penggunakan

pipa vpc berdiameter satu inchi sepanjang 2 m. Pipa dilubangi setiap

jarak 10 cm untuk memungkin air tanah masuk ke dalam pipa. Untuk

luasan lahan 100 m x 100 m dipasang 1 buah pipa.

2.3.4. Kedalaman gambut

Kedalaman gambut diukur dengan menggunakan bor gambut. Satu

type penggunaan lahan dilakukan satu kali pengeboran untuk meli-

hat kedalaman gambut dan pengambilan sample tanah.

Page 15: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

15Dampak Ekologi Ekstraksi Gambut

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Biodiversity Tumbuhan

Jumlah spesies tumbuhan di tiga lokasi tersebut tidak jauh berbeda.

Perbedaan hanya terdapat pada tanaman utamanya atau tanaman

berkayu. Kebun kelapa sawit sebagai monokultur system hanya

memiliki satu species penyusun yaitu pohon kelapa sawit (Elaeis

guineensis). Sedangkan hutan galam dan bekas ladang didominasi

oleh pohon galam (Melaleuca cajaputi). Biodiversity tumbuhan

bawah di tiga lokasi penelitian relatif sama, didominasi oleh kal-

akai, pawah/tambahiring, rumput belanda, kumpai dan kalalaweit.

Dominasi galam pada hutan bekas terbakar dimungkinkan karena

kebakaran hutan dan lahan yang terjadi berulang di setiap kemarau

panjang. Pada kondisi ini tumbuhan endemik hutan rawa gambut

seperti kerangas, ramin, jelutong tidak dapat tumbuh. Proses regen-

erasi tumbuhan-tumbuhan tersebut terhambat oleh kebakaran hutan

dan lahan. Pohon galam dapat bertahan terhadap kebakaran hutan,

proses regeratif galam pada level tertentu bahkan terbantu oleh ke-

bakaran hutan.

Page 16: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

16 Save Our Borneo

Berdasarkan identifikasi jenis tumbuhan yang dominan di tiga lo-

kasi pengamatan, ketiga system tersebut menjadi system monokultur

yang di dominasi hanya oleh satu jenis species. Pada kebun kelapa

sawit, system monokultur tercipta melalui land clearing, pemban-

gunan saluran drainase dan penanaman kelapa sawit. Kebun kela-

pa sawit merupakan system monokultur yang tercipta oleh design

yang dirancang oleh manusia (monocylture by design). Sedangkan

dominansi jenis yang tercipta di bekas ladang dan hutan galam ter-

cipta karena kondisi ekstrim sehabis kebakaran sehingga hanya jenis

tertentu yang kemudian dapat tumbuh. Pembukaan hutan sekunder

menjadi perkebuna kelapa sawit dapat menurunkan biodiversity

tumbuhan. Hutan rawa gambut disekitar taman nasional Sebangau

memiliki kekayaan jenis tanaman hingga mencapai 133 species (Nu-

groho, 2011), sedangkan kebun kelapa sawit dalam penelitian ini

hanya memiliki 5 species tumbuhan. Hal ini berarti alih fungsi hutan

rawa gambut menjadi perkebuna kelapa sawit akan menghilangkan

sekitar 128 species. Tabel 1 memperlihatkan species tumbuhan yang

teridentifikasi di tiga wilayah studi.

Page 17: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

17Dampak Ekologi Ekstraksi Gambut

Tabel 1. Biodiversity tumbuhan di kebun kelapa sawit, hutan galam dan bekas ladang di Desa Paduran Sebangau.

Secara alami hutan yang terbakar atau mengalami gangguan dapat

pulih kembali melalui suksesi. Suksesi alami memungkinkan hutan

yang mengalami gangguan berkembang struktur dan komposisi jen-

isnya ke kondisi semula. Namun demikian suksesi alami ini dapat

terganggu bahkan tidak berjalan bila kondisi edafis dan hidrology

terganggu. Penelitian ini memberikan bukti empirik bahwa pada hu-

tan lahan gambut yang terdegradasi dan terbakar secara berulang,

hutan monoculture dapat terbentuk. Hal ini juga mengimplikasikan

bahwa untuk merehabilitasi lahan gambut yang terbakar diperlukan

input dari luar untuk mendukung kembalinya kondisi lingkungan,

Page 18: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

18 Save Our Borneo

serta komposisi jenis seperti hutan sekunder. Input dari luar ini dapat

berupa kanal blocking untuk memperbaiki kondisi hidrologi, pence-

gahan kebakaran dan penanaman jenis-jenis phon hutan sepertu pan-

tung, jelutung dan bangkirai.

Gambar 2. Beberapa jenis tumbuhan bawah yang teridentifikasi di bekas ladang dan hutan galam

3.2. Kandungan Karbon di Atas Permukaan Tanah (Above

Ground Biomass)

Kandungan karbon di atas permukaan tanah (Above Ground Bio-

mass) di perkebuna kelapa sawit berkisar antara 52.13 – 55.98 Mg/

ha, dengan rata-rata 54.97 dan simpangan deviasi sebesar 2.07 (Ta-

bel 2.). Kandungan karbon ini merupakan kandungan karbon pada

Page 19: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

19Dampak Ekologi Ekstraksi Gambut

tumbuhan bawah dan batang pohon kelapa sawit tanpa menyertakan

kandungan karbon pada pelepah dan daun kelapa sawit. Simpan-

gan deviasi kandungan karbon di kebun kelapa sawit relatif kecil

karena kebun kelapa sawit merupakan perkebunan monokultur yang

mendapatkan perlakuan seragam (jarak tanam, umur tanam, pembe-

rian pupuk dan pembersihan).

Tabel 2. Kandungan karbon di atas permukaan tanah pada ke-

bun kelapa sawit

Dari total kandungan karbon di atas permukaan tanah di kebun ke-

lapa sawit, proporsi terbesar diberikan oleh kandungan karbon pada

batang kelapa sawit yaitu sebesar 97.43% dan sisanya merupakan

karbon yang terkandung pada tumbuhan bawah (Gambar 3).

Page 20: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

20 Save Our Borneo

Gambar 3. Proporsi kandungan karbon di atas permukaan ta-nah pada kebun kelapa sawit di Desa Paduran Sebangau.

Rata-rata kandungan karbon di atas permukaan tanah pada hutan

galam sebesar 70.31 Mg/ha dengan nilai minimum 43.34 Mg/ha

dan nilai maksimum 88.41 Mg/ha. Simpangan deviasi kandungan

karbon di atas permukaan tanah di hutan galam relative besar yaitu

22.86. Hal ini karena sebagian masyarakat di Desa Paduran Seban-

gau menebang pohon galam berdiameter kecil (sampai dengan 15

cm) untuk di jual sebagai kayu penopang jalan atau bangunan.

Page 21: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

21Dampak Ekologi Ekstraksi Gambut

Tabel 3. Kandungan karbon di atas permukaan tanah pada hu-tan galam

Lokasi Pohon (Mg/ha)Tumbuhan

bawah (Mg/ha)Total (Mg/ha)

Galam 1 88.41 3.3 91.72Galam 2 70.07 2.9 72.97Galam 3 43.34 2.9 46.24

Average 70.31STDEV 22.86

Seperti halnya karbon di kebun kelapa sawit, kandungan terbesar

karbon di atas permukaan tanah di hutan galam tersimpan pada bio-

massa pohon galam yaitu sebesar 95.66% dan sebesar 4.34% ter-

dapat pada tumbuhan bawah (Gambar 4).

Page 22: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

22 Save Our Borneo

Gambar 4. Proporsi kandungan karbon di atas permukaan tanah pada hutan galam di Desa Paduran Sebangau.

Bekas ladang memiliki kandungan di atas permukaan tanah terkecil

bila dibandingkan hutan galam dan kebun kelapa sawit, yaitu rata-

rata sebesar 11.35 Mg/ha. Kandungan karbon di lokasi bekas ladang

relatif homogen dengan simpangan deviasi sebesar 1.03 Mg/ha (Ta-

bel 4).

Tabel 4. Kandungan karbon di atas permukaan tanah pada bekas ladang

Lokasi Total (Mg/ha)Ladang 1 11.99Ladang 2 10.16Ladang 3 11.91Average 11.35STDEV 1.03

Perbandingan karbon di atas permukaan tanah pada bekas ladang,

hutan bgalam dan kebun kelapa sawit terkihat bahwa kandungan

karbon tertinggi terdapat pada hutan galam dan terendah pada bekas

ladang (Gambar 5). Bekas ladang yang dibiarkan tersuksesi memi-

liki kecenderungan akan memiliki kandungan karbon seperti hutan

galam. Saat penelitian ini dilaksanakan, areal bekas ladang sebagian

Page 23: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

23Dampak Ekologi Ekstraksi Gambut

telah ditumbuhi tunas pohon galam dengan diameter di bawah 5 cm.

Gambar 5. Perbandingan karbon di atas permukaan tanah (Above Ground Carbon Stock) pada bekas ladang, hutan galam dan kebun kelapa sawit.

Dengan menggunakan cadangan karbon di atas permukaan tanah

hasil penelitian Agus (2007) sebagai acuan, penurunan cadangan

karbon dari hutan sekunder ke kebun kelapa sawit, hutan galam dan

bekas ladang dapat dihitung (Gambar 6). Dari grafik tersebut terlihat

bahwa penurunan terbesar terjadi bila merubah hutan sekunder ke

ladang, diikuiti oleh kebun sawit dan hutan galam. Namun demikian

informasi tersebut tidak bias dijadikan satu-satunya justifikasi un-

tuk menilai dampak kerusakan lingkungan yang paling besar. Be-

sarnya penurunan cadangan karbon juga harus dikaitkan dengan

luasan kawasan yang dibuka dan kedalaman gambut. Dari wawan-

Page 24: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

24 Save Our Borneo

cara dengan dengan mantan kelapa desa Paduran Sebangau diketa-

hui bahwa luasan kebun kelapa sawit sebesar 20 ribu ha dan ladang

seluas 108 ha. Dengan mengalikan faktor luasan hutan yang dibuka

dengan penurunan cadangan karbon dapat disimpulkan bahwa pem-

bukaan hutan sekunder seluas 20 ribu ha menjadi perkebunan kelapa

sawit mengakibatkan kehilangan stock karbon sebesar 2.900.600

Mg. Sedangkan pembukaan hutan sekunder seluas 108 ha menjadi

ladang akan melepas 20.376 Mg karbon. Perhitungan di atas belum

mempertimbangkan hilangnya cadangan karbon dari lahan gambut.

Ladang biasanya dibuka pada lahan gambut dangkat (di bawah 3 m)

dan areal perkebunan kelapa sawit dibuka pada gambut dengan ke-

dalaman hingga belasan meter. Hal ini juga akan berpengaruh pada

banyaknya cadangan karbon yang hilang.

Gambar 6. Penurunan cadangan karbon di atas permukaan tanah dari hutan sekunder ke kebun kelapa sawit, hutan galam dan bekas ladang

Page 25: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

25Dampak Ekologi Ekstraksi Gambut

3.3. Kedalaman Gambut

Pengukuran kedalaman gambut pada ketiga lokasi penelitian menun-

jukkan bahwa gambut di areal kebun sawit merupakan gambut yang

relatif dalam bila dibandingkan dengan kedua areal studi lainnya.

Bekas ladang memiliki kedalaman gambut yang paling kecil yaitu

0.67 m. Dangkalnya lapisan gambut di bekas ladang karena ladang

dikembangkan pada gembut dangkat (dibawah 3 m), disamping itu

management lahan yang dilakukan petani menyebabkan subsiden

gambut. Untuk meningkatkan kesuburan tanah, petani biasanya me-

kukan pengupasan dan pembakaran gambut. Setip tahunnya gambut

dicangkul sedalam 0.5 m dikumpulkan dan dibakar. Abu hasil pem-

bakaran disebarkan ke seluruh ladang untuk meningkatkan kesub-

uran tanah dan menaikkan pH tanah.

Subisidence gambut di kebun kelapa sawit terjadi karena proses

drainase dan pembukaan lahan. Land clearing sebagai langkah awal

persiapan kebun kelapa sawit menghilangkan biodiversity tumbuhan

yang menjadi sumber pasokan karbon. Subsidence pada hutan galam

disebabkan oleh pembangunan saluran grainase (kanal) dan keba-

karan hutan. Pembangunan kanal menurunkan permukaan air tanah

Page 26: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

26 Save Our Borneo

yang selanjutnya mengakibatkan proses oksidasi dan decomposisi

lahan gambut terjadi. Oksidasi dan dekomposisi lahan gambut men-

gakibatkan menurunnya ketebalan gambut dan melepaskan karbon

ke atmosfir . Proses decomposisi ini dipercepat oleh kebakaran hutan

dan lahan yang terjadi hampir disetiap musim kemarau panjang. Ke-

bakaran secara langsung menghilangkan lapisan bahan organik pada

lahan gambut.

Gambar 7. Kedalaman gambut pada bekas ladang, hutan galam dan kebun sawit di Desa Paduran Sebangau

3.4. Permukaan Air Tanah

Pada saat pengamatan, di lokasi bekas ladang serta hutan galam 1,

permukaan air tanah melebihi permukaan tanah. Air menggenang di

Page 27: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

27Dampak Ekologi Ekstraksi Gambut

lokasi tersebut setinggi 4 sampai dengan 6 cm di atas permukaan ta-

nah. Di lokasi kebun sawit serta hutan galam 1 dan 2, permukaan air

tanah berada di bawah permukaan tanah sedalam 5 sampai dengan

10 cm.

Rendahnya permukaan air tanah di kebun sawit dan sebagian hutan

galam disebabkan oleh pembangunan saluran drainase atau kanal.

Saluran drainase mengeluarkan air dari ekosistem dan menyebabkan

permukaan air tanah turun. Lebih jauh hal ini akan meningkatkan

resiko kebekaran dan ter-subsidence-nya gambut.

Gambar 8. Perbandingan permukaan air tanah

Page 28: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

28 Save Our Borneo

IV. KESIMPULAN

Ekstrasi hutan gambut menjadi beruapa pembangunan kebun kelapa

sawit atau ladang, atau land clearing berdampak pada hilangnya bio-

diversity, menurunnya cadangan karbon, penurunan ketebalan gam-

but serta penurunan permukaan air tanah. Dampak ekologi ekstraksi

lahan gambut ini memicu bencana ekologis baik dalam skala global

maupun lokal. Pada tingkat lokal, degradasi lahan gambut memicu

kebakaran hutan yang asapnya berdampak besar pada kesehatan,

ekonomi dan kondisi ekologi masyarakat sekitar. Secara global de-

gradasi lahan gambut berkontribusi pada peningkatan green houses

gases di atmosfir dan mengakselerasi pemanasan global.

Informasi dari penelitian ini dapat digunakan oleh berbagai pemang-

ku kepentingan untuk mengembangan policy, strategy dan program

bagi pengembalian fungsi eksositem gambut. Peningkatan kesada-

ran masyarakat tentang pentingnya konservasi lahan gambut melalui

program advokasi dan pendidikan juga mendesak untuk dilakukan.

Usaha komprehensif yang mencakup rehabilitasi fungsi ekologi,

peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penyadartahuan ma-

syarakat tentang fungsi lahan gambut dapat menjadi strategi kunci.

Page 29: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

29Dampak Ekologi Ekstraksi Gambut

Pengikutsertaan masyarakat secara aktif dalam program-program

rehabilitasi kawasan dapat memperbesar peluang tercapainya kes-

ejahteraan masyarakat dan terjaganya lingkungan.

Page 30: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

30 Save Our Borneo

REFERENSI

Cochrane MA (2003) Fire science for rainforests. Nature, 421, 913–919.

Fuller DO, Jessup TC, Salim A (2004) Loss of forest cover in Kali-mantan, Indonesia since the 1997–1998 El Nin ̃o. Conserva-tion Biology 18:249–254

Hansen MC, Stehman SV, Potapov PV, Arunarwati B, Stolle F, Pitt-man K (2009) Quantifying changes in the rates of forest clear-ing in Indonesia from 1990 to 2005 using remotely sensed data sets. Environmental Research Letters 4. doi:10.1088/1748- 9326/4/3/034001

Hooijer A, Page S, Canadell JG, Silvius M, Kwadijk J, Wosten H, Jauhiainen J (2010) Current and future CO2 emissions from drained peatlands in Southeast Asia. Biogeosciences, 7, 1505–1514.

Hooijer A, Page S, Jauhiainen J, Lee WA, Lu XX, Idris A, Anshari G (2012) Subsidence and carbon loss in drained tropical peat-lands. Biogeosciences, 9, 1053–1071.

Jaenicke J, Rieley JO, Mott C, Kimman P, Siegert F (2008) Determi- nation of the amount of carbon stored in Indonesian peatlands. Geoderma 147:151–158

Murdiyarso D, Lebel L (2007) Local to global perspectives on for-est and land fires in Southeast Asia. Mitigation and Adaptation Strategies for Global Change 12:3–11

Miettinen J, Hooijer A, Shi C et al. (2012a) Extent of industrial plan-tations on South-

Page 31: DAMPAK EKOLOGI EKSTRAKSI LAHAN GAMBUT · ekstraksi lahan gambut pada fungsi ekologis lahan gambut. Secara lebih spesifik Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui biodiversity

31Dampak Ekologi Ekstraksi Gambut

east Asian peatlands in 2010 with analysis of historical expansion and future projections. Global Change Biology Bioenergy, 4, 908–918.

Page SE, Siegert F, Rieley JO, Boehm HDV, Jaya A, Limin S (2002) The amount of carbon released from peat and forest fires in Indonesia during 1997. Nature 420:61–65

Page S, Hoscilo A, Wosten H, Jauhiainen J, Silvius M, Rieley J, Ritzema H, Tansey K, Graham L, Vasander H, Limin S (2009) Restoration ecology of lowland tropical peatlands in Southeast Asia: Current knowledge and future research directions. Eco- systems 12:888–905

Page SE, Siegert F, Rieley JO, Boehm HDV, Jaya A, Limin S (2002) The amount of carbon released from peat and forest fires in Indonesia during 1997. Nature, 420, 61–65.

Sano T, Hirano T, Liang N, Hirata R, Fujinuma Y (2010) Carbon dioxide exchange of a larch forest after a typhoon disturbance. Forest Ecology and Management, 260, 2214–2223.

Couwenberg J, Dommain R, Joosten H (2009) Greenhouse gas flux-es from tropical

peatlands in south-east Asia. Global Change Biology, 16, 1715–1732.

Schothorst CJ (1977) Subsidence of low moor peat soils in the west-ern Netherlands. Geoderma 17:265–291

Sorensen KW (1993) Indonesian peat swamp Forests and their role as a carbon sink. Chemosphere, 27, 1065–1082.

van der Werf GR et al (2008) Climate regulation of fire emissions and deforestation in equatorial Asia. Proceedings of the Na-tional Academy of Sciences USA 105:20350–20355