Upload
irhamna
View
304
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
CONTOH SKRIPSI
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Upaya peningkatan produktivitas kerja pegawai sangat penting dilakukan
oleh setiap instansi terutama instansi pemerintah. Hal ini disebabkan produktivitas
kerja pegawai akan menentukan keberhasilan pegawai dalam menjalankan tugas
yang dibebankan. Dengan demikian produktivitas kerja pegawai juga akan
berpengaruh pada kinerja instansi secara keseluruhan. Hal inilah yang
menyebabkan produktivitas kerja pegawai menjadi fokus kajian bagi banyak
penelitian dalam bidang sumber daya manusia.
Upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai dapat dilakukan
dengan berbagai cara, terutama dengan cara memperhatikan faktor-faktor yang
dapat meningkatkan produktivitas kerja, seperti peningkatan keterampilan kerja
melalui pendidikan dan pelatihan, adanya pemberian kompensasi sebagai
imbalan atas pekerjaan yang dilakukan pegawai dan lain sebagainya. Namun
demikian tidak dapat dipungkiri bahwa produktivitas kerja pegawai juga terkait
dengan faktor internal pegawai dan faktor eksternal pegawai. Faktor internal yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah komitmen atau rasa keterikatan pegawai
terhadap instansi tempat mereka bekerja. Sedangkan faktor eksternal (di luar diri)
pegawai berupa iklim organisasi dan lingkungan kerja.
Komitmen seorang pegawai terhadap instansi tempat dia bekerja berawal dari
adanya tanggapan yang baik terhadap lingkungan kerja mereka, apakah pegawai
menganggap mereka telah diperlakukan secara adil atau tidak. Pegawai yang
1
2 menganggap telah diperlakukan secara adil dalam segala sesuatu yang berkaitan
dengan pekerjaan yang dibebankan kepadanya akan cenderung mempunyai
tanggapan yang baik terhadap lingkungan kerjanya. Hal ini merupakan indikasi
dari seseorang pegawai yang puas. Karena adil yang dimaksudkan disini adalah
tanggapan pegawai administrasi terhadap keadilan dalam pembagian tugas,
ganjaran yang diterima, perlakuan ditempat kerja dan lain sebagainya. Karyawan
yang merasa diperlakukan secara adil, maka kepuasan kerjanya akan meningkat
dan pada akhirnya dapat meningkatkan semangat dan produktivitas kerja mereka.
Selanjutnya keterkaitan antara iklim organisasi dengan produktivitas kerja pegawai
wujud melalui adanya penilaian pegawai terhadap baik buruknya iklim organisasi. Iklim
organisasi yang baik adalah terciptanya suasana lingkungan kerja yang menyenangkan,
karena pada dasarnya iklim organisasi menggambarkan lingkungan atau situasi dari
organisasi. Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena merupakan persepsi
seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi
penentuan tingkah laku anggota selanjutnya. Semakin baik persepsi pegawai terhadap
iklim organisasi akan semakin nyaman pegawai tersebut melaksanakan pekerjaan dan
pada akhirnya berdampak pada peningkatan produktivitas kerja mereka. Demikian pula
sebaliknya, seorang pegawai akan memiliki produktivitas kerja rendah apabila dia merasa
bahwa iklim organisasi tempat mereka bekerja tidak cocok dengan dirinya. Apabila hal
tersebut terjadi, tidak hanya akan berpengaruh pada rendahnya semangat dan
produktivitas kerja, akan tetapi pada puncaknya akan dapat membuat pegawai berupaya
mencari instansi lain yang mereka nilai memiliki iklim organisasi yang lebih baik dan
mampu memberikan rasa nyaman bagi mereka dalam bekerja.
3
Selanjutnya lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
tempat kerja pegawai, dimana secara langsung dapat mempengaruhi pegawai
dalam melaksanakan tugasnya. Lingkungan kerja dapat juga diartikan sebagai
faktor-faktor di luar manusia baik fisik maupun nonfisik dalam suatu organisasi.
Unsur-unsur yang dapat digolongkan kedalam lingkungan kerja antara lain adalah
kebersihan ruangan, desain kerja dan kursi serta peralatan lainnya, tata letak
penerangan, ventilasi, AC dan lain sebagainya.
Lingkungan kerja yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
lingkungan kerja fisik. Lingkungan kerja fisik merupakan suatu lingkungan dimana
para karyawan bekerja dan menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Faktor-
faktor yang termasuk lingkungan kerja fisik adalah pewarnaan, kebersihan,
pertukaran udara, penerangan, musik, kebisingan dan ruang gerak. Lingkungan
kerja fisik yang baik akan memberikan kenyamanan membangkitkan semangat
kerja karyawan sehingga dapat mengerjakan tugas-tugas dengan baik. Pada
akhirnya lingkungan kerja fisik yang baik akan tidak hanya mampu meningkatkan
semangat kerja, akan tetapi juga berdampak positif bagi peningkatan kinerja
pegawai. Pembentukan lingkungan kerja yang terkait dengan kemampuan
manusia dan produktivitas kerja antara lain dipengaruhi oleh faktor fisik, yang
dalam hal ini adalah lingkungan kerja fisik.
Dinas Sosial Aceh sebagai salah satu instansi pemerintah dituntut untuk
meningkatkan produktivitas kerja pegawainya. Hal ini dimaksudkan agar instansi
tersebut dapat menjalankan tugas pokok fungsi dan kewenangannya sebagai salah
satu Satuan Kerja Pemerintah Daerah di Provinsi Aceh. Menurut Qanun Aceh
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah dan
Lembaga Daerah Provinsi Aceh, Dinas Sosial Aceh mempunyai tugas
4 melaksanakan tugas umum Pemerintah Aceh di bidang kesejahteraan,
pemberdayaan, bantuan, dan rehabilitasi sosial sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Untuk melaksanakan tugas tersebut Dinas Sosial Aceh
mempunyai fungsi antara lain perumusan, perencanaan kebijaksanaan teknis di
bidang kesejahteraan sosial sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Gubernur. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan institusi dan atau lembaga
terkait lainnya dibidang kesejahteraan sosial, pemantauan terhadap lembaga sosial
masyarakat di bidang kesejahteraan sosial, dan pelaksanaan pembinaan Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
Guna mendukung kegiatan operasionalnya, hingga Maret 2012 terdapat
184 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkungan Dinas Sosial Aceh. Diantara
jumlah tersebut sebanyak 51 orang diantara mereka bekerja pada Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel I-1 berikut.
Tabel I-1
Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dilingkungan Dinas Sosial Aceh Per Maret 2012
No Golongan Jumlah Pegawai
(Orang)
1 Dinas Sosial Aceh 133
2 UPTD 51
Total 184
Sumber: Dinas Sosial Aceh, 2012.
Selama ini Kepala Dinas Sosial Aceh sudah berupaya untuk meningkatkan
produktivitas kerja pegawainya. Upaya tersebut tidak hanya dilakukan melalui
perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan kerja fisik. Bahkan upaya peningkatan
produktivitas kerja pegawai juga dilakukan dengan cara memberikan kompensasi
bagi setiap pegawai, seperti halnya mereka dengan status PNS diberikan gaji dan
tunjangan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku bagi pegawai pemerintah.
5 Demikian pula halnya dengan pegawai tidak tetap atau tenaga honorer, mereka
juga diberikan honor sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada instansi
tersebut. Selain itu, setiap pegawai juga diberikan peralatan kerja sesuai dengan
kebutuhan mereka dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan.
Sekalipun instansi tersebut sudah memberikan perhatian terhadap faktor-
faktor yang secara teoritis dapat meningatkan produktivitas kerja seperti dijelaskan di
atas, namun sebagian pegawai tetap memiliki produktivitas kerja yang rendah. Hal ini
terlihat dari adanya sebagian pegawai yang kurang bersemangat dalam
melaksanakan pekerjaan yang dibebankan, kurang disiplin dalam bekerja, dan
mengusulkan pindah ke instansi lain. Adanya keinginan pegawai untuk pindah ke
instansi lain tidak hanya dilihat sebagai indikator rendahnya produktivitas kerja
pegawai pada instansi tersebut, akan tetapi juga dapat dijadikan sebagai indikator
utama rendahnya komitmen pegawai terhadap Dinas Sosial Aceh.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, produktivitas kerja pegawai terkait
dengan penilaian terhadap iklim organisasi dan komitmen organisasi. Karena itu,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai produktivitas
kerja pegawai yang dikaitkan dengan iklim organisasi dan komitmen pegawai
pada instansi tersebut, yang diwujudkan dalam bentuk skripsi dengan judul
“Dampak Iklim Organisasi, Komitmen Organisasi dan Lingkungan Kerja Terhadap
Peningkatan Produktivitas Kerja Pegawai Dinas Sosial Aceh”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah bagaimana dampak iklim organisasi, komitmen organisasi dan
6
lingkungan kerja secara parsial dan simultan terhadap peningkatan kinerja
pegawai Dinas Sosial Aceh.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dampak iklim organisasi, komitmen organisasi dan lingkungan kerja
secara parsial dan simultan terhadap peningkatan kinerja pegawai Dinas Sosial Aceh.
1.2 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak terkait pada Dinas Sosial Aceh, terutama
kepala dinas tersebut mengenai keterkaitan antara iklim organisasi, komitmen
organisasi dan lingkungan kerja dengan produktivitas kerja pegawainya.
2. Dapat memperkaya penelitian yang berkaitan dengan manajemen sumber
daya manusia, khususnya mengenai iklim organisasi, komitmen organisasi
dan lingkungan kerja dengan peningkatan produktivitas kerja pegawai
negeri sipil (PNS).
3. Dapat dijadikan landasan teoritis penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Iklim Organisasi 2.1.1 Pengertian Iklim Organisasi
Menurut Simamora (2001:81) iklim organisasi adalah lingkungan internal atau
psikologi organisasi. Iklim organisasi mempengaruhi praktik dan kebijakan SDM yang
diterima oleh anggota organisasi. Perlu diketahui bahwa setiap organisasi akan
memiliki iklim organisasi yang berbeda. Keanekaragaman pekerjaan yang dirancang
di dalam organisasi, atau sifat individu yang ada akan menggambarkan perbedaan
tersebut. Iklim organisasi yang terbuka memacu karyawan untuk mengutarakan
kepentingan dan ketidakpuasan tanpa adanya rasa takut akan tindakan balasan dan
perhatian. Ketidakpuasan seperti itu dapat ditangani dengan cara yang positif dan
bijaksana. Mini keterbukaan, bagaimanapun juga hanya tercipta jika semua anggota
memiliki tingkat keyakinan yang tinggi dan mempercayai keadilan tindakan.
Sementara itu, Gibson yang dikutip Mustikasari (2007) menggunakan istilah iklim
organisasi untuk menggambarkan lingkungan atau situasi dari organisasi. Menurutnya,
istilah iklim organisasi dapat dipergunakan untuk menggambarkan iklim psikologis atau
kepribadian organisasi. Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena merupakan
persepsi seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi
penentuan tingkah laku anggota selanjutnya. Iklim ditentukan oleh seberapa baik anggota
diarahkan, dibangun dan dihargai oleh organisasi.
Selanjutnya Tagiuri dan Litwin yang dikutip oleh Wirawan (2007:121)
menyatakan, “iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang
7
8 secara relatif terus berlangsung, dialami oleh anggota organisasi; mempengaruhi
perilaku mereka dan dapat dilukiskan dalam pengertian satu set karakteristik atau
sifat organisasi”. Sedangkan Stringer dalam Wirawan (2007:122) menyatakan,
iklim organisasi sebagai “a concept describing the subjective nature or quality of
the organizational environment. Its properties can be perceived or experienced by
members of the organization and reported by them in appropriate questioner”.
Iklim organisasi merupakan suatu konsep yang melukiskan sifat subjektif atau
kualitas lingkungan organisasi. Unsur-unsurnya dapat dipersepsikan dan dialami
oleh anggota organisasi dan dilaporkan melalui kuesioner yang tepat.
2.1.2 Unsur-Unsur Penilaian Iklim Organisasi
Batasan pengertian iklim organisasi itu bisa dilihat dalam dimensi iklim
organisasi. Lussier yang dikutip oleh Mustikasari (2007) menjelaskan ada 7 (tujuh) dimensi iklim keorganisasian yang sering diteliti, yaitu:
1. Struktur, merupakan tingkat paksaan yang dirasakan pegawai karena
adanya peraturan dan prosedur yang terstruktur atau tersusun. 2. Responbility, merupakan tingkat pengawasan yang dilakukan
organisasi dan dirasakan oleh para pengawai. 3. Reward, merupakan tingkat penghargaan yang diberikan atas usaha karyawan.
4. Warmt, berkaitan dengan tingkat kepuasan karyawan yang berkaitan
dengan kekaryawanan dalam organisasi. 5. Support, berkaitan dengan dukungan kepada pegawai di dalam
melaksanakan tugas-tugas organisasi. Dukungan seperti dapat berasal dari pimpinan ataupun rekan kerja.
6. Organizational identity and loyalty, berkaitan dengan perasaan bangga akan keberadaannya dalam organisasi dan kesetiaan yang ditunjukkan selama masa kerjanya.
7. Risk, berkaitan dengan pegawai diberi ruang untuk melakukan atau mengambil resiko dalam menjalankan tugas sebagai sebuah tantangan.
Sedangkan Steve Kelneer yang dikutip Mustikasari (2007) menyebutkan enam
dimensi iklim organisasi sebagai berikut :
9
1. Flexibility conformity Fleksibilitas dan comfomily merupakan kondisi organisasi yang untuk
memberikan keleluasan bertindak bagi karyawan serta melakukan penyesuaian
diri terhadap tugas-tugas yang diberikan. Hal ini berkaitan dengan aturan yang
ditetapkan organisasi, kebijakan dan prosedur yang ada. Penerimaan terhadap
ide-ide yang bare merupakan nilai pendukung di dalam mengembangkan iklim
organisasi yang kondusif demi tercapainya tujuan organisasi.
2. Resposibility Hal ini berkaitan dengan perasaan karyawan mengenai pelaksanaan tugas organisasi yang diemban dengan rasa tanggung jawab atas hasil yang dicapai, karena mereka terlibat di dalam proses yang sedang berjalan.
3. Standards Perasaan karyawan tentang kondisi organisasi dimana manajemen memberikan perhatian kepada pelaksanaan tugas dengan baik, tujuan yang telah ditentukan serta toleransi terhadap kesalahan atau hal-hal yang kurang sesuai atau kurang baik.
4. Reward Hal ini berkaitan dengan perasaan karyawan tentang penghargaan dan pengakuan atas pekerjaan yang baik.
5. Clarity Terkait dengan perasaan pegawai bahwa mereka mengetahui apa yang diharapkan dari mereka berkaitan dengan pekerjaan, peranan dan tujuan organisasi.
6. Tema Commitment Berkaitan dengan perasaan karyawan mengenai perasaan bangga mereka memiliki organisasi dan kesediaan untuk berusaha lebih saat dibutuhkan.
Selanjutnya Steers yang dikutip oleh Mustikasari (2007) iklim organisasi
merupakan lingkungan internal yang mewakili faktor-faktor dalam organisasi yang
menciptakan kultur dan lingkungan sosial dimana aktivitas-aktivitas pencapaian tujuan
berlangsung. Berdasarkan pendapat di atas, berarti bahwa iklim organisasi meliputi
beberapa unsur yang bisa menjadikan organisasi dijiwai oleh semua anggotanya.
Pendapat mengenai dimensi iklim organisasi juga dikemukakan oleh
Greenberg dan Baron yang dikutip oleh Vivi dan Rorlen (2007) yang
menyebutkan bahwa dimensi iklim organisasi sebagai berikut.
1. Kepercayaan, dimana setiap karyawan berusaha keras dalam
mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang didalamnya terdapat
keyakinan dan kredibilitas yang didukung oleh pernyataan dan tindakan.
10
2. Dukungan keputusan bersama (karyawan pada semua tingkatan dalam
organisasi diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai masalah dan
semua kebijakan organisasi yang relevan dengan kedudukan mereka serta
berperan serta dalam dalam pembuatan keputusan dan penetapan tujuan. 3. Kejujuran (suasana umum yang diliputi kejujuran dan dan
keterusterangan harus mewarnai hubungan dalam organisasi dan karyawan mampu mengatakan apa yang mereka pikirkan.
4. Komunikasi (karyawan organisasi relatif tahu akan informasi yang berhubungan dengan tugas mereka)
5. Fleksibilitas/Otonomi (karyawan di setiap tingkatan dalam organisasi mempunyai kekuatan pada diri sendiri yang mana dapat menerima saran atau pun menolak dengan pikiran mereka.
6. Resiko pekerjaan (adanya komitmen dalam organisasi tentang resiko tinggi, kualitas tinggi, dan produksi tinggi dengan menunjukkan perhatian besar pada anggota lainnya.
Sedangkan Stringer yang dikutip oleh Wirawan (2007:131) mengatakan bahwa
untuk mengukur iklim organisasi terdapat enam dimensi yang diperlukan, yaitu:
1. Struktur. Struktur (structure) organisasi merefleksikan perasaan
diorganisasi secara baik dan mempunyai peran dan tanggung jawab yang jelas dalam lingkungan organisasi.
2. Standar-standar. Standar-standar (standards) dalam organisasi mengukur
perasaan tekanan untuk meningkatkan kinerja dan derajat kebanggaan yang
dimiliki oleh anggota organisasi dala melakukan pekerjaan dengan baik. 3. Tanggung jawab. Tanggung jawab (responsibility) merefleksikan
perasaan karyawan bahwa mereka menjadi “bos diri sendiri” dan tidak memerlukan keputusannya dilegitimasi oleh anggota organisasi lainnya. Persepsi tanggung jawab tinggi menunjukkan bahwa anggota organisasi merasa didorong untuk memecahkan problemnya sendiri. Tanggung jawab rendah menunjukkan bahwa pengambilan risiko dan percobaan terhadap pendekatan baru tidak diharapkan.
4. Penghargaan. Penghargaan (recognition) mengindikasikan bahwa anggota
organisasi merasa dihargai jika mereka dapat menyelesaikan tugas secara
baik. Penghargaan merupakan ukuran penghargaan dihadapkan dengan
kritik dan hukuman atas penyelesaian pekerjaan. Iklim organisasi yang
menghargai kinerja berkarakteristik keseimbangan antara imbalan dan
kritik. Penghargaan rendah artinya penyelesaian pekerjaan dengan baik
diberi imbalan secara tidak konsisten.
5. Dukungan. Dukungan (support) merefleksikan perasaan percaya dan
saling mendukung yang terus berlangsung di antara anggota kelompok
kerja. Dukungan tinggi jika anggota organisasi merasa bahwa mereka
bagian tim yang berfungsi dengan baik dan merasa memperoleh bantuan
dari atasannya, jika mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas.
11
6. Komitmen. Komitmen (commitment) merefleksikan perasaan bangga anggota terhadap organisasinya dan derajat keloyalan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Perasaan komitmen kuat berasosiasi dengan loyalitas personal. Level rendah komitmen artinya karyawan merasa apatis terhadap organisasi dan tujuannya.
Dalam penelitiannya, Stinger yang dikutip oleh Wirawan (2007:181)
mengembangkan organizational climate questionire. Ia menyusun butir-butir
kuesioner menjadi enam dimensi. Selain menggunakan kalimat positif, ia juga
menggunakan kalimat negatif. Keenam dimensi tersebut dan contoh butir
kuesionernya sebagai berikut:
1. Struktur. Struktur merefleksikan perasaan bahwa karyawan diorganisasi
dengan baik dan mempunyai definisi yang jelas mengenai peran dan tanggung
jawab mereka. Struktur tinggi jika karyawan merasa bahwa pekerjaan setiap
orang didefinisikan dengan baik. Struktur rendah jika terjadi kebingungan
mengenai siapa yang harus melakukan sesuatu dan mempunyai wewenang
untuk mengambil keputusan. Contoh butir kuesionernya adalah:
a. Pekerjaan di organisasi ini didefinisikan secara jelas dan terstruktur secara logis.
b. Dalam organisasi ini serint tidak jelas siapa yang mempunyai kewenangan formal untuk mengambil keputusan.
c. Dalam proyek yang saya kerjakan, saya tidak mengetahui siapa atasan saya.
d. Produktivitas kami sering kurang terorganisasi dan kurang terencana.
2. Standar. Standar mengukur perasaan tekanan untuk memperbaiki kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki karyawan dalam melakukan pekerjaannya dengan baik. Standar rendah merefleksikan harapan rendah untuk kinerja. Contoh kuesionernya adalah: a. Di organisasi ini kami menentukan standar kinerja tinggi. b. Dalam organisasi ini karyawan merasa bangga mengenai kinerjanya. c. Saya merasa ditekan secara terus menerus untuk memperbaiki
kinerja individu dan kelompok dalam organisasi ini. d. Manajemen kami percaya bahwa tidak ada pekerjaan yang
dikerjakan lebih baik daripada yang kami lakukan. 3. Tanggung jawab. Merefleksikan perasaan karyawan bahwa mereka
menjadi “bos diri sendiri”dan tidak pernah meminta pendapat mengenai
keputusannya dari orang lain. Karyawan merasa memiliki tanggung jawab
untuk menyelesaikan problemnya sendiri. Tanggung jawab rendah
menunjukkan bahwa karyawan tidak diharapkan untuk mengambil risiko
dan menguji pendekatan baru. Contoh butir kuesionernya adalah:
12
a. Di organisasi ini kami tidak menekankan diri pada penilaian individual, segala sesuatunya harus dicek oleh atasan.
b. Di sini manajemen tidak mengharapkan mengecek segala sesuatu dengan karyawan; jika karyawan merasa melakukan pendekatan yang baik, ia dapat terus menyelesaikan pekerjaannya.
c. Filsafat kami menekankan bahwa orang harus menyelesaikan problemnya sendiri.
d. Di organisasi ini saya tidak akan maju tanpa melakukan sesuatu sendiri. 4. Pengakuan. Perasaan karyawan diberi imbalan yang layak setelah
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Ukuran ini membandingkan antara imbalan dengan hukuman dan kritik atas penyelesaian pekerjaan. Pengakuan rendah artinya apabila menyelesaikan pekerjaan dengan baik, tidak terdapat pemberian imbalan secara konsisten. Contoh butir kuesionernya adalah: a. Di organisasi ini imbalan dan dorongan yang saya peroleh
biasanya melampauai ancaman dan kritik. b. Di organisasi ini imbalan dan pengakuan tidak mencukupi untuk
penyelesaian pekerjaan dengan baik. c. Di organisasi ini sistem promosi membantu karyawan terbaik
untuk memperoleh jabatan yang lebih tinggi. 5. Dukungan. Merefleksikan perasaan karyawan mengenai kepercayaan
dan saling mendukung yang berlaku di kelompok kerja. dukungan tinggi jika karyawan merasa mereka merupakan bagian dari tim kerja yang berfungsi baik dan dapat mendapatkan bantuan, terutama dari atasan, jika membutuhkannya. Dukungan rendah jika karyawan merasa terisolasi dan sendiri. Contoh butir kuesionernya adalah: a. Jika melakukan kesalahan, saya tidak mendapatkan simpati. b. Jika melaksanakan tugas yang sulit, biasanya saya
mendapatkan bantuan dari atasan dan teman sekerja. c. Karyawan di organisasi ini tidak saling mempercayai. d. Saya merasa bahwa saya anggota tim yang berfungsi dengan baik.
6. Komitmen. Merefleksikan perasaan kebanggaan dan komitmen sebagai anggota organisasi. Komitmen yang kuat berhubungan dengan loyalitas personal yang juga kuat. Komitmen rendah artinya karyawan merasa apatis terhadap organisasi dan pencapaian tujuannya. Contoh butir kuesionernya adalah: a. Umumnya karyawan mempunyai komitmen tinggi terhadap
tujuan organisasi. b. Karyawan merasa bangga menjadi anggota organisasi ini. c. Anggota organisasi acuh terhadap apa yang terjadi dalam organisasi ini. d. Yang saya ketahui adalah karyawan tidak loyal terhadap organisasi ini.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa untuk mengukur iklim organisasi
digunakan enam dimensi yang meliputi struktur, standar, tanggung jawab, pengakuan,
13 dukungan dan komitmen. Masing-masing indikator tersebut dijabarkan dalam bentuk
pernyataan positif dan negatif. Namun dalam penelitian ini, pengukuran iklim
organisasi hanya didasarkan pada lima indikator yang meliputi struktur, standar,
tanggung jawab, pengakuan, dan dukungan. Sedangkan komitmen tidak dimasukkan
mengingat sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, komitmen
organisasi merupakan variabel penelitian yang berdiri sendiri. Kuesioner dalam
penelitian ini juga didasarkan pada kuesioner Stinger seperti dijelaskan di atas,
namun dimodifikasi dan disesuaikan dengan kepentingan penelitian, sehingga
seluruh kalimat yang dinyatakan dalam kuesioner berbentuk pernyataan positif.
2.2 Komitmen Organisasi 2.2.1 Pengertian Komitmen Organisasi
Mathis dan Jackson (2001:233) mendefinisikan, “organizational commitment is
the degree to which employees believe in and accept organizational goals and
desire to remain with the organization”. (Komitmen organisasional adalah derajat
yang mana karyawan percaya dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan
tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi. Lebih lanjutnya dijelaskan
bahwa komitmen adalah “tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja
terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada di dalam
organisasi tersebut yang pada akhirnya tergambar dalam statistik ketidakhadiran
dan masuk keluar tenaga kerja (turnover).
Selanjutnya Mowday seperti yang dikutip oleh Sopiah (2008:155) menyatakan,
komitmen organisasional merupakan dimensi perilaku penting yang dapat digunakan
untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi.
14 Komitmen organisasional merupakan identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif
kuat terhadap organisasi. Komitmen organisasional adalah keinginan anggota organisasi
untuk tetap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi.
Kreitner dan Angelo (2005:274) menyatakan, komitmen organisasi
mencerminkan bagaimana seseorang individu mengidentifikasikan dirinya dengan
organisasi dan terikat dengan tujuan-tujuannya. Selanjutnya, Mobley et.al dalam
Mathis dan Jackson, (2001:235) menyatakan sebagai berikut:
Komitmen karyawan terhadap organisasi sebagai tingkat kekerapan
identifikasi dan tingkat keterikatan individu kepada organisasi tertentu yang
tercermin dengan karakteristik: a) Adanya keyakinan yang kuat dan
penerimaan atas nilai dan tujuan organisasi, b) Kesediaan untuk
mengusahakan yang terbaik untuk organisasi, dan c) Adanya keinginan yang
pasti untuk mempertahankan keikutsertaan dalam organisasi. Dengan
demikian karyawan yang menunjukkan tingkat komitmen organisasional yang
tinggi akan mempunyai tingkat keinginan berpindah kerja yang rendah.
Berdasarkan pendapat di atas jelaslah bahwa komitmen pada dasarnya
merupakan rasa keterikatan seseorang karyawan terhadap organisasi. Pengertian
komitmen karyawan sama artinya dengan pengertian komitmen organisasional, karena
secara makna, komitmen diartikan sebagai tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada di dalam
organisasi tersebut yang pada akhirnya tergambar dalam statistik ketidakhadiran dan masuk keluar tenaga kerja.
2.2.2 Bentuk-Bentuk Komitmen
Spector seperti yang dikutip oleh Sopiah (2008:157) mengemukakan ada tiga
komponen komitmen organisasional, yaitu:
15
1. Affective commitment, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional.
2. Continuence commitment, muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan lain, atau karena karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan lain.
3. Normative commitment, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. karyawan bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan.
Selanjutnya Kanter seperti yang dikutip oleh Sopiah (2008:158) mengemukakan
ada tiga bentuk komitmen organisasional, yaitu:
1. Komitmen berkesinambungan (continuence commitment), yaitu
komitmen yang berhubungan dengan dedikasi anggota dalam melangsungkan kehidupan organisasi dan menghasilkan orang yang mau berkorban dan berinvestasi pada organisasi.
2. Komitmen terpadu (cohesion commitment), yaitu komitmen anggota terhadap
organisasi sebagai akibat adanya hubungan sosial dengan anggota lain di
dalam organisasi. Ini terjadi karena karyawan percaya bahwa norma-norma
yang dianut organisasi merupakan norma-norma yang bermanfaat. 3. Komitmen terkontrol (control commitment), yaitu komitmen anggota
pada norma organisasi yang memberikan perilaku ke arah yang diinginkannya. Norma-norma yang dimiliki organisasi sesuai dan mampu memberikan sumbangan terhadap perilaku yang diinginkannya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa komitmen seorang
karyawan pada organisasi tempat dia bekerja tidak hanya didasarkan pada ikatan
emosional. Akan tetapi juga didasarkan pada pertimbangan untung rugi sebagai
pertimbangan rasional bagi karyawan tersebut. Komitmen karyawan terhadap suatu
organisasi tidak hanya didasarkan untung rugi sebagai pertimbangan rasional bagi
karyawan untuk mengambil keputusan bertahan atau tidak dalam organisasi tertentu,
akan tetapi juga didasarkan pada norma-norma yang dianut oleh karyawan yang
bersangkutan yang sering juga disebut dengan komitmen normatif. “Komitmen
normatif tercipta melalui proses internalisasi yang didahului oleh adanya kepatuhan
terhadap nilai dan norma kundusif (Soetjipto dan Firdaus, 2003)”.
16 2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komitmen
Tinggi rendahnya rasa keterikatan seorang karyawan terhadap suatu organisasi
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berasal
dari lingkungan organisasi, akan tetapi juga terkait erat dengan faktor dalam diri
karyawan itu sendiri. Luthans (2002:125) menyatakan, “determinan organisasi
adalah variabel-variabel (umur, masa jabatan dalam organisasi, dan pembagian
seperti positif atau negatif, afeksi, atau kedudukan kontrol internal dan eksternal)
dalam organisasi (desain kerja dan gaya kepemimpinan pengawas)”.
Sementara itu, David (dalam As’ad, 2003:125) membagi faktor komitmen kerja
menjadi empat karakteristik, yaitu faktor personal, karakteristik kerja, karakteristik
struktur dan pengalaman kerja. Faktor personal merupakan faktor komitmen kerja
yang sangat penting, karena dapat memperlihatkan bagaimana seorang tenaga kerja
mempunyai komitmen. Faktor karakteristik kerja antara lain meliputi kondisi pekerjaan
yang dibebankan kepada tenaga kerja. Kondisi pekerjaan yang dianggap baik oleh
seorang tenaga kerja adalah yang dapat memberikan kepuasan dalam bekerja. Hal
ini antara lain disebabkan oleh kondisi pekerjaan itu sendiri yang dapat dianggap
memberikan tantangan dan kesenangan dalam bekerja.
Karakteristik struktur yang dimaksudkan termasuk struktur organisasi, dimana
seorang karyawan ditempatkan pada bidang pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuannya. Selain itu struktur upah yang berlaku juga erat kaitannya dengan
pembentukan komitmen tenaga kerja. Tenaga kerja yang merasakan bahwa upah yang
diperolehnya sesuai dengan pengorbanan yang diberikan akan cenderung mempunyai
komitmen kerja yang tinggi bila dibandingkan dengan tenaga kerja yang merasa bahwa
17 dirinya tidak memperoleh upah yang wajar. Selanjutnya Pengalaman kerja dapat
menjadi salah satu penyebab tinggi rendahnya komitmen yang dimiliki oleh
seorang tenaga kerja. Semakin banyak pengalaman kerja yang dimiliki oleh
seorang tenaga kerja pada bidang pekerjaan tertentu dapat diartikan semakin
tinggi komitmen. Demikian pula sebaliknya (David dalam As’ad, 2003:126).
2.3 Lingkungan Kerja 2.3.1 Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang berada di sekitar tempat kerja
pegawai, dimana secara langsung dapat mempengaruhi pegawai dalam
melaksanakan tugasnya (Handoko, 2002:99). Lingkungan kerja dapat juga diartikan
sebagai faktor-faktor di luar manusia baik fisik maupun nonfisik dalam suatu
organisasi (Sihombing, 2004). Lingkungan kerja yang dimaksudkan dalam penelitian
ini adalah lingkungan kerja fisik. Lingkungan kerja fisik adalah keseluruhan atau
setiap aspek dari gejala fisik dan sosial-kultural yang mengelilingi atau mempengaruhi
individu. (Komarudin, 2002:142). Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang
ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan
tugas-tugas yang dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak,
keamanan, kebersihan, musik dan lain-lain (Nitisemito, 2002:183).
Berdasarkan definisi tersebut dapat dinyatakan lingkungan kerja fisik adalah
segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan bekerja yang mempengaruhi karyawan
dalam melaksanakan beban tugasnya. Masalah lingkungan kerja dalam suatu
organisasi sangatlah penting, dalam hal ini diperlukan adanya pengaturan maupun
18 penataan faktor-faktor lingkungan kerja fisik dalam penyelenggaraan aktivitas
organisasi.
2.3.2 Faktor-faktor Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja
yang dapat mempengaruhi dirinya didalam melaksanakan tugas-tugasnya. Faktor-
faktor lingkungan kerja fisik meliputi: (a) pewarnaan, (b) penerangan, (c) udara,
(d) kebisingan, (e), ruang gerak, (f) keamanan, dan (g) kebersihan. Masing-
masing faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Nitisemito, 2002:185).
a) Pewarnaan
Masalah warna dapat berpengaruh terhadap karyawan didalam melaksanakan
pekerjaan, akan tetapi banyak perusahaan yang kurang memperhatikan masalah
warna. Dengan demikian pengaturan hendaknya memberi manfaat, dalam arti
dapat meningkatkan semangat kerja karyawan. Pewarnaan pada dinding ruang
kerja hendaknya mempergunakan warna yang lembut. Warna yang baik dipakai
pada ruangan yang sempit adalah warna putih, karena dengan putih ruangan
tersebut akan nampak lebih luas, bersih yang dapat membantu pekerjaan yang
memerlukan ketelitian. Di sini bukan warna saja yang perlu diperhatikan, karena
kombinasi warna yang salah dapat menimbulkan rasa yang kurang
menyenangkan bagi orang yang memandangnya. Rasa yang tidak menyenang
kan akan menyebabkan turunnya semangat kerja karyawan, masalah warna
bukan hanya pada dinding saja, namun juga warna mesin, peralatan dan
bahkan warna seragam yang dikenakan oleh karyawan. Sistem penerangan
yang mempergunakan dinding atau sebagai pembaur sinar, kembali dapat
19
mempengaruhi warna yang dipergunakan dalam ruangan kerja karyawan,
sehingga dapat menimbulkan penerangan yang baik di dalam ruangan
kerja tersebut.
2) Penerangan
Penerangan dalam ruang kerja karyawan memegang peranan yang sangat
penting dalam meningkatkan semangat karyawan sehingga mereka akan
dapat menunjukkan hasil kerja yang baik, yang berarti bahwa penerangan
tempat kerja yang cukup sangat membantu berhasilnya kegiatan-kegiatan
operasional perusahaan. Atas dasar hal tersebut di atas maka, pemeliharaan
sistem penerangan ini sangat diperlukan di dalam suatu perusahaan,
walaupun demikian sistem penerangan ini hanya menunjang saja bukan satu-
satunya faktor yang menentukan berhasilnya proses produksi. Disamping
faktor penerangan, faktor-faktor lain juga harus diperhatikan.
3) Udara
Di dalam ruangan kerja karyawan dibutuhkan udara yang cukup, dimana dengan
adanya pertukaran udara yang cukup, akan menyebabkan kesegaran fisik dari
karyawan tersebut. Suhu udara yang terlalu panas akan menyebabkan
menurunnya semangat kerja karyawan di dalam melaksanakan pekerjaan.
Adapun suhu udara atau temperatur ruang kerja karyawan yang didapat
dipertahankan baik pada musim panas maupun di musim dingin adalah bahwa
suhu udara harus dipertahankan di bawah 21oC untuk menekan kelembaban.
4) Kebisingan
Bunyi bising sangat diperhatikan, karena dapat membantu kesenangan kerja,
merusak pendengaran dan dapat menimbulkan komunikasi yang salah. Oleh
20
karena itu setiap perusahaan selalu berusaha untuk menghilangkan suara
bising tersebut atau paling tidak menekannya untuk memperkecil suara
bising tersebut. Dengan terganggunya seseorang atau karyawan didalam
melaksana kan pekerjaan mengakibatkan pekerjaan tersebut salah
sehingga jumlah dan mutu barang yang dihasilkan menurun. Kemampuan
perusahaan di dalam menyediakan dana untuk keperluan pengendalian
suara bising tersebut, juga merupakan salah satu faktor yang menentukan
pilihan cara pengendalian suara bising dalam suatu perusahaan. Suara
bising dapat dihindari dengan suatu tindakan seperti:
a) Mengurangi intensitas dari bunyi itu pada sumbernya dengan
mengadakan perubahan atau modifikasi mesin secara mekanis.
b) Mencegah terpencar atau meluasnya suara bising tersebut dengan
mengisolasikan atau menutup rapat-rapat suara bising tersebut.
c) Menghindari adanya alunan suara yang memantulkan dengan jalan
menyerap suara itu dengan bahan-bahan penyerap suara itu seperti
rock wall atau fiber glass. 5) Ruang gerak
Dalam suatu perusahaan hendaknya karyawan yang bekerja mendapat
tempat yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas. Seseorang tidak
mungkin dapat bekerja dengan tenang jika tempat yang tersedia tidak dapat
memberikan kenyamanan. Padatnya tempat sama ruang gerak yang sempit dapat
mengurangi semangat kerja karyawan dalam melakukan aktivitasnya. Dengan
demikian ruang gerak di dalam melaksanakan pekerjaan perlu diperhatikan,
sehingga karyawan dapat bekerja dengan baik, dan begitu juga sebaliknya jika
ruang gerak terlalu lebar akan mengakibatkan pemborosan
21
biaya. Oleh karena itu ruang gerak untuk tempat karyawan bekerja
seharusnya direncanakan terlebih dahulu agar para karyawan tidak terganggu
di dalam melaksanakan pekerjaan disamping itu juga perusahaan harus dapat
menghindari dari pemborosan dan menekan pengeluaran biaya yang banyak.
6) Keamanan
Rasa aman bagi karyawan sangat berpengaruh terhadap semangat
dan gairah kerja karyawan. Di sini yang dimaksud dengan keamanan yaitu
keamanan yang dapat dimasukkan ke dalam lingkungan kerja fisik. Jika di
tempat kerja tidak aman karyawan tersebut akan menjadi gelisah, tidak
bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya serta semangat kerja karyawan
tersebut akan mengalami penurunan.
Keamanan di sini sebenarnya lebih luas dari semua itu sehingga di sini
kontruksi gedung tempat mereka bekerja, kontruksi gedung yang sudah tua,
tanpa adanya perbaikan sewaktu-waktu gedung itu bisa roboh dan bisa
mengalami korban jiwa. Oleh karena itu sebaiknya suatu perusahaan terus
berusaha untuk menciptakan dan mempertahankan suatu keadaan dan suasana
aman tersebut dapat dirasakan oleh karyawan agar karyawan tersebut tidak
merasa terganggu dalam melaksanakan pekerjaannya. Dan pekerjaan yang
diberikan kepada karyawan merasa senang dan betah bekerja.
7) Kebersihan
Di dalam suatu perusahaan hendaknya menjaga kebersihan lingkungan,
sebab kebersihan lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang.
Dapat dibayangkan bila anda bekerja pada suatu tempat yang penuh dengan
22
debu dan bau yang tidak sedap, apalagi pekerjaan itu memerlukan konsentrasi
yang cukup tinggi. Dengan adanya lingkungan yang bersih karyawan akan
merasa senang sehingga semangat kerja karyawan akan meningkat.
Kebersihan lingkungan, bukan hanya berarti kebersihan di tempat
mereka bekerja, tetapi lebih luas misalnya kamar kecil yang berbau tidak
enak dan dapat menimbulkan rasa yang kurang menyenangkan. Bagi
perusahaan hendaknya ikut bersama-sama menjaga kebersihan karena
hal itu merupakan tanggungjawab kita bersama. Masalah kebersihan juga
tergantung dari konstruksi gedung yang sedemikian rupa sehingga dapat
memudahkan di dalam menjaga kebersihan.
2.4 Produktivitas 2.4.1 Pengertian Produktivitas
Untuk dapat mengukur produktivitas maka diperlukan pemahaman mengenai
produktivitas. Terdapat beberapa pendapat para ahli tentang produktivitas.
Simanjuntak (2003:30) mengemukakan “secara filosofis, produktivitas mengandung
pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu
kehidupan. Keadaan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Pandangan hidup dan
sikap yang demikian akan mendorong menusia untuk tidak cepat merasa puas, akan
tetapi terus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja”. Sedangkan
Sinungan (2005:16) yang menyatakan bahwa “produktivitas pada dasarnya adalah
suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari
ini lebih baik dari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini”.
23
Lebih lanjut menurut Sinungan (2005:23) mengatakan bahwa secara umum
produktivitas itu sendiri diartikan sebagai “hubungan antara hasil nyata maupun fisik
(barang-barang) atau jasa dengan masukan yang sebenarnya”. Produktivitas merupakan
tingkat efesiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa. Produktivitas adalah suatu
pendekatan disipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi
penggunaan cara yang produktif untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien.
Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia
dan keterampilan, barang modal, teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber-
sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup.
Dengan mengacu kepada apa yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa produktivitas itu berupa sikap mental manusia dalam pembaharuan pandangan
dengan harapan dapat memperbaiki mutu kehidupan yang lebih baik di keesokan harinya.
Dapat dikatakan dengan adanya produktivitas kerja akan timbul sikap optimis di kalangan
orang-orang yang bekerja di suatu perusahaan atau organisasi.
2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas
Setiap perubahan atau dinamika pasti ada faktor-faktor yang mempengaruhinya,
demikian juga masalah produktivitas ini. Simanjuntak (2003:33) mengemukakan bahwa
“aktivitas perusahaan tidak terjadi dalam isolasi. Apa yang terjadi di dalam perusahaan
dipengaruhi oleh apa yang terjadi di luarnya, seperti sumber-sumber faktor produksi
yang akan digunakan, prospek pemasaran, perpajakan perizinan, lingkungan hidup dan lain-lain”. Sedangkan Ravianto (2003:4) menyatakan sebagai berikut:
Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor-faktor lainnya, seperti: pendidikan, ketrampilan, disiplin, sikap dan etika kerja, motivasi, gizi
24
dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, hubungan industrial Pancasila, teknologi, sarana produksi, manajemen, kesempatan kerja, dan kesempatan berprestasi.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa produktivitas
kerja dipengaruhi oleh tenaga kerja itu sendiri maupun faktor-faktor lainnya
seperti pendidikan dan keterampilan, disiplin, motivasi, kesehatan, sikap dan
perilaku dalam bekerja, tingkat pengupahan, jaminan sosial dan sebagainya.
Demikian juga kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah suatu daerah
atau bangsa juga mempengaruhi produktivitas kerja.
Sedarmayanti yang dikutip oleh Umar (2003:11), menyatakan “unjuk kerja
(job performance) yang baik dapat dipengaruhi oleh kecakapan dan motivasi.
Tanpa kecakapan dan motivasi, maka karyawan akan menjadi kurang produktif
dalam berkarya yang mengakibatkan terjadinya kemalasan dan kebosanan dalam
bekerja”. Karena itu tingkat upah akan memacu kecapakan motivasi dan
kecakapan karyawan dalam bekerja sehingga produktivitas kerjapun akan
menjadi lebih baik untuk mencapai tujuan optimal perusahaan.
Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah, ada 6 faktor
utama yang menentukan produktivitas tenaga kerja, yaitu:
- Sikap kerja - Tingkat keterampilan - Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan - Manajemen produktivitas - Efisiensi tenaga kerja - Kewiraswastaan. (Umar, 2003:11).
Serdamayanti (dalam Umar, 2003:11) mengutip tentang ciri-ciri individu
yang produktif dari Erich dan Gilmore, yaitu:
25
- Tindakannya konstruktif - Percaya diri - Mempunyai rasa tanggung jawab - Memiliki rasa cinta terhadap pekerjaannya - Mempunyai pandangan ke depan - Mampu menyelesaikan pekerjaan - Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah - Mempunyai kontribusi terhadap lingkungan - Mempunyai kekuatan untuk mewujudkan potensinya.
Sedangkan Timpe (dalam Umar, 2003:12) menyatakan ciri-ciri pegawai yang
produktif adalah:
- Cerdas dan dapat belajar dengan relatif cepat - Kompeten secara profesional - Kreatif dan inovatif - Memahami pekerjaan - Belajar dengan cerdik, menggunakan logika, efisien, tidak mudah
macet dalam pekerjaan. - Selalu mencari perbaikan perbaikan, tetapi tahu kapan harus berhenti
- Dianggap bernilai oleh atasan. - Memiliki catatan prestasi yang baik - Selalu meningkatkan kemampuan diri.
Berdasarkan beberapa teoriti yang dipaparkan di atas, maka akan menjadi jelas
bahwa karyawan-karyawan produktif itu akan memiliki produktifitas yang tinggi dalam
melakukan setiap pekerjaan yang dibebankan padanya. Disamping itu juga karyawan itu
juga memiliki kecerdasan dalam memahami setiap pekerjaan yang diberikan padanya
untuk seterusnya memiliki pandangan ke depan yang lebih baik sehingga mampu
menyelesaikan setiap persoalan yang muncul dalam lingkungan pekerjaannya. Selain itu
adaptasi dalam mencari perbaikan perbaikan dari setiap pekerjaan yang dikerjakannya.
Prestasi yang baik juga harus dimilikinya untuk meningkatkan kecakapan kerja
(performance). Sebagai proses lanjut prestasi yang lebih baik yang dimilikinya itu dapat
meningkatkan pendapatan perusahaan karena setiap jenis pekerjaan yang dibebankan
pimpinan dapat dikerjakan secara baik, dan hasil akhir akan
26
diperoleh tingkat efektifitas dan efisiensi kerja yang diharapkan perusahaan dimana
karyawan itu bekerja. Dan semua pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan itu akan
dapat dipertanggung jawabkan dihadapan pimpinan perusahaan.
2.5 Pengaruh Iklim Organisasi dan Komitmen Organisasi Terhadap
Peningkatan Produktivitas Kerja 2.5.1 Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Produktivitas Kerja
Satria (2005) menyatakan, iklim organisasi yang kondusif dan hubungan kerja yang baik dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Iklim organisasi yang
sehat dapat mendorong sikap keterbukaan baik dari pihak karyawan maupun
pihak pengusaha (atau dengan kata lain terciptanya komformitas hubungan
karyawan dan pengusaha), sehingga mampu menumbuhkan kepuasan kerja
yang akan mengakibatkan peningkatan produksi dan produktivitas kerja.
Wirawan (2007:123) menyatakan, “sikap dan perilaku anggota organisasi
mempengaruhi produktivitas mereka secara individual atau kelompok yang kemudian
mempengaruhi kinerja organisasi. Iklim organisasi mempengaruhi produktivitas
anggota dan selanjutnya mempengaruhi efektivitas dan efisiensi organisasi”.
Misalnya, persepsi negatif karyawan terhadap kepemimpinan, sistem manajemen,
pelaksanaan norma, serta peraturan organisasi dan pekerjaannya, mempengaruhi
perilaku mereka dalam melaksanakan pekerjaannya. Perilaku ini berpengaruh
terhadap produktivitas mereka yang kemudian mempengaruhi kinerja organisasi.
Berdasarkan pendapat di atas jelaslah bahwa iklim organisasi yang baik tidak
hanya dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan akan tetapi juga mampu mendorong
karyawan untuk mau bekerja lebih baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja
mereka, dan kinerja organisasi secara keseluruhan. Sebaliknya iklim organisasi yang
tidak baik akan dapat membuat karyawan kurang nyaman dalam
27
bekerja, akibatnya produktivitas kerja akan berkurang dan pada akhirnya
dapat berpengaruh negatif pada kinerja organisasi secara keseluruhan.
2.5.2 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Produktivitas Kerja
Komitmen organisasi atau keterikatan karyawan terhadap organisasi memiliki
hubungan yang searah dengan produktivitas kerja karyawan. Karyawan dengan
komitmen relatif tinggi akan cenderung mempertahankan keberadaan mereka
dalam organisasi dan memberikan yang terbaik terhadap organisasi tersebut.
Karena keterikatan seseorang karyawan terhadap organisasi menjadi determinasi
bagi dirinya dalam mencapai sasaran atau target pekerjaan yang telah ditetapkan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ulupui (2005) yang menyatakan, komitmen
seseorang karyawan terhadap organisasi tempat ia bekerja menunjukkan luasnya
usaha, sepanjang waktu (over time) ke arah pencapaian sasaran dan tidak
adanya keinginan untuk membuang atau mengurangi sasaran. Hal ini didukung
oleh pendapat Wentzel (2002) yang mengatakan bahwa komitmen organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja.
2.6 Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas
Lingkungan kerja fisik yang mendukung akan sangat berpengaruh terhadap
semangat kerja karyawan dalam suatu pekerjaan yang dilakukan, sehingga
perusahaan haruslah mengusahakan agar faktor-faktor yang termasuk lingkungan
kerja fisik dapat diusahakan sedemikian rupa dan memberi pengaruh positif.
Lingkungan kerja fisik yang dipersiapkan baik akan mendukung produktivitas kerja
karyawan yang lebih baik sehingga kemampuan tenaga kerja juga semakin
28 baik. Kemampuan kerja yang baik akan menghasilkan keluaran organisasi yang
lebih baik. Nitisemito (2002:183) menyatakan lingkungan kerja fisik yang baik
akan memberikan kenyamanan dan membangkitkan semangat kerja karyawan
sehingga dapat mengerjakan tugas-tugas dengan baik. Pada akhirnya lingkungan
kerja fisik yang baik akan tidak hanya mampu meningkatkan semangat kerja,
akan tetapi juga berdampak positif bagi peningkatan produktivitas kerja pegawai.
2.7 Hasil Penelitian Sebelumnya
Masnurhadi dan Bambang (2006) mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh
Iklim Organisasi dan Kompensasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di Rumah Sakit
Dr. Moewardi Surakarta. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa variabel iklim
organisasi terbukti memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas kerja karyawan di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Variabel kompensasi terbukti memiliki pengaruh positif
terhadap produktivitas kerja karyawan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Keterkaitan antara iklim organisasi dengan produktivitas kerja/kinerja
pegawai diteliti oleh Hasnita dan Sanusi (2006) dalam penelitiannya dengan judul
Ciri-Ciri, Iklim Organisasi, dan Kinerja Tenaga Perawat di Instalasi Rawat Inap RS
Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi. Penelitian tersebut antara lain menyimpulkan
bahwa iklim organisasi dengan kinerja perawat mempunyai hubungan yang
bermakna. Iklim organisasi dengan kinerja mempunyai hubungan yang bermakna
dengan kekuatan hubungan lemah. Hubungan lemah memberikan arti bahwa ada
lain yang mempengaruhi kinerja. Dari model persamaan garis regresi linear
dijelaskan bahwa setiap terjadi perubahan iklim organisasi maka akan terjadi
peningkatan kinerja sebesar 15,1%.
29
Selanjutnya keterkaitan antara produktivitas kerja/kinerja pegawai dengan
iklim organisasi juga diteliti oleh Vivi dan Rorlen (2007) dalam penelitiannya yang
berjudul Pengaruh Iklim Organisasi dan Kedewasaan Terhadap Kinerja Pegawai
pada PT Graha Tungki Arsitetika Jakarta. Penelitian tersebut antara lain
menyimpulkan bahwa secara parsial iklim organisasi berpengaruh signifikan
terhadap Terhadap Kinerja Pegawai pada PT Graha Tungki Arsitetika Jakarta.
2.8 Kerangka Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui pengaruh komitmen
organisasi, iklim organisasi dan lingkungan kerja terhadap produktivitas kerja, dapat
dipahami bahwa produktivitas kerja sebagai dependent variable (variabel terikat), dan
disisi lain komitmen organisasi, iklim organisasi dan lingkungan kerja sebagai
independent variable (variabel bebas). Karena itu, hubungan antara konsep atau
paradigma penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 1 berikut.
30
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Penelitian Independent Dependent Variable Variable
Iklim Organisasi
1. Struktur 2. Standar 3. Tanggung jawab 4. Pengakuan 5. Dukungan
(Stringer dalam Wirawan, 2007)
Komitmen 1. Ingin memberikan yang terbaik 2. Rasa bangga terhadap organisasi 3. Kemauan menerima semua tugas 4. Kesamaan sistem nilai yang dianut
pegawai dengan nilai organiasi 5. Anggapan bahwa organisasi
pilihan tempat untuk bekerja 6. Kepedulian terhadap masa
depan instansi 7. Anggapan bahwa instansi adalah pilihan
terbaik diantara instansi sejenis
(Mathis dan Jackson, 2001)
Lingkungan Kerja 1. Pewarnaan 2. Penerangan 3. Udara 4. Kebisingan 5. Ruang gerak 6. Keamanan 7. Kebersihan
(Nitisemito, 2002)
Produktivitas Kerja 1. Kemampuan kerja meningkat 2. Efisiensi pelaksanaan tugas 3. Kemampuan mempelajari cara kerja 4. Kompetensi diri dalam
menyelesaikan tugas. 5. Inovatif 6. Memahami pekerjaan 7. Selalu berusaha mencari
perbaikan dalam bekerja 8. Dianggap bernilai oleh atasan 9. Selalu meningkatkan kemampuan
diri dalam bekerja
Sumber: Didasarkan pada landasan teori dan penelitian sebelumnya, dan
kemudian dimodifikasi oleh peneliti.
2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis dan penelitian sebelumnya yang telah
dijelaskan, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
31
Ho : Iklim organisasi, komitmen organisasi dan lingkungan kerja secara parsial
dan simultan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh.
Ha : Iklim organisasi, komitmen organisasi dan lingkungan kerja secara parsial
dan simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas
kerja pegawai Dinas Sosial Aceh.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Objek Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian, lokasi penelitian ini adalah Dinas Sosial Aceh.
Objek penelitian difokuskan pada pengaruh iklim organisasi, komitmen organisasi dan
lingkungan kerja terhadap produktivitas kerja pegawai instansi tersebut.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh pegawai yang ada dilingkungan
Dinas Sosial Aceh berjumlah 184 orang. Pengambilan sampel menggunakan
rumus Slovin (Suliyanto, 2006:100) sebagai berikut.
n =
N
1+ Ne2
Keterangan:
e = Prosentase kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel.
N = Ukuran populasi
n = Ukuran sampel
Dengan menggunakan tingkat kelonggaran pengambilan sampel sebesar 10%,
maka jumlah pegawai yang menjadi sampel penelitian dapat dicari sebagai berikut:
184 n
=
1+184 (0,10)2
184
n =
1+184 (0,010)
n =
184
1+1,84
32
33
184 n =
2,84
n = 64,79 dibulatkan menjadi 65 orang
Berdasarkan rumus Slovin seperti terlihat dalam perhitungan di atas, sampel
penelitian sebanyak 65 orang pegawai atau sebesar 35,21 persen dari jumlah
keseluruhan populasi. Pengambilan sampel dilakukan secara convinience sampling yaitu
pengambilan sampel dengan cara mengutamakan pegawai yang lebih dahulu dijumpai.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan untuk mendukung penelitian ini terdiri dari dua
jenis yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data
berdasarkan jenis data sebagai berikut.
1. Data Primer.
Data primer yang digunakan dalam penelitian berupa persepsi pegawai
terhadap masing-masing variabel yang diteliti yaitu iklim organisasi, komitmen
organisasi, lingkungan kerja dan produktivitas kerja pegawai. Pengumpulan
data tersebut menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan/ pernyataan
yang berhubungan dengan masing - masing variabel. Pegawai diminta untuk
menentukan pilihan jawaban mereka untuk setiap item pernyataan terkait.
2. Data Sekunder
Data sekunder berasal dari laporan-laporan atau penelitian terdahulu,
termasuk data yang berhubungan dengan komposisi pegawai yang
diperoleh dari Dinas Sosial Aceh. Pengumpulan data sekunder dilakukan
melalui dokumentasi terhadap data-data pegawai seperti bidang tugas,
golongan, tingkat pendidikan dan lain sebagainya.
34 3.4 Skala Pengukuran Data
Skala yang digunakan dalam penelitian ini skala Likert (Likert’s scale).
Pemberian skala dimaksudkan untuk memberikan bobot terhadap respon yang
diberikan responden pada masing-masing pernyataan yang berkaitan dengan
produktivitas kerja, iklim organisasi, komitmen organisasi dan lingkungan kerja. Skala
pengukuran berdasarkan skala Likert’s seperti terlihat dalam Tabel III-1 di bawah ini.
Tabel III-1
Alternatif Pilihan Jawaban Berdasakan Skala/Bobot
Pilihan Jawaban Skala/Bobot
Sangat tidak setuju 1 Tidak setuju 2 Ragu-ragu 3 Setuju 4 Sangat setuju 5
Sumber: Sugiyono (2008: 133).
Alternatif pilihan jawaban responden dalam bentuk tingkat kesetujuan sengaja
tidak memasukkan alternatif pilihan jawaban ”netral” sebagaimana halnya beberapa
penelitian/skripsi terdahulu. Hal ini didasarkan pada pendapat Umar (2005:70)
menyatakan, bahwa beberapa buku teks menganjurkan agar data pada katagori
“netral” tidak dipakai dalam analisis selama responden tidak memberikan alasannya.
3.5 Metode Analisis Data
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh iklim
organisasi dan komitmen organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai.
Maka metode analisis data yang digunakan adalah peralatan statistik regresi
linier berganda diformulasikan sebagai berikut.
Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + µ
35 Keterangan :
Y = Produktivitas kerja X1 = Iklim organisasi X2 = Komitmen organisasi
X3 = Lingkungan kerja ß0 = Konstanta atau intercep (titik potong) dengan Y pada saat X bernilai nol (0). ß1 = Koefisien regresi variabel X1 ß2 = Koefisien regresi variabel X2
ß3 = Koefisien regresi variabel X3 µ = Error term
Selanjutnya untuk mengetahui keeratan hubungan antara iklim organisasi,
komitmen organisasi dan lingkungan kerja dengan produktivitas kerja pegawai
digunakan koefisien korelasi (R). Selanjutnya untuk mengetahui besarnya pengaruh
iklim organisasi, komitmen organisasi dan lingkungan kerja terhadap produktivitas kerja
pegawai digunakan koefisien determinasi (R2).
3.6 Operasional Variabel
Variabel yang dioperasionalkan dalam penelitian ini terdiri dari dari
produktivitas kerja sebagai variabel terikat dengan iklim organisasi, komitmen
organisasi dan lingkungan kerja sebagai variabel bebas. Masing-masing variabel
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel III-2
Definisi Operasional Variabel, Indikator dan Skala Pengukuran
No Variabel Definisi
Indikator Ukuran Skala Item
Variabel
Dependen variabel (Variabel Terikat)
1 Produk- “Perbandingan antara hasil Kemampuan dalam bekerja 1-5 Interval A1
yang dicapai (output) meningkat (Umar, 2003)
tivitas
dengan keseluruhan sumber Waktu pelaksanaan tugas
Kerja (Y)
semakin efisien. (Umar, 1-5 Interval A2
daya yang digunakan
(input). Sehingga 2003)
Mampu mempelajari tata
produktivitas mengandung
cara kerja dalam waktu 1-5 Interval A3
dua dimensi yaitu:
cepat (Umar, 2003)
efektivitas yang mengarah Memiliki kompetensi diri
pada pencapaian untuk dalam melaksanakan tugas 1-5 Interval A4
(Umar, 2003)
36 kerja yang maksimal yang Memiliki keinginan untuk
berkaitan dengan kualitas, menemukan jalan terbaik 1-5 Interval A5
kuantitas dan waktu, dan dalam pelaksanaan tugas
(inovatif) (Umar, 2003)
efesiensi dengan realisasi
Memahami pekerjaan 1-5 Interval A6
penggunaannya atau
(Umar, 2003)
bagaimana pekerjaan
Selalu berusaha mencari
tersebut dilaksanakan”.
perbaikan dalam bekerja 1-5 Interval A7
(Umar, 2003)
(Umar, 2003)
Dianggap bernilai oleh 1-5 Interval A8
atasan (Umar, 2003)
Selalu meningkatkan
kemampuan diri dalam 1-5 Interval A9
bekerja (Umar, 2003)
Independen Variabel (Variabel Bebas)
1 Iklim Lingkungan internal Struktur 1-5 Interval B1-B3
Organisasi yang mewakili faktor- (Wirawan, 2007)
Standar 1-5 Interval B4-B6
(X1) faktor dalam organisasi
(Wirawan, 2007)
yang menciptakan kultur
Tanggung jawab 1-5 Interval B7-B9
dan lingkungan sosial (Wirawan, 2007)
dimana aktivitas- Pengakuan 1-5 Interval B10-B12
(Wirawan, 2007)
aktivitas pencapaian
Dukungan
tujuan berlangsung
(Wirawan, 2007) 1-5 Interval B13-B15-
(Mustikasari, 2007)
2 Komitmen Tingkat keterikatan Keinginan untuk
Organisasi individu kepada
memberikan yang terbaik 1-5 Interval C1
bagi instansi
(X2) organisasi tercermin
(Mathis dan Jackson, 2001)
dari: adanya keyakinan Rasa bangga terhadap
yang kuat dan instansi (Mathis dan 1-5 Interval C2
penerimaan atas nilai Jackson, 2001)
Kemauan untuk menerima
dan tujuan organisasi,
semua tugas yang 1-5
C3
kesediaan untuk Interval
diberikan (Mathis dan
mengusahakan yang Jackson, 2001)
terbaik untuk organisasi, Adanya persamaan sistim
dan adanya keinginan nilai yang dianut pegawai
dengan sistem nilai dalam 1-5 Interval C4
yang pasti untuk
instansi (Mathis dan
mempertahankan Jackson, 2001)
keikutsertaan dalam Adanya anggapan bahwa 1-5 Interval C5
instansi sudah merupakan
organisasi. Komitmen
pilihan yang tepat untuk
organisasi dibagi dalam
bekerja (Mathis dan
dua katagori, yakni Jackson, 2001)
komitmen rasional dan Kepedulian yang besar
komitmen normatif
terhadap masa depan 1-5 Interval C6
instansi (Mathis dan
(Mobley et.al, dalam
Jackson, 2001)
Mathis dan Jackson,
Anggapan bahwa instansi
2001) adalah pilihan terbaik dari 1-5 Interval C7
semua instansi sejenis.
(Mathis dan Jackson, 2001)
3 Lingkungan Lingkungan kerja fisik Pewarnaan 1-5 Interval D1
Kerja Fisik adalah segala sesuatu
(X3) yang ada di sekitar Penerangan 1-5 Interval D2
para pekerja yang
Udara 1-5 Interval D3
dapat mempengaruhi
dirinya dalam
Kebisingan 1-5 Interval D4
menjalankan tugas-
tugas yang
Ruang gerak 1-5 Interval D5
dibebankan, misalnya
37 penerangan, suhu Keamanan 1-5 Interval D6
udara, ruang gerak,
keamanan, kebersihan,
musik dan lain-lain Kebersihan 1-5 Interval D7
(Nitisemito,
2002:183)
3.7 Pengujian Hipotesis
Pada tingkat keyakinan 95 persen, pembuktian hipotesis dalam
penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Ho1 : Iklim organisasi secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh.
Ha1 : Iklim organisasi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan
terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh.
Ho2 : Komitmen organisasi secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh.
Ha2 : Komitmen organisasi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh.
Ho3 : Lingkungan kerja secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh.
Ha3 : Lingkungan kerja secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh.
Ho4 : Iklim organisasi, komitmen organisasi dan lingkungan kerja secara simultan
tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja
pegawai Dinas Sosial Aceh.
38
Ha4 : Iklim organisasi, komitmen organisasi dan lingkungan kerja secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai
Dinas Sosial Aceh.
Untuk menerima atau pun menolak salah satu hipotesis di atas,
digunakan uji F, dengan ketentuan sebagai berikut:
- Apabila nilai F hitung > F tabel, maka hipotesis (Ha) diterima, hipotesis
(Ho) ditolak yang bermakna secara simultan iklim organisasi, komitmen
organisasi dan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh.
- Apabila nilai F hitung < F tabel, maka hipotesis (Ha1) ditolak, hipotesis (Ho1) diterima
yang bermakna secara simultan iklim organisasi, komitmen organisasi dan
lingkungan kerja tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas
kerja pegawai Dinas Sosial Aceh.
Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi pengaruh masing-masing
variabel independent secara parsial terhadap produktivitas kerja pegawai
digunakan statistik uji t dengan ketentuan sebagai berikut:
- Apabila nilai t hitung suatu variabel lebih besar bila dibandingkan dengan
nilai t tabel, dapat diartikan variabel tersebut berpengaruh signifikan
terhadap produktivitas kerja pegawai.
- Apabila nilai t hitung suatu variabel lebih kecil bila dibandingkan dengan
nilai t tabel, dapat diartikan variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan
terhadap produktivitas kerja pegawai.
39
Untuk memudahkan dan mempercepat perhitungan penulis menggunakan
bantuan komputer melalui software SPSS (statistical product and service solution
(SPSS) versi 12.00.
3.8 Pengujian Reliabilitas dan Validitas 3.8.1 Pengujian Reliabilitas
Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah alat pengumpulan
data telah menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, atau konsistensi alat
tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu,
walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Tolok ukur reliabilitas suatu
kuesioner adalah nilai alfa cronbach yang diperoleh melalui perhitungan
statistik. Ma’ruf, (2005:96) menyatakan nilai alfa cronbach minimum yang
dapat diterima adalah 0,70. Hal ini berarti suatu kuesioner dinyatakan handal
apabila nilai cronbach alfa yang diperoleh berada di atas 0,70.
3.8.2 Pengujian Validitas
Validitas menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang
ingin diukur. Seperti yang dikemukakan oleh Kuncoro (2003:151) suatu skala pengukuran
disebut valid apabila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa
yang seharusnya diukur. Bila skala pengukuran tidak valid, maka ia tidak bermanfaat bagi
peneliti karena tidak mengukur apa yang seharusnya dilakukan. Dalam penelitian ini,
penentuan validitas dapat dilakukan dengan mencari nilai korelasi skor masing-masing
item dengan skor total item untuk setiap variabel. Kemudian nilai r hitung yang diperoleh
dari korelasi tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel pada
40 tingkat keyakinan 95 persen, dengan ketentuan apabila nilai r hitung > r tabel
item pernyataan tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya apabila nilai r hitung < r
tabel maka item pernyataan tersebut tidak valid (Suliyanto, 2006:149).
3.9 Pengujian Asumsi Klasik 3.9.1 Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas digunakan untuk melihat distribusi data. Untuk menguji
apakah distribusi data normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data dapat dilakukan
dengan melihat grafik normal P-P Plots. Suatu data akan terdisbusi secara normal jika
nilai probabilitas yang diharapkan adalah sama dengan nilai probabilitas pengamatan.
Pada grafik normal P-P Plots, kesamaan antara nilai probabilitas harapan dan probabilitas
pengamatan ditunjukkan dengan garis diagonal yang merupakan perpotongan antara
garis probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan. Dengan kata lain, suatu data
dikatakan berdistribusi normal apabila normal P-P Plots tidak menyimpang jauh dari garis
diagonal (Santosa dan Ashari, 2005:234-235).
3.9.2 Pengujian Multikolinieritas
Istilah multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier
di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Bila variabel-variabel bebas
berkorelasi sempurna, maka disebut multikolinieritas sempurna (perfect multicol linierity)
(Sumodiningrat, 2007:257). Pengujian multikolinearitas didekati dengan nilai VIF
(Variance Inflating Factor). Santoso (2000:281) menyatakan “jika VIF lebih besar dari 5,0
maka variabel tersebut diyakini mempunyai persoalan multikolinieritas dengan
41
variabel bebas yang lainnya”. Sebaliknya apabila nilai VIF lebih kecil dari 5,0
dapat diartikan tidak terdapat multikolinieritas.
3.9.3 Pengujian Heteroskesdastisitas
Heteroskedastisitas adalah variasi data yang digunakan untuk membuat model
tidak konstan atau yang menunjukkan semakin besarnya variasi seiring dengan
membesarnya nilai X dan Y. Heteroskesdastisitas terjadi bila variansinya tidak
konstan, sehingga seakan-akan ada beberapa kelompok data yang mempunyai
besaran error yang berbeda-beda. Model regresi yang baik adalah yang
homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterplot. Heteroskesdastisitas akan terdeteksi bila plot
menunjukkan pola yang sistematis (Nachrowi dan Hardius, 2005:130).
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Pegawai Dinas Sosial Aceh yang direncanakan menjadi sampel penelitian
sebanyak 65 orang. Guna mengantisipasi adanya kuesioner yang hilang atau rusak,
peneliti sengaja mengedarkan kuesioner sebanyak 70 eksamplar. Namun yang dianalisis
dalam penelitian ini tetap 65 eksamplar sesuai dengan jumlah sampel yang telah
ditetapkan. Pengedaran kuesioner dilakukan melalui bantuan salah seorang pegawai
instansi tersebut yang bekerja pada bagian umum. Pengambilan kuesioner pada bagian
umum dilakukan setelah 1 (satu) minggu kemudian. Hal ini disebabkan agar pengedaran
kuesioner tidak mengganggu pekerjaan para pegawai instansi tersebut.
Setelah kuesioner terkumpulkan, tahap selanjutnya dilakukan penyortiran untuk
mengetahui kuesioner yang rusak atau tidak lengkap terisi. Kemudian dilanjutnya dengan
proses pengolahan data dengan menggunakan alat bantu komputer melalui software
statistics package for social science (SPSS). Penggunaan software tersebut untuk
mempercepat proses perhitungan dan menghindari terjadinya kesalahan.
Bagian pertama kuesioner berisi informasi mengenai karakteristik
responden. Karakteristik yang dimaksudkan terdiri dari jenis kelamin, usia,
status perkawinan dan tingkat pendidikan terakhir dan pendapatan rata-rata
per bulan. Hasil pengolahan data menunjukkan, dari 65 orang pegawai Dinas
Sosial Aceh yang menjadi responden penelitian, sebagian besar diantara
mereka adalah laki-laki yaitu 43 orang atau sebesar 66,20 persen dari jumlah
keseluruhan responden. Dengan demikian perempuan hanya 22 orang.
42
43
Responden penelitian juga memiliki tingkatan usia yang berbeda. Mereka
dengan usia dibawah 35 tahun sebanyak 16 orang atau sebesar 24,60 persen
dari jumlah keseluruhan responden. Sebanyak 13 orang dengan usia berkisar
antara 35-40 tahun, 13 orang dengan usia berkisar antara 41-45 tahun.
Selanjutnya responden dengan usia relatif tua di atas 45 tahun sebanyak 23
orang atau sebesar 35,40 persen dari jumlah keseluruhan responden. Untuk lebih
jelasnya mengenai karakteristik responden dapat dilihat Tabel IV-1 di bawah ini.
Tabel IV-1
Karakteristik Responden
No Uraian Frekuensi Persentase
(Orang) (%)
1 Jenis Kelamin
Laki-laki 43 66,20
Perempuan 22 33,80
2 Usia
< 35 tahun 16 24,60
36 – 40 tahun 13 20,00
41 – 45 tahun 13 20,00
> 45 tahun 23 35,40
3 Status Perkawinan
Menikah 59 90,80
Belum Menikah 6 9,20
Janda - -
Duda - -
4 Pendidikan Terakhir
SMA 9 13,80
Diploma 8 12,30
Sarjana (S1) 44 67,70
Pascasarjana (S2) 4 6,20
5 Pendapatan Rata-rata Per Bulan
< Rp. 2.000.000 6 9,20
Rp. 2.000.000 - 2.499.000 14 21,50
Rp. 2.500.000 – 2.999.000 10 15,40
Rp. 3.000.000 – 3.500.000 18 27,70
Rp. 3.500.000 17 26,20
Sumber: Data Primer (Diolah), 2012.
44
Sesuai dengan tingkatan usia, sebagian besar pegawai Dinas Sosial Aceh sudah
berkeluarga, atau dengan status menikah yaitu sebanyak 59 orang atau sebesar 90,80
persen dari jumlah keseluruhan responden. Sisanya 6 orang lagi dengan status belum
menikah. Sebaliknya tidak satu pun diantara mereka dengan status janda atau pun duda.
Berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar pegawai instansi tersebut
memiliki latar belakang pendidikan sarjana (S1), yakni sebanyak 44 orang atau
sebesar 67,70 persen dari jumlah keseluruhan responden. Sebanyak 9 orang
dengan latar belakang pendidikan SMA, 8 orang lulusan Diploma dan sisanya 4
orang lagi dengan latar belakang pendidikan Pascasarjana (S2).
Karakteristik responden yang terakhir adalah pendapatan rata-rata per bulan.
Sebanyak 6 orang responden dengan pendapatan relatif kecil dibawah Rp 2.000.000
per bulan. Mereka yang termasuk dalam kelompok ini adalah pegawai dengan
pendidikan relatif rendah di bawah SMA dan dengan usia relatif muda di bawah 35
tahun. Sebanyak 14 orang dengan pendapatan rata-rata per bulan berkisar antara Rp
2.000.000-2.499.000, sebanyak 10 orang dengan pendapatan rata-rata berkisar
antara Rp 2.5000.000-2.999.000, dan sebanyak 18 orang dengan pendapatan rata-
rata berkisar antara Rp 3.000.000-3.500.000 per bulan. Sisanya sebanyak 17 orang
lagi memiliki pendapatan relatif besar di atas Rp 3.500.000 per bulan.
4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 4.2.1 Hasil Uji Validitas
Ui validitas dimaksudkan untuk menguji apakah skala pengukuran yang dibuat
dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas item, yaitu untuk mengetahui apakah item-item
45 pernyataan yang dimuat dalam kuesioner penelitian valid atau tidak. Pengujian validitas
kuesioner didasarkan pada perbandingan nilai r hitung dan nilai r tabel. Nilai r hitung dicari
dengan mencari nilai korelasi antara skor alternatif pilihan jawaban responden pada item
pernyataan tertentu dengan total skor item dalam variabel terkait. Selanjutnya nilai
korelasi hitung (r hitung) tersebut dibandingkan dengan nilai kritis r product moment (r
tabel), dengan ketentuan apabila nilai (r hitung > r tabel), maka item pernyataan dalam
variabel tertentu dinyatakan valid. Sebaliknya apabila nilai r hitung < r tabel, maka item
pernyataan dalam variabel tertentu dinyatakan tidak valid.
Tabel IV-2 memperlihatkan bahwa variabel produktivitas kerja pegawai
terdiri dari 9 (sembilan) item pernyataan, dilambangkan dengan A1, A2, A3
hingga A9. Item pernyataan pertama yang berhubungan dengan variabel
produktivitas kerja pegawai (dengan kode item A1) menunjukkan nilai r hitung
sebesar sebesar 0,611. Nilai ini lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel
(pada n = 65) yang menunjukkan angka sebesar 0,244 (lampiran 9). Dengan
demikian dapat diartikan bahwa item pernyataan tersebut dinyatakan valid. Begitu
juga halnya untuk item pernyataan A2, A3 sampai A9 juga menunjukkan nilai r
hitung lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel yang berarti semua item
pernyataan pada variabel produktivitas kerja pegawai dinyatakan valid.
Selanjutnya variabel iklim organisasi terdiri dari 15 (lima belas) item pernyataan
yang dilambangkan dengan B1 sampai B15. Nilai r hitung untuk pernyataan pertama (B1)
menunjukkan angka sebesar 0,708 lebih besar bila dibandingkan dengan r tabel sebesar
0,244. Dengan demikian dapat diartikan bahwa item pernyataan tersebut dinyatakan valid.
Begitu juga halnya dengan item pernyataan kedua (B2) hingga item
46 pernyataan ke lima belas (B15), juga menunjukkan nilai r hitung lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai r tabel, sehingga dapat diartikan seluruh item
pernyataan yang berhubungan dengan iklim organisasi dinyatakan valid. Untuk
lebih jelasnya mengenai hasil uji validitas dapat dilihat Tabel IV-2 berikut.
Tabel IV-2
Hasil Uji Validitas
Item Nilai R Nilai R
No Variabel Tabel Keterangan
Pernyataan Hitung
(n=65)
1 Produktivitas A1 0,611 0,244 Valid
Kerja A2 0,636 0,244 Valid
A3 0,805 0,244 Valid
A4 0,642 0,244 Valid
A5 0,732 0,244 Valid
A6 0,593 0,244 Valid
A7 0,688 0,244 Valid
A8 0,805 0,244 Valid
A9 0,705 0,244 Valid
2 Iklim organisasi B1 0,708 0,244 Valid
B2 0,331 0,244 Valid
B3 0,537 0,244 Valid
B4 0,649 0,244 Valid
B5 0,555 0,244 Valid
B6 0,584 0,244 Valid
B7 0,736 0,244 Valid
B8 0,767 0,244 Valid
B9 0,355 0,244 Valid
B10 0,561 0,244 Valid
B11 0,489 0,244 Valid
B12 0,671 0,244 Valid
B13 0,758 0,244 Valid
B14 0,738 0,244 Valid
B15 0,566 0,244 Valid
3 Komitmen C1 0,699 0,244 Valid
Organisasi C2 0,848 0,244 Valid
C3 0,839 0,244 Valid
C4 0,510 0,244 Valid
C5 0,574 0,244 Valid
C6 0,848 0,244 Valid
C7 0,839 0,244 Valid
4 Lingkungan D1 0,777 0,244 Valid
Kerja D2 0,922 0,244 Valid
D3 0,909 0,244 Valid
D4 0,778 0,244 Valid
D5 0,546 0,244 Valid
D6 0,922 0,244 Valid
D7 0,909 0,244 Valid
Sumber: Data Primer (Diolah), 2012.
47
Berdasarkan Tabel IV-2 di atas juga dapat diketahui bahwa nilai korelasi
hitung (r hitung) untuk masing-masing item pernyataan yang terdapat dalam
variabel komitmen organisasi (dengan kode C1-C7) dan masing-masing item
pernyataan yang terdapat dalam variabel lingkungan kerja (dengan kode item D1-
D7), lebih besar bila dibandingkan dengan nilai r tabel. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa seluruh item pernyataan yang berhubungan dengan variabel
komitmen organisasi dan lingkungan kerja juga dinyatakan valid.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa semua item pernyataan pada
setiap variabel yang diteliti dinyatakan valid. Artinya, item-item pernyataan pada
setiap variabel bisa digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur yang
dalam hal ini adalah produktivitas kerja pegawai, iklim organisasi, komitmen
organisasi dan lingkungan kerja sebagai variabel yang diteliti.
4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas
Untuk menguji kehandalan kuesioner yang digunakan, maka dalam penelitian ini
menggunakan uji reliabilitas. Tolok ukur reliabilitas adalah nilai cronbach alpha
yang diperoleh melalui perhitungan statistik. Menurut Malhotra (2005:268),
nilai alpha minimum yang diperoleh sebagai syarat kehandalan kuesioner
adalah sebesar 0,60. Hal ini berarti bahwa apabila nilai cronbach alpha
dibawah 0,60 maka kuesioner belum memenuhi syarat kehandalan.
Hasil pengujian reliabilitas kuesioner untuk keempat variabel penelitian
memperlihatkan menunjukkan nilai cronbach alpha masing-masing sebesar 0,860 untuk
variabel produktivitas kerja, sebesar 0,877 untuk variabel iklim organisasi, sebesar
48
0,860 untuk variabel komitmen organisasi dan sebesar 0,920 untuk variabel
lingkungan kerja seperti terlihat dalam Tabel IV-3 berikut.
Tabel IV-3
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
No Variabel Jumlah Nilai
Keterangan
Item Alpha
1 Produktivitas kerja 9 0,860 Handal
2 Iklim organisasi 15 0,877 Handal
3 Komitmen organisasi 7 0,860 Handal
4 Lingkungan kerja 7 0,920 Handal
Sumber: Data Primer (Diolah), 2012.
Berdasarkan Tabel IV-3 di atas dapat diketahui bahwa nilai cronbach alpha
masing-masing variabel penelitian lebih besar dari 0,60. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa kuesioner yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian telah
memenuhi syarat kehandalan. Dengan kata lain, kuesioner yang digunakan untuk
mengumpulkan data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang diteliti dinilai
sudah menunjukkan ketepatan, keakuratan, atau konsistensi alat tersebut dalam
mengungkapkan gejala yang berhubungan dengan variabel terkait.
4.3 Deskripsi Variabel Produktivitas Kerja Pegawai
Produktivitas dapa diartikan sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai
(output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Sehingga produktivitas
mengandung dua dimensi yaitu: efektivitas yang mengarah pada pencapaian untuk kerja
yang maksimal yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu, dan efesiensi
dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Sesuai dengan kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data, variabel
produktivitas kerja pegawai dijabarkan dalam 9 (sembilan) item pernyataan positif.
Indikator yang digunakan meliputi kemampuan dalam bekerja meningkat, waktu
49 pelaksanaan tugas semakin efisien, mampu mempelajari tata cara kerja dalam
waktu cepat, memiliki kompetensi diri dalam melaksanakan tugas, memiliki
keinginan untuk menemukan jalan terbaik dalam pelaksanaan tugas (inovatif),
memahami pekerjaan, selalu berusaha mencari perbaikan dalam bekerja,
dianggap bernilai oleh atasan, dan selalu meningkatkan kemampuan diri dalam
bekerja. Produktivitas kerja seseorang pegawai didasarkan pada alternatif pilihan
tingkat kesetujuan yang mereka berikan pada masing-masing item pernyataan.
Pernyataan pertama berkaitan dengan peningkatan kemampuan kerja. Sebanyak
34 orang pegawai menyatakan setuju bahwa kemampuan kerja mereka mengalami
peningkatan dari waktu ke waktu. sebanyak 20 orang menyatakan sangat setuju, 8 orang
menyatakan cukup setuju dan sisanya 3 orang lagi dengan pilihan jawaban kurang setuju.
Sebaliknya tidak satu pun di antara mereka yang menyatakan tidak setuju sehingga
diperoleh nilai rata-rata skor tingkat kesetujuan sebesar 4,090. Angka ini lebih besar dari
dan mendekati 4,00 (skor untuk pilihan jawaban setuju) dapat diartikan secara umum
pegawai Dinas Sosial Aceh yang menjadi responden penelitian menyatakan setuju bahwa
kemampuan kerja mereka mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Pernyataan kedua berkaitan dengan efisiensi waktu pelaksanaan tugas. Masing-
masing sebanyak 42 orang dan 8 orang pegawai menyatakan setuju dan sangat setuju
bahwa waktu yang mereka gunakan dalam melaksanakan tugas tertentu semakin efisien.
Sebanyak 7 orang menyatakan cukup setuju, 7 orang menyatakan kurang setuju dan
sisanya 1 orang lagi dengan pilihan jawaban tidak setuju. Nilai rata-rata skor tingkat
kesetujuan untuk pernyataan tersebut menunjukkan angka sebesar 3,750. Angka ini
mendekati 4,00 (skor untuk pilihan jawaban setuju) dapat diartikan secara umum
50 pegawai Dinas Sosial Aceh yang menjadi responden penelitian cenderung
menyatakan setuju bahwa waktu yang mereka gunakan dalam melaksanakan
tugas tertentu semakin efisien.
Pernyataan ketiga berkaitan dengan kemampuan pegawai mempelajari tata
cara kerja dalam waktu cepat. Masing-masing sebanyak 36 orang dan 16 orang
pegawai menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka mampu mempelajari
tata cara kerja dalam waktu cepat. Sebanyak 9 orang menyatakan cukup setuju dan
sisanya masing-masing 3 orang dan 1 orang dengan pilihan jawaban kurang setuju
dan tidak setuju. Nilai rata-rata skor tingkat kesetujuan untuk pernyataan tersebut
menunjukkan angka sebesar 3,970. Angka ini mendekati 4,00 (skor untuk pilihan
jawaban setuju) dapat diartikan secara umum pegawai Dinas Sosial Aceh yang
menjadi responden penelitian cenderung menyatakan setuju bahwa mereka mampu
mempelajari tata cara kerja dalam waktu cepat.
Pernyataan keempat berkaitan dengan kompetensi diri yang dimiliki pegawai
dalam melaksanakan tugas yang dibebankan. Masing-masing sebanyak 29 orang dan 4
orang pegawai menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa mereka memiliki kompetensi
diri dalam melaksanakan tugas yang dibebankan. Sebanyak 12 orang menyatakan cukup
setuju dan 16 orang dengan pilihan jawaban kurang setuju. Sisanya 4 orang lagi
menyatakan tidak setuju. Nilai rata-rata skor tingkat kesetujuan untuk pernyataan tersebut
menunjukkan angka sebesar 3,200. Angka ini berada pada interval 3,00-4,00 (skor untuk
pilihan jawaban cukup setuju dan setuju) dapat diartikan secara umum pegawai Dinas
Sosial Aceh yang menjadi responden penelitian menyatakan cukup setuju dan setuju
bahwa mereka memiliki kompetensi diri dalam melaksanakan
51 tugas yang dibebankan. Untuk lebih jelasnya mengenai distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kesetujuan terhadap pernyataan yang berhubungan dengan produktivitas kerja pegawai, dapat dilihat Tabel IV-4 berikut.
Tabel IV-4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kesetujuan Terhadap
Pernyataan Yang Berhubungan Dengan Produktivitas Kerja Pegawai
PERNYATAAN Frekuensi Rata
Tidak Kurang Cukup Setuju Sangat rata
Setuju Setuju Setuju Setuju
1. Kemampuan kerja Anda mengalami peningkatan - 3 8 34 20 4,090
dari waktu ke waktu.
2. Waktu yang Anda gunakan dalam melaksanakan 1 7 7 42 8 3,750
tugas tertentu semakin efisien.
3. Anda mampu mempelajari tata cara kerja dalam 1 3 9 36 16 3,970
waktu cepat
4. Anda merasa memiliki kompetensi diri dalam 4 16 12 29 4 3,200
melaksanakan tugas yang dibebankan.
5. Anda memiliki keinginan untuk menemukan
jalan terbaik dalam pelaksanaan tugas sehingga - 10 7 30 18 3,860
tidak terfokus pada metode-metode tertentu.
6. Anda sangat memahami segala seuatu yang
berhubungan dengan pekerjaan yang - 10 21 29 5 3,450
dibebankan.
7. Anda selalu berusaha mencari perbaikan dalam
bekerja, sehingga kualitas hasil kerja Anda - 6 13 36 10 3,770
semakin meningkat dari waktu ke waktu.
8. Anda dianggap bernilai oleh atasan sehubungan
dengan keberhasilan Anda dalam menyelesaikan 1 3 9 36 16 3,970
tugas yang dibebankan.
9. Anda selalu berupaya untuk meningkatkan - 2 10 35 18 4,060
kemampuan diri dalam bekerja.
Rerata 3,791
Sumber: Data Primer (Diolah), 2012.
Tabel IV-4 di atas memperlihatkan nilai rerata skor tingkat kesetujuan sebesar
3,791. Angka ini mendekati 4,00 (skor untuk pilihan jawaban setuju) dapat diartikan
secara umum responden menyatakan setuju terhadap seluruh item pernyataan yang
berhubungan dengan produktivitas kerja pegawai. Karena semua item pernyataan
dijabarkan dalam bentuk pernyataan positif, kecenderungan tingkat kesetujuan tersebut
dapat diartikan bahwa secara umum pegawai Dinas Sosial Aceh memiliki produktivitas
52 kerja yang baik. Kalau pun ada di antara mereka dengan produktivitas kerja relatif
rendah hanya sebagian kecil dari jumlah keseluruhan pegawai yaitu mereka yang
menyatakan tidak setuju atau pun kurang setuju terhadap pernyataan terkait.
4.4 Deskripsi Variabel Iklim Organisasi
Iklim organisasi berkaitan dengan lingkungan internal yang mewakili
faktor-faktor dalam organisasi yang menciptakan kultur dan lingkungan sosial
dimana aktivitas-aktivitas pencapaian tujuan berlangsung (Mustikasari, 2007).
Variabel tersebut terdiri dari lima indikator yang meliputi struktur, standar,
tanggung jawab, pengakuan dan dukungan. Masing-masing indikator
dijabarkan dalam 3 (tiga) item pernyataan positif. Sehingga baik buruknya
penilaian pegawai terhadap iklim organisasi didasarkan pada alternatif pilihan
tingkat kesetujuan yang mereka berikan pada masing-masing pernyataan.
Pernyataan pertama menyatakan, dalam instansi Dinas Sosial Aceh sangat jelas
siapa yang mempunyai kewenangan formal untuk mengambil keputusan. Sebanyak 27
orang pegawai menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut, 12 orang menyatakan
sangat setuju dan 15 orang menyatakan cukup setuju. Sisanya masing-masing sebanyak
6 orang dan 5 orang menyatakan kurang setuju dan tidak setuju. Nilai rata-rata skor
tingkat kesetujuan untuk pernyataan tersebut menunjukkan angka sebesar 3,540. Angka
ini berada pada interval 3,00-4,00 (skor untuk pilihan jawaban cukup setuju dan setuju)
dapat diartikan secara umum pegawai Dinas Sosial Aceh yang menjadi responden
penelitian menyatakan cukup setuju dan setuju bahwa pada instansi tersebut sangat jelas
siapa yang mempunyai kewenangan formal untuk mengambil keputusan.
53
Pernyataan kedua menyatakan, dalam instansi (Dinas Sosial Aceh) sangat jelas
siapa yang mempunyai kewenangan formal untuk mengambil keputusan. Sebanyak 40
orang pegawai menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut, sebanyak 17 orang
menyatakan sangat setuju dan 6 orang dengan pilihan jawaban cukup setuju. Sisanya 2
orang lagi menyatakan kurang setuju. Sebaliknya tidak satu pun diantara mereka yang
menyatakan tidak setuju, sehingga diperoleh nilai rata-rata skor tingkat kesetujuan
sebesar 4,110. Angka ini lebih besar dari dan mendekati 4,00 (skor untuk pilihan jawaban
setuju) dapat diartikan secara umum pegawai Dinas Sosial Aceh yang menjadi responden
penelitian menyatakan setuju bahwa dalam instansi tersebut sangat jelas siapa yang
mempunyai kewenangan formal untuk mengambil keputusan.
Pernyataan ketiga menyatakan, produktivitas pegawai selalu terorganisasi dan
terencana dengan baik. Masing-masing sebanyak 31 orang dan 8 orang pegawai
menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pernyataan tersebut. Sebanyak 13
orang menyatakan cukup setuju, 10 orang menyatakan kurang setuju dan sisanya 3
orang lagi dengan pilihan jawaban tidak setuju. Nilai rata-rata skor tingkat kesetujuan
terhadap pernyataan tersebut menunjukkan angka sebesar 3,480. Angka ini berada
pada interval 3,00-4,00 (skor untuk pilihan jawaban cukup setuju dan setuju) dapat
diartikan secara umum pegawai Dinas Sosial Aceh yang menjadi responden
penelitian menyatakan cukup setuju dan setuju bahwa produktivitas pegawai pada
instansi tersebut selalu terorganisasi dan terencana dengan baik. Tabel IV-5 berikut
memperlihatkan distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kesetujuan
terhadap pernyataan yang berhubungan dengan iklim organisasi.
54
Tabel IV-5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kesetujuan Terhadap Pernyataan Yang Berhubungan Dengan Iklim Organisasi
PERNYATAAN Frekuensi Rata
Tidak Kurang Cukup Setuju Sangat rata
Setuju Setuju Setuju Setuju
1. Pekerjaan pada instansi ini didefinisikan secara 5 6 15 27 12 3,540
jelas dan terstruktur secaga logis.
2. Dalam instansi ini sangat jelas siapa yang mempunyai kewenangan formal untuk - 2 6 40 17 4,110 mengambil keputusan.
3. Produktivitas pegawai selalu terorganisasi dan 3 10 13 31 8 3,480 terencana dengan baik.
4. Instansi ini menentukan standar kinerja tinggi. 4 21 13 24 3 3,020 5. Dalam instansi ini setiap pegawai merasa bangga 4 20 18 14 9 3,060
mengenai kinerjanya.
6. Pegawai merasa didorong secara terus menerus
untuk memperbaiki kinerja individu dan - 11 20 23 11 3,520 kelompok dalam instansi ini.
7. Instansi ini tidak menekankan diri pada penilaian individual segala sesuatunya harus dicek oleh 4 14 15 23 9 3,290 atasan.
8. Dalam instansi ini, pihak manajemen tidak mengharapkan mengecek segala sesuatu dengan 1 9 23 25 7 3,430 pegawai, jika pegawai merasa melakukan
pendekatan yang baik, ia dapat terus
menyelesaikannya.
9. Filsafat pada instansi ini, setiap pegawai tidak 1 11 14 36 3 3,450 harus menyelesaikan problemnya sendiri.
10. Pada instansi ini, imbalan dan dorongan yang
diperoleh pegawai biasanya sesuai dengan 1 4 13 39 8 3,750 pengorbanan yang diberikan.
11. Pada instansi ini, imbalan dan pengakuan yang
diterima pegawai mencukupi untuk penyele 3 11 13 32 6 3,420 saian pekerjaan dengan baik.
12. Pada instansi ini, sistem promosi membantu
pegawai terbaik untuk memperoleh jabatan yang 4 20 13 21 7 3,110 lebih tinggi.
13. Jika melakukan kesalahan dalam bekerja, 4 14 17 20 10 3,280 pegawai tetap mendapatkan simpati.
14. Jika melaksanakan tugas yang sulit, biasanya
pegawai mendapatkan bantuan dari atasan dan 4 14 16 23 8 3,260 teman kerja.
15. Pegawai pada instansi ini saling mempercayai 1 11 24 26 3 3,290 satu sama lain.
Rerata 3,400 Sumber: Data Primer (Diolah), 2012.
55
Tabel IV-5 di atas memperlihatkan nilai rerata skor tingkat kesetujuan sebesar
3,400. Angka ini berada pada interval 3,00-4,00 (skor untuk pilihan jawaban cukup
setuju dan setuju) dapat diartikan secara umum responden menyatakan cukup setuju
dan setuju terhadap seluruh item pernyataan yang berhubungan dengan iklim
oganisasi. Kalau pun ada diantara responden yang menyatakan tidak setuju atau pun
kurang setuju hanya sebagian kecil dari jumlah keseluruhan responden.
4.5 Deskripsi Variabel Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi dapat diartikan sebagai tingkat keterikatan individu
kepada organisasi tercermin dari: adanya keyakinan yang kuat dan penerimaan atas
nilai dan tujuan organisasi, kesediaan untuk mengusahakan yang terbaik untuk
organisasi, dan adanya keinginan yang pasti untuk mempertahankan keikutsertaan
dalam organisasi. Sesuai dengan kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan
data, variabel komitmen organisasi dijabarkan dalam bentuk pernyataan positif.
Indikator yang digunakan meliputi keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi
instansi, rasa bangga terhadap instansi, kemauan untuk menerima semua tugas yang
diberikan, adanya persamaan sistim nilai yang dianut pegawai dengan sistem nilai
dalam instansi, adanya anggapan bahwa instansi sudah merupakan pilihan yang
tepat untuk bekerja, kepedulian yang besar terhadap masa depan instansi, dan
anggapan bahwa instansi adalah pilihan terbaik dari semua instansi sejenis. Tinggi
rendahnya komitmen organisasi atau rasa keterikatan pegawai terhadap organisasi
yang dalam hal ini adalah Dinas Sosial Aceh dapat dilihat dari alternatif pilihan tingkat
kesetujuan yang mereka berikan pada masing-masing pernyataan.
56
Hasil pengolahan data menunjukkan, masing-masing sebanyak 29 orang dan 6
orang pegawai menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa melalui pelaksanaan tugas
sebagai pegawai, mereka ingin memberikan yang terbaik bagi instansi. Sebanyak 12
orang menyatakan cukup setuju dan sisanya masing-masing sebanyak 17 orang dan 1
orang lagi dengan pilihan jawaban kurang setuju dan tidak setuju. Nilai rata-rata skor
tingkat kesetujuan untuk pernyataan tersebut menunjukkan angka sebesar 3,340. Angka
ini berada pada interval 3,00-4,00 (skor untuk pilihan jawaban cukup setuju dan setuju)
dapat diartikan secara umum pegawai Dinas Sosial Aceh yang menjadi responden
penelitian menyatakan cukup setuju dan setuju bahwa melalui pelaksanaan tugas sebagai
pegawai, mereka ingin memberikan yang terbaik bagi instansi tersebut.
Selanjutnya masing-masing sebanyak 31 orang dan 3 orang pegawai menyatakan
setuju dan sangat setuju bahwa bagi mereka, Dinas Sosial Aceh dapat dibanggakan
sebagai salah satu instansi tempat bekerja. Sebanyak 15 orang menyatakan cukup
setuju, dan 15 orang dengan pilihan jawaban kurang setuju. Sisanya sebanyak 1 orang
lagi menyatakan tidak setuju. Nilai rata-rata skor tingkat kesetujuan untuk pernyataan
tersebut menunjukkan angka sebesar 3,310. Angka ini berada pada interval 3,00-4,00
(skor untuk pilihan jawaban cukup setuju dan setuju) dapat diartikan secara umum
pegawai Dinas Sosial Aceh yang menjadi responden penelitian menyatakan cukup setuju
dan setuju bahwa bagi mereka, instansi tersebut dapat dibanggakan sebagai salah satu
instansi tempat bekerja. Untuk lebih jelasnya mengenai distribusi frekuensi responden
berdasarkan tingkat kesetujuan terhadap pernyataan yang berhubungan dengan
komitmen organisasi dapat dilihat Tabel IV-6 berikut.
57
Tabel IV-6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kesetujuan Terhadap Pernyataan Yang Berhubungan Dengan Komitmen Organisasi
PERNYATAAN Frekuensi Rata
Tidak Kurang Cukup Setuju Sangat rata
Setuju Setuju Setuju Setuju
1) Melalui pelaksanaan tugas sebagai pegawai,
Anda ingin memberikan yang terbaik bagi 1 17 12 29 6 3,340
instansi ini.
2) Bagi Anda, instansi ini dapat dibanggakan 1 15 15 31 3 3,310
sebagai salah satu instansi tempat bekerja.
3) Anda mau menerima seluruh tugas yang 3 17 19 22 4 3,110
dibebankan kepada Anda.
4) Sistem nilai (hal-hal) yang dianggap baik dalam
instansi ini, sama halnya dengan sistem nilai 1 8 13 37 6 3,600
yang ada dalam diri Anda.
5) Bagi Anda, instansi ini adalah pilihan tempat 10 26 13 16 - 2,540
sebagai instansi tempat bekerja.
6) Anda memiliki kepedulian terhadap masa depan 1 15 15 31 3 3,310
instansi di masa mendatang.
7) Bagi Anda, instansi ini merupakan pilihan 3 17 19 22 4 3,110
terbaik diantara instansi sejenis.
Rerata 3,187
Sumber: Data Primer (Diolah), 2012.
Tabel IV-6 di atas memperlihatkan nilai rerata skor tingkat kesetujuan sebesar
3,187. Angka ini lebih besar dari dan mendekati 3,00 (skor untuk pilihan jawaban
cukup setuju) dapat diartikan secara umum responden menyatakan cukup setuju
terhadap seluruh item pernyataan yang berhubungan dengan komitmen organisasi.
Kalau pun ada diantara responden yang menyatakan tidak setuju atau pun kurang
setuju hanya sebagian kecil dari jumlah keseluruhan responden.
4.6 Deskripsi Variabel Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang dimaksudkan dalam hal ini adalah lingkungan kerja
fisik yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya penerangan,
suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik dan lain-lain. Indikator
58 yang digunakan untuk mengukur variabel tersebut terdiri dari Pewarnaan,
Penerangan, Udara, Kebisingan, Ruang gerak, Keamanan dan Kebersihan.
Masing-masing indikator tersebut dijabarkan dalam bentuk item pernyataan
positif. Persepsi pegawai terhadap lingkungan kerja fisik mereka di Dinas
Sosial Aceh didasarkan pada alternatif pilihan tingkat kesetujuan yang mereka
berikan pada masing-masing pernyataan.
Pernyataan pertama berkaitan dengan pewarnaan. Masing-masing sebanyak
42 orang dan 17 orang pegawai menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa
perwarnaan di lingkungan kerja mereka menimbulkan rasa nyaman dalam bekerja.
Sebanyak 5 orang menyatakan cukup setuju dan sisanya 1 orang lagi dengan pilihan
jawaban kurang setuju. Nilai rata-rata skor tingkat kesetujuan untuk pernyataan
tersebut menunjukkan angka sebesar 4,150. Angka ini lebih besar dari dan mendekati
4,00 (skor untuk pilihan jawaban setuju dapat diartikan secara umum pegawai Dinas
Sosial Aceh yang menjadi responden penelitian menyatkaan setuju bahwa
perwarnaan di lingkungan kerja mereka menimbulkan rasa nyaman dalam bekerja.
Pernyataan kedua berkaitan dengan penerangan. Masing-masing sebanyak 39
orang dan 16 orang pegawai menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa lingkungan
kerja mereka memiliki penerangan yang baik sehingga nyaman untuk bekerja. Sebanyak
9 orang menyatakan cukup setuju dan hanya 1 orang dengan pilihan jawaban kurang
setuju. Sebaliknya tidak satu pun di antara mereka yang menyatakan tidak setuju
sehingga diperoleh nilai rata-rata skor tingkat kesetujuan sebesar 4,080. Angka ini lebih
besar dari dan mendekati 4,00 (skor untuk pilihan jawaban setuju) dapat diartikan secara
umum pegawai yang menjadi responden penelitian menyatakan setuju bahwa
59 lingkungan kerja mereka memiliki penerangan yang baik sehingga nyaman untuk
bekerja. Tabel IV-7 berikut memperlihatkan distribusi frekuensi responden berdasarkan
tingkat kesetujuan terhadap pernyataan yang berhubungan dengan lingkungan kerja.
Tabel IV-7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kesetujuan Terhadap Pernyataan Yang Berhubungan Dengan Lingkungan Kerja
PERNYATAAN Frekuensi Rata
Tidak Kurang Cukup Setuju Sangat rata
Setuju Setuju Setuju Setuju
1. Pewarnaan dilingkungan kerja Anda - 1 5 42 17 4,150
menimbulkan rasa nyaman dalam bekerja.
2. Lingkungan kerja Anda memiliki penerangan - 1 9 39 16 4,080
yang baik sehingga nyaman untuk bekerja.
3. Lingkungan kerja Anda bebas dari kondisi
pengap karena terdapat ventilasi udara yang - 3 8 31 23 4,140
lancar dan mencukupi.
4. Lingkungan kerja Anda bebas dari kebisingan - - 11 38 16 4,080
yang mengganggu kenyaman dalam bekerja.
5. Lingkungan kerja Anda tidak sempit dan - - 10 30 25 4,230
terdapat ruang gerak yang lebih luas.
6. Lingkungan kerja Anda selalu aman dan jauh
dari keributan yang dapat mengganggu - 1 9 39 16 4,080
kenyaman dalam bekerja.
7. Lingkungan kerja Anda selalu bersih dan dapat - 3 8 31 23 4,140
menimbulkan ketenangan bekerja.
Rerata 4,127
Sumber: Data Primer (Diolah), 2012.
Tabel IV-7 di atas memperlihatkan nilai rerata skor tingkat kesetujuan
sebesar 4,127. Angka ini lebih besar dari dan mendekati 4,00 (skor untuk pilihan
jawaban setuju) dapat diartikan secara umum responden menyatakan setuju
terhadap seluruh item pernyataan yang berhubungan dengan lingkungan
organisasi. Kalau pun ada diantara responden yang menyatakan tidak setuju atau
pun kurang setuju hanya sebagian kecil dari jumlah keseluruhan responden.
60
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisis Hasil Uji Asumsi Klasik 5.1.1 Analisis Hasil Uji Normalitas
Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh terdistribusi secara normal atau tidak. Suatu data akan terdisbusi secara normal
jika nilai probabilitas yang diharapkan adalah sama dengan nilai probabilitas pengamatan.
Pada grafik normal P-P Plots, kesamaan antara nilai probabilitas harapan dan probabilitas
pengamatan ditunjukkan dengan garis diagonal yang merupakan perpotongan antara
garis probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan. Dengan kata lain, suatu data
dikatakan berdistribusi normal apabila normal P-P Plots tidak menyimpang jauh dari garis
diagonal (Santosa dan Ashari, 2005:234-235)..
Gambar 2 Normal P-P Plot Regression (Uji Normalitas)
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Produktivitas kerja
Exp
ecte
d C
um
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob
Berdasarkan gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa garis yang menggambarkan
data sesungguhnya mengikuti garis diagonalnya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa
data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.
61 5.1.2 Analisis Hasil Uji Multikolinieritas
Gejala multikolinieritas menunjukkan terjadinya hubungan yang
signifikan antara sesama variabel independen. Regresi linier berganda
mensyaratkan tidak adanya gejala tersebut. Hal ini disebabkan, apabila terjadi
gejala multikolinieritas, maka perubahan satu variabel independen tidak hanya
berdampak pada perubahan variabel dependent, akan tetapi juga dapat
mengakibatkan perubahan variabel independen lainnya, sehingga besarnya
pengaruh masing-masing variabel independen sulit diketahui secara pasti.
Untuk mengetahui ada atau tidak adanya gejala multikolinieritas dilihat dari
nilai variance inflation factor (VIF), dengan ketentuan apabila nilai VIF > 5,0 dapat
diartikan terjadi gejala multikolinieritas. Sebaliknya apabila nilai VIF < 5,0 berarti tidak
terdapat gejala multikolinieritas. Hasil pengujian menunjukkan Nilai VIF masing-
masing variabel independent menunjukkan angka sebesar 1,259 untuk variabel iklim
organisasi, sebesar 1,140 untuk variabel komitmen organisasi dan sebesar 1,118
untuk variabel lingkungan kerja seperti terlihat dalam Tabel V-1 di bawah ini.
Tabel V-1
Nilai VIF Masing-masing Variabel Hasil Pengujian Multikolinieritas
No Variabel Nilai VIF
1 Iklim organisasi 1,259 2 Komitmen organisasi 1,140 3 Lingkungan kerja 1,118
Sumber: Data Primer (Diolah), 2012.
Tabel V-1 di atas memperlihatkan nilai VIF masing-masing variabel
indepen den lebih kecil dari 5,0 sehingga dapat diartikan tidak terjadi gejala
multikolinieritas, dengan kata lain tidak terdapat hubungan yang kuat diantara
sesama variabel independen.
62 5.1.3 Analisis Hasil Uji Heteroskedastisitas
Terakhir uji heteroskesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap
maka disebut homoskesdastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskesdastisitas.
Deteksi ada tidaknya heteroskesdastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengidentifikasikan telah terjadi heteroskesdastisitas. Hal ini didukung oleh
pendapat Nachrowi dan Hardius (2005:130) yang menyatakan heteroskesdastisitas akan
terdeksi bila plot menunjukkan pola yang sistematis. Hasil pengolahan data
memperlihatkan grafik scatterplot seperti ditunjukkan dalam gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3
Grafik Scatterplot (Hasil Uji Heteroskesdastisitas)
Scatterplot
Dependent Variable: Produktivitas kerja
2
Reg
ressio
n S
tud
en
tize
d R
esid
ua
l 1
0
-1
-2
-3
-2 -1 0 1 2 3 Regression Standardized Predicted Value
63
Berdasarkan gambar 3 di atas terlihat bahwa grafik scatter plot tidak memiliki
pola yang sistematis, dan titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada
sumbu Y. Dengan demikian dapat diartikan tidak terjadi gejala heteroskesdastisitas.
5.2 Analisis Pengaruh Iklim Organisasi, Lingkungan Kerja dan Komitmen
Organisasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai
Secara teoritis, produktivitas kerja pegawai dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, di antaranya iklim organisasi, komitmen organisasi dan
lingkungan kerja. Karena itu sesuai dengan tujuan penelitian, produktivitas
kerja pegawai Dinas Sosial Aceh dapat dilihat sebagai fungsi dari iklim
organisasi, komitmen organiasi dan lingkungan kerja.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa iklim organisasi, komitmen
organisasi dan lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja
pegawai Dinas Sosial Aceh. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi
masing-masing variabel seperti terlihat dalam bagian output SPSS dibawah ini.
Tabel V-2
Bagian Output SPSS yang Memperlihatkan Nilai Koefisien
Regresi Masing-masing Variabel Independen
a
Coefficients
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) .687 .452 1.522 .133
Iklim organisasi .281 .098 .288 2.870 .006 .794 1.259 Komitmen organisasi .400 .080 .479 5.009 .000 .877 1.140 Lingkungan kerja .212 .098 .205 2.160 .035 .895 1.118
a. Dependent Variable: Produktivitas kerja
Sumber: Data Primer (Diolah), 2012.
Berdasarkan bagian output SPSS di atas maka persamaan regresi yang
memperlihatkan produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh sebagai fungsi dari
64
iklim organisasi, komitmen organisasi dan lingkungan kerja dapat
diformulasikan dalam persamaan regresi di bawah ini.
Y = 0,687 + 0,281X1 + 0,400X2 + 0,212X3
Persamaan di atas memperlihatkan nilai konstanta sebesar 0,687. Secara statistik
dapat diartikan bahwa apabila skor variabel X1 (iklim organisasi), X2 (komitmen
organisasi), dan variabel X3 (lingkungan kerja) mendekati 0 (nol), maka Y
(produktivitas kerja pegawai) akan bernilai 0,687. Angka ini mendekati 1 (skor
pilihan jawaban tidak setuju) pada satuan skala Likert yang bermakna bahwa
produktivitas kerja pegawai termasuk katagori rendah. Nilai variabel iklim
organisasi, komitmen organisasi dan lingkungan kerja mendekati 0,00 dapat
diartikan persepsi pegawai terhadap iklim organisasi tidak baik, komitmen
organisasi rendah, dan penilaian terhadap lingkungan kerja tidak baik. Dengan
demikian nilai konstanta tersebut dapat diinterpretasikan bahwa apabila pegawai
memiliki penilaian yang tidak baik terhadap iklim organisasi dan lingkungan kerja
serta memiliki komitmen organisasi (rasa keterikatan) yang rendah terhadap
organisasi maka produktivitas kerja pegawai tersebut juga akan rendah.
Persamaan di atas memperlihatkan nilai koefisien regresi untuk variabel iklim
organisasi (X1) sebesar 0,281. Hal ini dapat diartikan setiap kenaikan skor variabel iklim
organisasi sebesar 1,00 pada satuan skala likert akan dapat meningkatkan skor
produktivitas kerja sebesar 0,281. Dengan kata lain setiap peningkatan skor iklim
organisasi sebesar 1% akan dapat meningkatkan skor produktivitas kerja sebesar
0,281%. Sehingga jelaslah bahwa semakin baik penilaian pegawai terhadap iklim
organisasi, akan semakin tinggi pula produktivitas kerja pegawai tersebut. Hal ini
65
mengisyaratkan bahwa iklim organisasi berpengaruh positif terhadap
produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh.
Nilai koefisien regresi variabel komitmen organisasi (X2) menunjukkan angka
sebesar 0,400. Secara statistik angka tersebut dapat diartikan bahwa setiap peningkatan
skor variabel komitmen organisasi sebesar 1,00 pada satuan skala likert, akan dapat
meningkatkan skor produktivitas kerja sebesar 0,400. Dengan kata lain, setiap
peningkatan skor komitmen organisasi sebesar 1% dapat meningkatkan skor produktivitas
kerja pegawai sebesar 0,400%. sehingga jelaslah bahwa komitmen organisasi
berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh.
Di antara ketiga variabel independen seperti dijelaskan di atas, variabel yang
paling dominan pengaruhnya terhadap produktivitas kerja pegawai adalah komitmen
organisasi (X2) dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,400. Hal ini disebabkan nilai
koefisien regresi untuk variabel tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan nilai
koefisien regresi dua variabel lainnya. Kemudian menyusul variabel iklim organisasi di
urutan kedua dengan nilai koefisien rergresi sebesar 0,281 dan variabel lingkungan
kerja di urutan ketiga dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,212.
Hubungan antara produktivitas kerja pegawai dengan iklim organisasi, komitmen
organisasi dan lingkungan kerja tergolong erat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien
korelasi (R) bernilai positif sebesar 0,715 (berada pada interval 0,60-0,80; tolok ukur
keeratan hubungan menurut Sugiyono, 2008). Selanjutnya besarnya pengaruh ketiga
variabel independen terhadap produktivitas kerja pegawai dapat dilihat
dari nilai koefisien determinasi (R2). Bagian output SPSS yang memperlihatkan nilai
66
koefisien korelasi (R) dan nilai koefisien determinasi (R2) seperti terlihat dalam bagian
output SPSS berikut.
Tabel V-3
Bagian Output SPSS yang Memperlihatkan Nilai Koefisien Korelasi
(R) dan Nilai Koefisien Determinasi (R2)
Model Summary
b
Adjusted Std. Error of Durbin- Model R R Square R Square the Estimate Watson 1 .715
a .511 .487 .43113 1.567 a.
Predictors: (Constant), Lingkungan kerja, Komitmen organisasi, Iklim organisasi
b. Dependent Variable: Produktivitas kerja
Sumber: Data Primer (Diolah), 2012.
Berdasarkan bagian output SPSS di atas dapat dilihat nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,511, dapat diartikan sebesar 51,1 persen variasi yang terjadi pada
variabel produktivitas kerja pegawai dapat dijelaskan oleh tiga variabel independen
(iklim organisasi, komitmen organisasi dan lingkungan kerja). Sisanya sebesar 48,9
persen lagi (1-0,511) dijelaskan oleh variabel lain selain tiga variabel tersebut.
Dengan kata lain, sebesar 51,1 persen produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh
dipengaruhi oleh iklim organisasi, komitmen organisasi dan lingkungan kerja. Sisanya
sebesar 48,9 persen lagi dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel tersebut,
seperti kompensasi, kepuasan kerja, semangat kerja, motivasi kerja dan faktor-faktor
lainnya yang secara teoritis dapat mempengaruhi produktivitas kerja pegawai.
5.3 Pembuktian Hipotesis
Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai F hitung sebesar 21,225 dengan nilai
sig sebesar 0,000. Nilai F tabel pada tingkat keyakinan 95 persen menunjukkan angka
sebesar 2,758. Karena nilai F hitung > F tabel (21,225 > 2,758) dapat diartikan secara
67 simultan ketiga variabel independen (iklim organisasi, komitmen organisasi dan
lingkungan kerja) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas
Sosial Aceh, sehingga hipotesis Ha diterima dan sebaliknya hipotesis Ho ditolak.
Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,870 dengan nilai
sig sebesar 0,006 untuk variabel iklim organisasi (X1). Nilai t tabel pada tingkat
keyakinan 95 persen menunjukkan angka sebesar 1,998. Dengan demikian
dapat diartikan secara parsial, variabel iklim organisasi berpengaruh signifikan
terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh. Pegawai dengan
persepsi relatif baik terhadap iklim organisasi, akan cenderung memiliki
produktivitas kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pegawai yang
memiliki persepsi kurang baik terhadap organisasi.
Selanjutnya nilai t hitung untuk variabel komitmen organisasi (X2) menunjukkan
angka sebesar 5,005 dengan nilai sig sebesar 0,000, juga lebih besar bila dibandingkan
dengan nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95 persen menunjukkan angka sebesar 1,998.
Dengan demikian dapat diartikan secara parsial komitmen organisasi juga berpengaruh
signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh. Semakin tinggi
komitmen organisasi (atau rasa keterikatan pegawai terhadap organisasi tempat ia
bekerja) akan semakin tinggi pula produktivitas kerja pegawia tersebut.
Nilai t hitung sebesar 2,160 untuk variabel lingkungan kerja. Nilai t hitung tersebut
juga lebih besar bila dibandingkan dengan nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95 persen
dapat diartikan secara parsial lingkungan kerja juga berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh. Untuk lebih jelasnya mengenai
68 hasil uji F dan uji t sebagai tolok ukur pengujian hipotesis dapat dilihat Tabel V-4 berikut.
Tabel V-4
Ringkasan Pengujian Hipotesis
Bentuk Pengujian Nilai Statistik
Keterangan
F hitung Sig F tabel
Pengujian secara Ketiga variabel berpengaruh
21,225 0,000 2,758 signifikan (hipotesis Ha
simultan
diterima, hipotesis Ho ditolak).
Pengujian secara parsial T hitung T tabel
Iklim organisasi 2,870 0,006 1,998 Iklim organisasi berpengaruh
signifikan
Komitmen organisasi 5,005 0,000 1,998 Komitmen organisasi
berpengaruh signifikan
Lingkungan kerja 2,160 0,035 1,998 Lingkungan kerja
berpengaruh signifikan
Sumber: Data Primer (Diolah), 2012.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami baik secara simultan
(bersama-sama) maupun parsial (individu) ketiga variabel independen yang terdiri
dari iklim organisasi, komitmen organisasi dan lingkungan kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh.
Semakin baik penilaian pegawai terhadap iklim organisasi dan lingkungan kerja,
serta semakin tinggi komitmen mereka terhadap organisasi instansi tempat
mereka bekerja, akan semakin tinggi pula produktivitas kerja pegawai tersebut.
69
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan dan diberikan saran-saran
sebagai berikut.
6.1 Kesimpulan
1. Iklim organisasi, komitmen organisasi dan lingkungan kerja berpengaruh
positif terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh. Di antara tiga
variabel tersebut, komitmen organisasi memiliki pengaruh paling dominan,
kemudian menyusul iklim organisasi di urutan kedua. Selanjutnya lingkungan
kerja sekalipun berpengaruh positif terhadap produktivitas kerja pegawai,
namun pengaruh dimaksud relatif kurang dominan bila dibandingkan dengan
pengaruh komitmen organisasi dan iklim organisasi.
2. Hubungan antara produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh dengan Iklim
organisasi, komitmen organisasi dan lingkungan kerja termasuk katagori erat
dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,715. Selanjutnya sebesar 51,1
persen produktivitas kerja pegawai instansi tersebut dipengaruhi oleh iklim
organisasi, komitmen organisasi dan lingkungan kerja. Sisanya sebesar 48,9
persen (1-0,511) dipengaruhi oleh faktor lain selain ketiga variabel tersebut.
3. Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai F hitung > F tabel dan nilai t hitung masing-
masing variabel lebih besar bila dibandingkan dengan nilai t tabel, sehingga dapat
disimpulkan baik secara simultan maupun parsial iklim organisasi, komitmen
69
70
organisasi dan lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap
produktivitas kerja pegawai Dinas Sosial Aceh sehingga hipotesis Ha
diterima dan sebaliknya hipotesis Ho ditolak.
6.2 Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang sudah dijelaskan di atas, maka
rekomendasi dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Sebaiknya kepala Dinas Sosial Aceh memberikan perhatian terhadap iklim
organisasi. Perhatian terhadap iklim organisasi antara lain dapat dilakukan
dengan cara adanya kejelasan struktur baik dalam bentuk kejelasan tugas dan
wewenang, kejelasan tanggung jawab maupun rencana tentang produktivitas
kerja yang harus dicapai oleh setiap pegawai. Gaya kepemimpinan yang
diperankan oleh pimpinan instansi juga dapat menciptakan iklim organisasi,
sehingga perhatian terhadap iklim organisasi juga dapat dilakukan melalui
intervensi gaya kepemimpinan yang mengacu pada peningkatan produktivitas
kerja pegawai. Kembangkan gaya kepemimpinan yang bersahabat (struktur
konsiderasi) dengan para pegawai, sehingga mereka merasakan iklim organisasi
yang lebih nyaman dan pada akhirnya tidak hanya dapat berdampak pada
semangat kerja, akan tetapi juga meningkatkan produktivitas kerja.
2. Kepala Dinas Sosial Aceh perlu memberikan perhatian upaya peningkatan komitmen
pegawai pada instansi tersebut. Upaya peningkatan komitmen pegawai dapat
dilakukan dengan memberikan insentif atau kompensasi yang setimpal dengan
pengorbanan yang mereka berikan pada instansi. Kembangkan rasa kekeluargaan
dan sikap saling hormat-menghormati diantara sesama pegawai sehingga rasa
71
keterikatan atau komitmen mereka terhadap instansi dan rekan kerja menjadi
meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja.
3. Kepala Dinas Sosial Aceh dipandang perlu untuk mempertahankan dan
jika memungkinkan memperbaiki kondisi lingkungan kerja fisik pada
instansi tersebut. Pertahankan pewarnaan dan penerangan yang sudah
dianggap baik oleh pegawai. Lengkapi peralatan kerja sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan kerja pegawai sehingga mereka lebih nyaman
dalam bekerja dan pada akhirnya dapat berdampak pada peningkatan
produktivitas kerja. Pertahankan dan tingkatkan kebersihan lingkungan
kerja sehingga membuat menciptakan ketenangan pegawai dalam bekerja.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
As’ad Moh. (2003), Psikologi Industri. Penerbit Liberty Yogyakarta.
Handoko, Hani (2002) Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi
2, BPFE-UGM, Yogyakarta.
Hasnita, E & Rossi S. (2006). Ciri-Ciri, Iklim Organisasi, dan Kinerja Tenaga
Perawat di Instalasi Rawat Inap RS Dr. Achmad Moechtar Bukittinggi, Working Paper Series, April, KMKP Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Komarudin, Ahmad (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta,
Jakarta.
Kreitner, Robert dan Angelo Kanicki (2005) Perilaku Organisasi: Organizational
Behavior, Buku I, Edisi 5, Terjemahan: Ely Suandy, Salemba Empat, Jakarta.
Kuncoro, Mudrajat (2003) Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana
Meneliti dan Menulis Tesis ?, Erlangga, Jakarta. Luthans, Fred. (2002) Organizational Behavior, Seventh Edition. McGraw-Hill, Inc.
Ma’ruf, Jasman J (2005) Riset Perilaku Konsumen: Niat Membeli Melalui
Internet, MM-USK Banda Aceh.
Malhotra, Naresh K (2007) Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan, Alih
Bahasa, Rusyadi Maryam, Edisi Keempat, Indeks, Jakarta.
Masnurhadi dan Bambang Sediaji (2006) Pengaruh Iklim Organisasi Dan
Kompensasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta, Jurnal Manajemen dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Vol. 6 No. 2 hal: 65-77.
Mathis, Robert L. dan Jackson, John H. (2001) Manajemen Sumber Daya
Manusia. Salemba Empat, Jakarta.
Mustikasari, Elia. (2007) Kajian Empiris Tentang Kepatuhan Wajib Pajak
Badan di Perusahaan Industri Pengolahan di Surabaya, Simposium Nasional Akuntansi X, Unhas Makassar 26-28 Juli 2007.
Nachrowi, Djalal dan Hardius Usman (2005) Penggunaan Teknik Ekonometri:
Pendekatan Populer dan Praktis Dilengkapi Teknik Analisis dan Pengolahan Data Dengan Menggunakan Paket SPSS, Edisi Revisi, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.
72
73 Nitisemito, Alex S. (2002). Manajemen Personalia, Cetakan Kesembilan, Edisi
Ketiga, Penerbit Ghali Indonesia, Jakarta.
Rahman, Abdul dan Nurdin Muhammad (2001) Komitmen dan Kepuasan
Pekerja di Dua Jenis Organisasi, Jurnal Pengurusan 20, 97-110. Ravianto, J (2003) Manajemen Personalia, Erlangga, Jakarta.
Santosa, Purbayu B dan Ashari (2005) Analisis Statistik Dengan Microsoft Excel
& SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Santoso, Singgih (2000) SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Alex
Media Komputindo, Jakarta.
Satria, Yudi (2005) Hubungan Antara Komitmen Organisasi Dan Iklim
Organisasi Dengan Kepuasan Kerja Karyawan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Benefit, Vol. 9, No. 2, Desember 2005.
Sihombing, Umberto (2004) Pengaruh Keterlibatan dalam Pengambilan
Keputusan, Penilaian Pada Lingkungn Kerja, dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kepuasan Kerja Pamong Belajar, Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Balitbang Depdiknas.
Simamora, Bilson. (2001) Perilaku Organisasi, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Simanjuntak. Payaman. J. (2003). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,
BPFE Universitas Indonesia, Jakarta.
Sinungan, Muchdarsyah (2005). Produktivitas Apa dan Bagaimana, Bina
Aksara, Jakarta. Sugiyono (2008) Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Soetjipto, Budi. W dan Firdaus Noor (2003) Memodifikasi Perilaku, Manajemen
Usahawan Indonesia No. 02 TH XXXII Februari. Sopiah (2008) Perilaku Organisasi, Penerbit Andi, Yogyakarta. Suliyanto (2006) Metode Riset Bisnis, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Ulupui, I. G. K (2005), Pengaruh Partisipasi Anggaran, Persepsi Keadilan
Distributif, Keadilan Prosedural, dan Goal Commitment Terhadap Kinerja Dinas Kinerja, Jurnal Kinerja Volume 9, No.2, Th. 2005: Hal. 98-112.
Umar Husein (2005) Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT.
Gramedia, Jakarta.
74 Umar Husein. (2003) Riset Pengembangan Sumber Daya Manusia, PT. Gramedia,
Jakarta.
Vivi dan Rorlen (2007) Pengaruh Iklim Organisasi dan Kedewasaan Terhadap
Kinerja Karyawan pada PT Graha Tungki Arsitetika Jakarta, Business Management Journal Bunda Mulia, Vol. 3 No. 1 Maret 2007.
Wentzel, Kristin (2002), “The Influence of Fairness Perceptions and Goal
Commitment on Managers Performance in A Budget Setting” Behavior Research in Accounting, 14: 247-271.
Wirawan (2007) Budaya dan Iklim Organisasi: Teori, Aplikasi dan Penelitian,
Salemba Empat, Jakarta.
DAMPAK IKLIM ORGANISASI, KOMITMEN ORGANISASI DAN
LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DINAS SOSIAL ACEH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
2012