Upload
vuongdat
View
283
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PENGOLAHAN
SAMPAH 3R (REDUCE, REUSE, DAN RECYCLE) VIPA MAS
TERHADAP LINGKUNGAN SOSIAL EKONOMI
MASYARAKAT DI KELURAHAN BAMBU APUS
KECAMATAN PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
NURLELA
NIM 1112015000048
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
ABSTRAK
Nurlela. Dampak Keberadaan Tempat Pengolahan Sampah 3R (Reduce,
Reuse, Recycle) Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi
Masyarakat Di Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang. Skripsi.
Jakarta: Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak keberadaan tempat pengolahan
sampah 3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi
masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif
dengan model grounded research, populasi penelitian ini adalah seluruh
masyarakat Kelurahan Bambu Apus di RW 06, 07 dan 04. Instrumen penelitian
yang digunakan adalah wawancara. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Hasil yang ditemukan
dalam penelitian ini adalah bahwa dampak keberadaan tempat pengolahan sampah
3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas ini memiliki dampak positif dan negatifnya,
yaitu tertatanya lingkungan menjadi bersih dan nyaman, meningkatnya kesadaran
masyarakat terhadap lingkungan, terbentuknya bank sampah pada setiap RW nya,
selain itu memang ada masyarakat yang merasa terganggu mengenai cerobong
asap dari mesin pencacah sampah yang kurang tinggi. Akhirnya dapat
disimpulkan bahwa keberadaan Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse,
recycle) Vipa Mas memiliki dampak positif yang lebih banyak dibandingkan
dampak negatifnya.
Kata Kunci: TPS 3R, Lingkungan Sosial Ekonomi
ii
ABSTRACT
Nurlela. Impact existence of Waste Management 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
Vipa Mas Against Social Environmental Economic Community in Bambu Apus
Village District of Pamulang. Skripsi. Jakarta: Departemen of Education
Sosicial Science Faculty of Tarbiyah and Teaching State Islamic University
(UIN) Syarif Hidayatullah 2016.
This study aims to determine the impact of the existence of a waste treatment 3R
(reduce, reuse, recycle) Vipa Mas to the socioeconomic environment. This
research is a qualitative approach with a model grounded research, this study
population was the whole village community Bambu Apus in RW 06, 07 and 04.
The research instrument used was the interview. Data collection techniques using
observation, interviews, documentation and field notes. The results found in this
study is that the impact of the existence of a waste treatment 3R (reduce, reuse,
recycle) Vipa Mas has positive and negative impacts, namely the well-organized
environment to be clean and comfortable, increased public awareness of the
environment, the formation of waste bank on every RW her, other than that there
is a community who feel disturbed about the chimney of a thrasher waste that is
not high enough. Finally it can be concluded that the existence Waste
Management 3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas has a more positive impact
than negative impact.
Keywords: TPS 3R, Socio-Economic Environment
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
dengan baik dan lancar. Tak lupa shalawat dan salam selalu tercurah limpahkan
kepada nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan para
pengikutnya.
Penelitian ini dilakukan guna memenuhi persyaratan kelulusan guna
memeproleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
(FITK), jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan penelitian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya
masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang
penulis miliki. Namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya
penelitian skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyusun penelitian pendidikan ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis
sampaikan kepada:
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik moril maupun materiil, maka penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu sabar membimbing
mahasiswa/i P.IPS.
3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
iv
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ceria dan sabar dalam membimbing
mahasiswa/i P.IPS.
4. Dosen pembimbing akademik, Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A yang
sudah membimbing penulis dengan sangat baik dengan penuh kesabaran
selama empat tahun menjalani perkuliahan.
5. Andri Noor Ardiansyah, selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran dalam pembuatan skripsi ini.
6. Neng Sri Nuraeni, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah
memberikan motivasi, bimbingan, dorongan, pengarahan, dan saran
sertado’a dalam pembuatan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
8. Seluruh civitas akademi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Kepala Kantor Kelurahan Bambu Apus Ibu Hj. Siti Akbari, A.Md dan
jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di
wilayahnya.
10. Kepala Kantor Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Bapak Yepi
dan jajarannya yang telah merekomendasikan dan mengizinkan penulis untuk
melakukan penelitian di TPS 3R Vipa Mas.
11. Bapak/Ibu para informan yang telah bersedia menjadi narasumber untuk
penelitian ini.
12. Ungkapan terimakasih penulis haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat
kepada ayahanda Suwarsa dan ibunda Maryamah tercinta yang selalu
memberikan kasih sayang, motivasi, dan do’a dengan segala pengorbanannya
yang telah diberikan terimakasih untuk selalu memberikan doa yang tiada
henti hingga skripsi ini mampu terselesaikan dengan baik. Terimakasih juga
sudah memberi pendidikan yang luar biasa hingga saat ini.
v
13. Ungkapan terimakasih penulis haturkan dengan rasa bangga karena telah
memiliki Aa dan Teteh-teteh yang terus memberi dukungan yaitu Karnadi,
Hayati, Hayanah, dan Fitri yang juga mewarnai hidup penulis, memberikan
semangat, senantiasa memanjatkan do’a untuk kesuksesan penulis.
14. Keluarga Besar HMJ Pendidikan IPS yang telah memberikan pelajaran
penting pada hidup penulis tentang kepemimpinan, kekeluargaan,
kebersamaan dan pengalaman yang tidak akan terlupakan bagi penulis.
15. Teman-teman seperjuangan pendidikan IPS, terlebih khusus untuk
Pendidikan Geografi 2012 kalian semua telah memberikan motivasi dan
warna dalam hidup penulis.
16. Keluarga Uin Jakarta Basketball terimakasih telah memberikan semangat dan
kebahagian yang begitu erat.
17. Keluarga Besar BIDIKMISI Uin Jakarta 2012 yang bersama-sama berjuang
di awal dua tahun perkuliahan beban kuliah dari pagi sampai malam,
terimakasih telah memberi banyak pengalaman yang sangat berharga selama
kita satu atap di asrama tercinta.
18. Eka Putri Hanamutia, M. Ikrom Rosyidin, Winda Septi Kusuma, Maulida
Wulandari sahabat yang selalu ada memberi bantuan, motivasi dan semangat
ketika penulis dalam kesusahan. Terimakasih atas segala bantuannya kawan.
19. Masruroh, M.Pd., CHC, Ardi Muhammad Arsyad, S.Pd, Muhammad Faishal
Ramdhan, Mulyadi, S.Pd, dan Achmad Fauzi, S.pd, kakak-kakak panutan
terimakasih banyak atas segala masukan, semangat dan banyak memberikan
inspirasi.
20. Keluarga Gengs Zahidah Zein, Siti Syarofah, Aris Widodo dan Nur Purna
Subana yang selalu memberikan semangat dan candaan ketika penulis sedang
putus semangat dalam menulis. Semoga persahabatan ini selalu terjalin
dengan baik atas ridho-Nya.
21. Keluarga Mercon Lusy, Windy, Aini, Via, Wulan, Naya, Dekcut dan Anna
yang telah menemani dan mewarnai kehidupan perkuliahan selama ini dan
banyak memberikan inspirasi dalam kehidupan penulis.
vi
22. Adik-adik tercinta Dini Utami, Fauziah Karimah, Zefi Khomara, Yayu
Hardianti Isnin dan Dinda Adhiana yang selalu memberikan semangat-
semangatnya kepada penulis.
23. Keluarga besar BAKORNAS LEPPAMI PB HMI terimakasih telah
memberikan banyak pengalaman yang berguna untuk penulis.
24. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun semua yang kalian berikan
sangat berarti bagi penulis.
Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo'a semoga Allah
SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan
kepada-Nya, Amin.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait
khusunya dan bagi seluruh pembaca pada umumnya. Akhirnya penulis mohon
maaf apabila banyak kesalahan yang telah penulis lakukan selama ini. Semoga
penelitian ini dapat diterima dengan baik dan sebagai pelajaran bagi semuanya.
Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Desember 2016
Nurlela
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Sampah ............................................................................................ 7
1. Defini Sampah ..................................................................................... 7
2. Sumber Sampah .................................................................................. 8
3. Jenis Sampah ....................................................................................... 9
viii
4. Bentuk Sampah ................................................................................... 10
5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Sampah ......................................... 10
B. Konsep Persampahan 3R (reduce, reuse, recycle) ............................ 12
C. Pengelolaan Sampah ......................................................................... 13
D. Dampak Sampah ............................................................................... 16
E. Lingkungan Sosial dan Ekonomi Masyarakat .................................. 18
1. Lingkungan Sosial ...................................................................... 18
2. Ekonomi Masyarakat .................................................................. 20
F. Penelitian Relevan ............................................................................. 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 29
1. Tempat Penelitian.......................................................................... 29
2. Waktu Penelitian ........................................................................... 30
B. Latar Penelitian ................................................................................ 30
C. Metode Penelitian ............................................................................. 31
D. Populasi dan Sampel ......................................................................... 32
E. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................. 33
1. Sumber Data ........................................................................................ 33
2. Teknik dan Pengumpulan Data ........................................................... 34
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ............................... 37
G. Analisis Data .................................................................................... 40
1. Data Reduction (Reduksi Data) ............................................................ 40
2. Data Display (Penyajian Data) ................................................... 41
3. Conclusion Drawing atau Verivication (Verifikasi) ................... 42
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ...................................................................................... 46
B. Hasil Penelitian .................................................................................... 52
C. Pembahasan ......................................................................................... 78
BAB V KESIMPULAN, SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................................... 83
B. Implikasi ........................................................................................................ 84
C. Saran .............................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ xiii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Penelitian yang Relevan
Tabel 3.1 : Alokasi Waktu Penelitian
Table 3.2 : Progres Kegiatan Penelitian
Tabel 3.3 : Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Tabel 4.1 : Jumlah Penduduk Kelurahan Bambu Apus
Tabel 4.2 : Karakteristik Informan
Tabel 4.3 : Hasil Observasi
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 : Peta Sebaran Sampel dan Lokasi Penelitian
Gambar 3.2 : Proses Penelitian Grounded
Gambar 3.3 : Analisis Data Interaktif Miles dan Huberman
Gambar 4.1 : Peta Lokasi Penelitian Kelurahan Bambu Apus
Gambar 4.2 : Piramida Penduduk Kelurahan Bambu Apus
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota
Tangerang Selatan yang terus meningkat disertai dengan peningkatan kualitas
dan kuantitas kegiatan masyarakat sehari-hari akan memberi pengaruh bagi
lingkungan di sekitarnya.
Seperti akan bertambahnya jumlah sampah di masyarakat akan
menimbulkan banyak masalah di masyarakat, oleh karena itu masyarakat
harus tetap menjaga lingkungan agar terasa nyaman dan sejuk.
Ada berbagai definisi sampah diantaranya yaitu, sampah dapat
didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak
dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.1
Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa Sampah adalah “sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat”. 2
Jadi sampah menjadi suatu permasalahan yang sangat memerlukan
perhatian bagi kota, sampah yang tidak ditangani dengan serius pasti akan
terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan laju pertumbuhan dan
perkembangan penduduk. Sampah yang terus meningkat terjadi tiap tahun itu
bisa memperpendek penggunaan lahan TPA dan dapat membawa dampak
pada pencemaran lingkungan, baik air, tanah, maupun udara.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ni Komang Ayu Artiningsih yang
berjudul Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
(Studi Kasus Di Sampangan Dan Jomblang, Kota Semarang, bahwa
pengelolaan sampah rumah tangga yang berbasis masyarakat di Sampangan
dan Jomblang dapat mereduksi timbulan sampah yang dibuang ke TPA,
1 Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Djambatan, 2009), h. 67.
2 Perundangan Tentang Lingkungan Hidup, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010), h. 59.
2
namun belum optimal dilaksanakan baik dalam pemilahan dan atau dalam
pengomposan karena keterbatasan sarana dan prasarana.3
Tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) yang ada di kota Tangerang
Selatan bernama TPA Cipeucang yang terletak di Desa Keranggan
Kecamatan Setu. Saat ini TPA Cipeucang memiliki luas lahan 5,6 hektare
dengan menampung 150 ton sampah per hari yang kondisi saat ini melebihi
kapasitas.4 Semua penduduk Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari 7
Kecamatan yaitu, Setu, Serpong, Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren,
Serpong Utara dan Pamulang membuang sampahnya ke TPA Cipeucang,
tetapi tidak saat ini banyak tempat-tempat pengolahan sampah terpadu yang
ada di Kota Tangerang Selatan.
Konsep pengelolaan sampah terpadu merupakan cara terbaik untuk
mengolah sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle). Sebelum
diolah, jenis sampah dipilah antara yang bisa digunakan lagi dan yang benar-
benar dibuang. Kota Tangerang Selatan sudah memiliki 41 Tempat
Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse, dan recycle) yang sudah tersebar
setiap kelurahan yang salah satunya terdapat di Kelurahan Bambu Apus
Kecamatan Pamulang.5
Warga di Kelurahan Bambu Apus memilki tempat pengolahan sampah
3R yang bernama Vipa Mas yang pada awalnya hanya tempat pembuangan
sampah liar, para warga RW 06 berinisiatif untuk membersihkan sampah-
sampah yang mengganggu di lingkungan rumah mereka dengan cara
mengolah sampah dan membuat lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk
tahun 2011 sebagai salah satu syarat untuk mendirikan tempat pengolahan
sampah di RW 06.
3 Ni Komang Ayu Artiningsih, “Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga (Studi Kasus Di Sampangan Dan Jomblang, Kota Semarang”, Tesis pada Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang, Semarang, 2008, h. 7.
4Hambali, “TPA Ciepucang Tangsel Akan diperluas”,
http://news.okezone.com/read/2015/08/26/338/1202564/tpa-cipeucang-tangsel-akan-diperluas, di
akeses 17 September 2015 Pukul 12.20 WIB
5 Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan
3
Menurut bapak Tarmizi selaku pengurus Tempat Pengolahan Sampah 3R
(reduce, reuse, dan recycle) sumber sampah yang berada di TPS 3R Vipa
Mas kini berasal dari 3 RW yaitu RW 06, 07 dan 04 dengan jumlah 587
rumah. Upaya yang dilakukan oleh warga Kelurahan Bambu Apus antara lain
dengan cara memilah sampah yang dihasilkan oleh warga di daerah tersebut.
Sampah dipilah bedasarkan sifatnya, yaitu sampah organik yang mudah
diuraikan melalui proses alami, dan sampah anorganik yang tidak dapat diurai
oleh alam. Sampah organik tidak menjadi masalah jika dibuang di alam.
Sedangkan sampah anorganik yang tidak dapat diuraikan secara alami
inilah yang kemudian berusaha diolah kembali oleh warga setempat agar
menghasilkan suatu barang yang memiliki nilai guna. Namun, sampah
organik yang bisa diuraikan secara alami bukan berarti tidak memiliki nilai
guna apapun dan hanya bisa dibuang begitu saja. Sampah organik juga bisa
diolah agar menghasilkan sesuatu yang lebih berguna dan bernilai ekonomis
seperti kompos dan makanan ternak.
Konsep pengolahan sampah berbasis masyarakat sendiri harus disertai
dengan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini
adalah menjadikan masyarakat agar memiliki daya atau kekuatan untuk dapat
mengelola sampah agar menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai jual.
Warga Kelurahan Bambu Apus juga memiliki bank sampah yang
menghasilkan suatu karya dari sampah non organik seperti kertas dan plastik
yang memiliki nilai jual dan berguna namun belum maksimal. Adapun
pengolahan sampah organik seperti sampah basah dan sampah dapur diolah
menggunakan mesin juga menghasilkan kompos yang baru saja berjalan 1
tahun.
Namun ada beberapa warga yang tidak setuju dengan adanya tempat
pengolahan sampah di sekitar lingkungannya dengan alasan terganggu oleh
asap polusi dan suara mesin yang bising. Pada dasarnya semua itu berdampak
terhadap lingkungan sosial ekonomi pada masyarakat sekitar tempat
pengolahan sampah.
4
Sesuai Undang-Undangan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal-1, menjelaskan bahwa
lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan
makhluk hidup lain.6
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lainnya.7
Dari kedua teori di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan tidak dapat
dipisahkan dengan manusia yang ada didalamnya yang saling berkaitan satu
sama lain dan kodratnya manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa
hidup sendiri. Manusia membentuk kelompok-kelompok sosial agar bisa
mempertahankan hidupnya, kemudian dalam kelompok itulah menghasil
interaksi sosial yang melahirkan sesuatu yang dinamakan lingkungan sosial.
Lingkungan sosial adalah keterkaitan antara seluruh komponen yang
terdapat dalam lingkungan hidup, bukan semata-mata interaksi sosial an sich
beserta pranata, simbol, nilai dan normanya saja tetapi juga kaitannya dengan
unsur-unsur lingkungan hidup lainnya, alam dan lingkungan binaan atau
buatan.8
Dalam hal sampah dan lingkungan sosial ekonomi sangat berkaitan juga
satu dengan yang lainnya, karena sampah dapat menghasilkan nilai ekonomis
yang menjadi suatu penghasilan masyarakat dan tentu berdampak baik bagi
lingkungan yaitu berkurangnya jumlah sampah.
Masalah sampah dalam lingkungan mutlak harus ditangani secara
bersama-sama dari pihak masyarakat ataupun pemerintah setempat. Dari
beberapa permasalahan sampah tersebut, oleh karena itu penting untuk
dilakukan penelitian mengenai Dampak Keberadaan Tempat Pengolahan
6 HR. Mulyanto, Ilmu Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 1.
7 Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, h. 31.
8 Jonny Purba, Pengelolaan Lingkungan Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h.
14.
5
Sampah 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) Vipa Mas Terhadap Lingkungan
Sosial Ekonomi Masyarakat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dapat di
identifikasi sebagai berikut:
1. Lebihnya kapasitas di TPA Cipeucang (Pengelolaan sampah yang
dilakukan masih kurang efektif)
2. Adanya keluhan masyarakat sekitar tentang pengolahan menggunakan
mesin
3. Masih minimnya masyarakat dalam mengolah sampah menggunakan
prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle).
C. Pembatasan Masalah
Keterbatasan peneliti dalam waktu, tenaga dan biaya, serta untuk
memudahkan pembahasan skripsi ini, menjaga agar penelitian lebih fokus dan
terarah, tidak menimbulkan keraguan dan salah penafsiran, maka diperlukan
adanya pembatasan masalah, oleh karena itu penelitian dibatasi pada “Dampak
Keberadaan TPS 3R Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi
Masyarakat di Kelurahan Bambu Apus”
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah dan
pembatasan masalah, maka pertanyaan peneliti dinyatakan sebagai berikut:
Bagaimana dampak keberadaan TPS 3R (reduce, reuse, dan recycle) Vipa
Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Bambu
Apus Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan?
6
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini mempunyai
tujuan, diantaranya :
Untuk mengetahui dampak keberadaan TPS 3R (reduce, reuse, dan
recycle) Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat di
Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini ini dapat memberi sumbangan yang dapat berharga
pada perkembangan ilmu Geografi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
khususnya, dan mahasiswa universitas lain pada umumnya, terutama untuk
meningkatkan pemahaman dibidang lingkungan dan sampah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
pengalaman ilmu dibidang lingkungan, Sosiologi - Antropologi, dan
Geografi Lingkungan.
b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan memberikan informasi
bahwa lingkungan sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup
dan memberikan motivasi untuk bersimpati dan berpartisipasi dalam
mencegah dampak dari sampah dan sadar terhadap kepedulian
lingkungan.
c. Bagi Lembaga Pemerintahan, diharapkan penelitian ini memberikan
rekomendasi untuk kepentingan pemerintahan.
d. Bagi komunitas atau LSM pencinta lingkungan hidup penelitian ini bisa
dijadikan bahan kajian-kajian tertentu.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sampah
1. Definisi Sampah
Sampah pada dasarnya suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu
sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam.
Sampah dapat didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak digunakan
atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan
manusia.1
Adapun menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa
“Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat”.2
WHO (World Health Organization) juga mendefinisikan tentang sampah
sebagai berikut sampah adalah “sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia
dan tidak terjadi dengan sendirinya”.3
Definisi sampah menurut Tchobanoglous dalam Soekmana Soma,
sampah adalah “semua jenis bahan buangan baik yang berasal dari manusia
atau binatang yang biasanya berbentuk padat”.4
Berdasarkan definisi sampah di atas maka dapat dikatakan bahwa sampah
adalah bahan-bahan hasil dari kegiatan manusia atau binatang yang tidak
digunakan lagi dan umumnya berupa benda padat, baik yang membusuk
maupun yang tidak mudah membusuk, kecuali kotoran yang keluar dari tubuh
manusia, yang ditinjau dari segi keindahan dapat mengganggu dan
1 Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Djambatan, 2009), h. 67.
2 Perundangan Tentang Lingkungan Hidup, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010), h. 59.
3 Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC,
2005), h. 111.
4 Soekmana Soma, Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan Seri: Pengelolaan Sampah Perkotaan,
(Bogor: IPB Press 2010), h. 12.
8
mengurangi nilai estetika dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan
pencemaran atau gangguan kelestarian lingkungan.
2. Sumber Sampah
Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat tentu memiliki sumber
yang berbeda menurut Gilbert dalam Artiningsih, sumber-sumber
timbulan sampah adalah sebagai berikut :
a. Sampah dari pemukiman penduduk.
Pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu
keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah
yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau
sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.
b. Sampah dari tempat – tempat umum dan perdagangan.
Tempat- tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya
orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat – tempat tersebut
mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah
termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis
sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa – sisa makanan,
sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng- kaleng serta sampah
lainnya.
c. Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah.
Yang dimaksud di sini misalnya tempat hiburan umum, pantai,
masjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah
lainnya yang menghasilkan sampah kering dan sampah basah.
d. Sampah dari industri.
Dalam pengertian ini termasuk pabrik – pabrik sumber alam
perusahaan kayu dan lain – lain, kegiatan industri, baik yang termasuk
distribusi ataupun proses suatu bahan mentah. Sampah yang
dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering abu,
sisa – sisa makanan, sisa bahan bangunan
9
e. Sampah Pertanian.
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian,
misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang
dihasilkan berupa bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi
serangga tanaman.5
Jadi dapat disimpulkan bahwa sampah bersumber dari banyak
kegiatan masyarakat seperti kegiatan industri, pertanian, tempat wisata
dan lain sebagainya, dari sumber-sumber sampah inilah menghasilkan
jenis-jenis sampah yang berbeda pula.
3. Jenis Sampah
Dari berbagai sumber sampah yang ada di masyarakat maka jenis
sampahnya pun beragam, berdasarkan jenis khususnya sampah padat dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Sampah organik merupakan jenis sampah yang terdiri dari bahan-
bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau
dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya.
Sampah ini dengan mudah diuraikan dengan proses alami.
Contohnya daun-daun kering, kayu, sayur-sayuran busuk, buah-
buahan busuk, dan jenis lain yang mudah diuraikan dengan proses
alami dan dapat dijadikan kompos.
b. Sampah anorganik merupakan jenis sampah yang berasal dari
sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi atau
dihasilkan dari proses industri. Beberapa bahan seperti ini tidak
terdapat di alam, yaitu plastik dan aluminium. Sebagian zat
anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam,
sedang sebagian yang lain hanya diuraikan secara lambat. Sampah
5 Ni Komang Ayu Artiningsih, “Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga (Studi Kasus Di Sampangan dan Jomblang”, Kota Semarang, Tesis pada Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang, Semarang, 2008, h. 19
10
jenis ini pada tingkat rumah tangga berupa: botol, botol plastik, tas
plastik, kaleng, dan kaca.6
4. Bentuk Sampah
Begitupun dengan bentuk sampah berdasarkan bentuknya, sampah
digolongkan kepada tiga kelompok besar, yaitu :
a. Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa
tanaman, hewan,kotoran ataupun benda-benda lain yang
bentuknya padat.
b. Sampah cair, yaitu sampah yang berasal dari buangan pabrik,
industri, pertanian, perikanan, peternakan ataupun manusia
yang berbentuk cair, missal air buangan, air seni, dan
sebagainya.
c. Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraan
bermotor, cerobong pabrik, dan sebagainya yang kesemuanya
berbentuk gas atau asap.7
5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Sampah
Sampah memang suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan
manusia sebagai penghasilnya, maka berikut beberapa faktor yang dapat
memengaruhi jumlah sampah:
a. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan
penduduk. Semakin padat penduduk, sampah semakin
menumpuk karena tempat menampung sampah kurang. Semakin
meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan semakin
banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan, perdagangan,
industri, dan sebagainya. Oleh karena itu jumlah penduduk
6 Mayun Nadiasa, Dewa Ketut Sudarsana, dan I Nyoman Yasmara, Manajemen Pengangkutan
Sampah Di Kota Amlapura, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 13, No. 2, Juli 2009, h. 122.
7 Lucia Desti Krisnawati, Kajian Volume Sampah Di Kota Kediri ( Lokasi Tpa Klotok ), Jurnal
Ilmiah Berkala Universitas Kadiri, Edisi : Pebruari 2014 – Mei 2014, h.36.
11
sangat memengaruhi jumlah sampah yang ada dan setiap
tahunnya pasti pertumbuhan penduduk suatu kota meningkat.
b. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai.
Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih
lambat jika dengan dibandingkan dengan truk. Hal ini faktor
yang sangat penting juga, karena apabila sampah tidak diangkut
dengan cepat, sampah pasti akan terus menumpuk.
c. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai
kembali.
Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai
ekonomi bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan
dipengaruhi oleh keadaan, jika harganya tinggi, sampah yang
tertinggal sedikit. Pengambilan bahan-bahan ini juga faktor yang
sangat penting karena bisa mengurangi timbunan sampah di
tempat pembuangan akhir.
d. Faktor geografis.
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan,
lembah, pantai, atau di daratan rendah, karena lokasi
pembuangan sampah yang ideal itu tidak mengganggu aktifitas
dalam masyarakat.
e. Faktor waktu.
Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan.
Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh,
jumlah sampah pada siang hari lebih banyak daripada jumlah di
pagi hari, sedangkan sampah di daerah perdesaan tidak begitu
bergantung pada faktor waktu.
f. Faktor sosial ekonomi dan budaya.
Contoh, adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat..
g. Faktor musim.
Pada musim hujan sampah mungkin akan tersangkut pada
selokan pintu air, atau penyaringan limbah.
12
h. Kebisaan masyarakat.
Contoh, jika seseorang suka mengonsumsi satu jenis makanan
atau tanaman sampah makanan itu akan meningkat. Kebiasaan
dalam masyarakat itu sulit untuk dihilangkan, maka dari itu
faktor ini juga memengaruhi peningkatan jumlah sampah.
i. Kemajuan teknologi.
Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat.
Contoh plastik, kardus, rongsokan, AC, TV, kulkas, dan
sebagainya. Itu semua akan memberikan dampak bertambahnya
jumlah sampah.
j. Jenis sampah.
Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin
kompleks. Karena apapun yang telah dipakai oleh masyarakat
akan menjadi sampah.8
B. Konsep Persampahan 3R (reduce, reuse, recycle)
Kota Tangerang Selatan memiliki salah satu program untuk mengurangi
beban sampah yang akan dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
Cipeucang yaitu dengan cara membangun TPS 3R di setiap kelurahan.
Menurut Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya,
dalam Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Kota Tangerang
Selatan, pengertian pengelolaan sampah 3R secara umum adalah upaya untuk
mengurangi sampah sejak dari sumbernya, melalui program mengurangi
(Reduce), menggunakan kembali (Reuse), dan mendaur ulang (Recycle).
1. Reduce atau reduksi sampah yaitu mengurangi segala sesuatu yang
menyebabkan timbulnya sampah di lingkungan sumber bahkan dapat
dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat
melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup
konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan
8 Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet.2,
h. 66.
13
menghasilkan banyak sampah menjadi hematefisien dan sedikit
sampah.
2. Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak
menjadi sampah (tanpa melalui proses pengelolaan), menggunakan
kertas bolak-balik, menggunakan kembali botol bekas seperti minuman
untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu isi ulang (refill)
menggunakan kembali wadah kantong yang dapat digunakan berulang-
ulang, menggunakan baterai yang dapat discharge kembali dan lain-
lain.
3. Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna
(sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengelolaan seperti
sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dan sebagainya
atau mengolah botol atau plastik bekas menjadi biji plastik untuk
dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot dan sebagainya serta
mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak
menjadi kertas dengan kualitas lebih rendah, sampah basah yang dapat
diolah menjadi kompos dan lain-lain.9
C. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah yang masih kurang maksimal di beberapa kota yang
ada Indonesia ini membuat pemerintah mengeluarkan Pasal 1 Ayat 5 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah menjelaskan bahwa “Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan
dan penanganan sampah”.10
Pengelolaan sampah adalah “sebuah upaya komprehensif menangani
sampah-sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia”.11
9 Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan, Tempat Pengolahan
Sampah 3R (TPS 3R) Berbasis Masyarakat, h. 1
10 Perundangan Tentang Lingkungan Hidup, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010), h. 59.
11
Soekmana Soma, Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan Seri: Pengelolaan Sampah Perkotaan,
h. 1
14
Pengelolaan persampahan didefinisikan sebagai kontrol terhadap
timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, proses, dan
pembuangan akhir sampah.12
Menurut Sudrajat, Model pengelolaan sampah di Indonesia ada dua
macam, yaitu Urugan dan tumpukan. Urugan atau model buang dan
pergi merupakan cara yang paling sederhana dengan membuang
sampah di lembah atau cekungan tanpa memberikan perlakuan,
umumnya dilakukan untuk kota yang menghasilkan volume sampah
tidak terlalu besar. Pengelolaan sampah yang kedua yang biasanya
diterapkan di kota besar, yaitu tumpukan yang perlu dilakukan secara
lengkap dengan teknologi aerobic yang memenuhi prasyarat kesehatan
lingkungan.13
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk
menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir,
adapun kegiatan pengelolaan sampah meliputi:
1) Penimbulan sampah (solid wasre generated)
Pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan. Oleh
karena itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat,
penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah
pelaku dan jenis kegiatannya. Jumlah penduduk merupakan pelaku
yang menimbulkan sampah itu sendiri.
2) Penanganan di tempat (on site handling)
Adapun yang dimaksud dengan penanganan sampah di tempat atau
pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang
dilakukan sebelum sampah ditempatkan di lokasi tempat pembuangan.
Kegiatan tahap ini bervariasi antara lain pemilahan, pemanfaatan
kembali, dan daur ulang. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengurangi
besarnya jumlah sampah.
3) Pengumpulan (collecting)
Pengumpulan ini merupakan tindakan pengumpulan sampah dari
sumbernya menuju ke TPS dengan menggunakan gerobak dorong atau
12 Mayun Nadiasa, Dewa Ketut Sudarsana, dan I Nyoman Yasmara, Manajemen Pengangkutan
Sampah Di Kota Amlapura, h. 123.
13 Sudradjat, Mengelola Sampah Kota, (Jakarata:Penebar Swadaya, 2009), h. 23.
15
mobil pick-up khusus sampah. Sumber sampah merupakan dari warga
atau masyarakat di sekitar TPS.
4) Pengangkutan (transfer/transport)
Pengangkutan merupakan usaha pemindahan sampah dari TPS menuju
TPA dengan menggunakan truk sampah. Itulah proses pemindahan
sampah-sampah dari sumbernya yaitu warga/masyarakat.
5) Pengolahan (treatment)
Sampah dapat diolah tergantung pada jenis dan komposisinya. Berbagai
alternatif yang tersedia dalam proses pengolahan sampah di antaranya
adalah sebagai berikut:
a) Transformasi fisik, meliputi pemisahan sampah dan pemadatan
yang bertujuan untuk mempermudah penyimpanan dan
pengangkutan.
b) Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah
yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas.
c) Pembuatan kompos (composting), yaitu mengubah sampah
melalui proses mikrobiologi menjadi produk lain yang dapat
dipergunakan. Output dari proses ini adalah kompos dan gas bio.
d) Energy recovery, yaitu transformasi sampah menjadi energi, baik
energi panas maupun energi listrik.14
6) Pembuangan akhir
Pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat kesehatan dan
kelestarian lingkungan. Ada dua teknik yang bisa dilakukan di tempat
pembuangan akhir, pertama yaitu open dumping, yaitu sampah yang
ada hanya ditempatkan begitu saja hingga kapasitasnya tidak lagi
terpenuhi, namun teknik ini sudah jarang dilakukan karena mengganggu
masyarakat sekitarnya. Kedua yaitu teknik sanitary landfill, yaitu pada
lokasi TPA dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah
timbunan sampah. Sedangkan sanitary landfill menurut Karden Eddy
14 Kuncoro Sejati, Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point, Center Point,
(Yogyakarta: Kanisius 2009), h. 24.
16
adalah pembuangan sampah di TPA yang diikuti dengan penimbunan
sampah dengan tanah.15
D. Dampak Sampah
Dampak dapat bersifat positif maupun negatif, akan tetapi kebanyakan
orang lebih memeperhatikan dampak negatif daripada dampak positif.
Menurut Otto dalam Jean Anggraini, Dampak adalah suatu perubahan yang
terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.16
Adapun dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan menurut
Gilbert dalam Indra Yones yaitu:
1. Dampak terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai
(pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang
cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang
seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus
yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat
bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic
fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang memadai.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah
satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh
cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam
pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa
sisa makanan/sampah.
15 Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, h. 70.
16
Jean Anggraini, “Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan
Lingkungan (Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II Kelurahan Pondok Petir Rw:09)”, Skripsi,
pada Sarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, h, 18.
17
d. Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira
40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah
terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah
yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan
akumulator.
2. Dampak terhadap Lingkungan
Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau
sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat
mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan
berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang
dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair
organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam
konsentrasi tinggi dapat meledak.
3. Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk
lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau
yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah
bertebaran dimana-mana.
b. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
c. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan
rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini
adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk
mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung
(tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
d. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan
banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan
umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.
e. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan
sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang
diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan
18
sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan
perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.17
Selain itu juga sampah memiliki dampak positif seperti yang diungkapkan
Asti Yunita, adapun dampak positif sampah apabila dikelola secara optimal
antara lain:
a. Sampah dapat dipakai untuk menimbun tanah.
b. Dapat digunakan untuk pupuk sebagai penyubur tanah dan
mempercepat pertumbuhan tanaman.
c. Dapat digunakan sebagai pakan ternak.
d. Dapat dimanfaatkan kembali setelah didaur ulang.
e. Gas-gas yang dihasilkan mempunyai nilai ekonomi karena dapat
dikonversi menjadi tenaga listrik.
f. Proses pengolahan sampah dapat membuka lapangan kerja.18
Jadi dapat disimpulkan bahwa sampah memiliki begitu banyak dampak,
dampak positif maupun dampak negatif yang masing-masing memiliki solusi
apabila semua dilakukan dengan pegelolaan yang optimal.
E. Lingkungan Sosial dan Ekonomi Masyarakat
1. Lingkungan Sosial
Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup seorang diri
begitupun lingkungan dan masyarakat adalah suatu hal yang tidak bisa
dipisahkan. Penggunaan istilah lingkungan sering kali digunakan secara
bergantian dengan istilah lingkungan hidup meskipun secara harfiah dapat
dibedakan, tetapi umumnya digunakan dengan makna yang sama.
17 Indra Yones, “Kajian Pengelolaan Sampah di Kota Ranai Ibu Kota Kabupaten Natuna
Propinsi Kepulauan Riau” Tesis pada Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, Semarang,
2007, h. 41-42.
18 Asti Yunita Utari, “Analisis Willingness To Pay Dan Willjngness To Accept Masyarakat
Terhadap Tempat Pembuangan Akhir Sampah Pondok Rajeg Kabupaten Bogor”, Skripsi pada
Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2006, h. 26.
19
Lingkungan secara umum dapat diartikan sebagai hubungan antara
suatu obyek (entity) dengan sekitarnya yang bersifat aktif maupun pasif,
dinamis ataupun statis.19
Lingkungan yang bersifat aktif tentu di dalamnya terdapat manusia
yang juga sesuai UU RI No. 23 1997 Bab 1 pasal 1: Lingkungan hidup
adalah “kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk
hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang memengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya.”20
Ternyata tidak hanya manusia saja yang hidup dalam suatu
lingkungan juga ada jasad-jasad hidup lainnya seperti yang diungkapkan
Munadjat Danusaputro dalam Muahammad Akib, lingkungan hidup adalah
semua benda dan daya serta kondisi, termasuk didalamnya manusia dan
tingkah-perbuatannya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada
dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan
jasad-jasad hidup lainnya.21
Sementara menurut Otto Soemarwoto dalam Muhammad Akib,
lingkungan hidup diartikan sebagai ruang yang ditempati suatu makhluk
hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya.22
Apabila diperhatikan dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa lingkungan tidak lain adalah ruang di mana baik makhluk hidup
maupun tak hidup berada dalam satu kesatuan.
Sosial menurut Soekanto dalam Dadang “berkenaan dengan perilaku
interpersonal, atau berkaitan dengan proses-proses sosial”.23
Sedangkan menurut Shadily dalam Ricky, sosial berasal dari
bahasa Inggris yaitu society, asal katanya socious yang berarti
kawan, perkataan society dalam arti umum diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia dengan masyarakat, yaitu suatu badan atau
19 Djauhari Noor, Geologi Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 5.
20
Eva Banowati, Geografi Sosial,(Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 42.
21 Muhammad Akib, Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasoinal, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2014), h. 1
22 Muhammad Akib, Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasoinal, h. 1
23
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 27.
20
kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai anggota
masyarakat, yang biasanya dianggap sebagai suatu golongan,
terbagi-bagi dalam berbagai kelas menurut kedudukan dalam
masyarakat itu.24
Dapat disimpulkan bahwa sosial adalah masyarakat yang berkumpul
yang hidup bersama dan memiliki proses-proses sosial.
Lingkungan sosial yaitu berupa kultur, adat-istiadat, kebiasaan,
kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan
kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik.25
Lingkungan sosial adalah keterkaitan antara seluruh komponen yang
terdapat dalam lingkungan hidup, bukan semata-mata interaksi sosial an
sich beserta pranata, simbol, nilai dan normanya saja tetapi juga kaitannya
dengan unsur-unsur lingkungan hidup lainnya, alam dan lingkungan
binaan/buatan.26
Jadi lingkungan sosial adalah satu kesatuan manusia berkelompok
yang disebut masyarakat yang memiliki aktifitas interaksi yang
didalammya terdapat adat istiadat, agama , norma dan sebagainya.
2. Ekonomi Masyarakat
Ekonomi atau Economic dalam beberapa litertur ekonomi disebutkan
berasal dari bahasa Yunani yaitu kata oikos atau oiku dan Nomos yang
berarti aturan rumah tangga, dan secara umum mengandung pengertian
usaha manusia.27
24 Ricky Pratama Putra, “Kondisi Sosial Ekonomi Dalam Perubahan Status Kota Tangerang
Selatan”, Skripsi Pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. 9.
25 Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, h. 10.
26
Jonny Purba, Pengelolaan Lingkungan Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h.
14.
27 Nur Laily dan Budiyono, Teori Ekonomi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), h. 1.
21
Ilmu ekonomi “mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam
menentukan pilihan untuk menggunakan sumber daya-sumber daya yang
langka (dengan dan tanpa uang), dalam upaya meningkatkan hidupnya”.28
Menurut Paul Anthony Samuelson dalam Apridar, Ilmu Ekonomi
adalah studi tentang manusia dalam kegiatan hidup mereka sehari-hari
untuk mendapat dan menikmati kehidupan.29
Ilmu yang mempelajari bagaimana tiap rumah tangga atau masyarakat
mengelola sumber daya yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan
mereka disebut ilmu ekonomi.30
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau
dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat
mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi.31
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah
tertentu yang telah cukup lama, yang mempunyai aturan-aturan yang
mengatur mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama.32
Menurut Bungin dalam Putri Ekasari dan Arya Hadi Dharmawan
Masyarakat adalah kelompok-kelompok orang yang menempati sebuah
wilayah (teritorial) tertentu, yang hidup dalam waktu relatif lama, saling
berkomunikasi, memiliki simbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem
hukum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki sistem
stratifikasi, sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut, serta
relatif dapat menghidupi dirinya sendiri.33
Jadi dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ekonomi
masyarakat adalah suatu usaha manusia yang saling berinteraksi dan
28 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikroekonomi dan
Makroekonomi, ed 3, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008)
h. 1.
29 Apridar, Teori Ekonomi: Sejarah dan perkembangannya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.
5.
30 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 2.
31
Koentjaraningrat, Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h. 116.
32 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 53.
33
Putri Ekasari dan Arya Hadi Dharmawan, Dampak Sosial-Ekonomi Masuknya Pengaruh
Internet Dalam Kehidupan Remaja Di Pedesaan, Jurnal Vol. 06, No. 01, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, 2012. h. 58
22
memiliki aturan-aturan atau sistem hukum dalam meningkatkan kehidupan
yang lebih baik. Dan lingkungan sosial dan ekonomi masyarakat tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena saling berkaitan dan
dapat disimpulkan lingkungan sosial ekonomi masyarakat adalah suatu
hubungan kegiatan masyarakat yang didalamnya terdapat interaksi sosial
dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya untuk kesejahteraan
yang lebih baik.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
menurut Sukirno dalam Bambang yaitu:
a. Tanah dan kekayaan alam lain
Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun
perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan
dari proses pertumbuhan ekonomi.
b. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah akan mendorong maupun menghambat
pertumbuhan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk
kepada pertumbuhan ekonomi dapat terjadi ketika jumlah
penduduk tidak sebanding dengan faktor-faktor produksi yang
tersedia.
c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi
efisiensi pertumbuhan ekonomi, barang-barang modal yang sangat
bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah
modern memegang peranan yang penting dalam mewujudkan
kemajuan ekonomi yang tinggi.
d. Sistem sosial dan sikap masyarakat
Sikap masyarakat akan menentukan sampai dimana pertumbuhan
ekonomi dapat dicapai.
23
e. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh
luasnya pasar, dan spesialisasi yang terbatas membatasi
pertumbuhan ekonomi.34
F. Hasil Penelitian yang Relevan
1 Dalam penelitian Ni Ayu Komang Artiningsih. Peran Serta Masyarakat
dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampangan
dan Jomblang, Kota Semarang). Tesis. Universitas Diponegoro. 2008.
Adapun rumusan masalahnya yaitu a) Bagaimana proses perencanaan
pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang telah berjalan
di wilayah Sampangan dan wilayah Jomblang? b) Apa tantangan dan
peluang dalam pengelolaan sampah rumah tangga yang berbasis
masyarakat yang telah berjalan di wilayah Sampangan dan wilayah
Jomblang? c). Seberapa besar kontribusi dalam mengurangi jumlah
sampah di Sampangan dan Jomblang?. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud mendeskripsikan
fenomena yang terjadi dilokasi penelitian. Teknik pengumpulan data
meliputi wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi, sedangkan
analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga yang berbasis
masyarakat di Sampangan dan Jomblang dapat mereduksi timbulan
sampah yang dibuang ke TPA, namun belum optimal dilaksanakan baik
dalam pemilahan dan atau dalam pengomposan karena keterbatasan sarana
dan prasarana. Komposisi timbulan sampah di Jomblang terdiri dari:
sampah organic 50.75%, plastik 17.14%, kertas 19.42%, kaca/logam
12,70%, sedangkan di Sampangan terdiri dari: sampah organik 49.52%,
Plastik 18.06%, kertas 19.29%, kaca/logam 12,52 %. Sampah organik
yang dimanfaatkan menjadi kompos akan mengurangi timbulan sampah 34 Bambang Prishardoyo, “Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Dan Potensi Ekonomi
Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pati Tahun 2000-2005”, Jurnal,
JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008, h. 3.
24
maupun mengurangi beban lingkungan, sedangkan hasil pemilahan selain
dapat mengurangi timbulan sampah juga dapat dijual atau dikelola
sehingga dapat menambah pendapatan. Saran berdasarkan hasil penelitian
dapat diberikan sebagai berikut: (1) Pemerintah perlu lebih banyak
mengadakan sosialisasi tentang pengelolaan sampah. (2) Pengelolaan
sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), dimana pengurus APL
diharapkan dapat menyisihkan keuntungan untuk membantu penyediaan
sarana dan prasarana yang diperlukan warga dalam mengelola sampah. (3)
Pengurus APL (Alam Pesona Lestari) seyogyanya dapat memfasilitasi
warga dalam pemasaran kompos yang sudah jadi sehinga dapat menambah
pendapatan.35
2 Dalam penelitian Yohanes Nanda Setiawan. Pengelolaan Sampah Berbasis
Masyarakat dengan Program 3R Reduce, Reuse, Recycle (Suatu Studi
Evaluasi Tentang Pengelolaan Sampah Berdasarkan Peraturan Menteri Pu
No.21/Prt/M/2006 Di Kelurahan Jember Kidul, Kebonsari, Jember Lor,
Kabupaten Jember). Skripsi. Universitas Jember. 2013. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengelolaan sampah
program 3R di eks kotatif Jember oleh Dinas PU Cipta Karya dengan
suatu studi evaluasi program. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian
deskriptif. Lokasi penelitian ini berada di Dinas PU Cipta Karya dan di
daerah percontohan eks kotatif Jember. Fokus penelitian ini menggunakan
metode teknologi program 3R dalam petunjuk pelaksanaan DAK Sub
Bidang Sanitasi untuk pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Untuk
metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara,
dokumentasi, dan studi kepustakaan. Sedangkan metode analisis data yang
digunakan adalah dari Miles dan Huberman yang meliputi tiga alur
kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian yaitu untuk sistem pewadahan,pengkomposan dan daur
35 Ni Komang Ayu Artiningsih, “Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga (Studi Kasus Di Sampangan Dan Jomblang, Kota Semarang”, Tesis pada Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang, Semarang, 2008, h. 7.
25
ulang sampah skala rumah tangga dikatakan tepat tetapi untuk di
sinkronkan dengan juklak dari kementerian pekerjaan umum masih belum
terlaksana secara keseluruhan karena masyarakat hanya melakukan metode
tersebut sepengertian mereka dan tidak pernah tahu tentang standarisasi
dalam metode pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang keluarkan
oleh PU dalam juklaknya. Sedangkan untuk bantuan alat mesin pencacah
sampah organik bagi warga untuk melaksanakan metode pengkomposan
terlihat tidak berjalan semestinya atau dapat dikatakan tidak tepat sasaran
bagi penerima bantuan tersebut.36
3 Dalam penelitian Siti Khoiriyah. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah 3R di Rw. II,III, dan V
Kelurahan Sampangan Kota Semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro.
2012. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui bagaimana partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masyarakat dalam pengelolaan sampah sistem 3R di
Kelurahan Sampangan. Metode penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan yaitu metode kuantitatif. Adapun teknik analisis yang
diigunakan berupa deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik primer meliputi kuisioner,
wawancara, observasi dan dokumentasi, sedangkan teknik sekunder
dilakukan dengan survey ke instansi-instansi terkait. Metode penentuan
sampel dengan Stratified Proporsional Random Sampling dengan
menganggap semua subjek sama jadi diambil secara acak dengan data 66
responden untuk mengetahui karakteristik masyarakat dan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah 3R. Data yang didapat kemudian
diolah menggunakan analisis deskriptif crosstab untuk mengetahui
hubungan antara variabel-variabel yang diujikan dalam penelitian . Hasil
dari penelitian ini diketahui bahwa faktor usia, jenis kelamin, pendidikan,
36 Yohanes Nanda Setiawan, “Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Dengan Program 3r
Reduce, Reuse, Recycle (Suatu Studi Evaluasi Tentang Pengelolaan Sampah Berdasarkan
Peraturan Menteri Pu No.21/Prt/M/2006 Di Kelurahan Jember Kidul, Kebonsari, Jember Lor,
Kabupaten Jember)”, Skripsi, Universitas Jember, 2013, h. viii.
26
pekerjaan, dan penghasilan ternyata hasilnya tidak semua faktor tersebut
mempengaruhi di dalam melakukan pengelolaan sampah 3R. Rata-rata
faktor mempunyai tingkat hubungan yang sedang. Faktor yang paling
mempengaruhi di dalam pengelolaan sampah yaitu faktor pendidikan,
karena pendidikan yang tinggi maka tingkat kepedulian masyarakat untuk
ikut serta dalam pengelolaan sampah 3R juga akan semakin tinggi pula,
begitu juga sebaliknya.37
4 Dalam penelitian Suzi Grace Hilda. Analisis Dampak Pengelolaan Sampah
Di TPA Bakung Terhadap Kesehatan Mayarakat (Studi Kasus Warga Rt.
01, Lk 03, Tpa Bakung, Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar
Lampung). Skripsi. Universitas Lampung. 2013. secara umum penelitian
ini bertujuan unutuk menganalisis dampak pengelolaan sampah di TPA
terhadap kesehatan masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan metode
penelitian kualitatif dimana tekhnik penentuan informan menggunakan
tekhnk sampel yang dilakukan dengan mengambil subyek secara sengaja,
yaitu yang berkompeten dan memahami permasalahan. Sedangkan teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan
data dengan menggunakan tekhnik observasi, dokumentasi dan interview.
Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dengan cara
mereduksi data, menyajikan dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian menyimpulkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung
belum menggunakan sanitary landfill tetapi masih menggunakan open
dumping atau pembuangan terbuka dimana sampah hanya dihamparkan
pada satu lokasi dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan tindakan setelah
lokasi tersebut penuh. Pembuangan sampah seperti ini sangat tidak
maksimal. Pada awalnya pengelolaan sampah di TPA Bakung
menggunakan system sanitary landfill namun pada kenyataannya tidak hal
ini disebabkan karena berbagai kendala yaitu keterbatasan lahan untuk
TPA, jumlah tenaga kerja, biaya yang dibutuhkan, terkendala dengan
37 Siti Khoiriya, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengelolaan Sampah 3R Di Rw II,III, dan V Kelurahan Sampangan Kota Semarang”, Skripsi,
Universitas Diponegoro, 2012, h. ixi
27
jumlah kendaraan serta kondisi peralatan yang telah tua,oleh karena itu
system open dumping yang digunakan.Namun pengelolaan TPA dengan
cara seperti itu belum sesuai dengan kaidah-kaidah yang ramah
lingkungan. Hal ini memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat.
Penyakit yang diderita yaitu penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan,
diare, demam berdarah. Mengenai masalah tersebut pemerintah melakukan
penanganan sampah dengan cara mendaur ulang sampah namun belum
terealisasi.
Tabel 2.1
Penelitian yang relevan
No Nama
Peneliti
Judul Persamaan Perbedaan
1. Ni
Komang
Ayu
Artiningsi
h
(Tesis)
Peran Serta
Masyarakat dalam
Pengelolaan
Sampah Rumah
Tangga (Studi
Kasus Di
Sampangan dan
Jomblang, Kota
Semarang)
Persamaan
dengan penelitian
ini yaitu sama-
sama meneliti
tentang sampah.
Penelitian yang
sebelumnya meneliti
tentang peran,
namun penelitian
saya sekarang lebih
ke dampak sampah
2. Yohanes
Nanda
Setiawan
(Skripsi)
Pengelolaan
Sampah Berbasis
Masyarakat dengan
Program 3R
Reduce, Reuse,
Recycle (Suatu
Studi Evaluasi
Tentang
Pengelolaan
Sampah
Berdasarkan
Peraturan Menteri
Pu
No.21/Prt/M/2006
Di Kelurahan
Jember Kidul,
Kebonsari, Jember
Lor, Kabupaten
Jember)
Terletak pada
metode penelitian
kualitatif dan
Variabel
X(sampah).
Tidak mengkaji
pengelolaan sampah
berdasarkan
Peraturan Menteri
PU No.
21/Prt/M/20016
28
No Nama
Peneliti
Judul Persamaan Perbedaan
3. Siti
Khoiriyah
(Skripsi)
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Partisipasi
Masyarakat Dalam
Pengelolaan
Sampah 3R Di Rw.
II,III, dan V
Kelurahan
Sampangan Kota
Semarang.
Terletak pada
pengelolaan
sampah 3R.
Terletak pada
kajian faktor-
faktor yang
memengaruhi
masyarakat
sedangkan
penelitian peneliti
sekarang
mengkaji tentang
dampak nya.
Terletak pada kajian
faktor-faktor yang
memengaruhi
masyarakat
sedangkan penelitian
peneliti sekarang
mengkaji tentang
dampak nya.
4. Suzi Grace
Hilda
(Skripsi)
Analisis Dampak
Pengelolaan
Sampah Di TPA
Bakung
Terhadap
Kesehatan
Mayarakat
(Studi Kasus Warga
Rt. 01, Lk 03, TPA
Bakung, Kecamatan
Teluk Betung
Barat Bandar
Lampung)
Terletak pada
variabel x yaitu
dampak
pengelolaan
sampah.
Dampak terhadap
kesehatan dan
penelitian ini
dilakukan di TPA
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Tempat Pengolahan Sampah (TPS 3R)
Vipa Mas Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang, Kota
Tangerang Selatan.
Gambar 3.1
Peta Sebaran Sampel dan Lokasi Penelitian
30
2. Waktu Penelitian
Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan selama empat bulan
yaitu mulai bulan September sampai bulan Desember 2016. Adapun
rincian kegiatannya seperti terlihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Alokasi Waktu Penelitian
No Kegiatan BULAN
SEPT OKT NOV DES
1 Penyusunan
2 Observasi
3 Menentukan dan
Menyusun
Instrumen
Penelitian
4 Pengumpulan
Data
5 Analisis Data dan
Pengolahan Data
6 Penyusunan
Laporan
7 Bimbingan Akhir
Skripsi
8 Sidang Skripsi
B. Latar Penelitian (Setting)
Telah dipaparkan sebelumnya penelitian ini dilakukan di Tempat
Pengolahan Sampah (TPS 3R) Vipa Mas Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan
Pamulang, Kota Tangerang Selatan, alasan memilih tempat ini di karenakan
ada masyarakat terganggu oleh asap polusi dan suara mesin yang bising saat
pengolahan sampah semua itu berdampak terhadap masyarakat. Sehingga
penting untuk diteliti bagaimana hal ini bisa terjadi dan apa dampak dari hal
tersebut.
31
C. Metode Penelitian
Penelitian Kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang
mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara
benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis
data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.1
Metode penelitian kualitatif adalah meode penelitian yang digunakan
untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen), yaitu peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.2
Metode kualitatif ini sering disebut sebagai penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting). Selain
itu disebut juga sebagai metode Etnografi karena pada awalnya, metode ini
lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang Antropologi Budaya disebut
sebagai metode kualitatif juga karena data yang terkumpul dan analisisnya
bersifat kualitatif.3
Strauss dan Corbin dalam Afrizal juga mendifinisikan metode kualitatif
sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.4
Berdasarkan tujuan penelitian kualitatif, maka prosedur sampling yang
penting adalah bagaimana menemukan informasi kunci (key informant).
Orientasi mengenai responden adalah bukan berapa jumlah masyarakat yang
di jadikan responden tetapi apakah data yang terkumpul sudah mencukupi
atau belum. Sementara itu, untuk model penelitiannya penulis menggunakan
model grouded research.
Menurut Strauss dan Corbin penelitian grounded theory mempunyai
tujuan untuk mengembangankan teori yang dapat dipercayai dan
menjelaskan wilayah di bawah studi. Peneliti yang bekerja dalam tradisi
1 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Peneltian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2013), Cetakan Ke-5, h. 25.
2 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian,(Bandung: Pustaka Setia, 2008), Cet.I, h. 122.
3 Ibid
4 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian
Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Jakarta:Rajawali Pers, 2015), Cetakan ke-2, h. 12.
32
ini juga berharap teori-teori mereka akhirnya akan berhubungan dengan
teori-teori lainnya di dalam disiplin-disiplin yang mereka perhatikan
dalam suatu cara kumulatif, dan bahwa teori tersebut akan memiliki
implikasi yang bermanfaat.5
Dan adapun aspek-aspek alam grounded theory yaitu:
1) Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan sebuah teori
dengan menggunakan pendekatan “orientasi pengembangan”/
construct oriented (atau kategori)
2) Prosedur yang digunakan benar-benar didiskusikan dan
sistematik
3) Peneliti menyajikan model visual, diagram berkode dari teori
4) Bahasa dan kesannya ilmiah dan objektif tapi berhubungan
dengan topic yang sensitive secara mencolok.6
Gambar 3.1 Proses Penelitian Grounded (Stuart A. Schlegel)7
D. Populasi dan Sampel Penelitian
Kata populasi (population), juga disebut universum, universe dan
universe of discourse. Menurut Gregory (Djailani) secara lebih tajam
mengartikan populasi sebagai keseluruhan objek yang relevan dengan
masalah yang diteliti.8 Sedangkan menurut Beni populasi merupakan
keseluruhan sampel.9 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat Kelurahan Bambu Apus di Rw 06, 07 dan 04.
Konsep sampel dalam penelitian adalah bagian kecil dari anggota
populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili
5 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2008), h. 192.
6 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Peneltian Kualitatif, h. 35.
7 Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), Ed. 2, Cet 1, h. 81.
8 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Peneltian Kualitatif, h. 45-46.
9 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, h. 165.
Data
Uraian berdasarkan data
Analisis menjadi konsep dan
hipotesis bedasarkan data
Teori yang
menerangkan
data
33
populasinya secara representatif.10
Sedangkan menurut Sugioyono bahwa,
”sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”.11
Sampel menurut Suharsimi Arikunto adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data
dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk
menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan
sampel apabila kita bermaksud untuk meng-generalisasikan hasil penelitian
sampel.12
Subjek penelitian dalam pendekatan kualitatif dilakukan dengan teknik
purposive sampling, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu misalnya orang tersebut yang
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia
sebagai penguaa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi
obyek/situasi sosial yang diteliti.13
Jadi sampel dari penelitian ini yaitu terdiri
dari 9 masyarakat dari tiga kelurahan yaitu RW. 06, 07, dan 04.
E. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Sumber Data
Dalam penelitian ini menurut Beni Ahmad Saebani dan Kadar Nurjaman
bahwa ”pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta
fakta yang ditemukan pada saat penelitian dilapangan, oleh karena itu analisis
data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan
kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori”.14
Data
merupakan sebuah hal yang sangat penting dan menjadi dasar keabsahan atau
10 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Peneltian Kualitatif, h. 46.
11
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 117.
12
Suharsimi Akunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:PT Asdi
Mahasatya, 2006), cet.13 h. 131.
13
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitataif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 53-54.
14
Beni Ahmad Saebani dan Kadar Nurjaman, Manajemen Penelitian, ( Bandung: Penerbit CV.
Pustaka Setia, 2013), h. 148.
34
kevalidan dan kekuatan dalam penelitian. Data merupakan bahan yang belum
diolah atau dapat disebut juga bahan mentah yang berkaitan dengan fakta.
Sumber dan jenis-jenis data terbagi menjadi :
a) Data primer, yaitu data dari penelitian yang langsung dari sumber asli
(tidak melalui perantara). Data primer didapat melalui metode
wawancara dan pengamatan langsung (observasi). Data primer
penelitian ini diperoleh dari masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas.
b) Data sekunder, merupakan rujukan yang akan dipergunakan untuk
analisa kajian referensi, literatur dan standarisasi yang menyangkut
tentang dampak sampah terhadap masyarakat. Data sekunder penelitian
ini adalah data yang diperoleh dari data monografi Kelurahan Bambu
Apus, dan data tentang sampah diperoleh dari Dinas Kebersihan kota
Tangerang Selatan.
2. Teknik dan Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Pengumpulan data dapat dikumpulkan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Observasi
Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
observasi atau pengamatan, langkah ini digunakan demi melengkapi
data dengan cara survei langsung kemasyarakat lalu mengamati
lingkungan masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas. Menurut
Nasution dalam Sugiyono menyatakan bahwa, observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi.15
Observasi adalah pengamatan dan
15 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitataif, h. 64.
35
pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang
diselidiki.16
Observasi menurut Bungin adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya
selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan
kulit.17
Observasi ini dilakukan untuk melihat dan mengamati lebih
dekat apa yang terjadi di masyarakat terkait dampak dari tempat
pengolahan sampah secara langsung.
2) Wawancara
Setelah proses observasi atau pengamatan selesai, maka langkah
selanjutnya adalah kegiatan wawancara. Wawancara ini dilakukan
untuk menggali informasi lebih mendalam dari masyarakat yang
berada di sekitar PS 3R Vipa Mas. Menurut Esterberg dalam
Sugiyono wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga
dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu.18
Menurut Moloeng, wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
tersebut.19
Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan
pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa
pertanyaan informal. Wawancara penelitian lebih dari sekedar
percakapan dan berkisar dari informal ke formal.20
Dengan kata lain,
wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka
16 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), Cetakan keempat, h. 69.
17
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), Ed 1, Cet.3, h. 115.
18
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitataif, h. 72.
19
Haris Herdiyansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2012), h. 118. 20
Ibid, h. 160.
36
antara pewawancara dan yang diwawancarai tentang masalah yang
diteliti, dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap
dan pola pikir yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang
diteliti.21
Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui dampak apa
saja yang ditimbulkan dari keberadaan TPS 3R Vipa Mas dalam
lingkungan sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Bambu Apus
Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.
3) Dokumentasi
Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melakukan
pengumpulan data dengan metode dokumentasi tentang keadaan
sebenarnya yang ada di tempat penelitian guna tanda bukti yang sah
mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan. Dokumentasi dapat
berupa buku, artikel, media masa, foto, dan lainnya. Gottschalk
menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertiannya
yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas
jenis sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran,
atau arkeologis.22
Oleh karena itu, langkah terakhir penelitian akan dimulai dengan
pendokumentasian data-data dari narasumber yang berasal dari
masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas Kelurahan Bambu Apus.
4) Catatan Lapangan
Selain dokumentasi berupa rekaman suara, video, dan gambar,
peneliti juga dapat mencatat temuannya. Catatan lapangan merupakan
catatan yang ditulis secara rinci, cermat luas, dan mendalam yang
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan
peneliti.23
Dengan catatan lapangan maka peneliti dapat
21
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik , (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), Cet. 1, h.162.
22
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik,h. 175.
23
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Erlangga, 2009), h. 62.
37
mendeskripsikan tentang keadaan wilayah penelitian sehingga dapat
membantu peneliti dalam menganalisis data.
Nusa Putra berpendapat bahwa pada umumnya catatan lapangan
terdiri dari dua bagian. Pertama, catatan deskriptif berupa gambaran
rinci tentang lokasi, situasi, kejadian atau apa pun yang diamati oleh
peneliti. Kedua catatan reflektif adalah ruang bagi ekspresi kebebasan
peneliti untuk memberikan tanggapan secara logis maupun etis.24
Dengan catatan lapangan segala kegiatan yang dilakukan peneliti
dapat dideskripsikan dengan baik dan dapat membantu peneliti dalam
menganalisis tentang segala kegiatan yang berlangsung dalam
penelitian.
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Penelitian kualitatif dinyatkan absah apabila memiliki empat hal ini,
derajat keterpercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).25
1. Keterpercayaan Penelitian (Credibility atau Validitas Internal)
Kredibilitas adalah ukuran kebenaran data yang dikumpulkan, yang
menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian.26
Kriteria derajat kepercayaan (credibility) pada dasarnya menggantikan
konsep validitas dari kuantitatif.27
Kriteria ini melibatkan penetapan
hasil penelitian kualitatif adalah kredibel atau dapat dipercaya dari
perpektif partisipan dalam penelitian tersebut. Strategi untuk
meningkatkan kredibilitas data meliputi perpanjangan pengamatan,
ketekunan penelitian, triangulasi, diskusi teman sejawat, analisis kasus
negatif, dan memberchecking.28
2. Keteralihan (Transferability atau Validitas Eksternal)
24 Nusa Putra, Penelitian Kualitatif : Proses dan Aplikasi, (Jakarta : PT. Indeks, 2012), h. 122-
123. 25
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 164. 26
Ibid, h.165. 27
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 217. 28
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 80.
38
Dari sebuah perspektif kualitatif, transferabilitas adalah tanggung
jawab seseorang dalam melakukan generalisasi. Peneliti kualitatif
dapat meningkatkan transferabilitas dengan melakukan suatu pekerjaan
mendeskripsikan konteks penelitian dan asumsi-asumsi yang menjadi
sentral pada penelitian tersebut.29
Nasution mengatakan bahwa bagi
penelitian kualitatif, transferabilitas tergantung pada si pemakai yakni,
sampai manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam
konteks dalam situasi tertentu. Karena itu transferabilitas hasil
penelitian ini diserahkan kepada pemakainya.30
3. Kebergantungan (Dependability atau Reliabilitas)
Kebergantungan disebut juga audit kebergantungan menunjukkan
bahwa penelitian memiliki sifat ketaatan dengan menunjukkan
konsistensi dan stabilitas data atau temua yang dapat direflikasi.31
Pada
penelitian kualitatif bila diadakan dua atau beberapa kali pengulangan
dalam kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama, maka
dikatakan realibilitasnya tercapai.32
Secara esensial itu berhubungan
dengan apakah kita akan memperoleh hasil yang sama jika kita
melakukan pengamatan yang sama untuk kedua kalinya.33
4. Kepastian (Confirmability atau Objectivitas)
Kepastian atau audit kepastian yaitu bahwa data diperoleh dapat
dilacak kebenarannya dan sumber informannya jelas. Konfirmabilitas
berhubungan dengan objektivitas hasil penelitian. Penelitian dapat
dikatakan objektif apabila keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti
dan telah disepakati banyak orang.34
Terdapat sejumlah strategi untuk
meningkatkan konfirmabilitas. Peneliti dapat mendokumentasikan
29
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, h. 80. 30
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.165. 31
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 166. 32
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 217. 33
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, h. 80. 34
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 167.
39
prosedur untuk mengecek dan mengecek kembali seluruh data
penelitian.35
Selain keempat hal diatas, diketahui pula istilah triangulasi dalam
teknik pemeriksaan keabsahan data. Triangulasi merupakan istilah
yang dikenalkan oleh Denzin diambil dari peristilahan dunia navigasi
dan militer.36
Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat
kepercayaan (kredibilitas atau validitas) dan konsistensi (realibilitas)
data, serta bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data lapangan.37
Ada tiga macam triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik
atau metode, dan triangulasi waktu.
1. Triangulasi Sumber
Cara meningkatkan kepercayaan penelitian adalah dengan
mencari data sumber yang beragam yang masih terkait satu
sama lain.38
Triangulasi sumber adalah menggali kebenaran
informasi tertentu melalui berbagai sumber memperoleh
data.39
2. Triangulasi Teknik atau Metode
Triangulasi metode adalah usaha mengecek keabsahan
data atau mengecek keabsahan temuan penelitian.40
Untuk
menguji kredibilitas data dengan triangulasi teknik yaitu
mengecek data kepada sumber data yang sama dengan teknik
yang berbeda.41
3. Triangulasi Waktu
Peneliti dapat mengecek konsistensi, kedalaman dan
ketepatan atau kebenaran suatu data dengan melakukan
35
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, h. 81.
36
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h.217. 37
Ibid, h. 218. 38
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif , h. 170. 39
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, h. 219. 40
Ibid, 41
Djam’an dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 171.
40
triangulasi waktu. Menguji kredibilitas data dengan triangulasi
waktu dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada waktu
yang berbeda.42
G. Analisis Data
Setelah semua data yang diinginkan diperoleh, langkah selanjutnya
menggunakan data itu untuk penelitian. Data kemudian ditelaah dan
dianalisis, atau lebih dikenal dengan istilah analisis data. Menurut
Suharsimi analisis data adalah cara mengolah data yang telah terkumpul
untuk kemudian dapat memberikan interpretasi dan pengelolaan. 43
Analisis
data ini digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan.
Analisis data bertujuan untuk menyusun data dengan cara yang
bermakna sehingga dapat dipahami. Penganalisaan data merupakan suatu
proses yang dimulai sejak pengumpulan data di lapangan, kemudian data
yang terkumpul diperiksa kembali dan diklasifikasikan sehingga dapat
diolah untuk dapat dianalisis. Data yang dianalisis berdasarkan analisis
logika induktif yakni analisis yang bergerak dari hal-hal yang khusus atau
spesifik ke hal-hal yang lebih bersifat umum. Adapun teknik analisis data
yang peneliti gunakan adalah:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting serta dicari tema dan polanya.
Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya jika diperlukan. Proses reduksi data
dalam penelitian ini adalah merangkum hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi sesuai dengan rumusan masalah, fokus penelitian dan
pertanyaan penelitian. Selama proses tersebut berlangsung, peneliti
42
Ibid,
43
Suharismi Arikunto, Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineke
Cipta, 2006) cet 13 h.231.
41
menentukan hal pokok untuk disajikan. Melalui proses reduksi, maka
akan memperlihatkan sebuah data yang jelas dan terperinci.
2. Data Display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data atau penyajian data. Tahap penyajian data adalah
sebuah tahap lanjutan analisis di mana peneliti menyajikan temuan
penelitian berupa kategori atau pengelompokkan.44
Dalam penelitian
kualitatif, teknik penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat
dilakukan dalam berbagai bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya.45
3. Conclusion Drawing Atau Verification (Verifikasi)
Langkah ke tiga dalam penelitian kualitatif adalah penarikan
kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
untuk mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.46
Penarikan kesimpulan pada tahap akhir analisis data penelitian
Dampak keberadaan tempat pengolahan sampah TPS 3R Vipa Mas
terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Bambu
Apus, telah melalui dua proses sebelumnya sehingga kesimpulan
tersebut dapat menjawab rumusan masalah penelitian.
44
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian
Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, h. 179
45
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.219.
46
Ibid, h. 220.
42
Gambar 3.2
Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman47
47 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian
Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu, h.179.
Pengumpulan
Data
Reduksi Data Kesimpulan:
Penarikan
Penyajian
Data
43
Tabel 3.2
Kisi-kisi Pedoman Wawancara Penelitian Dampak Keberadaan Tempat
Pengolahan Sampah 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) Vipa Mas Terhadap
Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat.
No Variabel Indikator Pertanyaan No Item
1. Tempat
Pengolahan
Sampah
a. Mengetahui
definisi
sampah
Menurut anda sampah
itu apa?
1
b. Mengetahui
sumber-
sumber
sampah
Apakah anda
mengetahui sumber-
sumber sampah?
2
c. Mengetahui
jenis-jenis
sampah
Apakah anda
mengetahui jenis-jenis
sampah?
3
d. Mengetahui
bentuk sampah
Apakah anda
mengetahui bentuk-
bentuk sampah?
4
e. Mengetahui
faktor-faktor
yang
memengaruhi
jumlah sampah
1. Menurut anda faktor-
faktor apa saja yang
memengaruhi jumlah
sampah?
2. Menurut anda,
apakah jumlah
penduduk
memengaruhi jumlah
sampah?
3. Menurut anda,
apakah kebiasaan
masyarakat
memengaruhi jumlah
sampah?
4. Menurut anda,
apakah kemajuan
teknologi
memengaruhi jumlah
sampah?
5, 6, 7,8
44
f. Mengetahui
konsep
persampahan
kota
Tangerang
Selatan 3R
(Reduce,
Reuse, dan
Recycle)
1. Apa yang anda
ketahui tentang
konsep sampah di
kota tangerang
selatan?
2. Bagaimana menurut
anda tentang konsep
3R (Reduce, Reuse,
dan Recycle)?
9, 10
g. Mengetahui
cara
pengelolaan
sampah
Bagaimana anda
mengelola sampah?
11
h. Mengetahui
dampak
sampah?
Menurut anda, apakah
sampah itu memiliki
dampak yang sangat
berbahaya?
12
2. Lingkungan
Sosial
Ekonomi
Masyarakat
a. Mengetahui
definisi
lingkungan
sosial
1. Bagaimana kondisi
lingkungan
masyarakat setelah
adanya TPS 3R Vipa
Mas?
2. Adakah dampak
TPS 3R Vipa Mas
terhadap lingkungan
sosial yang terjadi di
masyarakat?
3. Setelah adanya TPS
3R ini, apakah
interaksi masyarakat
mengalami
perubahan?
4. Menurut anda,
adakah sikap
masyarakat yang
berubah menjadi
sangat peduli dengan
lingkungan
khususnya sampah
setelah adanya TPS
3R Vipa Mas ini?
13,14,15,
16
45
b. Mengetahui
definisi
ekonomi dan
aspek-aspek
ekonomi
masyarakat
1. Bagaimana kondisi
ekonomi masyarakat
di sekitar TPS 3R
Vipa Mas?
2. Adakah dampak TPS
3R Vipa Mas terhadap
ekonomi masyarakat?
3. Adakah masyarakat
yang bekerja di TPS
3R Vipa Mas?
4. Berapa penghasilan
masyarakat yang
bekerja di TPS 3R
Vipa Mas
17,18,19,20
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum Kelurahan Bambu Apus
a. Lokasi, Letak dan Luas Wilayah Penelitian
Kelurahan Bambu Apus merupakan salah satu kelurahan dari tujuh
kelurahan yang berada di Kecamatan Pamulang, secara geografis
terletak di antara 106°43'58.052"E - 6°19'29.808"S, luas Kelurahan
Bambu Apus ini 20,45 Ha dan sedangkan secara administratif
Kelurahan Bambu Apus terdiri dari 9 RW (5 RW perumahan dan 4 RW
perkampungan) dan 70 RT.
Wilayah Kelurahan Bambu Apus mempunyai batas administrasi
sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Serua Kecamatan
Ciputat.
- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pamulang Barat
Kecamatan Pamulang dan Kelurahan Cipayung Ciputat.
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pamulang Barat
Kecamatan Pamulang.
- Sebelah Barat berbatsan dengan Kelurahan Benda Baru Kecamatan
Pamulang.1
1 Data Monografi Kelurahan Bambu Apus 2016
47
Gambar 4.1
Peta Lokasi Penelitian Kelurahan Bambu Apus
b. Keadaan Iklim Daerah Penelitian
Iklim adalah perubahan nilai unsur-unsur cuaca (hari demi hari
dan bulan demi bulan) dalam jangka panjang di suatu wilayah.2
Klasifikasi Iklim Menurut Junghuhn :
Secara keseluruhan wilayah Kelurahan Bambu Apus dataran rendah dan
memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata
0-3% sedangkan ketinggian wilayah antara 0-30 m dpl. Menurut
Junghuhn pembagian daerah iklim dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Daerah panas/tropis, yaitu zone iklim yang berada pada ketinggian
antara 0 - 600 m dari permukaan laut. Suhu 26,3° - 22°C.
Tanamannya seperti padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet,
kelapa, dan cokelat.
2 Andri Noor Ardiansyah, Klimatologi Umum, (Tangerang Selatan : UIN Jakarta Press, 2013),
h. 71.
48
2) Daerah sedang, yaitu zone iklim yang berada pada ketingggian 600
- 1500 m dari permukaan laut. Suhu 22° - 17,1°C. Tanamannya
seperti padi, tembakau, teh, kopi, cokelat, kina, dan sayur-sayuran.
3) Daerah sejuk, yaitu zone iklim dengan tinggi tempat 1500 - 2500 m
dari permukaan laut. Suhu 17,1° - 11,1°C. Tanamannya seperti teh,
kopi, kina, dan sayur-sayuran.
4) Daerah dingin, yaitu zone iklim dengan tinggi tempat lebih dari
2500 m dari permukaan laut. Suhu 11,1° - 6,2°C. Tanamannya
tidak ada tanaman budidaya.3
Dilihat berdasarkan klasifikasi Junghun diatas, maka Kelurahan
Bambu Apus yang berada pada ketinggian 0 - 600 m dari permukaan
laut dan memiliki berkisar 26,3° - 22°C termasuk kedalam daerah
panas/tropis. Daerah panas atau tropis ini sangat cocok ditanami padi,
jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, dan cokelat. Tanaman-
tanaman tersebut pun banyak di tanam oleh masyarakat sekitar.
c. Keadaan Penduduk Kelurahan Bambu Apus
Kelurahan Bambu Apus yang saat ini memiliki luas 20,45 Ha
merupakan salah satu dari 7 Kelurahan yang ada di Kecamatan
Pamulang yang memiliki jarak dari pusat pemerintahan kecamatan yaitu
3,5 Km.
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kelurahan Bambu Apus
No. UMUR JENIS KELAMIN JUMLAH
Laki-laki Perempuan
1 0-4 Tahun 1,953 1,365 3,318
2 5-9 Tahun 1,195 1,183 2,378
3 10-14 Tahun 1,054 1,145 2,199
4 15-19 Tahun 981 1,098 2,079
5 20-24 Tahun 937 914 1,851
6 25-29 Tahun 1,249 1,254 2,503
3 Andri Noor Ardiansyah, Klimatologi Umum, h. 93
49
No. UMUR JENIS KELAMIN JUMLAH
Laki-laki Perempuan
7 30-34 Tahun 1,462 1,427 2,889
8 35-39 Tahun 1,318 1,315 2,633
9 40-44 Tahun 1,076 986 2,062
10 45-49 Tahun 776 720 1,496
11 50-54 Tahun 517 469 986
12 55-59 Tahun 382 314 696
13 60-64 Tahun 197 193 390
14 65Tahun keatas 343 339 682
JUMLAH 13,440 12,722 26,162
Sumber: Data Monografi Kelurahan Bambu Apus
Dari tabel di atas bahwa diketahui Kelurahan Bambu Apus
ini memiliki luas 20,45 Ha yang terdiri dari 9 RW (5 RW
perumahan dan 4 RW perkampungan) dan 70 RT jumlah penduduk
Kelurahan Bambu Apus ialah sebanyak 26,162 jiwa, dengan
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 13,440 jiwa, jumlah penduduk
perempuan 12,722 jiwa.
Dari Tabel di atas pun dapat menghasilkan perhitungan Sex
Ratio, Dependency Ratio dan Piramida Penduduk.
Sex ratio adalah angka yang menunjukkan perbandingan
antara penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan dalam
suatu wilayah atau negara. Sedangkan dependency ratio adalah
angka yang menunjukkan beban ketergantungan penduduk usia
produktif pada suatu wilayah. Adapun rumus dari Sex ratio
dependency ratio sebagai berikut:
Sex Ratio = jumlah penduduk laki-laki x 100
jumlah penduduk perempuan
Dependency = jumlah penduduk usia non produktif x 100
Ratio jumlah penduduk usia produktif
50
Adapun penghitungan dari Sex Ratio sebagai berikut:
SR = 13.440 x 100
12.722
= 105
Jadi setiap 100 orang perempuan terdapat 105 laki-laki
Adapun penghitungan dari Dependency Ratio sebagai berikut:
DR = 7.895+682 x 100
17.585
= 48
Jadi setiap 100 orang usia produktif menanggung beban 48 orang
penduduk non produktif.
Adapun piramida penduduk Kelurahan Bambu Apus Kecamatan
Pamulang Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2
Piramida Penduduk Kelurahan Bambu Apus
20 10 0 10 20
0-4 Tahun
10-14 Tahun
20-24 Tahun
30-34 Tahun
40-44 Tahun
50-54 Tahun
60-64 Tahun
persentase perempuan
persentase laki-laki
51
2. Karakteristik Informan
Berdasarkan Tehnik pengambilan sampel pada bab 3, peneliti
mendapatkan 9 orang informan dari 3 RW yang telah ditentukan dan
informan ini dipilih karena para nforman ini berhubungan langsung
dengan TPS 3R Vipa Mas. Adapun karakteristik para informan seperti
terlihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Karakteristik Informan
No Nama
Informan
Jenis
Kelamin
Alamat Status
1 Muhammad
Sanen
Laki-laki Jl. Mujair VI
RT.006/004
Ketua RW 004
2 Yedi Laki-laki Jl. Mujair III
RT.004/004
Ketua RT 004
3 Mawih Abdul
Azis
Laki-laki Jl. Mujair VI
RT.006/004
Tokoh
Masyarakat
4 Ria Agus Tedi Perempuan Villa Pamulang
Mas
RT.002/006
Istri Ketua RT
002
5 Imam Aulia Laki-laki Villa Pamulang
Mas
RT.002/006
Pengurus TPS
3R Vipa Mas
6 Hery Susilo Laki-laki Komplek
Departemen
Agama
RT.003007
Ketua RW 007
7 Eka Perempuan Villa Pamulang
Mas
RT.007/006
Masyarakat
sekaligua aktivis
Bank Sampah
Tangerang
Selatan
8 Hafni Perempuan Komplek
Departemen
Agama
RT.002007
Masyarakat
sekaligus aktivis
Bank Sampah
9 Sri Perempuan Komplek
Departemen
Agama
RT.002007
Masyarakat
sekaligus aktivis
Bank Sampah
52
Berdasarkan tabel di atas bahwa karakteristik infoman yaitu terdiri
dari empat perempuan dan lima laki-laki yang masing-masing informan
tiga orang perwakilan setiap RW nya.
B. Hasil Penelitian
Sampah merupakan sesuatu barang yang sudah tidak digunakan lagi
yang bisa mengganggu lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau
gangguan kelestarian lingkungan. Sampah ini pun memiliki begitu banyak
dampak terhadap masyarakat, sampah bisa merugikan dan juga bisa
menguntungakan bagi masyarakat. Hasil penelitian yang didapat oleh
penulis dari sembilan informan selaku masyarakat Kelurahan Bambu Apus
tentang Dampak Keberdaan Tempat Pengolahan Sampah 3R (Reduce,
Reuse, Recycle) Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat di
Kelurahan Bambu Apus seperti terlihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Observasi
No. Tanggal Kegiatan Keterangan
1. Hari ke-1 (21
November 2016)
Keadaan TPS 3R
Vipa Mas
Ada pekerja pengangkut sampah
sedang beristirahat dan ada juga
pekerja yang sedang
menurunkan sampah yang habis
di angkut dari masyarakat,
sementara itu banyak sampah
juga yang menumpuk.
53
No. Tanggal Kegiatan Keterangan
2. Hari ke-2 (23
November 2016)
Lingkungan Sosial
Ekonomi
masyarakat RW 04
Ada ibu-ibu yang sedang
menimbang sampah di bank
sampah, keadaan ekonomi
masyarakat ada yang belum
mampu, juga banyak masyarakat
yang sedang berkumpul.
3. Hari ke-3 (23
November 2016)
Lingkungan Sosial
Ekonomi
masyarakat RW 06
Lingkungannya tertata dan rapi,
dihari weekday biasanya sepi
karena kebanyakan
masyarakatnya kerja kantoran
karena di RW 06 ini merupakan
kawasan perumahan dan
keadaan ekonominya juga
menengah ke atas.
4. Hari ke- 4 (24
November 2016)
Lingkungan Sosial
Ekonomi
masyarakat RW 07
Lingkungannya tertata dan rapi,
masyarakatnya baik dan ramah,
keadaan ekonominya menengah
ke atas karena di RW 07 ini
kawasan perumahan atau
komplek Departemen Agama.
Dari hasil observasi di atas bahwa keadaan TPS 3R memiliki 10
pegawai yang mengangkut sampah dari masyarakat setiap harinya, yang
bekerja dari pukul 08.00-16.00 WIB. Sementara itu juga di TPS 3R
sampah mulai menumpuk yang disebabkan oleh rusaknya mesin
pencacah yang biasa digunakan untuk mengolah sampah menjadi
kompos.
Adapun keadaan lingkungan sosial ekonomi masyarakat di RW 04,
selain lingkungannya yang bersih dan nyaman mempengaruhi terhadap
prilaku masyarakatnya menjadi sering berkumpul dan mengadakan
gotong-royong dengan rutin, keadaan ekonomi masyarakat di RW 04
sangat beragam ada yang menengah ke atas, ke bawah dan cukup,
namun di RW 04 ini juga ada bank sampah yang dikelola oleh ibu-ibu.
54
Setelah melakukan pengamatan langsung di RW 04, peneliti juga
melakukannya di RW 06 keadaan lingkungan sosial ekonomi
masyarakatnya yaitu memang lingkungannya bersih dan tertata rapi,
tetapi interaksi di antara masyarakatnya kurang yang disebabkan oleh
kebanyakan masyarakat di RW ini kerja kantoran dan kawasan
perumahan jadi keadaan ekonominya pun menengah ke atas.
Kemudian peneliti juga mengamati langsung di RW 07 sama
dengan di RW 04 dan 06 lingkungannya tertata dan rapi, kebiasaan
masyarakat pun sangat bagus mengumpulkan barang-barang bekas untuk
di jual ke bank sampah yang ada di RW 07, keadaan ekonomi di RW 07
ini merupakan kawasan perumahan Departemen Agama jadi keadaan
ekonominya menengah ke atas.
1) Mengetahui Arti Sampah dan Tempat Pengolahan Sampah.
Berikut ini akan dipaparkan secara jelas hasil analisis transkrip
wawancara dan observasi peneliti terhadap sembilan informan, Imam
Aulia (Pengurus TPS 3R sekaligus masyarakat RW 06), Ria Agus Tedi
(Masyarakat RW 06), Eka (Masyarakat RW 06), Sri (Masyarakat RW
07), Hery Susilo (Ketua RW 07), Hafni (Masyarakat RW 07), Mawih
Abdul Azis (Masyarakat RW 04), Yedi (Masyarakat RW 04),
Muhammad Sanen (Ketua RW 04).
Dalam kaitannya dengan masyarakat mengetahui arti sampah dan
tempat pengolahan sampah, Bapak Imam Aulia sebagai salah satu
pengurus TPS 3R mengatakan hal sebagai berikut:
“Setiap manusia, setiap makhluk hidup yang diciptakan Allah
SWT semua itu pasti mengeluarkan sampah setiap hari, dan
sumber sampah itu ya bisa dari rumah tangga, dari warga sini
sampah dari kali-kali, sampah yang orang buang ke daerah sini.
Begitu pun dengan jenis sampah ya macam-macam yang saya tahu
iya dibagi dua sampah yang organik dan non organik. Sebagian
besar bentuk sampah disini padat 60% dari sampah rumah tangga
dan 40% dari alam..”4
4 Hasil Wawancara dengan Bapak Imam Aulia Rabu, 23 November 2016.
55
Berdasarkan apa yang dikatakan oleh Bapak Imam Aulia di atas,
pada kenyataan memang bahwa banyak orang yang bukan warga RW 06
membuang sampah secara sembarangan di tempat lahan kosong yang
ada di sekitar lingkungan RW 06, itu merupakan tambahan sumber
sampah yang mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah yang ada di
RW 06.
Peneliti juga mewawancarai Ibu Ria dalam kaitannya masyarakat
mengetahui arti sampah dan tempat pengolahan sampah mengatakan
sebagai berikut ini:
“Sampah adalah sisa-sisa barang yang sudah tidak terpakai, terus
tidak berguna, tidak bermanfaat jadi dibuang. Sumber sampah dari
sayuran, dari sesuatu yang kita makan-makanan ringan misalnya
bungkusnya kan jadi sampah tuh ya, terus makanan yang basi
mungkin yang sudah tidak termakan atau sisa, sampah rumah
tangga seperti bekas sabun yah, pasta gigi. Yang saya baru tau
sekarang-sekarang ini baru ngerti, kalo dulu kan belom, jadi ada
sampah kering itu seperti bungkus-bungkus plastik, plastik juga
kan yang kaya bungkus biskuit, ada juga sampah tapi juga kering
itu kaya bekas bungkus makanan. Kalo organik itu kan sisa-sisa
makanan yang bisa cepat terurai, kalau an organik seperti kardus-
kardus dan bisa di daur ulang. Ya sebagian besar yang saya lihat
disini kebanyakan sampah padat, paling kalau sampah cair nya
seperti bekas-bekas minyak goreng ya itu aja si sampah cairnya.”5
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ria di atas, bahwa sampah adalah
sesuatu yang tidak terpakai, tidak berguna, tidak bermanfaat jadi
dibuang, menurut peneliti hal ini sebagian besar benar namun adapula
sampah yang bisa dipergunakan lagi dan bahkan bisa menghasilkan
uang, contoh seperti sampah an organik kardus-kardus yang bisa
dikumpukan dan dijual.
Selanjutnya peneliti mewawancarai ibu Eka kaitannya masyarakat
mengetahui arti sampah dan tempat pengolahan sampah mengatakan
sebagai berikut ini:
“Kalau sampah itu yang sudah terbuang dan sudah tidak terpakai
lagi. Dan sumber sampah biasanya dari rumah tangga, terus
5 Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Rabu, 23 November 2016.
56
sampah-sampah di kantor sampah-sampah di sekolah. Kalau
sampah itu kan dibagi menjadi dua organik dan anorganik, kalau
kita bicara orang awam sama ibu-ibu itu biasanya kita bicaranya
sampah basah dan sampah kering, kalau sampah basah itu seperti
sampah rumah tangga sisa-sisa sayur, nasi basi, sedangkan kalau
sampah kering itu sampah yang tidak bisa hancur pada saat itu,
seperti plastik, botol aqua terus kertas, kayu. Dan ada juga sampah
kering yang dijual di bank sampah, kalau itu kan ada beberapa item
yang bisa dijual di bank sampah, kecuali seperti bungkus kopi,
pernik yang kecil-kecil gitu kan ga laku di bank sampah terus kalau
bungkus indomie pengepulnya ada yang terima dan juga yang ga,
ada tiga yang ga diterima di bank sampah yaitu, sterofoam,
pembalut dan pampers, itu yang akan dibuang ke tempat
pengolahan akhir dalam hal ini tpst yang memiliki mesin inselator.
Kalau di sekitar sini kebanyakan sampah padat daripada sampah
cair, karenakan mereka dari mana-mana belanja membawa sampah,
seperti kantong kresek, terus botol-botol minuman beling, terus
kertas, koran ya itu aja.6
Menurut penyataan Ibu Eka di atas, bahwa biasanya bicara kepada
ibu-ibu itu ada sampah basah dan sampah kering, dan biasanya sampah-
sampah kering bisa dijual di bank sampah kecuali seperi bungkus kopi
dan pernik kecil lainnya, karena biasanya bungkus kopi dan pernik kecil
lainnya digunakan kembali untuk membuat sebuah karya seperti hiasan
rumah, tas, gantungan kunci dan lain-lain.
Sementara itu peneliti mewawancara Ibu Sri selaku masyarakat dari
RW 07 mengatakan sebagai berikut:
“Sampah itu kan sesuatu yang harus dibuang, kalau sampah
dibuang sembarangan kan itu akan mencemari lingkungan,
makanya kan semuanya harus perduli dengan sampah. Sampah itu
menurut saya emang sesuatu yang harus diperhatikan tidak hanya
harus dibuang doang. Dan sampah itu ada dari sampah rumah
tangga. Jadi orang kan kadang ga sadar bahwa kaya bekas-bekas
pampers itu kan sampah, cuma kan kalo dipilah pilah dari sebelum
kita membuang ke penampungan kan masih bersih kalo masih
ditangan kita kan kaya daun, sayuran harusnya dari awal memang
harus sudah peduli dengan sampah-sampah ini. Disini saya harus
punya tiga tempat sampah satu sampah dapur yang basah, kedua
plastik-plastik yang tidak bisa di daur ulang yang harus dibuang,
ketiga semacam kardus-kardus, buku dan kertas yang tidak
6 Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum;at, 25 November 2016.
57
terpakai. Nah dari situ sudah harus dipilah-pilah dari rumah kita
sendiri. Nah kalo yang jenis kaya yang organik itu kan sesuatu
sampah yang harus diolah lagi. Kalau yang an organik itu kan
seperti plastik-plastik, botol dan lainnya harus dipisahkan. Kalau
gas, cair itu jarang kebanyakan si sampah-sampah dari dapur-dapur
itu sampah padat yang dari rumah tangga itu.7
Seperti yang dikatakan Ibu Sri di atas, bahwa sampah merupakan
suatu hal yang harus diperhatikan dan tidak harus dibuang saja, sampah
harus dipilah dari sumbernya yaitu rumah kita sendiri. Jadi sudah
seharusnya kita sebagai manusia benar-benar memperdulikan sampah
yang kita hasilkan sendiri.
Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua
RW 07 terkait masyarakat mengetahui arti sampah dan tempat
pengolahan sampah sebagai berikut:
“Sampah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi oleh orang lalu
dibuang. Kebanyakan kita sampah rumah tangga yah, sisa-sisa
sayuran. Ya kan kalo organik sampah yang gampang terurai dan
kalau an organik sebaliknya. Ya sebagian besar sampah yang
dihasilkan disekitar masyarakat sini si sampah padat yah, jarang
sampah cair apalagi gas.”8
Seperti yang dikatakan oleh Bapak Hery di atas, sampah adalah
sesuatu yang tidak dipergunakan lagi lalu dibuang, namun pada
kenyataannya pun sampah bisa dipergunakan kembali seperti sampah-
sampah organik sisa-sisa sayuran, nasi dan lainnya yang dihasilkan
sampah dapur bisa dijadikan kompos atau pupuk tanaman yang sangat
menguntungkan.
Sementara itu peneliti juga mewawancarai Ibu Hafni selaku ketua
bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut:
“Sisa buangan manusia yang di anggap kebanyakan masyarakat
tidak dipakai lagi padahal kan bukan begitu, sampah itu kan bisa
dimanfaatkan, memang sisaan buangan rumah tangga. Dan sumber
sampah ya dari kita manusia, ga ada yang lain, kalau sampah
7 Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016.
8 Hasil Wawancara dengan Bapak Heri Kamis, 24 November 2016.
58
dibuang oleh sekolompok orang atau pabrik pedagang itu kan
manusia juga. Ada sampah basah sampah kering, ada sampah yang
diolah menjadi pupuk contohnya sampah dapur bisa dijadikan
pupuk padat bisa dijadikan kompos cair, saya punya composternya.
Jadi kalau sampah keringkan ada yang bisa didaur ulang, ada
sampah kering yang berbahaya dan mengandung bahan beracun
kan istilahnya B3. Ya, sampah cair sebagian besar dihasilkan dari
industri, sampah yang kita hasilkan kan sebagian besar semua
sampah padat sampah yang berasal dari rumah tangga yah, nah
kalau sampah cair dan gas kan biasanya dihasilkan dari industri.”9
Seperti yang dipaparkan Ibu Hafni di atas, bahwa bukan hanya sisa
buangan manusia melainkan juga bisa dimanfaatkan. Dan pada
kenyataannya pun memang sampah masih bisa dimanfaatkan sebagai
bahan daur ulang misalnya. Selain itu menurut Ibu Hafni sampah
organik pun bisa bermanfaat dijadikan pupuk tanaman dan kompos cair
dengan cara memasukan sampah organik kedalam tong composter yang
diberi obat.
Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Mawih selaku salah
satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut:
“Ya kalau sampah kan limbah, limbah itu ada yang organik dan
non organik. Ya sampah itu kan dari rumah tangga, dapur ya
manusia pokonya itu semua sumber sampah, sampah itu kan ada
organik dan anorganik, kalau organik bisa jadi pupuk dan kompos.
Kalau disini semua saya lihat kebanyakan sampah padat ya seperti
sampah-sampah rumah tangga itu.”10
Seperti yang dipaparkan Bapak Mawih di atas, bahwa sampah
bersumber dari rumah tangga khususnya dapur manusia yang memiliki
dua macam organik dan non organik yang sebagian besar berbentuk
sampah padat juga dapat dijadikan pupuk dan kompos.
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Bapak Yedi terkait
masyarakat mengetahui arti sampah dan tempat pengolahan sampah
yang dipaparkan sebagai berikut:
9 Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis, 25 November 2016.
10
Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih Rabu, 23 November 2016.
59
“Sampah itu kalau menurut saya si, ya memang limbah rumah
tangga yang perlu dikelola juga. Dan kebanyakan si sampah rumah
tangga, sampah-sampah pohon, sebagaian besar dari sampah
rumah tangga ini kan sampah padat, kalau yang bentuk cair dan gas
si jarang atau bahkan ga ada kalo di masyarakat sekitar sini.”11
Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Yedi di atas, bahwa sampah
yaitu limbah rumah tangga yang perlu dikelola. Pada kenyataannya pun
memang cara pengelolaan yang ada di TPS 3R belum maksimal
dikarenkan mesin pencacah yang ada sering sekali mengalami
kerusakan, jadi terlihat bahwa sampah itu sangat menumpuk di TPS 3R.
Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Muhammad Sanen
selaku ketua RW 04 sampah yang dipaparkan sebagai berikut:
“Ya sampah itu limbah dan sumber sampah itu kan dari masyarakat
itu sendiri jenis sampah ada an organik itu bisa dipilah-pilah dan
organik itu ya bisa jadi pupuk tanaman. Bentuk sampah itu ada
banyak ada padat, cair dan gas juga, pada intinya si kalau disekitar
sini kebanyakan sampah-sampah padat atau sampah rumah
tangga”12
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
masyarakat memiliki pengetahuan yang baik tentang adanya tempat
pengolahan sampah yang berada disekitar lingkungan tempat tinggal
mereka. Pengetahuan ini didapat dari pengalaman, penglihatan sehari-
hari yang didapat dari warga dan sesuai dengan definisi sampah menurut
WHO (World Health Organization) yaitu sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang
dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya.13
11 Hasil Wawanara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016.
12
Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Sanen Rabu, 23 November 2016.
13
Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC,
2005), h. 111.
60
2) Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah.
Faktor utama yang paling mempengaruhi jumlah sampah menurut
Arif Sumantri adalah jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan
kepadatan penduduk, semakin meningkat aktivitas penduduk sampah
yang dihasilkan juga semakin banyak misalnya pada aktivitas
pembangunan, perdagangan, industri dan sebagainya.14
Tetapi juga
banyak faktor lainnya seperti musim, kebiasaan masyarakat, kemajuan
teknologi dan lain sebaginya.
Dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
sampah Bapak Imam Aulia selaku pengurus TPS 3R Vipa Mas sekaligus
masyarakat RW 06 memaparkannya sebagai berikut:
“Kalau faktor-faktornya itu tergantung dari kepala keluarganya,
jumlah penduduk, kelakuan masyarakatnya, dan teknologi sangat
diperlukan ga bisa pakai sistem yang lama karena kan mengurai
sampah kan lama karena orang di luar negeri dimana-mana semua
pasti pakai teknologi, selanjutnya musim juga mempengaruhi
kalau hujan itu kan sampah menjadi padat jadi berat terkena air,
nah itu kan dipilah-pilahnya jadi susah juga.”15
Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Imam di atas, bahwa begitu
banyak faktor yang mempengaruhi jumlah sampah diantaranya yaitu
jumlah penduduk, kelakuan masyarakat, teknologi, dan musim tentu
faktor-faktor itu sangat mempengaruhi karena jika suatu daerah dengan
jumlah penduduknya tinggi maka sampah yang dihasilkan pun akan
tinggi atau banyak, kelakuam masyarakat pun sama apabila kelakuannya
tidak perduli terhadap lingkungan tentunya mereka akan membuang
sampah sembarangan dan begitupun dengan teknologi yang dari zaman
ke zaman semakin canggih alat-alat elektronik semakin banyak itu juga
akan memepengaruhi bertambahnya jumlah sampah, selanjutnya yaitu
musim pun turut andil dalam mempengaruhi jumlah sampah.
14 Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013),
cet.2, h. 66
15
Hasil Wawancara dengan Bapak Imam Aulia Rabu, 23 November 2016.
61
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Ibu Ria selaku masyarakat
RW 06 yang memaparkannya sebagai berikut:
“Ya faktor yang memengaruhi jumlah sampah yang sebenarnya
menurut saya si penghasil sampah terbanyak itu sebenernya dari
rumah tangga yah, terutama dari ibu-ibunya, penghasil sampah
terbanyak itu dari ibu-ibu, kebiasaan membuang sampah
sembarangan juga. begitupun juga teknologi memengaruhi, karena
butuh mesin untuk mengubah sampah menjadi serpihan-serpihan
ya jadi tidak sepenuhnya membuang sampah ke TPA ya lumayan
mengurangilah ya walaupun sedikit. Selanjutnya kalau jumlah si ga
kenal musim yah, kalau jumlah sampah kan terus bertambah,
mungkin kalau musim lebih ke bau nya kali ya, kalau musim hujan
itu bau karena basah kan, angin juga.”16
Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Ria di atas, bahwa faktor yang
mempengaruhi jumlah sampah yaitu penghasil sampah itu sendiri dan
butuh teknologi untuk mengubah sampah menjadi serpihan-serpihan agar
tidak semua sampah tidak dibuang ke TPA, hal ini memang sangat
membantu untuk mengurangi beban tamping di TPA yang saat ini sudah
melebihi kapasitas.
Kemudian peniti juga mewawancarai Ibu Eka yang juga salah satu
masyarakat di RW 06 yang menjabarkan faktor-faktor yang memengaruhi
jumlah sampah yaitu sebagai berikut:
“Kalau menurut saya banyak faktornya yaitu saat ini mereka
kurang memahami cara memilah sampah, karena mereka berfikir
kalau bagi mereka ini seperti kehidupan di komplek saya lihat ya
cukup dengan membayar setiap bulan, ga mau taulah yang penting
saya sudah bayar tiap bulan terserah itu sampah mau diapain yang
penting rumah saya bersih gitu aja, jadi itulah yang agak sulit
mengubahnya. Dan kebiasaan juga masyarakat itu acuh dengan
keadaan membuang sampah sembarangan dimana ada tempat yang
kosong, disini ada tempat kosong sekalian lewat kan mereka,
waktu itu kali sebelah sana tadinya tuh tingginya hampir satu meter
lebih, sekarang udah penuh sampah, mungkin kalo di kerukin itu
bisa kelelepin orang, ya sekarang paling tinggal 50 cm, nah itulah
kurangnya kesadarannya. Selanjutnya teknologi, misalnya
teknologi untuk mengurangi sampah, ya memang si harus
dipikirkan seperti di negara-negara lain kan dipikirkan gitu loh.
16 Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Rabu, 23 November 2016.
62
Kemudian musim, musim hujan sampah akan basah dan lembab
dan menimbulkan aroma yang tidak enak juga yang menyangkut di
selokan itu bisa menyebabkan penumpukan sampah.”17
Seperti yang dijabarkan oleh Ibu Eka di atas, bahwa faktor utama
yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu mmasyarakat kurang mengerti
dalam memilah sampah, faktor musim juga sangat memepengaruhi
karena jika musim hujan tiba sampah akan lembab atau bahkan sampah-
sampah yang terbawa air yang akan menyangut di selokan yang akan
mengakibatkan menumpuknya sampah, hal ini memang membutuhkan
teknologi untuk mengurangi sampah dan ini tugas semua elemen
masyarakat maupun pemerintah untuk menemukan cara yang tepat
dalam mengurangi sampah dalam hal teknologi.
Sementara itu peneliti mewawancarai Ibu Sri selaku masyarakat dari
RW 07 mengatakan sebagai berikut:
“Yang memengaruhi itu antara lain jumlah penduduk, karena kan
sebagian besar sampah itu dihasilkan dari manusia itu sendiri atau
sampah-sampah rumah tangga khususnya, kadang kan orang ga
sadar maksudnya dari rumahan itu biasanya plastik kaya ya beli
makanan itu dengan menggunakan plastik dan kalau masyarakat
tidak tahu mana sampah yang bisa didaur ulang atau tidak itu kan
menyebabkan sampah menumpuk. Selanjutnya itu kadang musim
hujan sampah-sampah dari masyarakat yang buang sembarangan itu
pasti terbawa oleh air ke sungai dan lainnya itu pasti di ujungnya
akan menumpuk. Tingkat ekonomi masyarakat pun memengaruhi,
kalau ekonominya kelas menengah ke atas kan pasti akan sering
berbelanja dan sebagainya.”18
Seperti yang dikatakan Ibu Sri di atas, bahwa faktor yang
mempengaruhi jumlah sampah di antaranya yaitu jumlah penduduk,
musim dan tingkat ekonomi. Hal ini memang pada kenyataannya
terjadi ketika musim hujan tiba, sampah di selokan pasti akan
menumpuk itu disebabkan terbawa oleh air pada saat hujan begitu pun
dengan tingkat ekonomi jika masyarakat tingkat ekonominya tinggi,
17 Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum’at, 25 November 2016.
18
Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016
63
pasti akan sering berbelanja yang mengakibatkan bertambahnya
jumlah sampah .
Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua
RW 07 sebagai berikut:
“Ya tentunya, yaitu jumlah penduduk terutama pola hidup
masyarakat itu sendiri ya. Teknologi juga banyak memengaruhi
jumlah sampah seperti plastik yang dibuang begitu saja seperti
bekas kulkas, TV dan lainnya itu kan ada gabus putihnya itu kan
lama terurainya dan mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah.
Musim hujan pun sama bisa memengaruhi karena sampah jadi
basah aromanya jadi tercium.”19
Seperti yang dijelaskan Bapak Hery di atas, bahwa faktor yang
mempengaruhi jumlah sampah terutama yaitu pola hidup, jika
masyarakat memiliki pola hidup yang suka berbelanja pasti akan
mempengaruhi jumlah sampah yang ada di rumah, apalagi sekarang
teknologi yang semakin maju ada model TV atau kulkas baru pasti ingin
membelinya itu juga akan menambah sampah baru di rumah, belum lagi
musim hujan yang mengakibatkan sampah-sampah terbawa oleh air dan
menyebabkan sampah menjadi basah juga menimbulkan aroma yang
tidak enak, semua itu merupakan faktor penambah jumlah sampah.
Sementara itu peneliti juga mewawancarai Ibu Hafni selaku ketua
bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut:
“Kalau faktornya itu jika sampah tidak dikelola dengan baik, dan
tidak tahu bagaimana cara mengolah sampah untuk dikurangi,
ditekan, mulai dari rumah tangga dulu kan belajar milah sampah,
sampah basah sampah kering seandainya semua masyarakat semua
orang bisa memperlakukan sampah itu seperti niat kita beberapa
orang ini ingin melindungi lingkungan ingin mengurangi tumpukan
sampah di bak sampah, ingin mengurangi sampah di TPA sana
mengurangi beban kerja, jadi kita milah dulu dari rumah jadi yang
mempengaruhi itu ketidak perduliannya orang terhadap sampah
begitupun jumlah penduduknya, jadi gini kalau kita mengitung
jumlah jiwa yang ada di satu RT itu kan tergantung ada yang jumlah
jiwanya atau kepala keluarganya kecil dibanding RW lain kebetulan
paling sedikit RT nya jadi pengaruh ke jumlah jiwa. Kemajun
teknologi sekarang di TPS 3R adanya mesin untuk pengolah
19 Hasil Wawancara dengan Bapak Hery Susilo Kamis, 24 November 2016.
64
sampah terutama sampah plastik yah itu yang sulit hancur di muka
bumi kan disana dipilah lagi, ya untuk skala beberapa RW ini
membantulah untuk tidak membuang sampah ke TPA Cipeucang
sana. Keadaan sosial dalam suatu masyarakat itu selalu mengalami
perubahan, begitu juga ekonomi semakin tinggi taraf hidupnya
semakin banyak juga keperluan yang dibeli itulah semua itu bisa
memengaruhi jumlah sampah.20
Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Hafni di atas, bahwa faktor yang
mempengaruhi jumlah sampah yaitu manusia itu sendiri, yang belum
bisa mengelola sampah dengan baik, jumlah penduduk, kemajuan
teknologi semua itu sangat mempengaruhi dalam bertambahnya jumlah
sampah pada masyarakat. Jadi semua hal itu harus menjadi perhatian
agar sampah tidak terus bertambah dan menumpuk.
Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Mawih selaku salah
satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut:
“Faktor jumlah sampah sebenernya kalau dikelola benar dari
penduduk bisa ditangani secara benar, tapi sekarang ini
kebanyakan sampah yang liar yang jadi menumpuk, kadang orang
naik motor buang sampah sembarangan asal lempar. tapi kalau
disini kan masih perkampungan tidak menghasilkan sampah terlalu
banyak seperti di perumahan, umpamanya masih bisa langsung
dibakar kalau sampahnya benar-benar kering, tapi kan kalau yang
berpenyakit itu kan sampah basah ya itu mesti ditangani secara
serius karena gabisa dibakar, tapi kalau sepengetahuan saya disini
Alhamdulillah ya walaupun belum 100% ditangani oleh TPS, kalo
dibakar bukan asap jadinya api kan yang penyakit itu asap yang
basah. Faktor teknologi, sekarang aja kan bentuk kemasan
makanan jarang yang yang bisa didaur ulang gabisa diurai itu
sudah berpengaruh secara teknologi dan pengolahannya pun harus
secara teknologi juga. Faktor selanjutnya yaitu musim hujan itu
sampah mengikuti arus air kan dan sampah menjadi berat karena
basah.”21
Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Mawih di atas, bahwa faktor
yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu kurang maksimalnya
pengelolaan sampah dari masyarakat sendiri, jadi kebanyakan
20 Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis, 25 November 2016.
21
Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih Rabu, 23 November 2016.
65
masyarakat membuang sampah asal saja langsung buang ke lahan yang
kosong, padahal itu sangat mempengaruhi bertambahnya jumlah
sampah. Dan faktor teknologi pun sangat mempengaruhi karena
sekarang banyak bentuk kemasan makanan yang sulit terurai dan itu juga
membutuhkan teknologi juga untuk bisa mengolah sampah-sampah yang
seperti itu.
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Bapak Yedi yang
dipaparkan sebagai berikut:
“Pertama yang memengaruhi yaitu jumlah penduduk karena kan
setiap orang pasti menghasilkan sampah. Kalau di TPS 3R itu ada
mesin, mesin juga suatu teknologi yak an, ya itu sangat
mempengaruhi untuk mengurangi jumlah sampah yang ada. Musim
juga jelas memengaruhi, kebanyakan kalau musim hujan ya
sampahnya semakin berantakan dah bau kemana-mana.”22
Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Yedi di atas, bahwa memang
jumlah penduduk mempengaruhi bertambahnya jumlah sampah, dan
faktor musim pun turut mempengaruhi jumlah sampah memang jika
hujan tiba sampah bisa berantakan yang disebabkan oleh ari hujan yang
turun, tetapi jika pengolahan sampah ditangani dengan baik dan
menggunakan teknologi secara benar pasti sampah tidak akan
menumpuk terus-menerus.
Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Muhammad Sanen
selaku ketua RW 04 terkait faktor-faktor yang memengaruhi jumlah
sampah yang dipaparkan sebagai berikut:
“Tentu faktornya yaitu jumlah penduduk, sekarang mayoritas
penduduk di RW 04 sekitar 5000an itu kan akan menghasilkan
sampah yang banyak terus sekarang kan musim hujan ini juga bisa
memengaruhi jumlah sampah, contonya kan ada air sampah menjadi
basah dan menupuk diselokan.”23
22 Hasil Wawancara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016
23
Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Sanen Rabu, 23 November 2016
66
Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
menurut masyarakat faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sampah
yaitu, adanya pertumbuhan penduduk setiap RW berbeda ini menjadikan
jumlah penduduk bertambah dan jumlah sampah pun akan terus
bertambah, kebiasaan masyarakat yang membuang sampah sembarangan
ini sikap masyarakat yang tidak perduli dengan lingkungan, belum
pahamnya masyarakat dalam mengelola atau mengolah sampah yang
dihasilkan, jadi perlunya diadakan sosialisasi mengenai pemilahan
sampah organik dan an organik maupun antara sampah basah dan
sampah kering dan kemajuan teknologi yang ikut andil memengaruhinya
dengan teknologi dari zaman ke zaman yang semakin maju ini akan
menambah jumlah sampah begitupun dengan musim yang tidak menentu
juga mempengaruhi bertambahnya jumlah sampah terlebih lagi jika
hujan sampah akan terbawa air dan tersangkut di selokan dan akan
menumpuk.
3) Pengetahuan Masyarakat Terhadap Konsep Pengolahan Sampah di
Tangerang Selatan dan Bahaya Sampah
Dalam kaitannya dengan pengetahuan masyarakat terhadap konsep
pengolahan sampah di Tangerang Selatan dan bahaya sampah, peneliti
mewawancarai Bapak Imam Aulia sebagai salah satu pengurus TPS 3R
mengatakan hal sebagai berikut:
“Jadi, kebetulan saya pendiri di sini (TPS 3R) jadi awal berdirinya
TPS 3R ini karena, sejarahnya tahun 2007 ada kejadian di Bandung
tertimpah longsor yang meninggal sekitar 100 orang lebih, setelah
itu baru pemerintah pusat Kementrian PU mengusulkan ke
pemerintahan mengeluarkan Undang-Undang bahwa tidak boleh
lagi sampah yang dari rumah tangga itu di angkut oleh truk di
buang langsung ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tapi harus
dipilah-pilah, makanya tahun 2008 itu Undang-Undang No. 18
Tahun 2008 bersamaan itu keluarlah Undang-Undang tentang TPS
3R. Heeemm, kalo berbicara efektif konsep 3R ini ya tergantung
petugasnya, penerapannya SOP nya dari tiap-tiap TPS 3R berjalan
baru dah efektif, karena peraturan dari pemerintah mengatakan
bahwa maksimal 20-30% itu residu yang harus dibuang. Saya
67
pribadi di keluarga ya mengolah sampah denga cara memisahkan
sampah yang basah dan kering setelah itu kita pilah juga.”24
Seperti yang dikatakan Bapak Imam di atas, bahwa dari sejarah
dikeluarkannya Undang-Undang tentang pengelolaan sampah No. 18
Tahun 2008 itu bersamaan dengan dikeluarkannya juga Undang-Undang
tentang tempat pengolahan sampah 3R (reduce, reuse, recycle), hal ini
juga sesuai apa yang sekarang menjadi program kerja DKPP (Dinas
Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman) Kota Tangerang Selatan
dengan membentuk TPS 3R disetiap kelurahan agar sampah tidak terus
menumpuk dengan cepat di TPA Cipeucang yang merupakan tempat
pembuangan akhir sampah yang dimiliki Kota Tangerang Selatan saat
ini.
Peneliti juga mewawancarai Ibu Ria yang mengatakan sebagai
berikut ini:
“Konsep pengolahan sampah yang ada di Tangerang selatan yang
saya tahu itu 3R ini ya, saya taunya Reuse yah memakai kembali,
saya lebih tau itu, seperti memanfaatkan bekas galon galon dan
botol beling untuk dimainkan menjadi alat musik. Berbicara sudah
efektif atau belum kalau menurut saya si belum sepenuhnya yah,
saya pun dalam mengolah sampah di rumah itu dengan cara
memisahkan yang basah dan kering. Kemarin juga saya ikut dalam
acara sosialisasi, sampah itu bertambah terus yah, semakin
berbahaya apalagi plastik, belum bisa mengikuti negara luar, kalau
disana kan kalo belanja udah tidak menggunakan plastik,
melainkan pakai kantong yang dari bahan daur ulang.”25
Seperti yang dikatakan Ibu Ria di atas, bahwa menggunakan konsep
3R yang sarankan oleh pemerintah kota melalui TPS 3R yang ada di RW
06 ini sangat baik, Ibu Ria pun sudah mulai menerapkan konsep 3R dari
rumahnya sendiri, tentu hal inilah yang harus dicontoh oleh masyarakat
yang lain, sehingga program pemerintah melalui TPS 3R yang ada
24 Hasil Wawancara dengan Bapak Imam Aulia Rabu, 23 November 2016.
25
Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Rabu, 23 November 2016
68
disetiap kelurahan berjalan selaras dan akan tercapai tujuan dari
pemerintahnya.
Selanjutnya peneliti mewawancarai ibu Eka yang mengatakan
sebagai berikut ini:
“Terkait dengan konsep pengolahan sampah yang ada di Tangerang
Selatan kita ini, kalau yang sedang kita lakukan sekarang ini yaitu
reuse menggunakan kembali, seperti bekas minyak goreng itu bisa
kita jadikan pot untuk kegiatan urban farming terus kalau recycle
kita bisa membuat tas, tempat tisu, dari plastik-plastik bekas kopi.
Sampah itu kan kalau dibiarkan akan berbahaya ya ya pasti karena
sampah kan ada tiga hal yang tidak bisa dilakukan pertama sampah
itu tidak boleh dibuang sembarangan, kedua sampah itu tidak boleh
dibakar karena kalau dibakar itu akan memengaruhi udara disekitar
kita, karena kan kita menghirup udara itu akan tercemar, ketiga
sampah itu tidak boleh dikubur karena akan memengaruhi sumber
mata air dan merusak tanah.”26
Seperti yang dikatakan Ibu Eka di atas, bahwa konsep pengolahan
sampah yang ada di Kota Tangerang Selatan ini memang sedang
dijalankan oleh Ibu Eka dari rumahnya sendiri, dengan cara
menggunakan kembali sampah seperti bekas minyak goreng yang bisa
dijadikan sebagi pot tanaman, mendaur ulang seperti membuat sebuah
karya yang bernilai. Pada kenyataannya memang sudah melakukan dari
konsep 3R (reduce, reuse, recycle) yang merupakan program dari
pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Sementara itu peneliti mewawancara Ibu Sri selaku masyarakat dari
RW 07 mengatakan sebagai berikut:
“Ya memilah, menggunakan kembali dan mendaur ulang sejak dari
dapur sendiri, dan setiap 3 minggu sekali diadakan penimbangan
sampah di bank sampah. Alhamdulillah sudah ya khususnya RW
kita yah, cuma mungkin ada karena ada yang belom ikut bank
sampah mungkin ada yang belum memakai atau melaksanakan 3R
ini. Kalau di kelurahan kita ini ya sebagian besar sudah
melaksanakan 3R ini. Kalau saya si kaya yang dari dapur, kaya
bekas-bekas masakan itu kan saya buang ke kebon karena saya ada
kebon karenakan kalau sisa masakan itu akan terurai sendiri, kalau
kertas-kertas yang bisa di daur ulang ya saya kumpulin, botol-botol
26 Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum’at, 25 November 2016.
69
juga untuk saya timbang di bank sampah. Kalau menurut saya, ya
bahaya kalau tidak dikelola, soalnya kan bumi kan lama lama
penuh dengan sampah.27
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Sri di atas, bahwa konsep
pengolahan sampah yang ada di Kota Tangerang Selatan yaitu 3R
(reduce, reuse, recycle) sudah banyak masyarakat yang melaksanakan
karena di RW 06 ini bank sampahnya aktif jadi masyarakat sudah
melakukan konsep 3R setelah adanya TPS 3R Vipa Mas dan
membentuk bank sampah.
Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua
RW 07 sebagai berikut:
“Terkait konsep pengolahan sampah di Tangerang Selatan ini
menurut saya ya sudah bagus, tinggal kita sebagai warga apa
namanya ya memahami tentang itu dan saling bekerjasama. Dan
menurut saya belum mencapai 50% efektif terutama untuk di bank
sampahnya dan masih ada warga yang memandang bahwa kalau
kita mengumpulkan sampah jadi kaya pemulung kita ada dari DKPP
di kasih tong composter untuk menghasilkan pupuk cair, sampah-
sampah dapur, daun-daun dimasukan ke tong composter nanti akan
menghasilkan air lindi namanya itu untuk pupuk yang sebelumnya
dikasih obat atau terasi dan air gula untuk mempercepat
pembusukan dan menghasilkan air lindi yang dimanfaatkan untuk
pupuk. Saya berfikir kalau sampah dimana-mana kan pastinya
menimbulkan pencemaran, pencemaran air, aroma, bisa timbul
penyakit juga kan itu bisa menyebabkan bahaya bagi masyarakat itu
sendiri.”28
Seperti yang dikatakan Bapak Hery di atas, bahwa konsep
pengolahan sampah sudah berjalan namun belum mencapai 50% di RW
07 terutama di bank sampahnya, hal ini memang menjadi tanggung
jawab yang berat bagi ketua RW untuk selalu mengingatkan warganya
agar bisa melakukan konsep pengolahan sampah 3R dan dari pemerintah
pun harus sering atau secara merata melakukan sosialisasi lagi tentang
27 Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016.
28
Hasil Wawancara dengan Bapak Hery Susilo Kamis, 24 November 2016.
70
konsep pengolahan 3R agar masyarakat segera sadar bahwa sampah
memang memerlukan perhatian yang khusus.
Sementara itu peneliti juga mewawancarai Ibu Hafni selaku ketua
bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut:
“Mengenai konsep sampah yang ada di Tangerang Selatan ini dan
yang saya ketahui adalah pengolahan sampah secara terpadu.
Biasanya si saya di rumah membiasakan memilah sampah organik
dan an organik oleh karena itu sampah kan kalau dibiarkan dan
tidak ada yang perduli akan menimbulkan dampak dan
berbahaya.”29
Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Hafni di atas, bahwa konsep
pengolahan sampah di Tangerang Selatan dilakukan secara terpadu
dengan membiasakan memilah sampah organik dan an organik, dengan
memilah atau memisahkan antara sampah organik dan an organik secara
tidak langsung telah melakukan proses konsep pengolahan sampah 3R.
Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Mawih selaku salah
satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut:
“Ya konsep 3R itu kalau menurut saya kalau yang organik dibuat
pupuk dan yang non organik sudah menjadi keuntungan pengelola.
mungkin. Sampah yang tidak dikelola kan nantinya bisa berbahaya
kalau didiamkan saja akan berdampak banyak bagi masyarakat.”30
Seperti yang dipaparkan oleh Bapak Mawih di atas, bahwa konsep
3R kalau yang organik dibuat pupuk dan yang non organik sudah
menjadi keuntungan pengelola, namun hal ini memang terjadi, tetapi
tidak hanya TPS saja yang bekerja masyarakatnya pun harus saling
bekerja sama dalam menjaga lingkungan dengan tidak membuang
sampah sembarangan dan melaksanakan konsep pengolahan sampah 3R.
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Bapak Yedi yang
mengatakan sebagai berikut:
“Ya kalau memang bisa dikelola dan bermanfaat menurut saya si ya
bagus-bagus aja dan menurut saya si kalau mengurangi ya sudah ga
29 Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis, 24 November 2016.
30
Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih Rabu, 23 November 2016.
71
masalah si, harus ada perbaikan juga pada sistemnya, mungkin
masih banyak kendala gatau juga dah. Saya kalau mengolah sampah
seperti biasa sampah saya kumpulkan, nanti ada petugas yang
ngambilin setiap dua atau tiga hari sekali, mengenai mengolah
sampah kalau dibiarkan tidak kita kelola pasti bisa berdampak
terhadap kesehatan juga.”31
Seperti yang dikatakan Bapak Yedi di atas, bahwa konsep
pengolahan sampah sudah bagus hanya sedikit perlu perbaikan pada
sistemnya saja namun Bapak Yedi belum melaksanakan konsep 3R
tersebut dari rumahnya sendiri hanya melihat di TPS 3R Vipa Mas yang
menggunakan konsep 3R.
Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Muhammad Sanen
selaku ketua RW 04 terkait konsep sampah di Tangerang Selatan dan
bahaya sampah yang dipaparkan sebagai berikut:
“Konsep sampah 3R ini kan seharusnya dijalankan oleh masyarakat
dan dari DKPP pun sudah mensosialisasikannya kerpada
masyarakat, untuk memilah sampah dari rumah kita sendiri Iya
menurut saya sudah efektiflah kira-kira baru 50% Ya kalo saya si
sediakan bak sampah aja di depan rumah, nanti ada petugas yang
ngangkut ke TPS, apabila dibiarkan menumpuk kan sampah juga
akan berdampak dari segi kesehatan, udara, lingkungan. Yang
paling berat kan sampah organik kan bau nya kemana-mana.”32
Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan masyarakat mengenai konsep pengolahan sampah yang ada
di Kota Tangerang Selatan cukup baik dikarenakan dari setiap RW
maupun RT sering mengadakan sosialisasi terkait Tempat Pengolahan
Sampah Vipa Mas dan sudah banyak yang menjalankan konsep 3R
(reduce, reuse, recycle) mulai dari rumahnya sendiri.
31 Hasil awancara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016.
32
Hasil Wawancara dengan Bapak Muhammad Sanen Rabu, 23 November 2016.
72
4) Dampak Adanya TPS 3R Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial
Ekonomi Masyarakat.
Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu
aktivitas.33
Dampak yang dapat ditimbulkan ada dua macam, ada
dampak langsung dan dampak tak langsung. Dampak langsung artinya
dapat langsung dirasakan sedangkan dampak tak langsung yaitu
dampaknya dapat dirasakan setelah selang beberapa waktu.
Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse, recycle) melakukan
kegiatan di daerah Kelurahan Bambu Apus juga memiliki dampak
terhadap masayarakat. Di antara dampak yang dirasakan oleh
masyarakat yang paling terasa yakni dampak terhadap lingkungan, dan
langsung dirasakan oleh masyarakat sendiri.
Dalam kaitannya dengan dampak adanya TPS 3R Vipa Mas
terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat, Bapak Imam Aulia
sebagai salah satu pengurus TPS 3R mengatakan hal sebagai berikut:
“Sebelum ini jadi TPS 3R ini tempat penampungan sampah
sementara, sampahnya pun hingga setinggi hangar atau atap itu,
karena kita tidak kelola orang-orang dari luar masyarakat RW 06
buang kesini semua awal kita membentuk TPS 3R ini ada pro dan
kontra, ya kita dengan niat yang baik dan tulus karena kalau sampah
ini tidak kita pilah dari awal sampah rumah tangganya kasihan
nantinya di TPA Cipeucang. Walaupun pro dan kontra terjadi
berkali-kali, dan masyarakat yang pendidikannya tinggi pun kalau
disekitar rumahnya ada tempat penampungan sampah ini mereka
tidak terima. Dan lingkungan sosial disini pun ada perubahan karena
kan kita ada perkumpulan bank sampah, pengaruhnya juga yang
tadinya cuek, tapi sekarang kalau ada yang buang sampah
sembarang ada yang liat langsung di tegur oleh warga. Mengenai
ekonomi kalau disini kan komplek yah, jadi ya ekonominya kelas
menengah. Dampak ekonominya pun ada kebetulan kan disini juga
ada bank sampahnya, bank sampahnya kebanyakan dikelola oleh
rata-rata ibu-ibu RT nya, jadi ya itu ekonomi sosialnya jalan.”34
33 Jean Anggraini, “Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan
Lingkungan (Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II Kelurahan Pondok Petir Rw:09)”, Skripsi,
pada Sarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, h, 18.
34
Hasil Wawancara dengan Bapak Imam Aulia Rabu, 23 November 2016.
73
Peneliti juga mewawancarai Ibu Ria dalam kaitannya dengan
dampak adanya TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi
masyarakat mengatakan sebagai berikut ini:
“Dampak terhadap lingkungan disini lebih bersih jadi ga ada bau
sampah, lebih rapih dan teratur, karena kan sebelum adanya TPS
3R hanya tempat pembuangan sampah liar yang dibuang sama
orang yang bahkan bukan masyarakat sini. Bahkan lingkungan
sosial masyarakat pun ada perubahan ada si sebagian masyarakat
yang mengunjungi TPS 3R, juga perubahan karena memang masih
kebanyakan yang cuek dan kurang perduli dengan sampah masih
banyak yang kurang peduli, tapi ada juga yang sudah mulai care
sama lingkungannya ya mungkin bertahaplah ya, kalau kaya itu
kan harus rajin-rajin dan cerewet buat mengajak yang lainnya.
Kalau kondisi ekonomi masyarakat disini si rata-rata sudah
menengah ke atas tetapi sedikit berdampak karena kan ada bank
sampah, ya emang ga seberapa dari hasil sampah yang
dikumpulkan dan ditimbang, tapi lumayan buat jajan jajan,
ditabung.”35
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ria di atas, bahwa dengan adanya
TPS 3R lingkungan menjadi lebih bersih dan teratur, lingkungan
sosialnya pun bahkan berubah masyarakat sering mengadakan
pertemuan membuat sebuah karya di bank sampah, jadi masyarakat pun
lebih perduli dengan lingkungannya. Dari segi ekonominya juga
berdampak baik bagi masyarakat yang ikut dalam bank sampah yang
terbentuk dari adanya TPS 3R bisa memilah sampah yang bisa
ditimbang dan menghasilkan uang di bank sampah setiap dua minggu
nya.
Selanjutnya peneliti mewawancarai ibu Eka mengatakan sebagai
berikut ini:
“Mengenai dampak terhadap lingkungan kalau disini lingkungan
menjadi tertata yah dengan adanya tempat pengolahan sampah,
karena sampah rumah tangga di angkut ke tempat pengolahan
sampah bukan tempat pembuangan sampah karena ada 3R nya,
disitu sampah dibuang nanti dipilah, dipilah-pilah misalnya ada
35 Hasil Wawancara dengan Ibu Ria Jum’at, 25 November 2016.
74
botol, plastik nanti dipilah uangnya buat mereka-mereka yang
milahnya itu, insentiflah buat mereka kan lumayan juga, nah
kebetulan kemarin itu kan mesin inselator itu lagi diperbaiki jadi
belum ada kegiatan pembakaran sampah, kita udah dapat sertifikasi
dari lingkungan hidup dan boleh dibakar, karena udah beberapa
bulan ini mesin sedang diperbaiki ya jadi kelihatankan sampahnya
jadi menumpuk dan akan dibuang ke TPA sebelumnya kita
gapernah membuang sampah ke TPA karena kan kita pilah dan olah
sampah-sampah yang ada. Dampaknya mereka senang, karena TPS
kita ini dibangun dengan sedemikian rupa, image mereka itu baik
karena disana kita juga menanam, tidak hanya sampah saja disana
juga kita menanamkan edukasi buat masyarakat semacam menanam
pepaya, duren, kangkung yang juga boleh diambil oleh masyarakat
sekitar TPS 3R. Dampak terhadap lingkungan sosialnya ya mereka
juga sering datang ke TPS 3R dan melihat apa saja kegiatan-
kegiatannya dan apa yang dihasilkan dari sampah semua masyarakat
disekitar TPS 3R, jadi kita mengenalkan juga pada mereka bahwa
sampah ini jangan dimusuhi. Disini si ekonominya menengah ke
atas paling yang ikut-ikut bank sampah itu juga bank sampah dari 8
RT cuma 6 yang aktif.”36
Seperti yang dikatakan Ibu Eka di atas, bahwa dampak adanya TPS
3R terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat sangat baik, karena
lingkungan menjadi tertata, masyarakat jadi sering berkumpul di TPS 3R
saling berbagi ilmu dan sampah juga jangan dimusuhi, dampak ekonomi
terhadap masyarakat disekitar RW 06 ini hanya yang aktif dalam bank
sampah saja yang sering dilakukan di TPS 3R.
Sementara itu peneliti mewawancara Ibu Sri selaku masyarakat dari
RW 07 mengatakan sebagai berikut:
“Alhamdulillah dampaknya ada dan baik, mereka kan selama ini ga
paham jadi setelah ada ini ya jadi paham, ikut andil dalam menjaga
lingkungan. Yakan buangnya jadi tidak sembarangan lagi ya jadi
setiap penimbangan itu kan kita kumpul jadi kita paham, ooh ini
yang gabisa di daur ulang ooh ini yang bisa didaur ulang jadi kan
mereka saling memberi dan menambah ilmu pengetahuan satu sama
lainnya. Sikap masyarakat pun menurut saya sekarang malah sangat
peduli lah, karena mereka sudah tau, kalau dulu kan mereka gatau
dan tidak bisa disalahkan. Kondisi ekonomi Alhamdulillah si kalau
masyarakat disini si sudah bagus. Dampaknya pun dirasakan, kan
mereka setiap bulannya nabung dari hasil sampah-sampah yang
36 Hasil Wawancara dengan Ibu Eka Jum’at, 25 November 2016.
75
ditimbang setiap tiga bulan sekali bisa diambil atau enam bulan
sekali terserah mereka, nah dari situ penghasilannya kan bertambah.
dan kalau yang punya warung itu akan lebih besar dan banyak
menghasilkan sampahnya jadi timbangannya pun besar hasilnya
tergantung dari sampahnya yang ditimbang bisa 10.000 sampai
20.000.”37
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Sri di atas, bahwa dari adanya TPS
3R memberikan dampak yang baik terhadap lingkungan sosial maupun
ekonominya, karena dengan adanya TPS 3R terbentuknya bank sampah
yang ada di setiap RW nya dan itu membantu memberikan pengetahuan-
pengetahuan tentang sampah, tentang cara memilah sampah yang akan
dijual di bank sampah, intearaksi masyarakat meningkat dengan saling
bertukar pengetahuan tentang sampah, hasil dari pengumpulan
sampahnya dijual di bank sampah bisa menghasilkan uang sekitar
10.000-20.000 per bulannya tergantung banyaknya sampah yang
ditimbang.
Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak Hery Susilo selaku ketua
RW 07 terkait dampak adanya TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan
sosial ekonomi masyarakat sebagai berikut:
“Sebelum adanya jadi TPS 3R masyarakat masih suka buang
sampah sembarangan dan masih suka diangkut oleh petugas DKPP
dan dibuang ke TPA Cipeucang, tetapi setelah adanya TPS 3R ini
salah satu program DKPP kami masyarakat langsung bekerjasama
dan sangat mendukung adanya TPS 3R di RW 6 untuk mengangkut
sampah-sampah ke TPS 3R untuk di olah dengan cara 3R itu. Ya
ada karena ada TPS 3R ini di RW sini juga jadi ada bank sampah,
nah dari bank sampah ini banyak warga atau masyarakat yang
sering mengunjungi bank sampah, juga bertukar informasi tentang
sampah. Interaksi masyarakat pun mengalami perubahan tapi
kebanyak ibu-ibunya si kalau bapak-bapaknya masih kurang, karena
kan yang lebih banyak aktif di bank sampah itu ibu-ibu. Tingkat
ekonomi masyarakat disini kebanyakan pegawai negeri disini, rata-
rata sudah pensiun.”38
37 Hasil Wawancara dengan Ibu Sri Kamis, 24 November 2016.
38
Hasil Wawancara dengan Bapak Hery Susilo Kamis, 24 November 2016.
76
Seperti yang dipaparkan Bapa Hery di atas, bahwa TPS 3R
memberikan dampak yang baik, lingkungan sosial masyarakat
mengalami perubahan dengan terbentuknya bank sampah yang setiap
dua minggunya mengadakan penimbangan barang-barang yang telah
dipilah untuk dijual. Bahkan TPS 3R tidak berdampak terhadap ekonomi
di masyarakat RW 07, kecuali ibu-ibu yang aktif di bank sampah.
Sementara itu peneliti juga mewawancarai Ibu Hafni selaku ketua
bank sampah di RW 07 juga memaparkan sebagai berikut:
“Alhamdulillah meminimalkan tumpukan sampah di bak sampah
masing-masing rumah lingkungan jadi bersih. Alhamdulillah kalau
disini ekonominya sudah menengah ke atas, kalau dampak ekonomi
bagi pengolah langsung sampah di TPS 3R tentu ada perubahan
kesehatan baik.”39
Seperti yang dipaparkan Ibu Hafni di atas, bahwa adanya TPS 3R
ini berdampak baik, tumpukan sampah tidak selalu menumpuk lagi,
lingkungan menjadi bersih. Dan dari segi ekonomi di RW 07 ini sudah
menengah ke atas semua, jadi tidak ada dampak ekonomi dari TPS 3R
terhadap masyarakat di RW 07.
Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Mawih selaku salah
satu ketua RT di RW 04 memaparkan sebagai berikut:
“Ya masyarakat jadi mulai mengerti cara memilah sampah dan
perduli dengan lingkungan, dengan tidak membuang sampah pada
tempatnya, karena ada sosialisasi dari kelurahan maupun RW terkait
3R. Sikap masyarakat ya ada berubah ada juga yang engga, karena
memang mengubah pemikiran masyarakat dalam menjaga
lingkungan ini masih susah dan masih ada yang tidak perduli begitu.
Dampak lingkungan sosial, ya warga sering mengadakan pertemuan
untuk membahas lingkungan kita ini khususnya sampah dengan
mengadakan kerja bakti. Kondisi eonomi disini ga merata yah ada
yang berkecukupan dan ada juga yang tidak, katakan menengah
kebawah juga tidak.”40
39 Hasil Wawancara dengan Ibu Hafni Kamis 24 November 2016.
40
Hasil Wawancara dengan Bapak Mawih Rabu, 23 November 2016.
77
Sepeti yang telah dipaparkan oleh Bapak Mawih di atas, bahwa TPS
3R memberikan dampak positif dikarenakan masyarakat jadi mengerti
cara memilah sampah, sikap masyarakat pun berubah dengan selalu
menjaga lingkungan disekitarnya. Dan dari segi ekonomi pun tidak
berdampak pada masyarakat di RW 04.
Selanjutnya peneliti juga mewawancarai Bapak Yedi terkait dampak
adanya TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi
masyarakat yang dipaparkan sebagai berikut:
“Kalau disini si gamasalah si, kondisi lingkungan disini si baik-baik
saja tapi pernah ada juga yang bilang ke saya terganggu dengan
adanya TPS 3R pada saat pembakarannya kan cerobong asapnya itu,
apalagi kalau lagi ada angin yang mengarah kesini selama ini si
kalau disini masyarakat masih belum perduli juga, tapi sambil
berjalan kita masih berusaha untuk masyarakat membuang sampah
di tempat yang sudah disediakan jadi masyarakat disini masih
kurang perduli dengan lingkungan, karena masih ada lahan kosong
yang bisa dimanfaatkan untuk membuang sampah. Kondisi ekonomi
disini menengah keatas si.”41
Seperti yang dipaparkan Bapak Yedi di atas, bahwa dampak TPS
3R terhadap lingkungan disekitar RW 06 ini baik-baik saja, namun
pernah juga ada yang bilang terganggu karena asap yang ditimbulkan
dari pembakaran sampah menggunakan mesin, juga masyarakat masih
kurang perduli terhadap sampah masih banyak yang membuang sampah
sembarangan dikarenakan masih banyaknya lahan kosong yang
dipergunakan untuk membuang sampah. Ini merupakan suatu hal yang
bisa menyebabkan adanya penumpukan-penumpukan sampah di
sembarang tempat-tempat kosong dan akan mengakibatkan masyarakat
yang lainnya juga mengikuti dengan membuang sampah di lahan kosong
tersebut, hal itu juga bisa mengganggu lingkungan dengan adanya aroma
bau dari sampah tersebut.
Kemudian peneliti juga mewawancarai Bapak Muhammad Sanen
selaku ketua RW 04 yang dipaparkan sebagai berikut:
41 Hasil Wawancara dengan Bapak Yedi Rabu, 23 November 2016.
78
“Alhamdulillah tertata rapih Ya saya juga pernah denger complain
dari warga Vipa Mas itu katanya cerobong asap mesin yang
digunakan untuk pembakaran kurang tinggi. Lingkungan sosialnya
pun berjalan baik sering diadakannya forum RW untuk membahas
tentang lingkungan khususnya sampah dan jadi leih rutin
mengadakan gotong royongnya. Ekonomi disini karena
perkampungan ya jadi ga rata ada yang mampu, dan menengah ke
atas juga ada.”42
Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
menurut masyarakat banyak dampak positif yang ditimbulkan dengan
adanya TPS 3R Vipa Mas ini, lingkungan tertata dengan rapi, sampah-
sampah tidak ada yang menumpuk di sekitar rumah, terbentuknya bank
sampah disetiap RW, adanya kegiatan gotong-royong yang rutin
masyarakat menjadi peduli lingkungan, mayarakat jadi mengetahui
bahwa sampah juga bisa menghasilkan uang. Tetapi disamping semua
itu pun juga ada yang merasa terganggu atau pernah ada masyarakat
yang mengeluhkan mengenai cerobong asap dari mesin pencacah
sampah yang kurang tinggi yang mengakibatkan terganggunya
pernapasan masyarakat.
C. Pembahasan
Adanya Tempat Pengolahan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle)
Vipa Mas ini tentulah memberikan dampak bagi masyarakat, begitulah
yang dirasakan oleh masyarakat Kelurahan Bambu Apus. Dalam sesi
wawancara setiap informan yang diwawancarai, ketika ditanya mengenai
dampak Tempat Pengolahan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Vipa
Mas, semua informan secara langsung menyebutkan dampaknya cukup
baik.
Adapun indikator untuk mengetahui bagaimana dampak keberadaan
Tempat Pengolahan Sampah 3R (Reduce, Reuse, Recycle) Vipa Mas
terhadap lingkungan sosial ekonomi yaitu:
42 Hasil Wawancara dengan Bapak Muuhammad Sanen Rabu, 23 November 2016.
79
1. Mengetahui arti sampah dan tempat pengolahan sampah.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa masyarakat memiliki
pengetahuan yang baik tentang adanya tempat pengolahan sampah
yang ada, pengetahuan ini didapat dari pengalaman dan penglihatan
sehari-harinya.
Walaupun masyarakat cukup baik pengetahuannya tentang
sampah dan mengetahui tempat pengolahan sampah yang ada, tetapi
masih ada masyarakat yang belum tau cara memisahkan sampah
antara organik dan an organik yang masih bisa dipergunakan
kembali, bisa menghasilkan sebuah karya yang bernilai, kebanyakan
masyarakat hanya memahami tentang sampah basah dan sampah
kering yang harus dibuang. Ini sesuai dengan definisi sampah
menurut Karden Eddy yaitu sebagai suatu benda yang tidak
digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang
dihasilkan oleh kegiatan manusia.43
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sampah.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa menurut masyarakat
faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sampah yaitu adanya
pertumbuhan penduduk, kebiasaan masyarakat yang membuang
sampah sembarangan, belum pahamnya masyarakat dalam
mengelola atau mengolah sampah yang dihasilkan, dan kemajuan
teknologi yang ikut andil memengaruhinya.
Meskipun masyarakat telah mengetahui faktor-faktor tersebut,
namun masih saja masyarakat melakukan aktivitas yang secara tidak
sadar akan menambah jumlah sampah seperti berbelanja barang-
barang elektronik sepeti kulkas, TV, dan lain sebagainya yang
kardus-kardusnya itulah yang akan memengaruhi jumlah sampah.
Dan ini sesuai dengan yang diungkapkan Arif Sumantri dalam
bukunya yaitu faktor-faktor yang memengaruhi jumlah sampah
salah satunya adalah kemajuan teknologi.
43 Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Djambatan, 2009), h. 67.
80
3. Pengetahuan masyarakat terhadap konsep pengolahan sampah di
Tangerang Selatan dan bahaya sampah.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa pengetahuan masyarakat
mengenai konsep pengolahan sampah yang ada di Kota Tangerang
Selatan cukup baik dikarenakan dari setiap RW maupun RT sering
mengadakan sosialisasi terkait Tempat Pengolahan Sampah 3R
(Reduce, Reuse, Recycle) Vipa Mas dan sudah banyak yang
menjalankan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) mulai dari dapur
atau rumahnya sendiri
Walaupun sudah banyak yang menjalankan konsep 3R
(Reduce, Reuse, Recycle) ini, tetapi masih perlu banyak sosialisasi-
sosialisasi lagi dari TPS 3R Vipa Mas, Dinas Kebersihan
Pertanaman dan Pemakaman, ataupun dari RT RW mengingat
belum semua masyarakat memiliki tong composter untuk
pengumpulan sampah-sampah organik yang bisa menghasilkan air
lindi dan berguna untuk penyubur tanaman sebagai pupuk cair.
Selain itu masyarakat juga masih ada yang belum paham dengan
konsep reduce (mengurangi sampah) masih ada masyarakat yang
pola hidupnya boros yang akan menghasilkan banyak sampah,
padahal konsep reduce ini adalah mengurangi segala sesuatu yang
menyebabkan timbulnya sampah di lingkungan sumber dan bahkan
dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan.44
4. Dampak adanya TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial
ekonomi masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa menurut masyarakat
banyak dampak positif yang ditimbulkan dengan adanya TPS 3R
Vipa Mas ini, lingkungan tertata dengan rapi, sampah-sampah tidak
ada yang menumpuk disekitar rumah, terbentuknya bank sampah
disetiap RW, adanya kegiatan gotong-royong yang rutin masyarakat
44 Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan, Tempat Pengolahan
Sampah 3R (TPS 3R) Berbasis Masyarakat, h. 1.
81
menjadi peduli lingkungan, masyarakat jadi mengetahui bahwa
sampah juga bisa menghasilkan uang, dari barang-barang yang
dipilah dengan cara 3R masyarakat mengumpulkan dan akan
ditimbang setiap dua minggu sekali di bank sampah, memang tidak
besar jumlah uang yang dihasilkan sekitar 10.000 sampai 20.000
dari menimbang barang-barang tersebut tergantung dari jumlah
sampah yang ada, namun ini sebagai dampak ekonomi yang
dirasakan oleh masyarakat dengan terbentuknya TPS 3R Vipa Mas
dan membentuk bank sampah setiap RW nya. Tetapi di samping
semua itu pun juga ada yang merasa terganggu atau pernah ada
yang mengeluh mengenai cerobong asap dari mesin pencacah
sampah yang kurang tinggi yang mengakibatkan terganggunya
pernapasan masyarakat.
Meskipun masyarakat sangat terbantu dengan adanya TPS 3R
Vipa Mas dengan petugas-petugas yang mengangkut sampahnya
tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat juga harus
membantu dalam menjaga lingkungan dengan mereduksi sampah
yang dihasilkan di rumahnya sendiri dan masyarakat pun sudah
mengetahui sampah memiliki dampak yang positif dengan cara
membuat prakarya dan menghasilkan uang, tetapi masyarakat belum
menjalankannya secara optimal. Semua itu sesuai dengan hasil
penelitian Artiningsih yaitu sampah yang organik yang
dimanfaatkan menjadi kompos akan mengurangi timbulan sampah
maupun mengurangi beban lingkungan, sedangkan hasil pemilahan
selain dapat mengurangi timbulan sampah juga dapat dijual atau
dikelola sehingga dapat menambah pendapatan.45
Dampak positif yang dirasakan oleh masyarakat Kelurahan Bambu
Apus ini, sama dengan yang diungkapkan dalam penelitian Asti Yunita
bahwa jika sampah dikelola secara optimal akan menimbulkan dampak
45 Ni Komang Ayu Artiningsih, “Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga (Studi Kasus di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang)”, Tesisi pada Pascasarjana
Universitas Diponegoro Semarang, Semarang, 2008, h.7.
82
yang baik atau positif seperti dapat dimanfaatkan kembali untuk didaur
ulang yang menghasilkan suatu karya baru dan dibuat pupuk kompos.
Secara umum informan yang diwawancarai sangat mengetahui betul
tentang Tempat Pengolahan Sampah (TPS 3R). Mulai dari sistem
pengangkutan sampah, pengolahan sampah yang dilakukan, kontribusi
Tempat Pengolahan Sampah (TPS 3R) terhadap masyarakat hingga
dampak-dampak yang ditimbulkan oleh Tempat Pengolahan Sampah (TPS
3R). Pengetahuan-pengetahuan masyarakat dapatkan dari pengalaman dan
penglihatan yang mereka rasakan sehari-hari.
Selain itu pun Tempat Pengolahan Sampah (TPS 3R) memberikan
dampak terhadap lingkungan sosial dengan berubahnya kultur yang
tadinya masyarakat tidak perduli dengan membuang sampah sembarang
kini itu tidak terjadi lagi semenjak adanya Tempat Pengolahan Sampah
(TPS 3R) Vipa Mas dan hasilnya lingkungan tertata rapi, bersih dan
nyaman. Begitu pun dengan ekonomi masyarakat yang aktif dalam bank
sampah bisa menghasilkan karya-karya dari sampah daur ulang juga bisa
dengan menjual sampah-sampah di bank sampah dan menghasilkan uang
memang tidak besar jumlah uang yang dihasilkan sekitar 10.000 sampai
20.000 dari menimbang barang-barang tersebut tergantung dari jumlah
sampah yang ada, dan memang tidak dalam jumlah yang banyak dalam
mengurangi sampah namun ini sedikit membantu program pemerintah
dalam mengurangi sampah yang akan dibuang di Tempat Pembuangan
Akhir yang hampir tidak bisa menampung jumlah sampah yang ada di
Kota Tangerang Selatan.
83
BAB V
KESIMPULAN IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan bahwa Tempat Pengolahan Sampah
3R (reduce, reuse, recycle) memiliki dampak positif dan dampak negatif.
Adapun dampak yang timbul di lingkungan sosial ekonomi masyarakat
Kelurahan Bambu Apus ini yaitu tertatanya lingkungan menjadi bersih dan
nyaman, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan,
terbentuknya bank sampah pada setiap RW nya, berubahnya kultur
masyarakat dengan tidak membuang sampah sembarang, interaksi
masyarakatnya menjadi lebih aktif dengan adanya kegiatan gotong-royong
yang rutin masyarakat menjadi peduli lingkungan, karena sampah juga
banyak manfaatnya seperti dapat dipergunakan untuk pupuk sebagai
penyubur tanaman. Begitu pun dengan ekonomi masyarakat yang aktif
dalam bank sampah bisa menghasilkan karya-karya dari sampah daur
ulang juga bisa dengan menjual sampah-sampah di bank sampah dan
menghasilkan uang memang tidak besar jumlah uang yang dihasilkan
sekitar 10.000 sampai 20.000 dari menimbang barang-barang tersebut
tergantung dari jumlah sampah yang ada.
Selain itu pula memang ada masyarakat yang terganggu dengan
adanya Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse, recycle,)
dikarenakan merasa terganggu atau pernah adanya keluhan mengenai
cerobong asap dari mesin pencacah sampah yang kurang tinggi yang
mengakibatkan terganggunya adanya polusi suara atau kebisingan akibat
aktivitas pembakaran sampah. Akhirnya dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa keberadaan Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce,
reuse, recycle) Vipa Mas memiliki dampak positif yang lebih banyak
dibandingkan dampak negatifnya.
84
B. Implikasi
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan bahwa Tempat
Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse, recycle) memiliki dampak positif
bagi masyarakat sekitarnya, namun jika tidak ada kerjasama yang baik
antara masyarakat dengan Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse,
recycle) Vipa Mas dalam menjaga lingkungan bisa saja akan menimbulkan
dampak buruk yang sangat disayangkan bagi masyarakat sekitarnya bisa
saja lingkungan menjadi tidak tertata dan rapi.
C. Saran
1. Bagi Instansi/pemerintah
Pemerintah seharusnya bisa lebih mengoptimalkan lagi sarana dan
prasarana di TPS 3R Vipa Mas maupun untuk masyarakatnya berupa
tong composter.
2. Bagi Peneliti
Peneliti yang ingin meneliti hal yang sama yakni tentang dampak
keberadaan tempat pengolahan sampah sebaiknya menggunakan
variabel y yang lain untuk penelitiannya.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat harus mampu bekerjasama dengan pemerintah dan
TPS 3R Vipa Mas agar program-program kedepannya bisa berjalan
dengan lancar dan lebih baik.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Afrizal. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, Cetakan ke-2, 2015.
Ahmad Saebani Beni dan Kadar Nurjaman. Manajemen Penelitian. Bandung:
Penerbit CV. Pustaka Setia, 2013.
Ahmad Saebani, Beni. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, Cet.I, 2008.
Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Akib, Muhammad. Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasoinal. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2014.
Akunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:PT
Asdi Mahasatya, cet.13, 2006.
Apridar. Teori Ekonomi: Sejarah dan perkembangannya. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2012.
Arikunto, Suharismi. Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Rineke Cipta, cet 13, 2006.
Banowati, Eva. Geografi Sosial. Yogyakarta: Ombak, 2013.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group, Ed 1, Cet.3, 2009.
Chandra, Budiman. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC, 2005.
Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan. Tempat
Pengolahan Sampah 3R (TPS 3R) Berbasis Masyarakat.
Eddy, Karden. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan, 2009.
Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers,
2010.
xiv
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2008.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. 1, 2013.
Herdiyansyah, Haris. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika, 2012.
Koentjaraningrat. Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.
Laily Nur dan Budiyono. Teori Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Mulyanto. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Noor, Andri Ardiansyah. Klimatologi Umum. Tangerang Selatan: UIN Jakarta
Press, 2013.
Noor, Djauhari. Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006.
Perundangan Tentang Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010.
Purba, Jonny. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005.
Putra, Nusa. Penelitian Kualitatif : Proses dan Aplikasi. Jakarta : PT. Indeks,
2012.
Rahardja Prathama dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi:
Mikroekonomi dan Makroekonomi. ed 3. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008.
Satori Djam’an dan Aan Komariah. Metodologi Peneltian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta, Cetakan Ke-5, 2013.
Sejati, Kuncoro. Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point,
Center Point. Yogyakarta: Kanisius 2009.
Soma, Soekmana. Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan Seri: Pengelolaan Sampah
Perkotaan. Bogor: IPB Press 2010.
Sudradjat. Mengelola Sampah Kota. Jakarata:Penebar Swadaya, 2009.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitataif. Bandung: Alfabeta, 2014.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2012.
Sukandarrumidi. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Cetakan keempat, 2012.
xv
Sumantri, Arif. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
cet.2, 2013.
Supardan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Usman Husaini dan Purnomo Setiady. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
Bumi Aksara, Ed. 2, Cet 1, 2008.
Jurnal
Bambang Prishardoyo, Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Dan Potensi
Ekonomi Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Pati Tahun 2000-2005, JEJAK, Volume 1, Nomor 1, September, 2008.
Lucia Desti Krisnawati, Kajian Volume Sampah Di Kota Kediri (Lokasi Tpa
Klotok), Jurnal Ilmiah Berkala Universitas Kadiri, Edisi : Pebruari 2014 –
Mei, 2014.
Mayun Nadiasa, Dewa Ketut Sudarsana, dan I Nyoman Yasmara, Manajemen
Pengangkutan Sampah Di Kota Amlapura, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol.
13, No. 2, Juli, 2009.
Putri Ekasari dan Arya Hadi Dharmawan, Dampak Sosial-Ekonomi Masuknya
Pengaruh Internet Dalam Kehidupan Remaja Di Pedesaan, Jurnal Vol. 06,
No. 01, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, IPB, 2012.
Zunaidi, Muhammad. Kehidupan Sosial Ekonomi Pedagang Di Pasar Tradisional
Pasca Relokasi Dan Pembangunan Pasar Modern”, Jurnal Sosiologi Islam,
Vol. 3, No.1, 2013.
Skripsi, Tesis, Disertasi
Asti Yunita Utari, “Analisis Willingness To Pay Dan Willjngness To Accept
Masyarakat Terhadap Tempat Pembuangan Akhir Sampah Pondok Rajeg
Kabupaten Bogor”, Skripsi pada Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor,
2006. tidak dipublikasikan.
xvi
Indra Yones, “Kajian Pengelolaan Sampah di Kota Ranai Ibu Kota Kabupaten
Natuna Propinsi Kepulauan Riau” Tesis pada Pascasarjana Universitas
Diponegoro Semarang, Semarang, 2007. tidak dipublikasikan.
Jean Anggraini, “Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan
Lingkungan (Studi Kasus Bank Sampah Cempaka II Kelurahan Pondok
Petir Rw:09)”, Skripsi, pada Sarjana Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta, 2013. tidak dipublikasikan.
Ni Komang Ayu Artiningsih, “Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampangan Dan Jomblang, Kota
Semarang”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang,
Semarang, 2008. tidak dipublikasikan.
Ricky Pratama Putra, “Kondisi Sosial Ekonomi Dalam Perubahan Status Kota
Tangerang Selatan”, Skripsi Pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2013. tidak dipublikasikan.
Siti Khoiriya, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam
Pengelolaan Sampah 3R Di Rw II,III, dan V Kelurahan Sampangan Kota
Semarang”, Skripsi, Universitas Diponegoro, 2012. tidak dipublikasikan.
Yohanes Nanda Setiawan, “Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Dengan
Program 3r Reduce, Reuse, Recycle (Suatu Studi Evaluasi Tentang
Pengelolaan Sampah Berdasarkan Peraturan Menteri Pu No.21/Prt/M/2006
Di Kelurahan Jember Kidul, Kebonsari, Jember Lor, Kabupaten Jember)”,
Skripsi, Universitas Jember, 2013. tidak dipublikasikan.
Internet
Hambali, “TPA Ciepucang Tangsel Akan diperluas”,
http://news.okezone.com/read/2015/08/26/338/1202564/tpa-cipeucang-
tangsel-akan-diperluas, di akeses 17 September 2015 Pukul 12.20 WIB
LAMPIRAN-LAMPIRAN
SURAT PERMOHONAN
IZIN PENELITIAN, SURAT
BIMBINGAN SKRIPSI, DAN
SURAT TANGGAPAN
PENELITIAN
PEDOMAN OBSERVASI,
HASIL OBSERVASI,
PEDOMAN WAWANCARA,
DAN HASIL WAWANCARA
PEDOMAN OBSERVASI
Memulai segala kegiatan observasi dengan mengucapkan Basmallah.
Identifikasi dan pahami penelitian yang dilakukan yaitu : Dampak
Keberadaan Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R Vipa Mas Terhadap
Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Bambu Apus.
Dalam observasi, semua indera peneliti harus menjadi alat penelitian yang
peka dan terintegrasi secara aktif serta dapat diandalkan. Pengamatan dilakukan
secara menyeluruh di sekitar Kelurahan Bambu Apus Rw 06, 07 dan 04 dan TPS
3R Vipa Mas. Hal yang akan diamati adalah :
1. Keadaan Lingkungan Sosial Ekonomi Kelurahan Bambu Apus
2. Keadaan TPS 3R Vipa Mas.
Hasil pengamatan akan dituliskan dengan format sebagai berikut :
Observasi ke :
Lokasi :
Waktu :
NO Perilaku yang tampak
1.
2.
3.
HASIL OBSERVASI
Memulai segala kegiatan observasi dengan mengucapkan Basmallah.
Identifikasi dan pahami penelitian yang dilakukan yaitu : Dampak Keberadaan
Tempat Pengolahan Sampah TPS 3R Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial
Ekonomi Masyarakat Di Kelurahan Bambu Apus.
Dalam observasi, semua indera peneliti harus menjadi alat penelitian yang peka
dan terintegrasi secara aktif serta dapat diandalkan. Pengamatan dilakukan secara
menyeluruh di sekitar Kelurahan Bambu Apus Rw 06, 07 dan 04 dan TPS 3R Vipa
Mas. Hal yang akan diamati adalah :
1. Keadaan Lingkungan Sosial Ekonomi Kelurahan Bambu Apus
2. Keadaan TPS 3R Vipa Mas.
No. Tanggal Kegiatan Keterangan
1. Hari ke-1 (21
November 2016)
Keadaan TPS 3R
Vipa Mas
Ada pekerja pengangkut
sampah sedang beristirahat
dan ada juga pekerja yang
sedang menurunkan sampah
yang habis di angkut dari
masyarakat, sementara itu
banyak sampah juga yang
menumpuk.
2. Hari ke-2 (23
November 2016)
Lingkungan Sosial
Ekonomi
masyarakat RW 04
Ada ibu-ibu yang sedang
menimbang sampah di bank
sampah, keadaan ekonomi
masyarakat ada yang belum
mampu, juga banyak
masyarakat yang sedang
berkumpul.
No. Tanggal Kegiatan Keterangan
3. Hari ke-3 (23
November 2016)
Lingkungan Sosial
Ekonomi
masyarakat RW 06
Lingkungannya tertata dan
rapi, dihari weekday
biasanya sepi karena
kebanyakan masyarakatnya
kerja kantoran karena di RW
06 ini merupakan kawasan
perumahan dan keadaan
ekonominya juga menengah
keatas.
4. Hari ke- 4 (24
November 2016)
Lingkungan Sosial
Ekonomi
masyarakat RW 07
Lingkungannya tertata dan
rapi, masyarakatnya baik
dan ramah, keadaan
ekonominya menengah ke
atas karena di RW 07 ini
kawasan perumahan atau
komplek Departemen
Agama.
PEDOMAN WAWANCARA
“Dampak keberadaan tempat pengolahan sampah TPS 3R Vipa Mas terhadap
lingkungan sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Bambu Apus”
1. Menurut anda sampah itu apa?
2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah?
3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik?
4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas?
5. Menurut anda faktor-faktor apa saja yang memengaruhi jumlah sampah?
6. Menurut anda, apakah jumlah penduduk memengaruhi jumlah sampah?
7. Menurut anda, apakah kebiasaan masyarakat memengaruhi jumlah
sampah?
8. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah sampah?
9. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang selatan?
10. Bagaimana menurut anda tentang konsep 3R (Reduce, Reuse, dan
Recycle)?
11. Bagaimana anda mengelola sampah?
12. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat
berbahaya?
13. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R Vipa
Mas?
14. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang
terjadi di masyarakat?
15. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami
perubahan?
16. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat
peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R Vipa
Mas ini?
17. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas?
18. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat?
19. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
20. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
HASIL WAWANCARA RW 06, 07 dan 04
1. Masyarakat RT 002/06
Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : Imam Aulia
Tempat Wawancara : Kantor TPS 3R Vipa Mas
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Telepon : 0813-7887-4889
Tanggal Wawancara : Rabu, 23 November 2016
Pertanyaan
1. Menurut anda sampah itu apa?
Jawab: Setiap manusia, setiap makhluk hidup yang diciptakan Allah
SWT semua itu pasti mengeluarkan sampah setiap hari, ya begitulah.
2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah?
Jawab: Sumber sampah itu ya bisa dari rumah tangga, warga sini
sampah dari kali-kali, sampah yang orang buang ke daerah sini.
3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik?
Jawab: Jenis sampah ya macam-macam yang saya tahu iya dibagi
dua sampah yang organik dan non organik.
4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas?
Jawab: Ya, di sini ini perumahan cukup luas dan padat sebagian besar
itu sampah padat 60% dari sampah rumah tangga dan 40% dari alam.
5. Menurut anda faktor-faktor apa saja yang memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Itu tergantung dari kepala keluarganya, jumlah penduduk,
kelakuan masyarakatnya.
6. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Oia sangat memengaruhi, teknologi itu sangat diperlukan
gabisa pakai sistem yang lama karena kan mengurai sampah kan lama
karena orang di luar negeri dimana-mana semua pasti pakai teknologi.
7. Menurut anda, apakah musim memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: Iya sangat berpengaruh, karena kan kalo hujan itu sampah
menjadi padat jadi berat terkena air, nah itu kan dipilah-pilahnya jadi
susah.
8. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Oh, pengumpulan sampah? Kalo di RW 06 tempat-tempat
yang kita ambil itu di masyarakat seminggu tiga kali sudah ada
jadwal-jadwal nya.
9. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya
memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: Iya, mereka kalo sosial nya, tingkat ekonominya tinggi itu
sudah ya pasti memengaruhi lah ya.
10. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang
selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)?
Jawab: Jadi, kebetulan saya pendiri di sini (TPS 3R) jadi awal
berdirinya TPS 3R ini karena, sejarahnya tahun 2007 ada kejadian di
Bandung tertimpah longsor yang meninggal sekitar 100 orang lebih,
setelah itu baru pemerintah pusat Kementrian PU mengusulkan ke
pemerintahan mengeluarkan Undang-Undang bahwa tidak boleh lagi
sampah yang dari rumah tangga itu di angkut oleh truk di buang
langsung ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tapi harus dipilah-
pilah, makanya tahun 2008 itu Undang-Undang No. 18 Tahun 2008
bersamaan itu keluarlah Undang-Undang tentang TPS 3R.
11. Menurut anda apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan
menggunakan 3R?
Jawab: Heeemm, kalo petugasnya, penerapannya SOP nya dari tiap-
tiap TPS 3R berjalan baru dah efektif, karena peraturan dari
pemerintah mengatakan bahwa maksimal 20-30% itu residu yang
harus dibuang.
12. Bagaimana anda mengelola sampah?
Jawab: Ya kalo saya pribadi di keluarga ya sampah yang basah dan
kering kita pilah.
13. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat
berbahaya?
Jawab: Iya dong, karena kalau tidak ditanggulangi dari sekarang
yaa… soalnya kan sampah itu setiap hari berproduksi.
14. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas?
Jawab: Sebelum ini jadi TPS 3R ini tempat penampungan sampah
sementara, sampahnya pun hingga setinggi hangar atau atap itu, karena
kita tidak kelola orang-orang dari luar masyarakat RW 06 buang kesini
semua.
15. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang
terjadi di masyarakat?
Jawab: Awal kita membentuk TPS 3R ini ada pro dan kontra. ya kita
dengan niat yang baik dan tulus karena kalau sampah ini tidak kita
pilah dari awal sampah rumah tangganya kasihan nantinya di TPA
Cipeucang. Walaupun pro dan kontra terjadi berkali-kali, dan
masyarakat yang pendidikannya tinggi pun kalau disekitar rumahnya
ada tempat penampungan sampah ini mereka tidak terima.
16. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami
perubahan?
Jawab: Ya berubah, karena kan kita ada perkumpulan bank sampah.
17. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat
peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas ini?
Jawab: Ada, ada pengaruh yang tadinya cuek, kalau ada yang buang
sampah sembarang ada yang liat langsung di tegur oleh warga.
18. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Kalau disini kan komplek yah, jadi ya ekonominya kelas
menengah.
19. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat?
Jawab: Ada, kebetulan kan disini juga ada bank sampahnya, bank
sampahnya kebanyakan dikelola oleh rata-rata ibu-ibu RT nya, jadi ya
itu ekonomi sosialnya jalan.
20. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Dari RW 06 ga ada, jadi rata-rata yang bekerja disini dari RW
kampung sebelah RW 04 ya RW nya pa Muhammad itu.
21. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Jadi sistemnya di gaji, dan awalnya mereka sistem
perekrutannya itu ada yang pendidikan terakhirnya hanya rata-rata SD
paling tinggi SMP, mereka pun dari awal berdinya TPS ini sampai
sekarang udah punya keluarga dan punya motor semua, apalagi ada
yang baru motornya, kalau mereka kerja diluar kan belum tentulah
diterima hanya lulusan SD.
2. Masyarakat RT 002/06
Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : Ria Agus Tedi
Tempat Wawancara : Rumah Ibu Ria
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Telepon : 0856-7327-538
Tanggal Wawancara : Rabu, 23 November 2016
Pertanyaan
1. Menurut anda sampah itu apa?
Jawab: Sampah? artinya? apa ya? Sampah adalah sisa-sisa barang
yang sudah tidak terpakai, terus tidak berguna, tidak bermanfaat jadi
dibuang.
2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah?
Jawab: Sumber sampah dari sayuran, dari sesuatu yang kita makan-
makanan ringan misalnya bungkusnya kan jadi sampah tuh ya, terus
makanan yang basi mungkin yang sudah tidak termakan atau sisa,
sampah rumah tangga seperti bekas sabun yah, pasta gigi.
3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik?
Jawab: Yang saya baru tau sekarang-sekarang ini baru ngerti, kalo
dulu kan belom, jadi ada sampah kering itu seperti bungkus-bungkus
plastik, plastik juga kan yang kaya bungkus biskuit, ada juga sampah
tapi juga kering itu kaya bekas bungkus makanan. Kalo organik itu
kan sisa-sisa makanan yang bisa cepat terurai, kalau an organik seperti
kardus-kardus dan bisa di daur ulang.
4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas?
Jawab: Ya sebagian besar yang saya lihat disini kebanyakan sampah
padat, paling kalau sampah cair nya seperti bekas-bekas minyak
goreng ya itu aja si sampah cairnya.
5. Menurut anda faktor-faktor apa saja yang memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Penghasil sampah terbanyak itu sebenernya dari rumah tangga
yah, terutama dari ibu-ibunya, penghasil sampah terbanyak itu dari
ibu-ibu.
6. Menurut anda, apakah kebiasaan masyarakat memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ya, kan seperti kelihatannya banyak orang buang sampah
sembarangan itu kan menjadi suatu kebiasaan.
7. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Iya sih sangat juga memengaruhi, karena butuh mesin untuk
mengubah sampah menjadi serpihan-serpihan ya jadi tidak
sepenuhnya membuang sampah ke TPA ya lumayan mengurangilah ya
walaupun sedikit.
8. Menurut anda, apakah musim memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: Kalau jumlah si ga kenal musim yah, kalau jumlah tambah
terus kaan, mungkin kalau musim lebih ke bau nya kali ya, kalau
musim hujan itu bau karena basah kan, angin juga.
9. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ya kalau di masyarakat sekitar sini si udah ada jadwal-
jadwalnya di angkut ke TPS 3R.
10. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya
memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: Menurut saya si iya yah, kalau disini si seperti yang saya
bilang tadi untuk keperdulian terhadap lingkungan itu masih kurang,
kebetulan disini juga saya kan ada bank sampah yah, saya termasuk
yang aktif di bank sampah bersama bu RW itu, itu yang aktif mungkin
yang peduli lingkungan ya saya rasa, ada juga orang yang bukan
peduli ya sering ikut ikut di ajak tapi kalau dia gaperduli dengan
lingkungannya sendiri ya samaa juga bohong, ikut doang ga ada
tindakan, kalau saya si Alhamdulillah sampah di rumah sudah mulai
dipisah antara yang kering dan yang basah, jadi itu kan dari masih
masing dulu untuk ke lingkungan yang besar dari rumah kita sendiri
dulu, sampah udah mulai dipisah.
11. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang
selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)?
Jawab: Saya taunya Reuse yah daur ulang, saya lebih tau itu, seperti
memanfaatkan bekas galon galon dan botol beling untuk dimainkan
menjadi alat musik.
12. Menurut anda apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan
menggunakan 3R?
Jawab: Kalo menurut saya si belum sepenuhnya yah.
13. Bagaimana anda mengelola sampah?
Jawab: Seperti yang sudah saya bilang tadi dengan cara memisahkan
yang basah dan kering.
14. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat
berbahaya?
Jawab: Iya, kemarin juga ikut dalam acara sosialisasi sampah itu
bertambah terus yah, semakin berbahaya apalagi plastik,belum bisa
mengikuti negara luar, alau disana kan kalo belanja udah gapake
plastik, melainkan pakai kantong yang dari bahan daur ulang.
15. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas?
Jawab: Lebih bersih jadi ga ada bau sampah, lebih rapih dan teratur.
Karena kan sebelum adanya TPS 3R, hanya tempat pembuangan
sampah liar yang dibuang sama orang yang bahkan bukan masyarakat
sini.
16. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang
terjadi di masyarakat?
Jawab: Ada si sebagian masyarakat yang mengunjungi TPS 3R.
17. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami
perubahan?
Jawab: Ada perubahan karena memang masih kebanyakan yang cuek
dan kurang perduli dengan sampah.
18. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat
peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas ini?
Jawab: Masih banyak yang kurang peduli, tapi ada juga yang sudah
mulai care sama lingkungannya, ya mungkin bertahaplah ya, kalau
kaya itu kan harus rajin-rajin dan cerewet buat mengajak yang lainnya.
19. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Ekonomi masyarakat disini si rata-rata sudah menengah ke
atas.
20. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat?
Jawab:. Ya berdampak karena kan ada bank sampah, ya emang ga
seberapa dari hasil sampah yang dikumpulkan dan ditimbang, tapi
lumayan buat jajan jajan, ditabung. Yang bisa di jual sampah plastik
istilahnya asoy, plastik putih bening beda lagi harganya, kardus-kardus
juga, emang ga seberapa tapi kalo dikumpulkan kan jadi banyak yah.
21. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Tapi kebanyakan kita sosial si atau relawan jadi yang bener-
bener peduli lingkungan ga mikirin ke uang ya ikhlas aja.
22. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Tidak ada, karena semua menurut saya ikhlas dan memeang
itu semua kita orang-orang yang perduli lingkungan.
3. Masyarakat RT 002/06
Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : Eka
Tempat Wawancara : Rumah Ibu Eka
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Telepon : 0812-8782-2163
Tanggal Wawancara : Jum’at, 25 November 2016
Pertanyaan
1. Menurut anda sampah itu apa?
Jawab: Kalau sampah itu yang sudah terbuang dan sudah tidak
terpakai lagi.
2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah?
Jawab: Sumber sampah biasanya dari rumah tangga, terus sampah-
sampah di kantor sampah-sampah di sekolah.
3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik?
Jawab: Kalau sampah itu kan dibagi menjadi dua organik dan
anorganik, kalau kita bicara orang awam sama ibu-ibu itu biasanya
kita bicaranya sampah basah dan sampah kering, kalau sampah basah
itu seperti sampah rumah tangga sisa-sisa sayur, nasi basi, sedangkan
kalau sampah kering itu sampah yang tidak bisa hancur pada saat itu,
seperti plastik, botol aqua terus kertas, kayu. Dan ada juga sampah
kering yang dijual di bank sampah, kalau itu kan ada beberapa item
yang bisa dijual di bank sampah, kecuali seperti bungkus kopi, pernik
yang kecil-kecil gitu kan ga laku di bank sampah terus kalau bungkus
indomie pengepulnya ada yang terima dan juga yang ga, ada tiga yang
ga diterima di bank sampah yaitu, sterofoam, pembalut dan pampers,
itu yang akan dibuang ke tempat pengolahan akhir dalam hal ini tpst
yang memiliki mesin inselator.
4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas?
Jawab: Kalau disekitar sini kebanyakan sampah padat daripada
sampah cair, karenakan mereka dari mana-mana belanja membawa
sampah, seperti kantong kresek, terus botol-botol minuman beling,
terus kertas, koran ya itu aja.
5. Menurut anda faktor-faktor apa saja yang memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Kalau menurut saya saat ini mereka kurang memahami cara
memilah sampah, karena mereka berfikir kalau bagi mereka ini seperti
kehidupan di komplek saya lihat ya cukup dengan membayar setiap
bulan, gamau taulah yang penting saya sudah bayar tiap bulan terserah
itu sampah mau diapain yang penting rumah saya bersih gitu aja, jadi
itulah yang agak sulit mengubah.
6. Menurut anda, apakah jumlah penduduk memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ya sangat, karena setiap orang itu kan menghasilkan sampah,
minimal itu 1 kilo satu hari dan 17% itu plastik.
7. Menurut anda, apakah kebiasaan masyarakat memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Kalau kebiasaan masyarakat itu acuh dengan keadaan
membuang sampah sembarangan dimana ada tempat yang kosong,
disini ada tempat kosong sekalian lewat kan mereka, waktu itu kali
sebelah sana tadinya tuh tingginya hampir satu meter lebih, sekarang
udah penuh sampah, mungkin kalo di kerukin itu bisa kelelepin orang,
ya sekarang paling tinggal 50 cm, nah itulah kurangnya kesadarannya.
8. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ehmmm bisa bisa ya teknologi, misalnya teknologi untuk
mengurangi sampah, ya memang si harus dipikirkan seperti di negara-
negara lain kan dipikirkan gitu loh.
9. Menurut anda, apakah musim memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: Ya kan kalau musim hujan sampah akan basah dan lembab
dan menimbulkan aroma yang tidak enak juga yang menyangkut di
selokan itu bisa menyebabkan penumpukan sampah.
10. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ya memengaruhi karena petugas sampah ini kadang-kadang
kita sudah memisahkan sampah yang kering dan basah malah
dicampur lagi sama mereka.
11. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya
memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: Iya memengaruhi semua, jadi tergantung kesadaran kita
kadang-kadang kita bisa liat, orang yang berpendidikan tinggi pun
juga kalau kesadarannya ke sampah itu kurang.
12. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang
selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)?
Jawab: Kalau yang sedang kita lakukan sekarang ini yaitu reuse
menggunakan kembali, seperti bekas minyak goreng itu bisa kita
jadikan pot untuk kegiatan urban farming terus kalau recycle kita bisa
membuat tas, tempat tisu, dari plastik-plastik bekas kopi.
13. Menurut anda apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan
menggunakan 3R?
Jawab: Selama ini efektif ya masih fifty-fifty, berjalan ya berjalan tapi
kesadarannya masih kurang, kalau sudah 75% saja kesadaran kita
mungkin di TPA sana tidak akan penuh gitu, jadi sampah sudah penuh
banget terutama sampah-sampah plastik.
14. Bagaimana anda mengelola sampah?
Jawab: Kalau dirumah saya menyiapkan kantong hitam besar, nanti
saya bilang ke anak dan cucu yang lain untuk membuang sampahnya
disitu sampah apapun dibuang disitu kecuali sampah basah seperti
bekas nasi, sayur, dan makanan saya taruh di lubang biopori dan
tabung composter. Kalau yang sampah-sampah kecil saya masukan ke
ecobreak memenjarakan sampah nakal kan, kadang kan anak-anak
kecil makan permen saya ajarin masukin kesitu nanti jadi bagus.
15. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat
berbahaya?
Jawab: Sampah ya pasti karena sampah kan ada tiga hal yang tidak
bisa dilakukan pertama sampah itu tidak boleh dibuang sembarangan,
kedua sampah itu tidak boleh dibakar karena kalau dibakar itu akan
memengaruhi udara disekitar kita, karena kan kita menghirup udara itu
akan tercemar, ketiga sampah itu tidak boleh dikubur karena akan
memengaruhi sumber mata air dan merusak tanah.
16. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas?
Jawab: Kalau disini lingkungan menjadi tertata yah, ada tempat
pengolahan sampah, karena sampah rumah tangga di angkut ke tempat
pengolahan sampah bukan tempat pembuangan sampah karena ada 3R
nya, disitu sampah dibuang nanti dipilah, dipilah-pilah misalnya ada
botol, plastik nanti dipilah uangnya buat mereka-mereka yang
milahnya itu, insentiflah buat mereka kan lumayan juga, nah kebetulan
kemarin itu kan mesin inselator itu lagi diperbaiki jadi belum ada
kegiatan pembakaran sampah, kita udah dapat sertifikasi dari
lingkungan hidup dan boleh dibakar, karena udah beberapa bulan ini
mesin sedang diperbaiki ya jadi kelihatankan sampahnya jadi
menumpuk dan akan dibuang ke TPA sebelumnya kita gapernah
membuang sampah ke TPA karena kan kita pilah dan olah samapah-
sampah yang ada.
17. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang
terjadi di masyarakat?
Jawab: Dampaknya mereka senang, karena TPS kita ini dibangun
dengan sedemikian rupa, image mereka itu baik karena disana kita
juga menanam , tidak hanya sampah saja disana juga kita menanakan
edukasi buat masyarakat semacam menanam pepaya, duren, kangkung
yang juga boleh diambil oleh masyarakat sekitar TPS 3R.
18. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami
perubahan?
Jawab: Iya mereka juga sering datang ke TPS 3R dan melihat apa saja
kegiatan-kegiatannya dan apa yang dihasilkan dari sampah semua
masyarakat disekitar TPS 3R, jadi kita mengenalkan juga pada mereka
bahwa sampah ini jangan dimusuhi.
19. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat
peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas ini?
Jawab: Iya, sebenernya juga masih fifty-fifty si itu kehidupan
diperkotaan ya begitu dengan membayar sejumlah uang tiap bulan
iuran ya cukup rumah saya bersih tidak ada sampah gitu kebanyakan
masih cuek.
20. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Disini si ekonominya menengah ke atas.
21. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat?
Jawab: Paling yang ikut-ikut bank sampah itu juga bank sampah dari
8 RT cuma 6 yang aktif.
22. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Ga ada. Kita bekerja di TPS 3R sistemnya sosial tidak digaji
jadi siapa yang mau kerja, udah kerja bau ga digaji pula ga ada, jadi
karena memang kita panggilan hati aja si.
23. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: -
4. Masyarakat RT 002/07
Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : Sri
Tempat Wawancara : Rumah Ibu Sri
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Telepon : 0812-1057-8050
Tanggal Wawancara : Kamis, 24 November 2016
Pertanyaan
1. Menurut anda sampah itu apa?
Jawab: Sampah itu kan sesuatu yang harus dibuang, kalau sampah
dibuang sembarangan kan itu akan mencemari lingkungan, makanya
kan semuanya harus perduli dengan sampah. Sampah itu menurut saya
emang sesuatu yang harus diperhatikan tidak hanya harus dibuang
doang.
2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah?
Jawab: Ya sampah itu dari sampah rumah tangga. Jadi orang kan
kadang ga sadar bahwa kaya bekas-bekas pampers itu kan sampah,
Cuma kan kalo dipilah pilah dari sebelum kita membuang ke
penampungan kan masih bersih kalo masih ditangan kita kan kaya
daun, sayuran harusnya dari awal memang harus sudah peduli dengan
sampah-sampah ini. Disini saya harus punya tiga tempat sampah satu
sampah dapur yang basah, kedua plastik-plastik yang tidak bisa di
daur ulang yang harus dibuang, ketiga semacam kardus-kardus, buku
dan kertas yang tidak terpakai. Nah dari situ sudah harus dipilah-pilah
dari rmah kita sendiri.
3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik?
Jawab: Nah kalo yang jenis kaya yang organik itu kan sesuatu
sampah yang harus diolah lagi. Kalau yang an organik itu kan seperti
plastik-plastik, botol dan lainnya harus dipisahkan.
4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas?
Jawab: Kalau gas, cair itu jarang kebanyakan si sampah-sampah dari
dapur-dapur itu sampah padat yang dari rumah tangga itu.
5. Menurut anda, faktor jumlah penduduk juga yang memengaruhi
jumlah sampah?
Jawab: Ya memengaruhi banget, ya sampah itu kan semuanya dari
rumah tangga kebanyakan kalau daun-daun kan bisa terurai sendiri,
kalau dari rumah tangga kan banyak plastik yang gabisa didaur ulang.
6. Menurut anda, apakah kebiasaan masyarakat memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ya memengaruhilah, kadang kan orang ga sadar maksudnya
dari rumahan itu biasanya plastik kaya ya beli makanan itu dengan
menggunakan palstik dan kalau masyarakat tidak tahu mana sampah
yang bisa didaur ulang atau tidak itu kan menyebabkan sampah
menumpuk.
7. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ya iyalah kaya, seumpama kaya bikin makan-makanan yang
tempatnya dari plastik atau sterofoam nah itu kan akan menambah
juga apabila mereka tidak tahu bisa didaur ulang atau tidak akhirnya
buang sampahnya sembarangan dan akan menambah jumlah sampah
juga.
8. Menurut anda, apakah musim memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: Ya memengaruhi lah kan kalao musim hujan sampah-sampah
dari masyarakat yang buang sembarangan itu pasti terbawa oleh air
ebtah kesungai dan lainnya itu pasti di ujungnya akan menumpukkan.
9. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Kalau di masyarakat sini kan kita sudah ada jadwal
pengangkutan sampahnya ya kalau tidak sesuai jadwal yang
ditentukan tidak diangkut ya tentu memengaruhi akan menumpuknya
sampah di lingkungan masyarakat.
10. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya
memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: Iya memengaruhi kalau masyarakat ekonominya kelas
menengah keatas kan pasti akan sering berbelanja dan sebagainya.
11. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang
selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)?
Jawab: Ya memilah, menggunakan kembali dan mendaur ulang sejak
dari dapur sendiri, dan setiap 3 minggu sekali diadakan penimbangan
sampah di bank sampah.
12. Menurut anda apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan
menggunakan 3R?
Jawab: Alhamdulillah sudah ya khususnya RW kita yah, cuma
mungkin ada karena ada yang belom ikut bank sampah mungkin ada
yang belum memakai atau melaksanakan 3R ini. Kalau di kelurahan
kita ini ya sebagian besar sudah melaksanakan 3R ini.
13. Bagaimana anda mengelola sampah?
Jawab: Kalau saya si kaya yang dari dapur, kaya bekas-bekas
masakan itu kan saya buang ke kebon karena saya ada kebon
karenakan kalau sisa masakan itu akan terurai sendiri, kalau kertas-
kertas yang bisa di daur ulang ya saya kumpulin, botol-botol juga
untuk saya timbang di bank sampah.
14. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat
berbahaya?
Jawab: Kalau menurut saya, ya bahaya kalau tidak dikelola, soalnya
kan bumi kan lama lama penuh dengan sampah.
15. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas?
Jawab: Alhamdulillah ada, mereka kan selama ini ga paham, jadi
setelah ada ini ya jadi paham, ikut andil dalam menjaga lingkungan.
16. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang
terjadi di masyarakat?
Jawab: Ada. Yakan buangnya jadi tidak sembarangan lagi.
17. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami
perubahan?
Jawab: Ya jadi setiap penimbangan itu kan kita kumpul jadi kita
paham, ooh ini yang gabisa di daur ulang ooh ini yang bisa didaur
ulang jadi kan mereka saling memberi dan menambah ilmu
pengetahuan satu sama lainnya.
18. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat
peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas ini?
Jawab: Ya, menurut saya sekarang malah sangat peduli lah, karena
mereka sudah tau, kalau dulu kan mereka gatau dan tidak bisa
disalahkan.
19. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Alhamdulillah si kalau ekonomi masyarakat disini si sudah
bagus.
20. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat?
Jawab: Ya iyalah ada, kan mereka setiap bulannya nambung dari hasil
sampah-sampah yang ditimbang setiap tiga bulan sekali bisa diambil
atau enam bulan sekali terserah mereka, nah dari situ penghasilannya
kan bertambah. dan kalau yang punya warung itu akan lebih besar dan
banyak menghasilkan sampahnya jadi timbangannya pun besar
hasilnya.
21. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Kita bukan bekerja ya, kita relawan, jadinya bukan bekerja,
jadi kita punya group atau relawan ada 10.
22. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: -
23. Berapa penghasilan masyarakat yang mengumpulkan sampah dan
menimbang di bank sampah?
Jawab: Tergantung dari sampahnya yang ditimbang bisa 10.000
sampai 20.000.
5. Masyarakat RW 07
Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : Hery Susilo
Tempat Wawancara : Rumah Pa Hery
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Telepon : 0813-1527-1756
Tanggal Wawancara : Kamis, 24 November 2016
Pertanyaan
1. Menurut anda sampah itu apa?
Jawab: Sampah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi oleh orang lalu
dibuang.
2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah?
Jawab: Kebanyakan kita sampah rumah tangga yah, sisa-sisa sayuran.
3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik?
Jawab: Ya kan kalo organik sampah yang gampang terurai dan kalau
an organik sebaliknya.
4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas?
Jawab: Ya sebagian besar sampah yang dihasilkan disekitar
masyarakat sini si sampah padat yah, jarang samapah cair apalagi gas.
5. Menurut anda, apakah jumlah penduduk memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ya tentunya, terutama pola hidup masyarakat itu sendiri ya.
6. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ya tentunya banyak plastik yang dibuang begitu saja seperti
bekas kulkas, TV dan lainnya itu kan ada gabus putihnya itu kan lama
terurainya dan mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah.
7. Menurut anda, apakah kemajuan musim memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ya ada juga si karena kalau musim hujan sampah jadi basah
aromanya jadi tercium.
8. Menurut anda, apakah kemajuan sistem pengumpulan memengaruhi
jumlah sampah?
Jawab: Ya kalo dari TPS 3R kita pengambilan sampahnya itu
seminggu dua kali. Dan setiap dua minggu sekali kita adakan
penimbangan sampah di bank sampah. Tapi pernah kejadian sudah
pada jadwalnya sampah tidak ada yang mengangkut akhirnya sampah
jadi menumpuk, dikarenakan petugasnya sakit dan petugas yang
lainnya tidak bisa menggantikan.
9. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya
memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: Ya mungkin kalau warga sudah mengetahui tentang sampah,
kebersihan tentunya akan mengurangi ya jumlah sampah.
10. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang
selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)?
Jawab: Ya sudah bagus, tinggal kita sebagai warga apa namanya ya
memahami tentang itu dan saling bekerjasama.
11. Menurut andat apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan
menggunakan 3R?
Jawab: Ya sementara ini di lingkungan kami sudah. Ya belum
mencapai 50% terutama untuk di bank sampahnya dan masih ada
warga yang memandang bahwa kalau kita mengumpulkan sampah jadi
kaya pemulung.
12. Bagaimana anda mengelola sampah?
Jawab: Kita ada dari DKPP di kasih tong composter untuk
menghasilkan pupuk cair itu, sampah-sampah dapur, daun-daun
dimasukan ke tong composter nanti akan menghasilkan air lindi
namanya itu untuk pupuk yang sebelumnya dikasih obat atau terasi
dan air gula untuk mempercepat pembusukan dan menghasilkan air
lindi yang dimanfaatkan untuk pupuk.
13. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat
berbahaya?
Jawab: Kalo masyarakat tidak memahami tentang itu ya tentunya.
Kalau sampah dimana-mana kan pastinya menimbulkan pencemaran,
pencemaran air, aroma, bisa timbul penyakit juga kan.
14. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas?
Jawab: Sebelum adanya jadi TPS 3R masyarakat masih suka buang
sampah sembarangan dan masih suka diangkut oleh petugas DKPP
dan dibuang ke TPA Cipeucang, tetapi setelah adanya TPS 3R ini
salah satu program DKPP kami masyarakat langsung bekerjasama dan
sangat mendukung adanya TPS 3R di RW 6 untuk mengangkut
sampah-sampah ke TPS 3R untuk di olah dengan cara 3R itu.
15. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang
terjadi di masyarakat?
Jawab: Ya ada karean ada TPS 3R ini di RW sini juga jadi ada bank
sampah, nah dari bank sampah ini banyak warga atau masyarakat yang
sering mengunjungi bank sampah, juga bertukar informasi tentang
sampah.
16. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami
perubahan?
Jawab: Ya mengalami perubahan tapi kebanyak ibu-ibunya si kalau
bapa-bapaknya masih kurang, karena kan yang lebih banyak aktif di
bank sampah itu ibu-ibu.
17. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat
peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas ini?
Jawab: Masih kurang.
18. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Kebanyakan pegawai negeri disini, rata-rata sudah pensiun.
19. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat?
Jawab: Tidak ada.
20. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Tidak ada.
21. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: -
6. Masyarakat RW 07
Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : Hafni
Tempat Wawancara : Rumah Bu Eka
Jenis Kelamin : Perempuan
No. Telepon : 0813-1529-6633
Tanggal Wawancara : Kamis, 25 November 2016
Pertanyaan
1. Menurut anda sampah itu apa?
Jawab: Sisa buangan manusia yang di anggap kebanyakan masyarakat
tidak dipakai lagi padahal kan bukan begitu, sampah itu kan bisa
dimanfaatkan, memang sisaan buangan rumah tangga.
2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah?
Jawab: Sumber sampah ya dari kita manusia, ga ada lain, kalau
sampah dibuang oleh sekolompok orang atau pabrik pedagang itu kan
manusia juga.
3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik?
Jawab: Ada sampah basah sampah kering, ada sampah yang diolah
menjadi pupuk contohnya sampah dapur bisa dijadikan pupuk padat
bisa dijadikan kompos cair, saya punya composternya. Jadi kalau
sampah keringkan ada yang bisa didaur ulang, ada sampah kering
yang berbahaya dan mengandung bahan beracun kan istilahnya B3.
4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas?
Jawab: Ya, sampah cair sebagian besar dihasilkan dari industri,
sampah yang kita hasilkan kan sebagian besar semua sampah padat
sampah yang berasal dari rumah tangga yah, nah kalau sampah cair
dan gas kan biasanya dihasilkan dari industri.
5. Menurut anda faktor-faktor apa saja yang memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Kalau faktornya itu jika sampah tidak dikelola dengan baik,
dan tidak tahu bagaimana cara mengolah sampah untuk dikurangi,
ditekan. Mulai dari rumah tangga dulu kan belajar milah sampah,
sampah basah sampah kering seandainya semua masyarakat semua
orang bisa memperlakukan sampah itu seperti niat kita beberapa orang
ini ingin melindungi lingkungan ingin mengurangi tumpukan sampah
di bak sampah, ingin mengurangi sampah di TPA sana mengurangi
beban kerja, jadi kita milah dulu dari rumah jadi yang memengaruhi
itu ketidak perduliannya orang terhadap sampah.
6. Menurut anda, apakah jumlah penduduk memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Sangat pengaruh, jadi gini kalau kita mengitung jumlah jiwa
yang ada di satu RT itu kan tergantung ada yang jumlah jiwanya atau
kepala keluarganya kecil dibanding RW lain kebetulan paling sedikit
RT nya jadi pengaruh ke jumlah jiwa.
7. Menurut anda, apakah kebiasaan masyarakat memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ya iya sangat memengaruhi ,
8. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Kemajun teknologi sekarang di TPS 3R adanya mesin untuk
pengolah sampah terutama sampah plastik yah itu yang sulit hancur di
muka bumi kan disana dipilah lagi, ya untuk skala beberapa RW ini
membantulah untuk tidak embuang sampah ke TPA Cipeucang sana.
Ada kelemahannya juga ya namanya buatan manusia.
9. Menurut anda, apakah musim memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: Ya tenu sangat memengaruhi seperti yang saya bilang tadi kan
kalau sudah banjir itu sampah numpuk ni di depan rumah saya di
pagar ataupun got-gotnya, karena kesempatan mereka membuang
sampah.
10. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ya tentu memengaruhi, apabila petugas pengumpul sampah
tidak menangkut tepat waktu tentunya sampah akan menumpuk dan
bertambah.
11. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya
memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: Bisa bisa saja memengaruhi, karena keadaan sosial dalam
suatu masyarakat itu selalu mengalami perubahan, begitu juga
ekonomi semakin tinggi taraf hidupnya semakin banyak juga keperluar
yang dibeli itulah semua itu bisa memengaruhi jumlah sampah.
12. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang
selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)?
Jawab: Ya, pengolahan sampah secara terpadu.
13. Menurut anda apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan
menggunakan 3R?
Jawab: Bila dikerjakannya destimatis dan benar-benar terpilah
sampahnya akan jadi baik.
14. Bagaimana anda mengelola sampah?
Jawab: Caranya, saya membiasakan memilah sampah organik dan an
organik.
15. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat
berbahaya?
Jawab: Kalo dibiarkan dan tidak ada yang perduli akan menimbulkan
dampak dan berbahaya.
16. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas?
Jawab: Alhamdulillah meminimalkan tumpukan sampah di bak
sampah masing-masing rumah lingkungan jadi bersih.
17. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang
terjadi di masyarakat?
Jawab: Sampai saat ini tidak menimbulkan dampak yang berarti dan
TPS 3R Vipa Mas sudah pula mendapat sertifikat layak pengolahan
dan operasional dari BLHD.
18. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami
perubahan?
Jawab: Belum signifikan, karena ada segelintir orang yang kurang
faham tapi menolak keberadaan TPS 3R Vipa Mas.
19. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat
peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas ini?
Jawab: Sebagian besar iya.
20. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Alhamdulillah kalau disini ekonominya sudah menengah ke
atas.
21. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat?
Jawab: Kalau dampak ekonomi bagi pengolah langsung sampah di
TPS 3R tentu ada perubahan kesehatan baik .
22. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Ya kalau di RW 07 ini si tidak ada.
23. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Saya kurang tahu kalau masalah penghasilan yang bekerja di
TPS 3R itu.
7. Masyarakat RW 04
Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : Mawih Abdul Azis
Tempat Wawancara : Rumah Pa Mawih
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Telepon : 0856-9347-5229
Tanggal Wawancara : Rabu, 23 November 2016
Pertanyaan
1. Menurut anda sampah itu apa?
Jawab: Ya kalau sampah kan limbah, limbah itu ada yang organik dan
non organik.
2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah?
Jawab: Ya sampah itu kan dari rumah tangga, dapur ya manusia
pokonya itu semua sumber sampah.
3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik?
Jawab: Ya tau seperti yang saya sebutkan tadi ada organik dan
anorganik. Kalau organik bisa jadi pupuk dan kompos.
4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas?
Jawab: Kalau samaph padat itu ya semua saya lihat disini sampah
padat ya seperti sampah-sampah rumah tangga itu.
5. Menurut anda, apakah jumlah penduduk memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Faktor jumlah sampah sebenernya kalau dikelola benar dari
penduduk bisa ditangani secara benar, tapi sekarang ini kebanyakan
sampah yang liar yang jadi meumpuk, kadang orang naik motor buang
sampah sembarangan asal lempar. tapi kalau disini kan masih
perkampungan tidak menghasilkan sampah terlalu banyak seperti di
perumahan, umpamanya masih bisa langsung dibakar kalau
sampahnya benar-benar kering, tapi kan kalau yang berpenyakit itu
kan sampah basah ya itu mesti ditangani secara serius karena gabisa
dibakar, tapi kalau sepengetahuan saya disini Alhamdulillah ya
walaupun belum 100% ditangani oleh TPS, kalo dibakar bukan asap
jadinya api kan yang penyakit itu asap yang basah.
6. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Pasti ya pasti dengan faktor teknologi kan pasti, sekarang aja
kan bentuk kemasan makanan jarang yang yang bisa didaur ulang
gabisa diurai itu sudah berpengaruh secara teknologi dan
pengolahannya pun harus secara teknologi juga.
7. Menurut anda, apakah musim memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: Ya pasti memengaruhi karena kalau musim hujan itu sampah
mengikuti arus air kan dan sampah menjadi berat karena basah.
8. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Oh tentu, karena apabila petugas pengumpulan sampah tidak
mengambil di waktu yang tepat akan mangakibatkan menumpuknya
jumlah sampah.
9. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya
memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: Kalau sosial si disini masih perkampungan ya jadi buang
sampah masih banyak yang di kebon sendiri, kalau ekonomi disini ya
ada yang dibilang mampu dan tidak juga. Jadi menurut saya ya sedikit
memengaruhilah.
10. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang
selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)?
Jawab: Ya yang saya bilang tadi kalau yang organik dibuat pupuk dan
yang non organik sudah menjadi keuntungan pengelola mungkin.
11. Menurut anda apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan
menggunakan 3R?
Jawab: Belom, karena ditunjang dari ekonomi masyarakat kita belum
semua merasakan, kan kalau sampah diangkut kita bayar iuran, dan
penduduk disini kan bisa dikatakan ada yang tergolong mampu dan
belom, jangankan sebulan 25.000 5000 saja berat.
12. Bagaimana anda mengelola sampah?
Jawab: Ini kan masih banyak lahan kosong yah, saya bilang tadi kalau
memang itu sampahnya kering bisa kita bakar, buat pupuk dan nanem
jagung.
13. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat
berbahaya?
Jawab: Ya tentu berbahaya kalau didiamkan saja akan berdampak
banyak bagi masyarakat.
14. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas?
Jawab: Ya masyarakat jadi mulai mengerti cara memilah sampah dan
perduli dengan lingkungan, dengan tidak membuang sampah pada
tempatnya. Karena ada sosialisasi dari kelurahan maupun RW terkait
3R.
15. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang
terjadi di masyarakat?
Jawab: Dampak lingkungan sosial, ya warga sering mengadakan
pertemuan untuk membahas lingkungan kita ini khususnya sampah
dengan mengadakan kerja bakti.
16. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami
perubahan?
Jawab: Ya berubah yang berubah ada juga yang engga, karena
memang mngubah pemikiran masyarakat dalam menjaga lingkungan
ini masih susah dan masih ada yang tidak perduli begitu.
17. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat
peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas ini?
Jawab: Peduli udah hampir 70%.
18. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Tidak relatif ada yang berkecukupan dan ada juga yang tidak,
katakan menengah kebawah juga tidak.
19. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat?
Jawab: Kalau disekitar sini ya tidak ada ya.
20. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Ada cuma beberapa.
21. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Kalau itu saya kurang tau ya.
8. Masyarakat RW 04
Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : Yedi
Tempat Wawancara : Rumah Pa Yedi
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Telepon : 0819-0607-6312
Tanggal Wawancara : Rabu, 23 November 2016
Pertanyaan
1. Menurut anda sampah itu apa?
Jawab: Sampah itu kalau menurut saya si heemm apa ya, ya memang
limbah rumah tangga yang perlu dikelola juga.
2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah?
Jawab: Kalau yang membuang sampahnya ke Vipa Mas yang saya tau
itu dari kebanyak RW 06 Vila Pamulang Mas dan Komplek
Departemen Agama di RW 07.
3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik?
Jawab: Ya kebanyakan si sampah rumah tangga, sampah-sampah
pohon.
4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas?
Jawab: Ya tau, sebagaian besar dari sampah rumah tangga ini kan
sampah padat, kalau yang bentuk cair dan gas si jarang atau bahkan ga
ada kalo di masyarakat sekitar sini.
5. Menurut anda, apakah jumlah penduduk memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ya tentu sangat mempengaruhi karena kan setiap orang pasti
menghasilkan sampah.
6. Menurut anda, apakah kebiasaan masyarakat memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ya memengaruhi juga si, kadang kan kesadaran masih kurang
juga untuk membuang sampah pada tempatnya dan berserakan.
7. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Yakan kalau di TPS 3R itu ada mesin, mesin juga suatu
teknologi yak an, ya itu sangat memngaruhi untuk mengurangi jumlah
sampah yang ada.
8. Menurut anda, apakah musim memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: Kalau musim jelas memengaruhi, kebanyakan kalau musim
hujan ya sampahnya semakin berantakan dah bau kemana-mana..
9. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ya kalau mengumpulkannya menggunakan gerobak kan lama,
Alhamdulillah disini sudah menggunakan motor jadi pengumpulan
sampah jadi cepat dan tidak menumpuk itu kita iuran juga untuk
petugas yang mengambil sampahnya.
10. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya
memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: Memengaruhi juga.
11. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang
selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)?
Jawab: Ya kalau memang bisa dikelola dan bermanfaat menurut saya
si ya bagus-bagus aja.
12. Menurut andat apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan
menggunakan 3R?
Jawab: Ya kalau menurut saya si kalau mengurangi ya sudah ga
masalah si, harus ada perbaikan juga pada sistemnya, mungkin masih
banyak kendala gatau juga dah.
13. Bagaimana anda mengelola sampah?
Jawab: Kalo saya seperti biasa sampah saya kumpulkan, nanti ada
petugas yang ngambilin setiap dua atau tiga hari sekali.
14. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat
berbahaya?
Jawab: Ya sangat dong, apalagi kalau dibiarkan tidak kita kelola pasti
bisa berdampak terhadap kesehatan juga.
15. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas?
Jawab: Kalau disini si gamasalah si, kondisi lingkungan disini si baik-
baik saja.
16. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang
terjadi di masyarakat?
Jawab: Iya pernah ada juga yang bilang ke saya terganggu dengan
adanya TPS 3R pada saat pembakarannya kan cerobong asapnya itu,
apalagi kalau lagi ada angin yang mengarah kesini.
17. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami
perubahan?
Jawab: Selama ini si kalau disini masyarakat masih belum perduli
juga, tapi sambil berjalan kita masih berusaha untuk masyarakat
membuang sampah di tempat yang sudah disediakan.
18. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat
peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas ini?
Jawab: Masih kurang si masyarakat disini yang perduli dengan
lingkungan, karena masih ada lahan kosong yang bisa dimanfaatkan
untuk membuang sampah.
19. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Menengah keatas si disini.
20. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat?
Jawab: Tidak ada si kayanya.
21. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Ada beberapa orang doang.
22. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Kalau itu saya kurang tau, ya cukup kali buat beli beras mah.
9. Masyarakat RW 04
Profil Narasumber dan Keterangan Waktu
Nama : Muhammad Sanen
Tempat Wawancara : Rumah Pa Sanen
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Telepon : 0852-1086-2279
Tanggal Wawancara : Rabu, 23 November 2016
Pertanyaan
1. Menurut anda sampah itu apa?
Jawab: Ya sampah itu limbah.
2. Apakah anda mengetahui sumber-sumber sampah?
Jawab: Ya sumber sampah itu kan dari masyarakat itu sendiri.
3. Apakah anda mengetahui jenis sampah organik dan anorganik?
Jawab: iya kalau an organik itu bisa dipilah-pilah dan organik itu ya
bisa jadi pupuk tanaman.
4. Apakah anda mengetahui bentuk sampah padat, cair dan gas?
Jawab: Bentuk sampah ya ada banyak bener tuh ada padat, cair dan
gas juga.
5. Menurut anda, apakah jumlah penduduk memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Tentu iya jumlah penduduk, sekarang mayoritas penduduk di
RW 04 sekitar 5000an itu kan akan menghasilkan sampah yang
banyak.
6. Menurut anda, apakah kemajuan teknologi memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Ya memengaruhilah.
7. Menurut anda, apakah kemajuan musim memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Berpengaruh ya kalau menurut saya, karena apabila musim
hujan contonya kan ada air sampah menjadi basah dan menupuk
diselokan.
8. Menurut anda, apakah sistem pengumpulan memengaruhi jumlah
sampah?
Jawab: Tentulah kalau disini kan sudah ada jadwalnya untuk
pengangkutan sampah, jika pengangkutan telat pasti jumlah sampah
disini bertambah dan sangat menumpukan tentunya.
9. Menurut anda, apakah keadaan sosial, ekonomi dan budaya
memengaruhi jumlah sampah?
Jawab: eeemm, kalau sosial, ekonomi dan budaya ya memengaruhi
juga.
10. Apa yang anda ketahui tentang konsep sampah di kota tangerang
selatan 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)?
Jawab: Konsep sampah 3R ini kan seharusnya dijalankan oleh
masyarakat dan dari DKPP pun sudah mensosialisasikannya kerpada
masyarakat, untu memilah sampah dari rumah kita sendiri.
11. Menurut anda apakah sudah efektif pegelolaan sampah ini dengan
menggunakan 3R?
Jawab: Iya menurut saya sudah efektiflah kira-kira baru 50%.
12. Bagaimana anda mengelola sampah?
Jawab: Ya kalo saya si sediakan bak sampah aja di depan rumah,
nanti ada petugas yang ngangkut ke TPS.
13. Menurut anda, apakah sampah itu memiliki dampak yang sangat
berbahaya?
Jawab: Ya bahaya lah, dari segi kesehatan, udara, lingkungan. Yang
paling berat kan sampah organik kan bau nya kemana-mana.
14. Bagaimana kondisi lingkungan masyarakat setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas?
Jawab: Alhamdulillah tertata rapih.
15. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap lingkungan sosial yang
terjadi di masyarakat?
Jawab: Ya saya juga pernah denger complain dari warga Vipa Mas itu
katanya cerobong asap mesin yang digunakan untuk pembakaran
kurang tinggi.
16. Setelah adanya TPS 3R ini, apakah interaksi masyarakat mengalami
perubahan?
Jawab: Mengalami karena sering diadakannya forum RW untuk
membahas tentang lingkungan khususnya sampah.
17. Menurut anda, adakah sikap masyarakat yang berubah menjadi sangat
peduli dengan lingkungan khususnya sampah setelah adanya TPS 3R
Vipa Mas ini?
Jawab: Ada, sekarang jadi leih rutin mengadakan gotong royongnya..
18. Bagaimana kondisi ekonomi masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Ekonomi disini karena perkampungan ya jadi ga rata ada yang
mampu, dan menengah ke atas juga ada.
19. Adakah dampak TPS 3R Vipa Mas terhadap ekonomi masyarakat?
Jawab: Bagi beberapa warga yang bekerja disana pasti berdampak
bagus untuk krhidupannya.
20. Adakah masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Ada beberapa saja ya sekitar 4 orang dari RW sini.
21. Berapa penghasilan masyarakat yang bekerja di TPS 3R Vipa Mas?
Jawab: Kalau penghasilannya saya kurang tahu ya.
DOKUMENTASI, LEMBAR
UJI REFERENSI, DAN
BIODATA PENULIS
(Wawancara dengan Bapak Sanen) (Wawancara dengan Bapak Mawih)
(Wawancara dengan Bapak Yedi) (Wawancara bapak Imam)
(Wawancara dengan Ibu Ria) (Wawancara Bu Eka)
(Wawancara dengan bapak Hery) (Wawancara dengan Ibu Sri)
(Wawancara dengan Ibu Hafni) Tampak depan TPS 3R Vipa Mas
Gerobak motor yang usai menurunkan sampah Kegiatan bank sampah yang membuat kreasi
Mesin pencacah dengan cerobong asap Gerobak yang hendak mengambil sampah
Kantor kelurahan Bambu Apus
Nama lengkap penulis adalah Nurlela, lahir di
Tangerang 05 Desember 1994, putri dari
pasangan Bapak Suwarsa dan Ibu Maryamah.
Penulis merupakan anak kelima dari lima
bersaudara. Alamat e-mail penulis
Penulis mengenyam pendidikan diantaranya di
SD Negeri Buaran 1 tahun 2000-2006, MTsN 1
Kota Tangerang Selatan tahun 2006-2009, MAN 1 Kota Tangerang Selatan tahun 2009-2012,
dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012-2016 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Geografi.
Skirpsi yang penulis buat berjudul “Dampak Keberadaan Tempat Pengolahan Sampah 3R
(Reduce, Reuse, Dan Recycle) Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi
Masyarakat Di Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan”
Skripsi ini dibuat melalui berbagai arahan dan bimbingan dari Bapak Andri Noor Ardiansyah,
M.Si dan Ibu Neng Sri Nuraeni, M.Pd.